PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN ISTRI DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELUARGA DAN KESEJAHTERAAN SUBYEKTIF KELUARGA NELAYAN PADA SISTEM MATRILINEAL ARINA ZULIANY

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sebuah Negara dibangun diatas dan dari desa, desa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nilai sosial budaya dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

BAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB III KONDISI UMUM Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri

I. PENDAHULUAN. Motivasi terbesar yang mendasari perjuangan rakyat Indonesia merebut

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di Pulau Nias. Dalam

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. kenegerian Rumbio Kociok Banamo Kamaruzzaman Godang Bagolau Datuk

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan. Saat kaum wanita menjadi kaum terdidik, mempunyai hak-hak kepemilikan, dan

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Indonesia terkenal akan keberagamannya, keberagaman itu bisa dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Keterpencilan membuat sebagian masyarakat Indonesia sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. keunikan masyarakat Indonesia itu sangat berkaitan erat dengan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB VI PENUTUP. Penelitian tentang sastra lisan yang dilakukan selama ini, cenderung

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. terdahulu, dan harta ini berada dibawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki

BAB I PENDAHULUAN. Bicara tentang tokoh pendidikan ataupun pelopor perjuangan kaum

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. rasakan atau yang mereka alami. Menurut Damono (2003:2) karya sastra. selama ini tidak terlihat dan luput dari pengamatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan prinsip budaya setempat (Minangkabau)

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dimasukan kedalam kelompok Negara mega-biodiversity yang merupakan dasar dari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. dari hasil pemekaran Kabupaten Pasaman berdasarkan UU No.38 Tahun dasar Bhineka Tunggal Ika, memiliki makna yang tinggi.

BAB V PENUTUP. 5.1 Simpulan. Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku minoritas di Sumatera sebelah timur di kawasan hutan luas diantara sungai-sungai besar, rawa-rawa pantai dan pulau-pulau lepas pantai (Weintré 2003). Di antara suku-suku tersebut, yang paling unik sistem kekerabatannya adalah suku Minangkabau yang berada di Sumatera Barat. Masyarakat Minangkabau menganut sistem matrilineal yang merupakan sistem kekerabatan berdasarkan garis ibu. Sistem kekerabatan ini memberikan peran yang penting bagi perempuan tidak hanya sebagai sumber keturunan, tapi juga sebagai simbol kearifan, kebijakan, finansial, kekuatan, keindahan, kemegahan, dan masa depan. Penguasaan perempuan terhadap basis ekonomi, fisik, dan budaya dengan berlandaskan sistem matrilineal-nya, membuat perempuan Minangkabau relatif memiliki akses penguasaan dan kemampuan pemanfaatan ekonomis yang tinggi dan mandiri (Khaidir 2005). Filosofi adat Minangkabau yang tertuang dalam sistem matrilineal tersebut memberikan kedudukan ekonomis yang sangat kokoh pada perempuan. Hal ini direalisasikan dalam sistem pewarisan (harato pusako) berupa sawah, tanah, dan rumah yang diturunkan kepada anak perempuan. Sementara anak laki-laki mendapatkan tuah atau kehormatan dalam bentuk gelar adat (sako) dan kewenangan untuk mengatur anak kemenakan. Fatmariza et al. (2003) menyimpulkan bahwa perempuan yang sudah menikah akan tetap tinggal di rumah ibunya (rumah gadang) dan menganut sistem keluarga luas (extended family). Perempuan mendapat kepercayaan penuh untuk mengatur rumah tangga. Meskipun sistem kekerabatan Minangkabau adalah matrilineal, hal itu tidak serta merta menentukan posisi perempuan dalam penentuan kebijakan publik masyarakat. Menurut Syarizal dalam Surur (2009), posisi perempuan dalam masyarakat matrilineal Minangkabau terbilang unik karena terdapat perbedaan tajam antara struktur sosial dan ekonomi. Dalam kehidupan ekonomi, perempuan Minangkabau sangat terkenal sebagai perempuan pekerja keras sehingga tidak tergantung pada laki-laki. Namun, dalam struktur sosial, perempuan lebih banyak

2 berada pada ranah domestik, yaitu manajemen sumberdaya keluarga dan urusan rumah tangga, sementara pembuatan keputusan secara publik banyak didominasi oleh laki-laki yang disebut sebagai ninik mamak maupun datuk pemimpin kaum. Abidin (2009) secara sarkastis menyatakan bahwa dalam masyarakat Minangkabau tradisional, pada hakekatnya peranan perempuan yang seimbang dengan laki-laki sudah melebihi apa yang diperlukan perempuan itu sendiri, sebagaimana yang mereka perlukan dalam kehidupan masyarakat modern. Dulu, tidak dipakai kata emansipasi, persamaan hak, atau gender sebagaimana yang sering disuarakan oleh kaum wanita barat masa kini. Namun, setelah dikaji, ternyata makna matrilineal dan feminisme sama-sama merujuk pada kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan. Hal itu memberikan arti bahwa masyarakat Minangkabau, terutama pada keberadaan dan posisi perempuannya, sudah menjadi modern sebelum kata modern itu ada. Sistem matrilineal bahkan sudah ada sebelum kata feminisme lahir. Abidin (2009) melanjutkan, dari aspek sistem nilai, karakteristik perempuan Minangkabau telah terpola dalam suatu pembagian kerja yang seimbang antara laki-laki dan perempuan. Di dalam adat Minangkabau, perempuan adalah owner (pemilik), sedangkan laki-laki adalah manager (pengurus) terhadap semua aset keluarga matrilinealnya. Oleh karena itu, sistem matrilineal telah menempatkan perempuan pada suatu posisi yang mengharuskannya berpikir lebih luas, bijaksana, dan tegas terhadap putusan-putusan yang akan diambil terkait dirinya, keluarga, dan masyarakat. Penempatan perempuan sebagai pemilik aset keluarga matrilineal membuat perempuan Minangkabau memegang peran yang tinggi terhadap sumberdaya keluarganya. Hal ini mencerminkan kehidupan matrilineal di Minangkabau memiliki perspektif gender yang unik dibandingkan dengan sistem kekerabatan lainnya di Indonesia bahkan di dunia. Moser (2001) mendefinisikan bahwa gender berbeda dengan jenis kelamin yang maknanya mengacu pada perbedaan fisik yang terdapat pada laki-laki dan perempuan. Gender mengacu pada peran yang berbeda antara laki-laki dan perempuan yang berlaku di masyarakat, serta mencakup hak dan kewajiban yang menyertai peran itu (Riley 1997).

3 Peran gender muncul dalam setiap segi kehidupan sosial manusia, seperti dalam institusi sosial, termasuk struktur keluarga, tanggung jawab pekerjaan rumah tangga, pasar tenaga kerja, sekolah, kesehatan, hukum, dan kebijakan publik. Hasil penelitian Oladeji (2008) menyatakan bahwa peran gender dan norma gender bersifat spesifik secara budaya dan juga beragam di seluruh penjuru dunia. Hampir di semua daerah, laki-laki dan perempuan memiliki kekuasaan, status, dan kebebasan yang berbeda dan bervariasi secara substansial. Gender memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam pengambilan keputusan dan perilaku reproduktif dalam keluarga. Hasil penelitian Gusnita (2011) mengenai pengaruh kontribusi ekonomi perempuan dan peran gender terhadap kesejahteraan keluarga di salah satu komunitas matrilineal Minangkabau menunjukkan bahwa kepemilikan aset pada perempuan Minangkabau memberikan pengaruh yang positif terhadap kontribusi ekonomi dirinya dalam keluarga, sehingga peran gender perempuan di Minangkabau, dalam hal ini istri, menjadi semakin signifikan. Jika peran gender istri semakin signifikan, maka peran istri terhadap pengelolaan sumberdaya keluarga juga semakin tinggi. Hal ini berpengaruh positif terhadap kesejahteraan keluarga subyektif yang dirasakan oleh istri. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap peran gender perempuan ini adalah kepemilikan aset dan kontribusi ekonomi perempuan. Sementara itu, faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap kesejahteraan keluarga subyektif adalah kepemilikan aset dan pendapatan total yang dimiliki keluarga. Banyaknya penelitian mengenai keragaan sosial masyarakat matrilineal Minangkabau di luar negeri menunjukkan bahwa Minangkabau bukan lagi ranah penelitian yang perawan. Penerbitan tentang Minangkabau, baik yang ditulis oleh para ilmuwan sosial Minangkabau, maupun oleh orang-orang asing, tampak meningkat dalam jumlah dan keberagaman topiknya yang sebagian besar didasarkan pada penelitian di lapangan (Beckmann 2000). Namun, masih sedikit literatur yang menyajikan data yang empiris untuk menjelaskan aspek manajemen sumberdaya keluarga dengan perspektif gender di Minangkabau. Ditambah lagi dengan semakin tergerusnya nilai-nilai budaya tradisional nusantara, tentulah cerita-cerita kaba dan tambo tradisional yang

4 menjadi rujukan untuk pengetahuan tentang matrilinealisme serta kebudayaan yang diturunkan secara fragmentaris dari generasi ke generasi saja menjadi kurang relevan. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai peran istri terhadap pengelolaan sumberdaya keluarga dalam keluarga nelayan matrilineal Minangkabau. Perumusan Masalah Minangkabau sebagai representasi komunitas tempat diberlakukannya sistem matrilineal memiliki cakupan wilayah yang luas di Sumatera Barat. Daerah asli Minangkabau yang bertahan hingga kini adalah Luhak nan Tigo, yaitu Luhak Limo Puluah Koto, Luhak Agam, dan Luhak Tanah Data. Tiga daerah tersebut dikenal sebagai daerah darek atau kampung halaman. Sementara itu, daerah pesisir pantai Sumatera Barat secara adat disebut sebagai daerah rantau. Daerah pesisir ini menjadi cikal bakal tujuan perantauan bagi pemuda asli Minangkabau. Rumah, keluarga, kampung, serta konsep anak tertantang secara agresif dan lantas tertransformasi di daerah pesisir perantauan ini. Masyarakat pesisir yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai nelayan, diasumsikan sebagai komunitas masyarakat di wilayah Minangkabau yang paling banyak menerima paparan budaya luar. Dalam kehidupan masyarakat nelayan yang banyak bercampur dengan kebudayaan lain sebagai pendatang, orang Minangkabau asli dipaksa mempertanyakan definisi-definisi budaya yang sangat elementer dan sudah menjadi nilai-nilai dasar. Kondisi perubahan fundamental dan tak terhindarkan inilah yang membuat daerah pesisir Minangkabau unik dan menarik (Hadler 2009). Salah satu komunitas bangsa Indonesia yang teridentifikasi sebagai golongan miskin saat ini adalah nelayan. Sedikitnya sekitar 14,58 juta jiwa atau sekitar 90 persen dari 16,2 juta jiwa jumlah nelayan di Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan (BPS 2009). Di sisi lain, nelayan mempunyai peran yang sangat substansial dalam modernisasi peran kehidupan manusia. Nelayan termasuk agent of development yang paling reaktif terhadap lingkungan (Hadler 2009). Sifatnya yang lebih terbuka jika dibandingkan dengan masyarakat yang hidup di pedalaman, menjadi stimulator untuk menerima perkembangan zaman yang lebih modern. Sifat masyarakat nelayan yang terpapar dengan berbagai

5 budaya luar ini tentu mendorong terjadinya akulturasi dengan lebih pesat, begitupun di Sumatera Barat, khususnya Minangkabau. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berpusat pada masalah berikut: 1. Bagaimana penerapan sistem matrilineal yang terjadi pada keluarga nelayan? 2. Bagaimana tingkat kontribusi ekonomi istri nelayan pemilik dan buruh? 3. Bagaimana peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga? 4. Bagaimana hubungan antara karakteristik keluarga dengan tingkat kontribusi ekonomi istri dan peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga serta kesejahteraan subyektif istri? 5. Bagaimana tingkat kesejahteraan subyektif istri nelayan pemilik dan buruh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat peran istri dalam pengelolaan sumberdaya materi keluarga dan kesejahteraan subyektif istri dalam keluarga nelayan yang menganut sistem matrilineal di Sumatera Barat. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi penerapan sistem matrilineal yang terjadi pada keluarga nelayan. 2. Menghitung tingkat kontribusi ekonomi istri nelayan pemilik dan buruh. 3. Menjelaskan peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga. 4. Mengidentifikasi hubungan antara karakteristik keluarga dengan tingkat kontribusi ekonomi istri dan peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga, serta kesejahteraan subyektif istri. 5. Mengukur tingkat kesejahteraan subyektif istri nelayan pemilik dan buruh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

6 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya dimensi literatur yang menjelaskan mengenai keragaan masyarakat nelayan dan masyarakat matrilineal Minangkabau. Melalui penelitian ini, diharapkan kajian mengenai manajemen sumberdaya keluarga dan peran gender dalam masyarakat yang unik dan berbeda dari mayoritas kebudayaan masyarakat Indonesia semakin memperkaya khazanah ilmu pengetahuan. Lebih jauh lagi, penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi pemerintah, dinas-dinas terkait, serta akademisi baik di bidang kebudayaan, keluarga, maupun daerah pesisir dan laut, dalam mengambil kebijakan.