TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA. 5 [Diakses tanggal 24 November 2011]

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Florist

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS RISIKO PRODUKSI

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

IV. METODE PENELITIAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

VI ANALISIS RISIKO HARGA

IV. METODE PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertanian Organik

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR

ANALISIS RISIKO PRODUKSI ANGGREK PHALAENOPSIS PADA PT EKAKARYA GRAHA FLORA DI CIKAMPEK, JAWA BARAT

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Perikanan Di Indonesia

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI

ANALISIS RISIKO DIVERSIFIKASI SAYURAN ORGANIK PADA THE PINEWOOD ORGANIC FARM DI BOGOR, JAWA BARAT DIAN FERMY SUKAMTO

ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNGA KRISAN POTONG PADA PERUSAHAAN BERKAH FLORA KECAMATAN MEGAMENDUNG, KABUPATEN BOGOR SUKMANINGRUM DWI PERMATASARI

ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI ANGGREK DENDROBIUM PADA PERMATA ANGGREK DI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko

IV METODE PENELITIAN. terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011.

MANAJEMEN RISIKO BAHAN BAKU PRODUK KARANGAN BUNGA DI PASAR BUNGA WASTUKENCANA BANDUNG

III. KERANGKA PEMIKIRAN

RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI MELON HIDROPONIK PADA PT REJO SARI BUMI UNIT TAPOS DI KABUPATEN BOGOR BRAIN ROBSON ULUAN

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS RISIKO DIVERSIFIKASI SAYURAN INDIGENOUS (Kasus : Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, Kabupaten Cianjur)

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

V. GAMBARAN UMUM PASAR BUNGA RAWABELONG

VII ANALISIS PENAWARAN APEL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA DD. MUSHROOM DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DODO PUTERA ANDESSA

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

III. METODOLOGI PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Florikultura

ANALISIS SUMBER-SUMBER RISIKO PADA PROSES PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

ANALISIS RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK PADA PT MASADA ORGANIK INDONESIA DI BOGOR JAWA BARAT

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI CV JUMBO BINTANG LESTARI GUNUNGSINDUR KABUPATEN BOGOR

ANALISIS RISIKO HARGA, RISIKO PENJUALAN DAN RISIKO PENDAPATAN PADA USAHA PEMOTONGAN AYAM NASKAH PUBLIKASI

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Karakteristik Tanaman Hias

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS DIPLADENIA CRIMSON DI PT ISTANA ALAM DEWI TARA SAWANGAN DEPOK

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS RISIKO PEMASARAN TANAMAN HIAS POT DI PT BINA USAHA FLORA, KECAMATAN SUKARESMI, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

IV METODE PENELITIAN

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY PADA PD PACET SEGAR, KECAMATAN CIPANAS, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Mentimun

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. keriting di lokasi peneltian sudah cukup tinggi, yaitu di atas rata-rata

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

III KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan. Daging merupakan

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS RISIKO PRODUKSI WORTEL DAN BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIANJUR JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI IKAN HIAS PADA PT TAUFAN FISH FARM DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4 ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Rantai Pasok Jagung

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan, kinerja, dan reputasi dari institusi yang bersangkutan. Risiko yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kejadian alam, operasional, manusia, politik, teknologi, pegawai, keuangan, hukum, dan manajemen dari organisasi. Risiko dari sebuah aktifitas yang sedang berlangsung sebagian bergantung pada siapa yang mengerjakan atau siapa yang mengelola aktifitas tersebut. 4 Sumber-sumber penyebab risiko pada usaha produksi pertanian sebagian besar disebabkan faktor-faktor teknis seperti perubahan suhu, hama dan penyakit, penggunaan input serta kesalahan teknis (human error) dari tenaga kerja. Sumbersumber risiko tersebut merupakan sumber risiko teknis (produksi). Dilihat dari segi non-teknis sumber-sumber risiko pada usaha pertanian digolongkan pada risiko pasar yang mencakup fluktuasi harga input dan output. Ditinjau dari usaha dibidang pertanian sebagian besar sumber risiko adalah kondisi iklim dan serangan hama dan penyakit. Hasil penelitian Safitri (2009) tentang analisis risiko produksi daun potong di PT. Pesona Daun Mas Asri, ciawi kabupaten Bogor, Jawa Barat menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daun potong adalah iklim atau cuaca, tingkat kesuburan lahan serta serangan hama. Faktor-faktor ini menimbulkan ketidakpastian terhadap keuntungan yang akan didapat akibat adanya fluktuasi produksi dalam usaha produksi daun potong. Demikian juga hasil penelitian Wisdya (2009) yang menemukan bahwa sumber-sumber risiko produksi anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat adalah kondisi cuaca, serangan hama dan penyakit, mutasi gen, tanaman yang tumbuh tidak seragam (stagnan), kerusakan mekanis (handling). Adanya risiko hasil produksi menimbulkan ketidakpastian terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hasil penelitian Sianturi (2011) 4 http://www.bppk.depkeu.go.id Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] 13

tentang Analisis risiko pengusahaan bunga pada PT Saung Mirwan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat menemukan bahwa sumber-sumber risiko pengusahaan bunga adalah cuaca atau iklim, hama dan penyakit, bibit, peralatan dan bangunan, tenaga kerja, dan harga produk. Berbeda halnya dengan analisis risiko produksi sayuran organik pada Permata Hati Organic Farm di Bogor, Jawa Barat. Risiko usaha yang dihadapi dalam penelitian yang dilakukan Tarigan (2009) menyimpulkan bahwa sumbersumber risiko pada usaha sayuran organik yaitu cuaca dan iklim, serangan hama dan penyakit yang mengakibatkan penurunan pendapatan perusahaan. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Markhamah (2010) tentang manajemen risiko bunga potong sebagai bahan baku produk karangan bunga pada Florist X di Pasar Bunga Wastukencana Bandung, menemukan bahwa sumber-sumber risiko pada usaha bunga potong Florist X adalah fluktuasi penggunaan bahan baku setiap periode pengiriman barang dan juga sistem quality control yang kurang baik, sehingga mengakibatkan pemakaian bahan baku yang tidak menentu dan kualitas bahan baku yang kurang baik yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Ditinjau dari segi non-teknis sumber-sumber risiko pasar pada usaha pertanian mencakup fluktuasi harga input dan output. Pada penelitian yang dilakukan Arfah (2009) tentang analisis risiko penjualan anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat menyimpulkan bahwa sumber risiko penjualan anggrek adalah klaim penjualan baik pemasaran lokal maupun ekspor yang disebabkan oleh pengembalian tanaman dan pemusnahan tanaman, kontaminasi dan kerusakan mekanis serta tanaman yang tidak sesuai kriteria standar pemesanan yang sulit untuk diduga sebelumnya, sehingga dapat mempengaruhi realisasi penjualan dan ketidakpastian terhadap keuntungan atau pendapatan yang akan diperoleh oleh perusahaan. Sementara itu Firmansyah (2009) dalam penelitiannya tentang risiko portofolio pemasaran sayur organik pada perusahaan Permata Hati Organic Farm mengungkapkan ketidakpastian pesanan merupakan sumber utama risiko pasar yang dihadapi perusahaan. Hal yang sama juga ditemukan Sari (2009) yang meneliti tentang risiko harga cabai merah keriting dan cabai merah besar di Indonesia. Hasil analisis risiko harga pada kedua komoditas tersebut menunjukkan 14

bahwa fluktuasi harga tidak terlepas dari pengaruh permintaan dan penawaran pasar. Harga cabai merah biasanya naik pada akhir tahun dimana banyak perayaan hari-hari besar keagamaan seperti lebaran, natal dan tahun baru. Harga rendah terjadi pada bulan-bulan Mei-Agustus dimana pada saat tersebut terjadi oversupply diakibatkan adanya panen serentak lahan pertanian cabai Indonesia. Dari penelitian-penelitian terdahulu diperoleh variabel-variabel yang menjadi sumber-sumber risiko yaitu faktor cuaca, hama dan penyakit, kerusakan teknis/mekanis, dan efektivitas penggunaan input. Variabel-variabel tersebut juga diduga menjadi sumber risiko produksi pada penggunaan tanaman hias adenium yang diteliti dalam penelitian ini. 2.2. Metode Analisis Risiko Risiko dapat diukur dengan menggunakan metode analisis seperti Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation yang satu sama lain saling berhubungan. Ketiga indikator ini menjadi indikator besar atau tidaknya risiko yang dihadapi oleh suatu usaha. Dimana, semakin kecil nilai dari ketiga indikator tersebut maka semakin rendah risiko yang dihadapi, bergitu juga sebaliknya semakin besar nilai dari ketiga indikator tersebut maka semakin tinggi risiko yang dihadapi oleh suatu usaha. Dalam penelitian Safitri (2009) tentang risiko produksi daun potong di PT. Pesona Daun Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat digunakan ketiga metode analisis risiko Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation dengan menggunakan expected return. Metode penilaian yang sama juga dilakukan oleh Arfah (2009) dalam penelitiannya tentang analisis risiko penjualan anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat, namun dalam penelitian tersebut digunakan analisis pendapatan untuk menganalisis pendapatan perusahaan. Pada penelitian Tarigan (2009) tentang analisis risiko produksi sayuran organik pada Permata Hati Organic Farm di Bogor, Jawa Barat menggunakan analisis Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Analisis tersebut juga digunakan dalam penelitian Sianturi (2011) tentang analisis risiko pengusahaan bunga pada PT Saung Mirwan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa 15

Barat dan juga pada penelitian Wisdya (2009) tentang analisis risiko produksi anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat. Berbeda halnya dengan penelitian Markhamah (2010) tentang manajemen risiko bunga potong sebagai bahan baku produk karangan bunga pada Florist X di Pasar Bunga Wastukencana Bandung. Metode analisisnya adalah pengukuran yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Pengukuran yang bersifat kuantitas dilakukan dengan menggunakan Metode analisis nilai standar (analisis z-score) dan analisis Value at Risk (VaR). Sedangkan pengukuran yang bersifat kualitatif dilakukan dengan menggunakan Metode Aprolsimasi, yaitu dengan menggunakan Expert Opinion. Metode analisis risiko yang digunakan oleh Firmansyah (2009) dalam penelitiannya tentang risiko portofolio pemasaran sayuran organik menggunakan single-index portofolio dengan bantuan software SPSS. Metode penelitian yang berbeda dari metode penelitian yang diuraikan sebelumnya diperkenalkan oleh Sari (2009) yang meneliti risiko harga cabai merah keriting dan cabai merah besar. Metode analisis risiko yang digunakan adalah model ARCH GARCH dan perhitungan VaR (Value at Risk). 2.3. Strategi Penanganan Risiko Strategi pengelolaan risiko merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Strategi pengelolaan risiko yang baik akan mampu menekan dampak risiko yang ditimbulkan sehingga perusahaan dapat memperoleh penerimaan yang sesuai dengan yang ditargetkan. Sebaliknya dengan penanganan risiko yang kurang tepat akan menimbulkan kerugian pada perusahaan. Strategi pengelolaan risiko yang diterapkan di perusahaan diharapkan merupakan strategi yang tepat dan efektif dalam menekan risiko. Wisdya (2009) mengemukakan bahwa penanganan untuk mengatasi risiko produksi PT EGF adalah dengan pengembangan diversifikasi pada lahan yang ada. Dengan adanya diversifikasi, maka kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani masih dapat ditutupi dari kegiatan usahatani lainnya. Selain itu penanganan risiko juga dapat dilakukan kerjasama penyediaan bibit dengan konsumen, hal ini dapat mengurangi risiko produksi akibat ketidaktersediaan 16

bibit, usaha pembungaan berupa rangkaian bunga dalam pot juga dapat dilakukan, sehingga tanaman dengan kategori rusak mekanis masih dapat dimanfaatkan. Sianturi (2011) juga mengemukakan strategi yang dapat dilakukan PT Saung Mirwan untuk menekan risiko adalah melakukan diversifikasi memilih kombinasi komoditas yang memiliki risiko paling rendah, dan lebih memfokuskan perhatian pada bunga yang memiliki risiko paling tinggi terutama dalam hal pengendalian hama dan penyakit. Tarigan (2009) juga mengemukakan strategi yang dilakukan Permata Hati Organic Farm dalam menekan risiko produksi yaitu dengan pengembangan diversifikasi pada lahan yang ada, melakukan kemitraan produksi dengan petani sekitar yang memproduksi sayuran organik serta kemitraan dalam penggunaan input dan perlu adanya peningkatan manajemen pada perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terarah dengan baik. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Safitri (2009) dalam mengendalikan risiko produksi daun potong di PT Pesona Daun Mas Asri, dimana dilakukan diversifikasi dan pola kemitraan. Sedangkan dalam penelitian tentang manajemen risiko bunga potong oleh Markhamah (2010), strategi pengendalian risiko yang dilakukan adalah strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif yang dilakukan berupa memperbaiki sistem pasokan bahan baku, melakukan peramalan terhadap penjualan periode berikutnya, melakukan penanganan yang baik dan tepat dalam menjaga kesegaran dan kualitas bahan baku, mengembangkan sumber daya manusia serta memasang dan memperbaiki fasilitas fisik. Sedangkan strategi mitigasi yang dilakukan berupa kerjasama dengan florist-florist yang lain, dan memperbaiki manajemen dalam memproduksi dan memasarkan produk. Strategi yang berbeda dikemukakan oleh Firmansyah (2009) yang meneliti risiko portofolio pemasaran sayuran organik. Strategi pengelolaan risiko portofolio pemasaran sayuran organik adalah menjaga kestabilan pesanan produk agar berada pada kondisi penjualan normal atau bahkan tinggi yaitu dengan cara memperbanyak agen atau distributor. Selain itu perusahaan bisa menjalin kerjasama dengan supermarket-supermarket yang ada atau toko-toko khusus yang menjual sayuran organik agar penjualan produk konstan dan kontinyu. Pada 17

penelitian Arfah (2009) tentang risiko penjualan anggrek Phalaenopsis, alternatif manajemen risiko dalam mengatasi risiko penjualan adalah dengan melakukan peningkatan teknologi pengaturan cahaya green house, penerapan teknologi biopestisida sebagai pengendali hama dan penyakit, bimbingan manajemen mutu dan pasca panen. Selain itu penanganan risiko juga dapat dilakukan melalui penerapan sistem SOP (standar operasional) terhadap kebijakan mutu produk dalam mengusahakan anggrek Phalaenopsis agar dapat memenuhi standar operasional yang diterapkan oleh pihak-pihak tertentu serta perlu adanya peningkatan manajemen pada perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terarah dengan baik. Sementara itu Sari (2009) mengemukakan strategi pengendalian risiko harga cabai merah harus terdapat integrasi yang baik antara tiga pihak yaitu petani, penjual dan pemerintah. Strategi pengendalian risiko harga cabai merah yang dapat dilakukan oleh petani antara lain penentuan masa tanam cabai yang tepat, diversifikasi tanaman, rotasi tanaman, pembuatan produk olahan cabai dan sistem kontrak. Penjual dapat melakukan strategi pengendalian risiko harga cabai merah dengan cara menjual cabai pada industri makanan, dan pengeringan cabai untuk mencegah jatuhnya harga akibat oversupply. Peran pemerintah dalam pengendalian risiko cabai merah dapat dilakukan dengan cara pembentukan atau pengaktifan koperasi dan kelompok tani, pengaturan pola produksi dan penyuluhan yang efektif. Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Metode analisis yang digunakan oleh Markhamah (2010), Firmansyah (2009) dan Sari (2009) berbeda dengan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan metode analisis yang digunakan pada penelitian Safitri (2009), Sianturi (2011), Arfah (2009), Tarigan (2009) dan Wisdya (2009) dengan menggunakan Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variance juga digunakan dalam penelitian ini. Namun letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada pengaruh diversifikasi (portofolio) yang dilakukan untuk mengendalikan risiko yang ada pada tanaman hias, dan juga perbedaaan komoditas serta tempat pelaksanaan penelitian. 18