KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

dokumen-dokumen yang mirip
KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN TELUK MERANTI

KATA PENGANTAR. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan sehingga tersusunnya laporan ini.

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan usaha diseluruh penjuru Indonesia yang bebas

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara administrasi Desa Keburuhan mempunyai batas wilayah yaitu sebelah utara

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab V Kajian Keberlanjutan Penerapan Sistem Silvofishery dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Desa Dabung

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK

Widi Setyogati, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

TINJAUAN PUSTAKA. ujung paparan benua (continental shelf) atau kedalaman kira-kira 200 m. Pulau-Pulau Kecil diantaranya adalah sebagai berikut :

MODUL: PENYIAPAN TAMBAK

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014 ISSN: X

I. PENDAHULUAN. Potensi perairan pantai Indonesia yang cukup luas adalah merupakan

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBAR KAWASAN TAMBAK 74,2

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

Melaksanakan tanaman hutan di setiap lokasi garapan masing-masing. pasang surut air laut dan aliran sungai. pengembangan pengelolaan ikan dan lainnya.

LAPORAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH

DASAR PERHITUNGAN KEBUTUHAN PENYULUH PERIKANAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

TINJAUAN PUSTAKA. lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk

Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2011, hlm ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2015 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

Budidaya Udang Windu

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kranggan, Desa Banaran, Desa Nomporejo, Desa Karangsewu, Desa Pandowan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Penambak Udang di Desa Karangsewu. Imorenggo dan Pakualaman Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GROUPER FAPERIK ISSN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

BAB VI DAMPAK KONVERSI MANGROVE DAN UPAYA REHABILITASINYA

PENDEDERAN IKAN PATIN DI KOLAM OUTDOOR UNTUK MENGHASILKAN BENIH SIAP TEBAR DI WADUK MALAHAYU, BREBES, JAWA TENGAH

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA PEMBESARAN IKAN NILA SALIN (Oreochromis aureus x niloticus) DI INSTALASI BUDIDAYA AIR PAYAU KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Bab III Karakteristik Desa Dabung

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

ANALISIS PRODUKSI TAMBAK DI KELURAHAN KARIANGAU KECAMATAN BALIKPAPAN BARAT KOTA BALIKPAPAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

I. PENDAHULUAN. dibentuk oleh berbagai komponen biotik dan abiotik, komponen-komponen ini saling

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

Transkripsi:

Ba b 4 KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR 4.1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kecamatan Kuala Kampar memiliki potensi perikanan tangkap dengan komoditas ikan biang, ikan lomek dan udang serta ikan lainnya. Udang yang tertangkap sebagian besar dijadikan udang ebi kering, demikian juga dengan komoditas perikanan berupa ikan asin biang dan lomek. Hasil produksi udang ebi kering mencapai 40 80 kg/bulan, sedangkan ikan biang dapat mencapai kisaran 10 40 kg/bulan. Sedangkan ikan lomek produksi dapat mencapai 15 40 kg/bulan. Hasil tangkapan yang demikian hanya didapatkan dari hasil tangkapan menggunakan alat gombang. 4.2. Perikanan Tangkap 4.2.1. Rumah Tangga Perikanan (RTP) Nelayan yang ada di Kecamatan Kuala Kampar tersebar di seluruh desa yang ada dengan jumlah di masing-masing desa bervariasi. Rumah Tangga Perikanan (RTP) terbanyak terdapat di Kelurahan Teluk Dalam, kemudian di Desa Serapung, Desa Teluk, Desa Teluk Bakau dan seterusnya seperti diperlihatkan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Rumah Tangga Perikanan (RTP) di Kecamatan Kuala Kampar Menurut Masing-masing Desa No. Nama Desa Rumah Tangga Perikanan (RTP) 1 Teluk Dalam 90 2 Tanjung Sum 22 3 Sungai Solok 13 4 Sungai Upih 20 5 Teluk 59 Laporan Akhir, Pendataan Potensi & Rencana Pembangunan Perikanan Daerah Payau/Laut 4-1

No. Nama Desa Rumah Tangga Perikanan (RTP) 6 Serapung 85 7 Sokoi 15 8 Teluk Beringin 20 9 Sungai Emas 13 10 Teluk Bakau 30 Jumlah 367 4.2.2. Jenis dan Jumlah Armada Penangkapan Pada umumnya jenis armada penangkapan yang digunakan oleh nelayan yang ada di Kecamatan Kuala Kampar adalah perahu dayung dan perahu bermotor. Jumlah perahu dayung ternyata mendominasi jenis armada penangkapan yang ada yaitu mencapai 417 buah (93,29%) seperti dilihat pada Tabel 4.2. Ini menandakan sebahagian besar nelayan yang ada merupakan nelayan tradisional yang beroperasi hanya disekitar perairan pantai. Tabel 4.2. Jenis dan Jumlah Armada Penangkapan yang Ada di Kecamatan Kuala Kampar Menurut Masing-masing Desa No. Nama Desa Perahu Dayung Perahu Motor 1 Teluk Dalam 131 7 2 Tanjung Sum 22 2 3 Sungai Solok 13 2 4 Sungai Upih 20 2 5 Teluk 55 6 6 Serapung 85 3 7 Sokoi 15 2 8 Teluk Beringin 20 2 9 Sungai Emas 13-10 Teluk Bakau 43 4 Jumlah 417 30 4.2.3. Jumlah dan Jenis Alat Tangkap di Kecamatan Kuala Kampar Jenis alat tangkap yang ada di Kecamatan Kuala Kampar secara umum terdiri dari gillnet, gombang dan rawai. Alat tangkap gillnet jumlahnya sebanyak 795 unit, gombang 410 unit dan rawai 80 unit. Untuk alat tangkap gillnet dijumpai diseluruh desa yang ada di Kecamatan Kuala Kampar, sedangkan gombang hanya dijumpai di Desa Teluk. Sementara itu alat tangkap rawai dioperasikan oleh nelayan yang berasal dari Desa Teluk dan Serapung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3. Laporan Akhir, Pendataan Potensi & Rencana Pembangunan Perikanan Daerah Payau/Laut 4-2

Tabel 4.3. Jenis dan Jumlah Alat Tangkap yang Ada di Kecamatan Kuala Kampar Menurut Masing-masing Desa No. Nama Desa Gombang Gillnet/Jaring Rawai (Unit) (Unit) (Unit) 1. Teluk Dalam - 358-2. Tanjung Sum - 37-3. Sungai Solok - 29-4. Sungai Upih - 38-5. Teluk 410 50 10 6. Serapung - 119 70 7. Sokoi - 28-8. Teluk Beringin - 72-9. Sungai Emas - 18-10. Teluk Bakau - 46 - Jumlah 410 795 80 4.2.4. Upaya Penangkapan dan Catch Per Unit Effort (CPUE) Tingkat upaya penangkapan yang dihitung adalah untuk alat tangkap gillnet dan gombang, sedangkan rawai tidak dihitung karena jumlahnya di Kecamatan Kuala Kampar relatif kecil. Upaya penangkapan mengunakan gillnet atau jaring di Kecamatan Kuala Kampar mencapai 15.900 unit upaya per bulan Dimana upaya penangkapan berkisar antara 360 7.160 unit upaya perbulan. Upaya penangkapan tertinggi terdapat di Teluk Dalam dan Serapung, sedangkan yang terendah terdapat di Desa Sungai Mas. Untuk alat tangkap gombang jumlah upaya mencapai 16.400 unit upaya perbulan. Pada umumnya semakin tinggi upaya penangkapan atau Effort akan meningkatkan juga hasil tangkapan. Sehingga sering untuk meningkatkan produksi maka perlu ditingkatkan jumlah alat. Untuk memperlihatkan kondisi potensi sumberdaya ikan dapat dilihat dengan mengunakan hasil tangkapan per unit alat (catch per unit effort (CPUE)). Hasil perhitungan CPUE dapat memperlihatkan jumlah produksi per alatnya. CPUE alat tangkap gillnet untuk menangkap ikan nomei, biang dan lain berkisar antara 1,51 4,08, CPUE terendah terdapat pada Desa Teluk Dalam dan yang tertinggi pada Desa Serapung. Tingginya CPUE di Desa Serapung adalah karena upaya penangkapan yang kurang namun produksi ikan campuran masih tinggi. Namun, rata-rata CPUE pada kecamatan Kuala Kampar hanya mencapai 2,54, atau sekitar 2,54 kg ikan campuran per unit upaya penangkapan alat tangkap gillnet. Sedangkan Laporan Akhir, Pendataan Potensi & Rencana Pembangunan Perikanan Daerah Payau/Laut 4-3

CPUE gombang untuk penghasil udang Ebi basah hanya 1,46 atau sekitar 1,46 kg udang ebi basah per upaya penangkapan alat tangkap gombang. Upaya penangkapan menggunakan gombang pada Desa Teluk masih menjanjikan. Walaupun hasil tangkapan berupa ikan campuran dan udang per unit alat rendah, namun harga jual ikan kering masih cukup tinggi. Ini yang menunjukkan bahwa nelayan yang melakukan penangkapan menggunakan gombang lebih sejahtera dibandingkan nelayan lainnya. Untuk penambahan alat gombang di perairan sekitar Kecamatan Kuala Kampar memang memungkinkan. Namun harus dipertimbangkan peruntukkan lahan dan tipe kawasan, karena tidak semua kawasan akan layak dijadikan kawasan penempatan gombang. Dengan demikian kondisi ini berpengaruh terhadap penurunan produksi perikanan secara keseluruhan dan sekaligus memberikan dampak terhadap penurunan jumlah nelayan yang melakukan penangkapan. Untuk melihat CPUE masing-masing desa/ kelurahan di Kuala Kampar dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 4.4. Upaya Penangkapan (Effort), Produksi dan CPUE Alat Tangkap di Kecamatan Kuala Kampar Effort (unit) Produksi (kg/bln) CPUE No. Nama Desa Ikan Udang Gillnet Gombang campuran (ebi) Gillnet Gombang 1 Teluk Dalam 7160-10795 1.51 2 Tanjung Sum 740-2292 3.09 3 Sungai Solok 580-1459 2.52 4 Sungai Upih 760-2070 2.72 5 Teluk 1000 16400 32173 24000 2.02 1.463415 6 Serapung 2380-9716 4.08 7 Sokoi 560-1561 2.79 8 Teluk Beringin 1440-2447 1.70 9 Sungai Emas 360-1239 3.44 10 Teluk Bakau 920-1403 1.53 Jumlah 15.900 16400 65155 4.2.5. Daerah Penangkapan Dari hasil wawancara dengan nelayan diketahui bahwa daerah penangkapan ikan terbatas pada perairan sekitar desa, hal ini sesuai dengan kemampuan armada penangkapan yang digunakan. Beberapa nelayan yang memiliki perahu motor, daerah penangkapannya tentu sedikit lebih jauh dari nelayan yang menggunakan perahu dayung. Namun karena kekuatan mesin masih terbatas sehingga daerah penangkapannya masih dekat dengan desa (Tabel 4.5). Laporan Akhir, Pendataan Potensi & Rencana Pembangunan Perikanan Daerah Payau/Laut 4-4

Tabel 4.5. Daerah Penangkapan Ikan No. Nama Desa Alat Tangkap Gombang Gillnet Rawai 1 Teluk Dalam 2 Tanjung Sum 3 Sungai Solok 4 Sungai Upih 5 Teluk 6 Serapung 7 Sokoi 8 Teluk Beringin 9 Sungai Emas 10 Teluk Bakau 4.2.6. Jenis dan Jumlah Ikan Hasil Tangkapan Setiap Desa/Bulan Secara umum jenis ikan hasil tangkapan ikan di Kecamatan Kuala Kampar terdiri dari udang ebi basah, ikan biang, lomek dan ikan-ikan campuran. Produksi udang untuk ebi jumlahnya cukup besar yaitu dapat mencapai 24 ton/bulan. Sementara jenis ikan lain hanya 9 ton dan ikan capuran 22,8 ton/bulan. Khusus untuk alat tangkap rawai jenis ikan yang dominan tertangkap adalah ikan debok (Kakap sp) yang jumlahnya tidak tercatat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Jenis dan Jumlah Hasil Tangkapan Sebulan di Kecamatan Kuala Kampar No. Nama Desa Udang Ebi Basah (Kg/Bulan) Biang (Kg/Bulan ) Jenis Komoditas Lomek (Kg/Bulan) Campur (Lomek, Biang dll) (Kg/Bulan) Total (Kg/Bulan) 1. Teluk Dalam 5.354 5.441 10.795 2. Tanjung Sum 2.292 2.292 3. Sungai Solok 1.459 1.459 4. Sungai Upih 2.070 2.070 5. Teluk 24.000 3.205 2950 2.018 32.173 6. Serapung 9.716 9.716 7. Sokoi 1.561 1.561 8. Teluk Beringin 2.447 2.447 9. Sungai Emas 1.239 1.239 10. Teluk Bakau 789 614 1.403 Jumlah 24.000 9.348 9.005 22.802 65.155 4.2.7. Kondisi Sosial Ekonomi Nelayan Laporan Akhir, Pendataan Potensi & Rencana Pembangunan Perikanan Daerah Payau/Laut 4-5

Tingkat Umur Nelayan yang diwawancarai mempunyai tingkat umur yang bervariasi, dimana nelayan yang berumur umur 35 45 tahun cukup dominan yaitu sebanyak 28 responden (43,75%). Kemudian diikuti oleh umur 25 35 tahun sebanyak 16 responden (25,00%), umur 45 55 tahun sebanyak 15 responden (23,44%) dan umur >55 tahun sebanyak 7,81%. Dari sini dapat disimpulkan bahwa sebahagian besar nelayan tergolong kelompok umur produktif, kecuali yang berumur >55 tahun (Tabel 4.7.) Tabel 4.7. Umur Responden No. Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 25-35 16 25.00 2 35-45 28 43.75 3 45-55 15 23.44 4 > 55 5 7.81 Jumlah 64 100.00 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh nelayan dapat menggambarkan kualitas sumberdaya manusia nelayan itu sendiri. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada nelayan yang ada di Kecamatan Kuala Kampar dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar nelayan berpendidikan Sekolah Dasar (Tabel 4.8.). Dengan demikian kualitas SDM nelayan tergolong rendah. Tabel 4.8. Tingkat Pendidikan Responden No. Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 SD 60 92.31 2 SMP 4 7.69 Jumlah 64 100.00 Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan yang ditanggung oleh kepala keluarga akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga tersebut. Menurut Dillon dan Hermanto (1993), kemiskinan berkorelasi positif dengan jumlah anggota keluarga dan negatif dengan jumlah pekerja dalam satu keluarga. Semakin banyak anggota keluarga yang ditanggung maka semakin banyak pula pendapatan yang dialokasikan untuk pembiayaan kehidupan mereka sehingga semakin miskin Laporan Akhir, Pendataan Potensi & Rencana Pembangunan Perikanan Daerah Payau/Laut 4-6

keluarga tersebut. Jumlah tanggungan keluarga nelayan berkisar antara 1-6 orang. Melihat jumlah tanggungan nelayan disini, ternyata 46,88% mempunyai tanggungan 4 6 orang, ini berarti jumlah tanggungan kepala keluarga cukup besar. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Jumah Tanggungan Nelayan No. Jumlah Tanggungan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 1-3 29 45.31 2 4-6 30 46.88 3 > 6 5 7.81 Jumlah 64 100.00 Pendapatan Pendapatan nelayan di Kecamatan Kuala Kampar yang paling dominan berkisar antara Rp. 500.000 sampai Rp. 2.000.000 setiap bulannya, yaitu melebihi dari 92% nelayan yang diwawancarai (Tabel 4.10.). Apabila diperhatikan nelayan yang berpendapatan Rp. 500.000 Rp. 1.000.000, jumlahnya cukup besar yaitu mencapai 45,3%. Ini menandakan bahwa pendapatan yang seperti ini tergolong rendah. Tabel 4.10. Pendapatan Respoden No. Pendapatan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 500.000-1.000.000 29 45.31 2 1.000.000-2.000.000 30 46.88 3 > 2.000.000 5 7.81 Jumlah 64 100.00 4.2.8. Permasalahan Permasalahan yang dihadapi nelayan adalah : Hasil tangkapan semakin menurun yang diduga akibat pencemaran dari darat dengan dibukanya kanal-kanal perkebunan. Sampah plastik masuk dalam gombang Keterbatasan armada penangkapan karena sebahagaian besar hanya memiliki perahu dayung Jumlah unit alat tangkap yang dimiliki oleh masing-masing nelayan masih terbatas 4.3. Budidaya Perikanan Laporan Akhir, Pendataan Potensi & Rencana Pembangunan Perikanan Daerah Payau/Laut 4-7

4.3.1. Jumlah Petani Jenis kegiatan budidaya yang ada di Kecamatan Kuala Kampar adalah budidaya udang windu di tambak. Kegiatan ini hanya terdapat di Desa Teluk Beringin. Jumlah petani tambak yang ada sebanyak 22 orang yang mengelola tambak seluas 11 ha. Dengan demikian 1 unit tambak yang luasnya 1 ha dikelola oleh 2 orang. 4.3.2. Konstruksi Tambak Tanggul Keberadaan tanggul sangat penting untuk menahan air. Secara umum jenis tanggul dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tanggul utama dan tanggul antara. Tanggul utama merupakan tanggul yang yang berhubungan dengan bahagian luar tambak. Sedangkan tanggul antara merupakan tanggul bahagian dalam yang berfungsi untuk memisahkan satu petak dengan petak lainnya. Tinggi tanggul 1 m, lebar tanggul bahagian atas 1 m dan lebar tanggul bahagian bawah 1,5 m. Dasar Tambak Dasar tambak dibuat miring 15 % kearah saluran pengeluaran. Tujuannya agar memudahkan pengeluaran air kotor dan pada saat panen. Pada dasar tambak dijumpai parit keliling (current) yang mempunyai lebar dan dalam masing-masing 2 m. Keberadaan parit keliling ini bertujuan untuk tempat berlindung bagi udang/ikan dan memudahkan pada saat panen. Pintu Air Pintu pemasuk air dan pengeluaran menggunakan pipa paralon dengan diameter antara 8 12 inci. 4.3.3. Persiapan Tambak Pengapuran Pengapuran bertujuan untuk memperbaiki kualitas tanah dasar yaitu berhubungan dengan peningkatan ph dan pemberantasan hama. Pada tahap ini dasar tambak dikeringkan berkisar antara 7 10 hari hingga dasar tambak Laporan Akhir, Pendataan Potensi & Rencana Pembangunan Perikanan Daerah Payau/Laut 4-8

retak-retak. Pengolahan tanah dasar bertujuan untuk mempercepat proses mineralisasi. Setelah tanah dasar dibalik, kemudian dilakukan pengapuran untuk meningkatkan ph tanah. Jenis kapur yang digunakan adalah dolomit dengan dosis 50 kg/ha, kapur dibeli dari Tanjung Batu. Pemupukan Pemupukan dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tambak sehingga dapat menumbuhkan plankton dan kelekap di dalam tambak. Plankton dan kelekap ini berguna sebagai makanan alami bagi benur serta untuk menjaga keseimbangan ekosistem tambak. Jenis pupuk yang digunakan adalah Urea dan TSP dengan dosis 5 6 kg/ha 4.3.4. Pengairan Sumber air yang digunakan untuk mengairi tambak berasal dari air laut dengan sistem pengairan seri. Kedalaman air tambak berkisar antara 60 cm- 80 cm. Pemasukan air ke dalam tambak dilakukan pada saat air pasang besar dengan menggunakan sistem grafitasi. 4.3.5. Kondisi Tanah dan Air Jenis tanah yang terdapat di lokasi pertambakan merupakan tanah lempung dan liat dengan ph tanah 5-6. Sedangkan kualitas air tambak seperti salinitas berkisar antara 16-25 ppt, suhu antara 27 31 o C, ph air tambak 5 7, kecerahan 29 60 cm dan oksigen terlarut 3 6 ppm. 4.3.6. Penebaran Benur/Benih Jenis komoditi yang dipelihara adalah udang windu. Ukuran benur yang dipergunakan ditebar PL 18 dengan padat tebar 25.000 ekor/ha. Harga benih Rp. 50/ekor. 4.3.7. Pakan Di dalam pemeliharaan udang diberi pakan pellet sebanyak 3 kg/hari untuk 1 ha, pemberian dilakukan 2 kali sehari dengan cara ditebar merata. Harga pellet sampai di petani tambak Rp. 12.000/kg. 4.3.8. Hama dan Penyakit Laporan Akhir, Pendataan Potensi & Rencana Pembangunan Perikanan Daerah Payau/Laut 4-9

Jenis hama yang biasa mengganggu udang peliharaan adalah burung, kepiting dan ular. Sedangkan jenis penyakit yang pernah menyerang udang stres. 4.3.9. Panen dan Produksi Udang dipanen setelah berumur 4-5 bulan, ukuran panen udang berkisar antara 25 30 ekor/kg. Produksi untuk udang berkisar antara 300 400 kg/ ha. Produksi ini masih rendah, karena pengelolaan tambak masih bersifat tradisional. 4.3.10. Pemasaran Udang hasil panen dipasarkan dengan cara diantar sendiri kepada pedagang lokal dan dibayar tunai dengan harga udang Rp. 40.000 Rp. 50.000/kg 4.3.11. Kondisi Sosial Ekonomi Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penduduk dapat menggambarkan kualitas sumberdaya manusia yang ada disuatu wilayah. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada petani tambak yang ada di Kecamatan Kuala Kampar dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar petani berpendidikan Sekolah Dasar (SD). Matapencaharian Pokok dan Sambilan Dari wawancara yang dilakukan kepada petani tambak yang ada di Kecamatan Kuala Kampar dapat diketahui bahwa sebagai petani tambak merupakan matapencaharian sambilan. Sedangkan matapencaharian pokok mereka adalah petani dan kebun kelapa. Pendapatan Dari data yang diperoleh di lapangan diketahui bahwa hasil yang mereka peroleh sebagai petani tambak rata-rata persiklusnya Rp. 5.000.000,- Sedangkan dari pekerjaan pokok sebagai petani dan kebun mempunyai penghasilan rata-rata Rp. 1.000.000,-. Jumlah Tanggungan Keluarga Laporan Akhir, Pendataan Potensi & Rencana Pembangunan Perikanan Daerah Payau/Laut 4-10

Jumlah tanggungan yang ditanggung oleh kepala keluaraga akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga tersebut. Menurut Dillon dan Hermanto (1993), kemiskinan berkorelasi positif dengan jumlah anggota keluarga dan negatif dengan jumlah pekerja dalam satu keluarga. Semakin banyak anggota keluarga yang ditanggung maka semakin banyak pula pendapatan yang dialokasikan untuk pembiayaan kehidupan mereka sehingga semakin miskin keluarga tersebut. Jumlah tanggungan keluarga petani tambak berkisar antara 3-6 orang. 4.3.12. Permasalahan Usaha budidaya yang dilakukan oleh petani tambak tidak terlepas dari permasalahan, diantaranya adalah: Rendahnya pengetahuan tentang budidaya udang Kurangnya binaan dari instansi terkait Keterbatasan modal usaha 4.4. Pengolahan Hasil Perikanan Pengolahan hasil perikanan di Kecamatan Kuala Kampar terdapat di Desa Teluk dan Desa Tanjung Sum. Jumlah pengolah sebanyak 80 orang yang juga mereka sebagai nelayan. Pengalaman sebagai pengolah berkisar antara 10 sampai 25 tahun. Teknologi pengolahan masih tradisional yaitu dengan melakukan penggaraman dan penjemuran. Hasil olahan berupa udang ebi, ikan asin biang dan ikan kering lomek. Selama satu bulan hasil olahan udang ebi 1.600 kg, ikan asin biang 641 kg dan ikan lomek 590 kg, sedangkan ikan campuran ikan biang dan lomek sebanyak 458 kg. Hasil ikan olahan dijual ke tauke dan konsumen lokal. Permasalahan yang dijumpai adalah kesulitan menjemur ikan hasil olahan pada saat musim hujan. Laporan Akhir, Pendataan Potensi & Rencana Pembangunan Perikanan Daerah Payau/Laut 4-11

4.5. Pemasaran Ikan hasil tangkapan baik dalam bentuk segar maupun olahan dipasarkan ke pedagang pengumpul yang ada di desa. Oleh pedagang pengumpul di desa kemudian dijual ke Tanjung Batu. Dalam sebulan seorang pedagang pengumpul dapat menjual ikan olahan 200 600 Kg. Harga ikan olahan ditingkat produsen dan pedagang pengumpul dapat dilihat pada Tabel 4.11. Tabel 4.11. Harga Ikan Olahan di Tingkat Produsen dan Pedagang Pengumpul No. Jenis Ikan Olahan Harga/kg di Tingkat Produsen (Rp.) Harga di Tingkat Pedagang Pengumpul (Rp.) 1 Udang ebi 70.000 85.000 2 Ikan asin lomek 28.000 35.000 3 Ikan asin biang 16.000 22.000 Dari Tabel 4.11. diatas dapat diketahui bahwa margin untuk udang ebi sebesar RP. 15.000/kg, ikan asin lomek Rp.7.000/kg dan ikan asin biang mencapai Rp. 6.000/kg. 4.6. Infrastruktur Perikanan Sampai saat ini di Kecamatan Kuala Kampar belum dijumpai keberadaan infrastruktur perikanan seperti pelabuhan perikanan, pabrik es dan industri perikanan. Kebutuhan es untuk keperluan penangkapan disuplai dari Tanjung Batu. Laporan Akhir, Pendataan Potensi & Rencana Pembangunan Perikanan Daerah Payau/Laut 4-12