BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PELAKSAANAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jewawut, pencampuran bahan-bahan, mencetak/membentuk choco chip,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

METODE. Bahan dan Alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses pencampuran adonan diawali dengan gula 200gr dan 3 biji telur

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 30 November Mei 2016

Kue Kering Tradisional yang Selalu Hadir saat Lebaran

BAB III METODOLOGI A.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI. Oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

OLAHAN PANGAN DARI UBI JALAR UNGU

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Resep kue basah : kue lumpur, tips dan variasinya

Usaha Untung Besar, Dari Cookies Aneka Rasa

sampai matang 10. Tuang kembali adonan hijau sampai separuh adonan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. JUDUL Pemanfaatan Ubi Jalar Sebagai Bahan Baku Pembuatan Nugget B. LATAR BELAKANG MASALAH

Modul. Modul 20 BAB I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

3. METODOLOGI PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Resep Kastengel Bawang Merah

III. METODE PELAKSANAAN. bulan April 2013 sampai dengan pertengahan Juni 2013.

BAB III METODE PELAKSANAAN

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

PENGOLAHAN UBI KAYU. Kue Pohong Keju

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

111. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. pemasok utama kakao dunia dengan persentase 13,6% (BPS, 2011). Menurut

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK DAN UJI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP DONAT SUBSTITUSI TEPUNG JALEJO HINGGA 50 PERSEN

INOVASI PRODUK OLAHAN BERBASIS UBI JALAR

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

LAPORAN TUGAS AKHIR PROSES PRODUKSI NUGGET PATIN WORTEL

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, salah satu industri yang berkembang sangat pesat adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN BROWNIES UBI CILEMBU DENGAN KAPASITAS PRODUKSI g PER HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Teknologi Hasil Pertanian

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PURPLE DOUGHNUT : DIVERSIFIKASI PANGAN DARI UBI JALAR YANG KAYA MANFAAT DAN RAMAH KANTONG

23. HASlL OLAHAN TEPUNG UBI JALAR

III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan noga kacang hijau adalah

Mengemas Laba Usaha Kacang Mete Di Musim Lebaran

Resep Kue. Resep kue nastar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN TUGAS AKHIR PROSES PRODUKSI KERUPUK KULIT PISANG

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

METODE. Waktu dan Tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

III BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Bahan yang Digunakan, (2) Alat yang

SUBTITUSI TEPUNG UBI JALAR PADA TEPUNG BERAS DALAM PEMBUATAN APEM DAN KUE MANGKOK

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi gula fruktosa dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 hingga Januari

Business Plan JAR CAKE. Oleh : Nony Prasmiari Fitri Kusumawati

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PERENCANAAN USAHA PENGOLAHAN BROWNIES KUKUS DENGAN KAPASITAS BAHAN BAKU 151,2 KG TEPUNG TERIGU PER TAHUN ( SLICES)

Lampiran 1. Produksi dan Nilai Ikan Jangilus per Bulan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun 2012

Gambar 36. Selai sebagai bahan olesan roti

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

CARA PEMBUATAN ROTI MANIS

BAB III METODE PELAKSANAAN

PROPOSAL BISNIS USAHA KUE BROWNIES COKLAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

1. MOCCA ANGEL CAKE A. RESEP

LOGO BAKING TITIS SARI

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

METODE. Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENINGKATAN NILAI JUAL IKAN NON EKONOMIS MELALUI USAHA CEMILAN CFC CRISPY FISH CARAAGE

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Maenggunakan Pewarna Buatan dan Pewarna Alami Kulit Buah Naga

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Produk Kue cubit ubi jalar ungu adalah salah satu produk diversifikasi dari makanan tradisional kue cubit.kue berukuran kecil ini berdiameter sekitar 4cm. Kue cubit menggunakan campuran susu, telur, tepung terigu dan ubi ungu sebagai komponen utamanya. Untuk menambah rasa dan aroma ditambahkan mentega, gula, dan vanili bubuk. Praktek produksi ini dilakukan pembuatan kue cubit ubi jalar ungu dengan menggunakan tiga formulasi berdasarkan komposisi bahan baku yaitu tepung terigu dan ubi ungu. Untuk formulasi yang pertama kue cubit dengan tepung terigu 150 gram dan pasta ubi ungu 100 gram, formulasi yang kedua kue cubit dengan tepung terigu 100 gram dan pasta ubi ungu 150 gram, formulasi yang ketigakue cubit dengan tepung terigu 50 gram dan pasta ubi ungu 200 gram. Manfaat kue cubit ubi jalar ungu sangat besar untuk kesehatan karena kandungan antioksidan (antosianin) yang tinggi sehingga bisa dikatakan kue cubit ubi ungu termasuk makanan fungsional. Makanan fungsional didefinisikan sebagai makanan yang berpengaruh positif terhadap kesehatan dan kebugaran tubuh. Proses pembuatan kue cubit ubi jalar ungu dengan kandungan antioksidan (antosianin) yang tinggi sebagai potensi makanan fungsional adalah sebagai berikut : 1. Sortasi bahan Bahan baku merupakan faktor utama yang menentukan dalam proses produksi atau pembuatan bahan makanan. Bahan baku berupa ubi ungu dipilih langsung dari penjual yang berada di Pasar Legi. Pemilihan bahan dilakukan untuk mendapatkan ubi ungu yang berkualitas baik (layak untuk diproses). Proses sortasi ubi jalar ungu dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Sortasi Ubi Jalar Ungu 2. Pencucian bahan Pencucian ubi ungu menggunakan air yang mengalir tanpa menggunakan bahan apapun, pencucian ubi ungu bertujuan untuk menghilangkan benda asing dan kotoran yang menempel pada ubi ungu. Jika ubi ungu sudah bersih untuk kemudian dapat dilakukan proses selanjutnya. Berikut adalah gambar pencucian ubi jalar ungu pada Gambar 4.2. Gambar 4.2 Pencucian Ubi Jalar Ungu 3. Pengukusan

Proses pengukusan dilakukan selama 60 menit sampai ubi jalar menjadi lunak. Proses pengukusan bertujuan untuk melunakkan ubi jalar ungu dengan tidak merusak karakteristik bahan. Pengukusan ubi jalar ungu dilakukan agar ubi jalar ungu mudah dihancurkan dan dapat tercampur rata saat proses pencampuran bahan. Berikut adalah gambar penghalusan ubi jalar ungu pada Gambar 4.3. Gambar 4.3 Pengukusan Ubi Jalar Ungu 4. Pengupasan Proses pengupasan dilakukan setelah proses pengukusan. Tujuan dari proses pengupasan adalah agar terhindar dari kulit ubinya yang bersifat pahit. Pengupasan dilakukan dengan cara manual menggunakan tangan dan pisau. 5. Penghalusan Penghalusan bahan dilakukan supaya ubi jalar ungu menjadi halus sehingga dalam proses pencampuran dapat berjalan dengan baik. Berikut adalah gambar penghalusan ubi jalar ungu pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Penghalusan Ubi Jalar Ungu 6. Penimbangan Bahan Sebelum menuju ke pengolahan terlebih dahulu melakukan penimbangan berat bahan yang akan dibuat menjadi kue cubit ubi jalar ungu. Penimbangan bahan bertujuan untuk membuat kue cubit dapat menyesuaikan dengan formula yang dibuat. Penimbangan bahan kue cubit ubi jalar ungu dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6. Gambar 4.5 Penimbangan bahan tepung terigu

Gambar 4.6 Penimbangan bahan pasta ubi ungu 7. Pencampuran dan Pengkocokkan Bahan Pertama Pencampuran bahan pertama dengan mencampurkan telur dan gula terlebih dahulu dikarenakan agar telur mudah mengembang dan gula perlahan-lahan dapat larut dan menyatu dengan telur. Pengocokan pertama dilakukan selama 2 menit agar telur dan gula dapat mengembang dan larut dengan sempurna. Pencampuran dan pengkocokkan bahan pertama dapat dilihatpada Gambar 4.7. Gambar 4.7 Pencampuran dan pengkocokkan bahan pertama

8. Pencampuran dan Pengkocokan bahan kedua Pencampuran kedua adalah penambahan tepung terigu, pasta ubi ungu, vanili, susu, margarine, baking powder. Pencampuran kedua dilakukan dengan perlahan/ bertahap dikarenakan sifat tepung terigu yang ringan dan mudah tercecer oleh mixer sehingga bisa merubah takaran timbangan awal tepung. Pengkocokan yang kedua berfungsi agar bahan tercampur rata dan mengembang. Pada tahap pengkocokan kedua dilakukan pengurangan kecepatan putaran mixer. Pengurangan kecepatan mixer bertujuan untuk mencegah tercecernya tepung terigu, karena bisa merubah takaran timbangan awal tepung. Pencampuran dan pengkocokan bahan kedua dapat dilihat pada Gambar 4.8. Gambar 4.8Pencampuran dan pengkocokan bahan kedua 9. Pengembangan/ Proofing Setelah proses pengkocokan, adonan didiamkan dalam suhu ruang selama 10 menit dan ditutup dengan kain agar adonan mengembang. Pendiaman berfungsi agar adonan dapat mengembang dengan baik sewaktu proses pemasakan.

10. Pemanggangan Sebelum tahap pemanggangan terlebih dahulu mengoleskan margarine pada wajan teflon bertujuan agar adonan tidak terlalu lengket dan mudah diambil. Proses pemanggangan dilakukan dengan menggunakan api kecil agar adonan tidak terlalu gosong dan ditutup dengan kaca penutup wajan agar panas yang ditimbulkan dapat merata. Penutupan dengan penutup kaca dilakukan setelah adonan kue cubit yang dipanggang mulai mengembang. Pemberian toping dilakukan sebelum adonan ditutup oleh kaca penutup. Kue cubit dikatakan matang jika sudah muncul lubang- lubang kecil pada permukaanya. Proses pemanggangan dapat dilihatpada Gambar 4.9. Gambar 4.9 Proses pemanggangan. B. Analisis Sensori Uji sensori merupakan cara pengujian dengan menggunakan indra manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Pengujian sensori produk ini menggunakan uji kesukaan. Uji rangking digunakan untuk mengetahui tanggapan panelis mengenai tingkat kesukaan dari tiap produk, seperti tingkat kenampakan pada sampel. Pada uji kesukaan panelis diminta untuk mengurutkan sampel yang diuji menurut perbedaan tingkat mutu sensorik. Skala yang digunakan yaitu 1

menyatakan sangat suka, 2 menyatakan suka, 3 agak suka, 4 menyatakan tidak suka, 5 menyatakan sangat tidak suka. Uji organoleptik dilakukan oleh 25 orang panelis dengan parameter berupa meliputi warna, tekstur, warna, aroma, dan overall terhadap kue cubit ubi jalar ungu. Hasil SPSS kue cubit subtitusi ubi ungu dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1Hasil SPSS Kue Cubit Subtitusi Ubi Ungu Kode Sampel Warna Rasa Tekstur Aroma Overall 234 3.08 a 3.52 a 3.36 a 3.52 a 3.44 a 441 3.16 a 3.48 a 3.32 a 3.40 a 3.44 a 113 2.96 a 3.44 a 3.72 a 3.64 a 3.52 a Keterangan : Kode 234 : Subtitusi tepung 60% (150 gr) dan ubi ungu 40% (100 gr) Kode 441 : Subtitusi tepung 40% (100 gr) dan ubi ungu 60% (150 gr) Kode 113 : Subtitusi tepung 20% (50 gr) dan ubi ungu 80% (200 gr) Dari Tabel 4.1 dapat diketahui kue cubit ubi jalar ungu dengan variasi bahan baku tepung terigu dan ubi ungu memiliki nilai yang berbeda-beda. 1. Warna Pada Tabel 4.1dapat dilihat bahwa tingkat kesukaan warna kue cubit ubi jalar ungu dengan kode 234, 441 dan 113 tidak berbeda nyata. Dari ketiga formulasi ini kue cubit ubi jalar ungu tidak terdapat perbedaan dalam warna, dikarenakan bahan yang digunakan sama sehingga tidak terdapat perbedaan warna yang signifikan. Dari ketiga formulasi warna kue cubit ubi jalar ungu yang paling disukai adalah formulasi dengan kode 441 yaitusubtitusi tepung 40% (150 gr) dan ubi ungu 60% (100 gr).

2. Rasa Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa tingkat kesukaan rasa kue cubit ubi jalar ungu dengan kode 234, 441 dan 113 tidak berbeda nyata. Dari ketiga formulasi ini kue cubit ubi jalar ungu tidak terdapat perbedaan dalam rasa, dikarenakan bahan yang digunakan sama sehingga tidak terdapat perbedaan rasa yang signifikan. Dari ketiga formulasi rasa kue cubit ubi jalar ungu yang paling disukai adalah formulasi dengan kode 234 yaitusubtitusi tepung 60% (150 gr) dan ubi ungu 40% (100 gr). 3. Tekstur Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa tingkat kesukaan tekstur kue cubit ubi jalar ungu dengan kode 234, 441 dan 113 tidak berbeda nyata. Dari ketiga formulasi ini kue cubit ubi jalar ungu tidak terdapat perbedaan dalam tekstur, dikarenakan bahan yang digunakan sama sehingga tidak terdapat perbedaan tekstur yang signifikan. Dari ketiga formulasi tekstur kue cubit ubi jalar ungu yang paling disukai adalah formulasi dengan kode 113 yaitu subtitusi tepung 20% (150 gr) dan ubi ungu 80% (100 gr). Kode 113 mempunyai tekstur yang lebih lembut dikarenakan kandungan pasta ubi jalar ungu yang lebih banyak. 4. Aroma Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa tingkat kesukaan aroma kue cubit ubi jalar ungu dengan kode 234, 441 dan 113 tidak berbeda nyata. Dari ketiga formulasi ini kue cubit ubi jalar ungu tidak terdapat perbedaan dalamaroma, dikarenakan bahan yang digunakan sama sehingga tidak terdapat perbedaan aromayang signifikan. Dari ketiga formulasi aromakue cubit ubi jalar ungu yang paling disukai adalah formulasi dengan kode 113 yaitu subtitusi tepung 20% (150 gr) dan ubi ungu 80% (100 gr). 5. Overall Pada Tabel 4.1dapat dilihat bahwa keseluruhan kue cubit ubi jalar ungu dengan kode 234, 441 dan 113 tidak berbeda nyata. Dari

ketiga formulasi ini kue cubit ubi jalar ungu tidak terdapat perbedaan dalam overall. Dari ketiga formulasi keseluruhan kue cubit ubi jalar ungu yang paling disukai adalah formulasi dengan kode 113 yaitu subtitusi tepung 20% (150 gr) dan ubi ungu 80% (100 gr). Kode 113 lebih disukai karena lebih lembut dan memiliki kandungan pasta ubi jalar ungu yang lebih banyak. Dari ketiga formulasi keseluruhan kue cubit ubi jalar ungu adalah tidak berbeda nyata, maka formulasi terbaik dipilih formulasi 133 karena mempunyai biaya produksi lebih kecil dibandingkan formulasi yang lain. C. Analisis Kimia Setelah diketahui produk yang paling disukai, maka produk dengan formulasi terpilih yang akan dibuat sebagai produk kue cubit ubi jalar yang akan dipasarkan. Di dalam kue cubit ubi jalar terdapat zat-zat gizi yang memiliki banyak manfaat, maka dari itu dilakukan pengujian untuk mengetahui dan menganalisis kandungan gizinya. Kandungan gizi yang terdapat pada kue cubit ubi jalar ungu dilakukan pengujian terhadap kandungan aktivitas antioksidan. Hasil pengujian tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH. No Sampel Parameter Metode Hasil Uji Satuan 1 Pasta Ubi Ungu Antioksidan Dpph 77,90 % 2 Kue Cubit Ubi Jalar Ungu Antioksidan Dpph 12,78 % Tabel 4.2 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH. Antosianin dapat rusak akibat suhu tinggi (pemanasan) yang biasa digunakan dalam pembuatan sejumlah produk olahan ubi jalar. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengurangan/kehilangan antosianin pada produk olahan ubi jalar. Penelitian disusun dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 2 faktor, yaitu jenis ubi jalar ungu dan jenis produk olahan ubi jalar. Parameter analisis utama adalah kandungan

antosianin dan aktivitas antioksidan. Ubi jalar ungu pekat mengandung antosianin 61,85 mg/100 g, 17 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan antosianin ubi jalar ungu muda 3,51 mg/100 g. Ubi jalar ungu pekat memiliki aktivitas antioksidan 59,25 %, lebih besar dibandingkan dengan ubi jalar ungu muda 56,64 %. Penurunan kandungan antosianin pada produk olahan dari kedua jenis ubi jalar menunjukkan kecenderungan yang sama. Produk olahan ubi jalar ungu yang paling mampu mempertahankan kandungan antosianin diperoleh pada ubi kukus yaitu 34,14 % (ungu pekat) dan 42,16 % (ungu muda), sedangkan tingkat penurunan tertinggi diperoleh pada produk keripik yaitu 95,21 % (ungu pekat) dan 88,47% (ungu muda). Dari Tabel 4.2 dapat dilihat aktivitas antioksidan pada kue cubit ubi jalar ungu dengan bahan dasar tepung terigu dan pasta ubi ungu mengandung aktivitas antioksidan sebesar 12,78 %. Bisa dikatakan kue cubit ubi jalar ungu ini mempunyai aktivitas antioksidan yang kecil. Pada pasta ubi ungu mengandung aktivitas antioksidan sebesar 77,90%, lebih besar dari pada aktivitas antioksidan dari kue cubit ubi jalar ungu. Semakin besar prosentase penangkapan radikal DPPH, semakin besar pula aktivitas antioksidannya. Aktivitas antioksidan kue cubit ubi jalar ungu lebih kecil dari pada aktivitas antioksidan pasta ubi ungu karena pada saat proses pengolahan mengalami penurunan kadar aktivitas antioksidan. Meskipun kandungan senyawa antosianin di dalam ubi jalar ungu cukup besar, perlakuan pengolahan yang kurang tepat dapat mengurangi jumlah kandungan antosianin di dalam produk olahan. Pengolahan ubi jalar yang biasa dilakukan masih sangat sederhana antara lain digoreng, direbus, dikukus, dibuat menjadi bubur, keripik, dan makanan tradisional lainnya. Semua proses pengolahan tersebut melibatkan penggunaan panas. Pemanasan mengakibatkan kehilangan sejumlah zat gizi terutama yang bersifat labil seperti asam askorbat, antosianin dan betakaroten (Budhiarto, 2003). D. Desain Kemasan

1. Kemasan Bahan pengemasan pada kue cubit ubi jalar ungu menggunakan mika berwarna coklat dengan tutup bening. Alasan menggunakan pengemasan mika dengan tutup bening supaya konsumen dapat melihat langsung produk tanpa harus membuka tutupnya terlebih dahulu. Selain itu mika ini bersifat ringan, tahan terhadap air dan minyak dan tidak mudah robek. Sehingga mudah dibawa kemanamana. Bahan mika lebih dipilih dikarenakan lebih tahan lama. Kemasan kue cubit ubi jalar ungu pada Gambar 4.1.1. Gambar 4.1.1 Kemasan Kue Cubit Ubi Jalar Ungu 2. Label Label pada pengemasan kue cubit ubi jalar ungu ini sendiri terdiri dari judul produk, komposisi, ijin produksi dari dinas kesehatan, kehalalan produk, dan netto. Adanya labeling bertujuan untuk mempromosikan dan mengenalkan produk yang sudah siap dipasarkan kepada konsumen. Lebel pada kue cubit ubi jalar ungu dapat dilihat pada Gambar 4.1.2.

Gambar 4.1.2 Lebel pada Kue Cubit Ubi Jalar Ungu. E. Analisis Ekonomi Setelah diketahui formula mana yang paling disukai, selanjutnya dilakukan perhitungan kelayakan usaha produk kue cubit ubi jalar ungu untuk mengetahui harga jual dari produk ini. Perhitunganya adalah sebagai berikut: 1. Biaya Tetap/FixedCost (FC) a. Tabel 4.3 Tabel Biaya Tetap No Uraian Rp Per Bulan 1 Gaji pemilik 3.000.000 2 Gaji karyawan 3.600.000 3 Biaya sewa 1.100.000

4 Biaya produksi 200.000 5 Biaya administrasi 200.000 Jumlah 8.100.000 b. Amortisasi Tabel 4.4 Tabel Amortisasi No Harta tak berwujud Rp/bln 1 Biaya trial dan eror 200.000 2 Pajak Reklame 100.000 Jumlah 300.000 c. Penyusutan Tabel 4.5 Tabel Penyusutan No Uraian Jumlah Nilai awal @1 (Rp) Nilai awal (P) (Rp) Nilai sisa (S) (Rp) Umur (N) Depresiasi (Rp/thn) Depresiasi (Rp/bln) 1 Timbangan 1 55.000 55,000 1.100 3 18.333 1.527.78 2 Mixer 1 2.685.000 2.685.000-5 537.000 44.750 3 Baskom 6 6 15.000 90.000-2 45.000 3.750 buah 4 Pisau 1 set 5 25.000 125.000-5 25.000 2.083,33 5 Wajan/cetakan 3 168.000 504.000-5 100.800 8.400 6 Solet/kuas 8 8 4.500 36.000 25.000 1 36.000 3.000 buah 7 Gelas takar 9 9 17.000 153.000-4 38.250 3.187,50 buah 8 Dandang 3 3 60.000 180.000 35.000 3 60.000 5.000 buah 9 Kompor 3 3 318.000 954.000 40.000 5 190.800 15.900

buah 10 Lampu 24 5 42.000 210.000 15.000 2 105.000 8.750 Watt 5 buah Jumlah 4.992.000 116.100 1.156.183,33 96.348,61 d. Dana sosial Dana sosial = Rp 100.000,00/bulan Total Biaya Tetap = a + b + c + d = Rp 8.100.000 + Rp 300.000 + Rp 96.348,61+ Rp 100.000 = Rp 8.596.348,61/ bulan 2. Biaya Tidak Tetap a. Bahan Baku dan Bahan Pembantu Tabel 4.5 Tabel Bahan Baku dan Bahan Pembantu No Uraian kebutuhan Rp/hari Rp/bln 1 Tepung trigu 2,5 kg (Rp 9.000/kg) 22.500 585.000 2 Ubi jalar ungu (10 kg) @ Rp 5000 50.000 1,300.000 3 Gula pasir (6,6 kg) @ Rp 11000 65.000 1.690.000 4 Vanili 25 sheet (Rp 1000/sheet) 25.000 650.000 5 Baking powder 50 gr (Rp 3.250 84.500 6.500/100gr) 6 Soda kue 50 gr (Rp 6.500/100gr) 3.250 84.500 7 Margarin 2 kg (Rp 55.000/kg) 110.000 2.860.000 8 Telur 3 kg (Rp 65.000/kg) 195.000 5.070.000 9 Susu 2,5 liter 12.500 325.000 10 Meses 750 gr (Rp 70.000) 70.000 1.820.000 Jumlah 14.469.000

b. Biaya bahan bakar dan energy Tabel 4.6 Tabel Biaya Bahan Bakar dan Energy No Uraian Rp per Bulan 1 Listrik 170.000 2 Air PDAM 50.000 3 Sabun (Cuci tangan, cuci alat, cuci lantai) 46.000 4 Gas LPG 12 Kg 12 Buah 1.704.000 Jumlah 1.970.000 c. Biaya perawatan dan perbaikan Tabel 4.7Tabel Biaya Perawatan dan Perbaikan No Uraian Harga beli (P) (Rp) %FPP Jam/ hari Hari/ bln Rp/ bln 1 Timbangan 55,000 3 2 20 330 2 Mixer 2,685,000 1 2 20 5,370 3 Baskom 6 buah 90,000 1 5 20 450 4 Pisau 1 set 125,000 1 1 20 125 5 Wajan/cetakan 504,000 1 5 20 2,520 6 Solet/kuas 8 buah 36,000 2 2 20 144 7 Gelas takar 9 buah 153,000 3 4 20 1,836 8 Dandang 3 buah 180,000 3 5 20 2,700 9 Kompor 3 buah 954,000 3 4 20 11,448 10 Lampu 24 Watt 5 210,000 2 5 20 2,100 buah Jumlah 4,992,000 27,026 d. Biaya pengemasan Tabel 4.8 Tabel Biaya Pengemasan

No Kemasan Jumlah/bulan Rp @ satuan Rp/bulan 1 Mika 6.500 600 3.900.000 2 Label (Press) 6.500 400 2.600.000 3 kertas Minyak 3.250 1.000 3.250.000 4 Solasi 100 4.500 450.000 Jumlah 10.200.000 Biaya Tidak Tetap (VC) = a + b + c + d = Rp 14.469.000 + Rp 1.970.000 + Rp 27,023 + Rp 10.200.000 = Rp 26.666.026 3. Biaya Produksi Biaya Produksi = Biaya Tetap (FC) + Biaya Tidak Tetap (VC) = Rp 8.596.348,61+ Rp 26.666.026 = Rp 35.262.375 4. Kapasitas Produksi Dalam 1 hari menghasilkan = 1500 biji kue 1 kemasan = 6 biji Kapasitas 1 hari = 250 kemasan Kapasitas per bulan (26 hari) = 6.500 kemasan 5. Harga Pokok Penjualan (HPP) HPP = =

= Rp 5.424,980 = Rp 5.425 6. Harga Jual Harga kue cubit per kemasan (Kue Cubit Bitten Bogor) = Rp 8.000 Harga kue cubit per kemasan (CubitKoe Solo) = Rp 8.000 Harga kue cubit per kemasan yang dijual = Rp 7.000 7. Hasil Penjualan Hasil Penjualan = Harga Jual Kapasitas Produksi = Rp 7000 6500 = Rp 45.500.000/Bulan 8. Biaya Tidak Tetap (VC/kemasan) Biaya Tidak Tetap (VC/kemasan) = = = Rp 4.102,465 9. Laba a. Laba Kotor = Hasil Penjualan Biaya Produksi = Rp 45.500.000 Rp 35.262.375 = Rp 10.237.625 b. Laba Bersih = Laba Kotor Pajak = Rp 10.237.625 (5% Rp 10.237.625) = Rp 10.237.625 (511.881) = Rp 9.725.744 10. BEP (Break Event Point) BEP adalah suatu titik kesetimbangan pada titik tersebut jumlah dari hasil penjualan sama dengan jumlah biaya yang

dikeluarkan atau perusahaan tersebut tidak mengalami laba atau rugi. Jika penjualan berjumlah kerang dari jumlah yang ditentukan oleh titik ini, maka akan diperoleh kerugian bersih (Astawan, 1999). BEP Produksi = BEP Harga = Analisis Titik Impas (Break Event Point) sering juga disebut dengan cost volume profit analysis. Analisis ini diperlukan untuk mengetahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya lainya dan juga laba atau rugi. Suatu perusahaan dalam keadaan impas (break event), apabila telah disusun laporan perhitungan laba rugi untuk periode tertentu tersebut tidak mendapatkan keuntungan atau sebaliknya tidak menderita kerugian. Hasil penjualan yang diperoleh untuk periode tertentu sama besarnya dengan keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan sehingga perusahaan tidak memiliki keuntungan atau menderita kerugian (Catari, 2009). ( ) ( ) = 2.967,327 2.967 Artinya, titik impas akan tercapai pada tingkat produksi Kue Cubit Ubi Jalar Ungu sebanyak 2.967 pcs.

= 5.424,98 5.425 11. ROI (Return On Investment) Return on Investment (ROI) adalah perbandingan antara besarnya laba per tahun dengan besarnya modal, yang dinyatakan persen per tahun. ROI = 100% per tahun ROI dapat dihitung berdasarkan laba kotor yaitu selisih antara hasil penjualan dengan biaya produksi keseluruhan (belum dikurangi pajak pendapatan) atau berdasarkan laba bersih yaitu dikurangi pajak pendapatan. Demikian besar modal dapat dinyatakan sebagai modal tetap atau modal keseluruhan modal tetap dan modal kerja (Sutanto, 1994). ROI sebelum pajak = 100% per bulan = 100% per bulan = 0,290 100% per bulan = 29 % per Bulan ROI sesudah pajak = 100% per bulan = 100% per bulan = 0,275 100% per bulan = 27,5 % per Bulan 12. POT

POT merupakan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mendapatkan modal dan mendapatkan keuntungan bersih. = 3,4445 = 3,5 Bulan 13. B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) = 1,290 Pada proses produksi Kue Cubit Ubi Jalar Ungu memiliki nilai B/C sebesar 1,290 sehingga usaha ini layak untuk dijalankan atau dilaksanakan.