BAB I PENDAHULUAN. Total Quality Management dengan siklus PDCA (Plan Do Check Action)

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL INTEGRASI BALANCED SCORECARD DENGAN SIX SIGMA MOTOROLA

TESIS. Oleh : HARDIANSYAH /IM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

03/06/2015. Hambatan dalam Pengembangan Sistem Manajemen Kualitas. Sistem Manajemen Kualitas Internasional

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Grizzel dan Blazey (2004) dalam Kumpulan Jurnal Insights to

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi

: IRWAN PURNOMO H

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PengantarTeknikIndustri

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tidak dapat dipungkiri bahwa

I. PENDAHULUAN. Mutu sudah menjadi isu penting dalam menciptakan keunggulan perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar (learning organization) yang mampu bertahan dan memenangkan

RANCANGAN PENILAIAN MANAJEMEN KINERJA BERDASARKAN KRITERIA MALCOLM BALDRIGE UNTUK KINERJA TERBAIK (STUDI DI PT. INDONESIA POWER) PROJEK AKHIR

ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU DENGAN MALCOLM BALDRIGE NATIONAL QUALITY AWARD

PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE MALCOLM BALDRIGE CRITERIA FOR PERFORMANCE EXCELLENCE DI PT. DAIDO METAL INDONESIA

JURNAL ANALISIS DATA dan STANDAR KUALITAS UNTUK SITUS WEB PEMERINTAHAN INDONESIA BIDANG KEPENDUDUKAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan industri perbankan di Indonesia saat ini sangat tinggi.

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengevaluasi kinerjanya sebagai bagian dari aktifitas perencanaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur

PENILAIAN KINERJA MALCOLM BALDRIDGE

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

PERANCANGAN MODEL PRE ASSESMENT MANAJEMEN KINERJA UNIVERSITAS MENGGUNAKAN KRITERIA MALCOLM BALDRIGE (STUDI KASUS : UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo General Electric Company. (Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berbagai kemajuan pesat di bidang industri mau tak mau

BALANCED SCORECARD DALAM TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan lingkungan bisnis di dunia saat ini begitu dinamis. Hal tersebut

PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017

Nama : Deni Gustriani ( ) Tugas : Jaminan Mutu Pangan Total Quality Management

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam perusahaan dengan tujuan untuk memotivasi karyawan dalam

- Simple - Inspiring - Performing - Phenomenal -

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA. deden08m.com 1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mencapai Kinerja Unggul Dengan Menggunakan Kriteria Baldridge

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi sebuah perusahaan perlu memperhatikan

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan pasar yang semakin meningkat. Disamping pabrik

USULAN MEKANISME PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS PERGURUAN TINGGI X

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya era pasar bebas membawa dampak persaingan bisnis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan global yang dikarenakan oleh perkembangan pasar dunia yang semakin

KONSEP PERANCANGAN PTPN VII INTEGRATED management system

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. di BUMIDA untuk mengatasi kelemahan financial control system yang selama ini

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Persaingan dunia industri yang semakin ketat khususnya di industri

Pengukuran Performansi Di PT. XYZ dengan Pendekatan MBCfPE Pada Kriteria Fokus Operasi dan Hasil Bisnis *

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa

DAFTAR ISI. Lembar judul... Lembar pengesahan... Lembar pernyataan... Kata pengantar... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar gambar...

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kinerja usahanya yang dapat bertahan dan menghasilkan keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat

Pengukuran Performansi di PT XYZ dengan MBCfPE pada Kriteria Pengukuran, Analisis, dan Manajemen Pengetahuan

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2015

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Peningkatan kebutuhan manusia akan peralatan pendukung maupun

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk merancang alat ukur kinerja Balanced

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap perusahaan harus dapat bersaing secara global baik di pasaran nasional

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengukuran Performansi Di PT XYZ dengan MBCfPE Pada Kriteria Pengukuran, Analisis, dan Manajemen Pengetahuan *

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN LITERATUR...

BAB I PENDAHULUAN. mengirimkan produk atau jasa ke pelanggan. Apapun bentuk sektor industri baik

ABSTRACT. Key Words: Balanced scorecard, mission, vision, strategy, performance, perspective balanced scorecard. vii. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Perumusan key..., Dino Andrian, FE UI, 2009

ABSTRACT. Keywords : Balanced Scorecard, Corporate Performance.

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat, yaitu Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Saat itu mereka diberikan tugas yang

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/ INSTANSI A. SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang terjadi tahun 2008 lalu di beberapa negara di Asia, tidak

ANALISA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MELALUI PENERAPAN METODE LEAN SIX SIGMA PADA PT. ABC

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mempertahankan eksistensi di dunia bisnis diperlukannya strategi yang

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

PERBAIKAN KINERJA MANAJEMEN LAYANAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SISTEM MANAJEMEN MUTU, LEAN SIX SIGMA DAN BALANCED SCORECARD : STUDI KASUS PT.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. karena pendidikan merupakan salah satu modal utama dalam pembangunan. Di

BAB I PENDAHULUAN. untuk tercapainya suatu tujuan yang telah ditentukan oleh setiap level manajemen.

I. PENDAHULUAN. sangat besar. Akan tetapi, potensi ini belum dapat diwujudkan secara optimal di

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

PERFORMA YAYASAN PENDIDIKAN INTERNAL AUDIT PUSAT PENDIDIKAN & PENGEMBANGAN AUDIT DAN MANAJEMEN YPIA

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktivitas. TQM dapat diterapkan

Oleh ADE YOLARDI SAPUTRA H

EVALUASI MANAJEMEN MUTU INTERNAL DI PROGRAM STUDI

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, 2) fokus penelitian, 3) tujuan penelitian, 4) kegunaan penelitian, 5)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dewasa ini banyak sekali menghadapi tantangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan utama dari organisasi sektor publik adalah bagaimana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan dan organisasi pada umumnya menginginkan kualitas terbaik bagi pelanggannya, baik itu dalam bisnis manufaktur ataupun jasa. Berbagai macam alat atau metode manajemen diadopsi untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas tersebut. Metode manajemen dari tahun ke tahun bukan hanya meningkat dari sisi jenis namun juga mengalami perbaikan yang cukup signifikan. Jepang adalah negara pertama yang merevolusikan bisnis dengan konsep Total Quality Management dengan siklus PDCA (Plan Do Check Action) dan kemudian diikuti oleh Motorola Corp. pada tahun 1991 memperkenalkan konsep Lean dan Six Sigma. Lean dan Six Sigma yang merupakan kombinasi dua alat terkait proses-proses perbaikan yang esensial. Lean berkaitan dengan peningkatan kecepatan proses dengan mengurangi pemborosan dan menghilangkan langkah yang tidak bernilai tambah. Sedangkan Six Sigma memperbaiki kinerja dengan fokus kepada aspek-aspek yang menyimpang di dalam proses-proses tersebut. Alat manajemen ini menggunakan metodologi DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve dan Control) untuk mendorong kegiatan agar dapat memberikan hasil terukur dan dapat dipertahankan. Implementasi Lean dan Six Sigma menjadi masalah mengingat semakin kompleksnya kegiatan operasi di dalam perusahaan. Muncul kemudian Balanced

Scorecard dan Sistem Manajemen ISO (International Organization for Standarization). Balanced Scorecard menyelaraskan strategi perusahaan ke dalam empat perspektif utama, diantaranya finansial, proses internal, pelanggan dan pembelajaran pertumbuhan. Strategi perusahaan diturunkan menjadi KPI (Key Performance Indicator) dalam setiap perspektif, unit bisnis dan bahkan individu. Balanced Scorecard bisa menghasilkan kinerja yang tinggi namun tidak bisa membedakan apakah kinerja yang tinggi tersebut disebabkan oleh kualitas manajemen atau karena pasarnya yang masih baru dan mengalami pertumbuhan yang cepat. Kelemahan dari Balanced Scorecard lainnya juga adalah; penilaian Balanced Scorecard sebuah perusahaan tidak bisa di bandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis ataupun tidak. Kemudian dalam perkembangan alat manajemen ini, ISO hadir mengisyaratkan adanya standarisasi proses yang harus dipatuhi dalam mengontrol kualitas. Sistem ISO mengarahkan bagaimana perusahaan secara konsisten memenuhi standar yang ditetapkan berdasarkan kebijakan dan prosedur-prosedur mutu dan audit mutu secara periodik. Belakangan masalah pun terjadi terkait dengan ISO diantaranya; Pertama, perusahaan yang memperoleh sertifikasi ISO harus di audit setiap tahun dengan pertimbangan kekonsistensian perusahaan dalam penerapan stadarisasi ini. Kedua, standar atau sistem kualitas yang ditetapkan untuk satu perusahaan bisa berbeda dengan perusahaan sejenis lainnya. Ketiga, banyak terjadi sertifikasi ISO yang diperoleh perusahaan hanya untuk bagian/unit bisnis tertentu saja dan bukan untuk seluruh bagian/unit bisnis perusahaan. Dengan kata lain, masih tetap sulit disimpulkan bahwa perusahaan yang telah meraih ISO memiliki kinerja yang unggul.

Kritik terhadap berbagai kelemahan beberapa metode atau alat manajemen tersebut sepertinya terjawab dengan adanya Malcolm Baldrige Criteria for Performace Excellence (MBCfPE). Beberapa pengamat menilai MBCfPE sangat berbeda, melengkapi dan menyempurnakan metode manajemen yang ada sebelumnya. In 1987, a major step forward in quality management was made with the development of the Malcolm Baldrige Award. The integrated and aligned system model on which the award is based represented the first clearly defined and internationally recognized TQM model. The award was developed by the U. S. Department of Commerce to encourage companies to adopt the principles and practice of TQM and improve their competitiveness.(borawski et al. 2008) MBCfPE telah digunakan oleh ribuan perusahaan di Amerika Serikat sejak tahun 1987 dengan maksud untuk meningkatkan daya saing dan memperbaiki kinerja. Dalam lingkungan bisnis saat ini, MBCfPE sangat membantu organisasi dalam merespon inovasi yang cepat bergulir, memfokuskan diri pada kompetensi inti (Core Competencies), serta dalam menghadapi tantangan mengelola sumber dari luar organisasi (Outsourcing) dan manajemen rantai pasokan (Supply Chain Management). MBCfPE terdiri atas tujuh kriteria yang dibangun untuk sebuah kinerja unggul, yaitu: kepemimpinan, perencanaan strategis, fokus kepada pelanggan dan pasar, ukuran analisa - manajemen pengetahuan, fokus kepada tenaga kerja, fokus kepada operasi dan hasil bisnis. Saat ini MBCfPE tidak hanya digunakan di Amerika Serikat saja tetapi telah diadopsi dan dijadikan basis di berbagai negara di dunia dalam bentuk National Quality Award atau Self-Assesment di berbagai perusahaan. Tidak peduli

apakah bisnis nya besar atau kecil, perusahaan jasa atau manufaktur, punya satu kantor atau punya banyak cabang di seluruh dunia, MBCfPE memberikan kerangka kerja yang berharga bagi perusahaan dalam perencanaan menghadapi berbagai lingkungan yang semakin menantang. MBCfPE digunakan dalam menilai kinerja dalam kisaran yang luas menyangkut indikator bisnis utama seperti: pelanggan, produk dan layanan, finansial, tenaga kerja dan operasional. MBCfPE dapat membantu perusahaan menyelaraskan sumberdaya, memperbaiki komunikasi, produktivitas, efektivitas dan mencapai tujuan strategis. PT Trakindo Utama sebagai sebuah perusahaan jasa dealer alat berat merek Caterpillar, dalam operasionalnya tidak jauh berbeda dengan paparan sebelumnya juga menerapkan beberapa metode manajemen kualitas antara lain; Six Sigma dan Balanced Scorecard. Visi dari perusahaan ini adalah To be the World-Class Provider of Caterpillar Equipment Solutions yang menjadi semangat dari seluruh lini dalam operasi untuk mewujudkan dan mempertahankannya. Berdiri pada tahun 1970 dan dengan lebih dari lima puluh cabang dari Sumatera sampai Papua hingga saat ini tentunya sudah memberikan pengalaman yang cukup banyak bagi perusahaan untuk berkembang serta kesempatan untuk melakukan berbagai perbaikan. Kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan dari perhitungan Balanced Scorecard pada tahun 2011 ditunjukkan pada Gambar 1.1 berikut:

Sumber: Trakindo Portal Gambar 1.1 Kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan Kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan selama tahun 2011 berada pada poin 3.41 sehingga ada pada kategori Performer. Detail dan kontribusi dari masing masing perspektif terlihat pada scorecard di Gambar 1.2 dimana Financial Perspective dan Learning & Growth sebagai kontributor terbesar. Sumber: Trakindo Portal Gambar 1.2 Scorecard PT Trakindo Utama Cabang Medan

Walapun sudah menerapkan Balanced Scorecard, hal yang menjadi fenomena saat ini pada perusahaan pada umumnya, ketika berbicara tentang kinerja sebuah perusahaan yang menjadi fokus perhatian adalah dari sisi pencapaian penjualan (Kriteria Hasil Bisnis dalam MBCfPE). Setiap bulan pencapaian tersebut menjadi pelaporan yang diumumkan pada pertemuan bulanan perusahaan sebagai sebuah laporan kinerja. Pelaporan akhir tahun 2011 PT Trakindo Utama adalah sebagai berikut : Tabel 1.3 Pencapaian Penjualan Product Support PT Trakindo Utama Divisi Sumatera 2011 No BRANCH YTD Dec 2011 Actual Budget Var 1 Pangkal Pinang 56.036 42.366 32.3% 2 Aceh 13.635 10,346 31.8% 3 Tanjung Pandan 13.861 11.419 21.4% 4 Padang 37.132 32.454 14.4% 5 Prabumulih 31.723 27.926 13.6% 6 Bandar Lampung 30.649 26.325 16.4% 7 Palembang 67.111 62.359 7.6% 8 Jambi 30.004 31.749-5.5% 9 Medan 58.005 62.340-7.0% 10 Bengkulu 9.640 11.210-14.0% 11 Pekanbaru 62.557 75.269-16.9% 12 Tanjung Enim 12.680 17.687-28.3% 13 Duri 15.111 22.540-33.0% SUMATERA 438.144 433.984 1.00% Sumber: Trakindo Portal Dari Tabel 1.3 dapat dilihat pencapaian aktual penjualan dari masing-masing cabang di Divisi Sumatera PT Trakindo Utama, dibandingkan dengan budget yang sudah disepakati diawal tahun 2011. Terdapat tujuh cabang yang dapat memenuhi pencapaian dari budget nya dengan indikator variance lebih besar atau sama dengan nol persen (0%) yang bisa dikatakan performer atau memiliki kinerja bagus. Sementara itu enam cabang lainnya gagal memenuhi kategori

performer dengan nilai variance yang minus. Jumlah cabang performer dan nonperformer yang hampir seimbang tersebut menuntut aplikasi metode manajemen yang lebih baik perlu diterapkan terhadap masing-masing cabang dalam operasionalnya. MBCfPE yang memandang sebuah pencapaian merupakan hasil integrasi dari beberapa kriteria tentunya melihat ini sebagai sebuah masalah, karena masing-masing kriteria punya peran yang harus berjalan seiring untuk sebuah hasil yang baik. Terlalu fokus pada pencapaian penjualan tanpa melihat laporan perkembangan hasil dari peningkatan sumber daya manusia dan dari kriteria lainnya adalah sebuah ketimpangan. Gambaran hasil pencapaian diatas tersebut tentunya juga belum bisa dikatakan mewakili kinerja perusahaan secara keseluruhan dan ada pada posisi tertinggi dalam level Malcolm Baldrige National Quality Award yaitu World Class Leader seperti yang menjadi visi dari PT Trakindo Utama dalam bisnisnya. Mengingat kelebihan dan kekurangan dari Six Sigma dan Balanced Scorecard maka implementasi MBCfPE dirasa perlu untuk perusahaan ini guna mengetahui kriteria apa yang perlu diperbaiki dalam perusahaan dan posisinya dalam dunia bisnis saat ini. 1.2. Perumusan Masalah Berdasar hal-hal yang telah dikemukakan diatas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana level kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan ditinjau dari penerapan Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence? 2. Bagaimana signifikansi pengaruh penerapan Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan? 3. Bagaimana signifikansi pengaruh kriteria kepemimpinan terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan? 4. Bagaimana signifikansi pengaruh kriteria perencanaan strategis terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan? 5. Bagaimana signifiikansi pengaruh kriteria fokus kepada pelanggan dan pasar terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan? 6. Bagaimana signifikansi pengaruh kriteria ukuran, analisa dan manajemen pengetahuan terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan? 7. Bagaimana signifikansi pengaruh kriteria fokus kepada tenaga kerja terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang medan? 8. Bagaimana signifikansi pengaruh kriteria fokus kepada operasi terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengukur pencapaian kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan saat ini dengan menggunakan Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence. 2. Untuk mengetahui dan menganalisa signifikansi pengaruh Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan. 3. Untuk mengetahui dan menganalisa signifikansi pengaruh kriteria kepemimpinan terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan. 4. Untuk mengetahui dan menganalisa signifikansi pengaruh kriteria perencanaan strategis terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan. 5. Untuk mengetahui dan menganalisa signifikansi pengaruh kriteria fokus kepada pelanggan dan pasar terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan. 6. Untuk mengetahui dan menganalisa signifikansi pengaruh kriteria ukuran, analisa dan manajemen pengetahuan terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan. 7. Untuk mengetahui dan menganalisa signifikansi pengaruh kriteria fokus kepada tenaga kerja terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan. 8. Untuk mengetahui dan menganalisa signifikansi pengaruh kriteria fokus kepada operasi terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan akan MBCfPE dan mengetahui sejauh mana perannya bagi PT Trakindo Utama Cabang Medan agar punya daya saing tinggi. 2. Bagi Program Studi Ilmu Manajemen Sebagai penambah khasanah penelitian bagi Program Studi Ilmu Manajemen, Sekolah Pascasarjana 3. Bagi Peneliti Memberikan kontribusi terhadap pengembangan literatur penelitian MBCfPE terhadap organisasi atau perusahaan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya sebagai bahan masukan dan pertimbangan.