ANALISIS RISIKO DIVERSIFIKASI SAYURAN INDIGENOUS (Kasus : Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, Kabupaten Cianjur)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RISIKO DIVERSIFIKASI SAYURAN INDIGENOUS (Kasus : Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, Kabupaten Cianjur)"

Transkripsi

1 ANALISIS RISIKO DIVERSIFIKASI SAYURAN INDIGENOUS (Kasus : Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, Kabupaten Cianjur) RISKA DIAN PERTIWI PERMATASARI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Diversifikasi Sayuran Indigenous (Kasus: Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, Kabupaten Cianjur) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Riska Dian Pertiwi Permatasari NIM H

4 ABSTRAK RISKA DIAN PERTIWI PERMATASARI. Analisis Risiko Diversifikasi Sayuran Indigenous (Kasus: Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, Kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI. Sayuran Indigenous adalah sayuran asli suatu daerah (lokal) yang merupakan salah satu keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia. Kelompok tani yang bergerak dibidang agribisnis khususnya sayuran di Kabupaten Cianjur salah satunya adalah Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan. Terjadinya fluktuasi produktivitas mengindikasikan adanya risiko dalam usahataninya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kegiatan spesialisasi dan diversifikasi yang dilakukan oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan dengan melihat besarnya risiko yang dihadapi dan menyusun alternatif strategi diversifikasi dengan menyajikan kombinasi komoditas yang tepat untuk mengurangi besarnya risiko usahatani pada kegiatan spesialisai yang dilakukan oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan diskusi serta pengisian kuisioner kepada 25 responden. Responden yang dipilih terdiri dari 10 petani tomat, 10 petani kubis, dan 5 petani leunca. Proses pengambilan sampel responden dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel Sedangkan ukuran risiko yang digunakan meliputi peluang, expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Sumber-sumber risiko yang dihadapi petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan adalah curah hujan, kabut, dan serangan hama dan penyakit. Hasil analisis kegiatan spesialisasi menunjukkan bahwa leunca merupakan komoditas dengan coefficient variation terendah yaitu sebesar 0,27. Kombinasi dua komoditas yaitu leunca dan kubis merupakan kegiatan diversifikasi yang paling rendah risikonya yaitu sebesar 0,29 dibandingkan kombinasi dua komoditas yang lain yaitu tomat dan leunca serta tomat dan kubis. Alternatif penanganan strategi yang dapat dijalankan oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan untuk mengatasi adanya risiko produksi adalah pemilihan waktu dan komoditas yang tepat pada kegiatan diversifikasi serta pengendalian hama dan penyakit. Kata kunci: sayuran indigenous, risiko, spesialisasi, diversifikasi ABSTRACT RISKA DIAN PERTIWI PERMATASARI. Indigenous Vegetables Diversification Risk Analysis (Case: Farming Farmers Group Members Mitra Tani Parahyangan, Cianjur). Supervised by ANNA FARIYANTI Indigenous vegetable is a vegetable local which one of Indonesia's biodiversity. Farmer groups in agribusiness, particularly vegetables in Cianjur one of which is the Mitra Tani Parahyangan Farmers Group. Productivity fluctuations indicates a risk in farming. The purpose of this research is to analyze the activity of specialization and diversification undertaken by the farmer

5 members Group Mitra Tani Parahyangan by looking at the extent of the risks faced by and devise an alternative strategy of diversification by providing the right combination of commodities to reduce the risk of farming on the specialization activities carried out by farmers Group members Mitra Tani Tani Parahyangan. A methods of collecting data done by means observation, interviews, discussions and filled out the questionnaire to 25 respondents. Respondents were selected consisting of 10 tomato farmers, 10 cabbage farmers, and 5 leunca farmers. The process of sampling respondents conducted by purposive sampling method. Data processing was performed using Microsoft Excel While the measure of risk used cover opportunities, expected return, variance, standard deviation, and coefficient of variation. Sources of risk faced by farmers Farmers Group members of Mitra Tani Parahyangan is precipitation, fog, and pests and diseases. Results of the analysis indicate that the specialization of activities leunca is a commodity with the lowest coefficient of variation is equal to The combination of these two commodities namely leunca and cabbage is the most diversified activities namely lower risk of 0.29 compared to a combination of two other commodities as well as the tomatoes and tomato and cabbage leunca. Alternative strategies that can be run by farmers group members of Mitra Tani Parahyangan to decrease the risk of production is the timing and the right commodity diversification activities and the control of pests and diseases. Keywords: indigenous vegetables, risk, specialization, diversification

6

7 ANALISIS RISIKO DIVERSIFIKASI SAYURAN INDIGENOUS (Kasus : Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, Kabupaten Cianjur) RISKA DIAN PERTIWI PERMATASARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

8

9 Judul Skripsi : Analisis Risiko Diversifikasi Sayuran Indigenous (Kasus: Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, Kabupaten Cianjur) Nama : Riska Dian Pertiwi Permatasari NIM : H Disetujui oleh Dr Ir Anna Fariyanti, MSi Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah risiko, dengan judul Analisis Risiko Diversifikasi Sayuran Indigenous (Kasus: Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, Kabupaten Cianjur). Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ujang Majudin selaku Ketua Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2013 Riska Dian Pertiwi Permatasari

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup Penelitian 6 TINJAUAN PUSTAKA 7 Kondisi Hortikultura di Indonesia 7 Usaha Hortikultura di Indonesia 7 Sumber-Sumber Risiko Komoditi Hortikultura 8 Metode Analisis Risiko Komoditi Hortikultura 9 Strategi Penanganan Risiko Komoditi Hortikultura 10 KERANGKA PEMIKIRAN 13 Kerangka Pemikiran Teoritis 13 Kerangka Pemikiran Operasional 20 METODE 22 Lokasi dan Waktu Penelitian 22 Jenis dan Sumber Data 22 Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data 23 Analisis Risiko pada Kegiatan Spesialisasi 23 Analisis Risiko pada Kegiatan Portofolio 26 Definisi Operasional 28 HASIL DAN PEMBAHASAN 29 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 29 Gambaran Umum Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan 32 Risiko Produksi Sayuran 47 SIMPULAN DAN SARAN 63 Simpulan 63 Saran 63 DAFTAR PUSTAKA 64 LAMPIRAN 67 RIWAYAT HIDUP 76

12 DAFTAR TABEL 1 Volume dan Nilai Ekspor Impor Sektor Pertanian Pada Tahun Luas Panen Sayuran Tahun Menurut Kabupaten di Jawa Barat. 3 3 Luas Panen (Ha), Produksi (Ton), dan Produktivitas (Ton/Ha) Tahun Menurut Kabupaten di Jawa Barat. 4 4 Daerah Produksi Sayuran Tahun Menurut Kabupaten Di Provinsi Jawa Barat 22 5 Luas Wilayah Menurut Penggunaannya Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun Tingkat Pendidikan Warga Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun Mata Pencaharian Pokok Warga Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Usia di Desa Tegallega, Kecamatan Warubgkondang, Kabupaten Cianjur 33 9 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Bertani di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun Luas Lahan yang Digarap Petani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun Karakteristik Kepemilikan Lahan Petani Anggota Kelompok tani Mitra Tani Parahyangan di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun Karakteristik Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan di DesaTegallega,Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun Karakteristik Sumber Modal Petani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun Rata-Rata Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Tomat, Kubis, dan Leunca Per Luas Lahan 1 Ha Kelompok Tani Mitra Tani Mitra Tani Parahyangan Tahun Tingkat Produktivitas (Ton/Ha) Tomat, Kubis, dan Leunca Masing- Masing responden Bulan September 2012-Februari Data Curah Hujan Wilayah Kabupaten Cianjur Periode Juni Mei

13 19 Data kelembaban udara untuk wilayah Kabupaten Cianjur periode Juni 2012-Mei Penilaian Ekspected Return Komoditas Tomat, Kubis, dan Leunca Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan Penilaian Risiko pada Kegiatan Spesialisasi Komoditas Tomat, Kubis, dan Leunca yang dilakukan oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan Penilaian Risiko pada Kegiatan Portofolio Komoditas Tomat, Kubis, dan Leunca yang dilakukan petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Pendapatan pada Kegiatan Spesialisasi dan Portofolio Tomat, Kubis, dan Leunca yang dilakukan petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Bobot Portofolio Perencanaan dan yang Ada di Lapangan pada Kegiatan Portofolio Tomat, Kubis, dan Leunca yang Dilakukan Petani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan. 60 DAFTAR GAMBAR 1 Security Market Line 15 2 Grafik diversifikasi dan manfaatnya terhadap pengurangan risiko portofolio 15 3 Kerangka Pemikiran Operasional 21 4 Pola tanam petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan 39 5 Alur Proses Produksi pada Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan Tahun DAFTAR LAMPIRAN 1 Daftar Pasar Swalayan Koperasi Mitra Tani Parahyangan 67 2 Jumlah Produksi (Kg) Tomat, Kubis, dan Leunca per Luas Lahan 1 Ha pada Kelompok Tani Mitra Tani Mitra Tani Parahyangan Tahun Jumlah Produktivitas (Ton/Ha) Tomat, Kubis, dan Leunca per Luas Lahan 1 Ha pada Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan Tahun Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan Komoditas Tomat Tahun Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan Komoditas Kubis Tahun Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan Komoditas Leunca Tahun Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Pendapatan Bersih Tomat, Kubis, dan Leunca pada Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan 72

14

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Hortikultura menjadi komoditas yang penting dan strategis karena merupakan kebutuhan pokok manusia. Hal tersebut menyebabkan permintaan produk hortikultura semakin meningkat seiring bertambahnya pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk. Selain itu, preferensi konsumen serta pergeseran konsumsi masyarakat pada dasarnya merupakan faktor penarik bagi pertumbuhan produk hortikultura. Akan tetapi, hal tersebut masih mengalami kendala karena tidak didukung dengan produksi yang memadai. Kekurangan kebutuhan hortikultura Indonesia saat ini masih dipenuhi oleh komoditas impor. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 yang menunjukkan volume dan nilai ekspor impor sektor pertanian pada tahun Tabel 1 Volume dan Nilai Ekspor Impor Sektor Pertanian Pada Tahun No 1 2,3 Sub Sektor Volume (Ton) Tanaman Pangan - Ekspor - Impor , ,6 Hortikultura - Ekspor - Impor Perkebunan - Ekspor - Impor 364, , , , Nilai (US$) 477, ,8 390, , , ,2 Volume (ton) 807, ,1 381, , , ,9 Nilai (US$) 584, ,9 491, , , ,8 Perkembangan (%) Vol -9,5 46,2 4,8 31,5 3,1 20,5 Nilai 26,3 80,8 25,7 30,4 32,5 4,7 4 Peternakan - Ekspor - Impor 494, ,5 951, ,3 906,9 1,190, , ,8 83,6 3,3 68,0 9,9 Sumber : BPS, diolah Pusdatin (2012) Tabel 1 menunjukkan bahwa volume dan nilai ekspor impor sub sektor hortikultura mengalami kenaikan masing-masing sebesar 31,5 persen dan 30,4 persen. Perkembangan volume dan nilai impor hortikultura di Indonesia masih lebih besar dibandingkan ekspornya. Sayuran merupakan salah satu produk hortikultura yang memiliki prospek yang cerah karena menjadi hal penting yang digunakan untuk memenuhi asupan gizi bagi tubuh manusia. Sayuran sering dibedakan berdasarkan bagian tanaman yang dapat dimakan, yaitu daun, tunas, akar, umbi, kecambah, bunga, buah, dan biji. Masyarakat dapat dengan mudah memperoleh sayuran di berbagai wilayah dengan kualitas, tingkat harga serta jenis yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat daya belinya.

16 2 Sampai sejauh ini, program penelitian sayuran masih dititikberatkan pada beberapa komoditas sayuran prioritas seperti kentang, bawang merah, cabai merah, kubis, tomat, dan sebagainya. Pemilihan tersebut berdasarkan justifikasi bahwa jenis sayuran tersebut memiliki atribut biologis relatif lebih baik dibandingkan dengan jenis sayuran lainnya untuk memasuki pasar. Sementara itu, observasi lapangan menunjukkan bahwa berbagai sayuran indigenous, sebenarnya masih tetap dimanfaatkan di masyarakat, walaupun cenderung dalam skala kecil dan bersifat lokal spesifik. Namun demikian, kenyataan juga menunjukkan bahwa keberadaan kelompok sayuran ini mulai terancam karena digantikan oleh berbagai spesies kultivasi. Sayuran indigenous merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia. Berkaitan dengan semakin meningkatnya kasus gizi buruk yang terjadi di berbagai daerah akibat menurunnya daya beli masyarakat pasca krisis ekonomi, maka pemanfaatan sayuran indigenous merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai sumber nutrisi (gizi). Jenis sayuran indigenous yang ada di Indoneisa meliputi tanaman perdu dan merambat seperti kemangi, leunca, kenikir, katuk, beluntas, mangkokan, kecipir, pakis, genjer, dan sebagainya. Sayuran ini biasanya tumbuh di pekarangan rumah atau kebun dan dimanfaatkan untuk kepentingan keluarga sendiri seperti dimasak menjadi sayur atau dimakan mentah (lalaban). Akan tetapi, pada kenyataannya di Provinsi jawa Barat sayuran indigenous telah memasuki restoran atau rumah makan yang digunakan sebagai lalaban atau sayur. Berbeda dengan sayuran prioritas yang telah ditangani secara serius, baik oleh institusi publik maupun swasta, kelompok sayuran indigenous cenderung masih terabaikan. Sebagian besar penelitian menyangkut sistem produksi hanya melibatkan beberapa spesies sayuran yang secara ekonomis dianggap penting. Sementara itu, potensi peranan sayuran indigenous dalam upaya mewujudkan pertanian berkelanjutan melalui diversifikasi. Oleh karena itu, kegiatan penelitian yang diarahkan untuk meningkatkan pemanfaatan sayuran indigenous memiliki nilai strategis yang perlu mendapat perhatian lebih besar. Secara implisit, hal ini memberikan gambaran bahwa konservasi sumberdaya genetik sayuran indigenous memang merupakan isu penting. Namun demikian, tantangan sebenarnya adalah bagaimana mengangkat potensi manfaat sayuran indigenous agar dapat sejajar atau bersaing dengan sayuran prioritas yang telah berkembang lebih dahulu (AVRDC 1999). Pengembangan sayuran indigenous perlu mendapat perhatian yang lebih besar lagi berdasarkan pertimbangan bahwa: (1) Kelompok sayuran ini masih dikategorikan under-utilized dan cenderung terabaikan, walaupun memiliki potensi sebagai alternatif sumber protein, vitamin, mineral, dan serat yang relatif murah; (2) Pengusahaan/produksi kelompok sayuran indigenous oleh petani kecil akan memiliki keunggulan komparatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengusahaan sayuran yang pada umumnya ditanam (prioritas); (3) Pengusahaan/produksi kelompok sayuran indigenous dapat membantu petani kecil untuk mengurangi risiko serta melakukan diversifikasi output sehubungan dengan fluktuasi harga sayuran yang pada umumnya ditanam (prioritas); (4) Kelompok sayuran ini termasuk ke dalam spesies yang keragaman genetiknya perlu diselamatkan, terutama berkaitan dengan upaya konservasi biodiversitas; dan (5) Kelompok sayuran ini berpotensi untuk dikembangkan.

17 3 Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah sentra produksi sayuran yang sangat potensi untuk terus dikembangkan dengan didukung oleh kondisi agroekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian. Provinsi Jawa Barat mempunyai beberapa komoditas unggulan yang berkontribusi sebagai pemasok rata-rata 30 persen terhadap kebutuhan nasional, diantaranya seperti kentang, cabe merah, tomat, bawang merah, jamur, dan kubis 1. Kemampuan produksi sayuran di Provinsi Jawa Barat tidak terlepas dari kontribusi masing-masing Kabupaten/Kota yang menajdi wilayah sentra penghasil sayuran. Sentra produksi sayuran di Provinsi Jawa Barat tesebar di berbagai Kabupaten/Kota dengan jumlah petani sayuran yang beragam, baik yang mengusahakan secara perorangan, maupun dengan membentuk kelompok tani. Perkembangan luas panen tahun tomat, kembang kol, kubis, dan sawi putih/petsai menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Luas Panen Sayuran Tahun Menurut Kabupaten di Jawa Barat. Luas Panen Sayuran Tahun (dalam hektar) No Kabupaten Tomat Kembang Kol Kubis Sawi/petsai Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (2012) Berdasarkan pada Tabel 2 Kabupaten Cianjur memiliki potensi untuk mengembangkan usaha budi daya sayuran dengan luas panen yang semakin meningkat dibandingkan dengan Kabupaten lainnya. Kabupaten Cianjur memilki potensi sumber daya pertanian cukup lengkap baik komoditi pangan palawija, sayuran dataran tinggi, sayuran dataran rendah, buah-buahan tropis, perkebunan, bio farmaka, perikanan dan peternakan yang tersebar di 32 Kecamatan dengan 348 desa. Perkembangan usaha sayuran di Kabupaten Cianjur didukung oleh keberadaan koperasi hortikultura yang membantu petani sayuran. Salah satu koperasi yang menjadi wadah bagi petani sayuran di Kabupaten Cianjur adalah Koperasi Mitra Tani Parahyangan yang beralamat di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Koperasi Mitra Tani Parahyangan merupakan salah salah satu koperasi yang sukses menjalankan program agribisnis melalui metode One Village One Product (OVOP) yang dipopulerkan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil 1 Endang Suhendar Peluang Agribisnis Sangat Besar Perlu Terus Peningkatan SDM. (diakses pada tanggal 23 Oktober 2012)

18 4 Menengah. Kesuksesan itu ditandai dengan omzet koperasi yang beranggotakan sekitar 329 orang mencapai lebih dari Rp1 miliar per bulan. Komoditas agribisnis unggulan yang didistribusikan oleh Koperasi Mitra Tani Parahyangan mengutamakan penggunaan pupuk semi organik. Koperasi tersebut mampu memasok puluhan outlet pasar modern di kawasan Jabodetabek. Dengan jumlah komoditas sayuran yang didistribusikan rata-rata lebih dari 4 ton per hari 2. Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan yang merupakan anggota Koperasi Mitra Tani Parahyangan dibentuk dengan tujuan sebagai wadah bagi petani sayuran di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Namun, usahatani sayuran yang dijalankan petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan menghadapi permasalahan risiko produksi yang menyebabkan produktivitas sayuran mengalami penurunan. Petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan dalam melakukan usahatani sayuran melakukan kegiatan diversifikasi dengan cara tumpang sari. Diversifikasi merupakan salah satu solusi yang digunakan untuk mengurangi risiko yang ada. Bentuk diversifikasi dalam pengusahaan sayuran umumnya terdiri dari kombinasi beberapa sayuran yang tidak hanya mengacu pada satu komoditas dalam satu periode waktu budidaya. Strategi pengelolaan risiko melalui diversifikasi yang bertujuan untuk menekan risiko dalam usahatani sayuran menjadi hal yang menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, penelitian mengenai risiko produksi pada kegiatan diversifikasi usahatani sayuran penting untuk dilakukan. Perumusan Masalah Kecamatan Warungkondang merupakan salah satu sentra usahatani sayuran di Kabupaten Cianjur. Namun, usaha produksi sayuran di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur yang demikian perspektif tidak terlepas dari berbagai permasalahan risiko yang diindikasikan dari fluktuasi tingkat produktivitas. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 yang memperlihatkan luas panen, produksi, produktivitas tomat dan kubis di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur pada tahun Tabel 3 Luas Panen (Ha), Produksi (Ton), dan Produktivitas (Ton/Ha) Tahun Menurut Kabupaten di Jawa Barat. No Tahun Luas Panen (Ha) Tomat Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Luas Panen (ha) Produksi (Ton) Kubis Produktivitas (Ton/Ha) ,00 35, ,50 30, ,98 34, ,00 30, ,99 34, ,99 26, ,00 10, ,85 30, ,17 31, ,18 28, ,69 30, ,55 30,50 Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Kec. Warungkondang (2013) 2 (diakses pada tanggal 28 Desember 2012)

19 Berdasarkan pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa produktivitas komoditas tomat dan kubis di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur mengalami fluktuasi. Terjadinya fluktuasi produktivitas mengindikasikan adanya risiko produksi dalam usahataninya. Petani yang tergabung dalam Kelompok Mitra Tani Parahyangan yang juga anggota Koperasi Mitra Tani Parahyangan terletak di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Kelompok Tani tersebut merupakan salah satu kelompok tani yang bergerak dibidang agribisnis khususnya sayuran. Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan yang berdiri sejak Tahun 1995 memproduksi beberapa macam sayuran seperti tomat, brokoli, sawi putih, terong panjang ungu, kapri, buncis, ketimun, dan sebagainya. Komoditas yang diunggulkan Koperasi Mitra Tani Parahyangan adalah tomat. Hal ini didasarkan pada permintaan tomat dari pasar swalayan yang setiap harinya mencapai 3-4 ton. Sampai saat ini, hampir sebagian besar produksi sayuran yang dihasilkan petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyang dijual ke Koperasi Mitra Tani Parahyangan. Koperasi berperan sebagai lembaga pengumpul dan penyalur sayuran yang nantinya akan dipasarkan ke Hero Supermarket yang berlokasi di Jakarta, Bogor, dan Sukabumi serta swalayan Makro yang lainnya (Lampiran 1). Disinilah peran penting koperasi sangat dibutuhkan bagi para petani sayuran, karena selain sebagai perantara dalam rantai pemasaran juga berperan dalam memberikan pelayanan kepada anggotanya sebagai penyedia input dan sarana produksi, pembinaan terhadap petani, pemberian kredit, simpan pinjam, dan sebagainya. Pemasaran sayuran oleh Koperasi Mitra Tani Parahyangan dilakukan rutin setiap hari sesuai dengan kontrak pembelian antara Koperasi Mitra Tani Parahyangan dengan Hero Supermarket serta swalayan makro yang lainnya. Untuk dapat memenuhi permintaan pelanggan seperti yang telah ditetapkan dalam kontrak pembelian Koperasi, Mitra Tani Parahyangan melakukan kerjasama dengan petani. Namun, didalam pengusahaan sayuran yang dijalankan oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan dihadapkan pada permasalahan pada tahapan proses produksi. Sumber dari risiko produksi berupa curah hujan yang tinggi, kabut serta serangan hama dan penyakit yang memberikan dampak kerugian. Petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan melakukan diversifikasi usaha yaitu dengan melakukan budidaya lebih dari satu komoditas dalam satu lahan dalam periode waktu tertentu. Upaya diversifikasi yang dilakukan petani adalah dalam rangka untuk mengurangi besarnya risiko dalam pengusahaan satu komoditas sayuran. Diversifikasi usaha yang dilakukan oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan dilakukan untuk mengurangi adanya risiko apabila terjadi kegagalan dalam produksi. Terdapat perumusan masalah yang terwujud dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut : 1. Apakah kegiatan diversifikasi yang dilakukan oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan dapat mengurangi risiko yang dihadapi pada kegiatan spesialisasi? 2. Bagaimana kombinasi komoditas yang tepat untuk meminimalisir risiko produksi yang dihadapi pada kegiatan spesialisasi? 5

20 6 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kegiatan spesialisasi dan diversifikasi yang dilakukan oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan dengan melihat besarnya risiko yang dihadapi. 2. Menyusun alternatif strategi diversifikasi dengan menyajikan kombinasi komoditas yang tepat untuk mengurangi besarnya risiko usahatani pada kegiatan spesialisai yang dilakukan oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan. Manfaat Penelitian Hasil analisis penelitian ini dapat memiliki kegunaan : A. Bagi Mahasiswa Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan bagi penulis sendiri dan menjadi bahan referensi bagi penelitian berikutnya yang terkait dengan risiko pada usaha diversifikasi sayuran indigenous. B. Bagi Petani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam mewaspadai risiko sehingga dapat meminimalisasi adanya kerugian. C. Bagi Pembaca dan Masyarakat Lainnya Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan wawasan yang bermanfaat yang terkait dengan sayuran indigenous. Ruang Lingkup Penelitian Komoditas sayuran indigenous yang dipilih adalah leunca (Solanum nigrum). Sedangkan komoditas sayuran umum (prioritas) yang dipilih adalah tomat (Lycopersicum esculentum) dan Kubis (Brassica sinensis). Penelitian ini akan difokuskan pada analisis risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan portofolio usahatani sayuran yang dilakukan oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data mengenai jumlah input, jumlah output dan harga untuk masingmasing komoditas usahatani sayuran dalam penelitian ini merupakan data pada bulan Februari tahun Adanya keterbatasan informasi dan daya ingat para petani terhadap jumlah input, jumlah output, dan harga memungkinkan akan berpengaruh terhadap perhitungan besarnya risiko atau hasil pengolahan data yang akan diperoleh penulis. Lingkup penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.

21 7 TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Hortikultura di Indonesia Subsektor hortikultura merupakan subsektor yang mempunyai prospek baik dimasa mendatang sehingga dapat diandalkan untuk memajukan perekonomian Indonesia. Permintaan terhadap produk hortikultura khususnya sayuran diperkirakan akan semakin meningkat akibat peningkatan jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran akan gizi masyarakat Pembangunan subsektor hortikultura, khususnya pengembangan sayuran merupakan salah satu alternatif upaya peningkatan penyediaan sumber kebutuhan vitamin dan mineral. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya hayati melimpah. Tetapi, kebutuhan hortikultura khususnya buah dan sayuran pada saat ini masih dipenuhi oleh komoditas impor. Peningkatan impor tersebut selain disebabkan karena permintaan konsumen domestik yang lebih menyukai produk luar negeri juga disebabkan ketidakmampuan dalam memproduksi produk-produk hortikultura, seperti produksi menurun dan terjadinya gagal panen. Usaha hortikultura khususnya sayuran di Indonesia seharusnya mampu memberikan banyak keuntungan seperti peningkatan pendapatan sayuran dan penyerapan tenaga kerja. Namun, perkembangan tersebut masih terkendala terutama oleh produktivitas yang masih rendah yang disebabkan oleh lemahnya permodalan usahatani yang kecil, mutu bibit yang rendah, ketergantungan pada alam dan cuaca serta rendahnya penerapan teknologi budidaya. Selain itu daya saing komoditas hortikutura Indonesia juga masih rendah. Usaha Hortikultura di Indonesia Usaha pertanian hortikultura khususnya buah dan sayur, dapat menjadi solusi alternatif pendapatan bagi masyarakat. Selain mendukung program pemerintah dalam gerakan mengkonsumsi buah dan sayur di masyarakat, ternyata peluang usaha ini masih sangat besar baik di dalam maupun luar negeri. Kementrian Pertanian Republik Indonesia menyebutkan, bahwa konsumsi buah dan sayur dalam negeri masih rendah dan permintaan buah tropis dan sayur di luar negeri terus meningkat per tahun Jika ditinjau dari potensi Indonesia sangat disayangkan jika peningkatan produksi buah dan sayur tidak menjadi perhatian utama pemerintah dan pelaku usaha. Permasalahan yang sering dihadapi dalam melakukan usahatani komoditas hortikultura seperti masalah infrastruktur jalan, pelabuhan, pembiayaan, kualitas produk yang tidak memenuhi pasar, dan tidak terjamin kontinuitas pasokan tentunya bukan lagi persoalan. Pada bulan Agustus 2011 pasokan buah dan sayur ke Singapura sebesar 43 persen didapat dari Malaysia, dan 31 persen dari Cina, sedangkan Indonesia hanya 6,5 persen. Data tersebut membuktikan bahwa produktivitas buah dan sayur Indonesia masih kalah jauh dengan negara lain seperti Malaysia dan Cina. Selain itu, impor buah dan sayur pun kini merambah di Indonesia, hal ini menjadi

22 8 ancaman semangat para pelaku usaha buah dan sayur di Indonesia serta mengurangi kegemaran masyarakat Indonesia terhadap buah dan sayur lokal 3. Jika diperhatikan, permasalahan buah dan sayur Indonesia memang terletak pada rendahnya produksi dan keberlangsungan produksi. Selain itu, Indonesia pun masih belum mempunyai daerah utama atau sektor khusus dalam pengembangan buah dan sayur secara intensif dan berskala luas. Sehingga ini menjadi dugaan, bahwa produktivitas buah dan sayur Indonesia masih belum bisa bersaing di tingkat dunia. Sumber-Sumber Risiko Komoditi Hortikultura Risiko yang terdapat produksi pertanian pada umumnya relatif lebih besar bila dibandingkan dengan industri lainnya. Sumber-sumber risiko teknis (produksi) sebagian besar disebabkan faktor-faktor yang sulit diduga, seperti cuaca, penyakit, hama, variasi genetik, dan pelaksana kegiatan (human error). Menurut Purwanti (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Risiko Produksi Sayuran Hidroponik Pada PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) sumbersumber risiko produksi di PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) berasal dari dalam lingkungan perusahaan maupun dari lingkungan luar perusahaan diantaranya yaitu kondisi lingkungan dan iklim, tenaga kerja yang kurang terampil dan teliti dalam proses produksi, serangan hama dan penyakit, dan kerusakan sistem irigasi. Sedangkan Sitanggang (2012) menjelaskan bahwa faktor faktor penyebab adanya risiko dalam usaha tomat dan caisin di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Permasalahan yang sering dihadapi petani dalam proses budidaya sayuran tomat dan caisin dalam pengembangan usahanya yaitu risiko produksi. Risiko yang dihadapi mulai dari penanaman bibit yaitu terjadinya tingkat kematian atau mortalitas tanaman yang dapat disebabkan oleh suhu lingkungan sehingga tanaman perlu beradaptasi terlebih dahulu. Pada saat melakukan perawatan masih terdapat kendala yang dihadapi seperti adanya serangan hama dan penyakit, kondisi cuaca cuaca yang tidak pasti, yang berdampak pada penuruna pendapatan perusahaan. Sembiring (2010) menjelaskan analisis risiko produski sayuran organik menemukan bahwa faktor penyebab timbulnya risiko produksi pada The Pinewood Organic Farm adalah adanya teknologi yang tidak seimbang, lingkunga budidaya seperti human error yang timbul mulai dari penanaman bibit sehingga menyebabkan banyaknya tingkat kematian pada tanaman serta serangan hama dan penyakit, kondisi cuaca atau iklim yang tidak pasti yang menyebabkan terjadinya mortalitas tanaman. Hal yang sama juga diperoleh Cher (2011) dalam penelitiannya yang berjudul risiko produksi sayuran organik pada PT Masada Organik Indonesia, Risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan dalam mengusahakan beberapa jenis komoditi sayuran organiknya disebabkan karena adanya beberapa sumber risiko. Sumber-sumber risiko produksi tersebut adalah cuaca yang sulit diprediksi, tingginya kelembaban akibat timbulnya kabut, serta adanya hama dan penyakit tanaman. 3 Ekspor Buah Indonesia ke Siangapura Kalah dengan Malaysia. (Diakses pada tanggal 24 Desember 2013)

23 9 Tarigan (2009) merumuskan permasalahan yang dihadapi Permata Hati Organic Farm adalah perusahaan memiliki risiko produksi dalam pengembangan usahanya. Hal ini dapat dilihat dari produktivitas yang berfluktuasi setiap periode selama masa tanam berlangsung. Hal ini dikarenakan sayuran organik sangat rentan terhadap perubahan musim sehingga mengakibatkan banyak serangan penyakit terhadap tanaman. Hal ini akan berakibat terhadap penurunan pendapatan perusahaan. Hasil yang sama juga dijelaskan oleh Mandasari (2012) tentang Analisis Risiko Produksi Tomat dan Cabai Merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Petani mengalami risiko produksi dalam mengusahakan tomat dan cabai merah. Hasil produksi yang diperoleh pada setiap panennya berfluktuasi, hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan iklim yang sulit diprediksi, adanya serangan hama dan penyakit, dan kondisi kesuburan lahannya. Risiko produksi yang terjadi menyebabkan kerugian bagi petani hingga tidak dapat menutupi biaya produksi yang dikeluarkan pada musim tersebut. Dari penelitian terdahulu diperoleh variabel-variabel yang menjadi sumbersumber risiko yaitu faktor cuaca, hama dan penyakit, tenaga kerja yang kurang terampil (human error), kerusakan sistem irigasi dan teknologi yang tidak seimbang. Variabel-variabel tersebut juga diduga menjadi sumber risiko pada pengusahaan sayuran yang ditelitii dalam penelitian ini. Metode Analisis Risiko Komoditi Hortikultura Menurut Elton dan Gruber (1995) pengukuran risiko dapat dilakukan dengan metode analisis seperti variance, standard deviation dan coefficient variation. Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya. Semakin kecil indikator tersebut mencerminkan semakin rendah risiko yang dihadapi. Purwanti (2011) menjelaskan analisis deskriptif untuk mengetahui sumber-sumber risiko dan analisis risiko. Penilaian terhadap risiko produksi menggunakan pendekatan ekspected return, ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Cher (2011) menjelaskan perhitungan risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dihitung dengan menggunakan pendekatan nilai variance, standard deviation, dan coefficient variation. Sebelum menilai risiko, terlebih dahulu dihitung peluang dan nilai pengembalian harapan (ekspected return). Sayuran organik yang telah dianalisis masing-masing komoditi yang diusahakan. PT Masada Organik Indonesia melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usahataninya, kombinasi dari beberapa kegiatan dinamakan diversifikasi. Pengusahaan secara diversifikasi ini menjadikan risiko yang dihadapi perusahaan dinamakan risiko portofolio. Perbandingan terhadap risiko produksi spesialisasi dan portofolio dilakukan melalui pengukuran risiko dengan cara menghitung variance gabungan dari beberapa kegiatan usaha disertai dengan pembobotan masing-masing komoditi. Pengukuran risiko portofolio ini diawali dengan menghitung bobot portofolio atau fraction portofolio.

24 10 Sembiring (2010) menggunakan metode analisis Variance, Standard deviation, Coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Metode analisis yang serupa juga digunakan oleh Tarigan (2009) yaitu menggunakan metode analisis risiko yaitu Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variance serta melihat pengaruh diversifikasi untuk menekan risiko. Komoditas yang dianalisis pada spesialisasi adalah brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting sedangkan kegiatan portofolio adalah tomat dengan bayam hijau dan cabai keriting dengan brokoli. Sedangkan Mandasari (2012) menggunakan metode analisis risiko yaitu variance, standard deviation, dan coefficient variation serta melihat pengaruh diversifikasi (portofolio) untuk mengendalikan risiko. Strategi Penanganan Risiko Komoditi Hortikultura Purwanti (2011) menjelaskan strategi penanganan risiko yang dapat dilakukan adalah strategi preventif yaitu strategi yang dilakukan untuk menghindari risiko produksi. Strategi yang dapat dilakukan adalah : (1) Peningkatan pengaturan suhu greenhouse dengan cara memasang memasang penutup yang terbuat dari paranet merupakan salah satu alternatif untuk menghindari penguapan yang berlebihan yang akan menyebabkan busuk akar, serta sistem karantina yang dapat dibuat dengan menggunakan screen atau plastik UV (ultraviolet) dengan dibentangkan pada bak tanam yang terserang hama sehingga membentuk seperti dinding, sehingga dapat meminimalisir penyebaran hama dan penyakit; (2) Peningkatan kualitas perawatan tanaman selama berada di ruang gelap, greenhouse nursery dan greenhouse dengan mengganti peralatan yang sudah rusak atau tidak dapat dipakai lagi yang dapat mengganggu kegiatan produksi; (3) Memperbaiki dan merawat fasilitas fisik secara berkala dilakuka dengan mengganti peralatan yang sudah rusak atau tidak dapat dipakai lagi yang dapat mengganggu kegiatan produksi; dan (4) Mengembangkan sumberdaya manusia dilakukan agar tenaga kerja dapat lebih terampil dan teliti dalam hal pemberian nutrisi, perawatan tanaman, dan penanganan hama dan penyakit tanaman, serta tanaman yang mengalami gejala etiolasi. Sedangkan strategi yang selama ini telah dilakukan oleh perusahaan adalah strategi mitigasi yaitu strategi yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak risiko. Strategi mitigasi yang dilakukan adalah : (1) Sayuran yang terkena hama dan penyakit tidak dapat dijual dijadikan pupuk kompos kemudian dijual ke masyarakat sekitar; (2) Sayuran yang berukuran kecil dijual dalam bentuk mix salad; dan (3) Sayuran yang dijual ke masyarakat sekitar untuk dijadikan pakan ternak. Tarigan (2011) merumuskan analisis risiko produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko. Penanganan untuk mengatasi risiko produksi Permata Hati Organic Farm dapat dilakukan dengan pengembangan diversifikasi pada lahan yang ada. Dengan adanya diversifikasi, maka kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani masih dapat ditutupi dari kegiatan usahatani lainnya. Oleh karena itu diversifikasi usahatani merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi produksi. Selain itu untuk penanganan risiko juga dapat dilakukan kemitraan produksi dengan petani sekitar yang memproduksi sayuran organik serta kemitraan dalam penggunaan input. Selain itu

25 11 perlu adanya peningkatan manajemen pada perusahaan dengan melakukan fungsifungsi manajemen yang terarah dengan baik. Cher (2011) menjelaskan bahwa strategi penanganan risiko PT Masada Organik Indonesia yaitu diversifikasi usaha. Kegiatan diversifikasi tidak membuat risiko produksi menjadi nol artinya walaupun perusahaan telah melakukan diversifikasi, tetapi perusahaan akan tetap menghadapi risiko produksi pada kegiatan usaha sayuran organiknya. Hal ini dapat dilihat pada hasil perbandingan risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan portofolio berdasarkan produktivitas yang diperoleh yakni dari nilai variance, standard deviation, coefficient variation yang tidak sama dengan nol. Perusahaan dalam menangani risiko produksi tersebut melakukan berbagai macam alternatif strategi antara lain dengan melakukan kemitraan dalam hal produksi, menerapkan teknologi dalam hal pencegahan dengan membuat sungkup untuk mencegah kerusakan tanaman akibat kondisi cuaca yang buruk dan timbulnya kabut, serta menerapkan fungsi - fungsi manajemen dalam menghadapi risiko produksi yang ada. Selain itu, manajemen risiko yang perlu diterapkan perusahaan adalah melakukan fungsi manajemen dengan lebih baik lagi terutama pada fungsi controlling atau pengontrolan. Sembiring (2010) dalam penelitiannya yang berjudul analisis risiko produksi sayuran organik pada The Pinewood Organic Farm, hasil analisis strategi manajemen risiko perusahaan, strategi manajemen risiko yang diterapkan oleh The Pinewood Organic Farm yaitu perusahaan melakukan diversifikasi produk yakni dengan mengusahakan berbagai jenis tanaman. Sitanggang (2012) dalam penelitiannya yang berjudul analisis risiko produksi tomat dan Caisin di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, strategi yang dapat dilakukan adalah strategi preventif merupakan strategi yang dilakukan untuk menghindari risiko yaitu dengan cara membuat dan memperbaiki sistem prosedur seperti dengan melakukan penyemprotan untuk penanggulangan hama dan penyakit, penggunaan input yang efisien serta strategi mitigasi artinya strategi penanganan risiko yang bertujuan untuk menekan dampak atau kerugian akibat risiko yang ada yaitu dengan melakukan diversifikasi dan tumpangsari antara tanaman tomat dan caisin untuk mengurangi besar kerugian yang akan dihadapi oleh petani. Sedangkan Mandasari (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Risiko Produksi Tomat dan Cabai Merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko yaitu dengan melakukan perbaikan pola tanam, pengendalian hama dan penyakit, serta pengolahan lahan ketika sebelum ditanami. Selain itu ada pula alternatif tindakan yang dapat mengurangi kerugian akibat terjadinya risiko produksi yaitu dengan pengembangan kreatifitas para ibu rumah tangga dengan menggunakan alat yang sudah ada. Penelitian terdahulu memberikan gambaran yang dapat digunakan sebagai acuan dan bahan pembanding dengan penelitian yang dilakukan. Berdasarkan keenam hasil penelitian sebelumnya dapat ditarik sebuah hubungan yang menjadi kesamaan penelitian yaitu didapatkan hampir semua permasalahan yang dihadapi mengindikasikan adanya risiko produksi yang didasarkan pada fluktuasi jumlah produksi komoditas pertanian. Penelitian yang menganalisis adanya risiko produksi komoditas pertanian khususnya sayuran yaitu: Purwanti (2011), Sembiring (2010), Sitanggang (2012), Cher (2011), Tarigan (2009) dan Mandasari

26 12 (2012) disebabkan oleh faktor cuaca yang tidak dapat diprediksi, serangan hama dan penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada komoditas pertanian, kerusakan sistem irigasi, teknologi, kelembaban serta tenaga kerja (human error) yang kurang terampil dan teliti dalam proses produksi.. Dalam analisis risiko sebagian menggunakan alat ukur ekspected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Analisis risiko portofolio yang dilakukan pada perusahaan dengan metode diversifikasi ternyata dapat mengurangi besaran risiko pada komoditi tunggal (Tarigan, 2009 dan Cher, 2011). Perbedaan penlitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada lokasi dimana dilakukan penelitian dan komoditi yang menjadi objek penelitian. Kajian penelitian ini difokuskan terhadap risiko produksi usahatani sayuran indigenous melalui usaha diversifikasi. Bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan referensi dirasa cukup untuk digunakan bahan referensi dalam penelitian ini.

27 13 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Risiko Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Ada banyak dapat mengenai definisi dan ketidakpastian yang dapat memperluas wawasan dalam memahami konsep risiko dan ketidakpastian. Menurut Robison dan Barry (1987) menyebutkan ketidakpastian menunjukkan peluang suatu kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pembuat keputusan. Sehingga selama peluang suatu kejadian tidak dapat diukur maka kejadian tersebut termasuk kedalam kategori ketidakpastian. Risiko (risk) merupakan peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami suatu kerugian. Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty) adalah suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko. Harwood et al. (1999) mengartikan risiko sebagai kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian. Berdasarkan definisi tersebut terdapat tiga unsur penting dari risiko diantaranya risiko dianggap sebagai suatu kejadian, dari kejadian tersebut mengandung suatu kemungkinan yang dapat terjadi atau tidak terjadi, dan jika terjadi terdapat akibat yang ditimbulkan berupa kerugian. Dalam berinvestasi, mengukur keuntungan dan risiko investasi merupakan kewajiban yang sangat penting karena keuntungan dan risiko investasi dalam kondisi yang tidak pasti, hukum dasar investasi adalah high return-high risk (semakin tinggi keuntungan yang diperoleh dalam suatu investasi, makan semakin besar risiko yang ditanggung). Pertanian merupakan kegiatan yang selalu dihadapkan dengan kondisi ketidakpastian setiap harinya. Mulai dari ketidakpastian cuaca, serangan hama, dan harga input maupun output. Faktorfaktor yang menyebabkan munculnya risiko pada umumnya berasal dari dua sumber yaitu sumber internal dan eksternal. Menurut Harwood et al. (1999), sumber-sumber risiko pertanian dapat diklasifikasikan kedalam lima bagian yaitu: risiko pasar (market risk); risiko produksi (yield risk); risiko kelembagaan (institutional risk); risiko keuangan (financial risk); dan risiko sumber daya manusia (personal risk). Risiko pasar atau risiko harga yaitu risiko pergerakan harga yang berdampak negatif terhadap perusahaan. Risiko pasar dipengaruhi oleh ketidakpastian harga output, inflasi daya beli, penurunan permintaan terhadap output perusahaan, banyak produk substitusi, mutu produk yang tidak sesuai, persaingan antar sesama produsen, kegagalan strategi pemasaran, kelemahan daya tawar perusahaan dibandingkan dengan pembeli. Sedangkan risiko yang ditimbulkan oleh harga adalah harga yang naik karena adanya inflasi. Risiko produksi merupakan kegagalan pada waktu melakukan kegiatan budidaya atau proses untuk menghasilkan suatu komoditas tertentu akibat

28 14 perusahaan tidak mampu mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan. Sumber risiko dari risiko produksi adalah hama dan penyakit, cuaca, musim, bencana alam, teknologi, tenaga kerja, dan lain-lain yang dapat menyebabkan kegagalan panen, produktivitas rendah, dan kualitas yang buruk. Risiko institusi merupakan risiko yang ditimbulkan adanya aturan/kebijakan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksinya. Perubahan kebijakan ini dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatan usaha perusahaan, contohnya berupa kebijakan harga bibit tanaman, kebijakan harga jual, kebijakan penggunaan pupuk kimia maupun kebijakan ekspor dan impor. Risiko finansial atau keuangan merupakan bentuk-bentuk risiko yang dihadapi perusahaan terkait dengan bidang keuangan khususnya dalam hal permodalan. Risiko yang timbul dapat disebabkan karena adanya perputaran barang rendah, laba yang menurun yang disebabkan oleh adanya piutang tak tertagih dan likuiditas yang rendah. Risiko sumber daya manusia, yaitu risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang berkaitan dengan perilaku manusia dalam melakukan kegiatan usaha. Risiko yang disebabkan oleh sumber daya manusia ini dapat menyebabkan kerugian contohnya ketika melakukan kesalahan pencatatan data, kelalaian dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab, pencurian, rusaknya fasilitas produksi, mogok kerja ataupun meninggalnya tenaga kerja pada saat menjalankan tugas. Teori Portofolio dalam Diversifikasi Dalam dunia bisnis hampir semua investasi dihadapkan pada unsur risiko dan ketidakpastian. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dilakukan upaya meminimalisasi kerugian dengan portofolio investasi. Karena investasi yang dilakukan mempunyai unsur ketidakpastian, investor hanya dapat mengharapkan tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Pelaku bisnis mempunyai banyak alternatif dalam melakukan investasi. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh pelaku bisnis dalam menginvestasikan dananya dengan melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset. Kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset dinamakan dengan diversifikasi. Kombinasi ini dapat mencapai jumlah yang tidak terbatas. Portofolio yang efisien didefinisikan sebagai portofolio yang memberikan ekspected return terbesar dengan risiko yang sudah tertentu atau memberikan risiko terkecil. Portofolio yang optimum ini dapat ditentukan dengan memilih tingkat ekspected return tertentu pada suatu tingkatan risiko tertentu atau tingkat risiko paling rendah dengan suatu hasil tertentu. Hubungan antara risk dan return dapat dikembalikan ke dalam sebuah garis yang disebut dengan Security Market Line (SML). Security Market Line (SML) menggambarkan kombinasi antara risk dan return yang memungkinkan untuk seluruh aset berisiko di pasar modal pada waktu tertentu. Garis Security Market Line (SML) mendeskripsikan hubungan yang diharapkan antara risk dan return, artinya bahwa investor akan menaikkan ekspected return sejalan dengan meningkatnya risiko. Preferensi dari risiko investor akan sangat mempengaruhi seberapa besar return yang ingin diperolehnya. Grafik SML dapat dilihat pada Gambar 1.

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diukur oleh pembuat keputusan. Pada umumnya peluang terhadap suatu

Lebih terperinci

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, yaitu mengenai konsep risiko dan teori lainnya yang berkaitan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011.

IV METODE PENELITIAN. terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi sayuran organik ini dilaksanakan di PT Masada Organik Indonesia, Desa Ciburial, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tradisional Indonesia adalah negara agraris yang banyak bergantung pada aktivitas dan hasil pertanian, dapat diartikan juga sebagai negara yang mengandalkan sektor

Lebih terperinci

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007 Lampiran 1. Ekspor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Ekspor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007 Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volum Nilai (US$) e (Kg) Tanaman pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia No: 02/M/Kp/ II/2000 tercantum bahwa pembangunan nasional akan berhasil jika didukung oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi tentang petani dan usahatani, terutama dari aspek budidaya sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia. Namun, kajian dan penelitian dalam hal pemilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK PADA PT MASADA ORGANIK INDONESIA DI BOGOR JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK PADA PT MASADA ORGANIK INDONESIA DI BOGOR JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK PADA PT MASADA ORGANIK INDONESIA DI BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI PUTRI ANNISA CHER H34070052 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang dibudidayakan dalam hortikultura meliputi buah-buahan, sayur-sayuran,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI SAYURAN PADA PETANI GAPOKTAN RUKUN TANI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT FADLI

ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI SAYURAN PADA PETANI GAPOKTAN RUKUN TANI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT FADLI i ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI SAYURAN PADA PETANI GAPOKTAN RUKUN TANI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT FADLI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin tinggi, hal tersebut diwujudkan dengan mengkonsumsi asupan-asupan makanan yang rendah zat kimiawi sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI IRIANA WAHYUNINGSIH H34080045 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kelompoktani Pondok Menteng yang terletak di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN *

I. PENDAHULUAN * I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pengembangan hortikultura yang ditetapkan oleh pemerintah diarahkan untuk pelestarian lingkungan; penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan; peningkatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI 6.1. Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Usaha pengurangan risiko melalui diversifikasi tanaman hias adenium tidak sepenuhnya mampu menghilangkan risiko. Adanya risiko dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perusahaan Anisa Adenium, yang berada di Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilaksanakan secara sengaja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Salah satu komoditas pertanian khas tropis yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan.

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan. Penanaman komoditas sayuran tersebar luas di berbagai daerah yang cocok agroklimatnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat yang cocok untuk semua tanaman hortikultura, hal ini merupakan salah satu keutungan komparatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di daerah tropis karena dilalui garis khatulistiwa. Tanah yang subur dan beriklim tropis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dalam perekonomian nasional dinilai strategis dan mampu menjadi mesin penggerak pembangunan suatu negara. Pada tahun 2009 sektor

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang luas dan sebagian besar penduduknya adalah petani. Hal ini menyebabkan pertanian merupakan menjadi tulang punggung dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia bermuara pada pembangunan usaha tani dengan berbagai kebijakan yang memiliki dampak secara langsung maupun tidak langsung dalam mendukung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Risiko Produksi Fluktuasi yang terjadi pada suatu usaha, baik fluktuasi hasil produksi, harga dan jumlah permintaan yang berada dibawah standar yang ditetapkan merupakan indikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produksi dan distribusi komoditi pertanian khususnya komoditi pertanian segar seperti sayur mayur, buah, ikan dan daging memiliki peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

30% Pertanian 0% TAHUN

30% Pertanian 0% TAHUN PERANAN SEKTOR TERHADAP PDB TOTAL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Julukan negara agraris yang kerap kali disematkan pada Indonesia dirasa memang benar adanya. Pertanian merupakan salah satu sumber kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup sehat atau kembali ke alam (Back to nature) telah menjadi trend baru masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penulusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi wortel dan bawang daun dilakukan di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berpengaruh terhadap pembangunan negara. Pertanian merupakan salah satu bagian dari bidang agribisnis. Saragih dan

Lebih terperinci