BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Hengki Lesmana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Koperasi Dalam Perkembangan Agribisnis Persusuan Koperasi memiliki peran penting bagi perkembangan agribisnis persusuan di beberapa negara di dunia termasuk Indonesia. Di Uruguay dan India koperasi susu telah berkembang sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan hampir 90 persen dari total produksi susu nasionalnya. Di Australia dan Selandia Baru, koperasi susu bahkan mampu menghasilkan tiga perempat produk susu yang dikonsumsi dunia. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan Daryanto (2007) dan Rizki (2009). Di Indonesia koperasi juga memegang peranan penting dalam perkembangan agribisnis persusuan. Dilihat dari perkembangan serta kontribusinya terhadap pendapatan negara, koperasi susu merupakan satu-satunya bentuk koperasi yang dapat dikatakan paling maju di Indonesia. Kebanyakan koperasi besar di Indonesia merupakan koperasi persusuan seperti GKSI, KPSBU, KPBS yang beberapa kali membuktikan kinerja serta perannya dengan menjadi koperasi teladan tingkat Nasional. Data dari Dewan Persusuan Nasional (2008) menunjukan bahwa tidak kurang dari 90 ribu peternak yang memelihara sekitar 300 ribu ekor sapi perah dengan rata-rata produksi 1300 ton susu segar bergabung dalam wadah Koperasi. Koperasi merupakan wadah yang digunakan oleh para peternak untuk meningkatkan kesejahteraannya. Ada beberapa manfaat yang diperoleh peternak dengan bergabung dalam koperasi seperti kemudahan dalam hal pengadaan pelayanan kesehatan ternak, reproduksi modern, permodalan, kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan ternak juga peternak, kemudahan memasarkan susu, akses informasi dalam hal teknis, pasar maupun teknologi seperti yang dikemukakan oleh Sulaeman (2003). Koperasi mempunyai peran yang cukup strategis untuk menopang perkembangan persusuan di Indonesia. Salah satu peran koperasi dalam mengembangkan agribisnis persusuan adalah dengan melakukan pengolahan. Ada banyak manfaat yang dapat diperoleh baik oleh koperasi maupun oleh peternak dengan melakukan pengolahan. Selain meningkatkan penerimaan, pengolahan juga dapat meningkatkan bargaining power koperasi ketika berhadapan dengan pasar, serta mengurangi ketergantungan koperasi terhadap IPS. Syaiful (2010) 9
2 dalam penelitiannya mengemukakan bahwa pengolahan susu segar yang dilakukan koperasi memiliki dua kelebihan. Pertama dapat memberikan diversifikasi usaha bagi koperasi sehingga dapat melatih kemandirian dan entrepreneur, kedua meningkatkan jangkauan distribusi susu segar di pasar output kepada masyarakat untuk dapat dikonsumsi dengan biaya yang lebih murah dan menyehatkan. Di Indonesia pengolahan susu segar menjadi produk akhir di koperasi salah-satunya terbatas menjadi susu pasteurisasi. Asari et all (2002) menyatakan bahwa mengolah susu segar yang diterima dari anggotanya menjadi susu pasteurisasi merupakan bentuk diversifikasi usaha yang paling banyak dilakukan oleh koperasi peternakan di Indonesia. GKSI (2009) mencatat lebih dari 50 persen koperasi susu di Indonesia memproduksi susu pasteurisasi sebagai alternatif produknya. Alasan koperasi memproduksi susu pasterisasi sebagai alternatif peningkatan nilai tambah terhadap susu segar yang diterima dari anggotanya seperti yang dikemukakan oleh Asari et all (2002) antara lain disebabkan karena: Pertama teknologi yang digunakan dalam proses produksi susu pasteurisasi relatif sederhana. Menurut Ulum dan Danasaputra (2004) Ada dua metoda yang umumnya digunakan pada proses pasteurisasi susu. Pertama adalah metode LTLT (Low Temperature Long Time), dan yang kedua adalah metoda HTST (High Temperature Short Time). Kedua metode membutuhkan alat serta prosedur yang sederhana. Pada dasarnya pasteurisasi susu dilakukan dengan pemanasan susu sampai suhu tertentu kemudian dilanjutkan dengan pendinginan susu dengan cepat agar mikroba yang masih hidup tidak tumbuh kembali. Asari et all (2002) juga mengemukakan alasan kedua koperasi memilih susu pasteurisasi sebagai alternatif produk olahan susu segar yang diterima dari anggotanya adalah karena harga jual susu pasteurisasi lebih terjangkau konsumen, dibandingkan dengan produk olahan susu lainnya seperti susu UHT, yougurt, mantega, dan keju. Proses serta peralatan produksi yang sederhana menyebabkan biaya untuk melakukan proses pengolahan susu pasteurisasi pun relatif lebih rendah dibandingkan dengan proses pengolahan susu menjadi produk akhir lain seperti UHT, mentega, atau keju. Biaya yang rendah akan berdampak pada lebih rendahnya penetapan harga susu pasteurisasi dibandingkan produk olahan lainnya. 10
3 Menurut Halim (2009) salah-satu strategi yang dapat diterapkan koperasi untuk meningkatkan daya saing produknya adalah menetapkan harga yang lebih rendah dibandingkan harga produk sejenis yang dihasilkan pesaing. Karena pada umumnya koperasi memiliki keterbatasan dalam hal pemasaran produk maka sangatlah rasional jika susu pasteurisasi dipilih sebagai salah-satu alternatif pengolahan susu segar di koperasi. Masih menurut Asari et all (2002), alasan terakhir yang menyebabkan kebanyakan koperasi memilih memproduksi susu pasteurisasi sebagai alternatif pengolahan susu segar adalah karena IPS tidak lagi dapat memberikan keuntungan yang layak bagi peternak dan koperasi. Dalam hal pemasaran susu dari peternak dalam negeri, Penandatanganan Letter of Intend (LOI) dengan IMF sebagai upaya memperbaiki kondisi ekonomi akibat krisis ekonomi pada tahun 1997 mengakibatkan posisi peternak lokal menjadi semakin lemah. Boediyana (2008) menyebutkan salah salah butir dari 50 butir LOI tersebut adalah ketentuan bahwa Pemerintah Indonesia harus membatalkan semua ketentuan yang berkaitan dengan perlindungan terhadap peternakan sapi perah rakyat yang tertuang dalam SKB Tiga Menteri serta Inpres No. 4 tahun 1985 yang mengatur mekanisme BUSEP (Bukti Serap Susu Dalam Negeri). Implikasi dari penghapusan peraturan yang mengatur mekanisme BUSEP tersebut adalah status IPS tidak lagi wajib menyerap susu segar dalam negeri seperti ketentuan yang ada sebelumnya. Dapat dikatakan sejak awal 1998 inilah posisi tawar peternak terhadap IPS menjadi sangat lemah. IPS mempunyai pilihan untuk memenuhi bahan baku yang dibutuhkan yaitu susu segar, dari dalam negeri maupun dari impor. Hal ini menyebabkan relatif rendahnya harga susu segar yang diterima oleh perternak dalam negeri. Untuk mengurangi besarnya ketergantungan koperasi terhadap IPS, serta meningkatkan harga beli susu bagi peternak maka koperasi perlu melakukan pengolahan sendiri, dan salah satu alternatif produk yang dapat dihasilkan dari proses pengolahan susu di koperasi adalah susu pasteurisasi. Uraian di atas menunjukan bahwa pengolahan susu segar dapat dilakukan di koperasi sebagai upaya untuk meningkatkan keuntungan dan kesejahteraan anggota. Salah-satu alternatif produk olahan susu yang dapat dihasilkan oleh koperasi adalah susu pasteurisasi. Selain membawa dampak positif bagi koperasi 11
4 dan peternak anggotanya, pengolahan susu segar menjadi susu pasteurisasi juga dapat berdampak pada perkembangan agribisnis persusuan di Indonesia. Proses yang mudah, harga jual yang relatif lebih rendah, serta kandungan gizi yang setara dengan susu segar, membuat susu pasteurisasi mampu diperjualbelikan antar wilayah sehingga lebih jauhnya akan berdampak pada peningkatan daya saing susu olahan nasional Sistem Pemasaran Produk di Koperasi Pengembangan industri pengolahan yang dilakukan oleh koperasi umumnya menerapkan sistem kontrak dalam memasarkan produknya. Penerapan sistem kontrak cenderung merugikan, karena dengan diberlakukannya sistem kontrak koperasi kehilangan keleluasaannya dalam berproduksi. Pada sistem kontrak keputusan produksi bergantung pada pesanan yang belum tentu sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki koperasi. Kendati sistem kontrak dalam memasarkan produk cenderung merugikan, sistem kontrak tetap dipilih oleh kebanyakan koperasi di Indonesia karena umumnya koperasi belum menguasai pasar. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Capah(2008), Haris (2008), dan Halim (2009), yang menyatakan bahwa koperasi pada umumnya menerapkan sistem kontrak dalam memasarkan produk dengan tujuan untuk menjamin kontinuitas permintaan pasar akan produk yang mereka produksi, sehingga meminimalisir kerugian tidak terjualnya produk yang dihasilkan. Hasil penelitian dari Capah (2008) dan Haris (2008) menunjukkan bahwa dengan penerapan sistem kontrak koperasi berproduksi di bawah kapasitas yang dimilikinya serta tidak dapat memaksimalkan pengunaan bahan baku utama karena jumlah produksi ditentukan oleh pesanan dalam kontrak. Dampak negatif dari penerapan sistem kontrak terhadap produksi serta alokasi sumberdaya yang dimiliki koperasi diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Ridyawati (2007). Ridyawati membuktikan bahwa koperasi yang tidak melakukan kontrak dalam memasarkan produknya dapat memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki dengan lebih baik, karena keputusan produksi tidak ditentukan oleh pesanan dalam kontrak. 12
5 Dengan sistem kontrak dalam memasarkan produknya diduga KPBS Pangalengan juga mengalami kerugian seperti yang dialami oleh koperasikoperasi pada penelitian terdahulu. Meskipun sistem kontrak merugikan koperasi, namun baik KPBS maupun koperasi lainnya tetap memilih untuk menerapkan sistem kontrak dalam memasarkan produknya. Hal ini diduga karena umumnya koperasi tidak memiliki tenaga pemasar yang memadai. Kebanyakan koperasi terutama koperasi yang memiliki tidak lebih dari tiga unit usaha, hanya memiliki satu orang manajer umum yang mengurusi semua unit usaha yang dijalankan koperasi. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Himpuni (2009) di KUD Sumber Alam Bogor, Panjaitan (2009) di KUD Mandiri Cipanas, Fadhli (2009) di Koperasi Pegawai Republik Indonesia IPB, Halim (2009) di Koperasi Susu Sintari, serta Sulistyo (2010) di Koperasi Perikanan Mina Usaha. Hasil penelitian Himpuni (2009) bahkan menunjukan bahwa di Koperasi tempat penelitiannya hanya terdapat satu manager lulusan SMA yang mengurusi tiga unit usaha koperasi dan membawahi 21 karyawan yang rata-rata merupakan lulusan SMP. Belum tersedianya tenaga pemasar yang memadai inilah yang diduga membuat kebanyakan koperasi memilih untuk menyalurkannya produk yang dihasilkannya ke pasar yang sudah jelas keberadaannya seperti IPS atau distributor dengan sistem kontrak Penelitian Optimalisasi Produksi Penelitian terkait dengan optimaliasi produksi baik dengan menggunakan linier programming (LP) maupun metode lainnya seperi fungsi produksi, dan ekonometrika secara umum bertujuan untuk mencari kombinasi produksi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan yang maksimum dengan tingkat input tertentu yang dimiliki oleh perusahaan. Haerani (2004) mengunakan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas untuk melihat efisiensi budidaya ikan nila gift yang dapat memaksimumkan penerimaan sesuai dengan input yang tertentu jumlahnya. Gaffar (2007) dalam tesisnya mengunakan model surplus produksi (E MSY atau Effort MSY) untuk menentukan hasil tangkapan ikan yang maksimum tanpa mempengaruhi ketersediaan ikan di laut dalam jangka panjang. Baik LP maupun metode lainnya sama baiknya, dan dapat digunakan untuk menentukan 13
6 kombinasi output optimum yang dapat memaksimumkan keuntungan dengan input yang tertentu jumlahnya. Pada penelitian ini tinjauan pustaka terkait optimalisasi produksi akan lebih mendalami penelitian terdahulu yang mengunakan metode LP. Penelitian terdahulu yang mengunakan LP antara lain Shanntiany (2004), Wiliyandi (2006), Ridyawati (2007), Pratama (2008), Elizabeth (2009), Halim (2009), Nasrun (2009), Harahap (2009), Lestari (2009), serta Yusup (2009). Ridyawati (2007) dan Halim (2009) melakukan penelitian pada komoditas serupa dengan penelitian ini yaitu susu olahan. Yang menjadi variebel keputusan adalah kombinasi susu olahan yang dapat memaksimumkan pendapatan. Dalam penelitian-penelitian terdahulu terkait dengan optimalisasi produksi dengan menggunakan LP, variabel yang digunakan sebagai kendala pada umumnya adalah bahan baku utama, bahan baku penolong, jam kerja mesin, dan jam kerja langsung. Selain kendala-kendala umum yang telah disebutkan sebelumnya Wiliyandi (2006), dan Halim (2009) memasukan kendala pemintaan pasar sehingga terdapat batasan kuantitas yang akan masuk ke pasar. Ridyawati (2007) juga memasukan kendala lainnya yaitu batasan minimum pengiriman susu ke IPS. Pratama (2008), Elizabeth (2009), serta Yusup (2009) memasukan dimensi waktu terhadap analisis optimalisasi produksi yang mereka lakukan. Pratama (2008) melihat pengaruh waktu tanam adenium yang dibagi menjadi dua semester. Elizabeth (2009) membagi waktu menjadi triwulan untuk melihat pengaruh adanya perbedaan musim terhadap produksi getah karet di Perkebunan Widudaren, sementara Yusup (2009) melihat dimensi waktu dalam bulan untuk melihat pengaruh perbedaan bulan terhadap permintaan kain tenun sutera. Dengan memasukan dimensi waktu Pratama(2008), Elizabeth (2009), serta Yusup (2009) mampu menjelaskan perubahan keputusan produksi dari waktu ke waktu. Dalam penelitiannya Shanntiany (2004) juga memasukan pengaruh variabel waktu produksi dengan membandingkan musim tanam pada komoditi teh yang ia amati. Namun, data-data produksi yang terbatas menyebabkan penelitiannya belum dapat mengambarkan dengan jelas pengaruh perbedaan musim terhadap optimalisasi produksi teh. 14
7 Dari hasil penelitian terdahulu mengenai optimalisasi, diketahui bahwa LP merupakan alat analisis kuantitatif yang cukup baik untuk membantu penyusunan perencanaan keputusan yang optimal dalam berproduksi. Penelitian ini juga menggunakan analisis optimalisasi untuk mengetahui pengalokasian sumberdaya yang ada untuk memperoleh tingkat produksi yang optimal, serta sesuai dengan kapasitas dan ketersediaan sumberdaya yang dimiliki KPBS Pangalengan. Penelitian ini juga memasukan pengaruh variabel waktu terhadap analisis optimalisasi produksi susu pasteurisasi prepack dan cup di KPBS Pangalengan. 15
OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DI KPBS PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT
OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DI KPBS PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT SKRIPSI MAWAR KHARISMA WARDHANI H34060169 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian di Indonesia. Subsektor peternakan sebagai bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pengusahaan Yoghurt di Indonesia
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pengusahaan Yoghurt di Indonesia Industri pengolahan susu baik berskala kecil maupun berskala besar memiliki peranan penting dan strategis bagi perkembangan agribisnis
Lebih terperinciBAB III. KERANGKA PEMIKIRAN
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasi masukan (input) menjadi hasil keluaran
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi primer adalah koperasi yang anggotanya menghasilkan satu atau lebih komoditi. Salah satu contoh koperasi primer yang memproduksi komoditi pertanian adalah koperasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pasar bebas bukan saja merupakan peluang namun juga ancaman. yang harus dihadapi oleh industri yang berkeinginan untuk terus maju dan
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pasar bebas bukan saja merupakan peluang namun juga ancaman yang harus dihadapi oleh industri yang berkeinginan untuk terus maju dan berkembang. Pasar senantiasa merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari ketersediaan sumberdaya yang ada di Indonesia, Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk menjadi
Lebih terperinciPERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN
PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis yang sangat mendukung, usaha peternakan di Indonesia dapat berkembang pesat. Usaha
Lebih terperinciSusu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan
Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Oleh : Feryanto W. K. Sub sektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian serta bagi perekonomian nasional pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat
Lebih terperinciBAB IV. METODE PENELITIAN
BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di milk treatment (MT) Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, jalan Raya Koperasi No.1 Pangalengan, Kab.
Lebih terperinciOPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)
OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) Oleh : SIESKA RIDYAWATI A14103047 PROGRAM STUDI MANAJEMEN
Lebih terperincidan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diraih apabila suatu perusahaan bisa mengambil keputusan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendistribusian adalah salah satu kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen sehingga penggunaannya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian telah terbukti sebagai sektor yang mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian adalah peternakan, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output) yang berupa
Lebih terperinciILMU PRODUKSI TERNAK PERAH PENDAHULUAN
ILMU PRODUKSI TERNAK PERAH PENDAHULUAN Domestikasi sapi dan penggunaan susu sapi untuk konsumsi manusia di Asia dan Afrika sudah dimulai pd 8.000 6.000 SM. Sebelum sapi dijinakkan, daging dan susunya diperoleh
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan
Lebih terperinciVIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi
VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN Hasil analisis LGP sebagai solusi permasalahan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 dikatakan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu komponen subsektor peternakan yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah agribisnis persusuan. Susu merupakan komoditas yang mudah rusak, mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia akan dihadapkan pada perekonomian regional dan global, dimana batas antarnegara sudah tidak menajdi hambatan lagi. Kesepakatan yang melibatkan
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL........ iv DAFTAR GAMBAR........ vii DAFTAR LAMPIRAN........ viii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang....... 1.2. Perumusan Masalah.......... 1.3. Tujuan dan Kegunaan..... 1.4. Ruang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Daya Saing Analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan prospek serta kemampuan komoditi susu sapi lokal dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Dengan adanya teknologi-teknologi yang canggih dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini pembangunan di Indonesia berjalan dengan sangat cepat. Dengan adanya teknologi-teknologi yang canggih dapat mempermudah dalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Sterilisasi Salah satu jenis olahan susu yang dapat dijumpai di pasaran Indonesia adalah susu sterilisasi. Susu sterilisasi adalah salah satu contoh hasil pengolahan susu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin lainnya
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Susu Susu merupakan salah satu pangan asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin lainnya (Suwito dan Andriani,
Lebih terperinciOPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)
OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) Oleh : SIESKA RIDYAWATI A14103047 PROGRAM STUDI MANAJEMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi yang digunakan dalam pengolahan susu oleh sebagian besar peternak sapi perah adalah proses homogenisasi dan proses pendinginan. Proses homogenisasi adalah
Lebih terperinci7.2. PENDEKATAN MASALAH
kebijakan untuk mendukung ketersediaan susu tersebut. Diharapkan hasil kajian ini dapat membantu para pengambil kebijakan dalam menentukan arah perencanaan dan pelaksanaan penyediaan susu serta mampu mengidentifikasi
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN
ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN Agar pangsa pasar susu yang dihasilkan peternak domestik dapat ditingkatkan maka masalah-masalah di atas perlu ditanggulangi dengan baik. Revolusi putih harus dilaksanakan sejak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia, karena didalamnya mengandung semua komponen bahan yang
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Produk susu dikenal sebagai bahan pangan yang sangat dibutuhkan oleh manusia, karena didalamnya mengandung semua komponen bahan yang diperlukan dalam tubuh manusia.
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rinadya Yoghurt yang berlokasi di Bukit Asri Ciomas Blok A5 No. 9, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian berbasis peternakan merupakan bagian pembangunan nasional yang sangat penting, karena salah satu tujuan pembangunan peternakan adalah meningkatkan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan adalah bagian dari sektor pertanian yang merupakan sub sektor yang penting dalam menunjang perekonomian masyarakat. Komoditas peternakan mempunyai prospek
Lebih terperinciOPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR
OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. berbagai permasalahan persusuan pun semakin bertambah, baik
PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia, berbagai permasalahan persusuan pun semakin bertambah, baik permasalahan dari sisi peternak, koperasi, maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. suatu negara. Produksi susu menjadi suatu tolak ukur dalam program
PENDAHULUAN Latar Belakang Susu adalah salah satu komoditas penting di bidang pangan dalam suatu negara. Produksi susu menjadi suatu tolak ukur dalam program ketahanan pangan dari suatu negara. Salah satu
Lebih terperinciKEBIJAKAN EKONOMI INDUSTRI AGRIBISNIS SAPI PERAH DI INDONESIA
KEBIJAKAN EKONOMI INDUSTRI AGRIBISNIS SAPI PERAH DI INDONESIA Yusmichad Yusdja Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161 PENDAHULUAN Indonesia memiliki prospek
Lebih terperinciDAMPAK HARGA SUSU DUNIA TERHADAP HARGA SUSU DALAM NEGERI TINGKAT PETERNAK : Kasus Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Jawa Barat
Seminar Nasional DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Bogor, 19 Nopember 2008 DAMPAK HARGA SUSU DUNIA TERHADAP HARGA SUSU DALAM NEGERI
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas.
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan pembangunan dalam usaha dibidang pertanian, khusunya peternakan dapat memberikan pembangunan yang berarti bagi pengembangan ekonomi maupun masyarakat. Pembangunan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Fungsi Produksi Produksi dan operasi dalam ekonomi menurut Assauri (2008) dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berhubungan dengan usaha
Lebih terperinciBIAYA PRODUKSI PAKAN TERNAK
SISTEM PENGADAAN BAHAN BAKU DAN ANALISIS STR- BIAYA PRODUKSI PAKAN TERNAK Studi Kasus pada Pabrik Makanan Ternak Koperasi Peternakan Bandung Selatan Pangalengan, Kotamadya Cirebon Oleh SRI INDAYANTI A
Lebih terperinciBIAYA PRODUKSI PAKAN TERNAK
SISTEM PENGADAAN BAHAN BAKU DAN ANALISIS STR- BIAYA PRODUKSI PAKAN TERNAK Studi Kasus pada Pabrik Makanan Ternak Koperasi Peternakan Bandung Selatan Pangalengan, Kotamadya Cirebon Oleh SRI INDAYANTI A
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor pertanian terdiri dari sektor tanaman pangan, sektor perkebunan, sektor kehutanan, sektor perikanan dan sektor peternakan. Sektor peternakan sebagai salah satu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian telah terbukti sebagai sektor yang mampu bertahan dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian telah terbukti sebagai sektor yang mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian adalah petemakan, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negeri ini memiliki sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negeri ini memiliki sumber daya alam yang melimpah baik
Lebih terperinciKAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT
KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor peternakan merupakan salah satu pilar dalam pembangunan agribisnis di Indonesia yang masih memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Komoditi peternakan mempunyai
Lebih terperinciPesatnya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya pendapatan disertai dengan
T. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya pendapatan disertai dengan semakin baiknya pendidikan masyarakat telah mendorong peningkatan dan perbaikan mutu kehidupan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dimana dalam pemenuhannya menjadi tanggung
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Sapi Perah.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Sapi Perah. Peternakan sapi perah di Indonesia umumnya merupakan usaha keluarga di pedesaan dalam skala kecil, sedangkan usaha skala besar masih sangat terbatas
Lebih terperinciIV. ANALISIS DAN SINTESIS
IV. ANALISIS DAN SINTESIS 4.1. Analisis Masalah 4.1.1. Industri Pengolahan Susu (IPS) Industri Pengolahan Susu (IPS) merupakan asosiasi produsen susu besar di Indonesia, terdiri atas PT Nestle Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat mendukung berkembangnya sektor pertanian dan peternakan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Dimana sebagai negara agraris, memiliki letak geografis serta iklim yang sangat mendukung berkembangnya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Susu
TINJAUAN PUSTAKA Susu segar Susu adalah susu murni yang belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya
Lebih terperinciOUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan koperasi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan koperasi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Koperasi dapat membantu perekonomian masyarakat Indonesia karena koperasi
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang
Lebih terperinciIndustri Persusuan. Bahan Kuliah ke 8: UU dan kebijakan Pembangunan Peternakan
Bahan Kuliah ke 8: UU dan kebijakan Pembangunan Peternakan Industri Persusuan Baca juga peraturan perundangan lainnya misalnya: Permentan-55-06 Pedoman Pembibitan sapi Perah PENDAHULUAN Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada era globalisasi ini, setiap perusahaan menghadapi situasi serta permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan harus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Penting yang Memengaruhi Dayasaing Suatu Komoditas
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Penting yang Memengaruhi Dayasaing Suatu Komoditas Dayasaing sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu industri karena dayasaing merupakan kemampuan suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan merupakan salah satu sumber protein hewani yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan merupakan salah satu sumber protein hewani yang didalamnya terkandung nilai gizi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen
Lebih terperinciMANFAAT KEMITRAAN USAHA
MANFAAT KEMITRAAN USAHA oleh: Anwar Sanusi PENYULUH PERTANIAN MADYA pada BAKORLUH (Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan Prov.NTB) Konsep Kemitraan adalah Kerjasama antara usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman dahulu manusia telah menggunakan susu sebagai bahan pangan. Manusia mengambil susu dari hewan yang memiliki kelenjar susu seperti sapi, kuda dan domba. Masyarakat
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran sektor pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata dalam pembentukan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan Indonesia sebagai komoditas khusus (special product) dalam forum perundingan Organisasi Perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini produksi susu sapi segar di Indonesia masih sangat rendah
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha peternak sapi perah memegang peranan penting dalam penyediaan gizi bagi masyarakat. Produk utama yang dihasilkan dari ternak sapi perah adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu kegiatan pembangunan yang menjadi skala prioritas karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan kemajuan ekonomi dewasa ini. memacu pertumbuhan industri di segala bidang, termasuk industri hasil
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan kemajuan ekonomi dewasa ini memacu pertumbuhan industri di segala bidang, termasuk industri hasil pertanian atau agroindustri yang banyak dikonsumsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 2011 sebanyak ekor yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota.
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produksi Susu di Jawa Tengah, Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten Semarang Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang menjadi pusat pengembangan sapi perah di Indonesia
Lebih terperinciKOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc
KOMPONEN AGRIBISNIS Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa mengetahui tentang komponen agribisnis Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan pembahasan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pergerakan siklus pasar global. Strategi kunci untuk menjadi pemenang di dalam sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan Pengembangan produk baru di Indonesia yang dilihat dari pergerakan siklus pasar global. Strategi kunci untuk menjadi pemenang di dalam sistem pasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam
Lebih terperinciPeranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia
Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan
Lebih terperinci4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional
83 4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Produktivitas gula yang cenderung terus mengalami penurunan disebabkan efisiensi industri gula secara keseluruhan, mulai dari pertanaman tebu hingga pabrik
Lebih terperinciSTRATEGI PEMASARAN SUSU PASTEURISASI DI KOPERASI PRODUKSI SUSU (KPS) BOGOR, JAWA BARAT
STRATEGI PEMASARAN SUSU PASTEURISASI DI KOPERASI PRODUKSI SUSU (KPS) BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI NADIA MEISYA H34086061 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH
HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH Studi Kasus Peternak Anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cipanas Kabupaten Cianjur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.
Lebih terperinci