BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN KASUS DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr. MUHAMMAD ILDREM PROVSU

2.7 Asuhan Keperawatan A. Pengkajian

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang optimal. Salah satu teori orem ialah self care deficit, Inti dari teori ini

CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan. Tindakan Keperawatan

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN MASALAH DEFISIT PERAWATAN DIRI

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN. pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

BAB II PENGELOLAAN KASUS

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

d. Sosial Universitas Sumatera Utara

Asuhan Keperawatan pada Pasien Defisit Perawatan Diri

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

KARYA TULIS ILMIAH. NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapai Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk

BAB II PENGELOLAAN KASUS

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB II PENGELOLAAN KASUS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

perkembangan inisiatif terganggu.

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

BUKU PANDUAN LABORATORIUM KEPERAWATAN JIWA I

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI BANGSAL AMARTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Koping individu tidak efektif

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUANG JALAK RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG MALANG

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

GAMBARAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB II PENGELOLAAN KASUS Konsep Dasar Perawatan Diri/Personal Hygiene Defenisi Perawatan Diri/Personal Hygiene

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

nonfarmakologi misalnya, teknik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RSJD ARIF ZAINUDIN SURAKARTA

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Depresi pada Lansia. Masalah Keperawatan Risiko Bunuh Diri

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI BANGSAL SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi. 2. Mengkaji tandatanda

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA TN

KOMPENSATORIS ANAK AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada trimester pertama (Hutahaean, 2013). Hampir 45% wanita

BAB V PENUTUP. teoritis dengan hasil penelitian di lapangan dan juga mengacu pada rumusan

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian. negara atau daerah adalah kematian maternal (Prawirohardjo, 1999).

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE)

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko terhadap kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

STASE KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI DUSUN SADANG TANJUNGHARJO, NANGGULAN KULON PROGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB I PENDAHULUAN. investasi sumber daya manusia, serta memiliki konstribusi yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara kepada Konsumen Restoran X

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu tujuan manusia di dalam hidupnya adalah mendapatkan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. R DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI AKIBAT SKIZOFRENIA DI RSUD KOTA BANJAR KARYA TULIS ILMIAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Defenisi Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

ADL (Activity Daily Living )adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin. sehari hari. ADL merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri.

KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAGI TUNANETRA

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Defisit Perawatan Diri 1.1. Pengertian Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009). 1.2. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah sebagai berikut: a. Mandi/hygiene Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi. b. Berpakaian/berhias Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,

memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu. c. Makan Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman. d. BAB/BAK (toileting) Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

diri adalah: Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan a. Fisik 1) Badan bau, pakaian kotor; 2) Rambut dan kulit kotor; 3) Kuku panjang dan kotor; 4) Gigi kotor disertai mulut bau; 5) penampilan tidak rapi. b. Psikologis 1) Malas, tidak ada inisiatif; 2) Menarik diri, isolasi diri; 3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina. c. Sosial 1) Interaksi kurang; 2) Kegiatan kurang; 3). Tidak mampu berperilaku sesuai norma; 4) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri. 1.3. Etiologi Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah: a. Faktor prediposisi 1. Perkembangan: Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

2. Biologis: Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. 3. Kemampuan realitas turun: Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. 4. Sosial: Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. b. Faktor presipitasi Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. 2. Strategi Pelaksanaan Komunikasi 2.1. Pengertian Strategi Pelaksanaan Komunikasi Strategi pelaksanaan komunikasi merupakan standar asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan pada klien dan keluarga klien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan alat yang dijadikan sebagai panduan oleh seseorang perawat jiwa ketika berinteraksi dengan klien (Fitria, 2009).

2.2. Tujuan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri Tujuan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri menurut Purba (2009) adalah sebagai berikut: a. Pada Klien 1. Klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri. 2. Klien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik. 3. Klien mampu melakukan makan dengan baik. 4. Klien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri. b. Pada Keluarga Keluarga mampu merawat anggota keluarga ysng mengalami masalah kurang perawatan diri. 2.3. Pembagian Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri Pembagian strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri menurut Purba (2009) adalah sebagai berikut: a. Kemampuan Merawat Klien 1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP1) a) Menjelaskan pentingnya kebersihan diri. b) Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri. c) Menbantu klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri. d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

Untuk melatih klien dalam menjaga kebersihan diri dapat melakukan tahapan tindakan yang meliputi: a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri. b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri. c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri. d) Melatih klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri. 2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP2) a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. b) Menjelaskan cara berdandan. c) Membantu klien mempraktekkan cara berdandan. d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Tindakan melatih klien berdandan/berhias: Klien laki-laki harus dibedakan dengan wanita. Untuk klien laki-laki latihan meliputi: Berpakaian, menyisir rambut, bercukur. Untuk klien wanita latihan meliputi: Berpakaian, menyisir rambut, berhias. 3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP3) a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. b) Menjelaskan cara makan yang baik. c) Membantu klien mempraktekkan cara makan yang baik. d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan.

Untuk melatih klien dapat melakukan tahapan sebagai berikut: a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan. b) Menjelaskan cara makan yang tertib. c) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan. d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik. 4. Strategi Pelaksanaan 4 (SP4) a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. b) Menjelaskan cara eliminasi yang baik. c) Membantu klien mempraktekkan cara eliminasi yang baik dan memasukkan dalam jadwal. d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Melatih klien BAB dan BAK secara mandiri sesuai tahapan berikut: a) Menjelaskan tempat BAB/BAK. b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK. c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.

b. Kemampuan Merawat Keluarga 1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP1) a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien. b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan diri dan jenis defisit perawatan diri yang dialami klien beserta proses terjadinya. c) Menjelaskan cara-cara merawat klien defisit perawatan diri. 2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP2) a) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan defisit perawatan diri. b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien defisit perawatan diri. 3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP3) a) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat. b) Menjelaskan follow up dan rujukan.

2.4. Evaluasi Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri Tanda- tanda strategi pelaksanaan komunikasi yang diberikan kepada klien kurang perawatan diri berhasil menurut Purba (2009) adalah sebagai berikut: a. Klien dapat menyebutkan: 1. Penyebab tidak merawat diri. 2. Manfaat menjaga perawatan diri. 3. Tanda-tanda bersih dan rapi. 4. Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan. b. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri dalam hal: 1. Kebersihan diri 2. Berdandan 3. Makan 4. BAB/BAK c. Keluarga memberi dukungan dalam melakukan perawatan diri: 1. Keluarga menyediakan alat-alat untuk perawatan diri. 2. Keluarga ikut seta mendampingi klien dalam perawatan diri. 3. Kemampuan Dalam Perawatan Diri 3.1. Pengertian Kemampuan Kemampuan merupakan suatu ide generalitas dari satu ciri yang dimiliki peserta didik dan dipengaruhi oleh pembelajaran yang berasal dari praktek atau pengalaman sebelumnya yang disimpan dalam memori untuk mengigat suatu petunjuk (Reilly, 2002). Kemampuan dalam penelitian ini dimaknai dengan

keterampilan motorik yang merupakan salah satu domain dari prilaku. Domain keterampilan ini dikenal juga sebagai domain psikomotor. Domain keterampilan mudah didentifikasi dan diukur karena mencakup kegiatan berorientasi pada gerakan yang mudah diamati. Pembelajaran pada domain ini meliputi penguasaan motorik halus dan kasar dengan tingkat kompleksitas koordinasi neuromuskular semakin meningkat untuk melakukan gerakan fisik, seperti berjalan, menulis, memegang alat-alat, atau melaksanakan suatu prosedur (Bastable, 2002). Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya, dan kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Kemampuan untuk melakukan perawatan diri: Perawat mengkaji kemampuan fungsional klien di lingkungan rumah mereka maupun dalam pelayanan kesehatan, meliputi aktivitas makan, berpakaian, perawatan diri dan berdandan (Potter & Perry, 2005). 3.2. Kemampuan Perawatan Diri Adapun kemampuan perawatan diri berdasarkan kriteria hasil Nursing Outcomes Classification dan intervensi Nursing Interventions Classification menurut Wilkinson (2006) adalah sebagai berikut: a. Mandi/Hygiene Hasil yang disarankan NOC: Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS): Kemampuan untuk melakukan tugas fisik paling dasar dan aktivitas perawatan

pribadi. Mandi (kemampuan untuk membersihkan tubuhnya sendiri), hygiene (kemampuan untuk mempertahankan hygiene dirinya). Intervensi prioritas NIC: Mandi (membersihkan tubuh yang berguna untuk relaksasi, kebersihan dan penyembuhan). Bantuan perawatan diri mandi/hygiene (membantu klien untuk memenuhi hygiene pribadi). b. Berpakaian/Berhias Hasil yang disarankan NOC: Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS): Kemampuan untuk melakukan tugas fisik yang paling mendasar dan aktivitas perawatan pribadi. Berpakaian (kemampuan untuk mengenakan pakaian sendiri), berdandan (kemampuan untuk mempertahankan penampilan yang rapi), hygiene (kemampuan untuk mempertahankan higienenya). Intervensi prioritas NIC: Berpakaian (memilih, mengenakan dan melepas pakaian untuk orang yang tidak dapat melakukan hal itu sendiri), perawatan rambut (adanya peningkatan penampilan rambut yang bersih, rapi dan menarik). Bantuan perawatan diri berpakaian/berhias (membantu klien dalam berpakaian dan mengunakan tata rias). c. Makan Hasil yang disarankan NOC: Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS): Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang paling dasar dan aktivitas

perawatan diri. Makan (kemampuan untuk menyiapkan dan memakan makanan). Intervensi prioritas NIC: Makan (memberi asupan nutrisi untuk klien yang tidak mampu makan sendiri). Bantuan perawatan diri makan (membantu klien untuk makan). d. Toileting Hasil yang disarankan NOC: Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS): Kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan fisik dan pribadi paling dasar. Eliminasi (kemampuan untuk melakukan aktivitas eliminasi sendiri). Intervensi prioritas NIC: Pengelolaan lingkungan (memanipulasi lingkungan sekitar klien untuk keperluan terapeutik). Bantuan perawatan diri toileting (bantuan untuk eliminasi).