Karakteristik Lokus Mikrosatelit D10s1432 pada Populasi Monyet Ekor Panjang Di Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK Polimorfisme suatu lokus pada suatu populasi penting diketahui untuk dapat melihat keadaan dari suatu populasi dalam keadaan aman atau

POLIMORFISME LOKUS MIKROSATELIT D10S1432 PADA POPULASI MONYET EKOR PANJANG DI SANGEH

Polimorfisme Lokus Mikrosatelit D10S1432 Pada Populasi Monyet Ekor Panjang Di Sangeh

Polimorfisme Lokus Mikrosatelit D18S536 pada Populasi Monyet Ekor Panjang di Pancasari, Bali

Karakteristik Lokus Mikrosatelit D7S1789 pada Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Wenara Wana, Padang Tegal, Ubud, Bali.

Struktur Genetika Populasi Monyet Ekor Panjang Di Alas Kedaton Menggunakan Marka Molekul Mikrosatelit D18S536

Karakteristik Lokus Mikrosatelit D8S1100 pada Populasi Monyet Ekor Panjang di Bukit Gumang, Karangasem, Bali.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Keragaman Genetik Populasi Monyet Ekor Panjang di Pura Pulaki menggunakan Marka Molekul Mikrosatelit D13s765

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

Diversitas Genetik Populasi Monyet Ekor Panjang. di Mekori Menggunakan Marka Molekul Mikrosatelit D3S1768

FREKUENSI ALEL, HETEROZIGOSITAS DAN MIGRASI ALEL PADA POPULASI ETNIS JAWA DAN MADURA DI MALANG DAN MADURA, JAWA TIMUR, INDONESA

STRUKTUR DAN KERAGAMAN GENETIK POPULASI LOKAL MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI JAWA TIMUR, BALI, DAN LOMBOK I NENGAH WANDIA

Variasi Genetik Itik Bayang Berbasis Marka Mikrosatelit Pada Lokus AY287 dan Lokus AY283

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Indonesia

Gambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakterisasi Sumber Daya Genetik Itik Bayang Berdasarkan Marka Mikrosatelit Lokus CMO211 dan Lokus AY295

RAGAM ALEL KELAPA PUDAK, PADMA, BLULUK DAN BUNGA DI KECAMATAN MANGGIS, KARANGASEM, BALI BERDASARKAN PENANDA DNA MIKROSATELIT

HASIL DAN PEMBAHASAN

Polimorfisme Lokus Mikrosatelit RM185 Sapi Bali di Nusa Penida

I. PENDAHULUAN. hayati sangat tinggi (megabiodiversity). Keanekaragaman hayati adalah. kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik di dalam jenis),

RAGAM ALEL MIKROSATELIT BURUNG KAKATUA KECIL JAMBUL KUNING (Cacatua sulphurea)

KERAGAMAN PROTEIN PLASMA DARAH KAMBING JAWARANDU DI KABUPATEN PEMALANG (Blood Plasm Protein Variability of Jawarandu Goat in Pemalang, Central Java)

I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan

TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Genetik Ternak Lokal

HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi DNA Mikrosatelit

IDENTIFIKASI TINGKAT KEMURNIAN GENETIK SAPI BALI DI KABUPATEN BONE DENGAN MENGGUNAKAN MARKER MIKROSATELIT LOKUS INRA035

HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi DNA Mikrosatelit

KERAGAMAN DNA MIKROSATELIT LOKUS ILSTS073, ILSTS030 DAN HEL013 PADA SAPI KATINGAN DI KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI RAHMAH MUTHMAINNAH

I. PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Hingga saat ini jati masih menjadi komoditas mewah

SKRIPSI. ANALISIS POPULASI GENETIK PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack) BERDASARKAN PENANDA RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)

KERAGAMAN GENETIK POPULASI INDUK ABALONE (Haliotis diversicolor) ASAL SELAT BALI DENGAN MENGGUNAKAN PENANDA Random Amplified Polimorphic DNA (RAPD)

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

Asosiasi Lokus Mikrosatelit BMS1282 dengan Kejadian Kawin Berulang pada Sapi Bali

IDENTIFIKASI VARIASI GENETIK KERBAU (Bubalus bubalis) LOKAL LUMAJANG BERBASIS PENANDA MIKROSATELIT

BAB I PENDAHULUAN. Ikan merupakan salah satu makanan yang memiliki nilai gizi yang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN

EKSPLORASI GEN GROWTH HORMONE EXON 3 PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE), SAANEN DAN PESA MELALUI TEKNIK PCR-SSCP

POLIMORFISME GEN GROWTH HORMONE SAPI BALI DI DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH NUSA PENIDA

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

IDENTIFIKASI KERAGAMAN DNA MIKROSATELIT LOKUS CSSM066, ILSTS029 DAN ILSTS061 PADA SAPI KATINGAN DI KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI REVY PURWANTI

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein

MATERI DAN METODE. Materi

Abstrak. Kata Kunci : Soroh Pande, DNA Mikrosatelit, Kecamatan Seririt

BAB I PENDAHULUAN. Burung anggota Famili Columbidae merupakan kelompok burung yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Gurame merupakan ikan air tawar yang berada di perairan Indonesia dan

VARIASI MORFOMETRI MONYET EKOR PANJANG (Macaca. fascicularis) DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO DAN TAMAN NASIONAL BALURAN SKRIPSI

Buletin Veteriner Udayana Vol.1 No.2. :47-53 ISSN : Agustus 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3

PENENTUAN SIMILARITAS DAN VARIABILITAS GENETIK PADA KELUARGA ETNIS JAWA DAN ARAB DENGAN DNA FINGERPRINT DI MALANG, JAWA TIMUR, INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. runcing mendukung burung ini untuk terbang lebih cepat. Burung walet sarang

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mahoni dan mimba. Hasil seleksi primer yang dilakukan terhadap 13 primer spesifik dari

Asosiasi Polimorfisme Mikrosatelit DRBP1 Gen BoLa (Bovine Leucocyte Antigen) dengan Ukuran Tubuh pada Sapi Bali

IDENTIFIKASI RAGAM ALEL PADA TIGA LOKUS DNA MIKROSATELIT AUTOSOM MASYARAKAT SOROH PANDE DI KABUPATEN GIANYAR UNTUK KEPENTINGAN FORENSIK

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

IDENTIFKASI VARIASI GENETIK KERBAU (Bubalus bubalis) PACITAN DAN TUBAN BERBASIS MIKROSATELIT

DAFTAR ISI 1 GENETIKA DASAR 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki 3 pasang

POPULATION GENETICS: Animal Genetics

KERAGAMAN MOLEKULER DALAM SUATU POPULASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sel pada tubuh memiliki DNA yang sama dan sebagian besar terdapat pada

SKRIPSI. Oleh: ROSLINA HULU / AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

Polymorphism of GH, GHRH and Pit-1 Genes of Buffalo

Polimorfisme Protein Darah Itik Pegagan dengan Metode PAGE

HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI KARAKTERISTIK MORFOLOGIS DAN GENETIK KERBAU BENUANG DI BENGKULU

KERAGAMAN Musa acuminata Colla LIAR DENGAN PENDEKATAN MORFOLOGI DAN MOLEKULER

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Monyet ekor panjang termasuk kelompok monyet dunia lama ( Old World

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keragaman Protein Plasma Darah

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN.

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK BEBERAPA POPULASI IKAN BATAK (Tor soro) DENGAN METODE RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA (RAPD) 1

PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KERAGAMAN PROTEIN DARAH SEBAGAI PARAMETER BIOGENETIK PADA SAPI JAWA [Blood Protein Variability as Biogenetic Parameter of Java Cattle]

ABSTRAK. Kata kunci : kambing, frekuensi gen, heterosigositas ABSTRACT

Analisis DNA Mikrosatelit untuk Identifikasi Paternitas pada Beruk (Macaca nemestrina) di Penangkaran Pusat Studi Satwa Primata IPB

VARIASI DNA KLOROPLAS Shorea leprosula Miq. DI INDONESIA MENGGUNAKAN PENANDA PCR-RFLP RURI SITI RESMISARI

BAB I PENDAHULUAN. Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh

IDENTIFIKASI VARIASI GENETIK KERBAU KUDUS BERBASIS MIKROSATELIT SEBAGAI BAHAN AJAR BLENDED LEARNING PADA MATAKULIAH TABM

KERAGAMAN DNA MIKROSATELIT SAPI FRIESIAN HOLSTEIN (FH) DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL (BPTU) SAPI PERAH BATURRADEN

Keragaman Molekuler pada Tanaman Lili Hujan (Zephyranthes spp.) Molecular Variance in Rain Lily (Zephyranthes spp.)

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

The Origin of Madura Cattle

VARIASI GENETIK MASYARAKAT SOROH PANDE DI KABUPATEN GIANYAR BERDASARKAN TIGA LOKUS DNA MIKROSATELIT AUTOSOM

20,0 ml, dan H 2 O sampai 100ml. : Tris 9,15 gram; HCl 3ml, dan H 2 O sampai 100ml. : ammonium persulfat dan 0,2 gram H 2 O sampai 100ml.

VARIASI GENETIK SUKU BATAK YANG TINGGAL DI KOTA DENPASAR DAN KABUPATEN BADUNG BERDASARKAN TIGA LOKUS MIKROSATELIT DNA AUTOSOM

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH

Elektroforesis Hasil Amplifikasi Analisis Segregasi Marka SSR Amplifikasi DNA Kelapa Sawit dengan Primer Mikrosatelit HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR DAN KERAGAMAN GENETIK POPULASI LOKAL MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI JAWA TIMUR, BALI, DAN LOMBOK I NENGAH WANDIA

Transkripsi:

Indonesia Medicus Veterinus 2014 3(3) : 244-251 ISSN : 2301-7848 Karakteristik Lokus Mikrosatelit D10s1432 pada Populasi Monyet Ekor Panjang Di Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi CHARACTERISTICS OF D10S1432 MICROSATELLITE LOCUS ON LONG TAILED MACAQUE POPULATION IN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI Dini Maharani 1, I Gede Soma 3, I Nengah Wandia 2,3* 1 Mahasiswa Program Profesi Dokter Hewan 2 Lab Anatomi Veteriner FKH-UNUD Denpasar 3 Pusat Penelitian Satwa Primata LPPM UNUD Bukit Jimbaran Email: maharanidini90@gmail.com ABSTRAK Karakterisasi lokus mikrosatelit berbagai marka molekul untuk mengungkapkan variasi genetik populasi perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan karakteristik lokus mikrosatelit D10S1432 yang meliputi jumlah alel, frekuensi alel, dan heterozigositas pada populasi monyet ekor panjang di Taman Nasional Alas Purwo. Sejumlah 14 sampel darah dari vena femoralis dikoleksi dari populasi monyet ekor panjang di Taman Nasional Alas Purwo sebagai sumber DNA. Ekstraksi DNA total menggunakan QIAamp DNA Blood Kits dari Qiagen. Selanjutnya lokus mikrosatelit D10S1432 diamplifikasi melalui Polymerase Chain Reaction (PCR) sebanyak 30 siklus dengan suhu annealing 57 C. Variasi alel mikrosatelit dipisahkan dengan elektroforesis pada gel poliakrilamid 7% dan dimunculkan dengan pewarnaan perak. Penelitian mengidentifikasi empat jenis alel pada lokus D10S1432 dengan panjang berkisar antara 164 bp sampai 170 bp. Frekuensi alel bervariasi, yaitu alel 164 (0,10); 166 (0,32); 168 (0,29); dan 170 (0,29), serta nilai heterozigositas lokus sebesar 0,75. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lokus mikrosatelit D10S1432 pada populasi monyet ekor panjang di Taman Nasional Alas Purwo bersifat polimorfik, dan marka yang baik dapat mengungkapkan variasi genetik populasi. Kata- kata kunci: monyet ekor panjang, karakteristik genetik, lokus mikrosatelit D10S1432, Taman Nasional Alas Purwo ABSTRACT Characterization of microsatellite locus as moleculer marker to determine the genetic variation of a population is needed. This study aimed to reveal the characteristics of the D10S1432 microsatellite locus, that were the number of alleles, allele frequencies, and heterozygosity in a population of long-tailed macaque in Taman Nasional Alas Purwo. A total of 14 blood samples from the femoral vein was collected from the population of long-tailed macaque in Taman Nasional Alas Purwo as a DNA source. Total DNA was extracted using QIAamp DNA Blood Kits from Qiagen. Furthermore, D10S1432 microsatellite locus was amplified using Polymerase Chain Reaction (PCR) technique by 30 cycles with annealing temperature of 57 C. Allele variation was separated by electrophoresis on 7% polyacrylamide gel and emerged by silver staining. The study identified four types of alleles with lengths ranging from 164 bp to 170 bp. Allele frequencies varied, that were allele 164 (0.10), 166 (0.32), 168 (0.29), and 170 (0,29), and the heterozygosity of the long way 0.75. It can be concluded that the D10S1432 microsatellite locus in a population of long-tailed macaque in Taman Nasional Alas Purwo is polymorphic and a good molekuler marker for assessing the genetic variasi in a population. Key words: long-tailed macaque, genetic characteristics, microsatellite locus D10S1432, Taman Nasional Alas Purwo 244

PENDAHULUAN Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan salah satu primata yang tersebar luas di kawasan Asia Tenggara, Lempeng Sunda, Kepulauan Filipina, dan daerah Wallace Selatan. Sekitar satu juta tahun yang lalu, monyet ekor panjang di Indonesia bermigrasi dari kawasan Asia Tenggara kemudian menuju ke Lempeng Sunda saat daerah tersebut masih menyatu dengan daratan Asia (Fooden, 1995). Monyet ekor panjang selanjutnya menyebar di kepulauan selatan Indonesia berjalan dari barat ke timur dengan Jawa Timur sebagai pintu penyebarannya (Wandia, 2007). Kini populasi monyet ekor panjang di suatu pulau berpisah menjadi populasi yang lebih tinggi tingkat lokus variasinya di Jawa Timur. Populasi monyet ekor panjang ditemukan berada di Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Nasional Baluran. Berdasarkan demografi populasi, monyet ekor panjang di Taman Nasional Alas Purwo berada dalam populasipopulasi lokal yang terpisah satu dengan yang lain. Keragaman genetik populasi lokal dapat dianalisis menggunakan pendekatan DNA selain pendekatan morfologi (fenotipe). Pendekatan menggunakan DNA lebih memberikan kepastian variasi genetik yang sebenarnya. Salah satu marka molekul yang banyak digunakan dalam studi genetika populasi adalah mikrosatelit. Mikrosatelit juga dikenal sebagai Simple Sequence Repeats (SSRs) atau Simple Tandem Repeats (STRs), merupakan runutan pendek sederhana (khususnya di-, tri-, dan tetranukleotida) dimana terulang secara berurutan dalam genom eukariot (Hearne et al., 1992). Marka mikrosatelit merupakan marka genetik yang sering digunakan selain untuk mempelajari struktur populasi (Steffen et al., 1993), juga untuk mempelajari pautan (linkage), dan pemetaan kromosom (Silva et al., 1999). Mikrosatelit mempunyai keunggulan sebagai marka molekul yaitu dapat mendeteksi keragaman alel pada populasi/ individu karena bersifat kodominan. Selain itu, mikrosatelit memiliki tingkatan polimorfisme yang tinggi sehingga dapat mempelajari struktur genetik suatu populasi dengan lebih baik, dan mudah didekati melalui teknik PCR (Ellegren et al., 1992). Akan tetapi tidak semua lokus mikrosatelit baik digunakan untuk mengungkapkan variasi genetik populasi. Lokus yang bersifat polimorfik lebih baik digunakan untuk mendeteksi variasi genetik populasi daripada yang bersifat monomorfik. Karenanya karakterisasi lokus mikrosatelit perlu dilakukan sebelum digunakan untuk mengungkapkan variasi genetik populasi. Polimorfisme lokus mikrosatelit bervariasi pada suatu populasi. Sebagai contoh, lokus D4S2456 pada populasi monyet ekor panjang di Pura Pulaki memiliki lima alel, sementara di 245

populasi Mekori terdapat delapan alel (Wandia et al., 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Fedri Rell (2013) mengenai polimorfisme lokus mikrosatelit D10S1432 pada populasi monyet ekor panjang di Sangeh menemukan tiga jenis alel. Namun, polimorfisme lokus tersebut pada populasi monyet ekor panjang lain belum pernah diungkapkan. Berdasarkan informasi di atas, peneliti melakukan penelitian mengenai karakteristik lokus mikrosatelit D10S1432 pada populasi monyet ekor panjang di Taman Nasional Alas Purwo yang berada di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: jumlah alel lokus mikrosatelit D10S1432 pada populasi monyet ekor panjang di Taman Nasional Alas Purwo, frekuensi alel lokus mikrosatelit D10S1432 pada populasi monyet ekor panjang di Taman Nasional Alas Purwo, dan untuk mengukur keragaman genetik (heterozigositas) populasi monyet ekor panjang di Taman Nasional Alas Purwo yang menggunakan lokus mikrosatelit D10S1432. METODE PENELITIAN Identifikasi dan Jumlah Alel Identifikasi jumlah alel pada lokus D10S1432 dapat dilihat pada gel dengan menghitung pita pita alel yang muncul pada gel akrilamid 7%. Pita yang muncul pada gel poliakrilamid adalah suatu alel mikrosatelit. Keragaman alel mikrosatelit dapat dilihat dari beda jarak migrasi alel pada gel. Dengan asumsi kodominansi, genotip ditentukan berdasarkan variasi pita alel. Frekuensi Alel Untuk frekuensi alel dapat dihitung dengan menggunakan rumus Nei (1987) di bawah ini: Keterangan: x i : frekuensi alel i n : Jumlah sampel n ii : Jumlah individu yang bergenotip homozigot alel i n ij : Jumlah individu yang bergenotip heterozigot alel i 246

Heterozigositas Keragaman genetik diukur dengan nilai heterozigositas. Nilai heterozigositas dihitung menggunakan rumus tidak bias Nei (1987) di bawah ini: Keterangan: h: heterozigositas n: Jumlah sampel x i : Frekuensi alel i HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Jumlah Alel Pita-pita yang mucul pada gel poliakrilamid 7% setelah proses pewarnaan perak merupakan alel mikrosatelit. Identifikasi alel berdasarkan beda jarak migrasi dapat diketahui setelah melakukan elektroforesis selama 150 menit. Alel dinyatakan dengan panjang basa yang dibandingkan dengan 100 bp DNA ladder. Lokus dinyatakan polimorfik apabila jumlah alel dalam populasi lebih dari satu dengan frekuensi alel yang paling sering muncul kurang atau sama dengan 0,95 (Wandia et al., 2004). M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 M 300 bp 200 bp 170 bp Target 100 bp 168 bp 164 bp 166 bp Gambar 3. Alel lokus D10S1432 populasi monyet ekor panjang di Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi Jawa Timur. Nomor menyatakan sampel, M menyatakan penanda (100 bp DNA ladder). Nomor 1, 2, 6, 9 = genotip 168/ 170; 3, 4 = 166/ 166; 5 = 164/ 166; 7, 10, 11, 14 = 166/ 168; 8, 12 = 164/ 170; 13 = 170/ 170. 247

Sebanyak empat jenis alel teridentifikasi dengan panjang berkisar antara 164 bp sampai 170 bp, ditemukan tiga individu memiliki genotip homozigot dan 11 individu bergenotip heterozigot dari 14 individu monyet ekor panjang (Tabel 1.). Tabel 1. Genotip monyet ekor panjang di Taman Nasional Alas Purwo dengan lokus mikrosatelit D10S1432. No. Genotip Jumlah Monyet (ekor) 1. 164/ 166 1 2. 164/ 170 2 3. 166/ 166 2 4. 166/ 168 4 5. 168/ 170 4 6. 170/170 1 Total 6 14 Frekuensi Alel Hasil penelitian didapatkan bahwa alel 164 memiliki frekuensi terendah (0,10), sedangkan alel 166 menunjukkan frekuensi tertinggi (0,32) (Tabel 2.). Tabel 2. Frekuensi lokus mikrosatelit D10S1432 pada populasi monyet ekor panjang di Taman Nasional Alas Purwo. No. Jenis Alel Jumlah Alel Frekuensi Alel 1. 164 3 0,10 2. 166 9 0,32 3. 168 8 0,29 4. 170 8 0,29 Total 4 28 1,00 Heterozigositas Nilai heterozigositas lokus mikrosatelit D10S1432 pada populasi monyet ekor panjang di Taman Nasional Alas Purwo dihitung dengan menggunakan rumus tidak bias Nei (1987) didapatkan sebesar 0,75. 248

Keragaman genetik adalah perbedaan antara individu dalam populasi, antara individu dalam populasi yang berbeda dalam spesies yang sama atau dalam spesies yang berbeda. Keragaman genetik berguna untuk menentukan hubungan genetik dalam dan antara populasi yang terfragmentasi dalam suatu populasi (Hartl dan Clark, 2000), yang dapat dianalis dengan pendekatan DNA. Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk melakukan analisis keragaman genetik adalah DNA mikrosatelit. Polimorfisme mikrosatelit dari genom ditetapkan dari hasil amplifikasi DNA dengan primer pengapit mikrosatelit. Alelnya dipisahkan dengan elektroforesis pada gel poliakrilamid yang dilanjutkan dengan pewarnaan perak (silver staining) sehingga DNA terdeteksi sampai kandungannya lebih kecil dari 10 µg/µl. Identifikasi pita alel yang muncul setelah elektroforesis disebut homozigot untuk satu pita dan heterozigot untuk dua pita. Genotip suatu individu diukur dengan membandingkan terhadap penanda 100 bp ladder. Jumlah alel yang muncul akan dapat digunakan untuk menghitung nilai frekuensi alel dan heterozigositas dalam populasi (Lessa dan Apllebaum, 1993). Hasil penelitian dengan menggunakan lokus mikrosatelit D10S1432 pada 14 monyet ekor panjang di Taman Nasional Alas Purwo teridentifikasi sebanyak empat alel, terdiri dari alel 164, 166, 168, dan 170. Penelitian sebelumnya dengan menggunakan lokus yang sama pada populasi monyet ekor panjang di Sangeh teridentifikasi tiga alel (Rell, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa polimorfisme lokus mikrosatelit bervariasi pada setiap populasi. Alel 164 dengan frekuensi 0,10 merupakan frekuensi terendah pada populasi monyet ekor panjang yang perlu mendapat perhatian. Namun demikian, frekuensi alel tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan populasi di Sangeh. Frekuensi alel terendahya 0,05 untuk alel 186 (Rell, 2013). Rendahnya frekuensi alel kemungkinan besar sebagai akibat hanyutan genetik (genetic drift) atau juga bisa diakibatkan adanya mutasi terkini sehingga belum tersebar ke seluruh anggota populasi (Wandia, 2004). Heterozigositas merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat keragaman genetik dalam populasi (Tanabe et al., 1999). Nilai heterozigositas berkisar antara nol sampai dengan satu. Apabila heterozigositas mendekati nol maka nilai heterozigositas rendah, dimana dapat membahayakan kelestarian suatu spesies atau populasi (Nozawa et al., 1996), dan apabila nilai heterozigositas mendekati satu maka nilai heterozigositas tinggi. Semakin tinggi nilai heterozigositas suatu populasi maka semakin tinggi kejadian outbreeding (Nei, 1987). Nilai heterozigositas monyet ekor panjang di Taman Nasional Alas Purwo dengan lokus mikrosatelit D10S1432 adalah 0,75. Hasil ini mengindikasikan bahwa populasi monyet ekor panjang di Taman Nasional Alas Purwo 249

memiliki keragaman genetik cukup tinggi. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai heterozigositas populasi monyet ekor panjang di Sangeh yang dilakukan Rell (2013) (h=0,48). Faktor-faktor yang mempengaruhi heterozigositas antara lain mutasi, jumlah populasi efektif, pola perkawinan (acak atau terpilih), migrasi (aliran genetik), dan seleksi (heterozigositas positif dan negatif) (Nozawa et al., 1982). Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa lokus mikrosatelit D10S1432 pada populasi monyet ekor panjang di Taman Nasional Alas Purwo bersifat polimorfik dengan heterozigositas 0,75. Namun demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan keragaman genetik populasi tersebut dengan menggunakan marka mikrosatelit yang lebih banyak. Monitoring dan evaluasi keragaman genetik populasi perlu dilakukan secara reguler. Hal ini merupakan langkah paling tepat untuk mengetahui adanya erosi genetik populasi sehingga usaha-usaha pencegahannya dapat dilakukan sedini mungkin. SIMPULAN Lokus mikrosatelit D10S1432 pada populasi monyet ekor panjang di Taman Nasional Alas Purwo bersifat polimorfik dan terdapat empat alel dengan frekuensi alel 164 (0,10); 166 (0,32); 168 (0,29); 170 (0,29). Heterozigositas populasi monyet ekor panjang di Taman Nasional Alas Purwo dengan marka mikrosatelit D10S1432 sebesar 0,75. SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan lokus-lokus yang berbeda untuk mendapat gambaran yang lebih jelas, dan juga untuk melengkapi data struktur genetika monyet ekor panjang di Taman Nasional Alas Purwo. Monitoring dan evaluasi variabilitas genetika populasi perlu dilakukan secara regular sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan langkah konservasi. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih kepada kepala laboratorium molekuler pusat penelitian satwa primata LPPM UNUD beserta staf yang telah memberikan fasilitas laboratorium untuk penelitian. DAFTAR PUSTAKA Ellegren H., Johansson M., Sandberg K., and Andersson L. 1992. Cloning of highly polymorphic microsatellites in the horse. Animal Genetics. 23(2): 133-142. 250

Fooden J. 1995. FIELDIANA. Zoology. New Series No. 81. Systematic Review of Southeast Asian Longtail Macaque, Macaca fascicularis (Raffles, [1821]). Fieldiana: Zoology. (81): 1-206. Hartl DL., and Clark AG. 2000. Principles of Population Genetics. Sinaeur Assosiatess Inc., Sunderlands Massachusetts. 3 rd Eds, Ch.3, pp.85-107. Hearne CM., Ghosh S., and Todd JA. 1992. Microsatellits for linkage analysis of genetics traits. Trends Genet. 8(8): 288-94. Lessa EP., and Apllebaum G. 1993. Screening techniques for detecting allelic variation in DNA sequens. Moleculer Ecology. 2(2): 119-129. Nei M. 1987. Molecular Evolutionary Genetics. Columbia University Press. New York. Nozawa K., Shotake T., Kawamoto Y., and Tanabe Y. 1982. Population genetic of japanesemonkeys: II. Blood protein polymorphisms and population structure. Primates. 23(2): 252-271. Rell F. 2013. Polimorfisme lokus mikrosatelit D10S1432 pada populasi monyet ekor panjang di Sangeh. Jurnal Ilmu dan Kesehatan Hewan. 1(1): 16-21. Silva F., Gusmao L., and Amorim A. 1999. Segregation analysis of tetra and pentanucleotide short tandem repeat polymorphism: Deviation from Mendelian expectations. Electrophoresis. 20(8):1697-1701. Steffen P., Eggen A., Dietz AB., Womack JE., Stranzinger G., and Fries R. 1993. Isolation and mapping polymorphic microsatellites in cattle. Anim. Genet. 24(2):121-124. Tanabe Y., Yokoyama H., Murakami J., Kano H., Tanawaki O., Okabayashi H., Maeda Y., Koshimoto C., Nozawa K., Tumennasan K., Dashnyam B., and Zhanchiv T. 1999. Polymorphisms Of The Plumage Colors, The Skin Variations And Blood Proteins In The Native Chickens In Mongolia. 17(2): 139-153. Wandia IN. 2007. Struktur dan Keragaman Genetik Populasi Lokal Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Jawa Timur, Bali, dan Lombok. Disertasi. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Wandia, IN., Mansjoer SS., dan Suryobroto B. 2004. Polimorfisme Genetik Monyet Ekor Panjang di Daerah Pariwisata Uluwatu Bali. 5(2):67-76. 251