KELEKATAN PADA ANAK. Oleh : Sri Maslihah

dokumen-dokumen yang mirip
PROSES PEMBENTUKAN KELEKATAN PADA BAYI

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

BAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan

KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN)

Perkembangan dari Attachment (kelekatan) Kita harus memakai orang yang khusus di dalam kehidupan yang dapat membimbing anak-anak untuk merasakan rasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KELEKATAN DALAM PERKEMBANGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa

BAB I PENDAHULUAN. orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Kelekatan Anak-Orang Tua

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Teori Etologi. Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. Teori etologi Bowlby. Darwin dan Teori Evolusi. Etologi Modern. Evaluasi Teori.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir. 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir

BAB I PENDAHULUAN. sebutan masa kanak-kanak akhir, misalnya orangtua memberi sebutan

KELEKATAN AMAN ORANGTUA DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK PADA MAHASISWA STIKES SITI KHODIJAH PALEMBANG

PENDAHULUAN. seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik.

RAUDHAH: Vol. IV, No. 2: Juli Desember 2016, ISSN: PERAN KUALITAS KEMELEKATAN ANAK TERHADAP PERILAKU SOSIAL. Fauziah Nasution, M.

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT. Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

6. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

Kelekatan (Attachment) Pada Anak

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

HUBUNGAN ANTARA SECURE ATTACHMENT DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJADI SMAN 2 PADANG. Winda Sari Isna Asyri Syahrina

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua

HUBUNGAN ANTARA ATTACHMENT OBJEK PENGGANTI DENGAN TEMPERAMEN PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN DI LINGKUNGAN SIKUNIR KELURAHAN BERGASLOR KECAMATAN BERGAS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi. Fak. Psikologi UMBY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah Kelekatan (attachment) untuk pertama kalinya. resiprokal antara bayi dan pengasuhnya, yang sama-sama memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Anak remaja sebenarnya tidak mempunyai masa yang jelas. Remaja. tergolong kanak-kanak, mereka masih harus menemukan tempat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

PERBEDAAN PERILAKU LEKAT BAYI PADA ORANGTUA ANTARA YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN YANG TIDAK DIBERI ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam. mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

DATA SUBJEK SUBJEK I SUBJEK II SUBJEK III

BAB I PENDAHULUAN. paling menarik dari percepatan perkembangan seorang remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut.

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN (ATTACHMENT) DAN INTIMACY PADA MAHASISWA YANG BERPACARAN. : Elfa Gustiara NPM : : dr. Matrissya Hermita, M.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya senantiasa membutuhkan orang lain.kehadiran orang lain bukan hanya untuk

INFANCY. Psikologi Perkembangan Unita Werdi Rahajeng

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang

PENTINGNYA KELEKATAN ORANG TUA DALAM INTERNAL WORKING MODEL UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK (KAJIAN BERDASARKAN TEORI KELEKATAN DARI JOHN BOWLBY)

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. lingkungan (Semiun, 2006). Penyesuaian diri diistilahkan sebagai adjustment.

BUDAYA DAN PROSES PERKEMBANGAN

Perkembangan Emosi Pada Bayi

BOUNDING ATTACHMENT. SITI NUR UMARIYAH F., S.Si.T

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

MENGENALI POLA ASUH YANG TEPAT. Rita Eka Izzaty 1

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk pertama kalinya belajar berinteraksi atau melakukan kontak sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*) Alumni Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto **) Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Seorang wanita yang telah berkeluarga dan memiliki anak, secara otomatis. memegang tanggung j awab membantu anak dalam mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

PENDAHULUAN Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN DAN KELEKATAN REMAJA PADA AYAH

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

TINJAUAN PUSTAKA Interaksi Ayah-Anak

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia,

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI POLA ATTACHMENT ANTARA IBU DENGAN ANAKNYA YANG BERUSIA 4-5 TAHUN

2015 HUBUNGAN ANTARA ATTACHMENT PADA PENGASUH DENGAN SELF-DISCLOSURE REMAJA DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK WISMA PUTRA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan aset bangsa yang berharga, generasi penerus yang kelak akan

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Cara Pemilihan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Oleh sebab itu manusia

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah. Setiap anak pada umumnya senang bergaul dan bermain bersama dengan teman

Hak Anak. Pengarusutamaan Hak Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. sifatnya androgini, yakni baik ayah maupun ibu memiliki peran dengan fungsi

Transkripsi:

KELEKATAN PADA ANAK Oleh : Sri Maslihah Anak yang satu tetap nempel pada bundanya padahal sudah saatnya masuk ke kelas, ada juga anak lain menangis begitu melihat ibunya harus keluar dari kelasnya sementara itu di kelas lain ada juga anak yang tetap memegang tangan sang ibu yang duduk di kursi sebelah Pemandangan seperti ini kerap mewarnai hari-hari awal tahun ajaran baru saat siswa baru mulai mengikuti kelompok bermain maupun taman kanak-kanak. Namun tidak jarang hal ini bisa berlangsung pada pekan-pekan selanjutnya bahkan ada yang berbulan-bulan Fenomena apa yang terjadi? Anak sulit berpisah dari ibu atau pengasuh pada dasarnya menunjukkan adanya situasi tidak nyaman yang dirasakan anak pada saat dirinya harus berpisah dengan tokoh/figur tertentu seperti ibu atau pengasuh. Biasanya hal ini terjadi pada saat anak memasuki lingkungan baru yang menuntut dirinya untuk menyesuaikan diri. Yang terjadi pada beberapa anak situasi seperti ini menimbulkan rasa tidak aman, merasa terancam yang tidak mampu anak atasi. Dalam psikologi, fenomena ini berkaitan dengan masalah kelekatan (attachment) yang bersumber dari kualitas interaksi anak dengan pengasuh (ibu) pada tahun pertama kehidupan seorang anak. Apakah kelekatan itu? Istilah Kelekatan (attachment) untuk pertamakalinya dikemukakan oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby. Kemudian formulasi yang lebih lengkap dikemukakan oleh Mary Ainsworth pada tahun 1969 (Mc Cartney dan Dearing, 2002). Kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua (Mc Cartney dan Dearing, 2002). Menurut Erickson (1968) tahun pertama kehidupan adalah kerangka waktu kunci bagi perkembangan kelekatan. Erickson menyebutkan bahwa tahun pertama kehidupan merupakan tahap munculnya kepercayaan dan ketidakpercayaan. Suatu rasa percaya memerlukan perasaan anak adanya kenyaman fisik dan adanya minimalisasi dari rasa khawatir dan pemahaman anak masa depan. Kepercayaan pada masa bayi merupakan tahap bagi terbentuknya harapan seumur hidup bahwa dunia akan menjadi tempat yang baik dan menyenangkan bagi dirinya. Menurut Erickson, orang tua yang tanggap akan hal ini mereka anak sangat peka dalam memberikan rasa percaya pada bayi. Sementara itu Bowbly (dalam Santrock, 1995) menekankan pentingnya kelekatan pada tahun pertama kehidupan dan tanggapnya mereka yang mengasuh bayi akan hal ini. Bowbly yakin bahwa bayi dan ibunya secara naluriah membentuk suatu keterikan. Ia mengemukakan bahwa bayi yang baru lahir secara biologis diberi kelengkapan untuk memperoleh perilaku keterikatan ibu. Bayi menangis, menempel, merengek dan tersenyum. Lihatlah bagaimana perilaku-perilaku bayi yang bila kita amati bahwa perilaku mereka sebagian besar tertuju pada ibunya dan mempertahankan agar dirinya selalu dekat dengan ibunya. Penelitian tentang kelekatan menunjukkan bahwa kelekatan bayi dengan pengasuhnya meningkat pada usia sekitar 6-7 bulan (Sroupe, 1985). Muncul pertanyaan, bagaimana bila sebagian besar waktu bayi justru tidak diasuh oleh sang ibu? Urgensi kelekatan bagi anak 1

Kelekatan tidak berhubungan dengan kebutuhan makan, melainkan kebutuhan untuk mendapatkan perlindungan dari ibu. Unsur penting dalam pembentukan kelekatan adalah peluang untuk mengembangkan hubungan yang timbal balik antara pengasuh dan anak. Interaksi anak dengan pengasuh membutuhkan waktu dan pengulangan, dalam hal ini fungsi orang tua adalah memulai interaksi, bukan sekedar memberi respon terhadap kebutuhan anak (Newman dan Newman dalam Hadiyanti,1992). Interaksi yang intens antara ibu dan anak biasanya dimulai saat proses pemberian ASI (air susu ibu). Melalui proses pemberian ASI diharapkan akan berkembang kelekatan dan tingkah laku lekat karena dalam proses ini terjadi kontak fisik yang disertai upaya untuk membangun hubungan psikologis antara ibu dan anak. Sementara itu menurut Megawangi (2006) ikatan ibu dan anak harus dibentuk sejak anak masih dalam kandungan sebab selama berlangsung masa kehamilan 9 bulan terjadi proses penyatuan sempurna antara ibu dan anak (uroboric state). Fase uroboric ini merupakan masa penting dalam membentuk kelekatan antara ibu-anak. Menurutnya peran orangtua memberikan perlindungan dan dekapan saat manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya. Jika dalam masa ini anak kekurangan cinta dan kasih sayang akan berakibat negatif pada perkembangan psikologis anak. Hasil studi literatur yang dilakukan oleh Judith Schickedanz (1995) telah membuktikan sejarah kelekatan psikologis saat usia bayi (attachment history), memberikan pengaruh positif terhadap perilaku anak pada usia selanjutnya. Anakanak tersebut biasanya memiliki sifat dan perilaku positif dan tidak agresif seperti mudah bergaul, mudah diatur, mempunyai motivasi belajar tinggi, antusias dengan aktivitas di sekolah dibandingkan dengan anak-anak yang ketika bayi kurang lekat hubungan dengan ibunya. Schickedanz menjelaskan bahwa anak yang lekat dengan sang ibu juga akan dekat dengan ayah dan anggota keluarga lainnya. Sebagaimana disebutkan Erickson di atas bahwa usia bayi (tahun pertama) adalah masa pembentukan rasa kepercayaan dan tidak kepercayaan anak, maka kualitas pengasuhan merupakan hal utama yang perlu diberikan dalam interaksi antara bayi dan pengasuhnya. Apabila kualitas pengasuhan baik dengan memberikan kasih sayang, perhatian, dan stimulasi, maka rasa percaya anak terhadap diri sendiri dan orang terdekat (orangtua) akan terbentuk. Hal ini akan berdampak baik bagi interaksi anak dengan orang lain dimana anak juga bisa mempercayai orang lain. Sebaliknya bila bayi tidak mendapat mengasuhan yang mampu memberinya rasa kepercayaan, hal ini cenderung akan mengembangan anak menjadi pribadi yang skeptis, yang biasanya ditandai dengan rasa tidak percaya diri yang akhirnya anak menjadi sulit percaya kepada orang lain. Figur kelekatan Ada dua macam figur kelekatan anak, yaitu figur kelekatan utama dan figur kelekatan pengganti. Figur lekat adalah individu-individu yang dapat memenuhi kebutuhan bayi baik itu kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikologisnya berupa terpenuhinya rasa aman dan nyaman serta kepastian. Menurut Bowlby (dalam Durkin 1995) individu yang selalu siap memberikan respon ketika anak menangis tetapi tidak memberikan perawatan fisik cenderung dipilih sebagai figur kelekatan pengganti. Adapun individu yang kadang-kadang memberikan perawatan fisik namun tidak responsive tidak akan dipilih sebagai figur kelekatan Adapun kondisi yang dapat menimbulkan kelekatan pada anak, antara lain: a. Pengasuh Anak Termasuk pada siapa dan bagaimana pengasuhan dilakukan. Orang yang paling banyak mengasuh anak adalah orang yang paling sering berhubungan dengan anak dengan maksud mendidik dan membesarkan anak. Hal ini menyangkut kualitas 2

hubungan antara pengasuh dan anak, disamping itu pengasuh anak harus tetap dan berhubungan dengan anak secara berkesinambungan (Pikunas dalam Ervika,2005). b. Komposisi Keluarga Anak mempunyai kemungkinan untuk memilih salah satu dari orang-orang yang ada dalam keluarga sebagai figur kelekatannya. Figur kelekatan yang dipilih anak biasanya adalah orang dewasa yang memenuhi persyaratan pada butir a di atas. Ibu biasanya menduduki peringkat pertama figur kelekatan utama anak. Hal ini dapat dipahami karena ibu biasanya lebih banyak berinteraksi dengan anak dan berfungsi sebagai orang yang memenuhi kebutuhannya serta memberikan rasa nyaman, namun dalam hal ini kuantitas waktu bukanlah faktor utama terjadinya kelekatan. Kualitas hubungan menjadi hal yang lebih dipentingkan. Kualitas hubungan ibu dan anak jauh lebih penting daripada lamanya mereka berinteraksi karena dengan mengetahui lamanya anak berinteraksi belum tentu diketahui tentang apa yang dilakukan selama interaksi. Hal ini dibuktikan oleh Schaffer dan Emerson (dalam Hetherington dan Parke,1999; Durkin, 1995) yang menemukan bahwa bayi memilih ayah dan orang dewasa lainnya sebagai figur kelekatan, padahal bayi menghabiskan waktu lebih banyak bersama ibu. Bayi-bayi ini memiliki ibu yang tidak responsif dan cenderung mengabaikan padahal ibu yang memberikan perawatan rutin pada bayi. Hal ini disebabkan karena ayah-ayah jaman sekarang cenderung mau terlibat dalam pemeliharaan anak. Masalahnya adalah sulit menilai kualitas kelekatan tersebut karena para ayah biasanya sulit diajak bekerjasama dalam penelitian akibat keterbatasan waktu yang mereka miliki (Shaffer dan Emerson dalam Durkin, 1995). Tentunya kelekatan anak dengan ibu akan semakin terjamin apabila kualitas hubungan selama mereka beinteraksi tetap terjaga dan ditunjang dengan kuantitas yang baik. Variasi Kelekatan Anak Secara umum kelekatan terbagi dua, yaitu kelekatan yang aman (secure attachment) dan kelekatan yang tidak aman (insecure attachment). Ainsworth, 1979 (Santrock, 1995) menyatakan bahwa dalam kelekatan yang aman (secure attachment), bayi menggunakan pengasuh biasanya ibu sebagai suatu landasan yang aman untuk mengeksplorasi lingkungannya. Ainsworth yakin bahwa kelekatan yang aman pada tahun pertama kehidupan memberik suatu landasan yang penting bagi pekembangan psikologis di kemudian hari. Kepekaaan pengasuh terhadap sinyal bayi meningkatan kelekatan yang aman ini. Bayi yang mengalami pengalaman ini dapat bergerak jauh lbih bebas walaupun juah dari ibunya karena percaya bahwa ibunya walaupun jauh tetap memperhatikan lokasi tempat ia berada melalui pandangan sekilas secara periodic. Bayi yang merasa aman merespon secara positif pada saat diangkat oleh orang lain dan ketika diturunkan kembali, ia dapat bergerak bebas untuk tetap bermain. Sebaliknya bayi yang tidak mendapatkan pengalaman ini (kelekatan yang aman) ia cenderung menghindari ibunya atau bersikap mendua kepada ibu mereka, takut kepada orang asing, dan terganggu oleh hal-hal kecil seperti pengalaman perpisahan sehari-hari. Ainsworth membagi tiga kategori kelekatan, antara lain type B menunjukkan pada kondisi anak dengan kelekatan yang aman (secure attached). Adapun anak dengan insecure attachment dibagi dalam dua tipe, yaitu tipe A (insecure avoidant) yaitu anak yang memperlihatkan ketidakamanan dengan menghindari ibu (misalnya mengabaikannya, menghindari tatapannya dan tidak berupaya mencari kedekatan dengan ibu) dan anak tipe C (insecure resistant) yaitu anak yang memperlihatkan ketidakamanan dengan menolak ibu (misalnya 3

bersandar padanya tetapi pada waktu yang sama menolak kelekatan, biasanya dengan menendang atau mendorongnya jauh-jauh). Anak dengan kelekatan tipe A (insecure avoidant) memiliki ibu yang tidak sensitif terhadap sinyal yang diberikan bayi dalam berbagai situasi pengasuhan dan situasi bermain. Sedangkan anak dengan kelekatan tipe C (insecure resistant) memiliki ibu yang tidak menyukai kontak fisik dengan anak dan memiliki ekspresi emosional yang kurang memadai atau kurang ekspresif, ibu juga menunjukan sikap yang tidak konsisten. Berbeda dengan anak yang memiliki pola kelekatan tidak aman, anak yang memiliki kelekatan aman (secure attached) memiliki ibu yang responsif pada kebutuhan dan sinyal-sinyal yang diberikan bayi dan mempunyai sikap yang konsisten. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa anak yang memiliki kualitas kelekatan yang paling baik adalah anak dengan kelekatan aman (Tipe B). Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Membangun Kelekatan yang Aman Memiliki harapan yang realistis terhadap bayi Tidak jarang karena adanya harapan bahwa bayi bisa melakukan sesuatu, orang tua bertindak sesuatu yang tidak sesuai dengan usia perkembangan bayi. Misalnya dengan alasan agar anak tidak kolokan atau agar jantungnya kuat, orang tua menjadi kurang tanggap ketika mendengar tangisan bayi. Bagaimanapun tangisan bagi seorang bayi merupakan alat berkomunikasi untuk menyatakan kebutuhannya seperti rasa lapar, rasa takut atau rasa tidak enak pada badannya. Oleh karena itu orang tua juga perlu memiliki kepekaan terhadap suara tangisan bayi Berikan waktu khusus kepada bayi anda dan belajar untuk menangkap pesan bayi. Bayi seringkali memberikan sinyal-sinyal untuk menyatakan kebutuhannya dan hal ini sangat tergantung bagaimana pengasuh dapat memahami sinyal bayi dan berespon terhadapnya. Memberikan ASI kepada bayi Proses menyusui, bukan hanya sekedar memberikan ASI yang berkualitas. Namun menyusui merupakan proses yang melibatkan dua belah pihak, bahkan tiga belah pihak : suami istri dan anak. Kegiatan menyusui merupakan moment yang sangat ideal untuk membangun kontak batin yang erat, melalui kelekatan fisik dan kontak mata yang intensif. Proses ini membutuhkan hati yang tenang dan penuh kasih, karena produksi ASI akan terpengaruh oleh faktor fisik dan emosional. Oleh sebab itu, perlu kerja sama yang baik dan sikap saling memahami serta saling menghargai antara suami-istri agar segala persoalan yang terjadi bisa diselesaikan dengan baik tanpa menyebabkan ketegangan dan tekanan emosional yang mengganggu hubungan dengan anak (Rini, 2002). Ingatlah selalu bahwa orang tua adalah bagian terpenting dalam kehidupan seorang bayi yang dapat mempengaruhi kehidupan bayi di kemudian hari Interaksi orang tua dengan bayi memberikan pengalaman dasar bagi kehidupan seorang bayi. Kelekatan ini tidak hanya memberikan dasar bagi perkembangan psikologis yang sehat bagi seorang bagi, bahkan kelekatan ini dapat berpengaruh terhadap perkembangan otak dan intelektual seorang bayi (anak). Belajar dari pengalaman dirinya (orang tua) Untuk bisa memberikan pola asuh yang kondusif bagi anak, ada kalanya para orang perlu mengingat saat dimana dirinya dibesarkan oleh kedua orangnya. Apa yang dirasakannya dengan pengalaman yang didapat dari pola asuh yang diberikan orang tuanya dan bagaimana dampak dirinya. Dengan demikian, pada pengalaman-pengalaman positif hendaknya sebagai orang tua mereka dapat membaginya kepada sang bayi atau anaknya pada saat ini. Sebaliknya, 4

pengalaman negatif yang diperoleh dulu semestinya tidak terulang pada bayi atau anaknya. Referensi : Durkin, K. (1995). Developmental Social Psychology. Massachussets: Blackwell Publisher Inc Ervika, Eka (2005). Kelekatan (attachment) pada Anak. Medan: Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Hadiyanti, F.N.R., (1992). Perkembangan Perilaku Adaptif Pada Anak ditinjau dari Perilaku Ibu saat Bersama Anak dan Lama Anak Menerima ASI. Tesis. Yogyakarta: Program Studi Psikologi Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Hetherington, E.M & Parke R.D.,(Ed). (1999). Child Psychology : A Contemporary View Point. Fifth Edition. Mc Graw-Hill College Mc Cartney, K. & Dearing, E., (Ed). (2002). Child Development. Mc Millan Refference USA Rini, Jacinta F. Problem Kelekatan. Tersedia : http://www.e-psikologi.com (Akses: 10 Juni 2007) Santrock, John W. (1995). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup, edisi 5 jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga Sroufe, L.A., (2003). Attachment Categories as Reflection of Multiple Dimensions : Comment on Fraley and Spieker. Journal of Developmental Psychology Vol 39, No 3, 413-416. American Psychological Association Inc ------- Parenting : Attachment, Bonding and Reactive Attachment Disorder. Tersedia:http://www.helpguide.org/mental/parenting_bonding_reactive_attachm ent_disorder.htm (Akses : 15 Juni 2007) -------- Attachment. Tersedia : http://raisingchildren.net.au/articles/attachment_- _cyh.html (Akses : 15 Juni 2007) ------- Jika Ikatan Emosi Orang tua dan Anak sudah Melekat. Tersedia http: //www.inspiredkidsmagazine.com. (Akses : 15 Juni 2007). 5