PERAN ISTRI DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELUARGA DAN KESEJAHTERAAN SUBYEKTIF KELUARGA NELAYAN PADA SISTEM MATRILINEAL ARINA ZULIANY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN ISTRI DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELUARGA DAN KESEJAHTERAAN SUBYEKTIF KELUARGA NELAYAN PADA SISTEM MATRILINEAL ARINA ZULIANY"

Transkripsi

1 PERAN ISTRI DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELUARGA DAN KESEJAHTERAAN SUBYEKTIF KELUARGA NELAYAN PADA SISTEM MATRILINEAL ARINA ZULIANY DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Peran Istri dalam Pengelolaan Sumberdaya Keluarga dan Kesejahteraan Subyektif Keluarga Nelayan pada Sistem Matrilineal adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2013 Arina Zuliany NIM I

3 ABSTRACT ARINA ZULIANY. Wife s Role in Managing Family Resources and Subjective Well- Being Among Matrilineal Fishermen Families. Supervised by ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI. Wife s role in managing family resources determined as her bargaining position in planning, controlling, actuating, and managing family resources. Matrilineal system creates a typical role of women because of it s maternal areships. This study intended to analyze the effect of wife s role in managing family resources to fishermen family s subjective well-being. This study was placed in Batang Arau Village, Padang Selatan Sub-District, Padang Municipality, West Sumatra, from February to March There were 60 fishermen families involved in this study, both 30 owner fishermen and 30 laborer fishermen from Minangkabau ethnics chosen by using snowball method. Data collection was held with guidance of questionnaire, then was analyzed with descriptive statistics, independent sample t-test, paired sample t-test, and multiple linear regression test. The result showed that difference between perceived norms and practice on implementing matrilineal system was detected among fishermen families (p<0,05). Fishermen families were in a high level of wife s role. Subjective well-being of fishermen s wife was also in a high category. The were no difference of owner fishermen and laborer fishermen s subjective well-being (p>0,05). Subjective well-being was affected by family size and wife s contribution in family income. Keywords: matrilineal, subjective well-being, wife s contribution, wife s role. ABSTRAK ARINA ZULIANY. Peran Istri dalam Pengelolaan Sumberdaya Keluarga dan Kesejahteraan Subyektif Keluarga Nelayan pada Sistem Matrilineal. Dibimbing oleh ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI. Peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga adalah posisi tawar yang dimiliki oleh istri karena keterlibatannya dalam merencanakan, mengatur, melaksanakan, dan mengelola sumberdaya keluarga. Sistem matrilineal menciptakan peran yang khas pada perempuan karena sistem ini menganut garis keturunan ibu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peran istri dalam mengelola sumberdaya keluarga terhadap kesejahteraan subyektif yang dirasakannya. Penelitian dilakukan di Kelurahan Batang Arau, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat, pada bulan Februari hingga Maret Penelitian ini melibatkan 30 nelayan pemilik dan 30 nelayan buruh bersuku bangsa Minangkabau yang dipilih secara snowball. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner, kemudian diolah dengan analisis deskriptif, uji beda, dan uji regresi linear. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem matrilineal dalam keluarga nelayan yang diteliti menunjukkan adanya kesenjangan antara persepsi dan praktik pelaksanaannya (p<0,05). Istri nelayan memiliki peran yang tinggi dalam mengelola sumberdaya materi keluarga. Kesejahteraan subyektif pada istri nelayan juga terkategori tinggi. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kesejahteraan subyektif istri nelayan pemilik dan nelayan buruh (p>0,05). Kesejahteraan subyektif dipengaruhi oleh besar keluarga dan kontribusi istri terhadap pendapatan. Kata kunci: kesejahteraan subyektif, kontribusi istri, matrilineal, peran istri.

4

5 RINGKASAN ARINA ZULIANY. Peran Istri dalam Pengelolaan Sumberdaya Keluarga dan Kesejahteraan Subyektif Keluarga Nelayan pada Sistem Matrilineal. Dibimbing oleh ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga dan mengukur tingkat kesejahteraan subyektif istri nelayan pemilik dan buruh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tujuan khususnya adalah: (1) mengidentifikasi penerapan sistem matrilineal pada keluarga nelayan, (2) menghitung tingkat kontribusi ekonomi istri nelayan pemilik dan buruh, (3) menjelaskan peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga, (4) mengidentifikasi hubungan antara karakteristik keluarga dengan tingkat kontribusi ekonomi istri dan peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga, (5) mengukur tingkat kesejahteraan subyektif istri nelayan pemilik dan buruh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Desain penelitian ini adalah cross sectional study dengan metode survei. Penelitian dilakukan di Kelurahan Batang Arau, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat. Penentuan lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive). Pengambilan data dilakukan dari bulan Februari sampai Maret Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga nelayan di wilayah Kelurahan Batang Arau, Sumatera Barat. Keluarga nelayan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: (1) kelompok nelayan pemilik dan (2) kelompok nelayan buruh. Responden dalam penelitian ini adalah istri nelayan. Pemilihan contoh menggunakan teknik nonprobability sampling secara snowball dan diambil sebanyak 60 keluarga yang terdiri dari 30 keluarga nelayan pemilik dan 30 keluarga nelayan buruh. Data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa data primer dan sekunder. Data primer meliputi karakteristik istri, keluarga, lingkungan, kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga, penerapan sistem matrilineal dalam keluarga, tingkat peran istri terhadap sumberdaya keluarga, dan tingkat kesejahteraan subyektif yang dirasakan oleh istri. Data yang diperoleh lalu diolah melalui proses pengeditan, pengkodean, pemasukan, pembersihan, dan analisis data. Variabelvariabel diukur berdasarkan skor dan data dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi Pearson dan regresi linear berganda. Seluruh contoh berasal dari Suku Minangkabau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan pemilik lebih tua daripada nelayan buruh dengan proporsi terbesar usia suami dan istri berada pada rentang dewasa madya untuk nelayan pemilik dan dewasa muda untuk nelayan buruh. Pendidikan suami dan istri nelayan pemilik lebih rendah daripada nelayan buruh dengan proporsi terbesar berada pada tingkat SD untuk nelayan pemilik dan tingkat SMP untuk nelayan buruh. Berdasarkan jenis pekerjaan, lebih dari separuh istri nelayan pemilik tidak bekerja, sementara sisanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan pedagang. Adapun separuh dari istri nelayan buruh bekerja sebagai pembantu rumah tangga, dan sisanya bekerja sebagai pedagang, sementara kurang dari sepersepuluh istri nelayan buruh tidak bekerja. Besar keluarga nelayan pemilik dan buruh berada pada kategori sedang (5-6 orang). Berdasarkan pendapatan perkapita, proporsi terbesar nelayan pemilik dan nelayan buruh berada pada kategori hampir miskin dengan kisaran pendapatan sebesar Rp ,00-

6 Rp ,00/kapita/bulan. Sebanyak 71,7 persen keluarga nelayan memiliki rumah sendiri yang keseluruhan hak kepemilikannya dipegang oleh istri. Nelayan pemilik melakukan penerapan sistem matrilineal dalam keluarga lebih tinggi daripada nelayan buruh. Hampir seluruh keluarga nelayan pemilik memiliki praktik yang tinggi dalam penerapan sistem matrilineal. Terdapat perbedaan yang signifikan antara penerapan sistem matrilineal dalam keluarga nelayan pemilik dan nelayan buruh (p<0,05). Istri nelayan pemilik berkontribusi dalam pendapatan keluarga dengan rataan sebesar 17,2 persen, sedangkan istri nelayan buruh sebesar 20,9 persen. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kontribusi istri nelayan pemilik dan nelayan buruh dalam pendapatan keluarga. Hampir seluruh istri nelayan (90,0%) memiliki peran yang tinggi dalam pengelolaan sumberdaya keluarganya. Indikator pengukuran peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga diantaranya diukur berdasarkan pembagian peran dalam tanggung jawab dan wewenang antara suami dan istri dalam hal peran pengelolaan keuangan, peran domestik, dan peran publik atau sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa istri berperan paling dominan dalam urusan domestik seperti dalam hal perawatan anak sehari-hari, urusan rumah tangga, dan pemeliharaan kebersihan rumah. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara pendidikan istri dengan perannya dalam mengelola sumberdaya keluarga. Jika ditinjau dari masing-masing dimensi peran istri, diketahui bahwa umur istri dan suami berhubungan positif signifikan dengan peran sosialnya. Pendidikan istri berpengaruh positif signifikan dengan peran domestiknya, dan penerapan matrilineal dalam keluarga berpengaruh signifikan terhadap peran sosialnya. Sebanyak 83,4 persen nelayan pemilik dan nelayan buruh keduanya memiliki kesejahteraan subyektif yang tinggi. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kesejahteraan subyektif nelayan pemilik dan nelayan buruh. Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa kesejahteraan subyektif istri nelayan dipengaruhi oleh besar keluarga dan kontribusi istri dalam pendapatan keluarga. Bertambahnya anggota keluarga akan meningkatkan skor kesejahteraan subyektif yang dirasakan oleh istri, sedangkan bertambahnya persentase kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga akan menurunkan skor kesejahteraan subyektif yang dirasakannya. Kata kunci: kesejahteraan subyektif, kontribusi istri, matrilineal, peran istri.

7 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

8 PERAN ISTRI DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELUARGA DAN KESEJAHTERAAN SUBYEKTIF KELUARGA NELAYAN PADA SISTEM MATRILINEAL ARINA ZULIANY Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

9 Judul : Peran Istri dalam Pengelolaan Sumberdaya Keluarga dan Kesejahteraan Subyektif Keluarga Nelayan pada Sistem Matrilineal Nama : Arina Zuliany NIM : I Disetujui, Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si Pembimbing Diketahui, Dr. Ir. Hartoyo, M. Sc Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Alhamdulillaahirabbil alamiin. Tiada kalimat yang tepat untuk disampaikan selain kesyukuran yang tak terhingga. Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah Subhanahu Wa Ta ala yang telah memberikan berbagai pertolongan dan kemudahan dalam menyelesaikan penelitian ini. Salam terindah juga ingin penulis sampaikan pada Rasulullah Muhammad SAW., yang telah membawa rahmat bagi seluruh alam. Rampungnya penelitian ini tentu tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin berterima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing saya dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Dr. Ir. Dwi Hastuti, M. Sc. selaku dosen pembimbing akademik atas bantuan dan bimbingannya selama penulis menjadi mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. 3. Irni Rahmayani Johan, SP., MM selaku dosen pemandu seminar hasil dan dosen penguji Komisi Pendidikan, serta Megawati Simanjuntak, SP., M.Si selaku dosen penguji utama yang telah memberikan masukan-masukan yang membangun bagi perbaikan skripsi. 4. Segenap staf pengajar, pegawai, dan rekan-rekan mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen yang selalu memberi dukungan bagi terciptanya suasana sarat pengetahuan bagi penulis. 5. Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar dan para responden dari warga Kelurahan Batang Arau, Kecamatan Padang Selatan, Sumatera Barat, atas partisipasi dan bantuannya dalam proses pengambilan data. 6. Ibunda dan ayahanda tercinta, Dra. Any Thrisna dan Drs. Zulfahmi, MM (alm) serta kakak dan adik penulis Zulian Fikry, S.Psi dan Muhammad Rayyan Ramadhan. Selanjutnya kepada Opa H. Achmad Noer, Oma Hj. Theresia, dan Elly Thrisyanti, SE., Akt. Terima kasih atas segala do a, cinta, dan dukungan yang begitu tulus untuk penulis. 7. Rizki Amalia, S.Si; Winda Dwi Gustiana, S.Si; Iin Khoirunnisa; RR Dewi Suci CIA, S.Si; Dewi Sekar Mukhti, S.Si; Amania Farah, S.Si; Yayang Ayesya, S.Si; Nisrinah Kharisma, S.Si; R Ifah Kholifah; Neneng Nurul Sopiah; dan segenap rekan-rekan IKK 45 yang telah memberikan sumbangan pikiran dan tenaga dalam pengerjaan skripsi ini. 8. Aldian Farabi, S.TP; Dimas Surya Utama, Fitriany Podungge, S.Pi; Nadita Zairina Suchesdian, Siti Luthfiyyah Azizah, Susi Susanti, dan keluarga besar Forum Indonesia Muda lainnya atas diskusi, motivasi, bantuan, serta dukungan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penelitian ini adalah salah satu perspektif untuk memotret sistem kekerabatan yang kompleks dan terbilang langka di dunia tapi justru ada di Indonesia: Sistem Matrilineal. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Kendati demikian, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang membutuhkan informasi di dalamnya. Bogor, Januari 2013 Arina Zuliany

11 DAFTAR ISI Halaman Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 4 Tujuan Penelitian... 5 Kegunaan Penelitian... 6 TINJAUAN PUSTAKA... 7 Definisi Keluarga... 7 Fungsi Keluarga... 7 Pendekatan Teori Struktural-Fungsional... 7 Manajemen Sumberdaya Keluarga... 9 Manajemen... 9 Sumberdaya... 9 Manajemen Sumberdaya Keluarga... 9 Peran Gender dalam Keluarga Kesejahteraan Keluarga Karakteristik Sistem Matrilineal KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Keluarga Status Usaha Nelayan Umur Suami dan Istri Pendidikan Suami dan Istri Pekerjaan Istri Besar Keluarga Pendapatan Keluarga xii xiii

12 2 Pendapatan Perkapita Aset dan Status Kepemilikan Aset Keluarga Penerapan Sistem Matrilineal dalam Keluarga Persepsi Istri dalam Pengelolaan Sumberdaya Keluarga Praktik Sistem Matrilineal dalam Keluarga Penerapan Sistem Matrilineal pada Keluarga Nelayan Kontribusi Istri terhadap Pendapatan Peran Istri dalam Pengelolaan Sumberdaya Rumah Tangga Hubungan Antara Karakteristik dengan Penerapan Matrilineal, Kontribusi Istri terhadap Pendapatan Keluarga, dan Peran Istri Kesejahteraan Subyektif Istri Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kesejahteraan Subyektif Istri Pembahasan Keterbatasan Penelitian SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP... 69

13 3 DAFTAR TABEL Halaman Halaman 1 Jenis dan skala data Sebaran keluarga berdasarkan umur suami Sebaran keluarga berdasarkan umur istri Sebaran keluarga berdasarkan pendidikan suami Sebaran keluarga berdasarkan pendidikan istri Sebaran keluarga berdasarkan pekerjaan istri Sebaran keluarga berdasarkan besar keluarga Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga per bulan Sebaran rataan pendapatan keluarga berdasarkan sumber Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan perkapita Sebaran keluarga berdasarkan kepemilikan aset Sebaran keluarga berdasarkan status kepemilikan aset keluarga Sebaran per item persepsi istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga Persepsi istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga Sebaran per item praktik peran istri dalam sistem matrilineal Praktik sistem matrilineal dalam keluarga Uji beda paired sample t-test antara persepsi dan praktik matrilineal Sebaran keluarga berdasarkan peran istri dalam pengelolaan sumberdaya Sebaran keluarga berdasarkan kontribusi istri terhadap pendapatan Hubungan antara karakteristik dengan penerapan matrilineal, Hubungan karakteristik contoh dengan dimensi peran istri dalam Sebaran keluarga berdasarkan kesejahteraan subyektif Hubungan karakteristik, kontribusi ekonomi, dan peran istri dengan Nilai koefisien regresi linier faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahtraan subyektif istri... 48

14 4 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta lokasi penelitian Korelasi semua variabel Sebaran per item peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga Sebaran per item kesejahteraan subyektif Dokumentasi penelitian... 69

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku minoritas di Sumatera sebelah timur di kawasan hutan luas diantara sungai-sungai besar, rawa-rawa pantai dan pulau-pulau lepas pantai (Weintré 2003). Di antara suku-suku tersebut, yang paling unik sistem kekerabatannya adalah suku Minangkabau yang berada di Sumatera Barat. Masyarakat Minangkabau menganut sistem matrilineal yang merupakan sistem kekerabatan berdasarkan garis ibu. Sistem kekerabatan ini memberikan peran yang penting bagi perempuan tidak hanya sebagai sumber keturunan, tapi juga sebagai simbol kearifan, kebijakan, finansial, kekuatan, keindahan, kemegahan, dan masa depan. Penguasaan perempuan terhadap basis ekonomi, fisik, dan budaya dengan berlandaskan sistem matrilineal-nya, membuat perempuan Minangkabau relatif memiliki akses penguasaan dan kemampuan pemanfaatan ekonomis yang tinggi dan mandiri (Khaidir 2005). Filosofi adat Minangkabau yang tertuang dalam sistem matrilineal tersebut memberikan kedudukan ekonomis yang sangat kokoh pada perempuan. Hal ini direalisasikan dalam sistem pewarisan (harato pusako) berupa sawah, tanah, dan rumah yang diturunkan kepada anak perempuan. Sementara anak laki-laki mendapatkan tuah atau kehormatan dalam bentuk gelar adat (sako) dan kewenangan untuk mengatur anak kemenakan. Fatmariza et al. (2003) menyimpulkan bahwa perempuan yang sudah menikah akan tetap tinggal di rumah ibunya (rumah gadang) dan menganut sistem keluarga luas (extended family). Perempuan mendapat kepercayaan penuh untuk mengatur rumah tangga. Meskipun sistem kekerabatan Minangkabau adalah matrilineal, hal itu tidak serta merta menentukan posisi perempuan dalam penentuan kebijakan publik masyarakat. Menurut Syarizal dalam Surur (2009), posisi perempuan dalam masyarakat matrilineal Minangkabau terbilang unik karena terdapat perbedaan tajam antara struktur sosial dan ekonomi. Dalam kehidupan ekonomi, perempuan Minangkabau sangat terkenal sebagai perempuan pekerja keras sehingga tidak tergantung pada laki-laki. Namun, dalam struktur sosial, perempuan lebih banyak

16 2 berada pada ranah domestik, yaitu manajemen sumberdaya keluarga dan urusan rumah tangga, sementara pembuatan keputusan secara publik banyak didominasi oleh laki-laki yang disebut sebagai ninik mamak maupun datuk pemimpin kaum. Abidin (2009) secara sarkastis menyatakan bahwa dalam masyarakat Minangkabau tradisional, pada hakekatnya peranan perempuan yang seimbang dengan laki-laki sudah melebihi apa yang diperlukan perempuan itu sendiri, sebagaimana yang mereka perlukan dalam kehidupan masyarakat modern. Dulu, tidak dipakai kata emansipasi, persamaan hak, atau gender sebagaimana yang sering disuarakan oleh kaum wanita barat masa kini. Namun, setelah dikaji, ternyata makna matrilineal dan feminisme sama-sama merujuk pada kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan. Hal itu memberikan arti bahwa masyarakat Minangkabau, terutama pada keberadaan dan posisi perempuannya, sudah menjadi modern sebelum kata modern itu ada. Sistem matrilineal bahkan sudah ada sebelum kata feminisme lahir. Abidin (2009) melanjutkan, dari aspek sistem nilai, karakteristik perempuan Minangkabau telah terpola dalam suatu pembagian kerja yang seimbang antara laki-laki dan perempuan. Di dalam adat Minangkabau, perempuan adalah owner (pemilik), sedangkan laki-laki adalah manager (pengurus) terhadap semua aset keluarga matrilinealnya. Oleh karena itu, sistem matrilineal telah menempatkan perempuan pada suatu posisi yang mengharuskannya berpikir lebih luas, bijaksana, dan tegas terhadap putusan-putusan yang akan diambil terkait dirinya, keluarga, dan masyarakat. Penempatan perempuan sebagai pemilik aset keluarga matrilineal membuat perempuan Minangkabau memegang peran yang tinggi terhadap sumberdaya keluarganya. Hal ini mencerminkan kehidupan matrilineal di Minangkabau memiliki perspektif gender yang unik dibandingkan dengan sistem kekerabatan lainnya di Indonesia bahkan di dunia. Moser (2001) mendefinisikan bahwa gender berbeda dengan jenis kelamin yang maknanya mengacu pada perbedaan fisik yang terdapat pada laki-laki dan perempuan. Gender mengacu pada peran yang berbeda antara laki-laki dan perempuan yang berlaku di masyarakat, serta mencakup hak dan kewajiban yang menyertai peran itu (Riley 1997).

17 3 Peran gender muncul dalam setiap segi kehidupan sosial manusia, seperti dalam institusi sosial, termasuk struktur keluarga, tanggung jawab pekerjaan rumah tangga, pasar tenaga kerja, sekolah, kesehatan, hukum, dan kebijakan publik. Hasil penelitian Oladeji (2008) menyatakan bahwa peran gender dan norma gender bersifat spesifik secara budaya dan juga beragam di seluruh penjuru dunia. Hampir di semua daerah, laki-laki dan perempuan memiliki kekuasaan, status, dan kebebasan yang berbeda dan bervariasi secara substansial. Gender memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam pengambilan keputusan dan perilaku reproduktif dalam keluarga. Hasil penelitian Gusnita (2011) mengenai pengaruh kontribusi ekonomi perempuan dan peran gender terhadap kesejahteraan keluarga di salah satu komunitas matrilineal Minangkabau menunjukkan bahwa kepemilikan aset pada perempuan Minangkabau memberikan pengaruh yang positif terhadap kontribusi ekonomi dirinya dalam keluarga, sehingga peran gender perempuan di Minangkabau, dalam hal ini istri, menjadi semakin signifikan. Jika peran gender istri semakin signifikan, maka peran istri terhadap pengelolaan sumberdaya keluarga juga semakin tinggi. Hal ini berpengaruh positif terhadap kesejahteraan keluarga subyektif yang dirasakan oleh istri. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap peran gender perempuan ini adalah kepemilikan aset dan kontribusi ekonomi perempuan. Sementara itu, faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap kesejahteraan keluarga subyektif adalah kepemilikan aset dan pendapatan total yang dimiliki keluarga. Banyaknya penelitian mengenai keragaan sosial masyarakat matrilineal Minangkabau di luar negeri menunjukkan bahwa Minangkabau bukan lagi ranah penelitian yang perawan. Penerbitan tentang Minangkabau, baik yang ditulis oleh para ilmuwan sosial Minangkabau, maupun oleh orang-orang asing, tampak meningkat dalam jumlah dan keberagaman topiknya yang sebagian besar didasarkan pada penelitian di lapangan (Beckmann 2000). Namun, masih sedikit literatur yang menyajikan data yang empiris untuk menjelaskan aspek manajemen sumberdaya keluarga dengan perspektif gender di Minangkabau. Ditambah lagi dengan semakin tergerusnya nilai-nilai budaya tradisional nusantara, tentulah cerita-cerita kaba dan tambo tradisional yang

18 4 menjadi rujukan untuk pengetahuan tentang matrilinealisme serta kebudayaan yang diturunkan secara fragmentaris dari generasi ke generasi saja menjadi kurang relevan. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai peran istri terhadap pengelolaan sumberdaya keluarga dalam keluarga nelayan matrilineal Minangkabau. Perumusan Masalah Minangkabau sebagai representasi komunitas tempat diberlakukannya sistem matrilineal memiliki cakupan wilayah yang luas di Sumatera Barat. Daerah asli Minangkabau yang bertahan hingga kini adalah Luhak nan Tigo, yaitu Luhak Limo Puluah Koto, Luhak Agam, dan Luhak Tanah Data. Tiga daerah tersebut dikenal sebagai daerah darek atau kampung halaman. Sementara itu, daerah pesisir pantai Sumatera Barat secara adat disebut sebagai daerah rantau. Daerah pesisir ini menjadi cikal bakal tujuan perantauan bagi pemuda asli Minangkabau. Rumah, keluarga, kampung, serta konsep anak tertantang secara agresif dan lantas tertransformasi di daerah pesisir perantauan ini. Masyarakat pesisir yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai nelayan, diasumsikan sebagai komunitas masyarakat di wilayah Minangkabau yang paling banyak menerima paparan budaya luar. Dalam kehidupan masyarakat nelayan yang banyak bercampur dengan kebudayaan lain sebagai pendatang, orang Minangkabau asli dipaksa mempertanyakan definisi-definisi budaya yang sangat elementer dan sudah menjadi nilai-nilai dasar. Kondisi perubahan fundamental dan tak terhindarkan inilah yang membuat daerah pesisir Minangkabau unik dan menarik (Hadler 2009). Salah satu komunitas bangsa Indonesia yang teridentifikasi sebagai golongan miskin saat ini adalah nelayan. Sedikitnya sekitar 14,58 juta jiwa atau sekitar 90 persen dari 16,2 juta jiwa jumlah nelayan di Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan (BPS 2009). Di sisi lain, nelayan mempunyai peran yang sangat substansial dalam modernisasi peran kehidupan manusia. Nelayan termasuk agent of development yang paling reaktif terhadap lingkungan (Hadler 2009). Sifatnya yang lebih terbuka jika dibandingkan dengan masyarakat yang hidup di pedalaman, menjadi stimulator untuk menerima perkembangan zaman yang lebih modern. Sifat masyarakat nelayan yang terpapar dengan berbagai

19 5 budaya luar ini tentu mendorong terjadinya akulturasi dengan lebih pesat, begitupun di Sumatera Barat, khususnya Minangkabau. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berpusat pada masalah berikut: 1. Bagaimana penerapan sistem matrilineal yang terjadi pada keluarga nelayan? 2. Bagaimana tingkat kontribusi ekonomi istri nelayan pemilik dan buruh? 3. Bagaimana peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga? 4. Bagaimana hubungan antara karakteristik keluarga dengan tingkat kontribusi ekonomi istri dan peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga serta kesejahteraan subyektif istri? 5. Bagaimana tingkat kesejahteraan subyektif istri nelayan pemilik dan buruh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat peran istri dalam pengelolaan sumberdaya materi keluarga dan kesejahteraan subyektif istri dalam keluarga nelayan yang menganut sistem matrilineal di Sumatera Barat. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi penerapan sistem matrilineal yang terjadi pada keluarga nelayan. 2. Menghitung tingkat kontribusi ekonomi istri nelayan pemilik dan buruh. 3. Menjelaskan peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga. 4. Mengidentifikasi hubungan antara karakteristik keluarga dengan tingkat kontribusi ekonomi istri dan peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga, serta kesejahteraan subyektif istri. 5. Mengukur tingkat kesejahteraan subyektif istri nelayan pemilik dan buruh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

20 6 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya dimensi literatur yang menjelaskan mengenai keragaan masyarakat nelayan dan masyarakat matrilineal Minangkabau. Melalui penelitian ini, diharapkan kajian mengenai manajemen sumberdaya keluarga dan peran gender dalam masyarakat yang unik dan berbeda dari mayoritas kebudayaan masyarakat Indonesia semakin memperkaya khazanah ilmu pengetahuan. Lebih jauh lagi, penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi pemerintah, dinas-dinas terkait, serta akademisi baik di bidang kebudayaan, keluarga, maupun daerah pesisir dan laut, dalam mengambil kebijakan.

21 7 Definisi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami, istri, dan anak. Keluarga adalah dua orang atau lebih yang memiliki ikatan darah, perkawinan, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah tangga. Rumah tangga dan keluarga adalah dua istilah yang berbeda. Keluarga adalah unit terkecil yang menampung anggota yang terikat dalam ikatan darah, perkawinan, atau adopsi, sementara rumah tangga adalah sebuah kesatuan dari beberapa individu yang mengelola sumberdaya secara bersama-sama untuk mencapai kepuasan bersama, sehingga dalam sebuah keluarga pasti terdapat rumah tangga (bisa jadi lebih dari satu rumah tangga), akan tetapi dalam rumah tangga bisa jadi tidak terdapat hubungan keluarga (Puspitawati 2009). Fungsi Keluarga Fungsi keluarga diterangkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 21 Tahun 1994 (BKKBN 1996), dimana fungsi-fungsi tersebut ada delapan, yaitu: 1) Fungsi Keagamaan, 2) Fungsi Sosial Budaya, 3) Fungsi Cinta Kasih, 4) Fungsi Melindungi, 5) Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan, 6) Fungsi Reproduksi, 7) Fungsi Ekonomi, 8) Fungsi Pembinaan Lingkungan. Sementara itu, menurut resolusi majelis umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), fungsi utama keluarga adalah sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta menciptakan kepuasan dan lingkungan yang sehat untuk tercapainya keluarga sejahtera (Megawangi, 1999). Pendekatan Teori Struktural-Fungsional Pendekatan struktural fungsional merupakan salah satu pendekatan teori sosiologi yang digunakan dalam menganalisis keluarga. Keluarga dipandang sebagai institusi dalam masyarakat yang memiliki prinsip-prinsip yang serupa dengan kehidupan sosial masyarakat. Pendekatan ini mengakui adanya segala keragaman dalam kehidupan sosial yang merupakan sumber dari adanya struktur

22 8 dalam masyarakat. Keragaman struktur tersebut menciptakan peran yang beragam dalam sistem (Megawangi 1999). Selanjutnya, Megawangi (1999) menyatakan bahwa keseimbangan akan menciptakan sebuah sistem sosial yang tertib. Ketertiban sosial ini akan tercipta jika keluarga memiliki struktur atau strata yang jelas dan setiap individu yang ada dalam keluarga tersebut mematuhi sistem nilai yang ada dengan menjalankan peran dan fungsinya masing-masing. Menurut teori ini, keluarga dilihat sebagai salah satu subsistem yang tidak terlepas dari interaksinya dengan subsistemsubsistem lainnya yang ada dalam masyarakat. Dalam interaksi tersebut, keluarga berfungsi sebagai pemelihara keseimbangan sosial masyarakat (equilibrium state). Persyaratan struktural yang diperlukan oleh keluarga agar dapat berfungsi sebagai sistem adalah: (1) diferensiasi peran yang merupakan sebentuk alokasi peran yang harus dilakukan oleh anggota keluarga, (2) alokasi solidaritas yang menyangkut distribusi hubungan antaranggota keluarga menurut cinta, kekuatan, dan intensitas hubungan, (3) alokasi ekonomi yang menyangkut distribusi barang dan jasa untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, (4) alokasi politik yang berkaitan dengan distribusi kekuasaan, peran, dan pengaruh dalam keluarga, serta (5) alokasi integrasi dan ekspresi yang merupakan distribusi teknik atau cara-cara bersosialisasi dan menunjukkan afeksi yang ditunjukkan keluarga dalam berinteraksi (Megawangi 1999). Pendekatan struktural-fungsional menekankan pada keseimbangan sistem yang stabil dalam keluarga dan kestabilan sistem sosial dalam masyarakat. Adapun asumsi dasar dalam teori ini adalah: (1) masyarakat selalu mencari titik keseimbangan, (2) masyarakat membutuhkan kebutuhan dasar agar keseimbangan terpenuhi, (3) kebutuhan dasar terpenuhi apabila fungsi dijalankan, (4) fungsi terpenuhi apabila terdapat struktur demi berlangsungnya kondisi homeostatik (Megawangi 1999).

23 9 Manajemen Sumberdaya Keluarga Manajemen Manajemen adalah upaya untuk mengelola sumberdaya yang dimiliki seoptimal mungkin untuk mencapai hasil yang diharapkan. Proses dalam manajemen bermula dari perencanaan hingga pelaksanaan dari penggunaan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan dalam mencapai tujuan. Manajemen memungkinkan individu dan keluarga untuk bertahan menghadapi tekanan dan kondisi yang berubah, serta menjadi jalan untuk menghadapi masa depan. Manajemen mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal dalam suatu ekosistem. Tindakan manajerial berorientasi pada tujuan dan terkait dengan sumberdaya yang dimiliki atau yang tersedia (Deacon dan Firebaugh 1988). Sumberdaya Sumberdaya adalah alat atau kekayaan yang tersedia untuk menyelesaikan persoalan atau masalah. Deacon dan Firebaugh (1988) mendefinisikan sumberdaya sebagai alat atau bahan yang tersedia dan diketahui potensinya untuk memenuhi keinginan. Sumberdaya juga didefinisikan sebagai segala bentuk komoditi, baik secara materi dan non materi yang bisa memuaskan kebutuhan fisik dan psikologis individu (Rettig dan Leichtentritt 1998). Sumberdaya ini mencakup cinta, status, informasi, uang, barang, dan jasa. Sumberdaya materi adalah sumberdaya yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan fisik, yaitu uang dan aset. Sementara itu, sumberdaya non materi adalah sumberdaya yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan psikologis dan relatif tidak berwujud, seperti cinta, status, informasi, dan jasa. Manajemen Sumberdaya Keluarga Menurut Iskandar (2007), manajemen sumberdaya keluarga adalah kemampuan keluarga untuk meraih hasil dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya melalui kegiatan suami, istri, anak-anak, dan anggota lainnya. Oleh karena itu, fungsi-fungsi dalam manajemen sumberdaya keluarga menjadi sangat penting.

24 10 Adapun fungsi dalam manajemen sumberdaya keluarga menurut Deacon dan Firebaugh (1988) ada empat, yaitu: 1. Perencanaan (Planning) Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan berdasarkan kebutuhan dan sumberdaya yang dimiliki secara keseluruhan serta menetukan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Perencanaan merupakan proses yang penting dalam manajemen, karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tidak dapat berjalan. 2. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih sederhana. Pengorganisasian memudahkan keluarga untuk melakukan pengawasan dan menentukan sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan menentukan tugas yang harus dikerjakan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, bagaimana tugas tersebut diselesaikan, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya. 3. Pelaksanaan (Actuating) Pelaksanaan adalah membuat perencanaan menjadi kenyataan. Pembagian tugas yang telah disepakati dilaksanakan dalam keluarga. 4. Pengawasan (Controlling) Pengawasan adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota keluarga berusaha mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati. Dalam fungsi pengawasan ini, jika diperlukan, akan dilakukan penyesuaian standar antaranggota keluarga. Konsep Gender Peran Gender dalam Keluarga Menurut Moser (2001), gender berbeda dengan jenis kelamin yang maknanya mengacu pada perbedaan fisik yang terdapat pada laki-laki dan perempuan. Gender mengacu pada peran yang berbeda antara laki-laki dan perempuan yang berlaku di masyarakat, serta mencakup hak dan kewajiban yang

25 11 menyertai peran itu (Riley 1997). Hasil penelitian Oladeji (2008) menyatakan bahwa peran gender dan norma gender bersifat spesifik secara budaya dan juga beragam di seluruh penjuru dunia. Hampir di semua daerah di dunia, laki-laki dan perempuan memiliki kekuasaan, status, dan kebebasan yang berbeda dan bervariasi secara substansial. Gender memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam pengambilan keputusan dan perilaku reproduktif dalam keluarga. Gender menciptakan peran yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Besarnya porsi pembagian peran dan tanggung jawab ini diasosiasikan sebagai peran gender. Semakin seimbang peran gender, berarti semakin banyak tanggung jawab yang dibagi bersama antara laki-laki dan perempuan. Peran Peran adalah suatu bagian yang dimainkan seseorang dalam suatu pengaturan sosial yang dipengaruhi oleh norma kepantasan dan kepatutan. Suatu peran mengindikasikan tugas, tanggung jawab, kualifikasi, atau sesuatu yang diharapkan dari seseorang berdasarkan statusnya. Adapun peran gender maknanya adalah norma yang diterima dalam masyarakat yang dihubungkan dengan sifat laki-laki atau perempuan dalam suatu masyarakat tertentu. Menurut Puspitawati (2012), berkaitan dengan peran gender, terdapat istilah kegiatan produktif, reproduktif, dan kemasyarakatan yang digunakan dalam analisis gender, yang bermakna: (1) kegiatan produktif atau peran publik yaitu kegiatan yang dilakukan anggota masyarakat dalam mencari nafkah, (2) kegiatan reproduktif atau peran domestik yaitu kegiatan yang berhubungan erat dengan pemeliharaan dan pengembangan keluarga serta menjamin keberlangsungan sumberdaya manusia dalam keluarga yang biasanya dilakukan bersamaan dengan tanggung jawab domestik tanpa menghasilkan uang, dan (3) kegiatan sosial atau peran kemasyarakatan yang berkaitan dengan kegiatan politik dan sosial budaya. Peran Istri Peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga adalah posisi tawar yang dimiliki oleh istri karena keterlibatannya dalam merencanakan, mengatur, dan mengelola sumberdaya keluarga serta mencakup penguasaannya terhadap faktor-faktor ekonomi baik materi maupun non materi. Ashraf et al. (2006)

26 12 menemukan bahwa pendapatan harus berada dalam wewenang istri dalam upaya untuk meningkatkan posisi tawar mereka dalam rumah tangga, bukan hanya dihasilkan oleh istri. Duflo (2003) dan Rangel (2005) yang menemukan bahwa peningkatan pada kontribusi ekonomi istri diartikan sebagai meningkatnya peran istri dalam pengelolaan dan penguasaan sumberdaya keluarga yang akhirnya akan membawa kepada tingkat kepuasan yang lebih baik dari perspektif istri. Namun, perlu diperhatikan bahwa pendapatan yang lebih tinggi saja tidak cukup untuk membuat istri merasa lebih sejahtera. Hal yang terpenting adalah memberikan akses yang memadai kepada istri dalam mengatur pendapatan dan meningkatkan peran istri dalam mengelola sumberdaya materi dan non materi berdasarkan uang yang telah dialokasikan (Ashraf et al. 2006). Di masa yang semakin modern ini, perempuan tampak semakin berperan di ranah publik termasuk dalam mencari nafkah. Hal tersebut mendorong perempuan untuk ikut serta berperan dalam sektor ekonomi demi menambah penghasilan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan. Berkaitan dengan hal ini, menurut Puspitawati 1998, terdapat 2 (dua) strategi yang dilakukan oleh keluarga dalam mengatasi masalah keuangan, yaitu: (1) generating additional income atau menambah penghasilan dan (2) cutting back expenses atau melakukan penghematan. Perempuan yang bekerja, dalam hal ini, melakukan peningkatan sumberdaya keluarga dengan cara bekerja hingga mampu berkontribusi dalam menambah pendapatan keluarga. Kesejahteraan Keluarga Pengertian Kesejahteraan Keluarga Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material, maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usahausaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

27 13 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga antara lain (Syarief dan Hartoyo 1993): 1. Faktor ekonomi. Kemiskinan dapat menghambat upaya peningkatan pembangungan sumberdaya yang dimiliki keluarga, akhirnya dapat menghambat upaya peningkatan kesejahteraan keluarga. 2. Faktor budaya. Kualitas kesejahteraan keluarga ditandai oleh adanya kemantapan budaya yang dicerminkan dengan penghayatan dan pengamalan nilainilai luhur budaya bangsa. Kemantapan budaya diharapkan mampu memperkokoh keluarga dalam melaksanakan fungsinya. 3. Faktor teknologi. Peningkatan kesejahteraan keluarga harus didukung oleh pengembangan teknologi. Keberadaan teknologi dalam proses produksi harus diakui telah mampu meningkatkan kapasitas dan efisiensi produksi. Penguasaan teknologi ini berkaitan dengan tingkat pendidikan, kualitas sumberdaya manusia, dan kepemilikan modal. 4. Faktor keamanan. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat ditentukan oleh adanya stabilitas keamanan yang terjamin. 5. Faktor kehidupan beragama. Kesejahteraan keluarga juga menyangkut masalah kesejahteraan spiritual. Setiap keluarga diberi hak untuk dapat mempelajari dan menjalankan syariat agamanya masing-masing tanpa memaksakan agama yang satu kepada yang lain. 6. Faktor kepastian hukum. Peningkatan kesejahteraan keluarga menuntut adanya jaminan atau kepastian hukum.

28 14 Kesejahteraan Keluarga Subyektif Kesejahteraan digolongkan menjadi dua, yaitu kesejahteraan obyektif dan kesejahteraan subyektif. Kesejahteraan obyektif hanya dinilai berdasarkan kepuasan finansial atau materi. Menurut Krueger (2009), kesejahteraan subyektif adalah pengukuran tingkat kepuasan dan kebahagiaan seseorang secara subyektif terhadap keadaannya dalam waktu tertentu. Kesejahteraan subyektif ini berhubungan erat dengan kepuasan. Kesejahteraan subyektif dibagi menjadi kesejahteraan materi dan non materi. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kepuasan individu atau keluarga, maka semakin tinggi kesejahteraan subyektif yang dirasakannya. Hasil penelitian Simanjuntak (2010) menyatakan bahwa peningkatan akses terhadap sumberdaya fisik dan non fisik keluarga seperti keuangan, makanan, maupun aset akan memberikan kepuasan subyektif yang lebih tinggi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Gusnita (2011) mengenai kesejahteraan subyektif yang menunjukkan bahwa kesejahteraan subyektif perempuan bekerja di Sumatera Barat dipengaruhi oleh: (1) kepemilikan aset atau peran terhadap sumberdaya keluarga dan (2) pendapatan total keluarga. Aset adalah sumberdaya atau kekayaan yang dimiliki. Aset berperan sebagai alat pemuas kebutuhan, baik fisik maupun hedonik. Oleh karena itu, keluarga yang memiliki aset lebih banyak cenderung lebih sejahtera dibandingkan yang memiliki aset terbatas. Karakteristik Sistem Matrilineal Sistem Kekerabatan Garis Keturunan Ibu Sistem matrilineal adalah suatu sistem yang mengatur kehidupan dan ketertiban suatu masyarakat yang terikat dalam suatu jalinan kekerabatan dalam garis ibu. Seorang anak laki-laki atau perempuan merupakan klen dari perkauman ibu. Ayah tidak dapat memasukkan anaknya ke dalam klen-nya sebagaimana yang berlaku dalam sistem patrilineal. Oleh karena itu, waris dan pusaka diturunkan menurut garis ibu pula (Abidin 2009). Sistem matrilineal menegaskan bahwa perempuan diposisikan sebagai pengikat, pemelihara dan penyimpan, sebagaimana diungkapkan pepatah adatnya amban puruak atau tempat penyimpanan. Itulah sebabnya dalam penentuan

29 15 peraturan dan perundang-undangan adat, perempuan tidak diikut sertakan. Perempuan menerima bersih tentang hak dan kewajiban di dalam adat yang telah diputuskan sebelumnya secara adat. Menurut Radjab (1969) dalam Abidin (2009), sistem matrilineal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Keturunan dihitung menurut garis ibu. 2. Suku terbentuk menurut garis ibu. 3. Tiap orang diharuskan kawin dengan orang luar sukunya (exogami). 4. Kekuasaan di dalam suku, menurut teori, terletak di tangan ibu, tetapi jarang sekali dipergunakan karena bersifat kekuasaan domestik. 5. Perkawinan bersifat matrilokal, yaitu suami mengunjungi atau tinggal di rumah istrinya. 6. Hak-hak dan pusaka diwariskan oleh mamak kepada kemenakannya. Suami dan anak laki-laki dalam keluarga tidak punya hak atas kepemilikan harta pusaka. Keunggulan dari sistem ini adalah mampu bertahan walaupun sistem patrilineal muncul sebagai sebuah sistem kekerabatan yang lain. Sistim matrilieal tidak hanya jadi sebuah aturan saja, tetapi telah menjadi semakin kuat menjadi suatu budaya, jalan hidup, hingga menjadi kecenderungan yang paling dalam dari diri setiap orang Minangkabau. Laki-laki Minang cenderung untuk menyerahkan harta pusaka dan warisan dari hasil pencahariannya sendiri kepada anak perempuannya, yang seharusnya dibagi menurut hukum faraidh. Anak perempuan itu nanti menyerahkan pula kepada anak perempuan keturunan selanjutnya. Proses tersebut terus berlangsung dari generasi ke generasi. Namun, pewarisan seperti ini hanya berlaku untuk harta pusaka tinggi milik kaum dalam suku, bukan harta pencaharian suami istri. Harta pencaharian suami istri diwariskan secara hukum Islam.

30 16

31 17 KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga sejahtera merupakan landasan awal terciptanya masyarakat yang madani. Kesejahteraan suatu keluarga dapat dilihat dari segi fisik, ekonomi, sosial, dan psikologis. Keluarga harus dapat menciptakan sumberdaya yang berkualitas agar dapat menjadi input yang baik bagi masyarakat. Perempuan, dalam hal ini istri, adalah pemegang tanggung jawab besar dalam mendidik anak-anaknya sehingga menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas. Penelitian ini ingin melihat sejauh mana peran istri pada masyarakat yang menganut sistem matrilineal atau menurut garis keturunan ibu, sehingga penting untuk mengetahui karakteristik istri, karakteristik keluarga, dan karakteristik lingkungan. Karakteristik istri dan keluarga yang terdiri dari umur, pendapatan, lama pendidikan, besar keluarga, status kepemilikan aset keluarga, dan penerapan sistem matrilineal dalam keluarga akan berpengaruh terhadap kontribusi ekonomi istri dan selanjutnya terhadap peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga. Terdapat hubungan yang positif antara kontribusi ekonomi istri dengan perannya di dalam keluarga. Sementara, kepemilikan yang tinggi atas sumberdaya materi ataupun non materi akan meningkatkan kepuasan istri terhadap perkawinan yang akhirnya akan membawa pada kepuasan subyektif yang lebih tinggi untuk istri. Kesejahteraan akan tercapai dengan maksimal apabila kerjasama atau kemitraan antara suami dan istri dalam keluarga tercipta dengan optimal. Peran gender bagi seorang istri secara tradisional adalah di sekitar sektor domestik, sementara suami berperan pada sektor publik. Diferensiasi peran ini akan memberikan pengaruh pada kesejahteraan subyektif istri dalam keluarga. Umur, pekerjaan, dan lama pendidikan istri dapat mempengaruhi kesejahteraan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kontribusi ekonomi dan tingkat peran istri dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan subyektif istri. Hal inilah yang akan diteliti lebih jauh di keluarga nelayan matrilineal Minangkabau. Bagan kerangka pemikiran secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 1.

32 18 Karakteristik Istri: - Umur - Lama Pendidikan - Pekerjaan Kontribusi Istri terhadap Pendapatan Keluarga Karakteristik Keluarga: - Umur Suami - Lama Pendidikan Suami - Pekerjaan Suami - Besar Keluarga - Pendapatan Keluarga - Status Kepemilikan Aset Penerapan Sistem Matrilineal dalam Keluarga - Persepsi - Praktik Peran Istri dalam Pengelolaan Sumberdaya Rumah Tangga Kesejahteraan Subyektif Gambar 1 Kerangka Pemikiran Operasional

33 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik istri. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Batang Arau, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan wilayah pesisir yang masih kental dengan nuansa budaya Minangkabau dan menganut sistem matrilineal. Selain itu, berdasarkan data BPS 2010, Kelurahan Batang Arau merupakan pusat pengembangan minapolitan wilayah Sumatera Barat yang memiliki populasi nelayan terbesar di provinsi ini, yaitu sebanyak 1721 jiwa. Pengambilan data dilakukan selama dua bulan, yaitu dari bulan Februari sampai Maret Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga nelayan di wilayah Kelurahan Batang Arau, Sumatera Barat. Dalam penelitian ini, keluarga nelayan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: (1) kelompok nelayan pemilik, dan (2) kelompok nelayan buruh. Responden dalam penelitian ini adalah istri nelayan. Metode pemilihan contoh yang digunakan ialah teknik nonprobability sampling secara snowball dan diambil sebanyak 60 keluarga contoh. Pengambilan contoh secara snowball dilakukan karena tidak adanya data yang valid mengenai daftar nama nelayan pemilik dan buruh di Kelurahan Batang Arau, maka data mengenai hal tersebut ditanyakan kepada Ketua PKK setempat, setelah itu dilakukan pengambilan contoh dengan bertanya kepada responden mengenai tetangganya sesama nelayan buruh atau nelayan pemilik. Secara bertahap, jumlah responden terkumpul sebanyak 30 keluarga nelayan pemilik dan 30 keluarga nelayan buruh. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan panduan kuesioner terstruktur, yaitu karakteristik istri, keluarga, kontribusi istri terhadap pendapatan

34 20 keluarga, penerapan sistem matrilineal dalam keluarga, tingkat peran istri dalam mengelola sumberdaya keluarga, dan tingkat kesejahteraan subyektif yang dirasakan oleh istri. Data sekunder diperlukan untuk memperkaya dan menunjang analisis data primer. Data sekunder diperoleh dari dinas-dinas terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, Kantor Badan Pusat Statistik, Kantor Kecamatan, dan Kantor Kelurahan di lokasi penelitian. Variabel penelitian, jenis data, dan skala data dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan skala data No. Variabel Satuan Skala Saat Analisis Jenis Data 1. Karakteristik Istri a. Umur Istri tahun Rasio Primer b. Lama Pendidikan Istri tahun Rasio Primer c. Pekerjaan Nominal Primer 2. Karakteristik Keluarga Rasio a. Umur Suami tahun Rasio Primer b. Lama Pendidikan Suami tahun Nominal Primer c. Pekerjaan Suami - Primer d. Besar Keluarga orang Rasio Primer e. Pendapatan per kapita Rp/bln Rasio Primer f. Pendapatan keluarga persen Rasio Primer berdasarkan sumber g. Aset - Nominal Primer h. Status Kepemilikan Aset - Nominal Primer 3. Kontribusi Istri terhadap persen Rasio Primer Pendapatan Keluarga 4. Penerapan Sistem Matrilineal Primer dalam Keluarga a. Persepsi Peran Istri terhadap skor Interval Primer Pengelolaan Sumberdaya Materi b. Peran Istri dalam Praktik indeks Interval Primer 5. Tingkat Peran Istri indeks Interval Primer berdasarkan Pembagian Peran Gender dalam Keluarga 6. Kesejahteraan Subyektif Istri skor Interval Primer (Subjective Quality of Life) 7. Data kondisi geografis - - Sekunder 8. Data kependudukan - - Sekunder Data hasil tangkapan ikan - - Sekunder

35 21 Pengukuran Variabel Penelitian dan Pengelompokannya Variabel dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan atas kerangka pemikiran yang disesuaikan untuk mencapai tujuan penelitian. Variabel dalam penelitian dan pengukurannya dijelaskan sebagai berikut: 1. Karakteristik istri dan karakteristik keluarga meliputi: a. Umur istri dan suami Berdasarkan Papalia, Old, dan Friedman (2008), kategori umur dewasa adalah dewasa muda (19-40 tahun), dewasa madya (40-60 tahun), dan dewasa tua (>60 tahun). b. Lama pendidikan Lama pendidikan diukur berdasarkan tahun yang dikelompokkan menjadi 0 tahun, 1-6 tahun, 7-9 tahun, tahun, tahun, tahun, dan >16 tahun. c. Pekerjaan istri dan suami Pekerjaan meliputi pekerjaan tetap dan pekerjaan tambahan. Istri bekerja sebagai pedagang ataupun pembantu rumah tangga, sementara suami bekerja sebagai nelayan dengan kapal sendiri dan buruh nelayan. d. Besar keluarga Besar keluarga dikelompokkan berdasarkan BKKBN (1998) yang terdiri atas tiga kategori, yaitu keluarga kecil ( 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (>7 orang). e. Status kepemilikan aset Status kepemilikan aset terdiri atas sendiri, bersama, dan atas nama istri. Selanjutnya dikelompokkan berdasarkan persentase kepemilikan. f. Pendapatan per kapita Pendapatan per kapita adalah pendapatan keluarga dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Selanjutnya, dikategorikan menjadi miskin (<Rp ), hampir miskin (Rp Rp ), dan menengah ke atas (>Rp ) berdasarkan Garis Kemiskinan Sumatera Barat (BPS 2010) yaitu pada nominal Rp /kapita/bulan. Pengelompokan ini mengacu kepada

36 22 Puspitawati et al. (2009) yang mengategorikan miskin setara dengan <1GK, hampir miskin setara dengan 1-2 GK, dan menengah ke atas setara dengan >2 GK. 2. Kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga Kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga diukur dengan persentase pendapatan istri terhadap pendapatan total keluarga dengan rumus sebagai berikut: Kontribusi = Pendapatan Istri (Rupiah/bulan) x 100% Pendapatan Keluarga Total (Rupiah/bulan) Selanjutnya, persentase kontribusi istri dikelompokkan menjadi tujuh kategori, yaitu: a. 0,0% b. 0,1%-10,0% c. 10,1%-20,0% d. 20,1%-30,0% e. 30,1%-40,0% f. 40,1%-50,0% g. 50,1%-60,0% 3. Penerapan sistem matrilineal dalam keluarga a. Persepsi istri mengenai pengelolaan sumberdaya Persepsi istri diukur dengan enam butir pernyataan tentang sistem matrilineal, dengan pilihan jawaban (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Tidak setuju dan (4) Sangat tidak setuju. Selanjutnya, jawaban diberikan skor sebagai berikut: Skor 1= untuk jawaban (1) Sangat setuju dan (2) Setuju Skor 0= untuk jawaban (3) Tidak setuju dan (4) Sangat tidak setuju Persepsi istri diolah dalam bentuk indeks, dengan rumus: Indeks = skor capaian-skor terendah x 100% skor tertinggi-skor terendah Kemudian, persepsi istri dikategorikan menjadi tiga, yaitu: a. Rendah (< 60%) b. Sedang (60 %-80%) c. Tinggi (>80%)

37 23 b. Praktik pengelolaan sumberdaya materi dalam sistem matrilineal Praktik pengelolaan sumberdaya keluarga diukur dengan enam butir pernyataan yang sejalan dengan persepsi isteri, dengan pilihan jawaban: (1) Terjadi dan (2) Tidak terjadi. Selanjutnya, jawaban diberikan skor sebagai berikut: Skor 1= untuk jawaban (1) Terjadi Skor 0= untuk jawaban (3) Tidak terjadi Praktik matrilineal diolah dalam bentuk indeks, dengan rumus: Indeks = skor capaian-skor terendah x 100% skor tertinggi-skor terendah Kemudian, praktik matrilineal dikategorikan menjadi tiga, yaitu: a. Rendah (< 60%) b. Sedang (60 %-80%) c. Tinggi (>80%) 4. Peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga Peran istri dinilai dengan menggunakan pertanyaan mengenai distribusi tanggung jawab dalam pengambilan keputusan dalam keluarga yang diukur dengan skala likert. Setiap butir pertanyaan diberikan lima pilihan jawaban, yaitu: (1) Istri saja, (2) Istri dominan, (3) Istri dan suami bersama-sama, (4) Suami dominan, dan (5) Suami saja. Selanjutnya, jawaban diberikan skor sebagai berikut: Skor 5 = untuk jawaban nomor (1) Istri saja Skor 4 = untuk jawaban nomor (2) Istri dominan Skor 3 = untuk jawaban nomor (3) Istri dan suami secara bersama Skor 2 = untuk jawaban nomor (4) Suami dominan Skor 1 = untuk jawaban nomor (5) Suami saja Peran istri diolah dalam bentuk indeks, dengan rumus: Indeks = skor capaian-skor terendah x 100% skor tertinggi-skor terendah Kemudian, indeks peran istri dikategorikan menjadi tiga, yaitu: a. Peran istri rendah (<33,3%) b. Peran istri sedang (33,3 %-66,7%) c. Peran istri tinggi (>66,7%)

38 24 5. Tingkat kesejahteraan secara subyektif (subjective quality of life) Pengukuran tingkat kesejahteraan subyektif didasarkan atas tingkat kepuasan yang dirasakan oleh istri atas kondisi yang dirasakannya. Tingkat kepuasan subyektif istri dikategorikan menjadi sangat tidak puas (skor 1), cukup puas (skor 2), tidak puas (skor 3), puas (skor 4), dan sangat puas (skor 5), berdasarkan 30 butir pertanyaan yang dimodifikasi dari Iskandar (2007), Muflikhati (2010), dan Irzalinda (2010). Pengategorian ditentukan dengan cut-off point yang membagi kesejahteraan subyektif istri menjadi tiga kategori, yaitu: a. Rendah (< 60%) b. Sedang (60 %-80%) c. Tinggi (>80%) Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh melalui kuesioner penelitian diolah dengan langkahlangkah: transfer, coding, editing, entry, cleaning, dan analisis data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis inferensia. Analisis inferensia yang digunakan adalah uji beda dan uji regresi linear berganda. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis karakteristik istri dan keluarga. Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui karakteristik setiap variabel pada contoh penelitian. Data dan informasi yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabulasi. Statistik dasar yang digunakan bagi data kuantitatif adalah rata-rata, standar deviasi, maksimum, dan minimum. Sementara itu, untuk data kualitatif digunakan proporsi. Data statistik deskriptif ini diolah menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16,0. Adapun analisis statistik inferensia yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Uji Beda Independent Samples T-Test Uji beda Independent Samples T-Test digunakan untuk melihat perbedaan karakteristik istri dan karakteristik keluarga pada keluarga nelayan pemilik dan nelayan buruh.

39 25 2. Uji Beda Paired Samples T-Test Uji beda ini digunakan untuk melihat perbedaan penerapan sistem matrilineal pada keluarga nelayan dengan membandingkan antara persepsi dan praktik yang terjadi dalam keluarga. 3. Analisis Korelasi Pearson Analisis korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik keluarga dengan penerapan sistem matrilineal, kontribusi istri terhadap pendapatan, dan peran istri. Selain itu, diukur pula hubungan antara karakteristik contoh dengan dimensi peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga. Hubungan antara karakteristik keluarga, kontribusi ekonomi, dan peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga dengan kesejahteraan subyektif istri juga diolah dengan analisis korelasi Pearson ini. 4. Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subyektif istri. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Y= α+β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 +β 4 X 4+ β 5 X 5 + β 6 X 6 Keterangan: Y= Kesejahteraan subyektif istri (skor) α = galat X 1 = Umur istri (tahun) X 2 = Lama pendidikan istri (tahun) X 3 = Besar keluarga (orang) X 4 = Pendapatan keluarga (Rp/bulan) X 5 = Persepsi peran istri (skor) X 6 = Kontribusi istri terhadap pendapatan (persen) β 1, β 2, β 3, β 4, β 5, β 6 = koefisien regresi

40 26 Definisi Operasional Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang anggotanya terikat oleh perkawinan, pertalian darah, atau adopsi. Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri demografis yang dimiliki keluarga meliputi umur, lama pendidikan, dan jumlah anggota keluarga. Karakteristik istri adalah ciri-ciri demografis istri yang meliputi umur, pekerjaan, pendapatan, dan lama pendidikan. Umur adalah lama masa kehidupan individu yang dinyatakan dalam tahun dan diukur berdasarkan ulang tahun terakhir. Besar keluarga adalah banyaknya jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah dan masih menjadi tanggungan keluarga. Nelayan adalah individu yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan di laut. Nelayan pemilik adalah nelayan yang memiliki alat tangkap untuk melaut. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja pada nelayan pemilik karena tidak memiliki perahu atau alat tangkap sendiri. Pendapatan total keluarga adalah pendapatan yang diterima oleh istri, suami, dan anggota keluarga lain yang sudah bekerja, dinyatakan dalam rupiah. Pendapatan utama adalah pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan yang dilakukan dengan pemakaian waktu lebih banyak dan pendapatan paling besar dibandingkan pekerjaan lain, dinyatakan dalam rupiah. Pendapatan tambahan adalah pendapatan dari pekerjaan yang dilakukan dengan pemakaian waktu lebih sedikit, dinyatakan dalam rupiah. Pendidikan adalah mencakup tingkat pendidikan yang dinyatakan dalam interval dan lamanya pendidikan formal yang diukur dalam tahun. Kontribusi istri terhadap pendapatan adalah persentase pendapatan yang diperoleh istri terhadap pendapatan total keluarga. Peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga adalah posisi tawar yang dimiliki oleh istri karena penguasaan atas faktor-faktor ekonomi baik materi maupun non materi, dinyatakan dalam indeks dan diukur dengan skala likert.

41 27 Kesejahteraan subyektif istri adalah tingkat kepuasan ibu rumah tangga terhadap kehidupannya secara fisik dan non fisik serta pada gaya manajemen sumberdaya keluarganya, dinyatakan dalam persen dan diukur dengan skala likert. Sistem matrilineal adalah suatu sistem masyarakat yang menghitung garis keturunannya berdasarkan garis ibu dan suami bermukim di sekitar pusat keluarga istrinya. Penerapan sistem matrilineal adalah persepsi istri mengenai pengelolaan sumberdaya keluarga berdasarkan sistem matrilineal dan praktik sistem matrilineal yang dilakukan dalam keluarga, diukur dengan skala likert dan dinyatakan dalam skor.

42

43 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kondisi Geografis dan Kependudukan Kelurahan Batang Arau termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Kecamatan Padang Selatan terbentang seluas 10,03 Km 2 antara LS dan BT (BPS 2010). Luas Kelurahan Batang Arau adalah 0,34 Km 2. Batas wilayah Kelurahan Batang Arau sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Padang Barat dan Kecamatan Padang Timur, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Begalung, dan sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia (Lampiran 1). Dilihat dari aspek kependudukan, data dari Kelurahan Batang Arau menunjukkan jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Pekerjaan masyarakat Kelurahan Batang Arau mayoritas sebagai nelayan, yaitu sejumlah 852 jiwa dengan perincian 425 orang buruh nelayan dan 427 orang nelayan pemilik. Selain itu, pekerjaan lain warga Kelurahan Batang Arau adalah berdagang (325 jiwa), PNS (52 jiwa), TNI/Polri (12 jiwa), swasta (115 orang), dan pengangguran (429 jiwa). Agama yang dianut oleh penduduk Kelurahan Batang Arau cukup beragam, mulai dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Terdapat satu masjid sebagai rumah ibadah umat Islam dan satu pengajian perempuan yang diselenggarakan di masing-masing RW setiap minggu. Kegiatan warga lainnya adalah Siskamling, Posyandu, Klub Voli, Klub Sepakbola, Arisan, dan Wirid di masjid setempat. Karakteristik Keluarga Status Usaha Nelayan Contoh yang dipilih dalam penelitian ini adalah keluarga nelayan dengan kategori status usaha yang berbeda. Separuh dari keluarga (50,0%) adalah nelayan pemilik dan separuh lainnya (50,0%) adalah buruh nelayan. Seluruh contoh berasal dari Suku Minangkabau.

44 30 Umur Suami dan Istri Berdasarkan kategori umur, secara umum lebih dari separuh keluarga nelayan (60,0%) berada pada pada kategori dewasa madya. Rata-rata umur nelayan pemilik (49,7) lebih besar daripada rata-rata umur nelayan buruh (39,3). Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara umur nelayan buruh dan nelayan pemilik. Hal ini dikarenakan nelayan yang berprofesi sebagai buruh cenderung lebih muda daripada yang menjadi nelayan pemilik (Tabel 2). Tabel 2 Sebaran keluarga berdasarkan umur suami Umur suami Pemilik Buruh Total n % n % n % Dewasa muda 3 10, , ,0 Dewasa madya 24 80, , ,0 Dewasa tua 3 10,0 0 0,0 3 5,0 Total , , ,0 Min-maks (tahun) Rataan ± SD (tahun) 49,7 ± 8,3 39,3 ± 6,0 44,5 ± 8,9 p-value 0,000** Keterangan : **=signifikan pada selang kepercayaan 99% Berdasarkan pengategorian yang sama dengan variabel umur suami, secara keseluruhan, separuh (50,0%) dari istri nelayan berada pada kategori umur dewasa muda. Hampir tiga perempat (70,0%) istri buruh nelayan berada pada kategori dewasa muda. Sementara itu, lebih dari separuh istri nelayan pemilik berada pada kategori dewasa madya (63,3%). Terdapat perbedaan yang signifikan antara umur istri nelayan buruh dengan istri nelayan pemilik. Hal ini bermakna bahwa istri nelayan buruh cenderung lebih muda daripada istri nelayan pemilik (Tabel 3). Tabel 3 Sebaran keluarga berdasarkan umur istri Umur istri Pemilik Buruh Total n % n % n % Dewasa muda 9 30, , ,0 Dewasa madya 19 63,3 9 30, ,7 Dewasa tua 2 6,7 0 0,0 2 3,3 Total , , ,0 Min-maks (tahun) Rataan ± SD (tahun) 44,7 ± 8,0 35,9 ± 6,5 40,3 ± 8,5 p-value 0,000** Keterangan : **=signifikan pada selang kepercayaan 99%

45 31 Pendidikan Suami dan Istri Pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan. Tabel 4 menunjukkan bahwa secara keseluruhan, kurang dari separuh suami (38,3%) berada pada kategori lama pendidikan 7-9 tahun. Hal ini berarti kurang dari separuh suami menamatkan pendidikan hingga sekolah menengah pertama (SMP). Suami yang bekerja sebagai buruh nelayan memiliki rata-rata lama pendidikan sebesar 9,13 tahun. Lebih dari separuh (56,7%) buruh nelayan berada pada kategori lama pendidikan 7-9 tahun (SMP). Sementara itu, separuh (50%) dari suami yang bekerja sebagai nelayan pemilik menyebar pada kategori lama pendidikan 6 tahun. Hal ini berarti separuh dari nelayan pemilik hanya menamatkan pendidikan hingga sekolah dasar (SD). Tidak terdapat suami yang bersekolah hingga jenjang perguruan tinggi. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendidikan nelayan pemilik dan nelayan buruh karena pendidikan nelayan buruh hampir sama tinggi dengan nelayan pemilik (Tabel 4). Tabel 4 Sebaran keluarga berdasarkan pendidikan suami Pendidikan suami Pemilik Buruh Total n % n % n % SD/sederajat ( 6 tahun) , ,3 SMP/sederajat (7-9 tahun) , ,4 SMA/sederajat (10-12 tahun) , ,3 Perguruan tinggi (>12 tahun) 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Total , ,0 Min-maks (tahun) Rataan ± SD (tahun) 8.0 ± 3.0 9,1 ± 2.0 8,6 ± 2,6 p-value 0,118 Berdasarkan pengategorian yang sama dengan variabel pendidikan suami, pendidikan istri nelayan berada pada rentang 0 sampai 12 tahun. Hampir separuh (48,3%) dari istri nelayan memiliki kategori pendidikan pada rentang 6 tahun atau setara dengan SD. Sebanyak 56,7 persen istri buruh nelayan berada pada kategori pendidikan 7-9 tahun. Hal ini berarti bahwa lebih dari separuh istri buruh nelayan telah menamatkan pendidikan hingga SMP. Lama pendidikan istri nelayan pemilik berada pada rentang 0-12 tahun dan lebih dari separuhnya (53,3%) menyebar terbanyak pada kategori 6 tahun. Hal

46 32 ini berarti bahwa lebih dari separuh istri nelayan pemilik hanya menamatkan pendidikan hingga SD. Tidak terdapat istri nelayan yang bersekolah hingga jenjang perguruan tinggi. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendidikan istri nelayan buruh dan nelayan pemilik karena tingkat pendidikan istri nelayan pemilik hampir setara dengan istri nelayan buruh (Tabel 5). Tabel 5 Sebaran keluarga berdasarkan pendidikan istri Pendidikan istri Pemilik Buruh Total n % n % n % SD/sederajat ( 6 tahun) 16 53, , ,3 SMP/sederajat (7-9 tahun) 9 30, , ,3 SMA/sederajat (10-12 tahun) 5 16,7 0 0,0 5 8,4 Perguruan tinggi (>12 tahun) 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Total , , ,0 Min-maks (tahun) Rataan ± SD (tahun) 7,3 ± 3.0 7,6 ± 1,5 7,5 ± 2,4 p-value 0,635 Pekerjaan Istri Istri yang bekerja akan mampu membantu perekonomian keluarga. Secara keseluruhan, sebanyak hampir tiga perempat istri nelayan (30,0%) tidak bekerja, sisanya memiliki pekerjaan dan penghasilan sendiri, yaitu pembantu rumah tangga (40,0%) dan pedagang (30,0%). Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara istri nelayan pemilik dan nelayan buruh dalam hal pekerjaan. Sebagian besar (86,7%) persen istri buruh nelayan bekerja dan lebih dari separuh (53,30%) istri nelayan pemilik tidak bekerja. Istri nelayan pemilik yang bekerja hanya sebesar 53,3 persen dan sisanya tidak bekerja (Tabel 6). Tabel 6 Sebaran keluarga berdasarkan pekerjaan istri Jenis Pekerjaan Pemilik Buruh Total n % n % n % Tidak Bekerja 16 53,3 2 6, ,0 Pembantu Rumah Tangga 8 26, , ,0 Pedagang 6 20, , ,0 Total , , ,0 Besar Keluarga Besar keluarga adalah jumlah seluruh anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan orang tua. Besar keluarga dikategorikan menjadi keluarga kecil (jumlah anggota keluarga lebih kecil atau sama dengan empat orang), keluarga

47 33 sedang (jumlah anggota keluarga antara lima sampai enam orang), dan keluarga besar (jumlah anggota keluarga lebih besar atau sama dengan tujuh orang). Berdasarkan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa besar keluarga nelayan berada pada kategori keluarga sedang. Tabel 7 menunjukkan bahwa secara keseluruhan, lebih dari separuh keluarga nelayan (60,0%) berada pada kategori keluarga sedang (5-6 orang). Besar keluarga terkecil adalah tiga orang dan besar keluarga terbesar adalah sembilan orang. Sebagian besar keluarga buruh nelayan (70,0%) berada pada kategori keluarga sedang dengan rentang antara empat orang hingga delapan orang. Sementara itu, separuh contoh (50,0%) dari kalangan nelayan pemilik berada pada kategori besar keluarga sedang dengan jumlah anggota paling sedikit tiga orang dan paling banyak sembilan orang. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara besar keluarga nelayan pemilik dengan nelayan buruh. Tabel 7 Sebaran keluarga berdasarkan besar keluarga Besar Keluarga Pemilik Buruh Total n % n % n % Keluarga kecil ( 4 orang) 9 30,0 3 10, ,0 Keluarga sedang (5-6 orang) 15 50, , ,0 Keluarga besar ( 7 orang) 6 20,0 6 20, ,0 Total , , ,0 Min-maks (orang) Rataan± SD (orang) 5,4 ± 1,6 5,6 ± 1,0 5,5 ± 1,1 p-value 0,495 Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga diperoleh dari jumlah pendapatan yang diperoleh suami dan istri per bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir separuh nelayan pemilik dan lebih dari separuh nelayan buruh berada pada kategori pendapatan antara satu hingga dua juta rupiah per bulan. Rataan pendapatan keluarga nelayan pemilik lebih tinggi daripada nelayan buruh. Meskipun demikian, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan keluarga nelayan pemilik dan nelayan buruh (Tabel 8).

48 34 Tabel 8 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga per bulan Pendapatan keluarga Pemilik Buruh Total (Rp/bulan) n % n % n % ,0 1 3,3 4 6, , , , , , , ,7 0 0,0 2 3, ,3 0 0,0 1 1, ,3 0 0,0 1 1, ,0 0 0,0 0 0, ,0 0 0,0 6 10,0 Total , , ,0 Min-maks (Rp) Rataan (Rp) ± SD ± ± , ± p-value 0,195 Tabel 9 menunjukkan bahwa dalam keluarga nelayan, dominasi suami dalam hal pendapatan masih tinggi. Suami berkontribusi sebesar 85,9 persen sementara istri hanya berkontribusi sebesar 14,1 persen. Hal ini dikarenakan hanya terdapat sedikit istri yang bekerja di luar rumah untuk menghasilkan pendapatan tambahan. Pendapatan istri nelayan pemilik relatif lebih tinggi daripada istri nelayan buruh. Hal ini menunjukkan bahwa istri nelayan buruh yang bekerja di luar rumah dituntut oleh tekanan ekonomi yang membuatnya harus mencari pendapatan tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hasil pengamatan di lapangan juga mendukung hal ini. Istri buruh nelayan bekerja tidak semata-mata untuk mengaktualisasikan diri, tapi cenderung karena dituntut tekanan ekonomi. Tabel 9 Sebaran rataan pendapatan keluarga berdasarkan sumber Pemilik Buruh Total Sumber Rp/bulan % Rp/bulan % Rp/bulan % Suami ,0 89, ,0 78, ,0 85,9 Istri ,67 10, ,7 21, ,7 14,1 Total ,7 100, ,7 100, ,7 100,0 Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita per bulan diperoleh dari hasil pembagian antara pendapatan total keluarga per bulan dengan jumlah anggota keluarga. Pendapatan keluarga perkapita per bulan dikategorikan berdasarkan garis kemiskinan Provinsi Sumatera Barat pada tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, lebih dari separuh keluarga nelayan (56,7%) berada pada kategori

49 35 hampir miskin, dengan perincian lebih dari tiga perempat keluarga buruh nelayan (76,7%), dan hampir separuh keluarga nelayan pemilik (36,7%) terkategori hampir miskin dengan rentang antara Rp ,00/kapita/bulan sampai Rp ,66/kapita/bulan dan rata-rata sebesar Rp ,62/kapita/bulan. Lebih dari seperempat keluarga contoh (26,7%) berada pada kategori miskin yaitu kurang dari Rp ,00/kapita/bulan (Tabel 10). Tabel 10 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan perkapita Pendapatan perkapita Pemilik Buruh Total (Rp/bulan) n % n % n % Miskin (< ) 9 30,0 7 23, Hampir Miskin ( ) 11 36, , Menengah ke atas (> ) 10 33,3 0 0, Total , , ,0 Min-maks (Rp) , , , ,0 Rataan (Rp) ± SD ,7± ,4 p-value 0,018* Keterangan : * =signifikan pada selang kepercayaan 95% Aset dan Status Kepemilikan Aset Keluarga , ,5± , , ,6± ,3 Aset dalam penelitian ini adalah sumberdaya materi milik keluarga yang mempunyai nilai ekonomi. Aset yang dimiliki keluarga nelayan terdiri dari alat transportasi, alat tangkap, barang berharga, barang elektronik, dan tabungan (Tabel 11). Status kepemilikan aset keluarga dikategorikan menjadi milik istri, milik suami, dan milik bersama (Tabel 12). Hanya nelayan pemilik yang memiliki alat transportasi sendiri untuk melaut. Sebanyak 6,7 persen nelayan mempunyai kapal motor ukuran sedang atau disebut sebagai kapal tonda untuk melaut. Nelayan dengan kapal jenis ini melaut sebanyak dua trip dalam satu bulan. Satu trip melaut memerlukan waktu dua minggu untuk musim banyak ikan. Beberapa hari istirahat di darat, lalu minggu berikutnya melayar lagi selama dua minggu. Apabila dalam kondisi musim biasa, nelayan dengan kapal tonda hanya melaut satu trip dalam sebulan. Apabila musim paceklik atau hujan badai yang parah, nelayan memilih untuk tidak melaut dengan kapal tonda. Kapal tonda yang berukuran sedang ini memerlukan anak buah kapal (ABK) sekitar 13 orang sampai 15 orang, ditambah satu orang kapten dan satu orang

50 36 navigator. Oleh sebab itu, nelayan pemilik membutuhkan nelayan buruh sebagai pekerja ABK di kapal tonda. Pembagian hasil dalam pelayaran ini adalah satu bagian untuk buruh, dua bagian untuk kapten (pemilik kapal) dan dua bagian untuk navigator. Jenis ikan yang ditangkap dengan menggunakan armada ini biasanya ikan-ikan besar seperti tuna, cakalang, tongkol, kakap, tenggiri, layur, dan sisik yang diburu hingga Kepulauan Mentawai. Tabel 11 Sebaran keluarga berdasarkan kepemilikan aset Jenis Aset Memiliki Tidak Memiliki n % n % Alat transportasi - Kapal motor (tonda) 4 6, ,3 - Perahu motor robin 26 43, ,7 - Mobil 1 1, ,3 - Motor 43 71, ,3 - Sepeda 21 35, ,0 Alat tangkap 29 48, ,7 Barang berharga - Rumah 43 71, ,3 - Emas 11 18, ,7 Barang elektronik - Televisi 58 96,7 2 3,3 - Radio 34 56, ,3 - Kulkas 37 61, ,3 - Pemutar VCD/DVD 40 66, ,3 - Telepon genggam 42 70, ,0 - Kipas angina 44 73, ,7 - Mesin Cuci 16 26, ,3 - Dispenser 41 68, ,7 - Perangkat suara 36 60, ,0 - Komputer 4 6, ,3 - Laptop 13 21, ,3 - Tape recorder 19 31, ,3 - Rice Cooker/Magic Jar 48 80, ,0 - Play Station 16 26, ,3 - Blender 28 46, ,3 Tabungan 8 13, ,7

51 37 Sementara itu, hampir separuh (43,3%) nelayan melaut dengan menggunakan perahu motor robin dengan mesin tempel milik sendiri. Perahu motor jenis ini berukuran kecil, hanya seukuran sampan tradisional yang hanya mampu membawa dua sampai tiga orang. Perahu ditempeli mesin robin di bagian buritan dengan sebuah tali untuk menghidupkan mesin dan sebuah pedal untuk mengarahkan jalannya perahu. Nelayan dengan perahu motor robin ini melaut dengan frekuensi trip harian. Nelayan berangkat pukul empat pagi dan kembali lagi pukul delapan pagi untuk menjual hasil tangkapan. Nelayan dengan armada jenis ini tidak membutuhkan bantuan ABK, sehingga nelayan hanya melaut sendiri, berdua dengan anak lakilaki, atau berdua dengan saudara laki-lakinya. Nelayan dengan armada perahu motor robin ini didominasi oleh laki-laki yang berumur dewasa madya hingga dewasa tua. Hal ini diduga karena nelayan yang berumur lebih muda cenderung untuk memilih pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Separuh dari nelayan (50,0%) tidak memiliki armada alat transportasi apapun untuk melaut. Nelayan jenis ini lebih memilih untuk menjadi ABK di kapal-kapal yang berukuran sedang dan besar atau disebut juga sebagai nelayan buruh. Adapun kepemilikan alat transportasi melaut ini hampir sepenuhnya dipegang oleh suami sebagai kepala keluarga dan pengguna utama armada tersebut. Hampir tiga perempat nelayan (71,7%) memiliki motor sebagai alat transportasi darat. Sebanyak 41,9 persen dari kepemilikan motor nelayan tersebut dimiliki oleh istri. Sedangkan kepemilikan motor yang dimiliki oleh suami dan bersama berturut-turut sebesar 25,6 persen dan 32,6 persen. Tidak ada keluarga nelayan yang memiliki hak kepemilikan atas tanah, karena tanah di Kecamatan Batang Arau dan sekitarnya hanya memperoleh hak pakai dari pemilik tanah adat. Penduduk di kecamatan ini berhak untuk mendirikan bangunan namun tidak diizinkan untuk melakukan praktik jual beli tanah. Hampir tiga perempat (71,7%) nelayan memiliki rumah sendiri. Seluruh bangunan rumah yang dimiliki nelayan (100,0%), hak kepemilikannya dipegang oleh istri. Hal ini berimplikasi pada peran absolut yang dimiliki istri terhadap sumberdaya materi keluarga berupa rumah.

52 38 Seluruh barang elektronik dan tabungan yang dimiliki oleh keluarga nelayan dipandang sebagai harta bersama yang dimiliki bersama pula oleh suami dan istri. Adapun barang elektronik yang paling banyak dimiliki oleh sebagian besar nelayan (96,7%) adalah televisi. Sebagian besar nelayan (80,0%) memiliki magic jar untuk alat bantu memasak nasi. Sementara itu, hampir tiga perempat nelayan memiliki kulkas (61,7%), telepon genggam (70,0%), pemutar VCD/DVD (66,7%), kipas angin (73,3%), dispenser (68,3%), dan perangkat suara (60,0%). Kurang dari separuh nelayan (46,7%) memiliki blender. Status kepemilikan aset selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran keluarga berdasarkan status kepemilikan aset keluarga Persentase Kepemilikan Jenis Aset Istri Suami Bersama n % n % n % Alat Transportasi - Kapal motor (tonda) 0 0,0 3 75,0 1 25,0 - Perahu motor robin 0 0, ,0 0 0,0 - Mobil 1 100,0 0 0,0 0 0,0 - Motor 18 41, , ,6 - Sepeda 6 28,6 5 23, ,6 Alat tangkap 0 0, ,0 0 0,0 Barang Berharga - Rumah ,0 0 0,0 0 0,0 - Emas ,0 0 0,0 0 0,0 Barang Elektronik - Televisi 0 0,0 0 0, ,0 - Radio 9 26,5 3 8, ,7 - Kulkas 5 13,5 6 16, ,3 - Pemutar VCD/DVD 5 12,5 3 7, ,0 - Telepon genggam 10 23,8 6 14, ,9 - Kipas angina 14 31,8 0 0, ,2 - Mesin Cuci 0 0,0 0 0, ,0 - Dispenser 0 0,0 0 0, ,0 - Perangkat suara 3 8,3 3 8, ,4 - Komputer 0 0,0 0 0, ,0 - Laptop 0 0,0 0 0, ,0 - Tape recorder 0 0,0 0 0, ,0 - Rice Cooker/Magic Jar 0 0,0 7 14, ,4 - Play Station 0 0,0 0 0, ,0 - Blender 0 0,0 0 0, ,0 Tabungan 0 0,0 0 0, ,0

53 39 Penerapan Sistem Matrilineal dalam Keluarga Persepsi Istri dalam Pengelolaan Sumberdaya Keluarga Sistem matrilineal merupakan sistem kehidupan tradisional masyarakat Minangkabau dari zaman dahulu. Adanya sistem matrilineal ini telah menjadi landasan bagi hampir seluruh tata kehidupan bermasyarakat di Minangkabau, mulai dari hal yang sederhana dalam lingkup keluarga hingga hal yang kompleks dalam lingkup nagari atau daerah. Seiring dengan perkembangan zaman, penerapan sistem ini dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Minangkabau telah mengalami pergeseran makna dan realita. Untuk mengukur pergeseran makna budaya Matrilineal tersebut, dilakukan uji beda antara persepsi istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga dengan praktik pengelolaan sumberdaya keluarga yang dilaksanakan sehari-hari. Tabel 13 Sebaran per item persepsi istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga Tidak Setuju Setuju No. Pernyataan (skor=1) (skor=0) n % n % 1. Istri memiliki hak atas kepemilikan aset tetap (seperti 59 98,3 1 1,7 rumah, tanah, kendaraan, dll). 2. Istri secara sadar meminta atau diberikan wewenang 45 75, ,0 agar aset tertentu didaftarkan atas namanya agar dapat diwariskan kepada anak perempuan dalam keluarga. 3. Istri berhak untuk berunding bersama suami ataupun 55 91,7 5 8,3 keluarga besar untuk pengeluaran yang sifatnya besar atau pembayarannya jangka panjang. 4. Istri berhak atas seluruh pendapatan suami 55 91,7 5 8,3 5. Istri memiliki hak penuh atas pendapatannya sendiri 58 96,7 2 3,3 6. Istri bertindak sebagai pengelola utama keuangan keluarga ,0 0 0,0 Min-maks 3,0-6,0 Rataan persepsi±sd (skor) 5,5±0,6 Tabel 13 menunjukkan bahwa hampir seluruh istri memiliki persepsi yang sesuai dengan budaya Matrilineal dalam menanggapi pernyataan bahwa dirinya memiliki hak atas kepemilikan aset, hak untuk berunding bersama suami atau keluarga besar terkait pengeluaran yang besar atau pembayaran yang sifatnya jangka panjang, hak untuk memperoleh nafkah dari pendapatan suami, dan hak untuk mengelola pendapatan sendiri. Seluruh istri menyatakan setuju bahwa

54 40 dirinya adalah pengelola utama keuangan keluarga. Hal ini sesuai dengan falsafah Minangkabau yang menyatakan bahwa perempuan adalah ambun puruak kuncian rangkiang (pemegang utama hak atas pengelolaan sumberdaya kaumnya). Lebih dari separuh istri menyatakan bahwa dirinya secara sadar meminta atau diberikan wewenang agar aset tertentu didaftarkan atas nama dirinya agar dapat diwariskan kepada anak perempuan dalam keluarga. Adapun pernyataanpernyataan tersebut merupakan sebagian dari nilai-nilai dasar sistem matrilineal yang dianut masyarakat Minangkabau. Apabila dibagi berdasarkan karakteristik pekerjaan suami, maka diketahui bahwa istri nelayan pemilik dan buruh berada pada kategori tinggi dalam hal persepsinya mengenai pengelolaan sumberdaya keluarga berdasarkan sistem matrilineal (Tabel 14). Hal ini bermakna bahwa baik istri nelayan pemilik maupun istri nelayan buruh sama-sama memiliki pandangan dan pengetahuan yang baik mengenai hak-hak mereka sebagai perempuan dalam sistem matrilineal. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi istri nelayan pemilik dan istri nelayan buruh dalam hal pengelolaan sumberdaya keluarga berdasarkan sistem matrilineal. Tabel 14 Persepsi istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga Kategori Pemilik Buruh Total n % n % n % Rendah (<60%) ,3 1 1,7 Sedang (60%-80%) ,3 1 1,7 Tinggi (>80%) , , ,6 Total , , ,0 Min-maks 83,3-100,0 50,0-100,0 50,0-100,0 Rataan±SD (persen) 92,7±10,4 91,6±12,2 92,2±10,4 p-value 0,000** Keterangan : **=signifikan pada selang kepercayaan 99% Praktik Sistem Matrilineal dalam Keluarga Pernyataan yang sama digunakan untuk mengetahui penerapan nilai-nilai tersebut dalam praktik keseharian keluarga. Tabel 15 menunjukkan hanya pada pernyataan bahwa istri berhak atas seluruh pendapatan suami dan istri bertindak sebagai pengelola utama keuangan keluarga yang dipraktikkan oleh sebagian besar keluarga nelayan.

55 41 Tabel 15 Sebaran per item praktik peran istri dalam sistem matrilineal No. Pernyataan Terjadi (skor=1) Tidak terjadi (skor=0) n % n % 1. Aset tetap seperti rumah, tanah, dan kendaraan yang dimiliki keluarga berada dalam hak milik istri (didaftarkan atas nama istri) , ,3 2. Sumberdaya materi yang dimiliki saat ini akan 30 50, ,0 diwariskan kepada anak perempuan dalam bentuk harato pusako. 3. Selalu berunding dengan suami ataupun keluarga besar 32 53, ,7 terkait pengeluaran yang besar atau jangka panjang. 4. Memperoleh pendapatan dari suami setiap bulannya 49 81, ,3 secara rutin. 5. Mempergunakan pendapatan pribadi (dari usaha selain 45 75, ,0 nafkah suami) sesuai keinginan sendiri. 6. Istri yang selama ini memegang wewenang untuk membelanjakan, mengelola, dan mengatur pola pembelanjaan uang dari pendapatan dalam keluarga ,0 0 0,0 Min-maks 2,0-6,0 Rataan praktik±sd (skor) 4,32±1,2 Nelayan pemilik melakukan praktik sistem matrilineal dalam keluarga lebih tinggi daripada nelayan buruh. Lebih dari tiga perempat keluarga nelayan pemilik memiliki praktik yang tinggi dalam penerapan sistem matrilineal, sedangkan pada nelayan buruh hanya kurang dari separuh yang berada pada kategori tinggi. Terdapat perbedaan yang signifikan antara praktik peran istri dalam sistem matrilineal pada keluarga nelayan pemilik dan nelayan buruh. Data selengkapnya dapat dilihat di Tabel 16. Tabel 16 Praktik sistem matrilineal dalam keluarga Kategori Pemilik Buruh Total n % n % n % Rendah (<60%) 0 0, , ,7 Sedang (60%-80%) 5 16, , ,0 Tinggi (>80%) 25 83,3 4 13, ,3 Total , , ,0 Min-maks 0,0-83,3 13,4-43,3 21,7-48,3 Rataan±SD (persen) 85,5±11,3 58,3-16,2 71,9±66,7 p-value 0,000** Keterangan : **=signifikan pada selang kepercayaan 99% Penerapan Sistem Matrilineal pada Keluarga Nelayan Hasil uji beda paired sample t-test antara persepsi dan praktik matrilineal menunjukkan bahwa persepsi istri mengenai pengelolaan sumberdaya keluarga

56 42 berdasarkan sistem matrilineal menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan praktik yang terjadi di dalam keluarga. Hal ini bermakna bahwa telah terjadi pergeseran makna dan nilai budaya dalam penerapan sistem matrilineal pada keluarga nelayan di Minangkabau. Secara perseptual, istri tahu akan nilai-nilai dan hak yang diberikan oleh sistem ini terhadap kedudukan dirinya di keluarga, namun dalam pelaksanaannya ternyata tidak demikian. Hasil uji beda dapat dilihat pada tabel 17. Tabel 17 Uji beda paired sample t-test antara persepsi dan praktik matrilineal Rata-rata Persepsi Rata-rata Praktik Penerapan sistem matrilineal dalam keluarga (skor) 5,53 4,32 p-value 0,000** Keterangan : **=signifikan pada selang kepercayaan 99% Kontribusi Istri terhadap Pendapatan Kontribusi istri terhadap pendapatan adalah persentase pendapatan yang diperoleh istri terhadap pendapatan total keluarga. Istri yang bekerja akan memiliki kontribusi yang lebih besar terhadap pendapatan total keluarga dan membantu suami dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa secara keseluruhan, sebagian besar istri nelayan memiliki kontribusi yang rendah terhadap pendapatan keluarga. Hal ini karena hanya sebagian kecil dari istri nelayan yang bekerja. Sebagian besar istri nelayan hanya tinggal di rumah dan menjadi ibu rumah tangga. Hampir separuh istri nelayan pemilik tidak berkontribusi terhadap pendapatan keluarga, sementara hanya kurang dari sepersepuluh istri nelayan buruh yang tidak berkontribusi. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak istri nelayan pemilik yang bekerja untuk membantu keuangan keluarga dibandingkan istri nelayan buruh. Lebih dari separuh istri nelayan buruh berada pada kategori kontribusi antara 20,1%-30,0% terhadap pendapatan keluarga. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nelayan buruh terhadap pendapatan keluarga (Tabel 18). kontribusi istri nelayan pemilik dan istri

57 43 Tabel 18 Sebaran keluarga berdasarkan kontribusi istri terhadap pendapatan Kontribusi (%) Pemilik Buruh Total n % n % n % 0, ,6 2 6, ,7 0,1-10,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 10,1-20,0 2 6,7 9 30, ,3 20,1-30,0 4 13, , ,7 30,1-40,0 4 13,3 0 0,0 4 6,6 40,1-50,0 2 6,7 1 3,3 3 5,0 50,1-60,0 1 3,3 0 0,0 1 1,7 Total , , ,0 Min-maks (persen) 0,0-54,5 0,0-50,00 0,0-54,5 Rataan (persen) ± SD 17,2±14,473 20,9±18,917 19,6±9,347 p-value 0,376 Peran Istri dalam Pengelolaan Sumberdaya Rumah Tangga Peran adalah keikutsertaan seseorang untuk mengambil keputusan atas sesuatu dalam suatu kegiatan. Peran mengindikasikan suatu tugas, tanggung jawab, kualifikasi, atau wewenang seseorang. Peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga adalah posisi tawar yang dimiliki oleh istri karena keikutsertaannya dalam merencanakan, mengelola, dan mengambil keputusan atas faktor-faktor ekonomi keluarga, baik materi maupun non materi, dinyatakan dalam indeks dan diukur dengan skala likert. Peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga dibagi menjadi tiga indikator, yaitu peran dalam mengelola keuangan, peran domestik, dan peran publik atau sosial, kemudian dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan indeks. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa hampir seluruh istri nelayan (90,0%) memiliki peran yang tinggi dalam mengelola sumberdaya keluarganya. Indikator pengukuran peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga diantaranya diukur berdasarkan pembagian peran gender dalam tanggung jawab dan wewenang antara suami dan istri dalam hal peran pengelolaan keuangan, peran domestik, dan peran publik atau sosial. Hampir tiga perempat (73,3%) keluarga nelayan hanya didominasi oleh istri saja dalam melaksanakan peran pengelolaan keuangan keluarga, mengatur, mencatat, dan menganggarkan keuangan keluarga. Sementara itu, dalam perencanaan keuangan keluarga dan pemegang hak milik atas aset tetap seperti rumah dan kendaraan, hampir separuh dari istri nelayan cenderung berperan lebih dominan. Kepemilikan aset tetap yang lebih dominan dipegang oleh istri ini

58 44 diduga karena masih adanya pengaruh nilai budaya matrilineal Minangkabau dalam keluarga nelayan. Selanjutnya, dalam melaksanakan peran perawatan anak sehari-hari baik saat sakit maupun sehat, serta peran pemeliharaan domestik, hampir seluruh kegiatan tersebut (90,0%) dikelola oleh istri saja. Sedangkan peran dalam aktivitas sosial di luar rumah dalam hal pelaporan keluhan atas pelayanan PAM, Telkom, atau PLN, serta turut aktif dalam aktivitas sosial di lingkungan rumah, menjadi tokoh masyarakat, mengikuti pengajian di masjid, dan kegiatan sosial di luar rumah, lebih dari separuh (76,7%) istri dan suami dalam keluarga nelayan bekerja sama dalam melaksanakannya, sehingga peran istri berada pada kategori sedang. Suami berperan dominan dalam pemenuhan keperluan properti rumah yang rusak dan suku cadang kendaraan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tingginya peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga disebabkan oleh tingginya keikutsertaan istri dalam pelaksanaan manajemen sumberdaya keluarga dan kepemilikan aset tetap (Tabel 19). Sebaran per item pertanyaan untuk peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 19 Sebaran keluarga berdasarkan peran istri dalam pengelolaan sumberdaya Kategori Keuangan Domestik Publik Total n % n % n % n % Rendah (<33,3%) 2 3,3 0 0,0 0,0 0,0 0 0,0 Sedang (33,3 %-66,7%) 14 23,3 6 10, ,7 6 10,0 Tinggi (>66,7%) 44 73, , , ,0 Total , , , ,0 Min-maks 28,0-100,0 50,0-100,0 34,0-100,0 37,0-100,0 Rataan±SD 73,8±17,322 86,8±13,678 57,5±14,535 72,7±12,480 Tabel 19 menunjukkan bahwa dalam peran keuangan, lebih dari separuh istri berada pada kategori tinggi. Peran istri dalam urusan domestik juga berada pada kategori tinggi, sedangkan peran publik istri nelayan berada pada kategori sedang. Namun, secara keseluruhan, peran istri berada pada kategori tinggi. Hal ini berarti istri nelayan memiliki keikutsertaan dan tanggung jawab yang tinggi dalam mengelola sumberdaya keluarganya.

59 45 Hubungan Antara Karakteristik dengan Penerapan Matrilineal, Kontribusi Istri terhadap Pendapatan Keluarga, dan Peran Istri Tabel 20 menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara pendidikan istri dengan perannya dalam mengelola sumberdaya keluarga. Hal ini berarti peran istri akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pendidikan istri.. Pendapatan istri dan suami juga berhubungan dengan kontribusi istri terhadap pendapatan. Adapun hubungan pendapatan suami dengan kontribusi istri terhadap pendapatan adalah negatif. Hal ini bermakna semakin tinggi pendapatan suami, istri pun semakin sedikit berkontribusi dalam ekonomi keluarga. Dapat diketahui bahwa istri nelayan yang diteliti akan ikut bekerja apabila pendapatan dari suami dianggap kurang. Adapun jika ditinjau dari masing-masing dimensi peran istri, diketahui bahwa umur istri dan suami berhubungan positif signifikan dengan peran sosialnya. Pendidikan istri berpengaruh positif signifikan dengan peran domestiknya, dan penerapan matrilineal dalam keluarga berpengaruh sangat signifikan terhadap peran sosialnya. Selain itu, semakin tua usia suami dan istri, maka peran sosialnya akan semakin meningkat. (Tabel 20). Variabel Tabel 18 Hubungan antara karakteristik dengan penerapan matrilineal, kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga, dan peran istri Penerapan Kontribusi Matrilineal Pendapatan Peran Istri dalam MSDK Istri Umur istri (tahun) Umur suami (tahun) Pendidikan istri (tahun) * Pendidikan suami (tahun) Besar keluarga (orang) Pendapatan istri (Rp/bln) **.125 Pendapatan suami (Rp/bln) * Keterangan : * =signifikan pada selang kepercayaan 95% **=signifikan pada selang kepercayaan 99% Dalam masyarakat pesisir Kota Padang yang diteliti, nilai-nilai budaya matrilineal masih dianut dalam kehidupan bermasyarakat. Terbukti dengan hubungan yang signifikan antara umur suami dan penerapan matrilineal dengan dimensi sosial peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga (Tabel 21).

60 46 Tabel 19 Hubungan karakteristik contoh dengan dimensi peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga Variabel Keuangan Domestik Sosial Umur istri (tahun) Umur suami (tahun) ** Pendidikan istri (tahun).268*.381*.111 Pendidikan suami (tahun) Besar Keluarga (orang) Pendapatan istri (Rp/bulan) Pendapatan suami (Rp/bulan) Pendapatan keluarga (Rp/bulan) Penerapan matrilineal (skor) ** Kontribusi ekonomi istri (persen) Kesejahteraan subyektif (skor) Keterangan : * =signifikan pada selang kepercayaan 95% **=signifikan pada selang kepercayaan 99% Kesejahteraan Subyektif Istri Kesejahteraan adalah hasil dari pengelolaan sumberdaya keluarga untuk mencapai suatu keadaan yang mencukupi baik secara fisik, ekonomi, maupun psikologis. Kesejahteraan yang dinilai berdasarkan tingkat kepuasan psikologis disebut juga sebagai kesejahteraan subyektif. Kesejahteraan subyektif istri adalah tingkat kepuasan istri terhadap kehidupannya secara fisik dan non fisik serta pada gaya manajemen sumberdaya keluarganya, dinyatakan dalam persen dan diukur dengan skala likert. Adapun pengategorian untuk kesejahteraan subyektif istri antara lain rendah (kurang dari 60 persen), sedang (antara 60 persen hingga 80 persen), dan tinggi (di atas 80 persen). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar istri nelayan (83,3%) memiliki kesejahteraan subyektif yang tinggi. Sebanyak 41,7 persen nelayan pemilik dan nelayan buruh keduanya memiliki kesejahteraan subyektif yang tergolong tinggi. Hasil uji beda menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kesejahteraan subyektif nelayan pemilik dan nelayan buruh (Tabel 20). Hal ini didukung fakta bahwa mayoritas istri nelayan menyatakan puas dan sangat puas pada seluruh item pertanyaan yang mengukur kesejahteraan subyektif istri (Lampiran 4). Responden menyatakan sangat puas pada kondisi fisik dan psikologis anak, dan puas terhadap kondisi psikologis, perekonomian, tempat tinggal, aset, dan hubungan komunikasi baik dalam internal keluarga inti maupun keluarga luas. Responden juga merasa puas dengan hubungannya dengan suami dan anak-anak

61 47 serta lingkungan pertetanggaan. Kesejahteraan subyektif bersifat sangat personal, berkaitan dengan kepuasan psikologis dan emosional terhadap kondisi diri dan keluarga. Maka, dapat dikatakan bahwa contoh cenderung mensyukuri apapun yang diperoleh sehingga perasaan puas terhadap kondisi keluarganya dapat tercapai dengan baik. Tabel 20 Sebaran keluarga berdasarkan kesejahteraan subyektif Kategori Pemilik Buruh Total n % n % n % Rendah (<60,0%) 2 6,6 0 0,0 2 3,3 Sedang (60,00%-80,0%) 3 10,0 5 16,6 8 13,3 Tinggi (>80,0%) 25 83, , ,4 Total , , ,0 Min-maks (persen) 56,8-99,3 74,2-87,7 56,8-94,2 Rataan (persen) ± SD 82,2±10,1 81,8±2,9 81,8±6,0 p-value 0,595 Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa kesejahteraan subyektif istri berhubungan negatif signifikan dengan pendapatan istri dan kontribusi ekonomi istri dalam keluarga (Tabel 23). Artinya, semakin tinggi pendapatan istri, maka semakin besar kontribusinya, semakin istri merasa tidak puas terhadap kondisi diri dan keluarganya. Hal ini unik, diduga terjadi karena istri bekerja bukan untuk mengaktualisasikan diri, melainkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang dirasa kurang bisa dipenuhi suami. Alasan lainnya adalah ketidakpuasan yang menjadi sifat dasar manusia. Secara psikologis, manusia tidak pernah merasa puas terhadap hal-hal yang dimilikinya hari ini. Tabel 21 Hubungan karakteristik, kontribusi ekonomi, dan peran istri dengan kesejahteraan subyektif istri Variabel Kesejahteraan Subyektif Istri Umur istri (tahun) Umur suami (tahun) Pendidikan istri (tahun) Pendidikan suami (tahun).066 Besar Keluarga (orang).213 Pendapatan istri (Rp/bulan) ** Pendapatan suami (Rp/bulan).023 Pendapatan keluarga (Rp/bulan) Penerapan matrilineal (skor).069 Kontribusi ekonomi istri (persen) ** Peran istri dalam MSDK (skor) Keterangan : **=signifikan pada selang kepercayaan 99%

62 48 Manusia selalu mengharapkan yang lebih baik di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, kesejahteraan subyektif yang diukur berdasarkan tingkat kepuasan psikologis menunjukkan hasil yang bertolak belakang dengan pendapat bahwa perempuan bekerja akan meningkatkan kesejahteraannya, yang diukur berdasarkan kepuasan materi atau finansial. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kesejahteraan Subyektif Istri Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subyektif istri diuji menggunakan uji regresi linier berganda. Adapun model regresi linier berganda terdiri ini terdiri dari enam variabel independen yaitu umur istri, pendidikan istri, besar keluarga, pendapatan keluarga, peran istri, dan kontribusi istri dalam pendapatan, sedangkan kesejahteraan subyektif istri sebagai variabel dependen. Model ini memiliki nilai Adjusted R square sebesar 0,167. Hal ini berarti, variabel-variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap kesejahteraan subyektif sebesar 16,7 persen sedangkan sisanya (83,3%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti (Tabel 24). Tabel 22 Nilai koefisien regresi linier faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subyektif istri Koefisien β Variabel Tidak terstandarisasi Terstandarisasi.Sig Konstanta 130,385-0,000** Umur istri (tahun) -0,208-0,189 0,134 Pendidikan istri (tahun) 0,285 0,074 0,579 Besar keluarga (orang) 2,369 0,332 0,012* Pendapatan keluarga (rupiah) -2,401E-7-0,095 0,459 Peran istri (skor) -0,038-0,062 0,636 Kontribusi istri (persen) -0,283-0,441 0,001** F 2,968* Adjusted R Square Sig. 0,167 0,014 Keterangan : *=signifikan pada selang kepercayaan 95% **=signifikan pada selang kepercayaan 99% Hasil uji regresi linier berganda (Tabel 24) menunjukkan bahwa besar keluarga berpengaruh positif signifikan dengan koefisien regresi sebesar 2,369 dan kontribusi istri berpengaruh negatif signifikan dengan koefisien regresi sebesar 0,283 terhadap kesejahteraan subyektif istri. Artinya, dengan bertambahnya satu orang anggota keluarga, maka akan meningkatkan skor

63 49 kesejahteraan subyektif yang dirasakan oleh istri sebesar 2,369. Bertambahnya satu persen kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga akan menurunkan skor kesejahteraan subyektif yang dirasakannya sebesar 0,283. Pembahasan Kedudukan perempuan di Sumatera Barat dipengaruhi oleh budaya matrilineal yang menjadi nilai dasar kehidupan orang suku Minangkabau. Pandangan tentang gender di masyarakat Minangkabau penting untuk dipelajari karena keunikan praktik pelaksanaannya dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Konsep gender tidak dapat dipisahkan dengan konsep ekologi manusia yang menyangkut saling ketergantungan antara manusia dan lingkungan sekitar yang sesuai dengan aturan norma kultural yang dianut. Sumatera Barat, dalam hal ini, menganut kultur sistem matrilineal yang mengatur akses, kontrol, peran, dan fungsi laki-laki dan perempuan baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat sesuai dengan garis keturunan ibu. Masyarakat Minangkabau secara ideal mengatur bahwa kedudukan perempuan setara dengan laki-laki. Bahkan, pada beberapa hal, perempuan memiliki akses dan kontrol lebih tinggi daripada lakilaki, seperti pengaturan hak waris dan kepemilikan aset tetap. Di Minangkabau, hak atas kepemilikan aset tetap seperti rumah, tanah, dan kendaraan cenderung berada dalam penguasaan istri. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga nelayan pemilik dan nelayan buruh di Kecamatan Batang Arau, Kelurahan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat. Contoh yang diambil dalam penelitian ini adalah istri nelayan, baik yang bekerja maupun tidak bekerja. Masyarakat nelayan Minangkabau yang diteliti memiliki keunikan dari karakteristik kehidupan sosialnya yang rentan terhadap pengaruh budaya luar. Begitupun dengan konsep sistem matrilineal yang dianut oleh suku Minangkabau, dalam hal ini nelayan, tampaknya telah mengalami pergeseran makna. Teori ekologi yang dijelaskan oleh Brofenbrenner (1981) yang telah dimodifikasi oleh Puspitawati (2012) menyatakan bahwa konsep kesetaraan dan keadilan gender berada pada sistem makro, dimana terdapat keterkaitan antara keluarga dan lingkungan dalam melihat perubahan budaya. Selain itu, model yang

64 50 dikembangkan dalam teori ini juga relevan untuk melihat pengaruh budaya secara makro terhadap lingkungan ekso, meso, dan mikro tempat keluarga berkembang sesuai dengan kultur sosial budaya yang berlaku setempat. Istri lebih banyak berperan pada ranah domestik daripada mengurusi keuangan atau berkiprah di ranah sosial. Adapun peran yang didominasi oleh istri adalah perawatan anak sehari-hari, urusan rumah tangga, dan urusan keluarga. Hal ini sesuai dengan budaya Minangkabau yang memberikan wewenang kepada perempuan dalam mengurusi rumah tangga dan menjadi pewaris atas harta pusaka keluarga matrilinealnya. Proses tersebut berlangsung terus menerus dari generasi ke generasi (Abidin 2009). Namun, perempuan tidak dapat memangku fungsi pemimpin kelompok ke ranah sosial di luar keluarga. Jika suami berhalangan, fungsi keluar ini diwakili oleh pemimpin keluarga yang paling dekat kekerabatannya, yaitu saudara laki-laki ibu (Beckmann 2000). Dalam penelitian ini, kesejahteraan subyektif istri ditinjau berdasarkan pengaruh kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga dan peran istri dalam pengelolaan sumberdaya rumah tangga. Selain itu, kesejahteraan subyektif istri juga dipengaruhi oleh karakteristik individu dan keluarganya seperti umur, pendidikan istri, dan besar keluarga. Hal lain yang memberikan pengaruh adalah penguasaan istri atas aset dan sumberdaya keluarga. Semakin istri memiliki hak kepemilikan atas aset dan sumberdaya keluarga, maka semakin tinggi pula rasa kepuasan yang dirasakan istri, meski mayoritas istri nelayan tidak bekerja. Nelayan pemilik dan nelayan buruh yang diteliti berada pada status hampir miskin dengan sebagian besar istri tidak bekerja. Adapun istri yang bekerja mayoritas adalah istri nelayan buruh yang memiliki pendapatan lebih rendah daripada nelayan pemilik. Guhardja et al. (1992) menyatakan bahwa individu dan keluarga berpendapatan rendah biasanya mempunyai orientasi untuk masa sekarang saja daripada orientasi untuk masa depannya dalam perspetif waktu. Oleh karenanya, kontribusi pendapatan istri tergolong rendah. Hal yang menarik dari kontribusi pendapatan istri nelayan ini adalah semakin tinggi kontribusinya maka semakin rendah kesejahteraan subyektif yang dirasakannya. Sejalan dengan hal ini, Andriyadi (2000) menyatakan bahwa tinggi rendahnya kontribusi ekonomi wanita ditentukan oleh jumlah anggota keluarga atau rumah tangga yang bekerja

65 51 mencari nafkah dan memperoleh pendapatan berupa uang. Apabila kontribusi ekonomi istri tinggi, maka kebutuhan dapat terpenuhi dan meningkatkan kesejahteraan obyektif keluarga. Kontribusi istri terhadap pendapatan berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan subyektif. Hal ini dapat dijelaskan dengan fakta di lapangan yang menunjukkan bahwa istri yang bekerja dan berkontribusi dalam pendapatan keluarga kebanyakan adalah istri nelayan buruh yang berpendapatan rendah. Sehingga, motif istri dalam bekerja di luar rumah adalah untuk membantu keuangan keluarga yang kekurangan, bukan sebagai ajang aktualisasi diri. Adapun hasil penelitian Hayati (2011) menunjukkan bahwa kontribusi ekonomi istri terhadap pendapatan keluarga berpengaruh positif terhadap kesejahteraan obyektif. Kesejahteraan subyektif istri ditinjau berdasarkan pengaruh kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga dan peran istri dalam pengelolaan sumberdaya rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesejahteraan subyektif istri dipengaruhi besar keluarga dan kontribusi pendapatan istri. Hal lain yang memberikan pengaruh adalah penguasaan istri atas aset dan sumberdaya keluarga. Semakin istri memiliki hak kepemilikan atas aset dan sumberdaya keluarga, maka semakin tinggi pula rasa kepuasan yang dirasakan istri. Sejalan dengan hasil penelitian Rachmawati (2010), yang menyatakan bahwa kesejahteraan subyektif dipengaruhi secara negatif oleh kontribusi ekonomi istri. Besar keluarga berpengaruh positif terhadap kesejahteraan subyektif istri. Hal ini berarti meskipun masyarakat Minangkabau secara adat mengutamakan perempuan dalam segala hal, tapi peran dan fungsi nature perempuan dalam pengasuhan dan pemeliharaan keluarga tidak mengalami pergeseran nilai karena sudah diatur sedemikian rupa oleh norma budaya setempat. Semakin banyak anggota keluarga yang diurus di dalam keluarga, maka semakin tinggi pula kepuasan yang dirasakan oleh istri. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurulfirdausi (2010), yang menyatakan bahwa besar keluarga berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan subyektif istri. Peran gender dalam keluarga nelayan yang diteliti lebih dititikberatkan kepada peran istri dalam pengelolaan sumberdaya rumah tangga. Berkaitan

66 52 dengan peran gender tersebut, digunakan istilah-istilah dalam analisis gender Moser dan Harvard (Puspitawati 2012) yang mencakup peran domestik, peran publik, dan peran kemasyarakatan. Dalam masyarakat Minangkabau yang mengutamakan perempuan, ternyata peran gender yang terjadi dalam keluarga masih dominan dipegang oleh istri. Peran gender istri nelayan pemilik dan nelayan buruh dalam penelitian ini sama-sama berada pada kategori tinggi. Hal ini diduga karena besarnya alokasi waktu melaut yang dihabiskan suami di luar rumah, sehingga istri berperan lebih besar dalam mengelola rumah tangga. Namun, tingginya peran istri dalam mengelola sumberdaya keluarga ini justru memberikan pengaruh positif terhadap kesejahteraan subyektif yang dirasakannya. Hal ini diduga karena istri nelayan memiliki penguasaan yang absolut terhadap hak atas kepemilikan rumah dan benda berharga, sehingga istri nelayan memperoleh rasa aman dalam hal finansial. Penelitian ini memberikan pandangan yang sedikit berbeda dari konsep gender secara umum karena tatanan masyarakat yang diteliti juga memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh masyarakat lain di Indonesia. Kesejahteraan subyektif perempuan dari perspektif gender ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh kiprah perempuan di luar rumah, namun bisa jadi dengan pengabdian perempuan di dalam keluarganya, perempuan merasakan kesejahteraan dan kepuasan secara psikologis. Demikian pula dengan kesejahteraan, penelitian ini menunjukkan bahwa kesejahteraan tidak hanya bisa diraih dengan kecukupan materi, namun bisa dirasakan dengan kepuasan batin dalam menjalankan peran dan fungsi dalam keluarga yang dianut oleh masyarakat setempat. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak diketahuinya jumlah sampel antara nelayan pemilik dengan nelayan buruh, sehingga tidak bisa dilakukan pengambilan sampel secara acak proporsional. Untuk mengatasi hal ini, peneliti melakukan pengambilan sampel dengan metode purposive secara snowball. Hal ini menyebabkan hasil penelitian hanya dapat menerangkan kondisi masyarakat nelayan yang diteliti, akan tetapi tidak bisa di generalisasi pada masyarakat Matrilineal yang lebih luas.

67 53 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran makna kultural pada sitem Matrilineal di kalangan masyarakat nelayan yang diteliti. Sebagian besar istri nelayan memiliki kontribusi ekonomi yang rendah terhadap pendapatan keluarga. Istri nelayan buruh menunjukkan kontribusi yang lebih tinggi daripada istri nelayan pemilik. Istri nelayan berperan tinggi dalam pengelolaan sumberdaya rumah tangga, baik istri nelayan buruh maupun istri nelayan pemilik. Adapun faktor yang mempengaruhi peran istri dalam mengelola sumberdaya adalah pendidikan istri, pekerjaan istri, dan besar keluarga. Kesejahteraan subyektif yang dirasakan oleh istri nelayan buruh dan nelayan pemilik berada pada kategori tinggi, yang menunjukkan bahwa istri nelayan buruh dan nelayan pemilik keduanya merasakan kepuasan psikologis yang tinggi terhadap keluarganya. Kesejahteraan subyektif istri dipengaruhi oleh besar keluarga dan kontribusi istri terhadap pendapatan. Saran Istri nelayan perlu diberikan pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dirinya, sehingga bisa turut meningkatkan kondisi perekonomian keluarga. Kesehatan fisik keluarga dan kualitas hubungan komunikasi dengan keluarga inti dan keluarga luas juga penting untuk ditingkatkan. Selain itu, nilai-nilai dasar sistem matrilineal perlu untuk dipertahankan dan diwariskan kepada generasi penerus, oleh karenanya diperlukan dukungan dari pemerintah dan instansi pendidikan untuk menanamkan pengetahuan mengenai sistem matrilineal pada generasi muda. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menggunakan metode pengambilan contoh acak proporsional agar memperoleh hasil bisa digeneralisir.

68 54

69 55 DAFTAR PUSTAKA Abidin M Sistim Kekeluargaan Matrilineal. press.com/2009/01/04/perempuan-minangkabau-di-masa-depan/ [diakses tanggal 27 November 2011]. Andriyadi Y Pengaruh Kontribusi Ekonomi Wanita Bekerja terhadap Pola Pengambilan Keputusan dan Tingkat Kesejahteraan dalam Rumah Tangga Nelayan [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Ashraf N, Karlan D, Yin W Female empowerment: impact of a commitment savings product in the Philippines. Center Discussion Paper 949. Beckmann F von B Properti dan Kesinambungan Sosial: Kesinambungan dan Perubahan dalam Pemeliharaan Hubungan-Hubungan Properti Sepanjang Masa di Minangkabau. Simbolon E, penerjemah; editor. Jakarta: Penerbit Grasindo. Terjemahan dari: Property and Continuity of the Society. [BPS] Badan Pusat Statistik Sumatera Barat Perkembangan Indikator Sosial Ekonomi Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik Jumlah Penduduk Sumatera Barat. Sumbar. [diakses pada 29 September 2010]. Deacon RE, Firebaugh FM Family Resource Management Principles and Applications Second Edition. Massachusetts: Alin and Bacon Inc. Duflo E Intrahousehold Resource Allocation in Cote d'ivoire: Social Norms, Separate Accounts and Consumption Choices. M.I.T. Working Paper. Fatmariza Y, Nasution Z, Priyatama N Kajian Pengembangan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan (P2TP2) Provinsi Sumatera Barat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Guhardja S, Syarief H, Hartoyo, Puspitawati H Pengembangan Sumberdaya Keluarga. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia Gusnita W Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Peran Gender terhadap Kesejahteraan Keluarga (Kasus di Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Hadler J Sengketa Tiada Putus. Berlian S, penerjemah; editor. Jakarta: Freedom Institute. Terjemahan dari: Moslems and Matriachs: Cultural Resilience in Indonesia through Jihad and Colonialism. Hayati L Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda Perempuan, dan Kesejahteraan Keluarga Buruh Pabrik (Kasus di Kecamatan Dramaga-Kabupaten Bogor). [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.

70 56 Irzalinda V Kontribusi Ekonomi, Peran Istri, dan Kesejahteraan Keluarga di Kota dan Kabupaten Bogor (Studi Kasus pada Istri di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Iskandar A Analisis Praktik Manajemen Sumberdaya Keluarga dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Keluarga di Kabupaten dan Kota Bogor [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Khaidir A Minangkabau sebagai Basis Kultural dan Pemberdayaan Perempuan. [diakses tanggal 15 Februari 2011] Megawangi R Gender Perspectives in Early Childhood Care and Development in Indonesia, The consultative group on early childhood care and development, Indonesia Membiarkan Berbeda: Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender. Bandung: Penerbit Mizan. Moser RM Reproductive health issue for refugees in Latin America. Journal of Personal Communication. Muflikhati I Analisis dan Pengembangan Model Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia dan Kesejahteraan Keluarga di Wilayah Pesisir Provinsi Jawa Barat [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Nurulfirdausi Analisis Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Manajemen Keuangan Keluarga terhadap Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW). [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Oladeji D Gender roles and norms factors influencing reproductive behavior among couples in Ibadan, Nigeria. Journal of Anthropologist 10 (2): Papalia DE, Olds SW, Feldman RD Perkembangan Manusia Edisi 10, Marswendy B, penerj. Jakarta: Salemba Humanika. Terjemahan dari: Human Development, ed 10 th. Pusptawati H Sistem dan Dinamika Keluarga. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor Gender dan Keluarga. Bogor: IPB Press. Rachmawati Strategi Koping dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Subyektif pada Keluarga Penerima Program Keluarga Harapan (PKH). [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Rangel, M Alimony Rights and Intrahousehold Allocation of Resources: Evidence from Brazil. Harris School Working Paper Series 05. Rettig KD, Leichtentritt RD A general theory for perceptual indicators of family life quality. Social Indicators Research 47 (3): 307.

71 57 Riley NE Gender, power and population change. Population Bulletin 52(1): Simanjuntak M Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga dan Prestasi Belajar Anak pada Keluarga Penerima Program Keluarga Harapan [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Surur M Bundo Kanduang Bicara Gender. Depok: Tankinaya Institute. Syarief H, Hartoyo Aspek dalam Kesejahteraan Keluarga: Seminar Menyongsong Abad 21 dan Peranannya dalam Pengembangan Sumberdaya Indonesia. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Weintré J Organisasi Sosial dan Kebudayaan Kelompok Minoritas Indonesia: Studi Kasus Masyarakat Orang Rimba di Sumatra (Orang Kubu Nomaden) [disertasi]. Jogjakarta: Program Studi Indonesia Kerjasama Pendidikan Tersier Indonesia Australia Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

72 58

73 LAMPIRAN 59

74 60

75 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian 61

76 Lampiran 2 Korelasi antar variabel (Pearson Product Moment Correlations) Variabel X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 62 X1 1 X2.924 ** 1 X X *.691 ** 1 X X X *.404 ** * 1 X *.396 ** **.992 ** 1 X X X ** 1 X ** X * X ** * *= signifikan pada selang kepercayaan 95% **=signifikan pada selang kepercayaan 99% XI : Umur Istri (tahun) X8 : Pendapatan keluarga (Rp/bln) X2 : Umur Suami (tahun) X9 : Persepsi istri mengenai sistem matrilineal (skor) X3 : Pendidikan Istri (tahun) X10 : Praktik matrilineal dalam keluarga (skor) X4 : Pendidikan Suami (tahun) X11 : Penerapan matrilineal (skor) X5 : Besar Keluarga (orang) X12 : Kontribusi istri dalam pendapatan keluarga (persen) X6 : Pendapatan istri (Rp/bln) X13 : Peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga (indeks) X7 : Pendapatan suami (Rp/bln) X14 : Kesejahteraan subyektif (skor)

77 63 Lampiran 3 Sebaran keluarga berdasarkan peran gender dalam pengelolaan sumberdaya keluarga Suami Istri dan Istri No Suami Lebih Suami Lebih Istri Pertanyaan. Saja Dominamnan Bersa- Domi- Saja A. Manajemen Keuangan Keluarga 1. Perencanaan keuangan keluarga 0,0 0,0 33,3 43,3 23,3 2. Mengelola keuangan keluarga 0,0 6,7 11,7 25,0 56,7 (mengatur, mencatat, dan menganggarkan) 3. Melakukan pembelanjaan per bulan 0,0 0,0 8,3 13,3 71,7 untuk keperluan rumah tangga 4. Mencari jalan keluar masalah keuangan 5. Melakukan pinjaman di bank 8,3 15,0 53,3 10,0 13,3 6. Mencari pinjaman pada 0,0 6,7 25,0 36,7 31,7 tetangga/keluarga 7. Pemegang hak milik atas aset tetap 0,0 3,3 11,7 43,3 41,7 (rumah, tanah, kendaraan,dll) 8. Perencanaan pendidikan anak 0,0 3,3 23,3 15,0 58,3 B. Aktivitas domestik 9. Perawatan fisik anak sehari-hari 0,0 0,0 13,3 18,3 68,3 10. Perawatan fisik anak saat sakit 0,0 0,0 10,0 5,0 85,0 11. Mendampingi anak belajar 0,0 0,0 10,0 21,7 68,3 12. Memandikan anak 0,0 0,0 13,3 18,3 68,3 13. Menyuapi anak 0,0 0,0 10,0 20,0 70,0 14. Mengantar anak 0,0 0,0 10,0 23,3 66,7 ke sekolah/pengajian 15. Menidurkan anak 0,0 3,3 6,7 18,3 71,7 16. Membersihkan rumah 0,0 0,0 6,7 20,0 73,3 17. Mencuci dan menyetrika pakaian 0,0 0,0 10,0 10,0 80,0 18. Menyediakan makanan untuk 0,0 3,3 6,7 18,3 71,7 keluarga 19. Memelihara perabotan rumah 0,0 3,3 10,0 8,3 78,3 20. Mencuci kendaraan 3,3 15,0 60,0 3,3 18,3 C. Aktivitas publik 21. Bekerja di luar rumah 10,0 16,7 53,3 13,3 6,7 22. Bertanggung jawab atas masalah 10,0 13,3 13,3 60,0 3,3 ekonomi di luar rumah 23. Membayar tagihan ke PLN, 0,0 6,7 3,3 38,3 51,7 Telkom, dan PAM 24. Belanja ke pasar untuk keperluan 0,0 6,7 6,7 60,0 33,3 keluarga dan anak 25. Belanja ke pasar untuk membeli 0,0 58,3 13,3 6,7 21,7 keperluan properti rumah yang sudah rusak (kran air, pompa, alatalat listrik, atau cat dinding rumah) di toko bangunan 26. Belanja ke pasar untuk keperluan spare part kendaraan di bengkel atau toko alat-alat pertukangan 6,7 60,0 13,3 10,0 10,0

78 Melaporkan keluhan atas pelayanan 0,0 0,0 50,0 10,0 40,0 (baik PAM, Telkom, Bank atau PLN) ke kantor yang bersangkutan 28. Bertanggung jawab atas aktivitas 0,0 0,0 71,7 15,0 13,3 sosial di lingkungan rumah (aktif terlibat di RT, RW, ataupun pengurus masjid) 29. Menjadi tokoh masyarakat 0,0 0,0 75,0 15,0 10,0 30. Aktif mengikuti pengajian di 0,0 0,0 76,7 13,3 10,0 masjid 31. Aktif mengikuti kegiatan sosial di sekitar rumah 0,0 0,0 83,3 6,7 10,0

79 65 Lampiran 4 Sebaran keluarga berrdasarkan kesejahteraan subyektif istri Sangat Cukup Tidak Tidak No. Pertanyaan Puas Puas Puas Puas Sangat Puas 1. Kondisi psikologis keluarga (cinta kasih, 0,0 11,7 0,0 60,0 28,3 saling memiliki, dan saling membantu) 2. Kondisi perekonomian keluarga seharihari 0,0 23,3 1,7 63,3 11,7 3. Kondisi tempat tinggal 0,0 13,3 0,0 73,3 13,3 4. Keadaan aset yang miliki 0,0 3,3 1,7 68,3 26,7 5. Kondisi mental dan spiritual 0,0 6,7 0,0 81,7 11,7 6. Kondisi kesehatan fisik 0,0 23,3 0,0 71,7 5,0 7. Cara keluarga bertahan dari tekanan 0,0 0,0 0,0 93,3 6,7 akibat stres ataupun ekonomi 8. Gaya pengaturan alokasi waktu di dalam 0,0 8,3 3,3 81,7 6,7 keluarga 9. Gaya pengelolaan, pembelanjaan, dan 0,0 1,7 1,7 71,7 25,0 tabungan keuangan keluarga 10. Gaya manajemen stress saat mengalami 0,0 3,3 0,0 75,0 21,7 masalah 11. Gaya manajemen pekerjaan di keluarga 0,0 8,3 0,0 81,7 10,0 12. Hubungan komunikasi dengan 3,3 11,7 0,0 58,3 26,7 orangtua/mertua 13. Hubungan komunikasi dengan 0,0 8,3 3,3 73,3 15,0 kerabat/sanak saudara 14. Hubungan komunikasi dengan tetangga 0,0 1,7 0,0 71,7 26,7 15. Hubungan komunikasi dengan suami 3,3 3,3 0,0 51,7 41,7 dan anak-anak 16. Perasaan optimis untuk menyongsong 3,3 6,7 0,0 60,0 30,0 masa depan 17. Pembagian tugas dan tanggung jawab 0,0 8,3 0,0 80,0 11,7 dengan suami 18. Keterlibatan dalam aktivitas ekonomi 0,0 8,3 0,0 80,0 11,7 dan mencari nafkah 19. Keterlibatan dalam aktivitas sosial dan 0,0 8,3 0,0 75,0 16,7 pertetanggaan di sekitar tempat tinggal 20. Kepuasan terhadap pengetahuan, 0,0 21,7 0,0 60,0 18,3 kemampuan, dan keterampilan diri 21. Perasaan terhadap kesehatan fisik anak 5,0 3,3 0,0 43,3 48,3 22. Perasaan terhadap kesehatan mental 5,0 0,0 1,7 41,7 51,7 anak 23. Perasaan terhadap pencapaian akademik 1,7 5,0 0,0 45,0 48,3 anak di sekolah 24. Perasaan terhadap perilaku sosial yang 1,7 0,0 0,0 53,3 45,0 ditunjukkan anak 25. Perasaan terhadap kebersihan rumah dan 1,7 5,0 0,0 71,7 21,7 pekarangan 26. Perasaan terhadap pendapatan yang 3,3 13,3 0,0 66,7 16,7 diperoleh dari suami 27. Kepuasan terhadap kesehatan fisik suami 5,0 5,0 0,0 71,7 18,3

80 Kepuasan terhadap kesehatan mental suami 29. Kepuasan terhadap kebutuhan seksual dengan suami 30. Perasaan terhadap hubungan komunikasi dengan suami 31. Perasaan terhadap perilaku suami dalam membantu pekerjaan rumah tangga 3,3 8,3 1,7 68,3 18,3 3,3 6,7 0,0 65,0 25,0 3,3 8,3 0,0 73,3 15,0 3,3 5,0 0,0 68,3 23,3

81 Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian 67

82 68

83 69 RIWAYAT HIDUP ARINA ZULIANY, lahir di Padang pada tanggal 3 Juni Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Zulfahmi (alm) dan Any Thrisna. Pada tahun 2002 penulis menamatkan sekolah dasar di SD Kartika 1-11 Padang, kemudian di SMP Negeri 8 Padang pada tahun 2005 dan di SMA Negeri 10 Padang pada tahun Pada tahun yang sama, penulis berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan strata 1 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor untuk gelar mayor dan Kebijakan Agribisnis untuk gelar minor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai trainer dan tim manajemen di Golden Training Indonesia (GTI) tahun Penulis aktif dalam mengikuti kompetisi karya tulis ilmiah seperti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pembedayaan Masyarakat. Proposal PKM yang diketuai penulis didanai oleh DIKTI pada tahun 2009 dan 2010, berjudul Menyentuh Remaja Dengan Hati, Menuju Perilaku Reproduksi Sehat Remaja Perkotaan di Bogor dan Membingkai Sejarah dalam Kartu dan Film Pendek untuk Meningkatkan Minat Belajar Sejarah dan Jiwa Nasionalisme di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Selain itu, penulis juga ikut terlibat dalam beberapa kegiatan sosial dan entrepreneurship, diantaranya pegiat Rumah Belajar FIM regional Bogor, Relawan Gempa Sumatera Barat September pada 2009 oleh Palang Merah Indonesia (PMI), Relawan Erupsi Merapi pada Januari 2011 dalam IPB Goes to Field, serta bisnis pembenihan dan pembesaran ikan nila merah pada tahun Penulis merupakan alumni sekaligus peserta terbaik dalam pelatihan Forum Indonesia Muda (FIM) angkatan 10 dan berkesempatan untuk mengikuti studi banding bisnis dalam Echelon 2011 Startup Bussiness Conference Singapore pada tahun Penulis pernah menjadi trainer dalam Course of Public Speaking and English Communication Skills yang diadakan oleh Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang (IPMM) tahun 2011 dan Upgrading BEM FPIK Ekspansi Biru pada tahun yang sama. Penulis menerbitkan tulisan di Majalah Komunitas edisi Maret 2011 dan Tim Penulis Buku Insan Mutiara Emas pada tahun Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Giri Tirta, Kelurahan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011.

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga 7 Definisi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR i ANALISIS MANAJEMEN KEUANGAN, TEKANAN EKONOMI, STRATEGI KOPING DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN DI DESA CIKAHURIPAN, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI HIDAYAT SYARIFUDDIN DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELUARGA BADRANINGSIH LASTARIWATI/UNY

PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELUARGA BADRANINGSIH LASTARIWATI/UNY PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELUARGA BADRANINGSIH LASTARIWATI/UNY MANAJEMEN Manajemen adalah upaya untuk mengelola sumberdaya yang dimiliki seoptimal mungkin untuk mencapai hasil yang diharapkan. Proses dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kondisi Geografis dan Kependudukan Kelurahan Batang Arau termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sangat membutuhkan adanya suatu aturan-aturan yang dapat mengikat manusia dalam melakukan perbuatan baik untuk diri sendiri dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Provinsi Sumatera Barat yang identik dengan Minangkabau merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang menganut sistem matrilineal. Masyarakat Minangkabau ini pun merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA Lia Nurjanah DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS

PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS 1 PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan industri modern mempengaruhi perkembangan kehidupan sosial di masyarakat. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat tentu saja tidak lepas dari pengaruh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 32 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi suami istri. Variabel yang diteliti pada penelitian interaksi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode survey di Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 39 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Desain dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu penelitian yang

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional karena data yang diambil berkenaan dengan pengalaman masa lalu yaitu saat keluarga

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG RANI MAULANASARI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari objek dalam satu waktu tertentu, tidak berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah atau adopsi, dan keluarga juga merupakan sistem sosial

Lebih terperinci

R Sq Linear = 0.02 R Sq Linear = 0.007 R Sq Linear = 0.027 150 pendidikan ibu, relasi gender, manajemen keuangan, kesejahteraan keluarga subjektif, sebaliknya berhubungan negatif nyata dengan usia ibu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 2 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data melalui survei lapang dalam satu titik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian LAMPIRAN 59 60 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian 61 Lampiran 2 Korelasi antar variabel (Pearson Product Moment Correlations) Variabel X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 62 X1 1 X2.924 ** 1

Lebih terperinci

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia 57 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan menikah dan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah. Penelitian ini dilakukan pada keluarga yang memiliki anak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data dikumpulkan untuk meneliti suatu fenomena dalam satu kurun waktu tertentu (Umar 2006).

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) PALUPI CIPTONINGRUM I34050807 SKRIPSI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Minangkabau merupakan satu-satunya budaya yang menganut sistem kekerabatan matrilineal di Indonesia. Masyarakat Minangkabau merupakan komunitas masyarakat matrilineal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah institusi pendidikan primer, sebelum seorang anak mendapatkan pendidikan di lembaga lain. Pada institusi primer inilah seorang anak mengalami pengasuhan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan 18 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi antara ibu dengan anak. Desain yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak 25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pemerintah menetapkan bahwa dalam kerangka pencapaian pembangunan

Lebih terperinci

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK Nurlaili 1) Trisnaningsih 2) Edy Haryono 3) This research aimed to find out correlation between university

Lebih terperinci

Strategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output

Strategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output 34 KERANGKA PEMIKIRAN Kemiskinan yang melanda bangsa Indonesia selama bertahun-tahun menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah meningkatnya harga kebutuhan pokok yang mengakibatkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MODAL SOSIAL DENGAN KEMISKINAN MASYARAKAT NELAYAN DI DESA PANIMBANG JAYA, PANDEGLANG MUHAMMAD IQBAL HANAFRI

HUBUNGAN MODAL SOSIAL DENGAN KEMISKINAN MASYARAKAT NELAYAN DI DESA PANIMBANG JAYA, PANDEGLANG MUHAMMAD IQBAL HANAFRI HUBUNGAN MODAL SOSIAL DENGAN KEMISKINAN MASYARAKAT NELAYAN DI DESA PANIMBANG JAYA, PANDEGLANG MUHAMMAD IQBAL HANAFRI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh 20 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus

Lebih terperinci

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Keluarga petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Padajaya. RW 4 = 7 orang. RW 5 = 23 orang. Gambar 2 Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Keluarga petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Padajaya. RW 4 = 7 orang. RW 5 = 23 orang. Gambar 2 Teknik Pengambilan Contoh 24 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data dalam satu titik dan waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, ilmu psikologi lebih menekankan kepada aspek pemecahan masalah yang dialami individu dan cenderung lebih memusatkan perhatian kepada sisi negatif perilaku

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menikah di usia muda masih menjadi fenomena yang banyak dilakukan perempuan di Indonesia. Diperkirakan 20-30 persen perempuan di Indonesia menikah di bawah usia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i PERNYATAAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... viii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I. PENGANTAR... 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masalah utama yang sedang dihadapi secara nasional adalah sedikitnya peluang kerja, padahal peluang kerja yang besar dalam aneka jenis pekerjaan

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan BAB V KESIMPULAN Matrilineal seperti yang telah banyak kita fahami, membawa kepada pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan memiliki posisi tawar yang baik dalam pengambilan keputusan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik dan Cara Pemilihan Sampel

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik dan Cara Pemilihan Sampel 15 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional study yaitu suatu teknik pengambilan data yang dilakukan melalui survey lapang

Lebih terperinci

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I24051735 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah masalah utama. Menurut Chambers (1983), kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN NELAYAN DI PESISIR PANTAI KECAMATAN SINGKIL UTARA KABUPATEN ACEH SINGKIL. Tesis. Oleh: NOMI NOVIANI SIREGAR

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN NELAYAN DI PESISIR PANTAI KECAMATAN SINGKIL UTARA KABUPATEN ACEH SINGKIL. Tesis. Oleh: NOMI NOVIANI SIREGAR FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN NELAYAN DI PESISIR PANTAI KECAMATAN SINGKIL UTARA KABUPATEN ACEH SINGKIL Tesis Oleh: NOMI NOVIANI SIREGAR NIM : 107039025 PROGRAM MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA (Kasus pada Rumahtangga Petani Desa Cipeuteuy Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat) Oleh FEBRI SATIVIANI PUTRI CANTIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu keturunan ditarik dari ayahnya. Dilihat dari marga yang dipakai oleh orang batak yang diambil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para

BAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Sumatera Barat beserta masyarakatnya, kebudayaannya, hukum adat dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para cendikiawan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas bangsa ditentukan oleh kualitas penduduk yang tercermin pada kualitas sumberdaya manusia (SDM). Salah satu indikator kualitas penduduk adalah Human Development Index

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan. Judul Nama : Pengaruh Umur, Tingkat Pendidikan, Pendapatan Suami, dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Curahan Jam Kerja Pedagang Wanita di Pasar Kumbasari : Made Puspita Mega Swari NIM : 1306105063

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PENDAPATAN TENAGA KERJA WANITA PADA USAHA PEMBUATAN TEMPE TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA

KONTRIBUSI PENDAPATAN TENAGA KERJA WANITA PADA USAHA PEMBUATAN TEMPE TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA KONTRIBUSI PENDAPATAN TENAGA KERJA WANITA PADA USAHA PEMBUATAN TEMPE TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus: Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang) JURNAL ACHMAD ALBAR MURAD DAULAY 110304050

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan kepada anggota keluarga dalam masyarakat. Keluarga

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT

PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT ULFAH MUSHLIHA ADHANI PUARADA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia masih merupakan masalah yang belum teratasi. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Tahun 2010 adalah 31 juta jiwa atau sebesar 13 persen (BPS 2010).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Teori Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Teori Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Teori Keluarga Pengertian Keluarga Keluarga menurut UU Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10 adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang secara pesat, baik yang bersifat positif maupun negatif.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang secara pesat, baik yang bersifat positif maupun negatif. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu sistem sosial yang ada dimasyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan miniatur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Isu tentang peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional dewasa ini menjadi semakin penting dan menarik. Peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Kemiskinan dan kesenjangan sosial pada kehidupan nelayan menjadi salah satu perhatian utama bagi kebijakan sektor perikanan. Menurut pemerintah bahwa kemiskinan dan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH i STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 iii PERNYATAAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Disain penelitian adalah cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun & Effendi 1995. Penelitian berlokasi di Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Dalam pandangan politik

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2 PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1 Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2 Pendahuluan Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak. Di dalam keluarga, anak mendapatkan seperangkat nilai-nilai, aturan-aturan,

Lebih terperinci

PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ

PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 PERNYATAAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT (Kasus: Program PHT Desa Karangwangi, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon) LUKI SANDI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bali merupakan propinsiyang masyarakatnya menganut sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bali merupakan propinsiyang masyarakatnya menganut sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bali merupakan propinsiyang masyarakatnya menganut sistem kekerabatan berdasarkan prinsip purusa (patrilineal). Sistem kekerabatan patrilineal yang dianut oleh masyarakat

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Tuntutan Kemiskinan terhadap Peran Ekonomi Perempuan Permasalahan keluarga yang ada saat ini didominasi oleh adanya masalah sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan sistem informasinya memberikan banyak dampak positif bagi kalangan yang jeli membaca

Lebih terperinci

RINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria.

RINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria. RINGKASAN FEBRI SASTIVIANI PUTRI CANTIKA. RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA. Kasus pada Rumahtangga Petani Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi

Lebih terperinci

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan 46 KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan keluarga yang mengalami perpisahan dengan istri dalam jangka waktu yang relatif lama. Ketiadaan istri dalam keluarga menjadi tantangan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR SKRIPSI EGRETTA MELISTANTRI DEWI A 14105667 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

THE ROLE OF WIFE IN BATAK TOBA S TRIBE TO FULFILL THE BASIC REQUIREMENTS IN FAMILY

THE ROLE OF WIFE IN BATAK TOBA S TRIBE TO FULFILL THE BASIC REQUIREMENTS IN FAMILY PERAN ISTRI SUKU BATAK TOBA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN POKOK KELUARGA (Studi Deskriptif pada Keluarga Batak Jember Nahumaliang (PKBJN), Kabupaten Jember) THE ROLE OF WIFE IN BATAK TOBA S TRIBE TO FULFILL

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA HIDUP DAN DEMOGRAFI TERHADAP PREFERENSI BELANJA KONSUMEN DI PASAR BERINGHARJO

PENGARUH GAYA HIDUP DAN DEMOGRAFI TERHADAP PREFERENSI BELANJA KONSUMEN DI PASAR BERINGHARJO TESIS PENGARUH GAYA HIDUP DAN DEMOGRAFI TERHADAP PREFERENSI BELANJA KONSUMEN DI PASAR BERINGHARJO ELIAANTI CHRISTINE No. Mhs.: 145002141 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH

KAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH KAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok) DIARSI EKA YANI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN PENCAPAIAN PRESTASI KERJA KARYAWAN DI TAMAN AKUARIUM AIR TAWAR, TAMAN MINI INDONESIA INDAH, JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN PENCAPAIAN PRESTASI KERJA KARYAWAN DI TAMAN AKUARIUM AIR TAWAR, TAMAN MINI INDONESIA INDAH, JAKARTA HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN PENCAPAIAN PRESTASI KERJA KARYAWAN DI TAMAN AKUARIUM AIR TAWAR, TAMAN MINI INDONESIA INDAH, JAKARTA RYANI MUTIARA HARDY PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi

Lebih terperinci

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK YUSNIDAR. Keefektivan Komunikasi Masyarakat

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Oleh : MAYA RESMAYANTY C44101004 PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian LAMPIRAN 143 144 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian 145 146 Lampiran 3 Pengukuran Variabel Penelitian untuk Jawaban Pengetahuan No. Pernyataan Betul Salah Pengetahuan tentang keluarga sistem matrilineal

Lebih terperinci