Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi"

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan teori attachment dari John Bowlby & Mary Ainsworth Kompetensi Mampu memahami ciri-ciri khusus, struktur & dinamika kepribadian berdasarkan pandangan attachment teories.

2 Latar Belakang Pendahuluan Istilah kelekatan (attachment) untuk pertama kalinya dikemukakan oleh seorang psikolog dari Inggiris pada tahun 1958 bernama John Bowlby. Kemudian formulasi yang lengkap dikemukakan oleh Mary Ainsworth pada tahun Kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orangtua. Bolby (1973) menyatakan bahwa hubungan ini akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur lain pengganti ibu. Pengertian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Ainsworth mengenai kelekatan. Ainsworth (1978) mengatakan bahwa kelekatan adalah ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang lain yang bersifat spesifik, mengikat mereka dalam suatu kedekatan yang bersifat kekal sepanjang waktu. Kelekatan merupakan suatu hubungan yang didukung oleh tingkah laku lekat (attachment behavior) yang dirancang untuk memelihara hubungan tersebut (Durkin, 1995). Tidak semua hubungan yang bersifat emosional atau efektif dapat di sebut kelekatan. Adapun ciri efektif yang menunjukkan kelekatan adalah hubungan bertahan cukup lama, ikatan tetap ada meskipun figur lekat tidak tampak dalam jangkauan mata anak bahkan jika figur digantikan oleh orang lain dan kelekatan dengan figur lekat akan menimbulkan rasa aman (Ainsworth, 1985). Menurut Maccoby (2000) seorang anak dapat dikatakan lekat pada orang lain jika memiliki ciri-ciri antara lain: 1. Mempunyai kelekatan fisik dengan seseorang. 2. Menjadi cemas ketika berpisah dengan figur lekat. 3. Menjadi gembira dan lega ketika figur lekatnya kembali. 4. Orentasinya tetap pada figur lekat meskipun tidak melakukan interkasi. Anak memperhatikan gerakan, mendengarkan suara, dan berusaha mencari perhatian figur lekatnya. Selama ini orang seringkali menyamakan kelekatan dengan ketergantungan 2

3 (dependency), padahal sesungguhnya kedua istilah tersebut mengandung pengertian yang berbeda. Ketergantungan anak pada figur tertentu timbul karena tidak adanya rasa aman. Anak tidak dapat melakukan otonomi jika tidak mendapatkan rasa aman. Hal inilah yang akan menimbulkan ketergantungan pada figur tertentu (Faw, 2000). Adapun ciri kelekatan adalah memberikan kepercayaan kepada orang lain yang dapat memberikan ketenangan. Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kelekatan adalah suatu hubungan emosional atau hubungan yang bersifat efektif antara satu individu dengan individu lainnya yang mempunyai arti khusus, dalam hal ini biasanya hubungan ditujukan pada ibu atau pengasuhnya. Hubungan yang dibina bersifat timbal timbal balik, bertahan cukup lama, dan memberikan rasa aman meskipun figur lekat tidak tampak dalam pandangan. Teori Attachment Terdapat empat teori yang mempengaruhi attachment (dalam Shaffer, 2005) yaitu: 1. Psychoanalaytic Theory Menurut Freud, bayi masih dalam tahap oral dimana kepuasan diperolehnya dari mengisap objek yang dimasukan ke mulut sehingga bayi akan tertarik kepada siapa saja yang dapat memberinya kepuasan, biasanya ibu yang memberikan kenikmatan oral kepada bayi melalui menyusui maka hal tersebut logis jika Freud menyebutkan bahwa ibu akan menjadi objek primer bayi dalam menunjukkan perasaan aman dan kasih sayang karena ibu yang paling baik dalam menyusui mereka. Erik Erikson mempercayai bahwa kegiatan menyusui yang dilakukan ibu akan mempengaruhi kekuatan perasaan aman yang ditunjukkan bayi melalui attachment. Erikson mengatakan bahwa keseluruhan respon yang diberikan ibu kepada bayinya lebih penting daripada kegiatan menyusui itu sendiri. Menurut Erikson, seorang pengasuh yang konsisten dalam merespon kebutuhan bayi akan mengembangkan perasaan trust kepada orang lain, sedangkan pengasuh yang tidak responsive dan tidak konsisten akan menimbulkan perasaan mistrust. Erikson juga menambahkan bahwa anak-anak yang belajar untuk tidak trust kepada pengasuhnya selama masa bayi akan menghindari atau akan ragu-ragu dalam membangun hubungan yang harus saling mempercayai sepanjang hidupnya. 3

4 2. Learning Theory Pemberian reward mengarah kepada rasa cinta. Para ahli teori learning berasumsi bahwa bayi akan attached seseorang yang memberi meraka makan dan memuaskan kebutuhannya. Menyusui dipandang sebagai hal yang penting karena dua alasan: a. Pertama, karena hal tersebut dapat menimbulkan respon positif dari bayi (seperti tersenyum) yang akan meningkatkan kasih sayang terhadap bayi. b. Kedua, menyusai adalah kesempatan bagi ibu untuk memberikan kenyamanan pada bayi seperti memberi makan, kehangatan, sentuhan kasih sayang, kelembutan. Bayi mulai menghubungkan ibunya dengan sensai yang menyenangkan sehingga ibu menjadi barang yang berharga baginya. Ketika ibu memperoleh status sebagai secondary reinforcer, maka bayi akan attach dengan ibunya sehingga bayi akan melakukan apapun (seperti: tersenyum, bergumam, atau mengikuti) untuk menarik perhatian dari individu yang dianggap penting baginya. Mereka belajar untuk mengasosiasikan pengumpan (biasanya ibu) dengan kenyamanan diberi makan dan melalui proses pengkondisian klasik, mereka juga menemukan bahwa perilaku tertentu (misalnya menangis, tersenyum) membawa respon yang diinginkan dari orang lain (misalnya perhatian, kenyamanan) dan melalui proses pengkondisisan operan belajar untuk mengulangi perilaku ini dalam rangka untuk mendapatkan hal-hal yang mereka inginkan. Teori ini juga menunjukkan bahwa ada periode kristis untuk mengembangkan attachment (sekitar 0-5 tahun). Jika attachment belum dikembangkan selama periode ini, maka anak akan menderita konsekuensi perkembangan ireversibel, seperti berkurangnya kecerdasan dan meningkatkan agresi. 3. Cognitive Developmental Theory Kelekatan baru dapat terbentuk apabila bayi sudah mampu membedakan antara ibunya dengan orang asing serta dapat memahami bahwa seseorang itu tetap ada meskipun tidak dapat dilihat oleh anak. Hal ini merupakan cerminan konsep permanensi objek yang dikemukakan Piaget (Hetherington & Parke, 1999). Saat anak bertambah besar, kedekatan secara fisik menjadi tidak terlalu berarti. Anak mulai dapat memelihara kontak psikologis dengan menggunakan senyuman, pandangan, dan kata-kata. Anak mulai dapat memahami bahwa perpisahannya dengan ibu bersifat sementara. Anak tidak merasa terlalu sedih dengan perpisahan. Orangtua dapat mengurangi situasi distres saat perpisahan dengan memberikan penjelasan pada anak. 4

5 4. Ethological Theory Asumsi utama dari pendekatan etiologi bahwa semua spesies termasuk manusia dilahirkan dengan kecenderungan perilaku bawaan yang akan berkontribusi dalam kelangsungan hidupnya dari evolusi. Bowbly yang mendukung teori psikoanalistik Freudian percaya bahwa perilaku yang dibawa sejak lahir di desain untuk membentuk attachment antara bayi dengan pengasuhnya. Teori Attachment Jenis - Jenis Attachment Meskipun attachment terhadap pengasuh meningkat pada pertengahan tahun pertama, kelihatannya beberapa bayi mempunyai pengalaman attachment yang lebih positif. Marry Ainsworth (1978) mengatakan dalam secure attachment bayi menggunakan pengasuhnya (ibunya) sebagai dasar yang aman untuk menjelajahi lingkungan. Ainsworth percaya bahwa secure attachment pada tahun pertama kehidupan menyediakan pondasi penting untuk perkembangan psikososial dalam kehidupan selanjutnya. Sensitifitas pengasuh terhadap tanda-tanda yang ditunjukkan bayi meningkatkan secure attanchment. Bayi yang merasakan ikatan yang aman dapat pergi meninggalkan ibunya dengan bebas tetapi tetap memperhatikan keberadaan ibunya hanya dengan memandang sekilas. Bayi yang merasakan ikatan yang aman akan merespon positif apabila digendong oleh orang lain dan ketika diletakkan kembali akan kembali bermain bebas. Pada bayi yang merasakan ikatan yang tidak aman akan menghindar dari ibunya atau akan merasakan perasaan yang bertentangan terhadap ibunya, merasa asing, dan marah karena perpisahan yang sebentar setiap harinya (Santrock, 1998). Mary Ainswort bekerjasama dengan Bowbly menemukan bahwa kualitas attachment akan mempengaruhi perkembangan anak. Maka Ainsworth melakukan observasi alami dengan mengembangkan struktur tertentu untuk mengukur perilaku attachment menggunakan strange situation, yaitu prosedur dimana pengalaman anak pada serangkaian perpisahan dan pertemuan dengan pengasuhnya dan reaksi anak diamati (dalam Kaplan, 2000). Strange situation yang dikembangkan oleh Marry Ainsworth menyebutkan bahwa bayi dapat dikategorikan menjadi tiga kategori berdasarkan perilaku yang diamati, kemudian muncul kategori keempat dari perilaku yang teramati. berikut adalah dua kategori attachment (Kaplan, 2000): 5

6 1. Secure Attachment Bayi yang di klasifikasikan sebagai securely attached jika bertemu dengan ibunya, mereka menyapa ibunya dengan positif berusaha mendekatkan diri pada saat bertemu dan hanya menunjukkan beberapa perilaku negatif terhadap ibunya. Bayi yang secure menggunakan ibunya sebagai dasar yang aman untuk menjelajahi lingkungannya. Ketika ibunya meninggalkannya, bayi akan protes atau menangis tetapi ketika ibu kembali, bayi akan menyapa dengan penuh kesenangan dan anak ingin digendong dan dekat dengan ibunya. Kepribadian anak yang secure ketika dewasa akan lebih mudah untuk mengungkapakan kekurangan-kekurangan dalam dirinya (Cassida, 1988). Selain itu anak yang secure akan lebih mengingat masa-masa kecilnya yang menyenangkan (Cassidy, 1999). Secure attachment dalam suatu hubungan akan didasari dengan kepercayaan, kepuasan, komitmen, dan kemandirian. 2. Insecure Attachment Bayi memiliki insecure attachment tidak mengalami ketersediaan dan kenyamanan dari pengasuh yang konsisten ketika merasakan adanya ancaman. Keinginan akan perhatian tidak diatasi dengan perhatian yang konsisten (Ainsworth, et al., 1978). Dampak dari pengalaman semacam itu menghasilkan bayi menjadi cemas akan ketersediaan pengasuhnya, rasa takut akan adanya respon atau respon yang tidak efektif ketika dibutuhkan. Mereka juga dapat menjadi marah kepada pengasuhnya karena kurangnya respon kepada mereka. Bowbly (1973) berspekulasi bahwa kemungkinan berkembangnya reaksi marah pada bayi dikarenakan reaksi tersebut sebagai bentuk hukuman karena tidak responsifnya pengasuh dan kemungkinan reaksi tersebut sengaja dilakukan untuk mendorong pengasuh untuk lebih responsive. Kepribadian anak yang insecure dimasa depannya akan tidak mudah untuk mengungkapkan kekurangan-kekurangan dalam dirinya (Cassidy, 1999). Selain itu anak yang insecure akan lebih mengingat memori-memori yang tidak menyenangkan dimasa kecilnya (Cassidy, 1999). Terdapat tiga bentuk attachment yang tergolong dalam insecure attachment, yaitu: 1. Anxious / Avoidant Attachment Bayi yang di klasifikasikan dalam avoidant mengabaikan ibunya ketika ibunya memasuki ruangan pada saat bertemu kembali dan menghindar untuk melakukan kontak dengan 6

7 ibunya. Mereka menjelajahi lingkungan tanpa menggunakan ibunya sebagai dasar untuk eksplorasi dan tidak peduli apakah ibunya ada atau tidak. Ketika ibunya meninggalkan, anak tidak terpengaruh dan ketika ibunya kembali lagi anak akan menghindari ibunya. Mereka tidak mau mengadakan kontak ketika sedang distress dan tidak mau dipegang. 2. Anxious / Resistant Attachment Bayi yang diklasifikasikan sebagai resistant menunjukkan kecemasan yang hebat ketika memasuki ruangan sebelum sesi dimulai. Dari awal bayi memegang erat ibunya dan takut untuk menjelajahi ruangan dengan sendiri. Mereka sangat cemas akan perpisahan dan sering menangis secara berlebihan. Mereka menunjukkan sikap marah ketika bertemu denga ibunya. Mereka menjadi bingung antara mencari atau menghindar untuk mengadakan kontak dengan ibunya. Bayi ini mencari kontak dengan ibunya dan pada saat yang sama juga menolak orangtuanya karena kemarahan mereka kepada orangtuanya. 3. Anxious / Disorganized Disoriented Attachment Bayi menunjukkan banyak perilaku yang berbeda. kadang-kadang mereka mendekati pengasuhnya kemudian menunjukkan perilaku yang bertentangan pada saat yang sama, seperti mendekati orangtuanya tanpa melihat kepada orangtuanya. Ada yang menunjukkan ketakutan terhadap pengasuhnya. Mereka menunjukkan kebingungan, khawatir, dan depresi. Banyak anak diabaikan dan disiksa yang menunjukkan perilaku ini. Bayi juga menunjukkan tingkat hormon tingkat tinggi yang mengindikasikan stres. Attachment Behavior Menurut Bowly (19730 attachment behavior adalah beberapa bentuk perilaku yang dihasilkan dari usaha seseorang untuk mempertahankan kedekatan dengan orang lain yang dianggap mampu memberikan perlindungan dari ancaman lingkungan terutama saat seseorang merasa takut, sakit, dan terancam. Terdapat dua stimulus yang membuat mereka merasa terancam: 1. Stimulus yang berbentuk besar, suaranya keras, datang secara tiba-tiba dan berubah dengan cepat. 2. Objek yang bagi anak merupakan sesuatu yang asing. Jika anak berada dalam kondisi ini maka sistem kelekatannya diaktifkan. Anak akan bergerak mendekat untuk melihat atau memeriksa keberadaan ibunya. 7

8 Berkaitan dengan tingkah laku lekat, Ainsworth menyebutkan ada mekanisme yang disebut dengan working model atau internal working model. Berdasarkan kualitas hubungan anak dengan pegasuh maka anak akan mengembangkan kontruksi mental atau internal working model mengenai diri dan orang lain yang akan menjadi prototif dalam hubungan sosial (Bowlby, 1973) yang terdiri dari empat komponen yang paling terhubung yaitu: 1. Memori tentang kelekatan yang dihubungkan dengan pengalaman. 2. Kepercayaan, sikap, dan harapan mengenai diri dan orang lain yang dihubungkan dengan kelekatan. 3. Kelekatan dihubungkan dengan tujuan dan kebutuhan (goal and needs). 4. Strategi dan rencana yang diasosiasikan dengan pencapaian tujuan kelekatan. Menurut Bowlby (1973), internal working model dan figur lekat saling melengkapi serta saling menggambarkan dua sisi hubungan tersebut. Bayi yang diasuh dengan kehangatan, sensitifitas, responsifitas akan mengembangkan internal working model yang positif pada orangtua dan diri sendiri. Internal working model merupakan hasil interpretasi pengalaman secara terus menerus dan interkasinya dengan figur lekat. Terdapat dua faktor yang dapat meningkatkan kestabilan internal working model yaitu: 1. Familiar Pola interaksi yang berulang, cenderung akan menjadi kebiasaan yang terjadi secara otomatis. 2. Dyadic Pattern Pola timbal balik cenderung akan mengubah pola individual karena harapan timbal balik memerintahkan masing-masing pasangan untuk mengartikan perilaku pihak lainnya. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud tingkah laku lekat adalah beberapa bentuk perilaku yang dihasilkan dari usaha seseorang untuk mempertahankan kedekatan dengan seseorang yang dianggap mampu memberikan perlindungn dari ancaman lingkungan terutama saat anak merasa takut, sakit, dan terancam. Tujuannya adalah mendapatkan kenyamanan dari figur lekat. Tingkah laku lekat berupa berbagai macam tingkah laku yang dilakukan anak untuk mencari, menambah, dan mempertahankan kedekatan serta melakukan dengan figur lekat. 8

9 Bentuk-Bentuk Attachment Behavior Tingkah laku lekat pada manusia sangat bervariasi dan dapat tampak pada semua anak. Tingkah laku ini dipergunakan untuk mencari dan mempertahankan kedekatan serta tujuan (goal corrected) hasil yang diharapkan dari tingkah laku ini adalah kedekatan dengan ibu. Secara umum pengelompokan tingkah laku lekat menurut Bowbly dan Ainsworth: A. Signaling Behavior Efek dari tingkah laku ini adalah mendekatnya ibu pada anak. Tingkah laku ini sebetulnya bagi anak diharapkan untuk mendapatkan dan meningkatkan kedekatan dengan ibu. Kondisi anak dan pengaruhnya terhadap tingkah laku ibu (maternal behavior) berbeda-beda. Misal: anak menangis (signaling behavior) maka ibu akan datang dan menggendong (maternal behavior). 1. Menangis Timbul dari kondisi yang berbeda-beda, begitu pula intensitas dan ritmenya. Terdapat tiga macam bentuk tangisan yaitu: tangisan dasar, tangisan marah, dan tangisan sakit. Terdapat juga tangisan takut. Tangisan takut timbul secara mendadak, keras, dan diikuti keheningan yang cukup panjang saat bayi menarik nafas. 2. Tersenyum dan Meraban Tingkah laku ini efektif berpengaruh pada tingkah laku ibu setelah bayi berusia empat minggu. Tingkah laku ini muncul saat bayi bangun dan sadar serta merasa senang, artinya bayi tidak sedang sakit, lapar, dan sendirian. Respon ibu terhadap respon anak biasanya tersenyum kembali, berbicara, melambai, menepuk, mengangkat, dan menunjukkan kebahagiaan diantara mereka. 3. Tanda Acungan Tangan (Gesture Raised Arms) Kemampuan bayi untuk mengangkat tangan saat ibu berada didekatnya muncul saat bayi berusia enam bulan. Anak selalu mengartikan isyarat ibu dengan mengangkat anak sehingga anak mengacungkan kedua tangannya. Ancungan tangan ini oleh ibu diartikan bahwa anak ingin diangkat dan direspon dengan menggendong anak. 4. Mencoba Menarik Perhatian Perilaku ini dapat dilihat sebagai salah satu pernyataan perasaan dekat anak dan ibu. Tingkah laku ini pada usia 32 minggu sampai 34 minggu. Anak-anak yang berada pada 9

10 batas usia ini biasanya selalu berusaha mencari perhatian dan tidak akan puas sebelum mendapatkannya. B. Approaching Behavior Tingkah laku ini menyebabkan anak mendekat pada ibu, hal ini membuktikan bahwa seseorang mempunyai kecenderungan untuk selalu dekat dengan orang lain. Tingkah laku ini dinamakan tingkah laku lekat jika bayi hanya menunjukkan perilaku ini pada oran-orang tertentu dan tidak pada orang lain (Ainsworth, 1978). Terdapat beberapa kategori tingkah laku yang termasuk dalam approaching behavior yaitu: 1. Mendekat dan Mengikuti Perilaku ini muncul saat bayi berusia delapan bulan yaitu pada saat timbulnya kemampuan lokomosi pada bayi. Anak akan berusaha menyesuaikan gerakannya dengan figur lekat dalam rangka mencari atau mempertahankan kedekatan dengan figur lekatnya. Saat kemampuan kognisi muncul, anak tidak hanya mendekati, namun anak akan berusaha mencari. 2. Clinging Tingkah laku ini berupa gerakan memeluk ibu apabila terjadi kontak yang sangat dekat dan sangat kuat pada anak yang berusia empat tahun pada saat tingkah laku lekat memuncak karena adanya tanda bahaya atau bertemu setelah perpisahan singkat (Ainsworth, 1978). Clinging muncul pada situasi khusus seperti saat anak gelisah, takut, khawatir, dan merasa terancam rasa amannya (Bowlby, 1973). 3. Menghisap Tingkah laku lekat tidak hanya menggunakan anggota tubuh tetapi juga mulut untuk mengisap dengan kuat puting susu ibunya. Berdasarkan hasil observasi disimpulkan bahwa nipple and sucking mempunyai fungsi mendapatkan makanan sesuai kebutuhan bayi, merupakan salah satu bentuk tingkah mengisap yang kadang muncul pada saat anak tidak memerlukan makanan. Tingkah laku ini membuat bayi merasa rileks oleh karena itu tingkah laku ini merupakan bagian tingkah laku lekat dan mempunyai unsur kedekatan dengan ibu (Bowlby, 1973). 10

11 Daftar Pustaka Feist, J., & Feist G (2012). Theories of Personality (7 th ed.) USA: MC Graw Hill. 11

Perkembangan dari Attachment (kelekatan) Kita harus memakai orang yang khusus di dalam kehidupan yang dapat membimbing anak-anak untuk merasakan rasa

Perkembangan dari Attachment (kelekatan) Kita harus memakai orang yang khusus di dalam kehidupan yang dapat membimbing anak-anak untuk merasakan rasa PERKEMBANGAN ATTACHMENT (KELEKATAN) Perkembangan dari Attachment (kelekatan) Kita harus memakai orang yang khusus di dalam kehidupan yang dapat membimbing anak-anak untuk merasakan rasa senang. Apabila

Lebih terperinci

KELEKATAN PADA ANAK. Oleh : Sri Maslihah

KELEKATAN PADA ANAK. Oleh : Sri Maslihah KELEKATAN PADA ANAK Oleh : Sri Maslihah Anak yang satu tetap nempel pada bundanya padahal sudah saatnya masuk ke kelas, ada juga anak lain menangis begitu melihat ibunya harus keluar dari kelasnya sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa pasangan suami istri menginginkan keturunan sebagai bagian dari keluarga mereka. Pasangan suami istri pasti berharap untuk mendapatkan anak yang sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang

BAB I PENDAHULUAN. orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Attachment pada manusia pertama kali terbentuk dari hubungan antara orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang berinteraksi dengan bayinya.

Lebih terperinci

RAUDHAH: Vol. IV, No. 2: Juli Desember 2016, ISSN: PERAN KUALITAS KEMELEKATAN ANAK TERHADAP PERILAKU SOSIAL. Fauziah Nasution, M.

RAUDHAH: Vol. IV, No. 2: Juli Desember 2016, ISSN: PERAN KUALITAS KEMELEKATAN ANAK TERHADAP PERILAKU SOSIAL. Fauziah Nasution, M. PERAN KUALITAS KEMELEKATAN ANAK TERHADAP PERILAKU SOSIAL Fauziah Nasution, M.Psi Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Jalan Williem Iskandar Pasar V Medan Estate

Lebih terperinci

PROSES PEMBENTUKAN KELEKATAN PADA BAYI

PROSES PEMBENTUKAN KELEKATAN PADA BAYI PROSES PEMBENTUKAN KELEKATAN PADA BAYI Dwi Hardiyanti Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, dwihardiyanti@ymail.com Diterima: April 2017. Disetujui: Mei 2017. Dipublikasikan: Juli 2017 ABSTRAK Kelekatan

Lebih terperinci

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang HUBUNGAN KELEKATAN DAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK. Kelekatan (Attachment) merupakan hubungan emosional antara seorang anak dengan pengasuhnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial 1. Pengertian Penyesuaian Sosial Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Regulasi Diri Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri. 2.1.1. Definisi Regulasi Diri Regulasi diri adalah proses

Lebih terperinci

INFANCY. Psikologi Perkembangan Unita Werdi Rahajeng

INFANCY. Psikologi Perkembangan Unita Werdi Rahajeng INFANCY Psikologi Perkembangan Unita Werdi Rahajeng www.unita.lecture.ub.ac.id MASA SENSORIMOTOR (PIAGET) 1. Substage 1: Simple Reflex 2. Substage 2: Primary Circular Reaction 3. Substage 3: Secondary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dan membentuk hubungan sosial dengan orang lain, karena pada dasarnya manusia tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir. 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir. 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir Menurut Goleman (2000) kecerdasan emosional adalah kemampuan yang dimiliki seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelekatan 1. Defenisi Kelekatan (attachment) Menurut Bashori (2006) kelekatan adalah ikatan kasih sayang antara anak dengan pengasuhnya. Ikatan ini bersifat afeksional, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Attachment merupakan istilah yang diperkenalkan pertama kali oleh seorang psikolog dari Inggris John Bowlby pada tahun 1958 mengenai gambaran ikatan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Adanya interaksi sosial antara manusia yang satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. PERSAHABATAN 1. Definisi Persahabatan Menurut Rubin (2004), persahabatan adalah multidimensi dalam sifat dan melayani manusia dalam berbagai cara (seperti kesenangan, harapan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku asertif sangat penting bagi setiap orang guna memenuhi segala kebutuhan dan keinginan, terutama pada mahasiswa, dimana harus menyelesaikan tugas perkembangan

Lebih terperinci

Teori Etologi. Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. Teori etologi Bowlby. Darwin dan Teori Evolusi. Etologi Modern. Evaluasi Teori.

Teori Etologi. Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. Teori etologi Bowlby. Darwin dan Teori Evolusi. Etologi Modern. Evaluasi Teori. Modul ke: Teori Etologi Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. Darwin dan Teori Evolusi Etologi Modern Teori etologi Bowlby Evaluasi Teori Eksperimen Lorenz Daftar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang

PENDAHULUAN. seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang menyenangkan dan nyaman

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ATTACHMENT OBJEK PENGGANTI DENGAN TEMPERAMEN PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN DI LINGKUNGAN SIKUNIR KELURAHAN BERGASLOR KECAMATAN BERGAS

HUBUNGAN ANTARA ATTACHMENT OBJEK PENGGANTI DENGAN TEMPERAMEN PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN DI LINGKUNGAN SIKUNIR KELURAHAN BERGASLOR KECAMATAN BERGAS HUBUNGAN ANTARA ATTACHMENT OBJEK PENGGANTI DENGAN TEMPERAMEN PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN DI LINGKUNGAN SIKUNIR KELURAHAN BERGASLOR KECAMATAN BERGAS SKRIPSI Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi BAB I PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa peralihan atau masa transisi dari masa anakanak ke masa dewasa yang disertai dengan perubahan (Gunarsa, 2003). Remaja akan mengalami berbagai perubahan dalam

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN)

KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN) KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN) TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM: Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa dapat memahami karakteristik perkembangan aspek fisik, motorik, intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di usia remaja antara 10-13 tahun hingga 18-22 tahun (Santrock, 1998), secara

Lebih terperinci

Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Kelekatan Anak-Orang Tua

Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Kelekatan Anak-Orang Tua Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Kelekatan Anak-Orang Tua P 7 Dani Nurhayati Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Jalan Marsda Adisucipto No.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Diri Akademis 1. Pengertian konsep diri Cara pandang individu tentang dirinya akan membentuk suatu konsep tentang diri sendiri. Konsep tentang diri merupakan hal yang penting

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Interaksi Ayah-Anak

TINJAUAN PUSTAKA Interaksi Ayah-Anak TINJAUAN PUSTAKA Interaksi Ayah-Anak Dalam kehidupan berkeluarga, ayah biasanya diidentikkan sebagai orang tua yang banyak meninggalkan rumah, menghukum, mempunyai pengetahuan yang lebih luas, berkedudukan

Lebih terperinci

KELEKATAN DALAM PERKEMBANGAN ANAK

KELEKATAN DALAM PERKEMBANGAN ANAK KELEKATAN DALAM PERKEMBANGAN ANAK Zusy Aryanti Dosen Psikologi pada Jurusan Tarbiyah STAIN Jurai Siwo Metro Email: Zusyar4@gmail.com Abstract Attachment is strong relationship between a child and his mother

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap 7 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap perkembangan khususnya pada tahapan dewasa muda, hubungan romantis, attachment dan tipe attachment. 2.1 Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. lingkungan (Semiun, 2006). Penyesuaian diri diistilahkan sebagai adjustment.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. lingkungan (Semiun, 2006). Penyesuaian diri diistilahkan sebagai adjustment. BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pada umumnya individu melakukan interaksi dengan individu lain. Proses interaksi tidak lepas dari adanya penyesuaian diri. Penyesuaian diri dilakukan untuk membantu menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ainsworth (dalam Helmi, 2004) mengartikan kelekatan sebagai ikatan afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini berlangsung lama

Lebih terperinci

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi. Fak. Psikologi UMBY

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi. Fak. Psikologi UMBY Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi. Fak. Psikologi UMBY Emosi adalah perasaan atau afeksi yang melibatkan gabungan antara aspek fisiologis (detak jantung misalnya) dengan perilaku tampak (tersenyum, misalnya)

Lebih terperinci

HUBUNGAN KELEKATAN AMAN (SECURE ATTACHMENT) ANAK PADA ORANGTUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK KELOMPOK B TK PKK 37 DODOGAN JATIMULYO DLINGO BANTUL SKRIPSI

HUBUNGAN KELEKATAN AMAN (SECURE ATTACHMENT) ANAK PADA ORANGTUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK KELOMPOK B TK PKK 37 DODOGAN JATIMULYO DLINGO BANTUL SKRIPSI HUBUNGAN KELEKATAN AMAN (SECURE ATTACHMENT) ANAK PADA ORANGTUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK KELOMPOK B TK PKK 37 DODOGAN JATIMULYO DLINGO BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja akhir merupakan rangkaian terakhir dalam rentang perkembangan remaja yang berkisar antara usia 18-21 tahun (Steinberg, 1993). Masa remaja dikatakan sebagai peralihan

Lebih terperinci

Perkembangan Emosi Pada Bayi

Perkembangan Emosi Pada Bayi Perkembangan Emosi Pada Bayi Oleh Sutji Martiningsih Wibowo Sumbangan tulisan untuk Buletin Akhwat Yayasan Islam Paramartha Pilihan topik bahasan kali ini adalah Perkembangan emosi pada bayi yang mungkin

Lebih terperinci

6. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

6. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 6. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN Pada bab ini akan disampaikan kesimpulan dari penelitian ini, diskusi mengenai hasil yang disampaikan pada kesimpulan, dan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya selanjutnya

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Modul ke: Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar Manusia Pandangan

Lebih terperinci

Seorang wanita yang telah berkeluarga dan memiliki anak, secara otomatis. memegang tanggung j awab membantu anak dalam mengembangkan semua

Seorang wanita yang telah berkeluarga dan memiliki anak, secara otomatis. memegang tanggung j awab membantu anak dalam mengembangkan semua BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. La tar Belakang Seorang wanita yang telah berkeluarga dan memiliki anak, secara otomatis memegang tanggung j awab membantu anak dalam mengembangkan semua potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan berakhir dengan berkembangnya penggunaan bahasa. Masa bayi berlangsung sekitar 18

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan

Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Struktur Kepribadian Dinamisme (the

Lebih terperinci

Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap. psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai

Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap. psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai Teori Psikososial, Erik Erikson ( 1902-1994 ) Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai manusia tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan seorang manusia berjalan secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut

Lebih terperinci

6 KEBIASAAN BAYI YANG MASIH TERBAWA SAMPAI BATITA

6 KEBIASAAN BAYI YANG MASIH TERBAWA SAMPAI BATITA 6 KEBIASAAN BAYI YANG MASIH TERBAWA SAMPAI BATITA Tiap tahapan perkembangan pastilah ada hal-hal baru yang dipelajari anak. Namun tak jarang kebiasaankebiasaan di tahap perkembangan sebelumnya masih terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis pada kehidupannya. Saat anak dirawat di rumah sakit banyak hal yang baru dan juga asing yang harus

Lebih terperinci

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI. Terbagi 2 tahap : - Neonatal (0 atau baru lahir sd ± 2minggu) -Bayi (setelah 2 minggu sd 2 tahun)

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI. Terbagi 2 tahap : - Neonatal (0 atau baru lahir sd ± 2minggu) -Bayi (setelah 2 minggu sd 2 tahun) BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI Terbagi 2 tahap : - Neonatal (0 atau baru lahir sd ± 2minggu) -Bayi (setelah 2 minggu sd 2 tahun) TUGAS PERKEMBANGAN MASA BAYI Belajar makan makanan padat Belajar berjalan

Lebih terperinci

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Selamat membaca, mempelajari dan memahami

Lebih terperinci

KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT. Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT. Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Ikatan kasih sayang antara ibu dan anak sangatlah penting, tidak adanya ikatan kasih sayang antara ibu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap BAB II LANDASAN TEORI II. A. Harga Diri II. A. 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka, digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesepian merupakan salah satu masalah psikologis yang kerap muncul dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan relasi antar pribadi pada masa dewasa. Hubungan attachment berkembang melalui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby. Kemudian

BAB II LANDASAN TEORI. seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby. Kemudian BAB II LANDASAN TEORI A. ATTACHMENT 1. Pengertian Attachment Istilah attachment atau kelekatan untuk pertama kalinya dikemukakan oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa kehidupan yang penting dalam rentang hidup manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Febi Rosalia Indah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Febi Rosalia Indah, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha yang memiliki arah dan sifatnya sistematis demi perubahan tingkah laku yang menjadi lebih baik dari siswa adalah pendidikan. (Sadirman, 2011).

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson

Psikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Struktur Kepribadian Ego Kreatif Ego kreatif:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana seseorang akan kehilangan orang yang meninggal dengan penyebab dan peristiwa yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dari masa kanak-kanak menuju dewasa ditandai dengan adanya masa transisi yang dikenal dengan masa remaja. Remaja berasal dari kata latin adolensence,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya senantiasa membutuhkan orang lain.kehadiran orang lain bukan hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya senantiasa membutuhkan orang lain.kehadiran orang lain bukan hanya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang dalam menjalankan kehidupannya senantiasa membutuhkan orang lain.kehadiran orang lain bukan hanya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian

Lebih terperinci

Kelekatan (Attachment) Pada Anak

Kelekatan (Attachment) Pada Anak Kelekatan (Attachment) Pada Anak Eka Ervika Program Studi Psikologi- Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Akhir-akhir ini masyarakat dikejutkan dengan banyaknya peristiwa kriminal

Lebih terperinci

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang nyaman dan bahagia, yaitu hidup dengan perlindungan dan kasih sayang dari kedua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan bersosialisasi dengan lingkungannya, keluarga, sekolah, tempat les, komunitas, dan lainlain. Manusia pada hakikatnya

Lebih terperinci

BUDAYA DAN PROSES PERKEMBANGAN

BUDAYA DAN PROSES PERKEMBANGAN BUDAYA DAN PROSES PERKEMBANGAN OLEH: DR. ASIH MENANTI, MS * CULTURE AND TEMPERAMENT: PERBEDAAN PSIKOLOGIS YANG MUNCUL PADA ANTAR BUDAYA, BANYAK MEMBICARAKAN TENTANG TEMPERAMEN, KELEKATAN, PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

xvi BAB I PENDAHULUAN

xvi BAB I PENDAHULUAN xvi BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bagi banyak orang konsep suatu adiksi biasanya berkaitan dengan obat obatan. Maka tidak mengherankan bahwa definisi adiksi banyak dikaitkan dengan obat obatan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk pertama kalinya belajar berinteraksi atau melakukan kontak sosial

BAB I PENDAHULUAN. untuk pertama kalinya belajar berinteraksi atau melakukan kontak sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak. Anak untuk pertama kalinya belajar berinteraksi atau melakukan kontak sosial dengan orang lain dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan, antara pria dan

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan, antara pria dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, dimana mereka tidak dapat hidup seorang diri. Manusia selalu membutuhkan orang lain, baik untuk saling membantu, bekerja sama, bahkan

Lebih terperinci

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI PERKEMBANGAN BAYI NEONATAL CIRI-CIRI BAYI NEONATAL Merupakan periode tersingkat Terjadi penyesuaian radikal Merupakan masa terhentinya perkembangan Merupakan pendahuluan dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. KUESIONER POLA ATTACHMENT

LAMPIRAN 1. KUESIONER POLA ATTACHMENT LAMPIRAN 1. KUESIONER POLA ATTACHMENT 1 Selamat Pagi/Siang/Sore, Saya Sekar Pradani Niken M.D.A.A.P (Mahasiswi Semester 8 dari Fakultas Humaniora, Jurusan Psikologi, Binus University) ingin melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran peserta didik yang dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran peserta didik yang dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik yang dapat mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin meningkat prevalensinya dari tahun ke tahun. Hasil survei yang dilakukan oleh Biro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan orang lain. Setiap manusia, selalu berinteraksi dengan orang-orang yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu memiliki beberapa tahap dalam kehidupannya, salah satunya adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi individu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling menarik dari percepatan perkembangan seorang remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. paling menarik dari percepatan perkembangan seorang remaja adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan satu masa yang sangat menyulitkan, di mana terjadi percepatan perkembangan baik secara fisik, seksual, maupun sosial. Hal yang paling menarik dari

Lebih terperinci

Pedologi. Review Seluruh Materi. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi.

Pedologi. Review Seluruh Materi. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi. Pedologi Modul ke: Review Seluruh Materi Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id RETARDASI MENTAL Retardasi mental (mental retardation) adalah keterlambatan

Lebih terperinci

PERILAKU KELEKATAN PADA ANAK USIA DINI (PERSPEKTIF JOHN BOWLBY) Cenceng 1. Abstract

PERILAKU KELEKATAN PADA ANAK USIA DINI (PERSPEKTIF JOHN BOWLBY) Cenceng 1. Abstract PERILAKU KELEKATAN PADA ANAK USIA DINI (PERSPEKTIF JOHN BOWLBY) Cenceng 1 Abstract Attachment theory was first introduced by John Bowlby. This theory tries to elaborate patterns of relationship between

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tugas utama anak usia dini adalah mengembangkan kemandirian, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tugas utama anak usia dini adalah mengembangkan kemandirian, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas utama anak usia dini adalah mengembangkan kemandirian, yaitu mereka menantang dirinya untuk menjadi lebih independen dalam melakukan aktivitas sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1950 di Indonesia adalah Gereja Kristen Indonesia atau yang biasa disebut GKI. GKI adalah sekelompok gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa berada pada masa dewasa awal. Pada masa ini, mahasiswa berada pada masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa transisi ini banyak hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebutan masa kanak-kanak akhir, misalnya orangtua memberi sebutan

BAB I PENDAHULUAN. sebutan masa kanak-kanak akhir, misalnya orangtua memberi sebutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kanak akhir dimulai pada umur 7-12 tahun. Ada beberapa sebutan masa kanak-kanak akhir, misalnya orangtua memberi sebutan usia tidak rapih, karena anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan sekitarnya. Sepanjang hidup, manusia akan

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Kelekatan (attachment) 2.1.1. Definisi Kelekatan (attachment) Bowlby mengatakan bahwa kelekatan (attachment) adalah ikatan antara bayi dan ibu, sedangkan menurut Papalia dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. penerima sedemikian rupa, sehingga orang yang menolong akan merasa bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. penerima sedemikian rupa, sehingga orang yang menolong akan merasa bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial 1. Pengertian Perilaku Prososial Setiap manusia diciptakan Allah SWT untuk saling mengasihi, mencintai, dan menolong sesama. perilaku prososial dimaksudkan

Lebih terperinci

xxii BAB 2 LANDASAN TEORI

xxii BAB 2 LANDASAN TEORI xxii BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Attachment Style Dalam hubungan bayi dengan orangtua, bayi mulai menyadari orangtua atau pengasuhnya dan mengantisipasi tingkah laku mereka. Bowlby dan Ainsworth merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado

Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado Genetik Nutrisi dengan kualitas dan kuantitas sesuai kebutuhan Lingkungan Tumbuh kembang Optimal 3 } perilaku makan adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kelekatan Dengan Teman Sebaya 1. Pengertian Kelekatan Anak-anak biasanya selalu mempunyai figur yang paling dekat dengan dirinya seperti ibu, ayah, atau pengasuhnya. Anak-anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat gambaran prokrastinasi pada mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara. Landasan teori ini

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERILAKU LEKAT BAYI PADA ORANGTUA ANTARA YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN YANG TIDAK DIBERI ASI EKSKLUSIF

PERBEDAAN PERILAKU LEKAT BAYI PADA ORANGTUA ANTARA YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN YANG TIDAK DIBERI ASI EKSKLUSIF PERBEDAAN PERILAKU LEKAT BAYI PADA ORANGTUA ANTARA YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN YANG TIDAK DIBERI ASI EKSKLUSIF (Studi pada Bayi Umur 6 Bulan 3 Tahun di Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo) Qurrotul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian kali ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang menggunakan paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar orang yang sudah menikah menginginkan seorang anak dalam rumah tangga mereka. Anak merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga dan dilindungi. Beberapa

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MASA BAYI

PERKEMBANGAN MASA BAYI PERKEMBANGAN MASA BAYI Tahap Masa Bayi Neonatal (0 atau baru Lahir-2 minggu Bayi (2 minggu- 2 tahun) TUGAS PERKEMBANGAN MASA BAYI Belajar makan makanan padat Belajar berjalan Belajar bicara Belajar menguasai

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motivasi dan belajar adalah dua hal yang saling berkaitan. Motivasi belajar merupakan hal yang pokok dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tanpa motivasi seseorang

Lebih terperinci