BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN MOTTO.. v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL xiv. DAFTAR GAMBAR...xv. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. mengecewakan pelanggan, pada gilirannya merugikan perusahaan sendiri dalam

Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri FTI-UPV Veteran Jatim ABSTRAK

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB II LANDASAN TEORI

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab 2 Landasan Teori

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 2 DASAR DASAR LEAN-SIX SIGMA (DMAIC) DAN PERANGKAT ANALISANYA

PENERAPAN METODE LEAN SIX SIGMA PADA PROSES PRODUKSI BAN DALAM MOBIL (Studi Kasus Pada PT. United Kingland)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan

Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang.

MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

Seminar Hasil ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS KINERJA UNIT KEBERSIHAN DAN ADMINISTRASI AKADEMIK DI JURUSAN STATISTIKA ITS DENGAN METODE SIX SIGMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UPAYA MEMINIMALISASI CACAT PRODUK. KEMASAN CUP AIR MINERAL 240 ml (STUDI KASUS PERUSAHAAN AIR MINUM)

xiii BAB VI PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

STUDI PENGENDALIAN KUALITAS PINTU KAYU DENGAN MENGGUNAKAN METODE LEAN SIX SIGMA

PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN METODE WEIGHTED PRODUCT UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI SPARE PART OEM DI PT. SINAR AGUNG SELALU SUKSES

3.1 Persiapan Penelitian

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan pasar yang semakin meningkat. Disamping pabrik

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

Evaluasi Sistem Bisnis Lean Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma master Black Belt

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas berarti layak digunakan Kualitas adalah berbanding terbalik dengan variabilitas

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE LEAN SIGMA UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA QUALITY, COST DAN DELIVERY PRODUK SUNVISOR ASSY DI PT. APM ARMADA AUTOPARTS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define 5.2 Tahap Measure Jenis Cacat Jumlah Cacat jumlah

Bab 3 Metodologi Penelitian

PENDEKATAN METODE LEAN SIX SIGMA UNTUK MENGANALISIS PROSES PRODUKSI PADA PT. DULMISON INDONESIA

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

Gambar I. 1 Air Brake System Tipe KE-G-12

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

PENDEKATAN LEAN SIGMA SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PENGEMASAN INDUSTRI FARMASI

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Pendekatan Lean Sigma Pada Divisi Produksi Di Hollywood Plastik, Sidoarjo. Michael Hartanto.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

BAB II LANDASAN TEORI

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2773

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap perusahaan harus dapat bersaing secara global baik di pasaran nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI LITERATUR

EVALUASI PROSES PRODUKSI SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMASI WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA (Studi Kasus: PT Temprina Media Grafika Malang)

BAB I PENDAHULUAN. performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean

PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Abstrak.

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PIPA DENGAN PENDEKATAN METODE LEAN SIX SIGMA PADA PT. INVILON SAGITA. TUGAS SARJANA

Tabel 4.29 Cara Memperkirakan DPMO dan Kapabilitas Sigma Variabel L. Pergelangan.. 90 Tabel 5.1 Kapabilitas Proses produksi Sarung Tangan Golf...

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA. 5.1 Analisa Tahapan Define

Strategi Peningkatan Produktivita s

Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality

BAB V HASIL DAN ANALISA

Alternatif kebijakan membuat SOP baru di bagian gravity dan sortir untuk standar refraksi serta set up mesin gravity secara berkala.

Analisis Pemborosan pada Unit Pelayanan Kesehatan Poliklinik dengan Pendekatan Lean Service

USULAN MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI DENGAN KONSEP LEAN MANUFACTURING DI CV.X*

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI Fase atau tahapan yang banyak menghasilkan produk yang cacat adalah di bagian proses stripping, terlihat dari diagram Pareto nya dari ketiga tahapan di area produksi Produk X. 2.1 Konsep Dasar Lean Lean adalah suatu upaya yang dilakukan secara terus - menerus yang bertujuan mengevaluasi efektivitas dari suatu proses produksi. Lean berarti mengembangkan prinsip - prinsip yang tepat bagi organisasi anda dan secara sungguh - sungguh mempraktekkannya untuk mencapai kinerja yang tinggi untuk terus menambah nilai bagi pelanggan dan masyarakat. Menurut Vincent Gaspersz dan Avanti Fontana dalam bukunya yang berjudul 'Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries' terdapat lima prinsip dasar Lean: 1. Mengidentifikasikan nilai produk ( barang dan/atau jasa ) berdasarkan perspektif pelanggan, dimana pelanggan menginginkan produk ( barang dan/atau jasa ) berkualitas superior, dengan harga yang kompetitif dan penyerahan yang tepat waktu. 2. Mengidentifikasikan Value Stream Process Mapping ( pemetaan proses pada value stream ) untuk setiap produk ( barang dan/atau jasa ). 3. Menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai tambah dari semua aktivitas sepanjang proses value stream itu. 4. Mengorganisasikan agar material, informasi, dan produk itu mengalir secara lancar dan efisien sepanjang proses value stream menggunakan sistem tarik ( pull system ) 5. Terus-menerus mencari berbagai teknik dan alat peningkatan ( improvement tools and techniques ) untuk mencapai keunggulan dan peningkatan terus-menerus. 5

6 2.1.1 Jenis Pemborosan Secara umum kita mengenal " Seven Plus One" Types of Waste yang merupakan pemborosan yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses manufaktur sebagai berikut : 1. Overproduction (produksi berlebih) : memproduksi lebih daripada kebutuhan pelanggan internal maupun eksternal, atau memproduksi lebih awal daripada waktu kebutuhan pelanggan internal dan eksternal. 2. Delays (waiting time) : terlihat dari para pekerja sedang menunggu mesin, peralatan, bahan baku, supplies, perawatan/pemeliharaan ( maintenance ) atau mesin - mesin yang sedang menunggu perawatan, orang - orang, bahan baku dan peralatan. 3. Transportation : jarak yang sangat jauh dalam memindahkan material atau orang dari satu proses ke proses berikutnya yang menyebabkan waktu tambahan dalam penanganan material. 4. Processes : meliputi proses - proses tambahan atau aktivitas kerja yang tidak perlu dan tidak efisien. 5. Inventories (persediaan berlebihan) : Inventories dapat menyembunyikan masalah dan menimbulkan aktivitas penanganan tambahan. 6. Motion : gerakan dari orang atau mesin yang tidak perlu yang tidak menambah nilai kepada barang atau jasa yang diberikan kepada pelanggan, tetapi hanya menambah biaya dan waktu saja. 7. Defective Product (produk cacat) : meliputi sisa, perbaikan, ketidakpuasan pelanggan. 8. Defective Design : Desain yang tidak memenuhi kebutuhan pelanggan, adanya penambahan feature yang tidak perlu. Dengan menggunakan dasar teori di atas diharapkan nantinya dapat sebagai alat untuk menganalisa dan menyelesaikan permasalahan - permasalahan yang terjadi di proses kafting yang dianggap sebagai bottleneck, sehingga dapat menambah hasil output dari proses kafting tersebut.

7 2.2 Konsep Dasar Six Sigma Pada dasarnya pelanggan akan puas apabila mereka menerima nilai yang mereka harapkan. Apabila produk tersebut diproses pada tingkat kinerja kualitas Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) atau bahwa 99,99966 persen dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk tersebut. Proses kafting pada produk Mixagrip merupakan salah satu fase atau tahapan dari berberapa fase proses produksi dalam pembuatan produk tersebut, dan merupakan tahapan yang akan dianalisa. Six Sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja proses industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok ( industri ) dan pelanggan ( pasar ). Semakin tinggi target sigma yang dicapai, semakin baik kinerja proses industri. Sehingga 6-sigma otomatis lebih baik daripada 4-sigma, dan 3- sigma. Six Sigma juga dapat dianggap sebagai strategi terobosan yang memungkinkan perusahaan melakukan peningkatan luar biasa ( dramatik ) di tingkat bawah dan sebagai pengendalian proses industri yang berfokus pada pelanggan dengan memperhatikan kemampuan proses. 2.3 Konsep Dasar Lean Six Sigma Lean Six Sigma yang merupakan kombinasi antara Lean dan Six Sigma dapat didefinisikan sebagai suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilasngkan pemborosan (waste) atau aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (non-value-added activities) melalui penngkatan terus menerus radikal (radical continuous improvement) untuk mencapai tingkat kinerja enam sigma, dengan cara mengalirkan produk (material, work in process, output) dan informasi menggunakan sistem tarik (pull system) dari pelanggan internal dan eksternal untuk mengejar keunggulan dan kesempurnaan berupa hanya memproduksi 3,4 DPMO (Defect per Million Opportunities) cacat setiap satu juta kesempatan atau operasi. Dengan menggunakan metode DMAIC sebagai Metode Pendekatan Six Sigma, sebagai acuan untuk melakukan proses penelitian dan berikut penjelasan dari metode DMAIC tersebut :

8 2.3.1 Define Mendefinisikan secara formal sasaran peningkatan proses yang konsisten dengan permintaan atau kebutuhan pelanggan dan strategi perusahaan. Identifikasi secara aktual terhadap produk dan proses yang sedang berlangsung, terutama dari apa yang diinginkan oleh pelanggan terhadap produk yang ditawarkan. 2.3.1.1 Critical To Quality ( CTQ ) Setelah mengetahui apa yang diinginkan oleh pelanggan, selanjutnya akan digunakan Critical To Quality ( CTQ ). Ini adalah salah satu tool di dalam DMAIC yang bertujuan untuk mengubah kebutuhan pelanggan ke dalam persyaratan terukur dalam pelaksanaan bisnis. Di dalam menentukan objek penelitian, nanti akan digunakan Diagram Pareto sebagai dasar untuk menentukan objek penelitian, adapun Diagram Pareto sendiri adalah diagram batang yang berfungsi untuk mengetahui tingkatan banyaknya kejadian. 2.3.2 Measure Mengukur kinerja proses pada saat sekarang (baseline measurements) agar dapat dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Diagram alir proses strip akan membantu dalam pengukuran atau analisa kinerja proses saat sekarang, sehingga dapat membantu menemukan abnormality pada alir proses tersebut. 2.3.3 Analyze Menganalisis hubungan sebab akibat berbagai faktor yang dipelajari untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang perlu dikendalikan. Di dalam metode ini nantinya akan terlihat kondisi yang ada secara aktual proses yang diteliti. Di dalam metode ini nantinya akan menggunakan tool Fishbone Diagram atau Cause Effect Diagram untuk mengetahui penyebab terjadinya abnormality. Adapun Fishbone Diagram adalah diagram yang digunakan untuk mengetahui akar permasalahan yang terjadi. Diagram ini dikembangkan oleh Professor yang berasal dari Jepang yaitu Kaoru Ishikawa, Ph.D dan sering disebut juga Diagram Ishikawa.

9 2.3.3.1 Percobaan Penelitian Dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Percobaan penelitian ini akan dilakukan pada salah satu tahap di area Produk X yang merupakan tahap yang memiliki masalah dan dianggap perlu dilakukan kegiatan Improve atau peningkatan kinerja. 2.3.3.1.1 Analisis untuk Strip Kosong Setelah beberapa kali percobaan dan pengamatan yang dilakukan guna dapat mengidentifkasi permasalahan yang terjadi pada mesin. 2.3.3.1.1.1Teori Sampling Karena dalam percobaan penelitian ini kita menggunakan 750 butir kaplet Produk X sebagai sarananya dan untuk mengetahui apakah semua kaplet tersebut memenuhi syarat dimensi atau ukurannya maka digunakan teknik sample untuk mengecek. Ada beberapa teknik sample yang dapat digunakan untuk menentukan berapa besar jumlah sample yang akan diambil, dan disini kita akan menggunakan Tabel Isaac dan Michael untuk mengambil sample berdasarkan proporsinya. Dengan menggunakan tabel ini, kita dapat langsung menentukan jumlah sampling sekaligus persentase besarnya kesalahan. Dengan menggunakan 750 butir kaplet sebagai bahan percobaannya dan besarnya persentase kesalahan 5% didapat 238 butir kaplet untuk dicek. 2.3.3.1.1.2 Analisis Dimensi Feeding Chute Pengukuran terhadap dimensi feeding chute dilakukan untuk menganalisa kondisi aktual. Hal ini dilakukan karena adanya permasalahan di area tersebut. 2.3.3.1.1.3 Analisis Terhadap Saluran Kaplet Analisis terhadap dimensi saluran kaplet dilakukan untuk menganalisa kondisi aktual. Hal ini dilakukan karena adanya permasalahan di area tersebut yaitu kaplet sering berputar di area tersebut yang mengakibatkan kaplet tersangkut dan berhenti di tengah jalan. 2.3.3.1.1.4 Analisis Terhadap Stick Saluran Stick saluran merupakan area terakhir sebelum kaplet tersebut masuk ke dalam pocket dan masuk ke dalam foil aluminium. Pengaturan terhadap panjang pendeknya stick mempengaruhi jatuhnya kaplet ke dalam pocket sealing, sehingga perlu dilakukan analisis di area ini.

10 2.3.3.1.2 Analisis Untuk Strip Tidak Nge Seal Percobaan juga dilakukan untuk mengamati apa yang terjadi saat strip Produk X tidak nge seal, dengan bahan spesifikasi Produk X sama dengan yang dilakukan pada percobaan pertama. 2.3.3.1.2.1 Analisis Terhadap Stick Saluran Pengamatan dilakukan pada stick saluran yang merupakan bagian terpenting mesin tersebut dalam pengaturan pergerakan kaplet yang masuk ke dalam foil aluminium. 2.3.3.1.3 Analisis Untuk Setting Awal Pengaturan terhadap panjang pendeknya strip pada saat awal pergantian foil aluminium. 2.3.4 Improve Mengoptimisasikan proses menggunakan berbagai analisis untuk mengetahui dan mengendalikan kondisi optimum proses. Pada tahap ini, penyebab terjadinya abnormality pada mesin ataupun dari produk akan ditanggulangi berdasarkan analisa dari Cause Effect Diagram atau Fishbone Diagram. 2.3.4.1 Feeding Chute Setelah dilakukan pengukuran terhadap dimensi dan analisis pada feeding chute, nantinya akan ditemukan dimensi ukuran mana yang optimum yang akan dipakai sehingga kaplet tidak ada yang menyangkut dan diteruskan ke area saluran kaplet. 2.3.4.1.1 Analysis of Paired Sample 1. Hypothesis Testing Setelah data didapat awal pengukuran terhadap lebar feeding chute maka akan dibandingkan dengan dimensi ukuran lebar pada feeding chute yang baru. Analisis ini menggunakan teori analysis of paired sample, yaitu dengan cara : Langkah pertama : Menentukan Hypothesis yaitu Ho dan H 1 Langkah kedua : Menentukan tingkat kepercayaan yaitu α Langkah ketiga : Menentukan wilayah kritis, yaitu dengan rumus : t < tα ; n 1

11 Langkah keempat : Menentukan Statistik Uji dengan rumus : t = D µ S D n D dengan rumus S D = n i= 1 (D i n 1 D) Dengan keempat langkah diatas nantinya kita dapat menyimpulkan apakah nilai hitung dari t jatuh di wilayah kritis ataukah diluar, jika di dalam wilayah kritis, kita menolak Ho tetapi jika jatuh diluar wilayah kritis berarti kita menerima H 0 (Hypothesis awal). 2. Confidence Interval Digunakan untuk melihat selang interval pada Feeding Chute yang baru apakah masih sesuai dengan batas yang ditetapkan ataukah ada diluar batas. Confidence Interval disini akan menggunakan selang kepercayaan (α) sebesar 10% dengan rumus sebagai berikut : 2 d sd tα 2 µ D d + t n / α / 2 s d n 2.3.4.1.2 Pengujian Terhadap Mesin Setelah dilakukan pengujian teori terhadap dimensi ukuran feeding chute, selanjutnya akan dilakukan pengujian secara langsung terhadap mesin jika menggunakan feeding chute dengan dimensi yang baru supaya hasilnya lebih akurat. 2.3.4.2 Saluran Akan dilakukan pengujian terhadap saluran secara langsung pada mesin stripping jika permasalahan sudah diketahui akan dilakukan perbaikan di bagian supaya kaplet lancar bergeraknya. 2.3.4.3 Stick Saluran Merupakan bagian terpenting sekaligus tersulit pada mesin stripping karena banyak mempengaruhi hasil strip, sehingga pengujian juga akan dilakukan pada stick saluran secara langsung pada mesin stripping.

12 2.3.4.4 Rem Pemberat Foil Aluminium Fungsi dari rem pemberat foil aluminium adalah mempercepat atau memperlambat pergerakan dari foil sehingga panjang pendeknya strip dapat diatur, pengaturan inilah yang masih belum ada standarnya. 2.3.5 Control Melakukan pengendalian terhadap proses secara terus menerus untuk meningkatkan kapabilitas proses menuju target Six Sigma. Untuk memastikan semua proses sesuai dengan apa yang diinginkan perlu adanya pengontrolan berupa SOP (Standard Operating Procedure) guna menjaga kualitas dari kinerja dan proses. 2.4 Perhitungan Level Sigma DPMO = DPU x 1000000 Defect Opportunities, DPMO : Defect per Million Opportunities DPMO adalah total kerusakan per satu juta kali kesempatan, dan untuk mencari DPMO sebelumnya kita mencari DPU atau Defect per Unit yaitu dengan rumus : Total defect DPU = Total Unit, DPU : Defect per Unit Kemudian setelah menemukan angka DPMO, kita melihat tabel konversi Six Sigma untuk mengetahui posisi level Six Sigma, semakin angkanya mendekati angka 6, maka levelnya semakin baik. Berikut tabel Level Six Sigma : Spec. Limit Percent Defective ppm 1 sigma 30.23 697700 2 sigma 69.13 308700 3 sigma 93.32 66810 4 sigma 99.379 6210 5 sigma 99.9767 233 6 sigma 99.99966 3.4 Tabel 1. Level Six Sigma