TINJAUAN MIKROSTRUKTUR, STRUKTUR KRISTAL, DAN KRISTALIT PERTUMBUHAN FASA Mg 2 Al 3 HASIL MECHANICAL ALLOYING

dokumen-dokumen yang mirip
PREPARASI ULTRA FINE-GRAINED PADUAN HIDRIDA LOGAM SISTEM Mg-Fe MENGGUNAKAN TEKNIK MECHANICAL MILLING UNTUK HYDROGEN STORAGE

PEMBENTUKAN NANOPARTIKEL PADUAN CoCrMo DENGAN METODA PEMADUAN MEKANIK

Pengaruh Milling Time Terhadap Pembentukan Fasa γ-mgal Hasil Mechanical Alloying

ANALISIS FASA DAN STRUKTURMIKRO PADUAN SISTEM Mg-Ni DAN Mg-AI

Pengaruh Variasi Lama Waktu Hidrogenasi terhadap Pembentukan Metal Hidrida pada Paduan MgAl

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

Pengaruh Penambahan Aluminium (Al) Terhadap Sifat Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan Mg 2-x Al x Ni Hasil Sintesa Reactive Ball Mill

PEMBENTUKAN SINGLE PHASE PADUAN U7Mo.xTi DENGAN TEKNIK PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

Galuh Intan Permata Sari

ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI FASE PADUAN U-7%Mo-x%Zr (x = 1, 2, 3% berat) HASIL PROSES PELEBURAN

Pengaruh Milling Time Terhadap Pembentukan Fasa γ-mgal Hasil Mechanical Alloying

Pengaruh Kecepatan Milling Terhadap Perubahan Struktur Mikro Komposit Mg/Al 3 Ti

ANALISIS FASA MINOR DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL (Ni) TERHADAP STRUKTUR KRISTAL, MORFOLOGI, DAN KEKERASAN PADA PADUAN Al (2-x) FeNi (1+x)

ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR FASA PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL

SINTESIS NANOPARTIKEL FERIT UNTUK BAHAN PEMBUATAN MAGNET DOMAIN TUNGGAL DENGAN MECHANICAL ALLOYING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT BAHAN PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

Gabriella Permata W, Budhy Kurniawan Departemen Fisika, FMIPA-UI Kampus Baru UI, Depok ABSTRAK ANALISIS SISTEM DAN UKURAN KRISTAL PADA MATERIAL

PROSES PELAPISAN SERBUK Fe-50at.%Al PADA BAJA KARBON DENGAN PENAMBAHAN Cr MELALUI METODA PEMADUAN MEKANIK SKRIPSI

Bab III Metoda Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

EFEK CuI TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN ENERGI AKTIVASI (CuI) x (AgI ) 1-x (x = 0,5-0,9)

Pengaruh Penambahan 10at.%Ni dan Waktu Milling pada Paduan MgAl Hasil Mechanical Alloying dan Sintering

Adisi Fe 2 O 3 dan SiC Pada Material MgH 2 untuk Aplikasi Tangki Penyimpanan Hidrogen Kendaraan Fuel Cell

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SISIPAN KATALIS SiO2 DALAM MgH2 YANG DISINTESIS MELALUI RUTE MECHANICAL ALLOYING

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

1 BAB I BAB I PENDAHULUAN

Pengaruh Temperatur Heat-Treatment terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Paduan Al-Fe-Ni

BAB I PENDAHULUAN. energi listrik. Pemanfaatan energi listrik terus berkembang tidak hanya berfokus

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

Pengaruh Variasi Waktu Milling dan Penambahan Silicon Carbide Terhadap Ukuran Kristal, Remanen, Koersivitas, dan Saturasi Pada Material Iron

PENGARUH AKTIVASI MEKANIK TERHADAP PEMBENTUKAN FASA MgTiO 3 DAN MgTi 2 O 5

BAB I PENDAHULUAN. Batu bara + O pembakaran. CO 2 + complex combustion product (corrosive gas + molten deposit

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

UNIVERSITAS INDONESIA DISERTASI

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

Analisis Struktur Mikro dan Sifat Mekanik Paduan Al-Mg Hasil Proses Metalurgi Serbuk

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Penambahan Yttrium Terhadap Struktur Mikro, Sifat Mekanik Dan Ketahanan Termal Pada Paduan Mg-6Zn Sebagai Aplikasi Engine Block

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

FORMASI FASA DAN MIKROSTRUKTUR BAHAN STRUK- TUR PADUAN ALUMINIUM FERO-NIKEL HASIL PROSES SINTESIS

Analisis Struktur Kristal dan Mikrostruktur Serbuk Nd 2 Fe 14 B Hasil Proses Mechanical Alloying

KARAKTERISASI LIMBAH HASIL PEMURNIAN Fe 3 O 4 DARI BAHAN BAKU LOKAL PASIR BESI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN PADUAN Mg 2 Ni DAN MgNi 2 DENGAN METODE MECHANICAL ALLOYING DAN KARAKTERISASINYA. Oleh : RATNA PERMATA SARI G

ANALISIS KUALITATIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DIFRAKSI SINAR X PADA PENAMBAHAN UNSUR Zr TERHADAP PEMBENTUKAN FASA PADUAN U-Zr

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

ANALISIS STRUKTUR SINGLE PHASE SISTEM Ba 1-x. MnO 3 (0 < X < 0,3)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisa Rietveld terhadap Transformasi Fasa (α β) pada Solid Solution Ti-3 at.% Al pada Proses Mechanical Alloying dengan Variasi Milling Time

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR KARBON DARI GRAFIT HASIL MILLING

PENGARUH IRADIASI-γ TERHADAP REGANGAN KISI DAN KONDUKTIVITAS IONIK PADA KOMPOSIT PADAT (LiI) 0,5 (Al 2 O 3.4SiO 2 ) 0,5

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO

4 Hasil dan Pembahasan

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

The Effect of Sintering Time on Surface Morfology of Pb-Doped Bi-2223 Oxides Superconductors Prepared by the Solid State Reaction Methods at 840 o C

SIDANG TUGAS AKHIR Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Terhadap Pembentukan PbTiO 3 dengan Metode Mechanical Alloying

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT SMART MAGNETIC BERBASIS BROWNMILLERITE Ca 2 Fe 2 O 5 /NiFe 2 O 4

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

MODIFIKASI STRUKTUR PERMUKAAN ALUMINIUM DENGAN BUBUK BESI MENGGUNAKAN METODA MECHANICAL ALLOYING

KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN STRUKTUR KRISTAL SERBUK UO 2 DARI YELLOW CAKE DENGAN VARIASI TEMPERATUR PENGENDAPAN ADU

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa

PENGARUH SUHU DAN WAKTU ANIL TERHADAP TEKSTUR PADUAN Al TIPE 2024

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BAJA FERITIK ODS (OXIDE DISPERSION STRENGTHENED) DENGAN VARIASI KOMPOSISI CR DAN WAKTU MILLING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

STRUKTUR KRISTAL DAN KONDUKTIVITAS IONIK PADA KOMPOSIT SUPERIONIK AgI-Ag HASIL SPUTTERING

Bab IV. Hasil dan Pembahasan


PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

Metodologi Penelitian

SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN LAS ALUMINIUM 6061 HASIL FRICTION WELDING ABSTRACT

Transkripsi:

TINJAUAN MIKROSTRUKTUR, STRUKTUR KRISTAL, DAN KRISTALIT PERTUMBUHAN FASA Mg 2 Al 3 HASIL MECHANICAL ALLOYING Hadi Suwarno (1) dan Wisnu Ari Adi (2) 1. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN 2. Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang ABSTRAK TINJAUAN MIKROSTRUKTUR DAN STRUKTUR KRISTALIT PERTUMBUHAN FASA Mg 2 Al 3 HASIL MECHANICAL ALLOYING. Telah dilakukan sintesis dan tinjauan mikrostruktur dan struktur kristal paduan Mg 2 Al 3 melalui proses mechanical alloying. Paduan Mg 2 Al 3 dibuat melalui proses dimiling dengan variasi waktu dimiling berturut-turut 10, 20, dan 30 jam. Hasil perhitungan fraksi massa komposisi fasa sebelum dimiling adalah 43,3 % fasa Mg dan 56,7 % fasa Al dengan ukuran kristalit berturut-turut adalah 55 nm dan 41 nm. Setelah dimiling 10 jam, fraksi masa Mg dan Al berkurang berturut-turut menjadi 6,37 % dan 21,81 % dengan ukuran kristalit mengecil berturut-turut menjadi 4 nm dan 13 nm dan tumbuh fasa baru Mg 2 Al 3 dengan fraksi massa sebanyak 71,82 % berukuran kristalit 3 nm. Dari hasil pengamatan foto SEM terlihat bahwa serbuk mulai mengecil dan sebagian diduga telah mengalami penyatuan. Setelah dimiling 20 jam, fraksi masa Mg dan Al berkurang lagi berturut-turut menjadi < 1% dan 8,89 % dengan ukuran kristalit semakin mengecil berturut-turut menjadi 3 nm dan 6 nm, sedangkan fraksi massa Mg 2 Al 3 meningkat menjadi 90,73 % dengan ukuran kristalit semakin bertambah menjadi 10 nm. Dari foto SEM menunjukkan bahwa serbuk mulai lebih menyatu dan sudah tidak tampak lagi serbuk-serbuk Mg dan Al, tetapi belum seluruhnya terdifusi membentuk fasa baru. Setelah dimiling 30 jam, komposisi fraksi masa masingmasing Mg, Al, dan Mg 2 Al 3 berturut-turut menjadi 0,48 %; 3,32 %; dan 96,19 % dengan ukuran kristalit berturut-turut sebesar 2 nm, 5 nm, dan 12 nm. Dari foto SEM, pada tahap ini hampir keseluruhan telah terbentuk fasa Mg 2 Al 3. Disimpulkan bahwa telah dipahami proses pembentukan fasa Mg 2 Al 3 dari hasil mechanical alloying ditinjau dari mikrostruktur, struktur kristal dan kristalit. Kata kunci : mechanical alloying, mikrostruktur, struktur kristal, kristalit. ABSTRACT MICROSTRUCTURE, CRYSTAL STRUCTURE, AND GRAIN SIZE OBSERVATIONS ON THE Mg 2 Al 3 GROWTH BY MECHANICAL ALLOYING. Microstucture, crystal structure, and grain size observations on the growth of Mg 2 Al 3 phase by mechanical alloying have been performed. The Mg 2 Al 3 compound is prepared by milling process at various milling time of 10, 20, and 30 h. Calculation result of the compound before milling show that the mass fraction and the grain size of 11

Urania Vol. 15 No.1, Januari 2009 : 1-60 ISSN 0852-4777 the Mg and Al are 43.3 wt% and 56.7 wt% and 55 nm and 41 nm, respectively. For milling time of 10 h, the mass fraction of Mg and Al decrease into 6.37 wt% and 21.81 wt%, the grain size reduce into 4 nm and 13 nm, while that of the new phase Mg 2 Al 3 is 71.82 wt% with the grain size of 3 nm. For milling time of 20 h, the mass fraction of Mg and Al decrease significantly into < 1 wt% and 8.89 wt%, the grain size reduce into 1 nm and 6 nm, while that of the Mg 2 Al 3 is 90.73 wt% with the grain size of 10 nm. SEM photograph shows that the powders start to agglomerate, though not all particles Mg and Al diffuse each other to form new phase Mg 2 Al 3. For milling time of 30 h, the mass fraction of Mg, Al, and Mg2Al3 are 0.48 wt%, 3.32 wt%, and 96.19 wt% with the grain sizes of 2 nm, 5 nm, and 12 nm, respectively. SEM photograph shows that all powders are from the new phase Mg 2 Al 3. It is concluded that the growth of Mg 2 Al 3 phase form the Mg and Al powders can be observed from the microstructure, structure crystal and the grain size. Key Words : mechanical alloying, micro structure, crystal structure, crystallit PENDAHULUAN Krisis energi dari bahan bakar fosil mendorong pesat para peneliti untuk mengembangkan energi alternatif, khususnya hidrogen. Hidrogen disamping terdapat melimpah di alam, ringan, ramah lingkungan dan mudah diperbaharui. Namun hidrogen memiliki kelemahan yaitu sangat reaktif dan mudah terbakar. Salah satu cara yang lebih aman untuk menyimpan hidrogen ini adalah dengan memasukkannya ke dalam sebuah logam, yang lazim disebut metal hydride [1-5]. Salah satu paduan metal hydride berbasis magnesium yang sedang dikembangkan dewasa ini adalah sistem Mg-Al. Andreasen [6] dan kawan-kawan telah berhasil membuat paduan Mg-Al menggunakan arc melting dengan fasa yang terbentuk adalah Mg 2 Al 3 dan Mg 17 Al 12. Namun teknik arc melting dalam suasana argon ini sangat sulit dilakukan karena magnesium dan aluminium mudah bereaksi dengan oksigen yang ada di dalam argon, sehingga akan terbentuk MgO dan Al 2 O 3 yang akan mengganggu proses hidriding. Kendala berikutnya dalam sintesis paduan Mg-Al ini adalah sifat serbuk Mg yang memiliki tekanan uap yang tinggi hingga 500 Pa yang akan menyebabkan partikel Mg akan berubah menjadi uap yang berakibat paduan stoikiometri yang diinginkan tidak tercapai. Oleh karena itu diperlukan teknik lain untuk membuat paduan ini yaitu metode mechanical alloying dan cara ini diharapkan menjadi solusi yang paling sederhana untuk membuat paduan Mg-Al. Pada penelitian ini telah berhasil dilakukan pembuatan paduan sistem Mg 2 Al 3 melalui proses mechanical alloying. Prosesnya yaitu memadukan serbuk magnesium dan aluminium dengan teknik dimiling. Untuk melihat pertumbuhan paduan ini, ada 3 tahapan proses dimiling yang dilakukan yaitu dimiling selama 10 jam, 20 jam, dan 30 jam. Pemilihan tahapan ini mengacu pada penelitian sebelumnya [7]. Namun hal yang sangat menarik untuk dipahami pada penelitian ini adalah proses pembentukan paduan ini. Akibat proses dimiling sebuk Mg dan Al akan saling bertumbukan dengan bola-bola baja yang akan menyebabkan serbuk mengalami deformasi. Deformasi elastis dan plastik yang dialami serbuk Mg dan Al menyebabkan serbuk mengalami proses strain dan sebagai konsekuensinya partikel serbuk akan hancur menjadi partikel nano. Partikel nano akan mengalami proses cold welding dan fracture secara berulang-ulang yang akan menyebabkan terjadi penyatuan dan pelepasan antar partikel nano melalui proses difusi yang akan membentuk paduan baru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan pengaruh waktu dimiling 12

terhadap pertumbuhan fasa Mg 2 Al 3 ditinjau dari perubahan mikrostruktur dan struktur kristal. Paduan Mg-Al merupaka bagian dari promosi metoda simpan hidrogen yang dihasilkan dari reaktor nuklir. 0,02, dan time per step : 0,5 detik. Profil difraktometer sinar-x dianalisis menggunakan perangkat lunak program RIETAN (Rietveld Analysis) 1994 [8]. TATA KERJA Alat yang digunakan untuk proses mechanical alloying adalah High Energy Dimiling (HEM) Spex 8000 yang terdapat di laboratorium Bidang Karakterisasi dan Analisis Nuklir (BKAN), Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dengan spesifikasi normal speed 4500 rpm, run time 90 menit, off time 30 menit, dan on-off cycle 1 kali. Paduan Mg 2 Al 3 dibuat sebanyak 15 gram yang terdiri dari campuran antara magnesium (Mg) dan Alumunium (Al) dengan perbandingan stokiometri unsur Mg : Al = 2 : 3. Magnesium dan aluminium diperoleh dari Merck dengan tingkat kemurnian > 99,8% dan > 99,0 %. Pada penelitian ini sampel Mg-Al di-dimiling dengan variasi waktu dimiling masing-masing 10, 20, dan 30 jam pada temperatur ruang. Pengamatan mikrostruktur menggunakan alat scanning electron microscope (SEM) Philip tipe 550, sedangkan kualitas dan kuantitas fasa-fasa yang ada di dalam sampel diukur menggunakan alat x ray diffractometer (XRD) Philip tipe PW1710. Pengukuran pola difraksi sampel dilakukan dengan berkas sinar-x dari tube anode Cu dengan panjang gelombang, = 1,5406 Å, mode: continuous-scan, step size : HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa mikrostruktur dari hasil foto SEM baik setelah dimiling 10 jam, 20 jam, dan 30 jam ditunjukkan pada Gambar 1. Hasil Gambar foto SEM tersebut menunjukkan bahwa setelah sampel dimiling 10 jam, partikel memiliki bentuk yang relatif sama dengan distribusi ukuran partikel yang kecil hampir merata di seluruh permukaan sampel walaupun masih ada beberapa ukuran partikel yang cukup besar. Hal ini menunjukkan bahwa proses penghancuran partikel Mg dan Al telah terjadi. Dan setelah dimiling 20 jam, tampak bahwa sebagian partikel-partikel kecil tersebut menyatu membentuk partikel yang lebih besar, sehingga jumlah partikel yang besar menjadi bertambah walaupun masih terdapat partikelpartikel kecil. Kemudian setelah dimiling selama 30 jam, jumlah partikel yang berukuran besar bertambah banyak dan hampir merata di seluruh permukaan sampel. Hal yang sangat menarik untuk dikaji dari hasil foto SEM ini adalah dengan bertambahnya waktu dimiling, idealnya bahwa ukuran partikel tersebut akan menjadi lebih kecil, tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu ukuran partikel menjadi lebih besar. Hal ini diduga pada sampel telah terjadi pembentukan fasa baru, yaitu hasil reaksi antara perpaduan partikel Mg dan Al. Namun, hasil ini perlu adanya konfirmasi lebih lanjut dengan karakterisasi yang lain. 13

Urania Vol. 15 No.1, Januari 2009 : 1-60 ISSN 0852-4777 (a) Foto SEM dari sampel setelah dimiling 10 jam (b) Foto SEM dari sampel setelah dimiling 20 jam (c) Foto SEM dari sampel setelah dimiling 30 jam Gambar 1. Foto SEM sampel setelah dimiling 10 jam, 20 jam dan 30 jam Karakterisasi lain yang menunjang hasil pengamatan foto SEM tersebut adalah analisis fasa dari pola difraksi sainar-x masingmasing sampel. Hasil analisis fasa dari pengukuran pola difraksi sinar-x masingmasing sampel ditunjukkan pada Gambar 2. Hasil analisis dengan menggunakan program Rietveld menunjukkan bahwa baik sampel setelah dimiling 10 jam, 20 jam dan 30 jam, mengandung 3 fasa, yaitu fasa Mg, fasa Al, dan fasa Mg 2 Al 3. Pada Gambar 2, hasil refinement dengan menggunakan analisis Rietveld ini menghasilkan kualitas fitting yang baik, dimana faktor R yang merupakan criteria of fit dan S adalah goodness of fit bernilai cukup kecil. Berdasarkan hasil refinement dari profil difraksi sinar-x seperti yang terlihat pada Gambar 2 menunjukkan bahwa sebelum dimiling campuran tidak mengandung impuritas dan hanya terdiri dari fasa Mg dan Al. Kemudian selama dimiling, terjadi proses mechanical alloying, yaitu serbuk-serbuk Mg dan Al secara periodik terjebak diantara bolabola yang saling bertumbukan dan terdeformasi secara plastis. Bola-bola yang saling bertumbukan tersebut menyebabkan perpatahan, kemudian terjadi penyatuan dingin (cold welding) dari serbuk-serbuk 14

secara elementer. Ketika waktu dimiling bertambah, fraksi volume unsur-unsur dari bahan dasar menurun, sedangkan fraksi volume paduan meningkat. Pada Gambar 2 terlihat bahwa puncak-puncak tertinggi yang dimiliki fasa Mg pada bidang (101) dan Al pada bidang (200) tampak berkurang seiring dengan meningkatnya waktu dimiling. Setelah dimiling 30 jam, fasa Mg dan Al hampir hilang, sedangkan setelah dimiling 10 jam, fasa Mg 2 Al 3 sudah mulai terbentuk dengan puncak yang tertinggi pada bidang (111), dimana setelah dimiling 20 jam dan 30 jam, fasa Mg 2 Al 3 semakin tajam. Hal ini berarti bahwa telah terbentuk fasa baru dari proses mechanical alloying tersebut dari fasa awal Mg dan Al bereaksi membentuk fasa Mg 2 Al 3. Gambar 2. Hasil refinement pola difraksi sinar-x sebelum dan setelah dimiling selama 10, 20, dan 30 jam 15

Urania Vol. 15 No.1, Januari 2009 : 1-60 ISSN 0852-4777 Hasil perhitungan dengan menggunakan analisis Rietveld menunjukkan bahwa fraksi fasa Mg 2 Al 3 meningkat seiring bertambahnya waktu dimiling seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3. Pertumbuhan fraksi massa fasa Mg 2 Al 3 dengan meningkatnya waktu dimiling Pada Gambar 3 tampak bahwa hasil perhitungan fraksi massa komposisi fasa sebelum dimiling terdiri dari fasa Mg 43,3 % dan fasa Al 56,7 %. Setelah dimiling 10 jam, fraksi massa fasa Mg dan Al mulai berkurang berturut-turut menjadi 6,37 % dan 21,81 %, sedangkan tumbuh fasa baru Mg 2 Al 3 dengan fraksi massa sebanyak 71,82 %. Apabila dikonfirmasi dengan hasil pengamatan foto SEM pada Gambar 1, tampak bahwa ada kesesuaian hasil, yaitu serbuk mulai mengecil dan sebagian diduga telah mengalami penyatuan. Setelah dimiling 20 jam, fraksi massa Mg dan Al berkurang lagi berturut-turut menjadi < 1% dan 8,89%, sedangkan fasa Mg 2 Al 3 meningkat menjadi 90,73%. Dari foto SEM menunjukkan bahwa serbuk mulai menyatu dan sudah tidak tampak lagi serbuk Mg dan Al, namun belum seluruhnya terdifusi membentuk fasa baru. Akhirnya, setelah dimiling 30 jam, komposisi fraksi massa masing-masing fasa Mg, Al dan Mg 2 Al 3 berturut-turut menjadi 0,48%; 3,32%; dan 96,19%. Dari foto SEM, pada tahap ini hampir keseluruhan serbuk telah membentuk fasa baru. Hasil pengamatan SEM, analisis fasa XRD dan perhitungan ukuran kristalit fasa yang terbentuk dengan menggunakan formula Scherrer untuk masing-masing sampel sebelum dan setelah dimiling hasilnya ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 4. Ukuran kristalit sampel sebelum dan setelah dimiling 10, 20, dan 30 jam 16

Sebelum dimiling ukuran kristalit Mg sebesar 55 nm dan Al 41 nm. Setelah dimiling selama 10 jam, ukuran kristalit Mg dan Al berubah berturut-turut menjadi 4 nm dan 13 nm, serta muncul kristal baru Mg 2 Al 3 dengan ukuran kristalit sebesar 3 nm. Pada tahap ini terjadi proses pengecilan ukuran kristal akibat efek dimiling. Dengan ukuran kristal baik Mg maupun Al yang sangat kecil ini memberikan peluang besar keduanya untuk bereaksi membentuk kristal baru, yaitu kristal Mg 2 Al 3. Pada dimiling berikutnya, setelah 20 jam hingga 30 jam, ukuran kristalit dari Mg dan Al semakin mengecil ditandai dengan profil puncak XRD tampak semakin amorf. Hal ini berarti bahwa baik kristal Mg dan Al telah rusak atau hancur. Sedangkan ukuran kristalit Mg 2 Al 3 semakin membesar yang ditandai dengan semakin menajamkan profil puncak pada fasa ini. Hal ini berarti kristal Mg 2 Al 3 semakin tumbuh dengan baik. Pertumbuhan kristal Mg 2 Al 3 ini juga didukung dari hasil perhitungan parameter kisi, kerapatan atomik dan volume unit sel masingmasing tahapan dimiling. Gambar 5 memperlihatkan hubungan perubahan parameter kisi kristal Mg, Al, dan Mg 2 Al 3 terhadap lamanya waktu dimiling. (a) Parameter kisi kristal Mg (b) Parameter kisi kristal Al (c) Parameter kisi kristal Mg 2 Al 3 Gambar 5. Perubahan parameter kisi akibat efek dimiling 17

Urania Vol. 15 No.1, Januari 2009 : 1-60 ISSN 0852-4777 Kristal Mg adalah heksagonal, sedangkan kristal Al dan Mg 2 Al 3 adalah kubik. Pada Gambar 5 terlihat parameter kisi pada sumbu a dan b pada kristal Mg membesar dan parameter kisi kristal Al juga membesar, sedangkan parameter kisi kristal Mg 2 Al 3 semakin mengecil. Hal ini diduga kuat pada kristal Mg dan Al terjadi kerusakan kristal sedangkan kristal Mg 2 Al 3 telah terbentuk dengan baik. Asumsi ini diperkuat dengan hasil perhitungan volum unit sel dan kerapatan atomik masing-masing kristal yang diperlihatkan pada Gambar 6. (a) Volume unit sel dan kerapatan atomik kristal Mg (b) Volume unit sel dan kerapatan atomik kristal Al (c) Volume unit sel dan kerapatan atomik kristal Mg 2 Al 3 Gambar 6. Perubahan volume unit sel dan kerapatan atomik akibat efek dimiling Pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa makin lama waktu dimiling baik kristal Mg maupun Al, volume unit sel keduanya semakin meningkat sedangkan kerapatan atomiknya semakin kecil. Namun sebaliknya untuk kristal Mg 2 Al 3, volume unit selnya semakin mengecil dan kerapatan atomiknya semakin membesar. Hal ini juga memberikan arti bahwa baik kristal 18

Mg maupun Al semakin rusak, sementara kristal Mg 2 Al 3 semakin baik. SIMPULAN Pembentukan fasa Mg 2 Al 3 dengan menggunakan teknik mechanical alloying telah berhasil dilakukan. Hasil perhitungan fraksi massa komposisi fasa sebelum dimiling adalah 43,3 % fasa Mg dan 56,7% fasa Al dengan ukuran kristalit berturut-turut adalah 55 nm dan 41 nm. Setelah dimiling 10 jam, fraksi massa fasa Mg dan Al mulai berkurang dengan ukuran kristalit mengecil, sedangkan tumbuh fasa baru Mg 2 Al 3 dengan fraksi massa sebanyak 71,82 % dengan ukuran kristalit 3 nm. Menurut hasil pengamatan foto SEM menunjukkan bahwa serbuk mulai mengecil dan sebagian diduga telah mengalami penyatuan. Setelah dimiling 20 jam, fraksi massa fasa Mg dan Al berkurang lagi dengan ukuran kristalit semakin mengecil, sedangkan fraksi massa fasa Mg 2 Al 3 meningkat dengan ukuran kristalit semakin bertambah besar. Dari foto SEM menunjukkan bahwa serbuk mulai lebih menyatu dan sudah tidak tampak lagi serbuk-serbuk Mg dan Al, namun belum seluruhnya terdifusi membentuk fasa baru. Akhirnya, setelah dimiling 30 jam, komposisi fraksi massa masing-masing fasa Mg dan Al semakin hilang, sedangkan Mg 2 Al 3 semakin dominan dengan ukuran krsitalit semakin membesar. Dari foto SEM, pada tahap ini hampir keseluruhan telah terbentuk fasa Mg 2 Al 3. Teknologi yang telah menyediakan dana penelitian ini melalui Program Insentif 2008, kepada Bapak Kepala Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir, kepada Bapak Kepala Bidang Karakterisasi dan Analisis Nuklir dan semua pihak yang telah membantu menyediakan fasilitas untuk penyelesaikan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. ZALUSKA, A., ZALUSKI, L., STROM- OLSEN, J.O., J, Alloys Com., 228 (1999) 217. 2. LIANG, G., HUOT, J., BOILY, S., NESTE, A.V., SCHULTZ, R., J, Alloys Com., 348 (2003) 319. 3. ARNASON, B., SIGFUSSON, T.I., Int., Hydrogen Energy, 25 (2000) 389. 4. BUCHENER, H., POVEL, R., Int. J, Hydrogen Energy, 7 (1982) 259. 5. DORNHEIM, M., KLASSEN, T., BORMANN, R., Hydrogen Storage Materials, Institute for Materials Research, GKSS Research Center, Geesthacht, Germany. 6. ANDREASEN, A., SORENSEN, M.B., BURKARL, R., MOLLER, B., MOLENBROEK, A.M., PEDERSEN, A.S., ANDREASEN, J.W., NIELSEN, M.M., JENSEN, T.R., J Alloys Comp, 404-406(2005)323. 7. SUWARNO, H, WISNU A. A., ANDON I, International Conference Solid State Ionic Proceeding, PTBIN, Serpong, 2007. IZUMI, F., Rietan Manual, 1994 (privatecommunication). UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Bapak Menteri Kementerian Riset dan 19