BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pengusahaan Yoghurt di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

CCR314 - Riset Operasional Materi #2 Ganjil 2015/2016 CCR314 RISET OPERASIONAL

CCR-314 #2 Pengantar Linear Programming DEFINISI LP

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

Matematika Bisnis (Linear Programming-Metode Grafik Minimisasi) Dosen Febriyanto, SE, MM.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

DEFINISI LP FUNGSI-FUNGSI DALAM PL MODEL LINEAR PROGRAMMING. Linear Programming Taufiqurrahman 1

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

LINIEAR PROGRAMMING MATEMATIKA BISNIS ANDRI HELMI M, S.E., M.M.

Operations Management

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

OPTIMASI PROFIT PADA PRODUKSI GULA SEMUT FORTIFIKASI VITAMIN A DENGAN TIGA TINGKATAN KUALITAS GRADE DI PT. XYZ

PROGRAM LINIER METODE GRAFIK

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 IT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DI KPBS PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT

RISET OPERASIONAL MINGGU KE-2. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si. Linier Programming: Formulasi Masalah dan Model

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah

ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING

MAKSIMALISASI PROFIT DALAM PERENCANAAN PRODUKSI

LINEAR PROGRAMMING. Pembentukan model bukanlah suatu ilmu pengetahuan tetapi lebih bersifat seni dan akan menjadi dimengerti terutama karena praktek.

Manajemen Operasional

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT / 2 SKS]

OPERATION RESEARCH-1

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diraih apabila suatu perusahaan bisa mengambil keputusan secara

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

PROGRAM LINIER : ANALISIS POST- OPTIMAL. Pertemuan 6

Bab 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. besar dan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran.

BAB 2 LANDASAN TEORI

LINEAR PROGRAMMING. 1. Pengertian 2. Model Linear Programming 3. Asumsi Dasar Linear Programming 4. Metode Grafik

BAB 2 LANDASAN TEORI

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI. A. Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear

OPTIMALISASI PRODUKSI BROWNIES SINGKONG PADA MR.BROWNCO BOGOR GRAVI MARGASETHA

PENDEKATAN KUANTITATIF SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF METODE PEMECAHAN MASALAH. Dewi Atika Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan

BAB III METODE PENELITIAN. Pengumpulan data. Analisis dan pemodelan data. Implementasi Aplikasi. Pengujian Aplikasi

BAB 2. PROGRAM LINEAR

BAB 2 PROGRAM LINEAR

LINIER PROGRAMMING Formulasi Masalah dan Pemodelan. Staf Pengajar Kuliah : Fitri Yulianti, MSi.

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk

Berikut merupakan alur penyelesaian masalah nyata secara matematik. pemodelan. penyelesaian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Pemrograman Linier (Linear Programming) Materi Bahasan

BAB 3 METODE PENELITIAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB LINEAR PROGRAMMING : METODE GRAFIK PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB II. PEMROGRAMAN LINEAR

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

OPERATIONS RESEARCH. oleh Bambang Juanda

MODUL PRAKTIKUM RISET OPERASIOANAL (ATA 2011/2012)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PROGRAM LINIER DENGAN METODE GRAFIK

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini, perusahaan sering dihadapkan pada masalah masalah yang

Maximize or Minimize Z = f (x,y) Subject to: g (x,y) = c

Teknik Riset Operasional Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016 Teknik Informatiaka UIGM

BAB 2 MODEL OPTIMISASI. 1. Pengertian 2. Kendala Model Optimisasi 3. Formulasi Model Optimisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perekonomian Indonesia menghadapi perdagangan bebas dituntut untuk lebih giat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi 2.2 Saluran Distribusi

: METODE GRAFIK. Metode grafik hanya bisa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dimana hanya

I. PENDAHULUAN CYBER-TECHN. VOL 7 NO 1 (2012) OPTIMALISASI PENJUALAN AIR MINERAL DENGAN MODEL LINEAR PROGRAMMING DI CV. TIRTA GROUP.

APLIKASI PROGRAM INTEGER PADA PERUMAHAN BUMI SERGAI DI SEI RAMPAH

Ardaneswari D.P.C., STP, MP.

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,.

Pada dasarnya optimalisasi dalam suatu proses produksi adalah menyangkut

OPTIMASI TARGET PRODUKSI FINGERJOINT di PT. KM

Program Linier. Rudi Susanto

PEMROGRAMAN LINEAR YULIATI,SE,MM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMISASI PENJUALAN SUSU CUP MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE SIMPLEKS DAN ANALISA SENSITIVITAS

Transkripsi:

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasi masukan (input) menjadi hasil keluaran (output) yang berupa barang atau jasa. Menurut Nicholson (1991) produksi adalah proses kombinasi dan koordinasi material serta input yaitu faktor produksi, sumberdaya, dan jasa produksi untuk membuat suatu output (barang atau jasa). Proses transformasi (pengubahan) input menjadi suatu output (skema proses produksi) dapat dilihat pada Gambar 1. Masukan SDM SDModal SDA Mesin Teknologi Proses transformasi atau konversi Keluaran Barang Jasa Umpan balik informasi Gambar 1. Skema Proses Produksi Sumber: Diacu dari Nicholson (1991) Output berupa produk maupun jasa merupakan hasil pengkombinasian antara faktor-faktor produksi atau input. Hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan yang biasanya berupa output dengan variabel yang menjelaskan yang biasanya berupa input disebut fungsi produksi (Soekartawi, 1990). Masih menurut Soekartawi (1990) dalam fungsi produksi biasanya jumlah output yang dihasilkan dalam proses produksi tergantung pada input yang digunakan berupa jumlah bahan baku, tenaga kerja, mesin, modal, dan manajemen. Nicholson (1991) memformulasikan hubungan antara masukan (input) dengan keluaran (output) berupa barang dan jasa ke dalam fungsi produksi yang berbentuk: q = f (K, L, M,.), dimana q menunjukkan jumlah output yang dihasilkan dalam periode 16

tertentu, sedangkan K, L, M mewakili input yang berturut-turut melambangkan input berupa modal, tenaga kerja, dan bahan baku. 3.1.2. Kombinasi Optimum Pada penelitian ini penentuan kombinasi produksi optimum untuk memperoleh penerimaan maksimum dapat dijelaskan melalui Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) seperti terlihat pada Gambar 2. Q 2 TR 1 P 2 TR 2 P 2 Q 2a A TR 3 P 2 Q 2b Е KKP Q 2c C Isorevenue 3 Isorevenue 2 Q 2d B Isorevenue 1 0 Q 1a Q 1c Q 1d Q 1b Q 1 Gambar 2. Kurva Kemungkinan Produksi Sumber: Diacu dari Lipsey (1995) KKP merupakan suatu kurva yang menggambarkan semua kombinasi output yang dapat diproduksi dengan menggunakan sumberdaya yang sudah tertentu jumlahnya. KKP disebut juga isoresource curve karena setiap titik-titik pada kurva tersebut menggambarkan kombinasi output yang dapat dihasilkan dengan menggunakan sejumlah input yang sama (Lipsey, 1995). Sedangkan garis isorevenue adalah garis yang menunjukkan kombinasi produk yang dapat dijual perusahaan yang akan memberikan penerimaan yang sama. Garis isorevenue 17

diturunkan dari rumus penerimaan total (TR 1 = P 1 Q 1 +P 2 Q 2 ), atau secara matematis dinyatakan sebagai berikut: Dimana P 1 melambangkan harga jual dari Q 1, dan P 2 melambangkan harga jual untuk Q 2. Sementara Q 1 melambangkan jumlah produk pertama yang dijual perusahaan, dan Q 2 melambangkan jumlah produk kedua yang dijual perusahaan. Pada harga P 1 dan P 2 akan diperoleh kombinasi produk optimum di titik E (titik yang menunjukkan persinggungan antara KKP dengan garis isorevenue 1), dimana diperoleh kombinasi produk sebesar Q 1b dan Q 2b. Kombinasi produk selain pada titik E akan membuat perusahaan memperoleh penerimaan yang lebih kecil dari pada penerimaan yang seharusnya bisa diterima perusahaan dengan tingkat harga yang sama. Kondisi ini bisa terjadi karena adanya kontrak seperti yang dialami KPBS Pangalengan. Adanya sistem produksi berdasarkan pesanan (job order) membuat KPBS tidak leluasa dalam menentukan pilihan kombinasi produksi. Jumlah dari tiap produk ditentukan oleh distributor melalui sistem job order yang belum tentu sesuai dengan kapasitas sumberdaya yang dimiliki KPBS Pangalengan. Kondisi ini misalkan digambarkan pada titik A, pada titik A perusahaan memproduksi produk Q 1 sebesar Q 1a (lebih rendah dari produksi pada titik optimum) dan Q 2 sebesar Q 2a (lebih tinggi dari produksi pada titik optimum). Kombinasi produk pada titik A menyebabkan pada tingkat harga yang sama perusahaan mendapatkan penerimaan yang lebih rendah dari penerimaan pada kondisi kombinasi produk optimum, yaitu sebesar TR 2 /P 2. Q 2 = TR - P 1 Q 1 P 2 P 2 Penerimaan yang dapat diperoleh perusahaan dapat lebih rendah lagi jika perusahaan berproduksi dengan tidak memaksimalkan sumberdaya yang dimilikinya misalkan di titik C. Titik C sering juga disebut pilihan yang tidak efisien karena pada titik ini perusahaan berproduksi di bawah kapasitas produksinya (under capacity). Penerimaan perusahaan pada kondisi ini sebesar TR 3 /P 2 jauh lebih kecil dari penerimaan optimal di TR 1 /P 2. Adanya sistem produksi berdasarkan pesanan (job order) di KPBS Pangalengan diduga membuat KPBS Pangalengan berproduksi dengan 18

menghasilkan kombinasi produk seperti pada titik A atau bahkan pada titik C. Berdasarkan teori yang ada, penelitian ini akan mencoba melihat seberapa besar kerugian yang dialami KPBS Pangalengan serta pengalokasian sumberdaya ketika KPBS Pangalengan berproduksi dengan menghasilkan kombinasi produk diluar titik optimal karena adanya sistem job order. 3.1.3. Teori Optimalisasi Produksi Optimalisasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum suatu fungsi tujuan (Nasendi, 1985). Secara umum pengertian optimalisasi adalah pencapaian suatu keadaan yang terbaik. Apabila dikaitkan dengan produksi, maka pengertian optimalisasi produksi berarti pencapaian suatu keadaan terbaik dalam kegiatan produksi. Menurut Soekartawi (1998), optimalisasi produksi adalah pengunaan faktor-faktor produksi yang terbatas seefisien mungkin. Faktor-faktor produksi tersebut dapat berupa modal, tenaga kerja, sumberdaya alam (bahan baku, dan bahan pembantu), mesin, teknologi dan informasi. Nicholson (1991) mengemukakan bahwa persoalan optimalisasi dibagi menjadi dua yaitu tanpa kendala dan dengan kendala. Pada optimalisasi tanpa kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala atau keterbatasan pada fungsi tujuan diabaikan sehingga dalam menentukan nilai maksimum atau minimum tidak terdapat batasan terhadap pilihan alternatif yang tersedia. Sementara pada optimalisasi dengan kendala faktor-faktor yang menjadi kendala pada fungsi tujuan diperhatikan. Kendala tersebut menentukan nilai maksimum dan minimum dari fungsi tujuan. Optimalisasi dengan kendala pada dasarnya merupakan persoalan dalam menentukan nilai variabel suatu fungsi menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada. Keterbatasan itu biasanya meliputi faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi, seperti bahan baku, modal, tenaga kerja dan mesin yang merupakan input serta ruang dan waktu (Supranto, 1998). Penelitan ini adalah penelitian optimalisasi dengan kendala dimana model disusun sedemikian rupa sehingga dapat mengambarkan kondisi yang mendekati 19

aktual. Penentuan kendala dalam model dilakukan dengan memasukan sumberdaya yang memang ketersediaannya menjadi pembatas bagi KPBS Pangalengan dalam memproduksi susu pasteurisasi. Salah satu teknik optimalisasi yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah optimalisasi berkendala adalah dengan mengunakan teknik linear programming (LP). Metode LP merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah optimalisasi berkendala di mana semua fungsi baik fungsi tujuan atau kendala merupakan fungsi linear. Pada umumnya program linier yang dirancang digunakan panduan untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas diantara berbagai alternatif penggunaan sumber daya sehingga dapat dicapai tujuan yang telah ditetapkan secara optimal (Siswanto, 2006). Selanjutnya lebih jauh lagi, Supranto (1998) menjelaskan bahwa agar suatu persoalan dapat dipecahkan dengan teknik LP harus memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Harus dapat dirumuskan secara matematis 2. Harus jelas fungsi objektif yang linear yang harus dibuat optimum 3. Pembatasan-pembatasan harus dinyatakan dalam ketidaksamaan yang tidak linear. Menurut Siswanto (2006) LP adalah salah satu teknik operation research yang paling banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan di dunia. Pada umumnya metoda programasi matematis dirancang untuk mengalokasikan berbagai sumberdaya yang terbatas di antara berbagai alternatif penggunaan sumberdaya - sumberdaya tersebut agar berbagai tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai atau dioptimalkan. Siswanto (2006) menyatakan bahwa ada tiga unsur utama dalam model LP yaitu variabel keputusan, fungsi tujuan, serta fungsi kendala. 1. Variabel Keputusan. Variabel keputusan tergantung pada tujuan dari perusahaan. Umumnya ada dua variabel keputusan yang dapat dipilih perusahaan dalam model LP yaitu maksimisasi atau minimisasi. Namun pada dasarnya dalam merumuskan model, perusahaan hanya dapat mengunakan satu variabel keputusan saja. 2. Fungsi tujuan. Dalam model LP tujuan yang hendak dicapai harus dirumuskan ke dalam 20

fungsi matematika linear. 3. Kendala Kendala dapat diumpamakan sebagai pembatas terhadap keputusan yang mungkin dibuat. Sama halnya dengan fungsi tujuan. Fungsi kendala juga harus dirumuskan ke dalam fungsi matematik linear. Ada tiga macam bentuk kendala dalam pemrograman linear, yaitu: Jumlah maksimum ketersediaan sumberdaya yang dilambangkan dengan tanda lebih kecil sama dengan ( ); jumlah minimum sumberdaya yang harus tersedia (syarat minimum ketersediaan sumberdaya) yang dilambangkan dengan tanda lebih besar sama dengan ( ); serta jumlah yang tepat atau keharusan keberadaan sumberdaya yang dilambangkan dengan notasi sama dengan (=) Secara umum model LP yang memaksimisasi keuntungan adalah sebagai berikut: Maksimisasi dengan batasan: Keterangan: Z = fungsi tujuan. ;, C i = koefisien peubah pengambil keputusan ke-i dalam fungsi tujuan x i a i b i = tingkat kegiatan ke-i = koefisien pengambilan keputusan ke-i = kapasitas sumberdaya i yang tersedia untuk dialokasikan ke setiap unit kegiatan Setelah permasalahan dirumuskan ke dalam model LP, selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil olahan Model LP yaitu analisis primal untuk melihat pilihan produksi, dan analisis dual untuk melihat pengunaan sumberdaya. Sebelum melakukan analisis terhadap hasil keluaran model LP ada beberapa asumsi yang harus diperhatikan. Asumsi-asumsi tersebut antara lain: 21

1. Fungsi produksi bersifat linear, tidak ada input yang dapat saling mensubstitusi dan bersifat constant return to scale. (Nasendi, 1985) 2. Deterministik. Artinya setiap aktivitas atau parameter adalah tetap, dan dapat diketahui secara pasti (Doll dan Orazem, 1984). 3. Divisibility. Artinya peubah-peubah pengambil keputusan jika diperlukan dapat dibagi kedalam pecahan-pecahan, yaitu bahwa nilai-nilai tidak perlu integer (hanya 0 dan 1 atau bilangan bulat), tetapi boleh non-integer (Doll dan Orazem, 1984; Nasendi dan Anwar, 1985). 4. Proporsionalitas. Artinya jika peubah pengambil keputusan berubah, maka dampak perubahannya akan menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan dan juga pada kendalanya (Taha, 1993). 5. Additivity. Artinya nilai parameter suatu kriteria optimalisasi (koefisien peubah pengambilan keputusan dalam fungsi tujuan) merupakan jumlah dari nilai individu dalam model program linear tersebut (Taha, 1993). Konsekuensi dari adanya asumsi dalam model LP adalah adanya batasan dalam menginterpretasi solusi, sehingga hasil analisis LP tidak selamanya sama dengan kondisi real yang dihadapi pengambil keputusan. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional KPBS Pangalengan memiliki dua alternatif dalam mengalokasikan susu segar yang diterima dari para anggotanya. Alternatif pertama adalah menampung kemudian menyalurkannya ke IPS dalam bentuk susu dingin. Alternatif kedua adalah mengolahnya menjadi produk olah akhir berupa susu pasteurisasi. Dalam menjalankan usaha pengembangan pengolahan susu segar menjadi susu pasteurisasi KPBS Pangalengan menerapkan sistem produksi berdasarkan pesanan atau yang mereka sebut dengan istilah job order. Melalui sistem job order jumlah produksi susu pasteurisasi tergantung dari jumlah pesanan (order) yang belum tentu sesuai dengan kapasitas mesin, tenaga kerja, ketersediaan bahan baku utama yaitu susu segar serta ketersediaan bahan baku lainnya. Sistem job order diduga membuat KPBS Pangalengan mengalami kerugian karena penentuan kombinasi produksi ditentukan oleh distributor yang melakukan pemesanan tanpa melihat ketersediaan sumberdaya serta kapasitas 22

yang dimiliki KPBS Pangalengan. Dengan memformulasikan model untuk mengambarkan kombinasi produksi dan alokasi sumberdaya pada kondisi aktual dengan mengunakan model LP, dapat diketahui alokasi pemanfaatan sumberdaya (terutama susu segar) untuk memproduksi susu pasteurisasi pada kondisi model aktual, sumberdaya yang menjadi kendala bagi KPBS Pangalengan dalam memproduksi susu pasteurisasi, serta dampak dari penerapan sistem job order terhadap keuntungan KPBS Pangalengan. Di samping itu dapat diketahui juga potensi profit yang bisa diraih KPBS Pangalengan jika mampu menjual produk sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki KPBS Pangalengan. Hasil optimalisasi dengan menggunakan metode LP selanjutnya dibandingkan dengan kondisi aktual yang terjadi di perusahaan, sehingga dapat dilakukan evaluasi terhadap pengalokasian sumberdaya serta faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan belum mencapai hasil optimal. Hasil model LP dapat digunakan untuk menjawab penyelesaian atas permasalahan dalam mengoptimalkan alokasi sumberdaya untuk meningkatkan keuntungan pada periode waktu tertentu. Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran operasional dari penelitian ini dapat dilihat pada alur pemikiran yang terdapat pada Gambar 3. 23

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional. Tujuan KPBS Pangalengan Maksimisasi Keuntungan Menjual Susu Segar ke IPS Diolah Menjadi Susu Pasteurisasi Ketersediaan Susu Segar Kapasitas mesin packaging Kapasitas TKL Ketersediaan Sumberdaya (Kemasan Prepack, Kemasan Cup Strawberry, Kemasan Cup Cokelat, dan Penutup Kemasan Cup Strawberry dan Penutup Kemasan Cup Cokelat) Kontrak Pemesanan (Job order) Hilangnya Keuntungan Potensial Optimalisasi Produksi dan Alokasi Sumberdaya Realokasi Sumberdaya Peningkatan Profit Kesimpulan dan Rekomendasi Gambar 3. Diagram Alur Pemikiran Operasional 24