KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI AGUSTUS 2016

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali MEI Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI NOVEMBER 2016

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI NOVEMBER 2016

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Kajian Ekonomi Regional Banten

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

Provinsi Nusa Tenggara Timur

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2015

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI


Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Halaman ini sengaja dikosongkan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

Transkripsi:

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 2015 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Asesmen dan Advisory Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali, 80234 Tel. (0361) 248982 Fax. (0361) 222988 Email : t_setiadi@bi.go.id umran_u@bi.go.id putriana_n@bi.go.id nm_wiwieks@bi.go.id KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015 1

2 KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali triwulan IV 2015. Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan stakeholders internal maupun eksternal Bank Indonesia mengenai informasi perkembangan ekonomi, moneter, perbankan, keuangan, dan sistem pembayaran di Provinsi Bali. Bank Indonesia berpandangan bahwa perekonomian daerah khususnya Bali mempunyai posisi dan peran yang strategis terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dalam upaya menjaga kestabilan nilai rupiah. Hal ini didasari oleh fakta pembangunan nasional merupakan agregasi dari pembangunan daerah dan semakin meningkatnya proporsi inflasi daerah dalam menyumbang inflasi nasional. Oleh sebab itu Bank Indonesia, sebagai Bank Sentral Republik Indonesia, menaruh perhatian yang besar terhadap upaya-upaya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah guna semakin mendorong pertumbuhan ekonomi nasional termasuk dalam upaya pengendalian inflasi daerah guna mencapai target inflasi nasional. Salah satu wujud dari kepedulian Bank Indonesia terhadap dinamika perekonomian daerah adalah melakukan berbagai kajian dan diseminasi hasil-hasil kajian kepada stakeholders. Salah satunya melalui KEKR yang berisikan kajian dan informasi mengenai perekonomian daerah dan dipahami secara luas oleh seluruh pihak terkait. Selanjutnya, stakeholders dapat memanfaatkan informasi dari KEKR ini sesuai dengan kepentingan masing-masing dalam upaya perbaikan kinerja ekonomi Bali di masa depan. Kami juga berharap akan muncul ideide konstruktif yang dapat memberikan nilai tambah serta menjadi stimulus upaya-upaya pengembangan ekonomi daerah melalui kebijakan maupun kajian kajian lanjutan. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan antara lain Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Daerah masih belum sepenuhnya sempurna, sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas dari kajian tersebut. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini bermanfaat bagi para pembaca. Denpasar, 17 Februari 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI BALI TTD Dewi Setyowati Kepala Perwakilan KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015 3

Daftar Isi Kata Pengantar 3 Ringkasan Umum 12 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali 15 Bab I Ekonomi Makro Regional 19 1.1. KONDISI UMUM 21 1.2. SISI PENAWARAN 21 1.2.1. Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 23 1.2.2. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 24 1.2.3. Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan 25 1.2.4. Lapangan Usaha Industri Pengolahan 27 1.2.5. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 28 1.2.6. Lapangan Usaha Konstruksi dan Lapangan Usaha Real Estate 29 1.3. SISI PERMINTAAN 30 1.3.1. Konsumsi 30 1.3.2. Investasi 31 1.3.3. Neraca Perdagangan 31 1.4. PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI 34 Bab II Perkembangan Inflasi 37 2.1. PERKEMBANGAN UMUM INFLASI 39 2.2. ANALISIS PERKEMBANGAN INFLASI 39 2.2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa 39 2.2.2. Inflasi Menurut Kota 45 2.3. DISAGREGASI INFLASI 47 a) Volatile Food 47 b) Administered Prices 48 c) Core Inflation 48 2.4. PERGERAKAN HARGA DI KOTA NON SAMPEL INFLASI 49 2.5. INFLASI PEDESAAN 50 Bab III Perbankan dan Sistem Pembayaran 57 3.1. PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM 59 4 KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015

3.1.1. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi 60 3.1.2. Non Performing Loan (NPL) 62 3.2. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 62 3.3. PERKEMBANGAN PERBANKAN KABUPATEN/KOTA 63 3.4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 64 3.4.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 64 3.4.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Nontunai 66 Bab IV Keuangan Pemerintah 75 4.1 ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PROVINSI BALI 77 4.2 ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI BALI 77 4.3 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN/KOTA DI BALI 78 4.4 PERANAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PEREKONOMIAN BALI 80 Bab V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 83 5.1 KONDISI KETENAGAKERJAAN DI BALI 85 5.2 NILAI TUKAR PETANI 88 5.3 TINGKAT KEMISKINAN 88 Bab VI Prospek Perekonomian 93 6.1. MAKRO EKONOMI REGIONAL 95 6.2. INFLASI BALI TRIWULAN I 2016 98 6.3. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI BALI 99 Daftar Singkatan 101 KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015 5

Daftar Grafik Grafik 1. 1 Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali 21 Grafik 1. 2 Pangsa Kategori Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Triwulan IV 2015 23 Grafik 1. 3 Sumbangan Lapapangan Usaha terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Triwulan IV 2015 23 Grafik 1. 4 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel 23 Grafik 1. 5 Kredit Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum 23 Grafik 1. 6 Kunjungan Wisman ke Bali Triwulanan 24 Grafik 1. 7 Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara 24 Grafik 1. 8 Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali 24 Grafik 1. 9 Pertumbuhan Komoditas Utama Penjualan 25 Grafik 1. 10 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru 25 Grafik 1. 11 Perkembangan Total Penjualan 25 Grafik 1. 12 Penyaluran Kredit Kategori Perdagangan Besar dan Eceran 25 Grafik 1. 13 Kegiatan Dunia Usaha Pengangkutan dan Komunikasi 26 Grafik 1. 14 Arus Penumpang Laut Pelabuhan Benoa 26 Grafik 1. 15 Jumlah Penumpang Pesawat Udara Ngurah Rai 26 Grafik 1. 16 Arus Bongkar Muat Pelabuhan Provinsi Bali 27 Grafik 1. 17 Arus Kapal Pelabuhan Provinsi Bali 27 Grafik 1. 18 Penyaluran Kredit Transportasi dan Pergudangan 27 Grafik 1. 19 Indikator Industri Besar Sedang 27 Grafik 1. 20 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha 27 Grafik 1. 21 Kredit Kategori Industri 28 Grafik 1. 22 Perkembangan Produksi Padi di Bali 28 Grafik 1. 23 Perkembangan Penangkapan Ikan PPN Pengambengan 28 Grafik 1. 24 Perkembangan Kredit Kategori Pertanian 29 Grafik 1. 25 Perkembangan Konsumsi Semen Provinsi Bali 29 Grafik 1. 26 Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) 29 Grafik 1. 27 Kredit Kategori Konstruksi 29 Grafik 1. 28 Indeks Keyakinan Konsumen 30 Grafik 1. 29 Kredit Konsumsi 31 Grafik 1. 30 Perkembangan Giro Pemerintah 31 Grafik 1. 31 Kredit Investasi 31 Grafik 1. 32 Perkembangan Nilai Impor Barang Modal 31 Grafik 1. 33 Nilai Ekspor Luar Negeri Bali 32 Grafik 1. 34 Volume Ekspor Luar Negeri Bali 32 Grafik 1. 35 Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama Tw IV 2015 32 Grafik 1. 36 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama 32 6 KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015

Grafik 1. 37 Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan 33 Grafik 1. 38 Pertumbuhan Ekspor berdasarkan Negara Tujuan 33 Grafik 1. 39 Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Bali 33 Grafik 1. 40 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Bali 33 Grafik 1. 41 Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC 34 Grafik 1. 42 Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC 34 Grafik 1. 43 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Bali 35 Grafik 2. 1 Inflasi Kota di Bali (%yoy) 39 Grafik 2. 2 Perkembangan Inflasi Nasional dan Provinsi Bali (% yoy) 39 Grafik 2. 3 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali (% qtq) 40 Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali (% yoy) 40 Grafik 2. 5 Perkembangan Harga Beras (% mtm) 40 Grafik 2. 6 Perkembangan Harga Bawang Merah (% mtm) 40 Grafik 2. 7 Perkembangan Harga Cabe Merah (% mtm) 41 Grafik 2. 8 Perkembangan Harga Telur Ayam Ras (% mtm) 41 Grafik 2. 9 Perkembangan Harga Daging Ayam Ras (% mtm) 41 Grafik 2. 10 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali (% qtq) 42 Grafik 2. 11 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali (% yoy) 42 Grafik 2. 12 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali (% qtq) 42 Grafik 2. 13 Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali (% yoy) 42 Grafik 2. 14 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Prov. Bali (% qtq) 43 Grafik 2. 15 Inflasi Tahunan Sandang di Prov. Bali (% yoy) 43 Grafik 2. 16 Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali (% qtq) 43 Grafik 2. 17 Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali (% yoy) 43 Grafik 2. 18 Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali (% qtq) 43 Grafik 2. 19 Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali (% yoy) 44 Grafik 2. 20 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali (% qtq) 44 Grafik 2. 21 Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali (% yoy) 44 Grafik 2. 22 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Denpasar 44 Grafik 2. 23 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Singaraja 45 Grafik 2. 24 Disagregasi Inflasi Bulanan Provinsi Bali 47 Grafik 2. 25 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi Bali 47 Grafik 2. 26 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah 48 Grafik 2. 27 Perbandingan Nilai Tukar Kawasan 48 Grafik 2. 28 Ekspektasi Penjualan 49 Grafik 2. 29 Ekspektasi Konsumen 49 Grafik 2. 30 Pergerakan Harga Komoditas Beras 50 Grafik 2. 31 Pergerakan Harga Komoditas Cabai Merah 50 Grafik 2. 32 Pergerakan Harga Komoditas Cabai Rawit 50 KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015 7

Grafik 2. 33 Pergerakan Harga Komoditas Bawang Merah 50 Grafik 2. 34 Perkembangan Inflasi Pedesaan (mtm) 51 Grafik 2. 35 Perkembangan Inflasi Pedesaan (ytd) 51 Grafik 2. 36 Perkembangan Inflasi Pedesaan dan Nilai Tukar petani (NTP) Provinsi Bali 51 Grafik 3. 1 Pertumbuhan Tahunan Asset, DPK dan Kredit 59 Grafik 3. 2 Komposisi dan Pertumbuhan Asset Menurut Kelompok Bank 59 Grafik 3. 3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) 60 Grafik 3. 4 Perkembangan LDR menurut Kelompok Bank 60 Grafik 3. 5 Pertumbuhan DPK Menurut Kelompok Bank 60 Grafik 3. 6 Pertumbuhan DPK 60 Grafik 3. 7 Pertumbuhan Kredit Perbankan 61 Grafik 3. 8 Komposisi Kredit 61 Grafik 3. 9 Perkembangan Suku Bunga 61 Grafik 3. 10 Perkembangan NPL Kredit 62 Grafik 3. 11 NPL Berdasarkan Kelompok Bank 62 Grafik 3. 12 Pertumbuhan Asset, Kredit dan DPK 63 Grafik 3. 13 Loan to Deposit Ratio (LDR) 63 Grafik 3. 14 Jumlah Kantor Bank per 1.000 Penduduk Dewasa 64 Grafik 3. 15 Penyebaran Kantor Bank di Provinsi Bali 64 Grafik 3. 16 Jumlah ATM per 1.000 Penduduk Dewasa 64 Grafik 3. 17 Penyebaran ATM di Provinsi Bali 64 Grafik 3. 18 Perkembangan Uang Kartal di Bali 65 Grafik 3. 19 Perkembangan Kegiatan Kas Keliling 65 Grafik 3. 20 Perkembangan Kliring 67 Grafik 3. 21 Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong 67 Grafik 4. 1 Rasio PAD Terhadap Total Pendapatan di Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Bali (%) 79 Grafik 4. 2 Pagu Pendapatan APBD diseluruh Kab/Kota di Prov. Bali 79 Grafik 4. 3 Pagu BelanjaAPBD diseluruh Kab/Kota di Prov. Bali 79 Grafik 4. 4 Realisasi Pendapatan APBD di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali 79 Grafik 4. 5 Realisasi Belanja APBD Di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali 80 Grafik 5. 1. Perkembangan Tingkat Pengangguran di Provinsi Bali 86 Grafik 5. 2. Perkiraan Penambahan Tenaga Kerja (Hasil SKDU) 86 Grafik 5. 3. Indeks Kondisi Ketenagakerjaan, Penghasilan, dan Kegiatan usaha yang Akan Datang 88 Grafik 5. 4. NTP Bali dan Komponen Penyusunnya 89 Grafik 5. 5. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Bali 89 Grafik 5. 6. Perkembangan Gini Ratio di Provinsi Bali 89 Grafik 6. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali 95 Grafik 6. 2 Perkembangan Dunia Usaha 96 Grafik 6. 3 Proyeksi Inflasi Bali 98 8 KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015

Grafik 6. 4 Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Kawasan (ytd) 99 Grafik 6. 5 Ekspektasi Konsumen terhadap Perubahan Harga Barang & Jasa 99 Daftar Tabel Tabel 1. 1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran (%, yoy) 22 Tabel 1. 2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan (%, yoy) 30 Tabel 2. 1 Perkembangan Inflasi Kota Denpasar Per Kelompok Pengeluaran 45 Tabel 2. 2 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota Denpasar Triwulan IV 2015 46 Tabel 2. 3 Perkembangan Inflasi Kota Singaraja Per Kelompok Pengeluaran 46 Tabel 2. 4 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota Singaraja Triwulan IV 2015 47 Tabel 3. 1 Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali 59 Tabel 3. 2 Perkembangan Kredit Menurut Kategori 62 Tabel 3. 3 Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali 63 Tabel 3. 4 Perkembangan Rekening DPK dan Kredit per Kabupaten di Bali Desember 2015 64 Tabel 3. 5 Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali 65 Tabel 3. 6 Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong 66 Tabel 4. 1 Rata-rata Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Periode 2012 2015 78 Tabel 4. 2 APBD Provinsi Bali 81 Tabel 5. 1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (Ribu Orang) 85 Tabel 5. 2 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (orang) 86 Tabel 5. 3 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Orang) 87 Tabel 5. 4 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (Orang) 87 Tabel 5. 5 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan (Orang) 88 Tabel 6. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 95 Tabel 6. 2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 96 Tabel 6. 3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali 97 Daftar Boks BOKS A SISTEM LOGISTIK DAN INFRASTRUKTUR UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI BALI 35 BOKS B KALEIDOSKOP PENCAPAIAN INFLASI DAERAH PROVINSI BALI 52 BOKS C ASURANSI PERTANIAN MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN PROVINSI BALI 90 Seri Kebanksentralan DENGAN CARD TO CASH DAN BOOK TO CASH SEMUANYA JADI MUDAH 68 KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015 9

TUNAI NON TUNAI Tw IV Rp2,5T Inflow Rp4T Outflow Rp1,51T Net Outflow Tw III Rp3,6T Inflow Rp4,8T Outflow Rp1,23T Net Outflow Rp18,2T 614 lembar Tw IV 562 Rp14T lembar Tw III PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 6,09% yoy SINGARAJA 2,70% yoy DENPASAR 2,75% yoy PERKEMBANGAN INFLASI 10 KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PERKEMBANGAN PERBANKAN PENDAPATAN 101,78% Tw IV BELANJA 89,89% Tw IV 9,87% yoy Kredit 8,23% yoy Aset 7,09% yoy DPK 2,06 NPL 83,24 LDR 6,04% 5,96% 2015 Tw IV 2015 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN START 1 Rp Rp finish Perkembangan Perekonomian Prov. Bali Triwulan IV 2015 2 5 3 4 KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN PROYEKSI PEREKONOMIAN Tingkat Pengangguran Terbuka Tingkat Kemiskinan 5,25% September 2015 4,76% September 2014 1,99% Agustus 2015 1,9% Agustus 2014 Triwulan I 2016 2016 Inflasi 3,59% - 3,99% yoy Pertumbuhan Ekonomi 5,95% - 6,35% yoy Inflasi 4% + - 1% yoy Pertumbuhan Ekonomi 6,09% - 6,49% yoy KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015 11

Ringkasan Umum Pertumbuhan tahunan ekonomi Bali triwulan IV 2015 mencapai 5,96% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,30% (yoy). Meskipun demikian, pertumbuhan Bali triwulan laporan masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,04% (yoy). Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan terutama bersumber dari perlambatan kinerja lapangan usaha industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran serta lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum. Dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Bali terjadi seiring dengan perlambatan kinerja konsumsi rumah tangga serta kinerja investasi PMTB. Perekonomian Bali triwulan IV 2015 tumbuh melambat menjadi sebesar 5,96% (yoy) Secara keseluruhan tahun pertumbuhan ekonomi Bali mengalami perlambatan dari 6,73% (yoy) pada tahun 2014 menjadi 6,04% (yoy) pada tahun 2015. Perlambatan tersebut seiring dengan perlambatan kinerja industri pariwisata sebagai dampak bencana alam yang tidak dapat diantisipasi, penurunan kinerja lapangan usaha pertanian sebagai dampak El Nino, serta perlambatan kinerja ekspor sebagai dampak perlambatan perekonomian gobal Inflasi Bali pada triwulan IV 2015 kembali melanjutkan tren penurunan dibandingkan dengan pencapaian inflasi triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Pada triwulan IV 2015 inflasi Bali tercatat sebesar 2,75% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III 2015 yang sebesar 6,56% (yoy) dan jauh lebih rendah dari tahun 2014 yang tercatat sebesar 8,43% (yoy). Selain itu, angka inflasi Provinsi Bali tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan inflasi Nasional sebesar 3,35% (yoy). Pencapaian inflasi Bali pada tahun 2015 ini masih sesuai dengan angka proyeksi Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) triwulan sebelumnya sebesar 2,98%±1% (yoy) pada tahun 2015. Secara spasial, pada triwulan IV 2015 inflasi di Kota Singaraja tercatat sebesar 2,97% (yoy) pada Desember 2015, lebih rendah dibandingkan dengan Desember 2014 yang tercatat sebesar 10,32% (yoy). Sejalan dengan kondisi tersebut, Kota Denpasar juga mencatatkan penurunan inflasi hingga tercatat sebesar 2,70% (yoy) pada Desember 2015 jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 8,03% (yoy). Berdasarkan penyebabnya, tekanan inflasi pada tahun 2015 terutama disebabkan oleh kelompok volatile food dan administered prices. Sementara itu tekanan inflasi kelompok inti (core inflation) tercatat relatif stabil di tengah pelemahan ekonomi dan depresiasi rupiah yang didukung oleh terjaganya ekspektasi inflasi masyarakat Bali. Pada triwulan IV 2015, kinerja bank umum di Provinsi Bali masih terjaga. Asset bank umum masih mencatat pertumbuhan positif meski terjadi perlambatan. Perlambatan tersebut bersumber dari perlambatan pertumbuhan DPK yang dihimpun bank umum. Demikian pula penyaluran kredit bank umum juga masih mengalami perlambatan sejalan dengan perlambatan pertumbuhan kredit nasional. Sejalan dengan perkembangan Tekanan inflasi Provinsi Bali pada triwulan IV 2015, tercatat sebesar 2,75% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2014 Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2015 memberikan dampak positif pada kinerja perbankan secara umum 12 KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015

tersebut, BPR turut mencatat perlambatan seiring dengan perlambatan pertumbuhan asset dan kredit. Di sisi lain, DPK BPR masih menunjukkan peningkatan pertumbuhan. Sementara dari sisi penyaluran kredit perkabupaten/kota di Provinsi Bali secara lokasi proyek menunjukkan pembiayaan yang masih terkonsentrasi pada daerah Bali Selatan. Secara keseluruhan tahun 2015, fungsi intermediasi perbankan di Bali sangat kondusif diikuti dengan terjaganya kualitas kredit. Bahkan, kategori jasa keuangan telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,28%. Sementara penyebaran sistem keuangan inklusif ke beberapa kabupaten di Bali masih menghadapi tantangan yang berakibat pada ketidakseimbangan pelayanan jasa keuangan inklusif. Sistem pembayaran tunai maupun nontunai mengalami peningkatan pada triwulan IV 2015 dan sepanjang tahun Realisasi Pendapatan dan Belanja daerah Provinsi Bali pada tahun 2015 cenderung stabil. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan kemiskinan sedikit mengalami peningkatan namun kualitas hidup masyarakat terjaga seiring dengan peningkatan IPM dan menurunnya Gini Ratio Aktivitas transaksi sistem pembayaran Provinsi Bali triwulan IV 2015 mengalami peningkatan, baik transaksi tunai maupun nontunai. Hal ini sebagaimana tercermin dari peningkatan outflow pada triwulan laporan. Seiring dengan peningkatan transaksi pembayaran tunai, transaksi pembayaran nontunai (dengan mekanisme kliring) juga mengalami peningkatan baik secara nominal maupun jumlah transaksi. Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Bali hingga triwulan IV 2015 tercatat mencapai Rp4,97 triliun atau sebesar 101,37% dari total pendapatan yang ditargetkan. Persentase realisasi terhadap target pada tahun 2015 sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat mencapai 107,98%. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2015 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2014, baik secara nominal maupun prosentase. Realisasi belanja pemerintah pada tahun 2015 mencapai Rp4,99 triliun atau lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar Rp4,5 triliun. Persentase belanja daerah Provinsi Bali terhadap pagunya di tahun 2015 tercatat sebesar 89,89% atau sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 88,75%. Tingkat penyerapan tenaga kerja di Bali cukup baik, sebagaimana tercermin dari angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Bali yang tercatat sebesar 1,99% pada Agustus 2015. Angka tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan angka TPT Nasional yang tercatat sebesar 6,18% pada periode yang sama. Sejalan dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat Bali dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang positif meskipun terdapat peningkatan angka kemiskinan. Hal ini tergambar pada tren perbaikan indikator kesejahteraan seperti Nilai Tukar Petani pada triwulan IV 2015. Selanjutnya, distribusi kesejahteraan antar penduduk juga mengalami perbaikan sebagaimana tercermin dari menurunnya angka gini ratio. Secara umum, kondisi pembangunan manusia di Provinsi Bali sangat baik, KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015 13

tercermin dari nilai IPM yang jauh di atas rata-rata nasional dan merupakan IPM terbesar ke-5 di Indonesia. Perekonomian Bali pada tahun 2016 akan dibuka dengan perkiraan meningkatnya pertumbuhan pada triwulan I 2016 yang diperkirakan akan berada pada rentang 5,95% - 6,35% (yoy), sehingga secara keseluruhan tahun 2016 perekonomian Bali akan tumbuh pada kisaran 6,09% - 6,49% (yoy). Perkiraan optimisme pertumbuhan ekonomi Bali di tahun 2016 terutama didukung oleh perkiraan perbaikan perekonomian global akan berdampak pada perbaikan kinerja ekspor luar negeri seiring dengan ekspansi beberapa industri pengolahan. Selain itu, konsumsi dan investasi diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan UMP dan terjaganya harga BBM dan TTL, serta rencana proyek pembangunan infrastruktur oleh pemerintah. Dari sisi penawaran, perkiraan peningkatan perekonomian bersumber dari perkiraan peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian seiring dengan dukungan program pengembangan peningkatan produktivitas pertanian oleh pemerintah. Selain itu, perkiraan peningkatan pertumbuhan ekonomi di tahun 2016 diperkirakan terjadi seiring dengan perkiraan peningkatan industri pariwisata dan industri pengolahan. Berdasarkan hasil tracking sampai dengan triwulan IV 2015, inflasi Bali triwulan I 2016 diperkirakan akan berada dalam kisaran 3,59% - 3,99% (yoy), dan diharapkan dapat mendukung tercapainya target inflasi nasional yang sebesar 4±1% (yoy). Pada triwulan I 2016, kelompok volatile food diperkirakan melandai seiring dengan kondisi cuaca yang kembali kondusif dan penurunan tekanan demand pasca perayaan momen libur sekolah, perayaan Hari Besar Keagamaan Maulid Nabi, Natal, dan Tahun Baru. Tekanan inflasi kelompok inti juga diperkirakan stabil, seiring dengan mulai membaiknya nilai tukar Rupiah, masih berlanjutnya tren penurunan harga komoditas internasional, dan ekspektasi inflasi yang terjaga. Perekonomian Bali triwulan I 2016 diperkirakan tumbuh kisaran 5,95% - 6,35% (yoy) Perekonomian Bali tahun 2016 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,09% - 6,49% (yoy) Inflasi Bali Tw I 2016 diperkirakan berada dalam kisaran 3,59% - 3,99% (yoy). 14 KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015

Tabel Indikator PDRB DAN INFLASI KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015 15

PERBANKAN BANK UMUM INDIKATOR PERBANKAN KABUPATEN/KOTA 16 KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015

SISTEM PEMBAYARAN KEKR Provinsi Bali Triwulan IV 2015 17

Halaman ini sengaja dikosongkan 18 Ekonomi Makro Regional

BAB I Makro Ekonomi Regional Pertumbuhan tahunan ekonomi Bali triwulan IV 2015 mencapai 5,96% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,30% (yoy). Secara keseluruhan tahun pertumbuhan ekonomi Bali mengalami perlambatan dari 6,73% (yoy) pada tahun 2014 menjadi 6,04% (yoy) pada tahun 2015. Ekonomi Makro Regional 19

20 Ekonomi Makro Regional

1.1. KONDISI UMUM Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Tahun dasar 2010 Grafik 1. 1 Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Perekonomian Provinsi Bali mengalami perlambatan dari 6,30% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 5,96% (yoy) pada triwulan IV 2015, dengan nilai agregat untuk output riil pada periode laporan tercatat sebesar Rp. 33,3 triliun. Di lain sisi, perekonomian nasional mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi pada periode triwulan laporan yaitu dari 4,74% pada triwulan III 2015 menjadi 5,04% pada triwulan IV 2015, dengan nilai agregat untuk output riil pada periode laporan tercatat sebesar Rp. 33,3 triliun. Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan terutama bersumber dari perlambatan kinerja lapangan usaha industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran serta lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum. Sedangkan dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Bali disebabkan oleh perlambatan kinerja konsumsi rumah tangga dan kinerja investasi PMTB. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada tahun 2015 mengalami perlambatan yaitu dari 6,73% (yoy) di tahun 2014 menjadi 6,04% (yoy), dengan nilai output riil yang mencapai Rp. 177,17 triliun. Perlambatan ekonomi pada tahun 2015 disebabkan oleh perlambatan pada kinerja industri pariwisata yang disebabkan oleh penutupan beberapa periode Bandara Internasional Ngurah Rai sebagai dampak terjadinya beberapa bencana alam, penurunan kinerja lapangan usaha pertanian yang diakibatkan oleh El Nino, serta perlambatan kinerja ekspor sebagai dampak dari perlambatan perekonomian gobal dan beberapa kebijakan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan khususnya terkait dengan larangan transhipment dan larangan penggunaan eks- kapal asing. 1.2. SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, perlambatan perekonomian Provinsi Bali triwulan laporan disebabkan oleh melambatnya kinerja industri pariwisata sebagai dampak erupsi gunung Barujari yang berdampak pada penutupan operasional Bandar udara di beberapa periode dan masih melemahnya perekonomian global. Kondisi ini juga menyebabkan perlambatan pada laju partumbuhan lapangan usaha penyediaaan akomodasi makan dan minum, perdagangan besar dan eceran, serta transportasi dan pergudangan pada periode yang sama. Selain itu, lapangan usaha jasa keuangan dan industri pengolahan turut mengalami perlambatan yang disebabkan penurunan permintaan baik domestik maupun ekspor. Ekonomi Makro Regional 21

Tabel 1. 1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran (%, yoy)* Komponen 2014 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2015 I II III IV 2015 Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya PDRB Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Tahun dasar 2010 Secara umum, struktur perekonomian Provinsi Bali pada triwulan IV 2015 didominasi oleh 5 lapangan usaha utama dengan pangsa mencapai 64%, yang terdiri atas: (1) penyediaan akomodasi makan dan minum (23%), (2) pertanian, kehutanan dan perikanan (15%), (3) konstruksi (9%), (4) transportasi dan pergudangan (9%), dan (5) perdagangan besar dan eceran (8%). Industri pariwisata masih terlihat mendominasi total pangsa lapangan usaha di Provinsi Bali yang mencapai 31%. Sementara itu, berdasarkan dari kontribusi/sumbangan pertumbuhan ekonominya, lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum serta lapangan usaha perdagangan besar dan eceran masih menjadi lapangan dengan sumbangan tertinggi yang masing-masing sebesar 1,13% dan 0,68% ditengah perlambatan yang terjadi pada kinerja industri pariwisata. Di sisi lain, lapangan usaha pertanian yang mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan, memberikan sumbangan kepada pertumbuhan ekonomi Bali sebesar 0,51% di periode yang sama. 22 Ekonomi Makro Regional

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5% Jasa Keuangan dan Asuransi Informasi 4% dan Komunikasi 5% Jasa Pendidikan 5% Real Estate 4% Jasa Perusahaan 1% Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 23% Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2% Jasa lainnya 1% Transportasi dan Pergudangan 9% Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0% Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 15% Pertambangan dan Penggalian 1% Industri Pengolahan 7% Konstruksi 9% Pengadaan Listrik dan Perdagangan Besar Gas dan Eceran, dan 0% Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8% Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 1. 2 Pangsa Kategori Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Triwulan IV 2015 Sumber : BPS Provinsi Bali Grafik 1. 4 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel JASA LAINNYA 0.12 JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN 0.19 JASA PENDIDIKAN 0.46 ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, 0.50 JASA PERUSAHAAN 0.08 REAL ESTATE 0.25 JASA KEUANGAN DAN ASURANSI 0.28 INFORMASI DAN KOMUNIKASI 0.64 PENYEDIAAN AKOMODASI DAN TRANSPORTASI DAN 0.34 PERDAGANGAN BESAR DAN 0.68 KONSTRUKSI 0.47 PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN 0.00 PENGADAAN LISTRIK DAN 0.00 GAS INDUSTRI PENGOLAHAN 0.48 PERTAMBANGAN -0.09 DAN PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN 0.51 1.13-0.20 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 1. 3 Sumbangan Lapangan Usaha terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Triwulan IV 2015 Grafik 1. 5 Kredit Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum 1.2.1. Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum di triwulan IV 2015 tumbuh melambat yaitu dari 5,5% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 4,87% (yoy) di triwulan IV 2015. Pengaruh siklus musiman yang biasanya mendorong peningkatan kunjungan wisatawan (domestik dan mancanegara) berupa perayaan natal dan tahun baru, tidak mampu mendorong peningkatan kinerja lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum pada periode laporan. Terjadinya Erupsi Gunung Barujari yang menyebabkan tutupnya operasional Bandar udara I Gusti Ngurah Rai yang mengakibatkan terhambatnya akses jalur udara dari dan menuju ke Bali dan terdapat sejumlah pembatalan perjalanan oleh para calon wisatawan, menjadi salah satu penyebab melambatnya kinerja lapangan usaha ini. Berdasarkan hasil survei dan liaison, semakin ketatnya persaingan daerah destinasi wisata serupa dengan Bali seperti Thailand diindikasikan turut menjadi penyebab perlambatan kinerja lapangan usaha akomodasi makan minum. Perlambatan kinerja lapangan usaha akomodasi makan minum juga terkonfirmasi dari penurunan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) baik hotel berbintang maupun non bintang serta penurunan waktu lama tinggal yang disebabkan oleh terus bertambahnya jumlah kamar dan hotel yang tidak diiringi dengan kecepatan pertumbuhan kunjungan wisman dan wisnus. Penurunan lapangan usaha ini juga Ekonomi Makro Regional 23

Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Grafik 1. 6 Kunjungan Wisman ke Bali Triwulanan Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Grafik 1. 8 Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali disebabkan oleh pembatalan perjalanan wisatawan akibat dampak gunung barujari khususnya yang melalui jalur transportasi udara. Perlambatan juga terkonfirmasi dari perlambatan kredit penyediaan akomodasi makan dan minum yang pada triwulan laporan tumbuh sebesar 13,77% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan III 2015 yang mencapai 17,42% (yoy). Meskipun secara keseluruhan pertumbuhan kunjungan wisman pada periode triwulan laporan masih menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi yaitu dari 2,17% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 2,55% (yoy) pada triwulan IV 2015, namun pertumbuhan kunjungan wisman terutama yang berasal dari Negara asal wisman utama yang mendominasi kunjungan selama ini justru menunjukkan penurunan jumlah. Australia yang merupakan negara asal wisman dengan pangsa salah satu yang terbesar (mencapai 24%), jumlah kunjungan wismannya mengalami kontraksi sebesar -11,42% (yoy) pada periode triwulan laporan. Kontraksi tersebut selain disebabkan oleh penutupan bandara, juga disebabkan oleh kondisi perkembangan perekonomian Australia yang tertahan seiring dengan penurunan harga dan volume komoditas ekspor utama Negara tersebut (batu bara). 1.2.2. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Seiring dengan perlambatan pertumbuhan lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor turut menunjukkan perlambatan pertumbuhan dari sebesar 8,9% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 7,6% (yoy) di triwulan IV 2015. Perlambatan tersebut terkonfirmasi dari penurunan penjualan komoditas utama (survei penjualan eceran) dan penurunan pendaftaran kendaraan bermotor baru pada triwulan IV 2015. Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Grafik 1. 7 Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara 24 Ekonomi Makro Regional

Sumber : Survei Penjualan Eceran, KPwBI Prov. Bali Grafik 1. 9 Pertumbuhan Komoditas Utama Penjualan Grafik 1. 12 Penyaluran Kredit Kategori Perdagangan Besar dan Eceran Perlambatan juga terkonfirmasi dari penurunan pertumbuhan signifikan dari nominal survey penjualan eceran dari sebelumnya sebesar 111,5% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 24,88% (yoy) di triwulan IV 2015. Sejalan dengan itu, pertumbuhan kredit perdagangan besar dan eceran juga turut mengalami perlambatan dari tumbuh sebesar 20,65% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 16,55% (yoy) pada triwulan IV 2015. Sumber : DISPENDA Provinsi Bali Grafik 1. 10 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru Sumber : Survei Penjualan Eceran Grafik 1. 11 Perkembangan Total Penjualan 1.2.3. Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan Lapangan usaha transportasi dan pergudangan tumbuh mencapai 3,63% (yoy) pada triwulan IV 2015, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan III 2015 yang sebesar 5,5% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor meliputi erupsi Barujari yang berdampak pada pembatalan sejumlah rencana penerbangan, isu keamanan di akhir tahun yang berdampak pada penurunan kinerja industri pariwisata dan melambatnya permintaan domestik. Hal tersebut juga terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha kegiatan usaha untuk sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mengalami penurunan pada triwulan IV 2015. Ekonomi Makro Regional 25

3.00 2.00 1.00 0.00-1.00-2.00 I II III IV I II III IV 2014 2015-3.00-4.00-5.00 Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1. 13 Kegiatan Dunia Usaha Pengangkutan dan Komunikasi Sumber : BUMN, diolah Grafik 1. 14 Arus Penumpang Laut Pelabuhan Benoa Perlambatan pertumbuhan kategori ini juga terkonfirmasi dari perlambatan pertumbuhan arus penumpang di Pelabuhan Benoa, yaitu dari sebesar 176 ribu orang pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 150 ribu orang di triwulan IV 2015. Selain arus penumpang laut, penurunan juga terkonfirmasi dari arus penumpang di bandar udara I Gusti Ngurah Rai, dari sebesar 2,3 juta orang pada triwulan III 2015 menjadi 2,2 juta orang di triwulan IV 2015. Penurunan jumlah penumpang (laut dan udara) antara lain disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat sebagai dampak penurunan pendapatan masyarakat sehingga menahan laju pengeluaran masyarakat termasuk untuk bepergian. Sementara itu, penutupan bandara Ngurah Rai akibat erupsi gunung Barujari pada November 2015 berdampak pada penurunan arus penumpang transportasi udara. Kondisi tersebut menyebabkan faktor musiman berupa perayaan natal dan tahun baru pada triwulan laporan tidak dapat mendorong peningkatan lapangan usaha ini pada triwulan laporan. Sejalan dengan kondisi tersebut, pertumbuhan arus bongkar muat barang di pelabuhan pada periode triwulan laporan juga mengalami penurunan yang tumbuh sebesar -10,46% (yoy) atau mengalami kontraksi di triwulan IV 2015, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III 2015 yang Sumber : BUMN Grafik 1. 15 Jumlah Penumpang Pesawat Udara Ngurah Rai mencapai -1,67% (yoy). Dengan menurunnya volume arus bongkar muat kapal di pelabuhan dan jumlah penumpang menyebabkan perkembangan arus unit kapal juga mengalami penurunan yaitu sebesar -1,68% (yoy). Meskipun menunjukkan penurunan kinerja, namun dukungan pembiayaan yang diindikasikan oleh perkembangan kredit transportasi dan pergudangan mengalami perbaikan yang tumbuh lebih tinggi yaitu dari sebesar -8,34% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 3,13% (yoy) pada triwulan IV 2015. Perkembangan ini menunjukkan bahwa masih tingginya optimisme pelaku usaha terhadap perkembangan logistik dan transportasi ke depan. 26 Ekonomi Makro Regional

30 10 %,yoy -10-30 I II III IV I II III IV I II III IV 2013 2014 2015-50 Industri Makanan Industri Kayu & barang dr kayu Industri Pengolahan Lainnya Indeks Industri Sumber : BUMN Grafik 1. 16 Arus Bongkar Muat Pelabuhan Provinsi Bali Sumber : BPS Provinsi Bali Grafik 1. 19 Indikator Industri Besar Sedang Sumber : BUMN Grafik 1. 17 Arus Kapal Pelabuhan Provinsi Bali Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1. 20 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1. 18 Penyaluran Kredit Transportasi dan Pergudangan 1.2.4. Lapangan Usaha Industri Pengolahan Pada triwulan IV 2015, pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kategori industri pengolahan tumbuh melambat dari 6,9% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 6,34% (yoy) di triwulan IV 2015. Perlambatan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang meliputi: 1) melemahnya daya beli konsumen domestik dan perekonomian beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor seperti Eropa, Australia dan Asia (China, Jepang dan Korea), serta pertumbuhan ekonomi Amerika yang tidak sekuat perkiraan awal, 2) semakin berkembangnya produk sejenis dari negara lain dengan kualitas yang lebih baik dan harga lebih bersaing sehingga membatasi pertumbuhan market untuk pasar ekspor produk industri pengolahan, 3) tendensi peningkatan harga beberapa komoditas yang mengandung konten impor sebagai dampak pelemahan nilai rupiah. Perlambatan tersebut terkonfirmasi oleh perlambatan Ekonomi Makro Regional 27

Grafik 1. 21 Kredit Kategori Industri Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali Grafik 1. 22 Perkembangan Produksi Padi di Bali pertumbuhan industri kayu dan barang dari kayu, industri makanan, dan industri pengolahan lainnya (industri besar) pada triwulan IV 2015. Perlambatan kinerja industri pengolahan ini juga terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan penurunan pada triwulan IV 2015. Sejalan dengan hal tersebut, perkembangan penyaluran kredit industri pengolahan juga mengalami perlambatan seiring dengan peningkatan resiko ketidakpastian ke depan terutama terkait dengan masih melemahnya permintaan global. Penyaluran kredit untuk industri pengolahan melambat dari 26,60%(yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 21,72% (yoy) pada triwulan IV 2015. 1.2.5. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan pada periode triwulan IV 2015 menunjukkan kinerja yang lebih baik terutama pada subkategori tabama, subkategori holtikultura, dan subkategori perikanan. Untuk subkategori tabama, peningkatan terutama bersumber dari peningkatan produksi padi dari 165 ribu GKG pada triwulan III 2015 menjadi 233 ribu GKG di triwulan IV 2015. Peningkatan tersebut seiring dengan masuknya panen raya di akhir triwulan IV 2015 dan sebagai dampak dari program gerakan penerapan pengelolaan tanaman terpadu (GPPTT) dan telah Sumber : pipp.djpt.kkp.go.id, diolah Grafik 1. 23 Perkembangan Penangkapan Ikan PPN Pengambengan selesainya perbaikan beberapa saluran irigasi primer, tersier dan sekunder. Sementara itu, pada periode yang sama subkategori perikanan juga menunjukkan peningkatan kinerja. Hal ini terkonfirmasi dari peningkatan pertumbuhan tangkapan ikan di PPN Pengamben pada periode triwulan laporan. Kondisi ini didorong oleh faktor El Nino sehingga berdampak pada peningkatan jumlah plankton yang menjadi makanan ikan di Wilayah perairan Indonesia sehingga berdampak pada peningkatan jumlah ikan hasil tangkapan. Meskipun kinerja lapangan usaha pertanian mengalami peningkatan, namun perkembangan kredit pertanian pada triwulan IV 2015 tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan dari sebesar 25,26% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 20,86% (yoy) di triwulan IV 2015. 28 Ekonomi Makro Regional

Grafik 1. 24 Perkembangan Kredit Kategori Pertanian Sumber : Survei Harga Properti Residensial, Bank Indonesia Grafik 1. 26 Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) 1.2.6. Lapangan Usaha Konstruksi dan Lapangan Usaha Real Estate. Perkembangan lapangan usaha konstruksi pada triwulan IV 2015 menunjukkan kinerja yang membaik. Pada triwulan IV 2015 lapangan usaha konstruksi tercatat tumbuh sebesar 7,59% (yoy), lebih tinggi dibandingkan sebelumnya yang sebesar 6,1% (yoy). Peningkatan tersebut seiring realisasi pembangunan beberapa proyek-proyek pemerintah antara lain telah rampungnya pembangunan waduk Titab di Kabupaten Buleleng dan realisasi peningkatan kapasitas jalan baik menggunakan APBD maupun APBN. Perbaikan kinerja lapangan usaha konstruksi juga terkonfimasi dari tren peningkatan pertumbuhan konsumsi semen di Provinsi Bali yang tumbuh dari sebesar 2,38% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 9,20%(yoy) pada triwulan IV 2015. Di tengah-tengah peningkatan kinerja lapangan usaha konstruksi, lapangan usaha real estate masih belum menunjukkan perbaikan kinerja. Pada triwulan IV 2015, lapangan usaha real estate tercatat tumbuh stabil mencapai 5,09% (yoy) seiring dengan masih berlanjutnya tren kenaikan harga tanah di Provinsi Bali yang mendorong sikap wait and see kontraktor di tengah masih lesunya permintaan rumah residensial. Di sisi lain, sejalan dengan pertumbuhan kredit secara total, pertumbuhan kredit konstruksi masih tertahan seiring dengan masih tertahannya investasi swasta. Pada triwulan IV 2015 kredit konstruksi tercatat tumbuh sebesar 3,42% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan III 2015 yang mencapai 25,08%(yoy). Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik 1. 25 Perkembangan Konsumsi Semen Provinsi Bali Grafik 1. 27 Kredit Kategori Konstruksi Ekonomi Makro Regional 29

Tabel 1. 2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan (%, yoy) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 1.3. SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2015 bersumber dari perlambatan kinerja konsumsi rumah tangga seiring dengan penurunan daya beli masyarakat. Perlambatan juga disebabkan oleh perlambatan kinerja ekspor yang disebabkan oleh penurunan permintaan global dan perlambatan kinerja industri pariwisata yang berdampak pada perkembangan ekspor jasa. Selain itu, masih lemahnya investasi swasta seiring dengan sikap wait and see investor berdampak pada perlambatan kinerja PMTB. Sementara itu, untuk keseluruhan tahun 2015 perlambatan dari sisi permintaan disebabkan oleh perlambatan kinerja ekspor seiring dengan perlambatan permintaan global dan tekanan biaya produksi yang terus mengalami peningkatan. 1.3.1. Konsumsi Meskipun secara keseluruhan konsumsi mengalami peningkatan dari sebesar 6,69% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 8,16% (yoy) pada triwulan IV 2015, konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dari sebesar 7,29% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 7,04% (yoy) pada triwulan IV 2015. Perlambatan konsumsi ini tercermin juga pada hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Bali. Ketiga indeks hasil Survei Konsumen baik indeks keyakinan konsumsen, indeks ekspektasi konsumen, maupun indeks kondisi ekonomi saat ini, menunjukkan penurunan. Sementara itu, pertumbuhan kredit konsumsi pada triwulan IV 2015 tumbuh stabil sebesar 12,86% (yoy). Di sisi lain, konsumsi pemerintah mengalami peningkatan dari 4,42% (yoy) pada triwulan III 2015 Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 1. 28 Indeks Keyakinan Konsumen 30 Ekonomi Makro Regional

Grafik 1. 29 Kredit Konsumsi Grafik 1. 31 Kredit Investasi Rp Triliun 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 0 Giro Pemerintah Daerah g (%yoy) %yoy 20 15 10 5 0-5 -10 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV Juta USD 100,000 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 I II III IV I II III IV I II III IV 2013 2014 2015 %, yoy 700 600 500 400 300 200 100 0 (100) (200) 2014 2015 Capital Goods g Capital Goods (RHS) Grafik 1. 30 Perkembangan Giro Pemerintah Grafik 1. 32 Perkembangan Nilai Impor Barang Modal menjadi sebesar 12,2% (yoy) pada triwulan IV 2015. Peningkatan ini terkonfirmasi dari penurunan giro pemerintah di triwulan IV 2015. Peningkatan tersebut antara lain didorong oleh realisasi belanja Pemerintah Provinsi pada triwulan IV 2015 yang secara akumulatif telah mencapai 89,89% (APBD Provinsi Bali). Selain dikarenakan pola musimannya yang tinggi pada akhir tahun, pelaksanaan Pilkada di awal Desember 2015 juga menjadi salah satu penyebab peningkatan kinerja konsumsi Pemerintah, yang dampaknya turut terlihat juga dari peningkatan konsumsi LNPRT dari sebesar1,3% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 14,80% (yoy) pada triwulan IV 2015. 1.3.2. Investasi Pertumbuhan investasi yang ditunjukkan oleh PMTB pada triwulan IV 2015 menunjukkan perlambatan dari sebesar 6,09% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 5,76% (yoy). Peningkatan realisasi proyek pemerintah nyatanya belum mampu mendorong kinerja investasi untuk mengalami peningkatan pada triwulan IV 2015. Perlambatan tersebut seiring dengan masih tertahannya investasi swasta yang masih mengambil sikap wait and see, terlihat dari masih berlanjutnya tren perlambatan pertumbuhan kredit investasi yang mengalami perlambatan dari 12,66% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 8,83% (yoy) pada triwulan IV 2015. Sejalan dengan perlambatan tersebut, pertumbuhan nilai impor barang modal masih sebesar -90,98% (yoy) pada triwulan IV 2015. 1.3.3. Neraca Perdagangan Kinerja neraca perdagangan pada triwulan IV 2015 menunjukkan perbaikan. Kontraksi pertumbuhan Ekonomi Makro Regional 31

Grafik 1. 33 Nilai Ekspor Luar Negeri Bali Grafik 1. 35 Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama Tw IV 2015 % yoy Grafik 1. 34 Volume Ekspor Luar Negeri Bali Grafik 1. 36 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama ekspor luar negeri tercatat melandai dari sebesar -4,63% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar -2,74% (yoy) pada triwulan IV 2015. Dari sisi ekspor jasa, perbaikan terjadi seiring dengan peningkatan kunjungan wisman meskipun tidak setinggi tahun sebelumnya. Sementara itu, perkembangan ekspor barang menunjukkan peningkatan seiring mulai membaiknya permintaan ekspor dari negara-negara seperti Amerika dan Jepang (hasil survei dan liaison). Peningkatan terkonfirmasi dari pertumbuhan nilai ekspor dan volume yang mengalami peningkatan pada triwulan IV 2015. Berdasarkan komoditasnya, komoditas ekspor Provinsi Bali pada triwulan IV 2015 masih didominasi oleh perikanan sebesar 27,6%, perhiasan sebesar 18,02%, pakaian jadi sebesar 14%, serta komoditas kayu olahan dan produk furniture masing-masing sebesar 8,79% dan 7,39%. Hampir semua komoditas unggulan tersebut mengalami perbaikan pertumbuhan ekspor. Berdasarkan negara tujuan ekspor, Amerika Serikat masih menjadi negara tujuan utama untuk komoditas ekspor Provinsi Bali dengan pangsa tercatat sebesar 24,97%. Negara lainnya yang menjadi tujuan ekspor Bali di antaranya adalah Australia 12,83%, Jepang 7,87%, serta Singapore 8,91%. Dilihat dari pertumbuhannya, pertumbuhan ekspor ke negara tujuan tersebut pada triwulan IV 2015 cenderung mengalami perbaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. 32 Ekonomi Makro Regional

Germany 2.39% Spanyol 3.08% Other Countries 24.69% US 24.97% Australia 12.83% Cina 1.67% Belanda 2.47% Inggris 1.85% Hongkong 5.47% France Thailand 1.98% 1.83% Singapore 8.91% Japan 7.87% Grafik 1. 37 Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan Grafik 1. 39 Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Bali Ribu 35Ton 30 25 20 15 10 5 0 I II III IV I II III IV I II III IV 2013 2014 2015 Volume Impor g volume impor (RHS) % yoy 1,200 1,000 800 600 400 200 0 (200) Grafik 1. 38 Pertumbuhan Ekspor berdasarkan Negara Tujuan Grafik 1. 40 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Bali Sementara itu, sesuai dengan pola musimannya, impor Provinsi Bali menunjukkan peningkatan pertumbuhan dari sebesar 9,03% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 12,49% (yoy) pada triwulan IV 2015. Peningkatan tersebut seiring dengan pola permintaan domestik yang mengalami peningkatan menjelang akhir tahun meskipun tidak sekuat periode yang sama tahun sebelumnya. Perbaikan terlihat dari kontraksi pertumbuhan impor baik secara nilai ataupun volume yang tidak sedalam periode sebelumnya. Adapun impor barang mentah (raw material) masih mendominasi impor Provinsi Bali pada triwulan IV 2015 yang mencapai 63%. Kemudian sisanya merupakan consumption goods sebesar 19%, serta capital goods sebesar 18% yang didominasi oleh barang-barang permesinan. Dari ketiga kelompok barang tersebut hanya capital goods yang mengalami perbaikan pertumbuhan pada triwulan IV 2015 seiring dengan peningkatan kinerja lapangan usaha konstruksi. Capital Goods 18% Raw Material & Auxiliary Goods 63% Consumption Goods 19% Grafik 1. 41 Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC Ekonomi Makro Regional 33

800 600 400 200 0 (200) g Consumption Goods g Raw Material g Capital Goods I II III IV I II III IV I II III IV 2013 2014 2015 Grafik 1. 42 Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC Seiring dengan tendensi peningkatan permintaan di akhir tahun, perkembangan net ekspor antar daerah Provinsi Bali kembali mengalami defisit yang lebih dalam pada triwulan IV 2015. Kondisi tersebut terkait dengan Provinsi Bali yang memiliki ketergantungan dengan daerah lain dalam memnuhi kebutuhannya. 1.4. PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI Di tengah tingginya laju pertumbuhan ekonomi Bali pada beberapa tahun terakhir, Provinsi Bali masih dihadapkan pada tantangan disparitas pertumbuhan yang cukup tinggi. Secara konsisten, kabupaten/kota yang memiliki angka pertumbuhan di atas angka pertumbuhan Bali merupakan kabupaten/kota yang berada di wilayah Bali selatan yakni Denpasar, Badung, dan Gianyar. Daerah ini merupakan konsentrasi pusat pemerintahan sekaligus pusat perkembangan industri pariwisata yang menjadi andalan Provinsi Bali. Sedangkan kabupaten/kota lainnya cenderung memiliki angka pertumbuhan di bawah angka pertumbuhan Bali. Pada tahun 2014, perekonomian Kota Denpasar mampu mencapai 6,77% sedangkan pertumbuhan Kabupaten Klungkung hanya mencapai 6,59%. Grafik 1. 43 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Bali 34 Ekonomi Makro Regional

BOKS A SISTEM LOGISTIK DAN INFRASTRUKTUR UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI BALI Tantangan utama di sektor pertanian dan tanaman pangan Provinsi Bali secara umum adalah kecepatan pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi dari kecepatan pertumbuhan luas lahan pertanian sehingga demand akan produk hasil pertanian lebih tinggi dibandingkan dengan ketersediaan. Selain itu, peningkatan demand juga didorong oleh karakteristik Bali yang menjadi tujuan wisata dengan rata-rata jumlah kunjungan mencapai 10 juta orang (wisman dan wisnus) setiap tahunnya. Di samping itu, tingginya alih fungsi lahan pertanian menjadi beberapa kawasan hotel turut menjadi penyebab berkurangnya luas lahan pertanian di Bali yang rata-rata pada periode 2009 2013 mencapai 350 ha/tahun. Perubahan iklim seperti salah satunya El Nino berdampak pada tidak tercapainya target luasan tanam di Bali tahun 2015 yang sebesar 150.000 ha (realisasi 135.000 ha) dan produksi padi hanya terealisasi 850.000 ton dari target produksi padi sebesar 901.000 ton. Dengan perkembangan tersebut, terjaganya kelancaran distribusi komoditas pangan dari luar dan di dalam Provinsi Bali dan peningkatan produktivitas pangan menjadi perhatian penting dalam mendukung tercapainya kesinambungan perkembangan perekonomian ke depan dan tercapainya ketahanan pangan. Sehubungan dengan kondisi tersebut, Pemerintah telah menyiapkan rencana pembangunan infrastruktur pendukung salah satunya adalah pembangunan waduk untuk meningkatkan ketersediaan pengairan untuk lahan pertanian melalui kelancaran irigasi. Pembangunan waduk-waduk tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian di Provinsi Bali sehingga supply komoditas-komoditas pangan strategis dapat terjamin. Berikut rencana pembangunan infrastruktur waduk/bendungan di Provinsi Bali: Tabel 1. Rencana Pembangunan Waduk di Provinsi Bali Ekonomi Makro Regional 35

Tabel 2. Kapasitas Pelabuhan Gilimanuk dan Padang Bai Selanjutnya, untuk mendukung konektivitas Bali dengan daerah pemasok komoditas pangan utama seperti Jawa Timur (beras, gula pasir, tepung terigu, serta komoditas lainnya) dan NTB (bawang merah) dibutuhkan pelabuhan masuk yang memadai. Adapun pelabuhan yang menghubungkan Bali dengan kedua pulau tersebut beberapa diantaranya adalah pelabuhan Gilimanuk (Bali Jawa Timur) dan Padangbai (Bali NTB). Dalam kaitannya dengan arus barang, khususnya komoditas pangan, kondisi dari kedua pelabuhan tersebut dijelaskan melalui tabel 2. Selain kedua pelabuhan penyebrangan tersebut, masih terdapat beberapa pelabuhan yang direncanakan akan dikembangkan antara lain sebagai berikut : 1. Pengembangan Pelabuhan Benoa sebagai Marine Tourism Hub 2. Pengembangan Pelabuhan Celukan Bawang sebagai pelabuhan cargo yang mendukung distribusi barang dari dan keluar Provinsi Bali. 3. Pengembangan Pelabuhan Tanah Ampo sebagai pelabuhan pariwisata untuk cruise. 4. Pengembangan Pelabuhan Gunaksa sebagai pelabuhan pendukung Padang Bai. 5. Pembangunan Pelabuhan Amed Selain itu, dalam rangka mendukung jalur distribusi di Provinsi Bali, terdapat rencana pembangunan shortcut Mengwitani- Singaraja turut menjadi fokus dalam rangka mempersingkat waktu tempuh Bali Utara dan Bali selatan serta mendukung kelancaran logistik. Terdapat 4 shortcut yang pembangunannya akan dimulai pada tahun 2016 : 1. KM 46 + 450 (Candi Kuning) 2. KM 55 + 250 (Wanagiri 1) 3. KM 55 + 700 (Wanagiri 2) 4. KM 59 + 450 (Gitgit 2) 36

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Bali pada triwulan IV 2015 kembali melanjutkan tren penurunan dibandingkan dengan pencapaian inflasi triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Pada triwulan IV 2015 inflasi Bali tercatat sebesar 2,75% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III 2015 yang sebesar 6,56% (yoy) dan jauh lebih rendah dari tahun 2014 yang tercatat sebesar 8,43% (yoy). Perkembangan Inflasi 37

38 Perkembangan Inflasi

2.1. PERKEMBANGAN UMUM INFLASI Inflasi Bali pada triwulan IV 2015 tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan pencapaian inflasi triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Pada triwulan IV 2015 inflasi Bali tercatat sebesar 2,75% (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan inflasi Nasional sebesar 3,35% (yoy) dan jauh lebih rendah dari tahun 2014 yang tercatat sebesar 8,43% (yoy). Pencapaian inflasi Bali pada tahun 2015 ini sesuai dengan angka proyeksi Kajian Ekonomi Regional (KEKR) triwulan sebelumnya sebesar 2,98%±1% (yoy) pada tahun 2015. Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 1 Inflasi Kota di Bali (%,yoy) Terjaganya tekanan inflasi Bali pada keseluruhan tahun 2015 merupakan hasil kerja keras dan sinergi Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia dalam rangkaian kegiatan pengendalian inflasi yang dilakukan melalui forum Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Pada tahun 2015, seluruh Kabupaten/ Kota di Provinsi Bali telah membentuk TPID sehingga Bali memiliki 9 (sembilan) TPID tingkat Kabupaten/ Kota dan 1 (satu) TPID tingkat Provinsi. Secara spasial, pada triwulan IV 2015 inflasi tertinggi terjadi di Kota Singaraja yang tercatat sebesar 6,09% (yoy) pada bulan Oktober 2015. Namun demikian, inflasi Kota Singaraja pada keseluruhan tahun 2015 tercatat jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 2,97% (yoy) pada Desember 2015 dan 10,32% (yoy) pada Desember 2014. Sejalan dengan kondisi tersebut, Kota Denpasar juga kembali mencatatkan penurunan inflasi hingga tercatat sebesar 2,70% (yoy) pada Desember 2015 lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 8,03% (yoy). Berdasarkan penyebabnya, tekanan inflasi pada tahun 2015 terutama disebabkan oleh kelompok volatile food dan administered prices. Sementara itu tekanan inflasi kelompok inti (core inflation) tercatat relatif stabil di tengah pelemahan ekonomi dan depresiasi rupiah yang didukung oleh terjaganya ekspektasi inflasi masyarakat Bali. Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 2 Perkembangan Inflasi Nasional dan Provinsi Bali (%,yoy) 2.2. ANALISIS PERKEMBANGAN INFLASI 2.2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Secara keseluruhan tahun, inflasi Provinsi Bali didorong oleh kelompok bahan makanan yang dipicu oleh perayaan Hari Keagamaan dan periode liburan di Provinsi Bali. Sementara itu, secara tahunan, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan menunjukkan pergerakan melandai yang disebabkan oleh penyesuaian harga bahan bakar rumah tangga dan minyak serta tariff adjustment listrik oleh PT. PLN (Persero). Sedangkan untuk tekanan inflasi kelompok inti hingga triwulan IV 2015 menunjukkan pergerakan yang relatif stabil. Melalui upaya pengendalian inflasi yang konsisten dan responsif terhadap kenaikan harga barang dan jasa melalui forum TPID, pada Perkembangan Inflasi 39

Desember 2015, inflasi Bali berada di bawah rentang target inflasi nasional yang sebesar 4±1% (yoy) dan berada jauh dibawah target inflasi RPJMD Provinsi Bali Tahun 2015 yang sebesar 4,40 4,74% (yoy). a. Kelompok Bahan Makanan Pada triwulan IV 2015 kelompok bahan makanan tercatat melandai meski terdapat perayaan Hari Keagamaan pada triwulan IV seperti Hari Saraswati (28 November 2015), Hari Pagerwesi (2 Desember 2015), Hari Natal (25 Desember 2015) dan Tahun Baru. Pada triwulan IV 2015 kelompok bahan makanan tercatat sebesar 3,55% (yoy) jauh lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 10,02% (yoy) dan juga lebih rendah dari triwulan IV tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 10,45% (yoy). Beras masih menjadi penyumbang inflasi tahunan pada periode berjalan. Kenaikan harga beras sebagai dampak dari peningkatan permintaan masyarakat sehubungan dengan libur sekolah, perayaan Hari Besar Keagamaan Maulid Nabi, Natal, dan Tahun Baru direspon dengan penyelenggaraan Operasi Pasar dan Pasar Murah di bawah koordinasi TPID Provinsi Bali. Selain beras, komoditas lainnya yang menjadi penyumbang utama inflasi pada kelompok bahan makanan adalah bawang merah, daging ayam ras, dan cabai merah. Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 3 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali (%,qtq) Sumber : Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia, diolah Grafik 2. 5 Perkembangan Harga Beras (%,mtm) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali (%,yoy) Sumber : Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia, diolah Grafik 2. 6 Perkembangan Harga Bawang Merah (%,mtm) 40 Perkembangan Inflasi

Sumber : Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia, diolah Grafik 2. 7 Perkembangan Harga Cabe Merah (%,mtm) Sumber : Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia, diolah Grafik 2. 8 Perkembangan Harga Telur Ayam Ras (%,mtm) Nampak pada grafik perkembangan harga komoditas utama penyumbang inflasi, harga bawang merah, cabai merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras berada dalam tren meningkat dipicu oleh pergeseran musim panen dan anomali cuaca di akhir tahun 2015. Peningkatan harga sejumlah komoditas pangan tersebut juga terjadi di berbagai daerah. Hal ini juga tidak lepas dari masih tingginya ketergantungan pasokan bawang merah Provinsi Bali dari daerah lainnya dan minimnya fasilitas penyimpanan sehingga harga komoditas ini relatif berfluktuasi, dan harga sangat dipengaruhi oleh suplai secara nasional. Sedangkan peningkatan harga komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras didorong oleh meningkatnya biaya produksi (kenaikan harga pakan). Meskipun terdapat peningkatan harga pada komoditas utama penyumbang inflasi, inflasi triwulanan kelompok bahan makanan tercatat lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tertahannya inflasi pada periode laporan didorong oleh mulai melandainya harga beberapa komoditas bahan makanan seperti daging babi dan komoditas ikan serta semakin intensifnya peran pemerintah dalam pengendalian harga. Dengan upaya yang konsisten dan berkelanjutan, diharapkan tren penurunan bahan makanan dapat berlanjut pada periode mendatang. Sumber : Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia, diolah Grafik 2. 9 Perkembangan Harga Daging Ayam Ras (%,mtm) b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Tekanan inflasi kelompok makanan jadi, minuman jadi, rokok dan tembakau tercatat sebesar 3,66% (yoy) melanjutkan tren penurunan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,09% (yoy). Namun demikian, kelompok ini mengalami peningkatan secara triwulanan, hingga tercatat sebesar 1,48% (qtq) pada triwulan IV 2015, atau lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 0,12% (qtq). Perkembangan Inflasi 41

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 10 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali (%,qtq) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 12 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali (%,qtq) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 11 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali (%,yoy) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 13 Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali (%,yoy) c. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sejalan dengan 2 (dua) kelompok sebelumnya, tekanan inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik dan gas juga tercatat kembali melandai sebesar 4,79% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,73% (yoy). Penurunan ini juga tercermin pada penurunan indeks harga properti residensial Provinsi Bali hasil Survei Properti Residensial (SHPR) Kantor Perwakilan Bank Indonesia yaitu dari 2,72% (yoy) atau 0,62% (qtq) pada triwulan IIII 2015 menjadi 1,77% (yoy) atau 0,34% (qtq) pada triwulan IV 2015. Disisi lain, tekanan inflasi triwulanan kelompok ini mengalami sedikit peningkatan, dari 0,35% (qtq) pada triwulan lalu menjadi sebesar 0,62% (qtq) pada periode berjalan. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan realisasi pengadaan semen per daerah Tahun 2015 yang secara tahunan (Desember 2014 Desember 2015) tumbuh sebesar 4,8% di Provinsi Bali. Peningkatan tekanan inflasi pada kelompok ini didorong oleh peningkatan harga pada komoditas tarip listrik yang memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,0671 persen di Kota Singaraja dan 0,1309 persen di Kota Denpasar pada Desember 2015. d. Kelompok Sandang Inflasi pada kelompok sandang tercatat mengalami penurunan, baik secara triwulanan maupun tahunan. Pada Desember 2015 kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 0,06% (qtq), atau lebih 42 Perkembangan Inflasi

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 14 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Prov. Bali (%,qtq) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 16 Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali (%,qtq) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 15 Inflasi Tahunan Sandang di Prov. Bali (%,yoy) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 17 Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali (%,yoy) rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,40% (qtq). Sementara itu, secara tahunan kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 4,31% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,80% (yoy). lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 1,93% (qtq). f. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga e. Kelompok Kesehatan Sejalan dengan kelompok sandang, tekanan inflasi kelompok kesehatan turut mengalami penurunan baik secara triwulanan maupun secara tahunan. Pada Desember 2015 kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 4,81% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 7,85% (yoy). Sementara secara triwulanan tercatat mengalami inflasi sebesar 0,99% (qtq) atau Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 18 Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali (%,qtq) Perkembangan Inflasi 43

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 19 Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali (%,yoy) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 21 Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali (%,yoy) Inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga tercatat mengalami penurunan baik secara tahunan maupun triwulanan sesuai pola historis. Pada keseluruhan tahun 2015, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga tercatat melandai dengan inflasi sebesar 4,07% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,29% (yoy). Demikian pula secara triwulanan kelompok ini mengalami penurunan menjadi 0,07%(qtq) dari sebesar 3,54% (qtq) pada triwulan lalu. g. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Inflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dari 0,12% (qtq) pada triwulan sebelumnya menjadi 0,001% (qtq) pada periode laporan. Sementara itu secara tahunan inflasi kelompok ini tercatat deflasi sebesar -1,18% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 10,67% (yoy). Penurunan tekanan inflasi kelompok ini masih berlanjut seiring dengan penurunan harga minyak dunia yang turut memberikan sumbangan deflasi (komoditas bensin non subsidi) di Kota Denpasar sebesar 0,0118% pada Desember 2015. 26% 19% 19% 16% 9% Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 20 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali (%,qtq) Sumber : Bank Indonesia Grafik 2. 22 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Denpasar 44 Perkembangan Inflasi

yoy). Kendati demikian, kedua kelompok tertinggi ini pada triwulan IV 2015 menunjukkan penurunan 27% 26% 19% 12% 6% 5% 4% Sumber : Bank Indonesia Grafik 2. 23 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Singaraja 2.2.2. Inflasi Menurut Kota Sejak Tahun 2013 inflasi provinsi Bali ditentukan berdasarkan kota sampel inflasi pada 2 (dua) kota inflasi yaitu Kota Denpasar dan Singaraja. Karakteristik inflasi Kota Denpasar maupun Singaraja terutama dipengaruhi oleh kelompok pengeluaran bahan makanan, makanan jadi dan perumahan sebagaimana tercermin pada dominannya bobot kelompok pengeluaran tersebut dalam keranjang IHK Kota Denpasar maupun Singaraja. a. Kota Denpasar Pada triwulan IV 2015 laju inflasi Kota Denpasar mengalami penurunan dari 6,27% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 2,70% (yoy) pada triwulan IV 2015. Peningkatan tekanan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok kesehatan (5,26%, yoy) dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (5,09%, jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 9,99% (yoy) untuk kelompok kesehatan dan 7,20% (yoy) pada kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar. Sementara itu, inflasi kelompok bahan makanan mampu ditahan sehingga mengalami inflasi sebesar 3,31% (yoy) pada triwulan IV 2015, jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 11,23% (yoy). Secara triwulanan, tekanan inflasi bahan makanan mengalami sedikit peningkatan yang disebabkan oleh mulai meningkatnya permintaan menjelang perayaan Hari Besar Keagamaan Maulid Nabi, Natal, dan Tahun Baru pada akhir tahun 2015. Tertahannya laju inflasi pada kelompok bahan makanan merupakan hasil nyata kegiatan pengendalian inflasi oleh TPID Provinsi Bali dan TPID Kota Denpasar melalui rangkaian Operasi Pasar dan Pasar Murah serta Pemantauan Harga. Tekanan inflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami penurunan pada triwulan IV 2015 dari 4,82% (yoy) menjadi -0,35% (yoy) pada triwulan laporan. Tertahannya tekanan inflasi disebabkan oleh penyesuaian harga BBM yang memberikan sumbangan deflasi untuk komoditas bensin non subsidi 0,0118 persen. Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Denpasar Per Kelompok Pengeluaran Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Perkembangan Inflasi 45

Tabel 2.2 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota Denpasar Triwulan IV 2015 *) 5 komoditas dengan jumlah andil triwulan IV tertinggi, threshold frekuensi > 0,01% (qtq) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Apabila ditinjau pergerakannya sepanjang triwulan IV tahun 2015, maka 5 komoditas yang tercatat mengalami inflasi tertinggi di Kota Denpasar adalah ayam goreng, batu bata/batu tela, penyedap makan/ vetsin, biskuit, dan bayam. Sementara komoditas yang paling sering mengalami inflasi adalah ayam goreng, batu bata/batu tela, sekolah menengah atas, gula pasir, dan daun singkong. b. Kota Singaraja Inflasi Kota Singaraja tercatat mengalami penurunan dari 7,92% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 2,97% (yoy) pada triwulan IV 2015. Capaian inflasi ini juga tercatat jauh lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 10,32% (yoy). Meskipun menurun, realisasi inflasi di Kota Singaraja masih berada diatas inflasi Kota Denpasar. Disparitas inflasi antara Kota Singaraja dan Kota Denpasar yang cukup besar tidak lepas dari masih belum optimalnya pemanfaatan infrastruktur perhubungan menuju Kota Singaraja ditengah masih tingginya ketergantungan pasokan bahan pokok Kota Singaraja terhadap daerah lainnya. Jalur distribusi Bali Selatan dan Bali Utara perlu menjadi perhatian dalam memastikan ketersediaan pasokan pada kedua kota sampel inflasi di Provinsi Bali. Berdasarkan kelompoknya, penurunan terjadi pada hampir seluruh kelompok. Apabila ditinjau berdasarkan pergerakannya sepanjang Oktober hingga Desember 2015, maka 5 komoditas yang memberikan andil inflasi tertinggi di Kota Singaraja adalah bawang merah, daging ayam ras, buncis, air kemasan, dan pisang. Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Kota Singaraja Per Kelompok Pengeluaran Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 46 Perkembangan Inflasi

Tabel 2.4 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota Singaraja Triwulan IV 2015 *) 5 komoditas dengan jumlah andil triwulan IV tertinggi, threshold frekuensi > 0,01% (qtq) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 2.3. DISAGREGASI INFLASI Sumber : Bank Indonesia Grafik 2. 24 Disagregasi Inflasi Bulanan Provinsi Bali Sumber : Bank Indonesia Grafik 2. 25 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi Bali Sejalan dengan pergerakan harga nasional, pada triwulan IV 2015 tekanan inflasi kelompok volatile food meningkat, di mana kelompok ini kembali tercatat sebagai kelompok dengan sumbangan tertinggi di Provinsi Bali. Kenaikan harga bawang merah, cabai merah, cabai rawit, daging ayam ras mendorong inflasi volatile food. Tren kenaikan harga komoditas tersebut merupakan dampak dari peningkatan permintaan masyarakat sehubungan dengan libur sekolah, perayaan Hari Besar Keagamaan Maulid Nabi, Natal, dan Tahun Baru serta sebagai dampak dari berkurangnya pasokan akibat pergeseran musim panen (anomali cuaca). a. Volatile Food Dibandingkan dengan triwulan IV 2015, inflasi volatile food tercatat melandai dengan capaian inflasi tahunan pada Desember 2015 sebesar 3,10% (yoy) lebih rendah dari tahun sebelumnya pada periode yang sama yaitu sebesar 11,46% (yoy). Tekanan inflasi kelompok ini terjaga jauh berada dibawah rata-rata historisnya. Hal ini tidak lepas dari rangkaian upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh seluruh TPID baik di tingkat Kabupaten/Kota maupun Provinsi di Bali. Kenaikan harga bawang merah, cabai merah, cabai rawit, daging ayam ras mendorong inflasi volatile food. Perkembangan Inflasi 47

Tren kenaikan harga komoditas tersebut merupakan dampak dari peningkatan permintaan masyarakat sehubungan dengan libur sekolah, perayaan Hari Besar Keagamaan Maulid Nabi, Natal, dan Tahun Baru serta sebagai dampak dari berkurangnya pasokan akibat pergeseran pola tanam dan masuknya musim penghujan. Sementara itu, komoditas kelompok volatile food yang tercatat memberikan sumbangan deflasi adalah komoditas ikan. b. Administered Prices Seiring dengan pergerakan kelompok volatile food, tekanan inflasi kelompok administered prices tercatat melandai dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang merupakan dampak dari peningkatan harga BBM bersubsidi. Meskipun masih dalam rentang yang relatif terkendali, inflasi administered prices pada Desember 2015 mengalami peningkatan dari periode sebelumnya dan tercatat di bawah rata rata historisnya. Administered prices mengalami peningkatan dari sebesar 0,18% (mtm) pada November 2015 menjadi 0,75% (mtm) pada Desember 2015. Komoditas yang menyumbang inflasi administered prices cukup signifikan adalah tarif listrik. Adapun terjaganya inflasi pada kelompok administered prices merupakan dampak dari penurunan harga minyak dunia, yang berpengaruh pada melandainya harga bensin yang tercatat menjadi komoditas yang mengalami deflasi. Di Denpasar, bensin tercatat memberikan sumbangan deflasi sebesar -0,011% (mtm) sedangkan di Singaraja bensin menyumbang deflasi sebesar -0,005% (mtm). c. Core Inflation Secara fundamental tekanan inflasi kelompok inti tercatat cukup stabil. Rupiah mengalami penguatan pada Desember 2015 sejalan dengan membaiknya faktor risiko dan berlanjutnya akumulasi kepemilikan investor nonresiden di aset dalam negeri. Meskipun secara rata-rata mencatat pelemahan, Rupiah, secara point to point (ptp), mengalami Sumber : Bank Indonesia, diolah Grafik 2. 26 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Sumber : Bank Indonesia, diolah Grafik 2. 27 Perbandingan Nilai Tukar Kawasan penguatan sebesar 0,36% (mtm) ke level Rp13.785 per dolar AS pada Desember 2015. Ke depan, Bank Indonesia terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, sehingga dapat mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Interaksi permintaan dan penawaran Tekanan permintaan dapat direspon dengan baik oleh sisi penawaran. Hal ini terindikasi dari hasil Survei Pedagang Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali yang menunjukkan tren peningkatan pada akhir Tahun 2015. Ekspektasi Inflasi Ekspektasi inflasi masyarakat Bali, terutama dari sisi konsumen cukup terjaga, meskipun sedikit 48 Perkembangan Inflasi

Sumber : Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia Grafik 2. 28 Ekspektasi Penjualan Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Grafik 2. 29 Ekspektasi Konsumen mengalami peningkatan sebagai dampak momen libur sekolah, perayaan Hari Besar Keagamaan Maulid Nabi, Natal, dan Tahun Baru. Laju inflasi kelompok inti cukup stabil didukung oleh masih memadainya sisi suplai dan ekspektasi inflasi yang terjaga (baik dari sisi konsumen maupun pedagang). Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen dan Survei Pedagang Eceran yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali. Pengendalian ekspektasi inflasi menjadi sangat penting untuk dilaksanakan. Berkaitan dengan itu, langkah strategis TPID Provinsi Bali menjaga ekspektasi melalui press release, talkshow, dan gerakan operasi pasar serta pasar murah di penghujung Tahun 2015 terus dilaksanakan. 2.4. PERGERAKAN HARGA DI KOTA NON SAMPEL INFLASI Pemantauan pergerakan harga di kota-kota nonsampel inflasi di Bali dilakukan oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah pada tingkat Kabupaten/ Kota di Provinsi Bali melalui Sistem Informasi Harga Komoditas Pangan Strategis (SiGapura) Provinsi Bali. Hasil pemantauan harga terhadap 5 komoditas (penyumbang utama inflasi Bali) khususnya pergerakan harga komoditas pertanian terpilih di Perkembangan Inflasi 49

12,000 Rp 40,000 Rp 11,000 35,000 30,000 10,000 25,000 9,000 Karangasem 20,000 Karangasem 8,000 7,000 6,000 Tabanan Gianyar Klungkung Badung Jembrana 15,000 10,000 5,000 - Tabanan Gianyar Klungkung Badung Jembrana Bangli Bangli Sumber :SiGapura, diolah Grafik 2. 30 Pergerakan Harga Komoditas Beras Sumber :SiGapura, diolah Grafik 2. 33 Pergerakan Harga Komoditas Bawang Merah 12,000 11,000 Rp terutama pada penghujung tahun 2015 sejalan dengan perayaan Hari Besar Keagamaan Maulid Nabi, 10,000 Natal, dan Tahun Baru. Peningkatan harga mayoritas 9,000 Karangasem terjadi pada bulan November dan Desember 2015. Tabanan 8,000 Gianyar 7,000 Klungkung Badung 6,000 Jembrana Bangli Sumber :SiGapura, diolah Grafik 2. 31 Pergerakan Harga Komoditas Cabai Merah 2.5. INFLASI PEDESAAN Sejalan dengan inflasi di kota-kota sampel perhitungan inflasi di Bali, tekanan inflasi pedesaan Bali yang dihitung dengan menggunakan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di sepanjang triwulan IV 2015 menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Rp Karangasem Tabanan Gianyar Klungkung Badung Jembrana Bangli Sumber :SiGapura, diolah Grafik 2. 32 Pergerakan Harga Komoditas Cabai Rawit seluruh Kabupaten/Kota non sampel inflasi di Provinsi Bali menunjukkan bahwa sepanjang triwulan IV 2015 harga-harga cenderung mengalami peningkatan Tekanan inflasi pedesaan pada Desember 2015 tercatat sebesar 2,98% (yoy) lebih rendah dari inflasi pedesaan nasional sebesar 4,28% (yoy). Sama halnya dengan kota sampel inflasi, IHK perdesaan terdiri dari 7 (tujuh) kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, serta kelompok transportasi dan komunikasi. Tingginya tekanan inflasi pedesaan pada periode laporan disebabkan oleh adanya kenaikan bahan makanan yang juga terjadi di kota sampel inflasi di Bali. Komoditas konsumsi rumah tangga penyebab inflasi pedesaan pada bulan Desember 2015 adalah bawang merah, cabai rawit, bawang putih, beras, dan daging ayam ras. 50 Perkembangan Inflasi

% Indeks Sumber : BPS, diolah Grafik 2. 34 Perkembangan Inflasi Pedesaan (mtm) Sumber : BPS, diolah Grafik 2. 36 Perkembangan Inflasi Pedesaan dan Nilai Tukar petani (NTP) Provinsi Bali %, ytd Searah dengan inflasi pedesaan, pada triwulan IV 2015 rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami peningkatan dari 104,46 pada triwulan III 2015 menjadi sebesar 105,15 pada triwulan IV 2015. Dengan demikian, Nilai Tukar Petani (NTP) yang mencerminkan tingkat kesejahteraan petani turut meningkat seiring dengan peningkatan harga yang dicerminkan melalui inflasi pedesaan. Sumber : BPS, diolah Grafik 2. 35 Perkembangan Inflasi Pedesaan (ytd) Perkembangan Inflasi 51

BOKS B KALEIDOSKOP PENCAPAIAN INFLASI DAERAH PROVINSI BALI 2015 Pembukaan: Perekonomian Bali meski dalam 5 tahun terakhir (2010 2014) dapat tumbuh rata rata diatas 6%, namun dari sisi inflasi yang berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat cenderung berada diatas inflasi Nasional. Dalam periode yang sama, rata rata inflasi Bali tercatat sebesar 6,63% berada diatas rata rata inflasi Nasional sebesar 6,18%. Tingginya inflasi apabila tidak dikendalikan dengan baik maka akan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat, laju pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, serta dapat mengganggu kinerja pariwisata. Bila dicermati lebih dalam, faktor utama penyebab tingginya inflasi di Bali bersumber dari kelompok bahan makanan (volatile food) dibandingkan dengan kelompok harga yang ditentukan oleh Pemerintah (administered prices) maupun inflasi inti (core inflation). Kondisi ini tidak terlepas dari keterbatasan kapasitas Bali dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan dalam mengendalikan inflasi adalah pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng pada 2010 silam. Guna mengakselerasi pencapaian inflasi yang rendah dan stabil, Bank Indonesia bersama Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten/Kota menyepakati pembentukan TPID di seluruh Kabupaten/Kota. Kesepakatan ini direalisasi dengan penandatangan Komitmen Bersama dan SK Pembentukan TPID pada tanggal 11 Februari 2015. Melalui berbagai upaya yang dilakukan oleh TPID, telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Inflasi Bali turun tajam dari 8,43% di tahun 2014 menjadi sebesar 2,75% di tahun 2015. Capaian ini merupakan capaian inflasi Provinsi Bali terendah sejak 1986 atau selama 29 tahun berdasarkan catatan BPS Provinsi Bali. Rata rata inflasi 2011-2015 Bali tercatat sebesar 5,56% lebih rendah dari rata-rata nasional sebesar 5,63%. Januari 2015 Mengawali Tahun 2015, adanya penurunan harga BBM (bensin dan solar) dan penurunan harga pangan yang termasuk dalam kelompok volatile food berpengaruh positif pada inflasi Bali sehingga mengalami deflasi sebesar -0,17% (mtm). Dalam upaya mengendalikan inflasi yang tinggi di tahun 2014, TPID Provinsi Bali menyelenggarakan High Level Meeting (HLM) TPID Provinsi Bali dengan mengundang seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota pada 14 Januari 2015. Pada forum ini disepakati pembentukan TPID di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali dengan harapan pengendalian inflasi dapat terintegrasi dan lebih efektif. Februari 2015 Tanggal 11 Februari 2015 merupakan salah satu tonggak bersejarah dalam pengendalian inflasi di Provinsi Bali. Bertempat di Grha Tirta Gangga, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, seluruh Kepala Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota di Provinsi Bali secara serentak menandatangani Komitmen Bersama Pengendalian Inflasi dan SK Pembentukan TPID di masing-masing wilayah kerja. Pada kesempatan tersebut juga diluncurkan website Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Provinsi Bali dengan 52

nama SiGapura Sistem Informasi Harga Pangan Utama dan Komoditas Strategis. Dengan adanya website ini masyarakat luas dapat memperoleh informasi mengenai perkembangan harga komoditas pangan secara harian sehingga dapat mengelola ekspektasi masyarakat yang diperlukan dalam mengendalikan inflasi. SiGapura dapat diakses melalui website www.sigapura.org. Upaya yang dilakukan oleh TPID Provinsi Bali berkolaborasi dengan TPID Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng dengan menggelar Operasi Pasar di Februari membawa angin segar dengan berlanjutnya deflasi bulan Februari sebesar -0,04% (mtm). Maret 2015 Setelah dalam 2 bulan terakhir mengalami deflasi, tekanan inflasi Provinsi Bali kembali meningkat, namun masih berada pada level yang terkendali. Sejalan dengan kondisi nasional, tekanan inflasi Provinsi Bali pada Maret 2015 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,17% (mtm) atau secara tahunan tercatat mengalami inflasi sebesar 6,42 (yoy). Terkendalinya inflasi pada bulan ini tidak lepas dari upaya TPID Provinsi Bali dan Kabupaten/Kota dalam melakukan pemantauan harga secara rutin menjelang perayaan Hari Raya Keagamaan Nyepi yang jatuh pada bulan ini. Selain itu, sebagai bentuk nyata dari kesepakatan rapat TPID di Kabupaten/Kota telah diselenggarakan Pasar Murah yang tersebar di 39 titik di seluruh Kabupaten/ Kota. Dalam rangka mengantisipasi tekanan inflasi di Triwulan II 2015 yang bertepatan dengan perayaan Hari Raya Galungan, Kuningan, dan Lebaran telah diselenggarakan High Level Meeting TPID bertempat Kantor Bupati Buleleng pada 16 Maret 2015. April 2015 Adanya kenaikan bahan bakar minyak jenis bensin dan solar yang terjadi pada 28 Maret 2015 menyebabkan tekanan inflasi Provinsi Bali mengalami peningkatan. Pada April 2015 inflasi Bali tercatat sebesar 0,44% (mtm). Pada tanggal 27 April 2015, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali memberikan hibah satu unit mobil bertuliskan Warung Sembako TPID kepada Perum Bulog Divisi Regional Bali. Mobil ini digunakan untuk stabilisasi harga, terutama pada komoditas bahan pangan utama di Bali. Mei 2015 Dalam rangka mendukung upaya-upaya Pemerintah untuk mencapai sasaran inflasi pada kisaran 3,5±1% pada tahun 2018, telah diselenggarakan Rakorwil TPID Se Sulawesi, Maluku, Papua, Bali dan Nusa Tenggara tanggal 17 18 Mei 2015 bertempat di Kuta, Bali. Salah satu butir kesepakatan adalah peningkatan Perdagangan Antar Daerah di KTI untuk memperlancar arus barang dan jasa dari daerah surplus pangan/komoditas strategis ke daerah defisit dengan didukung oleh informasi stok dan harga bahan-bahan pokok dan barang strategis yang terintegrasi. Dalam rangka penyelarasan strategi pengendalian inflasi TPID secara nasional, pada tanggal 27-28 Mei 2015 telah diselenggarakan Rakornas VI TPID 2015. Terkendalinya pasokan bahan makanan dan terjaganya ekspektasi masyarakat telah membawa inflasi Bali bulan Mei 2015 sebesar 0,35% (mtm) lebih rendah dari Nasional yang tercatat 0,50% (mtm). Juni 2015 Dalam rangka mengantisipasi kebutuhan masyarakat jelang bulan puasa, melalui koodinasi TPID, Pemerintah Provinsi Bali, Bank Indonesia, dan Perum Bulog Divre Bali telah melakukan 36 kali Pasar Murah di berbagai daerah di Provinsi Bali pada periode Juni Juli 2015. Selain itu, TPID Provinsi 53

Bali, TPID Tabanan, TPID Denpasar, TPID Badung, dan TPID Bangli menyelenggarakan rapat koordinasi untuk mengantisipasi tekanan inflasi di bulan Juli sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat pada saat Galungan, Kuningan, dan Lebaran. Berbagai upaya koordinasi pengendalian harga dilakukan TPID Provinsi Bali telah mampu menahan laju inflasi Provinsi Bali pada Juni 2015 Talkshow menjadi sebesar Media Beras 0,08% (mtm), lebih rendah Daging Ayam dibandingkan Ras dengan inflasi 2,75 (yoy) nasional yang 2015 sebesar 0,54% Tarip Listrik (mtm). Pemantauan Harga Lewat TOP 5 KOMODITAS DENPASAR Pembentukan & Penandatanganan Komitmen Bersama TPID Daging Babi Juli 2015 Sigapura (www.sigapura.org) Sesuai pola Bawang Merah musimannya, tekanan inflasi Bali di Bulan Juli cenderung meningkat. Pada Juli Mempengaruhi Ekspektasi 2015 Provinsi Bali tercatat Pasar/masyarakat Melalui Pasar Murah mengalami inflasi sebesar 0,92% (mtm). Inflasi yang terjadi di Provinsi Bali disebabkan terutama oleh kelompok volatile food yang didorong oleh peningkatan permintaan pada momen peak season kunjungan wisata ke Bali yang bertepatan dengan perayaan 3 Hari Raya Keagamaan (Galungan, Kuningan dan Lebaran). Sinergitas upaya pengendalian inflasi dilakukan oleh TPID Provinsi Bali antara lain dengan pelaksanaan pasar murah, operasi pasar, pemantauan jalur distribusi, sidak, Rp Telur Ayam Ras Cabai Merah TOP 5 KOMODITAS VOLATILE FOOD (Berdasarkan bobot tertinggi) Ikan Kembung TPID 8,43 (yoy) pengelolaan ekspektasi masyarakat melalui talkshow TPID di media radio dan televisi serta penyebaran press release mengenai kecukupan dan upaya menjaga ketersediaan barang menjelang Hari Raya Keagamaan. Agustus 2015 Koordinasi antar TPID Kabupaten/ Kota di Provinsi Bali kembali ditingkatkan melalui penandatanganan Penguatan Sinergitas Berbagai Nota Kesepahaman Daging Pihak Ayam Ras Kerjasama Perdagangan Antar Bawang Daerah Merah U n t u k 2013 8,16 (yoy) Pemenuhan Pasokan Komoditas Beras Menambah Supply Pangan Antar Kabupaten/ Kota di Provinsi Kontrak Rumah Bali. Nota kesepahaman ini merupakan Operasi langkah awal inisiasi Pasar perdagangan antar daerah antara PD Pasar Kota Denpasar, PD Pasar Kabupaten Badung, dan PD Pasar Kabupaten Buleleng. Melalui MoU ini diharapkan dapat tercipta koordinasi yang intensif untuk menjamin ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi kebutuhan bahan pangan pokok antar Kabupaten/Kota. Pada Agustus 2015 Provinsi Bali tercatat mengalami inflasi sebesar 0,31% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 0,39% (mtm). Dengan terjaganya inflasi 2014 Ketimun Daging Ayam Ras Beras TOP 5 KOMODITAS SINGARAJA 54

di sepanjang bulan Januari s/d Agustus 2015, maka secara akumulasi inflasi Bali tercatat sebesar 2,08% (ytd), mencapai titik terendah dalam 7 tahun terakhir. September 2015 Sinergitas upaya pengendalian inflasi Bali oleh TPID Provinsi, TPID Badung, TPID Denpasar, TPID Buleleng, dan TPID Bangli telah mendorong berlanjutnya tren penurunan laju inflasi Bali di sepanjang tahun 2015 sehingga tercatat mengalami deflasi sebesar -0,13% (mtm), lebih dalam dibandingkan dengan nasional yang sebesar -0,05% (mtm). Langkah-langkah antisipatif pengendalian harga yang dikoordinasikan oleh TPID Provinsi Bali didasarkan pada hasil pendalaman melalui berbagai diskusi dengan pihak terkait. Khususnya untuk menyikapi potensi gejolak harga sebagai dampak El Nino. Salah satu langkah antisipatif yang dilakukan adalah mengupayakan ketersediaan pompa air dan infrastruktur irigasi yang akan menyalurkan air ke wilayah Pertanian pada saat terjadi kekeringan. Oktober 2015 Keseriusan para pimpinan dan anggota TPID Provinsi Bali dalam mengendalikan inflasi telah membawa hasil terus berlanjutnya tren penurunan laju inflasi sehingga pada Bulan Oktober 2015 Bali mengalami deflasi sebesar -0,64% (mtm), lebih dalam dibandingkan deflasi nasional sebesar -0,08% (mtm). Pencapaian ini juga merupakan hasil dari pelaksanaan rangkaian pasar murah yang telah dilaksanakan periode September Oktober 2015 yang tersebar di 25 titik di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. November 2015 Pada November 2015, Bali mengalami inflasi sebesar 0,38% (mtm). Berdasarkan penyebabnya, inflasi didorong oleh peningkatan harga pada seluruh kelompok pengeluaran dengan tingkat inflasi tertinggi pada kelompok bahan makanan. Guna menyamakan persepsi dan pemahaman antar stakeholder dalam menjaga keterjangkauan barang dan jasa di daerah telah diselenggarakan Rapat Koordinasi Pusat Daerah TPID di Surabaya. Salah satu kesepakatan dalam menghadapi tantangan pengendalian inflasi daerah adalah agar Pemerintah Daerah semakin cermat dalam mengindentifikasi komoditas-komoditas yang strategis yang menjadi penyumbang inflasi. Desember 2015 Mengakhiri Tahun 2015, pada Desember 2015 inflasi Bali tercatat sebesar 1,05% (mtm) sementara inflasi Nasional mengalami inflasi sebesar 0,96% (mtm). Meningkatnya inflasi Bali pada Desember 2015 didorong oleh peningkatan harga pada seluruh kelompok pengeluaran dengan tingkat inflasi tertinggi pada kelompok bahan makanan. Dengan capaian tersebut, inflasi kumulatif Bali selama 1 tahun (Januari Desember 2015) mencapai 2,75% (yoy) berada jauh dibawah target inflasi RPJMD Provinsi Bali Tahun 2015 yang sebesar 4,40 4,74% (yoy) serta berada di bawah angka inflasi Nasional sebesar 3,35% (yoy). Angka tersebut juga merupakan angka inflasi terendah dalam 29 tahun terakhir. Pencapaian ini merupakan hasil kerja keras dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali yang terus berupaya melakukan pengendalian harga di seluruh daerah di Provinsi Bali. Selama periode November dan Desember 2015 kembali dilaksanakan rangkaian Operasi Pasar dan Pasar Murah yang tersebar di 27 titik di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Pada periode Desember 2015 juga telah dilaksanakan rapat rutin Tim Kebijakan dan Tim Teknis TPID dalam rangka 55

penyusunan upaya pengendalian inflasi periode akhir tahun 2015. (PENUTUP) Berbagai langkah yang dilakukan oleh TPID di Provinsi Bali tidak akan membawa hasil yang optimal tanpa dukungan dan peran serta masyarakat. Tantangan yang dihadapi dalam pengendalian inflasi di tahun 2016 masih tinggi seiring dengan pulihnya perekonomian domestik maupun dunia. TPID Provinsi Bali optimis melalui program pengendalian inflasi yang intensif bersama TPID Kabupaten/Kota dan seluruh lapisan masyarakat, inflasi Bali 2016 akan berada pada kisaran 4 ± 1% sehingga dapat mendukung pencapaian target inflasi nasional pada 2016. 56

BAB III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Pada triwulan IV 2015, kinerja bank umum di Provinsi Bali masih terjaga. Asset bank umum masih mencatat pertumbuhan positif meski terjadi perlambatan. Aktivitas transaksi sistem pembayaran Provinsi Bali triwulan IV 2015 mengalami peningkatan, baik transaksi tunai maupun nontunai. Hal ini sebagaimana tercermin dari peningkatan outflow pada triwulan laporan. Seiring dengan peningkatan transaksi pembayaran tunai, transaksi pembayaran nontunai (dengan mekanisme kliring) juga mengalami peningkatan baik secara nominal maupun jumlah transaksi. 57

58 Perbankan dan Sistem Pembayaran

3.1. PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM Tabel 3.1 Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali (dalam miliar Rp) Stabilitas sistem keuangan Provinsi Bali pada triwulan IV 2015 masih terjaga yang tercermin dari peningkatan fungsi intermediasi perbankan (kenaikan LDR). Aset bank umum pada triwulan IV 2015 mencapai Rp. 92,84 triliun atau tumbuh sebesar 8,23% (yoy), sedikit melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya (10,09%, yoy). Kondisi ini didorong oleh perlambatan pertumbuhan kelompok bank asing campuran dan bank umum swasta. Di sisi lain, asset kelompok bank pemerintah mengalami peningkatan sebesar 12,91% (yoy). Berdasarkan share-nya, share asset kelompok bank umum pemerintah mengalami penurunan dari 60,21% pada triwulan III 2015 menjadi 59,94% pada triwulan IV 2015. Seiring dengan pencairan anggaran untuk realisasi proyek pemerintah, share asset kelompok bank umum swasta nasional dan kelompok bank asing campuran mengalami peningkatan masing-masing menjadi 37,11% dan 2,96%. Grafik 3. 1 Pertumbuhan Tahunan Asset, DPK dan Kredit Grafik 3. 2 Komposisi dan Pertumbuhan Asset Menurut Kelompok Bank Perbankan dan Sistem Pembayaran 59

3.1.1. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi Fungsi intermediasi bank umum pada triwulan IV 2015 menunjukkan kinerja yang membaik tercermin dari peningkatan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 79,66% pada triwulan sebelumnya menjadi 83,24%. Peningkatan tersebut antara lain didorong oleh paket kebijakan pemerintah yang memberikan subsidi bunga kepada UMKM khususnya yang melakukan ekspor. 3.1.1.1 Penghimpunan Dana Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan IV 2015 mencapai Rp75,5 triliun tumbuh 7,09% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,52% (yoy). Perlambatan pertumbuhan DPK dipicu oleh melambatnya pertumbuhan deposito seiring dengan peningkatan kebutuhan dana oleh masyarakat untuk berjaga - jaga. Grafik 3. 3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Grafik 3. 5 Pertumbuhan DPK Menurut Kelompok Bank Grafik 3. 4 Perkembangan LDR menurut Kelompok Bank Grafik 3. 6 Pertumbuhan DPK Berdasarkan kelompok bank, LDR terbesar terdapat pada kelompok bank pemerintah yaitu sebesar 89,82%. Sedangkan LDR kelompok bank umum swasta nasional dan bank asing campuran masingmasing tercatat sebesar 75,53% (sebelumnya 83,24%) dan 42,22% (sebelumnya 38,75%). Pertumbuhan deposito pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar Rp 26,5 triliun atau sebesar 7,36% (yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 16,63% (yoy). Sementara tabungan dan giro masing-masing tumbuh sebesar 6,14% (yoy) dan 9,19% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 3,66% (yoy) dan 6,32%(yoy). 60 Perbankan dan Sistem Pembayaran

3.1.1.2. Penyaluran Kredit Penyaluran kredit bank umum pada triwulan IV 2015 melambat seiring dengan semakin selektifnya perbankan dalam penyaluran kredit akibat masih belum membaiknya permintaan global dan dunia usaha yang masih menghadapi ketidakpastian. Pertumbuhan ini lebih rendah dibanding triwulan III 2015 yang tumbuh sebesar 12,66% (yoy) seiring dengan perlambatan pertumbuhan kinerja investasi swasta yang masih tumbuh terbatas di Provinsi Bali. Di sisi lain, pertumbuhan kredit konsumsi dengan share Grafik 3. 7 Pertumbuhan Kredit Perbankan Grafik 3. 9 Perkembangan Suku Bunga Berdasarkan jenis penggunaan, share kredit modal kerja masih yang terbesar mencapai 38,98% dari total kredit. Pada triwulan IV 2015, kredit modal kerja tercatat sebesar Rp24,5 triliun atau tumbuh sebesar 7,72% (yoy) sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 7,89% (yoy). Sementara itu, share kredit investasi pada triwulan IV 2015 mencapai 23,21% dari total kredit yaitu sebesar Rp14,5 triliun atau tumbuh sebesar 8,83%(yoy). 37,81% sedikit meningkat dari 12,53% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 12,86% (yoy) pada triwulan IV 2015 dengan nominal sebesar Rp. 23,76 triliun. Peningkatan pertumbuhan kredit konsumsi didorong oleh mulai pulihnya daya beli masyarakat di Provinsi Bali. Berdasarkan kategori ekonomi, dalam beberapa tahun terakhir kredit yang disalurkan terkonsentrasi pada pelaku usaha kategori perdagangan besar dan eceran, serta penyediaan akomodasi dan makan minum. Share kredit kategori perdagangan besar dan eceran mencapai 31,46%. Sedangkan share kredit kategori penyediaan akomodasi dan makan minum tercatat sebesar 10,27%. Grafik 3. 8 Komposisi Kredit Perbankan dan Sistem Pembayaran 61

Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Menurut Kategori (dalam miliar Rp) Perdagangan Besar dan Eceran 14,736 15,865 16,574 17,460 17,966 18,747 19,008 19,776 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,614 5,825 5,969 6,252 6,515 6,439 6,295 6,455 Real Estate, Usaha Persewaan, Jasa Perusahaan 1,689 1,616 1,678 1,779 1,775 1,789 1,851 1,771 Industri Pengolahan 1,619 1,669 1,886 1,935 1,838 1,813 1,807 1,914 Perantara Keuangan 2,227 2,130 2,140 2,185 2,168 2,262 2,367 2,321 Jasa Kemasyarakatan 1,330 1,475 1,692 1,452 1,310 1,345 1,310 1,344 Konstruksi 1,825 2,090 2,206 2,230 2,167 2,282 2,333 2,120 Pertanian 948 1,011 1,075 1,146 1,219 1,286 1,346 1,388 Lainnya 20,342 21,145 21,868 22,768 23,008 23,813 24,655 25,767 3.1.2. Non Performing Loan (NPL) Rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan Provinsi Bali masih terjaga di bawah 5%. NPL pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar 2,06%, sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 1,89%. NPL Total Kredit NPL Kredit Modal Kerja NPL Kredit Investasi NPL Kredit Konsumsi 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 I II III IV I II III IV 2014 2015 Grafik 3. 10 Perkembangan NPL Kredit Grafik 3. 11 NPL Berdasarkan Kelompok Bank 3.2. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Sejalan dengan perkembangan bank umum, kinerja BPR pada triwulan IV 2015 masih terjaga. Asset BPR pada triwulan IV 2015 tumbuh 12,33%(yoy), lebih rendah dibanding triwulan III 2015 yang sebesar 20,82% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit. Di sisi lain, NPL BPR mengalami perbaikan dari 3,03% pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 2,69% pada triwulan IV 2015. Kondisi tersebut didukung oleh masih terjaganya fungsi intermediasi BPR dengan LDR sebesar 76,33% sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 80,54%. Dari sisi pertumbuhan, penyaluran kredit BPR pada triwulan IV 2015 mengalami sedikit perlambatan dari 16,81%(yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 16,28%(yoy) dengan nominal Rp8,2 triliun. Secara klasifikasi jenis penggunaan, kredit yang disalurkan oleh BPR didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja dengan porsi sebesar 51% dan kredit investasi sebesar 13% dari total kredit, sedangkan kredit konsumsi mencapai 36%. Di sisi lain, penghimpunan dana masyarakat oleh BPR pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar Rp 7 triliun atau tumbuh sebesar 18,66% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 17,76% (yoy). Peningkatan pertumbuhan DPK didorong oleh peningkatan pertumbuhan deposito yang mencapai 62 Perbankan dan Sistem Pembayaran

Tabel 3.3 Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali (dalam miliar Rp) 33,92% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 32,11% (yoy). Di sisi lain, pertumbuhan tabungan mengalami perlambatan pada triwulan IV 2015 sebesar -8,35% (yoy), dari Grafik 3. 12 Pertumbuhan Asset, Kredit dan DPK kontraksi -7,64% (yoy) pada triwulan sebelumnya seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat di akhir tahun. 3.3. PERKEMBANGAN PERBANKAN KABUPATEN/KOTA Secara spasial, perkembangan industri perbankan dan kondisi financial inclusion di Provinsi Bali masih belum merata dan terkonsentrasi di Bali Selatan. Hal ini tidak terlepas dari masih terjadinya disparitas ekonomi antar Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Demikian juga dengan sebaran ketersediaan layanan perbankan di Provinsi Bali yang masih didominasi oleh Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Kondisi ini terlihat dari jumlah kantor bank di Kota Denpasar yang mencapai 297 kantor dibanding Kabupaten Bangli yang hanya 27 kantor bank. Sementara ketersediaan layanan ATM di Kota Denpasar mencapai 1.293 dibanding Kabupaten Bangli yang hanya 28 ATM. Kondisi tersebut merupakan kondisi umum ketika bank follows the trade di mana pusat perkembangan perekonomian Provinsi Bali terkonsentrasi di Bali Selatan. Grafik 3. 13 Loan to Deposit Ratio (LDR) Perbankan dan Sistem Pembayaran 63

KOTA DENPASAR KAB. KARANGASEM KAB. BANGLI KAB. KLUNGKUNG KAB. GIANYAR KAB. BADUNG KAB. TABANAN KAB. JEMBRANA KAB. BULELENG 0.17 0.16 0.27 0.35 0.30 0.19 0.18 0.46 0.60 KOTA DENPASAR KAB. KARANGASEM KAB. BANGLI KAB. KLUNGKUNG KAB. GIANYAR KAB. BADUNG KAB. TABANAN KAB. JEMBRANA KAB. BULELENG 72 28 40 58 117 140 270 1018 1293 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 0 500 1000 1500 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan Grafik 3. 14 Jumlah Kantor Bank per 1.000 Penduduk Dewasa Sumber : Otoritas Jasa Keuangan Grafik 3. 17 Penyebaran ATM di Provinsi Bali Badung dan Denpasar masih menjadi Kabupaten/ KOTA DENPASAR KAB. KARANGASEM KAB. BANGLI KAB. KLUNGKUNG KAB. GIANYAR KAB. BADUNG KAB. TABANAN KAB. JEMBRANA KAB. BULELENG 50 27 36 38 84 103 132 267 297 Kota yang mendominasi penyaluran kredit maupun penghimpunan DPK. Tabel 3.4 Perkembangan Rekening DPK dan Kredit per Kabupaten di Bali Desember 2015 0 100 200 300 400 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan Grafik 3. 15 Penyebaran Kantor Bank di Provinsi Bali KOTA DENPASAR 2.01 KAB. KARANGASEM 0.24 KAB. BANGLI 0.17 KAB. KLUNGKUNG 0.30 KAB. GIANYAR 0.72 KAB. BADUNG 2.28 KAB. TABANAN 0.34 KAB. JEMBRANA 0.29 KAB. BULELENG 0.30 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan Grafik 3. 16 Jumlah ATM per 1.000 Penduduk Dewasa Kondisi serupa juga terlihat dari penghimpunan DPK dan penyaluran kredit per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Pada Desember 2015, Kabupaten 3.4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 3.4.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 3.4.1.1. Perkembangan Aliran Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) serta Kegiatan Penukaran Sejalan dengan perkembangan perekonomian, aliran uang kartal pada triwulan IV 2015 menunjukkan berlanjutnya tren net outflow yang mencerminkan 64 Perbankan dan Sistem Pembayaran

Tabel 3.5 Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali Grafik 3. 18 Perkembangan Uang Kartal di Bali Grafik 3. 19 Perkembangan Kegiatan Kas Keliling terdapat peningkatan kebutuhan uang untuk mendukung aktivitas transaksi perekonomian daerah. Kondisi net outflow tersebut juga didorong oleh peningkatan realisasi fiskal pemerintah (APBD), khususnya pada periode triwulan IV 2015 yang menunjukkan peningkatan belanja langsung. Secara tahunan, terjadi peningkatan Inflow dan outflow pada triwulan IV 2015. Inflow pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar Rp 2.507 miliar, meningkat sebesar 4,81% jika dibandingkan dengan triwulan IV 2014 yang tercatat sebesar Rp 2.392 miliar. Sementara peningkatan outflow pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar 10,69%, yaitu dari Rp 3.630 miliar di triwulan IV 2014 menjadi Rp 4.018 di triwulan IV 2015. Posisi aliran uang kartal pada triwulan laporan tercatat net outflow sebesar Rp 1.512 miliar. 3.4.1.2. Penyediaan Uang Layak Edar Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali terus berkomitmen dalam meningkatkan kualitas uang layak edar di masyarakat (clean money policy), dengan menarik uang lusuh atau rusak dari aliran uang yang masuk (inflow). Penyediaan uang layak edar tersebut dilakukan melalui kegiatan penukaran uang dan kas keliling. Di Provinsi Bali, kegiatan kas keliling dilakukan hingga ke Nusa Penida (Kabupaten Klungkung) yang merupakan salah satu daerah terpencil. Frekuensi layanan kas keliling pada triwulan IV 2015 mencapai 25 kali. Jumlah uang palsu yang teridentifikasi pada triwulan IV 2015 sebanyak 1.372 lembar, mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 1.591 lembar. Sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali terus dilakukan kepada Perbankan dan Sistem Pembayaran 65

Tabel 3.6 Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong masyarakat umum dan pelaku usaha di Bali untuk meminimalisir peredaran uang palsu. Di samping itu, Bank Indonesia senantiasa mengintensifkan kerjasama dengan pihak kepolisian dalam menekan peredaran uang palsu. 3.4.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Nontunai 3.4.2.1. Perkembangan Kliring Seiring dengan peningkatan aktivitas perekonomian, aktivitas transaksi nontunai menunjukkan peningkatan baik secara nominal maupun jumlah transaksi. Pada triwulan IV 2015 jumlah nominal perputaran kliring mencapai Rp. 18 triliun, meningkat sebesar 25,86% jika dibandingkan dengan triwulan IV 2014. Sejalan dengan hal tersebut, jumlah transaksi kliring pada triwulan IV 2015 juga menunjukkan peningkatan sebesar 6,97% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pada triwulan IV 2015, jumlah tolakan cek/bilyet giro kosong tercatat sebesar 7,6 ribu lembar. Jumlah lembar tolakan tersebut sama dengan triwulan IV 2014 yang juga tercatat sebanyak 7,6 ribu lembar. Lembar tolakan tersebut mencapai 1,23% dari total lembar kliring yang ditransaksikan pada triwulan IV 2015. Sedangkan secara nominal, tolakan cek/ bilyet giro kosong pada triwulan IV 2015 mengalami penurunan 51,56% dibandingkan dengan triwulan IV 2014, yaitu dari Rp 640 miliar di triwulan IV 2014 menjadi Rp 310 miliar di triwulan IV 2015. Nominal tolakan pada periode triwulan laporan mencapai 1,7% dari keseluruhan nominal transaksi kliring triwulan IV 2015. 66 Perbankan dan Sistem Pembayaran

Grafik 3. 20 Perkembangan Kliring Grafik 3. 21 Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong Perbankan dan Sistem Pembayaran 67

SERI KEBANKSENTRALAN DENGAN CARD TO CASH DAN BOOK TO CASH SEMUANYA JADI MUDAH I. LATAR BELAKANG Sebagaimana diamanatkan di dalam Undang- Undang No. 23 Tahun 1999, tentang Bank Indonesia yang telah diubah beberapa kali, dan perubahan terakhir dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 2009, bahwa salah satu tugas pokok Bank Indonesia adalah memperlancar sistem pembayaran (khususnya pembayaran tunai). Sementara itu di dalam Undang- Undang No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang, memberikan mandat kepada Bank Indonesia sebagai satu-satunya lembaga yang diberikan otoritas untuk melakukan pengeluaran, pengedaran, dan atau pencabutan dan penarikan Uang Rupiah. Pelaksanaan kewenangan pengedaran uang tersebut diimplementasikan dalam misi Bank Indonesia di bidang pengedaran uang rupiah yaitu memenuhi kebutuhan uang rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi yang layak edar. Pencapaian misi tersebut dilakukan melalui tiga pilar pengelolaan uang rupiah, yakni ketersediaan uang rupiah yang berkualitas dan terpercaya, distribusi dan pengolahan uang yang aman dan optimal, serta layanan kas yang prima. Untuk mewujudkan misi Bank Indonesia tersebut yang diaplikasikan melalui tiga pilar maka diperlukan penguatan di berbagai bidang pengelolaan uang rupiah. Penguatan tersebut juga sebagai upaya dalam menghadapi tantangan yang kompleks dalam pengelolaan uang dan untuk lebih meningkatkan peran Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia dalam hal perluasan jangkauan layanan kas Bank Indonesia dan perbankan. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali (KPw BI Provinsi Bali) dalam memenuhi kebutuhan uang layak edar untuk masyarakat dan dalam rangka menjalankan kebijakan clean money policy telah melakukan upaya yaitu: layanan penarikan kepada perbankan, penerimaan setoran uang layak edar dan tidak layak edar, pengolahan uang, dan penukaran uang kepada masyarakat melalui kegiatan kas keliling di 9 (sembilan) Kabupaten dan Kota di Provinsi Bali. Selain itu, KPw BI Provinsi Bali bersama-sama dengan pihak perbankan melaksanakan kegiatan Kas Keliling bersama pada event-event tertentu. Namun demikian walaupun upaya yang telah dilakukan oleh KPw Provinsi Bali sebagaimana tersebut di atas, namun jumlah distribution point untuk pelayanan Uang Pecahan Kecil (UPK) dirasakan masih belum optimal. Distribution point yang ada hanya terbatas pada Loket-Loket penukaran yang berada KPw BI Provinsi Bali dan Loket Mobil Kas keliling. Hal ini tercermin pada masih banyaknya masyarakat yang datang ke loket penukaran di KPw BI Provinsi Bali untuk melakukan penukaran. Sementara itu, hasil survei singkat yang telah dilakukan oleh KPw BI Provinsi Bali pada bulan Februari 2015 di loket penukaran, diketahui bahwa sebanyak 81% responden dari 391 orang penukar telah memiliki rekening (simpanan) di perbankan namun tetap melakukan penukaran UPK ke KPw BI Provinsi Bali. Hal ini mengindikasikan bahwa peran perbankan dalam pendistribusian UPK kepada masyarakat belum optimal. Padahal, perbankan memiliki produk-produk yang dapat dipergunakan sebagai underlying para nasabah penyimpan menukar UPK dari simpanan para nasabahnya. Di samping itu perbankan memiliki 68

jumlah jaringan kantor yang tersebar luas, sehingga dapat menjadi perpanjang tanganan Bank Indonesia didalam mendistribusikan ULE termasuk UPK ke seluruh masyarakat. Memperhatikan potensi perbankan untuk dioptimalkan didalam pemenuhan uang layak edar khususnya UPK, maka perluasan coverage layanan sangatlah diperlukan. Hal ini dilakukan untuk menambah distribution point yang ada sehingga kebutuhan masyarakat terhadap UPK dapat terpenuhi dengan mudah, dan lebih mendekatkan kepada perbankan masing-masing. Untuk mengejawantahkan peran perbankan sebagai perpanjang tanganan Bank Indonesia di dalam distribusi uang khususnya UPK untuk ditukarkan kepada masyarakat, maka KPw BI Provinsi Bali telah meluncurkan layanan Card to Cash / Book to Cash, yaitu layanan pemenuhan UPK yang diselenggarakan oleh perbankan kepada para nasabahnya dengan cara melakukan penarikan pada rekeningnya melalui kartu debit (Card to Cash) atau melalui pendebitan simpanan dengan menggunakan buku tabungan (Book to Cash). II. ALTERNATIF DAN IMPLEMENTASI SOLUSI YANG DIPILIH 2.1. Tahapan pembentukan layanan Card to Cash / Book to Cash Pada tahap awal proses implementasi layanan Card to Cash dan Book to Cash, KPw BI Provinsi Bali telah melakukan beberapa rencana dan kegiatan, yaitu melakukan pertemuan dengan pihak perbankan yang bertujuan untuk menyamakan persepsi, berdiskusi dan mengajak pihak perbankan ikut serta dan berperan aktif dalam layanan Card to Cash / Book to Cash. Beberapa tahapan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : WAKTU KEGIATAN KETERANGAN 9 Maret 2015 12 Maret 2015 7 April 2015 22 Mei 2015 8 Juni 2015 Pertemuan dengan 5 Bank besar Penukaran / Kas Keliling Bersama Sosialisasi Card to Cash / Book to Cash kepada Pimpinan Bank Pertemuan Lanjutan calon bank pelaksana Card to Cash / Book to Cash Pembahasan SOP dan mekanisme Mandiri, BRI, BNI, BCA, dan BPD Bali Di Lapangan Renon bersama perbankan (Mandiri, BRI, BNI, BCA, dan BPD Bali) Perbankan di wilayah KPw BI Prov. Bali 13 bank 13 bank 25 Juni 2015 Soft Launching 13 bank 28 Juni 2015 Grand Launching Di Lapangan Renon, Denpasar pada saat kegiatan Car Free Day 2 Juli 2015 30 Oktober 2015 Layanan Card to Cash Book to Cash 13 bank (51 loket) 31 Oktober 2015 Evaluasi kegiatan 13 bank 2 November 2015 Layanan Card to Cash Book to Cash 13 bank (65 loket) 69

2.2. Manfaat Manfaat yang dirasakan oleh KPw BI Provinsi Bali, Perbankan dan Masyarakat dengan diimplementasikannya penukaran UPK melalui media Card to Cash / Book to Cash adalah : 2.2.1. Bagi KPw BI Provinsi Bali : a. Menambah coverage area layanan pemenuhan uang layak edar khususnya UPK dan distribution point kepada masyarakat. b. Lebih fokus pada kegiatan kas keliling di daerah terpencil dan jauh dari akses perbankan. c. Mendukung program less cash society, dengan mengedukasi masyarakat mulai menggunakan kartu non tunai. d. Mendukung program financial inclusion, dimana masyarakat akan lebih dekat dengan bank dan diharapkan dapat membuka akses bagi masyarakat yang selama ini belum tersentuh oleh perbankan. e. Terciptanya efisiensi SDM kasir KPw BI Provinsi Bali yang selama ini dibutuhkan 2 (dua) s.d. 3 (tiga) orang yang melayani penukaran uang setiap harinya. 2.2.2. Bagi Perbankan : a. Menambah potensi nasabah baru (pembukaan rekening); b. Memberikan layanan yang prima kepada nasabah c. Mengedukasi produk bank kepada nasabah d. Mengurangi risiko selisih kas dan uang palsu karena tidak diperlukan penghitungan uang yang dibawa oleh nasabah (non tunai). e. Transaksi lebih aman, nyaman, dan cepat. 2.2.3. Bagi Masyarakat a. Mudah dalam memenuhi kebutuhan UPK, dikarenakan banyaknya counter bank yang melayani card to cash / book to cash. b. Lebih mendekatkan masyarakat kepada perbankan. 2.3. Pedoman Pelaksanaan Dalam pelaksanaan kegiatan layanan Card to Cash / Book to Cash diperlukan pedoman pelaksanaan yang menjadi dasar bagi perbankan. Pedoman pelaksanaan ini dibuat bersama antara KPw Provinsi Bali dengan pihak Perbankan. Beberapa hal yang telah diatur dan disepakati bersama adalah sebagai berikut : a. Mekanisme : Bank pelaksana menerima penarikan dari nasabah menggunakan kartu debit yang diterbitkan oleh masing-masing Bank melalui mesin pembayaran elektronis. Apabila nasabah tidak memiliki kartu debit, maka penarikan dapat juga dilakukan melalui buku tabungan. Bank pelaksana tidak menarik biaya kepada nasabah. Modal kerja yang digunakan Bank berasal dari Bank Indonesia dan/atau hasil dari Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB). b. Waktu Layanan : Hari : Selasa dan Kamis. Pukul : 09.00 s.d. 12.00 Wita c. Loket dan Plafond penarikan : Setiap Bank pelaksana membuka minimal 1 (satu) loket dengan batasan 100 (seratus) nomor antrian. Masing-masing nasabah mendapatkan plafond sebesar Rp4.400.000,- (empat juta empat ratus rupiah) belum termasuk uang logam dengan rincian sebagai berikut :»» Pecahan Rp20.000,- sebesar Rp2.000.000,- (dua juta rupiah)»» Pecahan Rp10.000,- sebesar Rp1.000.000,- (satu juta rupiah)»» Pecahan Rp5.000,- sebesar Rp1.000.000,- (satu juta rupiah) 70

»» Pecahan Rp2.000,- sebesar Rp400.000,- (empat ratus ribu rupiah) d. Mekanisme Penarikan dari perbankan : Perbankan melakukan penarikan ke Bank Indonesia setiap hari Senin sebanyak 1 (satu) kali dalam seminggu untuk kebutuhan modal kerja pada hari Selasa dan Kamis. Perencanaan permintaan penarikan dilakukan H-1 ke Bank Indonesia. Penarikan ke Bank Indonesia hanya dilakukan apabila stok uang di perbankan adalah net short. Mekanisme penarikan ke Bank Indonesia tetap mengacu kepada ketentuan Surat Edaran No. 13/9/DPU tanggal 5 April 2011 perihal Penyetoran dan Penarikan Uang Rupiah oleh Bank Umum di Bank Indonesia dan Surat Edaran No. 16/6/DPU tanggal 17 April 2014 perihal Penyelenggaraan Bank Indonesia Sistem Informasi Layanan Kas. Bank pelaksana melaporkan ke Bank Indonesia terkait layanan pemenuhan UPK kepada masyarakat setiap hari Jumat. 2.4. Prosedur Layanan Card to Cash / Book to Cash Pada prinsipnya, prosedur layanan Card to Cash / Book to Cash menyerupai dengan prosedur layanan pada teller perbankan. Perbedaan yang mendasar adalah, nasabah tidak perlu membawa uang tunai untuk melakukan penukaran pada loket teller, namun didasarkan dari sarana yang digunakan oleh para nasabah (kartu debit atau buku tabungan). Berikut alur layanan Card to Cash dan Book to Cash: Alur Card to Cash Nasabah datang ke counter Permintaan pecahan yang diinginkan Menggesek kartu debitnya pada EDC EDC mengeluarkan receipt UPK diberikan kepada nasabah Pecahan Nominal Rp20.000 Rp10.000 Rp5.000 Rp2.000 Rp1.000 Alur Book to Cash Nasabah datang ke counter Permintaan pecahan yang diinginkan Menyerahkan buku tabungan Printout Buku Tabungan UPK diberikan kepada nasabah Pecahan Nominal Rp20.000 Rp10.000 Rp5.000 Rp2.000 Rp1.000 71

2.5. Perbankan Yang Berpartisipasi Terdapat 13 (tiga belas) bank yang telah berpartisipasi dalam kegiatan ini. Pada awal launching (tanggal 28 Juni 2015) terdapat 51 counter bank yang melayani Card to Cash / Book to Cash. Sampai dengan Oktober 2015 telah berkembang menjadi 64 counter yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali. Adapun jumlah counter yang melaksanakan layanan Card to Cash / Book to Cash yang tersebar di kabupaten/kota di Provinsi Bali adalah sebagaimana tabel berikut : No. Nama Kota / Kabupaten Jumlah Counter 1. Denpasar 28 2. Badung 12 3. Buleleng 7 4. Gianyar 6 5. Tabanan 3 6. Klungkung 2 7. Karangasem 2 8. Bangli 2 9. Jembrana 2 Jumlah 64 Adapun jumlah counter menurut perbankan adalah sebagaimana tabel berikut ini : No. Nama Bank Jumlah Counter 1. PT Bank Mandiri, Tbk. 12 2. PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk 13 3. PT Bank Negara Indonesia, Tbk. 3 4. PT Bank BPD Bali 13 5. PT Bank Central Asia, Tbk, 9 6. PT Bank Permata, Tbk 1 7. CIMB Niaga 2 8. PT Bank Syariah Mandiri, Tbk, 5 9. PT Bank Syariah Muamalat, Tbk 1 10. PT Bank OCBC NISP 1 11. PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. 1 12. PT Bank Jabar Banten, Tbk dan 2 13. PT Maybank Indonesia 1 Jumlah 64 2.6. Realisasi Pemenuhan UPK Sampai dengan bulan Desember 2015, telah didistribusikan UPK sebesar Rp125,4 Milyar melalui layanan Card to Cash maupun Book to Cash. Apabila dilihat dari jumlah nominal, sebanyak 67% didistribusikan kepada nasabah corporate dan 33% kepada nasabah umum. Apabila dilihat dari jumlah lembar/kepingnya, pecahan yang paling banyak diminati adalah pecahan Rp2.000,00 (31%) disusul pecahan Rp5.000,00 (24%), Rp10.000,00 (16%) dan Rp20.000,00 (7%) dan sisanya adalah uang logam Rp50,00 s.d. Rp1.000,00 (22%). 72

III. PENUTUP KPw BI Provinsi Bali melalui Perbankan di Provinsi Bali telah mengimplementasikan layanan Card to Cash maupun Book to Cash. Banyak manfaat yang diperoleh baik untuk Bank Indonesia, perbankan dan utamanya untuk masyarakat. Dengan demikian Layanan Card to Cash dan Book to Cash dapat direkomendasikan untuk diimplementasikan di seluruh Kantor Perwakilan Bank Indonesia dalam Negeri. Bahkan sejak pertemuan evaluasi yang dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2015, Bank pelaksana sepakat untuk terus menambah jumlah counter yang ada hingga menyebar lebih merata di seluruh Provinsi Bali. Dengan demikian, semakin bertambahnya coverage area layanan yang ada melalui optimalisasi peran perbankan, maka pemenuhan kebutuhan uang rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan berkualitas di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat tercapai. 73

Halaman ini sengaja dikosongkan 74 Keuangan Pemerintah

BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Bali hingga triwulan IV 2015 tercatat mencapai Rp4,97 triliun atau sebesar 101,37% dari total pendapatan yang ditargetkan. Realisasi belanja pemerintah pada tahun 2015 mencapai Rp4,99 triliun atau lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar Rp4,5 triliun. Keuangan Pemerintah 75

76 Keuangan Pemerintah

4.1 ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PROVINSI BALI Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Bali hingga triwulan IV 2015 tercatat mencapai Rp4,97 triliun atau sebesar 101,37% dari total pendapatan yang ditargetkan. Persentase realisasi terhadap target pada tahun 2015 sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat mencapai 107,98%. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh terbatasnya realisasi di pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dana perimbangan. Sementara realisasi komponen lainnya dalam anggaran pendapatan Pemerintah Bali relatif stabil dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi pos Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2015 tercatat sebesar 101,78%, mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar 112,1%. Berdasarkan komponen PAD, penurunan persentase realisasi terhadap target terjadi pada komponen Pendapatan Pajak Daerah, Hasil PMD dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan, serta Lain-lain PAD yang sah. Penurunan terbesar terjadi pada komponen Pendapatan Pajak Daerah dari 108,53% pada tahun 2014 menjadi 96,42% pada tahun 2015. Sementara komponen Retribusi Daerah mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari 121,90% pada tahun 2014 menjadi 131,29% pada tahun 2015. Penurunan realisasi ini sejalan dengan perlambatan kinerja perekonomian Bali pada tahun 2015 yang terutama berdampak pada penurunan pendapatan pajak daerah. Demikian pula realisasi Dana Perimbangan juga mengalami penurunan dari 96,60% pada tahun 2014 menjadi 94,39%, terutama didorong oleh komponen Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak yang hanya 62,07% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 80,15%. Lebih lanjut, pada pos lain-lain Pendapatan yang Sah juga mengalami penurunan dari 110,14% pada tahun 2014 menjadi 109,95% di tahun 2015. Dari sisi kemandirian fiskal, kemampuan Pemerintah Provinsi Bali dalam membiayai anggarannya masih cukup baik, sebagaimana tercermin pada rasio PAD terhadap total anggaran pada tahun 2015 yang sebesar 61,22% sedikit lebih rendah dibanding tahun 2014 yang sebesar 61,38%. 4.2 ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI BALI Anggaran Belanja Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2015 ditargetkan sebesar Rp5,56 triliun yang dialokasikan dalam dua bagian, yaitu belanja tidak langsung yang sifatnya rutin dengan porsi 69,41% dan belanja langsung dengan porsi 30,59%. Alokasi belanja modal lebih besar dibandingkan dengan tahun 2014, tercermin dari rasio belanja modal terhadap total belanja yang sebesar 10,72% atau lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 9,73%. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2015 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2014, baik secara nominal maupun prosentase. Realisasi belanja pemerintah pada tahun 2015 mencapai Rp4,99 triliun atau lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar Rp4,5 triliun. Prosentase belanja daerah Provinsi Bali terhadap pagunya di tahun 2015 tercatat sebesar 89,89% atau sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 88,75%. Berdasarkan klasifikasi belanja, realisasi belanja tidak langsung pada tahun 2015 tercatat Rp3,48 triliun atau 91,07% terhadap pagu. Prosentase realisasi belanja tidak langsung terhadap pagu di tahun 2015 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu yang sebesar 90,3%. Berdasarkan komponen pembentuknya, peningkatan prosentase realisasi terhadap pagu terutama terjadi pada komponen Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kab/ Keuangan Pemerintah 77

Tabel 4.1 Rata-rata Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Periode 2012 2015 Sumber : Pemda Provinsi Bali Kota/Desa yang tercatat sebesar 98,69% atau lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 94,67%. Sementara itu realisasi belanja langsung pada tahun 2015 tercatat sebesar 87,30%, sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 85,28%. Berdasarkan komponen pembentuknya, kenaikan tingkat realisasi belanja langsung terutama didorong oleh peningkatan realisasi belanja modal yang tercatat sebesar 88,42%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 86,46%. Perbandingan antar tahun menunjukkan bahwa realisasi pendapatan tahun 2015 (101,37%), berada di bawah rata-ratanya selama 5 tahun terakhir (107,32%). Hal ini dikarenakan penetapan target anggaran yang terlalu tinggi, yaitu sebesar 15,8% di tengah perlambatan kinerja perekonomian Provinsi Bali. Dengan demikian, realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah tahun 2015 yang berada di bawah rata-ratanya selama 5 tahun terakhir perlu mendapat perhatian pemerintah dalam penentuan target anggaran pendapatan serta menggali potensi sumber pendapatan lainnya untuk mempertahankan kemandirian fiskal di kemudian hari. Di sisi lain, realisasi belanja pada tahun 2015 (89,89%) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata 5 tahun terakhir (87,30%). Berdasarkan komponen pembentuknya, realisasi belanja tidak langsung dan belanja modal tahun 2015 tercatat berada jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata 5 tahun terakhir. Hal ini seiring dengan program peningkatan pembangunan infrastruktur yang diharapkan dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi daerah. 4.3 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN/KOTA DI BALI Secara spasial, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tertinggi masih dimiliki oleh Kabupaten Badung yang merupakan Kabupaten dengan skala ekonomi terbesar di Provinsi Bali. Pada tahun 2015 Pagu Pendapatan Kabupaten Badung tercatat sebesar Rp3,6 triliun dan Pagu Belanja tercatat sebesar Rp4,05 triliun. Di sisi lain, Kabupaten Bangli tercatat memiliki APBD terendah, dengan Pagu Pendapatan tercatat sebesar Rp826 miliar dan Pagu Belanja tercatat sebesar Rp930 miliar. Dari sisi kemampuan daerah dalam membiayai belanjanya, Kabupaten Badung juga memiliki kemandirian fiskal tertinggi dibandingkan dengan 78 Keuangan Pemerintah

Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan Grafik 4. 1 Rasio PAD Terhadap Total Pendapatan di Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Bali (%) Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan Grafik 4. 3 Pagu BelanjaAPBD diseluruh Kab/Kota di Prov. Bali Kabupaten/Kota lainnya di Bali. Hal ini sebagaimana tercermin dari rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Total Pendapatan yang cukup tinggi, yakni sebesar 85,73%. Sementara itu, Kabupaten/Kota lainnya memiliki rasio kemandirian fiskal dibawah 50%, dan masih tergantung pada Dana Perimbangan dalam membiayai belanjanya. Kabupaten Bangli tercatat memiliki rasio kemandirian fiskal terendah, yakni sebesar 8,77%. Pagu anggaran seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali pada tahun 2015 mengalami peningkatan, baik dari sisi pendapatan maupun belanja. Peningkatan pagu pendapatan terbesar terjadi di Kabupaten Klungkung, dari Rp667 miliar menjadi Rp838 miliar atau meningkat sebesar 31,67% (yoy). Sedangkan peningkatan terendah terjadi di Kabupaten Jembrana, meningkat dari Rp766 miliar menjadi Rp836 miliar atau meningkat 9,19% (yoy). Sementara itu peningkatan pagu belanja tertinggi terjadi di Kabupaten Klungkung yakni dari Rp710 miliar menjadi Rp1,016 triliun atau meningkat sebesar 43,22% (yoy). Peningkatan pagu belanja terendah terjadi di Kabupaten Jembrana (9,62% yoy), meningkat Rp798 miliar menjadi Rp875 miliar.sampai dengan triwulan IV 2015 seluruh Kabupaten/Kota di Bali telah merealisasikan anggarannya, dengan rata-rata tingkat realisasi pendapatan 104,39% dan rata-rata tingkat realisasi belanja sebesar 94,22%. Pemerintah Kabupaten Tabanan tercatat memiliki realisasi pendapatan dan belanja tertinggi, yakni masing-masing sebesar 112,68% dan 106,73%. Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan Grafik 4. 2 Pagu Pendapatan APBD diseluruh Kab/Kota di Prov. Bali Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan Grafik 4. 4 Realisasi Pendapatan APBD di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali Keuangan Pemerintah 79

komponen Konsumsi Pemerintah dalam PDRB ADHB Bali pada tahun 2015 tercatat sebesar 19,62%, sedikit meningkat dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 19,42%. Demikian juga kontribusi Belanja Modal terhadap komponen Investasi dalam PDRB ADHB Bali pada tahun 2015 sangat kecil, hanya sebesar 1,02% atau sedikit meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 0,76%. Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan Grafik 4.5 Realisasi Belanja APBD Di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali 4.4 PERANAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PEREKONOMIAN BALI Peranan APBD Provinsi Bali terhadap perekonomian Bali cukup terbatas, baik dari sisi konsumsi maupun investasi. Kontribusi Belanja Tidak Langsung terhadap Sebagai stimulus dalam perekonomian, belanja fiskal pemerintah diharapkan tidak hanya disalurkan dalam bentuk belanja rutin, namun juga diarahkan pada pembangunan dan perbaikan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali. Hal ini dapat diwujudkan melalui ekspansi alokasi belanja modal yang mendorong pembangunan ekonomi Provinsi Bali dalam jangka panjang. 80 Keuangan Pemerintah

Tabel 4.2 APBD Provinsi Bali (dalam jutaan Rupiah) Sumber : Pemerintah Provinsi Bali & Website DJPK Keuangan Pemerintah 81

Halaman ini sengaja dikosongkan 82 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Tingkat penyerapan tenaga kerja di Bali cukup baik, sebagaimana tercermin dari angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Bali yang tercatat sebesar 1,99% pada Agustus 2015. Angka tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan angka TPT Nasional yang tercatat sebesar 6,18% pada periode yang sama. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 83

84 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

5.1 KONDISI KETENAGAKERJAAN DI BALI Pasokan tenaga kerja Provinsi Bali mengalami peningkatan, tercermin dari jumlah penduduk usia kerja Bali pada Agustus 2015 yang mengalami peningkatan dibandingkan Agustus 2014. Pada Agustus 2015 jumlah penduduk usia kerja Bali tercatat sebesar 3,14 juta orang, atau meningkat 1,57% dibandingkan dengan Agustus 2014 yang berjumlah 3,09 juta orang. Peningkatan jumlah penduduk usia produktif tersebut dapat menjadi indikasi peningkatan potensi tenaga kerja di Bali. Seiring dengan peningkatan usia kerja, jumlah tenaga kerja pada Agustus 2015 tercatat meningkat jika dibandingkan dengan Agustus 2014. Jumlah tenaga kerja pada Agustus 2015 tercatat sebesar 2,37 juta orang atau meningkat 2,39% dibandingkan dengan Agustus 2014. Peningkatan jumlah angkatan kerja disebabkan terserapnya penduduk usia produktif dalam kelompok angkatan kerja. Hal ini tercermin dari penurunan jumlah penduduk usia produktif yang masuk dalam kelompok bukan angkatan kerja. Pada Agustus 2015, jumlah penduduk bekerja juga mengalami peningkatan sebesar 2,30% jika dibandingkan dengan Agustus 2014. Namun demikian, penurunan kinerja perekonomian memberi pengaruh pada tingkat pengangguran di Bali pada Agustus 2015 yang mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini terlihat dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Agustus 2015 yang tercatat sebesar 1,99%, lebih tinggi dari TPT Agustus 2014 yang sebesar 1,90%. Meski demikian, TPT Bali masih jauh lebih rendah dari TPT Nasional yang tercatat sebesar 6,18% pada periode yang sama. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami peningkatan. TPAK, yang mencerminkan besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi, mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu. TPAK pada Agustus 2015 tercatat sebesar 75,51%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan Agustus 2014 yang tercatat sebesar 74,91%. Ditengah perlambatan ekonomi, peningkatan TPAK tersebut mengindikasikan optimisme pelaku usaha yang cukup baik akan kinerja perekonomian di masa mendatang. TPAK Bali tersebut juga jauh lebih tinggi dari TPAK nasional yang pada Agustus 2015 tercatat sebesar 65,76%. Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (Ribu Orang) Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 85

1.9 1.99 1.37 Grafik 5.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran di Provinsi Bali Grafik 5.2. Perkiraan Penambahan Tenaga Kerja (Hasil SKDU) Seiring dengan perbaikan optimisme kondisi perekonomian ke depan, kondisi ketenagakerjaan diperkirakan akan mengalami perbaikan. Hal ini terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha KPwBI Provinsi Bali triwulan IV 2015 yang menunjukkan adanya optimisme penambahan tenaga kerja oleh dunia usaha pada triwulan yang akan datang, terutama pada sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, Perdagangan Hotel dan Restauran, Industri Pengolahan, serta Pengangkutan dan Komunikasi. Optimisme terkait kondisi ketenagakerjaan ditunjukkan juga oleh hasil Survei Konsumen di Provinsi Bali triwulan IV- 2015. Berdasarkan hasil SK, terlihat bahwa tingkat keyakinan konsumen akan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang cenderung optimis, yaitu sebesar 103,5 (indeks diatas 100 menunjukkan optimisme konsumen). Struktur lapangan pekerjaan secara umum tidak mengalami perubahan. Sektor perdagangan masih menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Provinsi Bali. Pada Agustus 2015, lapangan usaha perdagangan masih menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Bali, yaitu sebesar 768 ribu orang, atau 33,04% dari total penduduk yang bekerja di Bali. Lapangan usaha pertanian kemudian menempati posisi kedua dengan 520 ribu orang bekerja pada lapangan usaha ini, atau sebesar 22,40% dari total penduduk yang bekerja di Bali. Sementara lapangan usaha jasa kemasyarakatan menempati posisi ketiga dengan menyerap 368 ribu orang atau 15,85% penduduk yang bekerja di Bali. Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (orang) 86 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Orang) Jenis pekerjaan yang dominan pada Agustus 2015 adalah kelompok orang yang bekerja pada kegiatan informal. Penduduk yang bekerja pada kegiatan formal tercatat sebanyak 1,09 juta orang atau sebesar 47,2% dari total penduduk yang bekerja, sedangkan orang yang bekerja pada kegiatan informal tercatat sebanyak 1,23 juta orang atau mencapai 52,80% pada periode yang sama. Kondisi ini relatif sama dengan kondisi pada Agustus 2014. Hal ini berarti bahwa sebagian besar penduduk Bali yang bekerja masih tergantung pada kegiatan informal. Penyerapan tenaga kerja di Bali masih didominasi oleh penduduk yang tergolong pekerja penuh waktu (full time worker), yaitu penduduk yang bekerja pada kelompok 35 jam ke atas per minggu. Jumlah pekerja penuh waktu di Bali pada Agustus 2015 tercatat sebanyak 1,84 juta orang atau sebesar 79,39% dari total penduduk yang bekerja di Bali. Jumlah tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan Agustus 2014 yang tercatat sebanyak 1,76 juta orang atau 77,41% dari total penduduk yang bekerja. Pada periode yang sama, jumlah pekerja berwaktu tidak penuh mengalami penurunan, dari 513 ribu orang pada Agustus 2014 menjadi 479 ribu orang pada Agustus 2015. Kualitas pendidikan penduduk yang bekerja mengalami sedikit perbaikan. Kondisi ini tercermin dari meningkatnya penduduk yang bekerja tingkat SMA/SMK keatas. Namun demikian, dari sisi penyerapan tenaga, sebagian besar masih didominasi oleh penduduk yang berpendidikan rendah (SD ke bawah), dengan porsi sekitar 40% dari keseluruhan jumlah penduduk yang bekerja. Sementara pekerja berpendidikan tinggi mencakup 14,08%, dan sisanya merupakan pekerja berpendidikan menengah yang memilliki porsi sebesar 45,92%. Tabel 5.4. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (Orang) Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 87

Tabel 5.5. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan (Orang) 5.2 NILAI TUKAR PETANI Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV 2015 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan III 2015. Peningkatan NTP mengindikasikan meningkatnya kesejahteraan petani dengan meningkatnya daya beli petani di pedesaan. Tingkat inflasi yang cukup terjaga hingga triwulan IV 2015 merupakan salah satu faktor yang turut menjaga daya beli masyarakat termasuk rumah tangga petani. Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, peningkatan NTP terjadi pada subsektor tanaman pangan, Holtikultura, dan perkebunan rakyat. Peningkatan NTP terbesar terjadi pada subsektor tanaman pangan, yaitu sebesar 2,11% (qtq) pada triwulan IV 2015, atau naik dari 98,40 di triwulan III 2015 menjadi 100,48 di triwulan IV 2015. Selanjutnya, NTP subsektor perkebunan rakyat meningkat sebesar 1,74% (qtq), yaitu dari 98,91 di triwulan III 2015 menjadi 100,63 di triwulan IV 2015. Sementara peningkatan paling rendah terjadi pada NTP subsektor holtikultura, yang pada triwulan IV 2015 meningkat sebesar 1,19% dibandingkan triwulan III 2015. Peningkatan NTP pada ketiga subsektor ini terjadi karena laju kenaikan Indeks Yang Dibayar Petani (IB) lebih tinggi dibandingkan dengan Indeks Yang Diterima Petani (IT). Di sisi lain, NTP subsektor peternakan dan subsektor perikanan tercatat mengalami penurunan masing masing sebesar 1,39% dan 2,98% pada triwulan IV 2015 dibandingkan triwulan III 2015. Grafik 5.3. NTP Bali dan Komponen Penyusunnya 5.3 TINGKAT KEMISKINAN Angka kemiskinan di Provinsi Bali pada September 2015 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Tingkat kemiskinan Bali per September 2015 tercatat sebanyak 218,79 ribu jiwa atau 5,25% dari jumlah penduduk Bali. Angka ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang tercatat sebesar 4,76% dari jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk miskin tersebut didorong oleh peningkatan jumlah penduduk miskin yang berada di pedesaan dan perkotaan. Jumlah penduduk miskin di desa meningkat dari 86,76 ribu jiwa pada September 2014 menjadi 102,99 ribu jiwa pada September 2015. Sementara jumlah penduduk miskin di kota meningkat dari 109,2 ribu jiwa pada September 2014 menjadi 115,9 ribu jiwa pada September 2015. 88 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Meskipun mengalami sedikit peningkatan, namun angka kemiskinan di Bali tersebut jauh di bawah angka kemiskinan nasional yang tercatat sebesar 11,13% pada September 2015. Pembangunan manusia di Provinsi Bali masih berada dalam kondisi yang baik dan mengalami peningkatan. Kondisi tersebut tercermin dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Bali yang secara historis selalu 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Nasional Bali Grafik 5.4. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Bali Grafik 5.5 Perkembangan Gini Ratio di Provinsi Bali Dari sisi pemerataan pendapatan, disparitas pendapatan di Provinsi Bali mengalami perbaikan yang tercermin dari penurunan Gini Ratio pada tahun 2015. Gini Ratio Bali pada tahun 2015 tercatat sebesar 0,38, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan Gini Ratio tahun 2015 yang sebesar 0,42 dan nasional sebesar 0,41. lebih tinggi dibandingkan dengan IPM nasional. Data terakhir menyebutkan IPM Provinsi Bali di tahun 2015 sebesar 72,48, meningkat dibanding IPM Bali tahun 2014 yang tercatat sebesar 72,09 dan IPM nasional tahun 2015 yang sebesar 68,90. IPM Bali juga tercatat sebagai IPM tertinggi ke 5 di Indonesia. 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 78.39 72.48 (5) NASIONAL, 68.90 [1]DKI [2]DIY [3]Kaltim [4]Kepri [5]Bali [6]Riau [7]Sulut [8]Banten [9]Sumbar [10]Sumut [11]Aceh [12]Jabar [13]Jateng [14]Kaltara [15]Sulsel [16]Babel [17]Jambi [18]Jatim [19]Sultra [20]Bengkulu [21]Kalteng [22]Kalsel [23]Sumsel [24]Maluku [25]Sulteng [26]Lampung [27]Malut [28]Gorontalo [29]Kalbar [30]NTB [31]NTT [32]Sulbar [33]Pabar [34]Papua 56.75 Grafik 5.6. Perbandingan IPM Provinsi Bali Dengan Daerah Lain Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 89

BOKS C ASURANSI PERTANIAN MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN PROVINSI BALI I. Kondisi Ketahanan Pangan Provinsi Bali Sebagai provinsi yang perekonomiannya didominasi oleh perkembangan industri pariwisata, Provinsi Bali memiliki tantangan tersendiri dalam menjaga kesinambungan perekonomiannya. Dengan jumlah penduduk sebesar 4,15 juta serta kunjungan wisman sebesar ± 10 juta/tahun, diiringi dengan tingginya tingkat alih fungsi lahan pertanian di Provinsi Bali yang mencapai 350 Ha/tahun membawa implikasi akan kecukupan ketersediaan pangan di Provinsi Bali. Adapun berikut detail permasalahan pencapaian ketahanan pangan Provinsi Bali : 1. Ketergantungan Provinsi Bali terhadap daerah lain dalam pemenuhan kebutuhan 2. Alih fungsi lahan sawah 5 th terakhir (2009 s/d 2013), rata-rata 350 Ha/tahun = 0,41 %. 3. Keterbatasan air irigasi. 4. Resiko gagal panen sebagai dampak alam maupun gangguan hama 5. Penurunan minat tenaga kerja di sektor pertanian 6. Berkurangnya minat petani untuk menanam padi seiring dengan keuntungan yang lebih tinggi jika pemanfaatan untuk komoditas lainnya. II. Implementasi Asuransi Pertanian di Provinsi Bali Dalam upaya mendukung ketahanan pangan, Pemerintah Provinsi Bali telah menerapkan Undang- Undang no. 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, khususnya Pasal 37 dan 39 yang menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah berkewajiban melindungi usaha tani dan memfasilitasi dengan Asuransi Pertanian, yang melindungi dari bencana alam, serangan hama, wabah penyakit/ hewan menular, dampak perubahan iklim. Selain itu terkait dengan hal tersebut terdapat juga landasan hukum UU No. 41/2009, UU No.19/2013, Permentan No. 40/2015 tentang Asuransi Pertanian. Asuransi pertanian merupakan skema asuransi dengan premi total sebesar Rp 180 ribu dan disubsidi oleh Pemerintah sebesar 80% sehingga petani cukup membayar sebesar Rp 36 ribu. Dimana jika terjadi gagal panen berat atau fuso, kekeringan dan terkena banjir, maka petani akan mendapatkan asuransi sebesar Rp6 juta/hektare. Adapun asuransi pertanian yang kemudian disebut dengan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) telah diimplementasikan di Provinsi Bali sejak Oktober NO Tabel Realisasi Asuransi Usaha Tani Padi tahun 2015 KAB/KOTA Sumber : Jasindo SASARAN (HA) REALISASI (HA) (%) 1 Buleleng 2,000 127.94 6.4 2 Jembrana 1,000 1,982.71 198.3 3 Tabanan 2,800 2993.54 106.9 4 Badung 1,300 187.35 14.4 5 Denpasar 200 279 139.5 6 Gianyar 2,000 0.0 7 Bangli 200 0.0 8 Klungkung 500 516 103.2 9 Karangasem 1,000 0.0 Jumlah 11,000 6,086.54 55.3 90

2015 untuk masa tanam Oktober 2015 Maret 2016 dengan pilot project di Kabupaten Badung dan saat ini telah diupayakan untuk dapat diimplementasikan di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Adapun dalam implementasinya, asuransi pertanian masih mendapat kendala rendahnya minat petani untuk bergabung dalam asuransi pertanian tersebut dikarenakan sebagai berikut : 1. Alokasi waktu untuk usaha tani terbatas. Sebagian besar petani di Badung memiliki mata pencaharian lain di sektor sekunder maupun tersier. 2. Secara statistik, gagal panen di Badung selama 9 tahun terakhir hanya 0,22% dari luas tanam atau sekitar 39,4 ha/tahun. 3. Target asuransi adalah sebesar 1.300 Ha, tetapi yang tercapai hanya 187,35 Ha (14,4%), padahal premi yang dibayarkan sebesar Rp 36.000,00/ musim/ha (20%) dan Rp 144.000,00 (80%) sisanya disubsidi oleh pemerintah. 4. Persyaratan klaim jika gagal panen/kerusakan >75% dianggap kurang menguntungkan petani. Selain itu, masih terdapat resiko dalam implementasi asuransi pertanian antara lain : 1. Adverse selection: petani berpikir secara rasional, dan melihat risiko gagal panen yang sangat kecil, sehingga menganggap asuransi pertanian tidak diperlukan. 2. Moral hazard: kemungkinan ada petani yang sengaja gagal dengan menanam tanaman yang tidak cocok/tidak sesuai musim untuk mendapatkan klaim. Provinsi Bali telah berkomitmen untuk program pengembangan sebagai berikut : a. Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (jitut) b. mobilisasi alat pengolahan tanah (traktor) c. Optimasi Lahan (OPLA) d. Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP PTT) e. System Of Rice Intensification (SRI) f. Penyediaan benih dan pupuk (sesuai jumlah dan waktu kebutuhan) g. Subsidi pupuk organik. III. Program Pemerintah Provinsi Bali dalam Mendukung Ketahanan Pangan Selain asuransi pertanian, dalam mendukung pencapaian ketahanan pangan, Pemerintah 91

Halaman ini sengaja dikosongkan 92 Prospek Perekonomian

BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN Perekonomian Bali pada tahun 2016 akan dibuka dengan perkiraan meningkatnya pertumbuhan pada triwulan I 2016 yang diperkirakan akan berada pada rentang 5,95% - 6,35% (yoy), sehingga secara keseluruhan tahun 2016 perekonomian Bali akan tumbuh pada kisaran 6,09% - 6,49% (yoy). Berdasarkan hasil tracking sampai dengan triwulan IV 2015, inflasi Bali triwulan I 2016 diperkirakan akan berada dalam kisaran 3,59% - 3,99% (yoy), dan diharapkan dapat mendukung tercapainya target inflasi nasional yang sebesar 4±1% (yoy). Prospek Perekonomian 93

94 Prospek Perekonomian

6.1. MAKRO EKONOMI REGIONAL Seiring dinamika perkembangan ekonomi global dan nasional serta realisasi angka pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2015, perkiraan pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2016 Provinsi Bali mengalami penyesuaian. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali triwulan I 2016 diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,95% - 6,35% (yoy) (Grafik 6.1), meningkat bila dibandingkan triwulan IV 2015. 34000 33000 32000 31000 30000 29000 28000 27000 9 8 5.95-6.35 7 6 5.96 5 4 3 2 1 0 2014q1 2014q2 2014q3 2014q4 2015q1 2015q2 2015q3 2015q4 2016Q1p PDRB gpdrb (skala kanan) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : 2016Q1p Angka Proyeksi Bank Indonesia Grafik 6. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali Optimisme peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2016 tersebut didorong oleh perkiraan peningkatan kinerja sebagian besar lapangan usaha. Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan diperkirakan bersumber dari perbaikan kinerja lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum seiring dengan hari raya keagamaan terutama perayaan imlek yang mendorong kunjungan wisman asal Tiongkok. Peningkatan lapangan usaha ini juga didorong oleh MICE pada triwulan ini, salah satunya Bali Clean Energy Forum. Sejalan dengan kondisi tersebut, lapangan usaha pendukung industri pariwisata, salah satunya lapangan usaha perdagangan besar dan eceran diperkirakan turut mengalami peningkatan yang juga didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga. Selain itu, optimisme akan peningkatan kinerja perekonomian pada triwulan I 2016 juga didukung oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan seiring dengan masuknya musim panen raya pada Februari - Maret Tabel 6. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Sumber : BPS Provinsi Bali Ip2016, 2016p angka proyeksi Bank Indonesia Prospek Perekonomian 95

Tabel 6. 2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Sumber : BPS Provinsi Bali Ip2016, 2016p angka proyeksi Bank Indonesia dan masuknya musim penghujan. Namun demikian, masih terdapat resiko tertahannya pertumbuhan kinerja pertanian berkenaan dengan anomali cuaca karena adanya La Nina serta melambatnya kinerja industri pariwisata sebagai dampak berkembangnya isu - isu keamanan. Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan triwulan I 2016 diperkirakan didorong oleh komponen konsumsi rumah tangga dan perbaikan kinerja ekspor. Dari sisi konsumsi rumah tangga, perkiraan peningkatan konsumsi terjadi seiring dengan kenaikan UMP, penurunan harga BBM, TTL, dan elpiji, serta perayaan hari raya keagamaan (Galungan dan Imlek). Sementara itu perkiraan peningkatan kinerja ekspor luar negeri terjadi seiring dengan perkiraan peningkatan kunjungan wisman yang mendorong kinerja ekspor jasa salah satunya terdapat 200 pesawat carter asal Tiongkok yang membawa 5000 penumpang. Di sisi lain peningkatan kinerja ekspor komoditas didorong seiring dengan perbaikan kondisi perekonomian Negara tujuan ekspor yang berdampak pada peningkatan permintaan global. Namun demikian, resiko tertahannya pertumbuhan pada triwulan I 2016 terjadi seiring dengan kinerja konsumsi pemerintah dan investasi yang masih rendah di awal tahun sesuai dengan pola musimannya. 11.28 27.54 22.41 3.32 I II III IV I II -7.05 III IV IP -13.52 2014-20.93 2015-21.88 2016 Kegiatan Dunia Usaha Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Bank Indonesia Grafik 6. 2 Perkembangan Dunia Usaha Perkiraan peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2016 sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang menunjukkan perkiraan peningkatan Saldo Bersih Tertimbang kegiatan usaha mencapai 4,34% pada triwulan I 2016. Kondisi ini lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada triwulan IV 2015 yang mengalami kontraksi sebesar 21,88%. Kondisi tersebut seiring dengan hasil liaison yang 4.34 96 Prospek Perekonomian

Tabel 6. 3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali Sumber : World Economic Outlook, International Monetary Fund (IMF) Januari 2016 Keterangan : *) angka estimasi IMF **) angka proyeksi IMF menunjukkan optimisme pelaku usaha untuk melakukan ekspansi target pasar dan diversifikasi produk. Prospek perekonomian dunia pada tahun 2016 diperkirakan mengalami perbaikan terutama negara tujuan ekspor utama Provinsi Bali. Amerika Serikat sebagai negara utama tujuan ekspor Provinsi Bali diperkirakan masih mengalami peningkatan pertumbuhan pada tahun 2016 seiring dengan dukungan keuangan yang masih akomodatif dan masih gencarnya upaya pemerintah dalam menguatkan pasar perumahan dan kondisi tenaga kerja. Jepang yang juga merupakan negara tujuan utama ekspor barang diperkirakan mengalami peningkatan di tahun 2016 seiring dengan penurunan harga minyak, kebijakan fiskal akomodatif dan peningkatan pendapatan. Sejalan dengan kondisi tersebut, Australia sebagai Negara utama asal wisman ke Bali juga diperkirakan mengalami perbaikan di tahun 2016 setelah mengalami perlambatan pada tahun 2015. Namun demikian, masih terdapat resiko pertumbuhan yang terbatas dengan rebalancing perekonomian Tiongkok serta berlanjutnya tren penurunan harga komoditas global. Dengan perkembangan terakhir, perekonomian Provinsi Bali untuk keseluruhan tahun 2016 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan dengan perekonomian Bali tahun 2015 yang tumbuh sebesar 6,04% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2016 diperkirakan berada pada kisaran 6,29 ± 0,5% (yoy). Dari sisi permintaan, perbaikan perkiraan perekonomian global akan berdampak pada perbaikan kinerja ekspor luar negeri seiring dengan ekspansi beberapa industri pengolahan. Selain itu, konsumsi rumah tangga di tahun 2016 mulai mengalami perbaikan seiring dengan kenaikan UMP dan terjaganya harga BBM dan TTL. Disamping itu, cukup banyaknya rencana proyek pembangunan infrastruktur oleh pemerintah seperti pembangunan shortcut Mengwitani Singaraja dan waduk Telaga Waja II serta dukungan program pemerintah dalam membangun perekonomian mendorong peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah dan investasi. Dari sisi penawaran, perkiraan peningkatan perekonomian bersumber dari perkiraan peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian seiring dengan dukungan program pengembangan peningkatan produktivitas pertanian oleh pemerintah. Perkiraan peningkatan pertumbuhan ekonomi di tahun 2016 tersebut diperkirakan juga terjadi seiring Prospek Perekonomian 97

dengan perkiraan peningkatan industri pariwisata dan industri pengolahan. Industri pariwisata diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan upaya pemerintah dalam me rebranding dan mempromosikan Provinsi Bali sebagai destinasi pariwisata, serta rencana penambahan Negara bebas visa mencapai 174 negara. Di samping itu, industri pengolahan turut diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan upaya internal pelaku usaha dalam meningkatkan akses pasar dengan mengembangkan alternatif segmen pasar baru (domestik dan ekspor). Namun demikian, optimisme peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali tersebut masih menghadapi resiko antara lain resiko berkembangnya isu keamanan yang berdampak terhadap industri pariwisata serta risiko penguatan dollar yang mendorong kenaikan biaya produksi. 6.2. INFLASI BALI TRIWULAN I 2016 Berdasarkan hasil tracking sampai dengan triwulan IV 2015, inflasi Bali triwulan I 2016 diperkirakan akan berada dalam kisaran 3,59% - 3,99% (yoy), dan diharapkan dapat mendukung tercapainya target inflasi nasional yang sebesar 4±1% (yoy). Berdasarkan disagregasinya, secara tahunan melandainya inflasi pada triwulan IV 2015 terutama bersumber dari kelompok administered prices dan volatile food. Sementara itu tekanan kelompok core inflation tercatat relatif stabil. Penurunan tekanan inflasi kelompok administered prices bersumber dari hilangnya pengaruh kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terjadi pada November 2014. Selain itu, seiring dengan masih berlanjutnya tren penurunan harga minyak dunia, Pemerintah telah menetapkan kebijakan periodesasi penetapan harga BBM tiga bulan sekali. Pada triwulan I 2016, kelompok volatile food diperkirakan melandai seiring dengan kondisi cuaca yang kembali kondusif dan penurunan tekanan demand pasca perayaan momen libur sekolah, perayaan Hari Besar Keagamaan Maulid Nabi, Natal, dan Tahun Baru. Namun demikian tertahannya laju deflasi diperkirakan masih berlanjut seiring dengan masih terdapatnya puso sebagai dampak musim kemarau seluas 115,41 Ha dengan wilayah puso terluas di Kabupaten Tabanan yang tercatat 75 Ha. Tekanan inflasi kelompok inti juga diperkirakan stabil, seiring dengan mulai membaiknya nilai tukar rupiah, masih berlanjutnya tren penurunan harga Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : *) Angka Proyeksi BI Grafik 6. 3 Proyeksi Inflasi Bali 98 Prospek Perekonomian

komoditas internasional, dan ekspektasi inflasi yang terjaga. Setelah mengalami tekanan cukup kuat pada beberapa periode terakhir, nilai tukar rupiah mulai penguatan sehingga tercatat pada level Rp13.683/ USD pada 22 Desember 2015, atau lebih baik dibandingkan dengan rata-rata November 2015 yang tercatat sebesar Rp13.740,95 seiring menurunnya ketidakpastian di pasar keuangan global. pangan dari luar Bali untuk memenuhi kebutuhan Provinsi Bali, (ii) Masih belum optimalnya utilisasi sarana pelabuhan yang tersedia (arus barang dan penumpang terpusat di pelabuhan Gilimanuk) (iii) struktur pasar yang belum efisien dan pola perdagangan yang belum efektif, dan (iv) Alih fungsi lahan sawah dan keterbatasan irigasi pada saat musim kemarau, serta gangguan hama dan penyakit (OPT). Sumber : Bank Indonesia Grafik 6.4 Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Kawasan (ytd) Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Grafik 6.5 Ekspektasi Konsumen terhadap Perubahan Harga Barang & Jasa Terkendalinya tekanan inflasi inti didukung oleh terjaganya ekspektasi masyarakat dan masih kuatnya sisi penawaran dalam merespon permintaan. Meskipun demikian, perlu diwaspadai adanya peningkatan ekspektasi inflasi seperti ekspektasi konsumen terhadap perubahan harga ke depan yang nampak pada hasil Survei Konsumen (SK). Pada Desember 2015 Survei Konsumen menunjukkan indeks ekspektasi perubahan harga periode 3 bulan ke depan sebesar 182,50, meningkat dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 172. Demikian pula untuk indeks ekspektasi perubahan harga periode 6 bulan ke depan sebesar 188, meningkat dibandingkan periode lalu yang sebesar 178,50. Namun demikian, masih terdapat sejumlah risiko (upward risk) yang perlu diwaspadai, di antaranya: (i) Masih tingginya ketergantungan pasokan bahan 6.3 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI BALI Tim Pengendalian Inflasi (TPID) Provinsi Bali kembali merapatkan barisan untuk melakukan berbagai aksi pengendalian inflasi. Upaya-upaya pengendalian inflasi secara intensif dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia dalam wadah Tim Pengendalian Inflasi Daerah baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota untuk menjaga kestabilan harga di Provinsi Bali selama triwulan IV 2015. Berbagai langkah kegiatan pengendalian inflasi yang telah dilakukan tersebut, yaitu : 1. Melakukan pertemuan rutin melalui forum koordinasi pengendalian inflasi daerah untuk tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota maupun se- Provinsi Bali, baik rapat tim teknis maupun rapat tim kebijakan dalam menyusun langkah langkah responsif menyikapi gejolak harga. Prospek Perekonomian 99