PENGURANGAN MUDA DALAM PROSES PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN DMAIC. Jl. Glagahsari, Umbulharjo, Yogyakarta *

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA


BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap perusahaan harus dapat bersaing secara global baik di pasaran nasional

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

STUDI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS SUMBER DAYA PRODUKSI DENGAN METODE LEAN SIX SIGMA

PENDAHULUAN. Pada masa sekarang inisudah banyak sekali industri manufaktur yang

PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN METODE WEIGHTED PRODUCT UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI SPARE PART OEM DI PT. SINAR AGUNG SELALU SUKSES

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sesi Perdagangan Pasar Saat ini Setelah Perubahan Sesi Pra-Pembukaan Reguler s.d s.d Sesi I

STUDI PENGENDALIAN KUALITAS PINTU KAYU DENGAN MENGGUNAKAN METODE LEAN SIX SIGMA

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI ALUMINIUM PROFIL 4404 MENGGUNAKAN METODE DMAIC

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan

PERANCANGAN VALUE STREAM MAPPING PROSES PRODUKSI MAINAN KAYU PADA CV. MK

Pendahuluan. I.1 Latar belakang

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC)

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study

BAB V ANALISA HASIL Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala

Pengurangan Waste pada Bagian Persiapan Pabrik Tekstil: Studi Kasus

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PIPA DENGAN PENDEKATAN METODE LEAN SIX SIGMA PADA PT. INVILON SAGITA. TUGAS SARJANA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE LEAN SIX SIGMA PADA PROSES PRODUKSI BAN DALAM MOBIL (Studi Kasus Pada PT. United Kingland)

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN MOTTO.. v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL xiv. DAFTAR GAMBAR...xv. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

Rahmat Hidayattullah, Gunawarman Hartono

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. pengembangan sistem yang menggunakan metode SDLC (System Development

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PABRIK KERTAS Y

Analisis Perbaikan UKM X dengan Pendekatan Lean Manufacture Guna Mereduksi Waste di Lantai Produksi Aluminum

DESIGN IMPROVEMENT MACHINING AREA COMPONENTS ISOLATING COCK IN PT PINDAD (PERSERO) TO MINIMIZE WASTE USING 5S METHODE WITH LEAN MANUFACTURING APPROACH

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN KONSEP LEAN SERVICE DAN DMAIC UNTUK MENGURANGI WAKTU TUNGGU PELAYANAN *

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012

Six Sigma, Lean dan Lean Six Sigma

Penerapan Metode DMAIC di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur. Oleh Zubdatu Zahrati Dosen Pembimbing : Dra.

TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE LEAN SIGMA UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA QUALITY, COST DAN DELIVERY PRODUK SUNVISOR ASSY DI PT. APM ARMADA AUTOPARTS

Lampiran 3. Permohonan Data Awal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. bisnis dituntut untuk mampu menghasilkan output baik barang maupun

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI PROSES PRODUKSI SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMASI WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA (Studi Kasus: PT Temprina Media Grafika Malang)

TECHNOLOGIC, VOLUME 7, NOMOR 2

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Pendekatan Lean Sigma Pada Divisi Produksi Di Hollywood Plastik, Sidoarjo. Michael Hartanto.

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Qolli Kusuma, 2 Pratya Poeri Suryadhini, 3 Mira Rahayu 1, 2, 3

Usulan Penerapan Lean Manufacturing Untuk Mengurangi Pemborosan Pada PT. Perkebunan Nusantara VIII

RANCANGAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CHAIR TYPE 4030 DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PADA PT MAITLAND SMITH INDONESIA SEMARANG SKRIPSI

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri FTI-UPV Veteran Jatim ABSTRAK

Seminar Nasional IENACO ISSN:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

PENINGKATAN MUTU PRODUK KAIN GREY DI CV X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DMAIC

Universitas Sumatera Utara

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

ANALISA KECACATAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN DMAIC DI PT. UNISON SURABAYA. Oleh

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

Transkripsi:

PENGURANGAN MUDA DALAM PROSES PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN DMAIC Yohannes Anton Nugroho 1*, Ari Zaqi Al Faritsy 2 1,2 Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Teknologi Yogyakarta Jl. Glagahsari, Umbulharjo, Yogyakarta * Email: johant@gmail.com INTISARI Proses produksi merupakan suatu proses perubahan material menjadi produk jadi. Pada proses tersebut terjadi aktivitas kerja operator dalam mengoperasikan alat kerja/mesin. Aktivitas kerja dibagi ke dalam tiga bagian yaitu value added, non value added, dan icidental. Aktivitas jenis non value added biasa disebut sebagai muda, didefinisikan sebagai aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah pada tahapan proses material menjadi produk jadi dalam proses produksi. Penelitian ini bertujuan mengetahui penyebab aktivitas muda dan memberikan solusi untuk mengurangi aktivitas muda dalam proses produksi dengan pendekatan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control). DMAIC merupakan suatu metode pemecahan masalah yang terkenal dalam six sigma. Kesimpulan yang didapatkan adalah Penyebab dari aktivitas muda pada proses produksi SKU Tegangan Tinggi disebabkan oleh empat faktor yaitu operator, environment, methode, dan manager. Strategi yang harus dilakukan untuk mengurangi aktivitas muda adalah buat dokumen SOP, kendalikan dan perhatikan operator mesin bubut dan frais selama proses berlangsung, buat penjadwalan produk yang teratur, manager harus memperhatikan aktivitas operator mesin bubut dan frais, pasang ventilasi udara dan sediakan minuman untuk operator waktu istirahat sejenak selama bekerja dan buat rak alat sesuai dengan jenis dan fungsi alat pada tempat penyimpanan alatalat kerja mesin bubut dan frais. Kata kunci:muda, DMAIC, time study 1. PENDAHULUAN Proses produksi merupakan suatu proses perubahan material menjadi produk jadi. Dalam proses produksi, material yang akan diubah mengalami beberapa bagian tahapan proses mulai dari material masuk sampai dengan produk jadi. Pada tahapan proses tersebut terjadi aktivitas kerja operator dalam mengoperasikan alat kerja/mesin. Aktivitas kerja dibagi ke dalam tiga bagian yaitu value added, non value added, dan icidental. Dalam proses produksi aktivitas jenis value added memiliki aktivitas lebih sedikit dibandingkan dengan aktivitas jenis non value added dan icidental (Kato, 2011). Aktivitas jenis non value added biasa disebut sebagai muda, didefinisikan sebagai aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah pada tahapan proses material menjadi produk jadi dalam proses produksi. Aktivitas muda dalam proses produksi harus dikurangi seminimal mungkin sehingga menghasilkan proses produksi yang efisien dan efektif. Proses produksi SKU Tegangan Tinggi di PT. X melibatkan dua mesin yaitu proses mesin frais dan proses mesin bubut. Pada dua proses mesin tersebut ditemukan aktivitas muda yang mengakibatkan lead time proses menjadi lama dan terjadi penumpukan produk setengah jadi (work in process) di antara kedua proses tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui penyebab aktivitas muda dan memberikan solusi untuk mengurangi aktivitas muda dalam proses produksi dengan pendekatan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control). DMAIC merupakan suatu metode pemecahan masalah yang terkenal dalam six sigma. 2. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang dilakukan dari tahapan awal sampai akhir untuk mendapatkan kesimpulan disajikan pada Gambar 1. 138

Mulai Studi Pendahuluan - Rumusan Masalah - Tujuan Penelitian Studi Literatur Pengumpulan Data 1. Data Primer a. Aktivitas Kerja b. Work In Process c. Waktu Kerja d. Waste 2. Data Sekunder a. Jenis produk b. Proses kerja operator Pengolahan Data : a. Define b. Measure c. Analyze d. Improve e. Control Hasil dan Pembahasan Kesimpulan dan saran Selesai Gambar 1 Diagram Metodologi Penelitian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Define 3.1.1. Definisi Masalah dan Tujuan yang akan dicapai Masalah pada proses produksi PT. X adalah adanya muda dalam proses produksi pembuatan SKU Tegangan Tinggi. Muda tersebut mengakibatkan proses produksi tidak efisien dengan adanya work in process, kelelahan kerja, dan ketidakseimbangan proses produksi. Tujuan yang akan dicapai adalah mengurangi muda dalam proses produksi. Jenis muda yang ditemukan adalah pada aktivitas operator mesin frais dan mesin bubut serta dalam proses produksi SKU tegangan tinggi. 3.1.2. Aktivitas kerja Proses produksi SKU tegangan tinggi menggunakan dua mesin yaitu mesin frais dan mesin bubut. Pada proses frais dilakukan pembuatan lubang 12 x 1,25 x 4 buah lubang. Aktivitas kerja untuk proses mesin frais adalah a. Mengambil benda kerja b. Pasang benda kerja 139

c. Lakukan set up mesin frais d. Memasang countersink/center dril pada mesin frais e. Proses center dril benda kerja 4 lubang f. Lepas countersink/center dril g. Pasang mata bor 1 h. Proses pengebor 1 i. Lepas mata bor 1 j. Pasang mata bor 2 k. Proses pengeboran 2 l. Benda kerja di balik m. Proses pengeboran 3 n. Lepas mata bor 2 o. Lepas benda kerja Pada proses mesin bubut dilakukan pembuatan lubang dan ulir dalam ukuran M24 x 2,2. Aktivitas kerja untuk proses mesin bubut adalah a. Mengambil benda kerja b. Pasang benda kerja pada mesin bubut c. Se tup mesin bubut d. Atur kecepatan putar mesin bubut e. Pasang center dril pada kepala lepas f. Pengaturan kepala lepas g. Proses center dril pada benda kerja h. Lepas center drill dari kepala lepas i. Pasang bor pada kepala lepas j. Proses pengeboran 1 k. Lepas bor dari kepala lepas dan ganti bor l. Proses pengeboran 2 m. Atur kecepatan mesin bubut n. Lepas bor dari kepala lepas dang anti bor o. Proses pengeboran 3 p. Lepas bor dari kepala lepas ganti dengan pahat dalam q. Atur kecepatan mesin bubut r. Bubut dalam 1 ( 1mm) s. Bubut dalam 2 ( 1mm) t. Bubut dalam 3 ( 1mm) u. Bubut dalam 4 ( 1mm) dan di proses champer selanjutnya pasang pahat ulir dalam v. Atur kecepatan mesin bubut w. Bubut ulir 1 (0,4 mm) x. Bubut ulir 2 y. Bubut ulir 3 z. Bubut ulir 4 aa. Bubut ulir 5 bb. Bubut ulir 6 cc. Bubut ulir 7 dd. Bubut ulir 8 ee. Beresihkan bekas proses ulir ff. Cek ulir dengan pasangannya gg. Bubut ulir 9 hh. Bubut ulir 10 ii. Bubut ulir 11 jj. Cek kembali dengan pasangannya kk. Bubut ulir 12 ll. Cek hasil ulir dengan pasangannya mm. Beresihkan dengan amplas 140

nn. Cek hasil ulir dengan pasangannya oo. Bubut ulir 13 pp. Bubut ulir 14 qq. Cek hasil ulir dengan pasangannya rr. Beresihkan dengan amplas ss. Cek hasil ulir dengan pasangannya tt. Lepas benda kerja. 3.2. Measure 3.2.1. Time Study Time study dilakukan untuk menentukan waktu siklus, waktu baku dan waktu normal. Hasil Uji kecukupan data, waktu siklus, waktu normal, dan waktu baku disajikan pada Table 1. Tabel 1 Hasil Waktu Baku Kecukupan Data Waktu Waktu Waktu No Proses Siklus Baku Normal N N Kesimpulan (Menit) (menit) (menit) Mesin Frais 30 25 Data Cukup 5,73 7,12 6,48 Mesin Bubut 30 11 Data Cukup 17,87 22,19 20,19 Berdasarkan Tabel 1 terdapat perbedaan waktu yang jauh antara mesin frais dan mesin bubut sehingga pada proses mesin bubut terdapat penumpukan WIP. Pada saat penelitian ditemukan sekitar 20 unit WIP dari 42 unit yang dikerjakan oleh mesin frais pada saat jam kerja berlangsung. Selain itu perbedaan waktu tersebut juga mengakibatkan proses mesin bubut terlalu sibuk dan mesin frais banyak menganggur. 3.3. Analyze 3.3.1. Analisis aktivitas kerja Jenis pemborosan yang terjadi pada aktivitas mesin frais adalah proses pengambilan benda kerja dengan berjalan dan membungkuk ke tempat penyimpanan benda kerja. Jarak benda kerja dengan mesin frais berjauhan dan disimpan di lantai dengan posisi operator kerja pada mesin frais berdiri. Aktivitas berjalan kemudian membungkuk dilakukan secara kontinyu dalam waktu yang lama bisa menimbulkan kelelahan kerja. Jenis pemborosan yang terjadi pada aktivitas mesin bubut adalah proses berlebihan (overprocessing) dan gerakan berlebihan (excess motion). Beberapa proses berlebihan dan gerakan berlebihan adalah pada saat proses bubut dalam, ulir, dan pengecekan hasil ulir dengan pasangannya. 3.3.2. Fishbone Diagram (diagram sebab akibat) Pada dasarnya, diagram sebab-akibat digunakan untuk mengidentifikasi dan daftar sistematis berbagai penyebab yang dapat dikaitkan dengan masalah (atau efek)(ishikawa, 1976 dalam Mitra, 2008). Masalah yang dihadapi PT. X adalah adanya muda dalam proses produksi SKU Tegangan Tinggi. Penyebab dari adanya aktivitas muda dalam proses produksi disajikan dalam Gambar 2. 141

Environment Operator Kedisiplinan Kondisi Lingkungan Kerja Fisik Pengaturan alat alat kerja Muda Pengendalian Instruksi Kerja Penjadwalan Produk SOP Manager Methode Gambar 2 Diagram sebab akibat masalah muda 3.4. Improve 3.4.1. 5W+2H Metode 5W+2H dapat digunakan pada tahap pengembangan rencana tindakan. 5W+2H adalah what (apa), why (mengapa), where (dimana), when (bilamana), who (siapa), how (bagaimana) dan how much (berapa). Hasil ananlisis 5W+2H disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Analisis 5W+2H aktivitas Muda 5W+2H Deskripsi What (apa) Aktivitas muda pada proses bubut dan frais. Why (mengapa) Ada empat faktor penyebab terjadinya aktivitas muda pada proses bubut dan frais : 1. Methode Pada faktor methode ada satu penyebab yaitu tidak adanya dokumen standar operation procedure (SOP). 2. Operator Pada faktor operator terdapat satu penyebab yaitu tingkat kedisiplinan operator saat menggunakan mesin bubut dan frais. 3. Manager Pada faktor manager ada dua penyebab yaitu a. Penjadwalan yang kurang teratur b. Pengendalian operator saat bekerja tidak ada 4. Environment Pada faktor environment ada dua penyebab yaitu a. Kondisi lingkungan kerja fisik b. Pengaturan alat alat kerja Where (dimana) Pada proses operasi mesin bubut dan frais serta lingkungan kerjanya When (kapan) 1. Sebelum proses produksi berjalan (1,3(a), 4(b)) 2. Pada saat proses produksi berjalan (2,3 (a dan b), 4 (a dan b) Who (siapa) Operator mesin bubut, operator mesin frais, dan manager produksi How (bagaimana) Solusi untuk menyelesaikan masalah aktivitas muda dalam proses produksi SKU Tegangan Tinggi adalah : 1. Buat dokumen SOP sebelum proses bubut dan frais dimulai. 2. Kendalikan dan perhatikan operator mesin bubut dan frais selama proses berlangsung 3. Buat penjadwalan produk yang teratur, tidak menjadwalkan produk lain untuk di proses selama proses produksi SKU Tegangan Tinggi belum selesai (selesaikan pekerjaan sesuai urutan jadwalnya). 4. Manager harus memperhatikan aktivitas operator mesin bubut dan frais ( tegur jika operator beraktivitas diluar SOP mesin bubut dan frais selama bekerja) 5. Pasang ventilasi udara dan sediakan minuman untuk operator waktu istirahat sejenak selama bekerja 6. Buat rak alat sesuai dengan susunan alatnya pada tempat penyimpanan alat alat kerja mesin bubut dan frais How Much (berapa) SOP dibuat sebelum proses berjalan dapat menurunkan waktu baku sekitar satu menit pada proses mesin bubut dan dua menit pada proses mesin frais. 142

3.5. Control Hasil yang didapatkan untuk mengurangi aktivitas muda dalam proses produksi adalah sebagai berikut : a. Buat dokumen SOP sebelum proses bubut dan frais dimulai. SOP mesin bubut dan frais dapat dibuat sebelum proses, tahapan awal pada proses bubut dan frais adalah proses setting alat, ukuran dan instruksi kerja sesuai dengan gambar kerja menggunakan prototype produk dengan bahan polimer. Pada saat proses tersebut setiap instruksi kerja didokumentasikan pada catatan keretas. Pada saat proses tersebut, proses mesin bubut dan frais diminimalkan gerakan berlebihan (proses pemakanan 1 mm dalam 4 kali, dapat dilakukan menajdi proses pemakanan 2 mm dalam 2 kali) b. Kendalikan dan perhatikan operator mesin bubut dan frais selama proses berlangsung Manager harus menegur operator yang kurang disiplin seperti merokok selama proses bubtu dan frais berlangsung, bermain dengan operator lain, dan kegiatan kegiatan non value added lainnya untuk mengurangi jumlah kegiatan/aktivitas operator di luar SOP yang sudah di buat. c. Buat penjadwalan produk yang teratur, tidak menjadwalkan produk lain untuk di proses selama proses produksi SKU Tegangan Tinggi belum selesai (selesaikan pekerjaan sesuai urutan jadwalnya). Kerjakan satu produk sampai selesai dan langsung kirim ke konsumen, tidak memproses produk lain selama produk yang dijadwalkan belum selesai. d. Manager harus memperhatikan aktivitas operator mesin bubut dan frais ( tegur jika operator beraktivitas diluar SOP mesin bubut dan frais selama bekerja) Tanggung jawab manager harus diperluas seperti menegur operator yang beraktivitas di luar SOP. e. Pasang ventilasi udara dan sediakan minuman untuk operator waktu istirahat sejenak selama bekerja Buat ventilasi jendela dan exhaust fan supaya lingkungan kerja fisik tidak panas. Sediakan minuman es teh di dekat operator bubut dan frasi. f. Buat rak alat sesuai dengan jenis, ukuran dan fungsi alat pada tempat penyimpanan alat alat kerja mesin bubut dan frais Alat alat disusun dan disimpan sesuai jenis dan ukurannya pada rak tempat alat. 5. KESIMPULAN Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penyebab dari aktivitas muda pada proses produksi SKU Tegangan Tinggi disebabkan oleh empat faktor yaitu operator, environment, methode, dan manager. 2. Strategi yang harus dilakukan untuk mengurangi aktivitas muda adalah buat dokumen SOP sebelum proses bubut dan frais dimulai, kendalikan dan perhatikan operator mesin bubut dan frais selama proses berlangsung, buat penjadwalan produk yang teratur, tidak menjadwalkan produk lain untuk diproses selama proses produksi SKU Tegangan Tinggi belum selesai (selesaikan pekerjaan sesuai urutan jadwalnya), manager harus memperhatikan aktivitas operator mesin bubut dan frais (tegur jika operator beraktivitas diluar SOP mesin bubut dan frais selama bekerja), pasang ventilasi udara dan sediakan minuman untuk operator waktu istirahat sejenak selama bekerja dan buat rak alat sesuai dengan susunan alatnya pada tempat penyimpanan alat alat kerja mesin bubut dan frais. DAFTAR PUSTAKA Gaspersz, V., 2007, Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries Strategik Dramatik Reduksi Cacat/Kesalahan, Biaya, Inventori, dan Lead Time dalam Waktu Kurang dari 6 Bulan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kato, I., and Art S., 2013, Toyota Kaizen Methods 6 Langkah Perbaikan, Gradien Mediatama, Yogyakarta. Mitra, A. 2008, Fundamentals Of Quality Control dan Improvement, John Wiley & Son, Inc. New Jersey. 143

Pande, S. P., Robert P. N., dan Roland R. C., 2003, The Six Sigma Way, Penerbit Andi, Yogyakarta. Pyzdek, T., 2002, Six Sigma Handbook Panduan Lengkap untuk Greenbelts, Blackbelts, dan Manajer pada semua tingkat, alih bahasa Lusy Widjaja. Salemba Empat, Jakarta. Pyzdek, T., 2001, Six Sigma Handbook. Salemba Empat, Jakarta. Wignjosoebroto, S., 2005, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu Teknik Analisis Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja, PT. Guna Widya, Jakarta. 144