Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi tripalmitin

dokumen-dokumen yang mirip
Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat

Katalis 1. Pengertian Katalis 2. Jenis Katalis a. Katalis Homogen

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU

Laporan Kimia Fisik KI-3141

kimia LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN

PETA KONSEP LAJU REAKSI. Percobaan. Waktu perubahan. Hasil reaksi. Pereaksi. Katalis. Suhu pereaksi. Konsentrasi. Luas. permukaan.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK KI3141 PERCOBAAN M-2 PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI. : Ricky Iqbal Syahrudin.

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I KECEPATAN REAKSI. Kelompok V : Amir Hamzah Umi Kulsum

Laboratorium Kimia SMA... Praktikum II Kelas XI IPA Semester I Tahun Pelajaran.../...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?

LAPORAN PRAKTIKUM DINAMIKA KIMIA JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN LAJU REAKSI IODINASI ASETON DALAM SUASANA ASAM. Nama : SantiNurAini NRP :

ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK KELAPA

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi

Waktu (t) Gambar 3.1 Grafik hubungan perubahan konsentrasi terhadap waktu

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

Jason Mandela's Lab Report

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Percobaan 1.3. Manfaat Percobaan

BY SMAN 16 SURABAYA : Sri Utami, S. P LAJU REAKSI KESIMPULAN

A. MOLARITAS (M) B. KONSEP LAJU REAKSI C. PERSAMAAN LAJU REAKSI D. TEORI TUMBUKAN E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN KE-1

Kunci jawaban dan pembahasan soal laju reaksi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP

Jason Mandela's Lab Report

yang berkaitan dengan Laju Reaksi, diberikan pada tabel berikut ini.

Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan kondisi kesetimbangan

PENGARUH KATALISIS TERHADAP TETAPAN LAJU

Laporan Kimia Fisik KI-3141

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

wanibesak.wordpress.com

wanibesak.wordpress.com 1

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

Bab 10 Kinetika Kimia

c. Suhu atau Temperatur

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK PANGAN

BAB 9. KINETIKA KIMIA

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

SOAL LAJU REAKSI. Mol CaCO 3 = = 0.25 mol = 25. m Mr

LEMBAR KERJA SISWA 4

LAPORAN PRAKTIKUM 3 ph METER, BUFFER, dan PENGENCERAN DISUSUN OLEH : MARIA LESTARI DAN YULIA FITRI GHAZALI Kamis 04 Oktober s/d 16.

Laju Reaksi. Bahan Ajar Mata Pelajaran Kimia Kelas XI Semester I

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I STOIKIOMETRI REAKSI

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN H 2 SO 4 DAN KONSENTRASI LARUTAN CH 3 COOH DENGAN TITRASI ASAM BASA (ASIDI-ALKALIMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

kimia TITRASI ASAM BASA

PENENTUAN KOMPOSISI MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG

Purwanti Widhy H, M.Pd. Laju Reaksi

Kesetimbangan Kimia. A b d u l W a h i d S u r h i m

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

Kode KIM.10. Laju Reaksi

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II TERMOKIMIA. Rabu, 2-April-2014 DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1:

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

10 mlhcl2 M. 10 ml HCl2 M. Na 2 S 2 O 3 0,2 M KIM/ IND- II

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

MODUL LAJU REAKSI. Laju reaksi _ 2013 Page 1

MODUL I Pembuatan Larutan

tanya-tanya.com Soal No.2 Apabila anda diminta untuk mengukur laju reaksi terhadap reaksi : Zn(s) + 2HCI(aq)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat diperoleh suatu produk farmasi yang baik.

Metodologi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi

LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI

Bab III Metodologi Penelitian

Laju reaksi menunjukkan perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi persatuan waktu.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

2. Konfigurasi elektron dua buah unsur tidak sebenarnya:

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

UJIAN PRAKTIK KIMIA SMA NEGERI 4 MATARAM TAHUN 2013

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

Perubahan konsentrasi reaktan atau produk terhadap waktu. Secara matematis, untuk reaksi: A B Laju reaksi = r = -d[a]/dt = d[b]/dt

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Larutan penyangga adalah larutan yang dapat mempertahankan harga ph terhadap pengaruh penambahan sedikit asam atau basa, atau terhadap pengenceran.

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi.

Transkripsi:

I. JUDUL : Kinetika Reaksi Saponifikasi Etil Asetat II. TANGGAL PERCOBAAN : Rabu, 16 November 2011 III. TUJUAN : 1. Untuk memberikan gambaran bahwa reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida adalah reaksi orde dua 2. Menentukan konstanta kecepatan reaksi pada reaksi tersebut. IV. TINJAUAN PUSTAKA : Saponifikasi Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun merupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Reaksi dibawah ini merupakan reaksi saponifikasi tripalmitin / trigliserida. Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi tripalmitin Selain dari reaksi diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi netralisasi Fatty Acid (FA), namun disini hanya didapat sabun tanpa adanya Gliserin (Glycerol), karena saat proses pembuatan Fatty Acid, glycerol sudah dipisahkan tersendiri. 1 Kelompok Dua / Kimia B 2009

Gambar 2.2 Reaksi saponifikasi Asam lemak Selain dari minyak atau lemak dan NaOH pada pembuatan sabun dipergunakan bahanbahan tambahan sebagai berikut: a. Cairan pengisi seperti tepung tapioka, gapleh dan lain-lain. b. Zat pewarna c. Parfum, agar baunya wangi. d. Zat pemutih, misal natrium sulfat Untuk menentukan laju dari reaksi kimia yang diberikan, harus ditentukan seberapa cepat perubahan konsentrasi yang terjadi pada reaktan atau produknya. Secara umum, apabila terjadi reaksi A B, maka mula-mula zat yang A dan zat B sama sekali belum ada. Setelah beberapa waktu, konsentrasi B akan meningkat sementara konsentrasi zat A akan menurun (Partana, 2003 : 47). Hukum laju dapat ditentukan dengan melakukan serangkain eksperimen secara sistematik pada reaksi A + B C, untuk menentukan orde reaksi terhadap A maka konsentrasi A dibuat tetap sementara konsentrasi B divariasi kemudian ditentukan laju reaksinya pada variasi konsentrasi tersebut. Sedangkan untuk menentukan orde reaksi B, maka konsentrasi B dibuat tetap sementara itu konsentrasi A divariasi kemudian diukur laju reaksinya pada variasi konsentrasi tersebut (Partana, 2003 : 49). Orde dari suatu reaksi menggambarkan bentuk matematika dimana hasil perubahan dapat ditunjukkan. Orde reaksi hanya dapat dihitung secara eksperimen dan hanya dapat diramalkan jika suatu mekanisme reaksi diketahui seluruh orde reaksi yang dapat ditentukan sebagai jumlah dari eksponen untuk masing-masing reaktan, sedangkan hanya eksponen untuk masing-masing reaktan dikenal sebagai orde reaksi untuk komponen itu. Orde reaksi adalah jumlah pangkat faktor konsentrasi dalam hukum laju bentuk diferensial. Pada umumnya orde reaksi terhadap suatu zat tertentu tidak sama dengan koefisien dalam persamaan stoikiometri reaksi (Hiskia, 2003). aa + bb produk, dimana a b dan [A] o [B] o. 2 Kelompok Dua / Kimia B 2009

persamaan laju diferensial adalah 1 d[ A] 1 d[ B] = = k[ A][ B] a dt b dt.1 Dan persamaan laju yang diintegralkan adalah 1 [ B] o[ A] ln = kt b A o B o B A [ ] [ ] [ ][ ] o 2 Jika a=b=1. persamaan 2 menjadi [ A] o 1 [ B] o[ A] ln = kt B o B A [ ] [ ][ ] o Plot sisi kiri persamaan 1 dan 2 terhadap t akan merupakan garis lurus, knstanta laju dapat dihitung dari kemiringan dan konsentrasi awal reaktan dari intersep tersebut (Dogra, 2008 : 629). V. ALAT dan BAHAN : Alat Alat : 1. Corong Kaca 2. Stopwatch 3. Gelas Kimia 4. Erlenmeyer 5. Buret 6. Statif dan Klem 7. Gelas Ukur 8. Termometer Bahan Bahan : 1. Etil asetat 0,02 N 2. Indikator PP 3. Larutan NaOH 0,02 N 4. Aquades 5. Larutan HCl 0,02 N 3 Kelompok Dua / Kimia B 2009

VI. CARA KERJA : 125 ml Larutan etil asetat 0,02N 100 ml larutan NaOH 0,02 N - Diletakkan ke dalam thermostat untuk mencapai suhu yang sama Kedua larutan mencapai suhu yang sama - Kedua larutan dicampurkan dengan cepat - Dikocok dengan baik - Dijalankan stopwatch ketika larutan dicampurkan - Tiga menit setelah dicampur, dipipet 5 ml dan dimasukkan ke dalam salah satu Erlenmeyer yang berisi 10 ml larutan HCl - Diaduk dengan baik dan segera dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,02 N - Dilakukan pengambilan kembali pada menit ke 8, 15, 25, 40 dan 65. Larutan sisa Larutan berwarna merah muda - Disimpan selama kurang lebih 2 hari - Setelah 2 hari, dilakukan pemanasan agar reaksi sempurna - Setelah dingin, dipipet 5 ml dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang telah berisi 10 ml HCl. - Dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,02 N Larutan berwarna merah muda 4 Kelompok Dua / Kimia B 2009

VII. DATA PENGAMATAN : NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN 1 Etil asetat : tak 125 ml Larutan etil asetat 0,02N 100 ml larutan NaOH 0,02 N - Diletakkan ke dalam thermostat untuk mencapai suhu yang sama Kedua larutan Larutan sisa - Kedua larutan dicampurkan dengan cepat - Dikocok dengan baik - Dijalankan stopwatch ketika larutan dicampurkan - Tiga menit setelah dicampur, dipipet 5 ml dan dimasukkan ke dalam salah satu Erlenmeyer yang berisi 10 ml larutan HCl - Diaduk dengan baik dan segera dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,02 N - Dilakukan pengambilan kembali pada menit ke 8, 15, 25, 40 dan 65. Larutan berwarna merah muda berwarna NaOH : tidak berwarna Etil asetar + NaOH : tidak berwarna +HCl = tidak berwarna +indikator pp = tidak berwarna V3menir= 7,9 V8menit=8,1 V15menit=8,2 V25menit=8,4 V40menit=8,4 V65menit=8,6 V2hari=9,9 DUGAAN / REAKSI C 2 H 5 OH + NaOH CH 3 COOC 2 H 5 + H 2 O +OH - CH 3 COOC 2 H 5 + HCl H + + NaOH CH 3 COONa +H 2 O Reaksi saponifikasi merupakan reaksi berorde dua dengan persamaan : dx/dt = k[a-x] 2 KESIMPULAN - Disimpan selama kurang lebih 2 hari - Setelah 2 hari, dilakukan pemanasan agar reaksi sempurna - Setelah dingin, dipipet 5 ml dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang telah berisi 10 ml HCl. - Dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,02 N Larutan berwarna merah muda Larutan berwarna 5 Kelompok Dua / Kimia B 2009

VIII. ANALISIS dan PEMBAHASAN : Pada percobaan Kinetika Reaksi Saponifikasi Etil Asetat yang dilakukan ini bertujuan menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi antara etil asetat (CH 3 COOC 2 H 5 ) dengan NaOH merupakan reaksi dengan orde 2. Reaksi yang terjadi sebagai berikut: CH 3 COOC 2 H 5 (aq) +NaOH(aq) CH 3 COOH(aq) + C 2 H 5 OH(aq) Dari percobaan yang dilakukan didaptkan data berupa volume titrasi sebagai berikut: t(menit) Volume titrasi 3 7,9 8 8,1 15 8,2 25 8,4 40 8,4 65 8,6 2880 9,9 Metode Integral secara Grafik Dari data tersebut di atas dapat digunakan dalam perhitungan sebagai berikut: a. Milimol NaOH sisa Untuk t = 3 menit mmol NaOH sisa Untuk t = 8 menit mmol NaOH sisa = mmol HCl awal mmol HCl akhir = 0,02.10 0,02.7,9 = 0,042 = mmol HCl awal mmol HCl akhir = 0,02.10 0,02.8,1 = 0,038 Untuk t = 15 menit mmol NaOH sisa = mmol HCl awal mmol HCl akhir = 0,02.10 0,02.8,2 6 Kelompok Dua / Kimia B 2009

= 0,036 Untuk t = 25 menit mmol NaOH sisa = mmol HCl awal mmol HCl akhir = 0,02.10 0,02.8,4 = 0,032 Untuk t = 40 menit mmol NaOH sisa = mmol HCl awal mmol HCl akhir = 0,02.10 0,02.8,4 = 0,032 Untuk t = 65 menit mmol NaOH sisa = mmol HCl awal mmol HCl akhir = 0,02.10 0,02.8,6 = 0,028 Untuk t = 2880 menit mmol NaOH sisa = mmol HCl awal mmol HCl akhir = 0,02.10 0,02.9,9 = 0,002 b. Milimol NaOH yang bereaksi Untuk t = 3 menit mmol NaOH Untuk t = 8 menit mmol NaOH = mmol HCl awal mmol HCl akhir = 0,02.10 0,042 = 1,958 = mmol HCl awal mmol HCl akhir = 0,02.10 0,038 = 1,962 Untuk t = 15 menit mmol NaOH = mmol HCl awal mmol HCl akhir 7 Kelompok Dua / Kimia B 2009

= 0,02.10 0,036 = 1,964 Untuk t = 25 menit mmol NaOH = mmol HCl awal mmol HCl akhir = 0,02.10 0,032 = 1,968 Untuk t = 40 menit mmol NaOH = mmol HCl awal mmol HCl akhir = 0,02.10 0,032 = 1,968 Untuk t = 65 menit mmol NaOH = mmol HCl awal mmol HCl akhir = 0,02.10 0,028 = 1,972 Untuk t = 2880 menit mmol NaOH = mmol HCl awal mmol HCl akhir = 0,02.10 0,002 = 1,998 c. Mencari nilai x Untuk t= 3 menit x = =, = 0,01958 Untuk t= 8 menit x = =, = 0,01962 Untuk t= 15 menit 8 Kelompok Dua / Kimia B 2009

x = =, = 0,01964 Untuk t= 25 menit x = =, = 0,01968 Untuk t= 40 menit x = =, = 0,01968 Untuk t= 65 menit x = =, = 0,01972 Untuk t= 2880 menit x = =, = 0,01998 d. Mencari nilai Untuk t= 3 menit =,, = Untuk t= 8 menit =,, = Untuk t= 15 menit =,, = Untuk t= 25 menit =,, = Untuk t= 40 menit, = 2380,95, = 2500, = 2777, = 3125 9 Kelompok Dua / Kimia B 2009

=,, =, = 3125 Untuk t= 65 menit =,, = Untuk t= 2880 menit =,, =, = 3571,42, = 50.000 Dari perhitungan di atas bisa didapatkan kurva sebagai berikut: 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0-500 t(detik) y = 699.43x -861.33 R² = 0.914 0 2 4 6 8 t(detik) Linear (t(detik)) Dari grafik (antara t dengan )yang didapat terlihat bahwa nilai regresi mendekati 1, hal ini menunjukkan bahwa grafik yang dibuat telah sesuai dan menunjukkan bahwa reaksi dari percobaan yang dilakukan merupakan reaksi berorde 2. Metode Integral Non-Grafik Untuk orde 2, rumus yang digunakan sebagai berikut: kt =, maka Untuk t = 3 menit kt = k.3 =,, 10 Kelompok Dua / Kimia B 2009

k.3 =,, k.3 = 23,3 k.3 =, = 7,7 Untuk t = 8 menit kt = k.8 =,, k.8 =,, k.8 = 25,8 k.8 =, = 3,25 Untuk t = 15 menit kt = k.15 =,, k.15 =,, k.15 = 27,2 k.15 =, = 1,8 Untuk t = 25 menit kt = 11 Kelompok Dua / Kimia B 2009

k.25 =,, k.25 =,, k.25 = 30,75 k.25 =, = 1,23 Untuk t = 40 menit kt = k.40 =,, k.40 = 30,75 = 0,76 Untuk t = 65 menit kt = k.65 =,, k.65 = 35,2 = 0,54 Untuk t = 2880 menit kt = k.2880 =,, k.2880 =,, k.2880 = 499,5 12 Kelompok Dua / Kimia B 2009

k.2880 =, = 0,17 IX. DISKUSI : Percobaan ini dilakukan ulang, karena pada percobaan sebelumnya volume yang didapat tidak sesuai karena menghasilkan nilai minus pada perhitungan menggunakan metode grafik. Untuk itu dilakukan praktikum ulang sehingga didapatkan data volume yang sesuai dan didapatkan grafik sebagai berikut. 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0-500 t(detik) y = 699.43x -861.33 R² = 0.914 0 2 4 6 8 t(detik) Linear (t(detik)) Pada percobaan sebelumnya, kesalahan yang terjadi diakibatkan oleh praktikan yang kelebihan saat melakukan titrasi, sehingga volume yang didapatkan lebih dari 9 ml, hal ini mengakibatkan hasil perhitungan tidak sesuai dan tidak bisa dihasilkan grafik yang sesuai. Tetapi setelah dilakukan percobaan ulang, didapatkan volume titrasi yang sesuai dengan volume maksimal pada larutan yang didiamkan selama 2 hari menghasilkan volume titrasi sebesar 9,9 ml. X. KESIMPULAN : Reaksi saponifikasi dengan persamaan CH 3 COOC 2 H 5 (aq)+naoh(aq) CH 3 COOH(aq)+C 2 H 5 OH(aq) memiliki orde reaksi 2. Dan percobaan yang dilakukan sudah sesuai karena volume yang didapatkan sudah sesuai, sebagai berikut: 13 Kelompok Dua / Kimia B 2009

t(menit) Volume titrasi 3 7,9 8 8,1 15 8,2 25 8,4 40 8,4 65 8,6 2880 9,9 XI. JAWABAN PERTANYAAN : 1. Kenyataan apakah yang membuktikan bahwa reaksi penyabunan etil asetat adalah reaksi orde dua? Yang membuktikan bahwa reaksi penyabunan etil asetat memiliki orde dua yaitu dapat dilihat dari grafik di bawah ini 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0-500 t(detik) y = 699.43x -861.33 R² = 0.914 0 2 4 6 8 t(detik) Linear (t(detik)) Grafik tersebut di atas dibuat berdasarkan data sebagai berikut: 1/((a-x)) t(detik) 2380.95 180 2500 640 2777 900 3125 1500 3125 2400 3571.42 3900 14 Kelompok Dua / Kimia B 2009

Nilai regresi yang mendekati satu menunjukkan bahwa perhitungan menggunakan metode grafik untuk orde dua sesuai dengan reaksi penyabunan etil asetat. 2. Apakah perbedaan antara orde reaksi dengan kemolekulan reaksi? Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang mempengaruhi kecepatan reaksi. Kemolekulan reaksi merupakan banyaknya molekul zat pereaksi (reaktan) dalam sebuah persamaan stoikiometri reaksi yang sederhana. Kemolekulan reaksi selalu berupa bilangan bulat positif. Contoh: Reaksi: a A + b B c C + d D Kemolekulan reaksinya = a + b Reaksi: 2 A + B 3 C + 2 D Kemolekulan reaksinya = 2 + 1 = 3 3. Apakah yang mempengaruhi laju reaksi? Jelaskan! Faktor yang mempengaruhi laju reaksi Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: Luas permukaan sentuh Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi; sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi. Suhu Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu reaksi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu 15 Kelompok Dua / Kimia B 2009

diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil. Katalis Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi. Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama: katalis homogen dan katalis heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan pereaksi dalam reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis homogen berada dalam fase yang sama. Satu contoh sederhana untuk katalisis heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan suatu permukaan di mana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerat. Ikatan dalam substrat-substrat menjadi lemah sedemikian sehingga memadai terbentuknya produk baru. Ikatan atara produk dan katalis lebih lemah, sehingga akhirnya terlepas. Katalis homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk membentuk suatu perantarakimia yang selanjutnya bereaksi membentuk produk akhir reaksi, dalam suatu proses yang memulihkan katalisnya. Berikut ini merupakan skema umum reaksi katalitik, di mana C melambangkan katalisnya:... (1)... (2) Meskipun katalis (C) termakan oleh reaksi 1, namun selanjutnya dihasilkan kembali oleh reaksi 2, sehingga untuk reaksi keseluruhannya menjadi : 16 Kelompok Dua / Kimia B 2009

Beberapa katalis yang pernah dikembangkan antara lain berupa katalis Ziegler-Natta yang digunakan untuk produksi masal polietilen dan polipropilen. Reaksi katalitis yang paling dikenal adalah proses Haber, yaitu sintesis amonia menggunakan besi biasa sebagai katalis. Konverter katalitik yang dapat menghancurkan produk emisi kendaraan yang paling sulit diatasi, terbuat dari platina dan rodium. Molaritas Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volum zat pelarut. Hubungannya dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin cepat suatu reaksi berlangsung. Dengan demikian pada molaritas yang rendah suatu reaksi akan berjalan lebih lambat daripada molaritas yang tinggi. Konsentrasi Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk konsentrsi reaktan maka dengan naiknya konsentrasi maka naik pula kecepatan reaksinya. Artinya semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak molekul reaktan yang tersedia dengan demikian kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak juga sehingga kecepatan reaksi meningkat. 4. Apakah yang dimaksud dengan tetapan laju reaksi? Tetapan laju reaksi (k) adalah perbandingan antara laju reaksi dengan konsentrasi reaktan. Nilai k akan semakin besar jika reaksi berlangsung cepat, walaupun dengan konsentrasi reaktan dalam jumlah kecil. Nilai k hanya dapat diperoleh melalui analisis data eksperimen, tidak berdasarkan stoikiometri maupun koefisien reaksi. XII. DAFTAR PUSTAKA : Anonim A.2011.Laju Reaksi.http://Wikipedia.org (diakses pada Minggu, 20 November 2011,Pukul : 19.50 WIB). Anonim B.2000.Orde Reaksi.http://bebas.ui.ac.id (diakses pada Minggu, 20 November 2011, Pukul : 19.55 WIB) 17 Kelompok Dua / Kimia B 2009

Irawan, wira. 2006. Laporan Praktikum : Proses Reaksi Saponifikasi. Medan: Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri. Institut Teknologi Medan. Sahrun.2010.Laporan Tetap Praktikum Kimia Fisika II.Mataram:Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Mataram. Supardiyo.2009.Kimia Dasar.http://wordpress.com (diakses pada Minggu, 20 November 2011, Pukul : 20.01 WIB) 18 Kelompok Dua / Kimia B 2009