BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Shinta Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6,41' - 7,19' Lintang Selatan dan diantara ' ' Bujur Timur dengan ketinggian 500m-1.800m dpl dan luas wilayah ha. Batas Utara Kabupaten Bandung Barat; Sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut; Sebelah Selatan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur sebelah Barat Kabupaten Bandung Barat; di bagian Tengah Kota Bandung dan Kota Cimahi. Kabupaten Bandung terdiri atas 31 kecamatan, 266 Desa dan 9 Kelurahan. Dengan jumlah penduduk sebesar jiwa (Disnakan Kab. Bandung 2011) Sebagian besar wilayah Bandung adalah pegunungan. Di antara puncakpuncaknya adalah: Sebelah utara terdapat Gunung Bukittunggul (2.200 m), Gunung Tangkubanperahu (2.076 m) (Wilayah KBB) di perbatasan dengan Kabupaten Purwakarta. Sedangkan di selatan terdapat Gunung Patuha (2.334 m), Gunung Malabar (2.321 m), serta Gunung Papandayan (2.262 m) dan Gunung Guntur (2.249 m), keduanya di perbatasan dengan Kabupaten Garut. (Disnakan Kab. Bandung 2011) Wilayah Kabupaten Bandung beriklim tropis dipengaruhi oleh angin muson dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 1500 sampai dengan 4000 mm/tahun, suhu rata-rata berkisar antara 19 C sampai dengan 24 C. (Disnakan Kab. Bandung 2011) Kabupaten Bandung merupakan penghasil perikanan budidaya yang cukup besar di Jawa Barat. Kabupaten Bandung mampu menghasilkan produksi perikanan budidaya yang lebih besar dari daerah lain. Target Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk memproduksi 16,89 juta ton pada tahun 2014 mengharuskan Kabupaten Bandung memberikan kontribusi produksi budidaya sebanyak 7% (Gusdinar dalam Galamedia 2011). 31
2 Karakteristik Pembudidaya Struktur umur menurut analisis demografi penduduk dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (a) kelompok umur muda, dibawah 15 tahun; (b) kelompok umur produktif, usia tahun; dan (c) kelompok umur tua, usia 65 tahun ke atas. Struktur umur penduduk dikatakan muda apabila proporsi penduduk umur muda sebanyak 40% atau lebih sementara kelompok umur tua kurang atau sama dengan 5%. Sebaliknya suatu struktur umur penduduk dikatakan tua apabila kelompok umur mudanya sebanyak 30% atau kurang sementara kelompok umur tuanya lebih besar atau sama dengan 10% (Tjiptoherijanto 2001). Karakteristik pembudidaya air tawar di Kabupaten Bandung memiliki umur berkisar antara tahun. Sebanyak 210 responden dengan rata-rata umur 47,49 tahun. 65,24% berada pada usia tahun (tabel 5). Hal tersebut berarti bahwa sebagian besar responden berada pada usia produktif. Tabel 5. Data Kisaran Umur Responden Umur Responden (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) < , ,24 > ,76 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah) 2013 Pada umumnya tingkat pendidikan formal responden di daerah penelitian tamat Sekolah Dasar (SD)/sederajat yakni sebesar 57,62 persen. Tingkat menengah pertama dan menengah atas masing-masing sebesar 21,91 dan 20,47 persen. Orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi lebih bermanfaat karena baik dengan sengaja maupun tidak sengaja menyebarluaskan pengetahuannya sewaktu mereka bergaul dalam masyarakat dan juga lebih mudah memahami sikap orang lain sehingga lebih menciptakan kerukunan di dalam kehidupan bermasyarakat (Taringan 2006). Atmanti (2005) menambahkan bahwa pendidikan merupakan salah satu investasi non fisik dimana tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan dapat menjamin perbaikan yang terus berlangsung dalam tingkat
3 33 teknologi yang digunakan masyarakat, sera pendidikan merupakan bagian dari modal insani (human capital) yang berperan dalam peningkatan produktivitas seseorang. Tabel 6. Data Pendidikan Responden Pendidikan Jumlah Persentase (Orang) (%) SD ,62 SMP 46 21,91 SMA 43 20,47 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah) 2013 Sebagian besar tingkat pengalaman usaha budidaya air tawar dari responden berkisar antara tahun yakni sebesar 96 orang. Responden berdasarkan lama pengalaman 1-5 tahun, 6-10 tahun, dan >20 tahun masingmasing sebesar 13, 83, dan 18 (Tabel.7). Rata-rata total responden memiliki pengalaman budidaya sebesar 12,75 tahun. Tabel 7. Data Pengalaman Usaha Budidaya Pengalaman (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) , , ,71 > ,58 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah) Keadaan Umum Usaha Budidaya Luas lahan responden penelitian kelompok pembenihan berkisar antara m 2, yang sebanyak 75 orang memiliki luas lahan berkisar m 2 dan sebanyak 15 orang memiliki luas lahan di atas 1000 m 2. Pada kelompok pendederan yang memiliki luas lahan berkisar m 2 sebanyak 37 orang dan sebanyak 23 orang memiliki luas lahan diatas m 2. Kelompok pembesaran memiliki luas lahan berkisar m 2 sebanyak 31 orang dan sebanyak 29 orang memiliki luas lahan diatas 500 m 2.
4 34 Besarnya luas lahan pada kelompok pendederan mayoritas disebabkan karena lahan yang dipakai tersebut merupakan kawasan pertanian yang setiap setengah tahun dipakai kegiatan pertanian. Berbeda dengan luas lahan pada kelompok pembenihan dan pembesaran yang lahannya dipakai kegiatan perikanan sepanjang musim. Tabel 8. Jumlah responden menurut luas lahan. No. Luas Lahan (m 2 ) Jumlah (Orang) Presentase (%) 1 Pembenihan ,71 > ,14 2 Pendederan ,62 > ,95 3 Pembesaran ,76 > ,82 Total Sumber : Diolah dari data primer (2013) Sebaran benih pada kelompok pembenihan ikan mas berkisar 7-35 pasang, ikan nila berkisar 1-2 paket yang tiap paketnya berisi sekitar 400 ekor ikan nila dengan perbandingan jantan dan betina 3 : 1. Ikan lele berkisar 1-3 paket indukan yang tiap paketnya berisi sekitar 15 ekor indukan. Pada kasus pendederan ikan mas, benih yang ditebar berkisar antara L atau sekitar ekor benih yang ditebar setiap siklusnya. Ikan nila berkisar Kg benih yang disebar. Pada pembesaran, penyebaran benih ikan lele berkisar antara ekor setiap siklusnya. Sedangkan pada ikan nila berkisar antara ekor benih. Besar kecilnya penebaran benih tergantung pada luas lahan budidaya yang dimiliki tiap responden. Pemupukan merupakan salah satu bentuk masukan energi yang dimanfaatkan ikan secara tidak langsung. Pupuk dibagi menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan sumber hara yang lengkap bagi pakan alami juga dapat memperbaiki struktur tanah. Pupuk anorganik merupakan pelengkap yang dapat menyediakan zat hara secara cepat
5 35 untuk kebutuhan pakan alami. Marsono dan Lingga (2004) menjelaskan lebih terperinci tentang maanfaat dari pemupukan yaitu : A. Manfaaat pupuk yang berkaitan dengan sifat fisika Tanah : Memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur. Mengurangi erosi pada permukaan tanah Sebagai penutup tanah dan dapat memperbaiki struktur tanah dibagian permukaan. B. Manfaat pupuk yang berkaitan dengan sifat kimia tanah Menyediakan unsur hara yang diperlukan bagian tanaman. Membantu mencegah kehilangan unsure hara yang cepat hilang seperti nitrogen, fosfor dan kalium. Memperbaiki keasaman tanah. Pupuk yang digunakan oleh responden mayoritas menggunakan pupuk kandang, dimana pupuk kandang tersebut digunakan untuk menumbuhkan pakan alami bagi kelangsungan hudup benih-benih ikan baik itu pada pembenihan lele, mas ataupun nila. Probiotik digunakan sebagian besar responden untuk meningkatkan sistem imunitas dari ikan. Apabila ikan dalam keadaan sehat maka pertumbuhan semakin cepat, hal ini dikarenakan energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk tumbuh, dan apabila sistem imunitas ikan rendah maka akan mudah terserang penyakit sehingga energi dari pakan yang seharusnya digunakan untuk tumbuh akan beralih fungsi untuk menyembuhkan penyakit, hal ini berakibat pada pertumbuhan dari ikan tersebut lambat. Haetami (2008) bahwa penggunaan probiotik secara langsung akan meningkatkan efektivitas mikroba usus yang pada gilirannya meningkatkan pertumbuhan. Pada kelompok pembenihan, produksi berkisar antara ekor setiap siklusnya, dengan rata-rata ekor setiap responden. Pada kelompok pendederan, produksi berkisar antara kg setiap siklusnya, dengan rata-rata 539 kg setiap responden. Pada kelompok pembesaran produksi berkisar antara kg setiap siklusnya, dengan rata-rata produksi tiap
6 36 responden sebesar 873 kg. Tinggi rendahnya produksi ini bias disebabkan oleh besarnya luas lahan budidaya dan juga bisa disebabkan oleh jumlah benih yang ditebar pada setiap siklusnya. Harga jual benih ikan pada kelompok pembenihan berkisar antara tergantung takaran dan jenis ikan, misalnya saja pada ikan mas yang ditakar per satuan gelas, ikan nila yang ditakar per satuan liter dan ikan lele yang ditakar per satuan kilo. Harga tersebut merupakan harga jual pada tengkulak yang nantinya diteruskan ke konsumen. Harga jual ikan pada kelompok pendederan berkisar antara dengan ukuran sekitar ekor/Kg. Harga jual benih ikan pada kelompok pembesaran berkisar antara per Kg dengan ukuran 10-15ekor/Kg Permasalahan Budidaya Permasalahan budidaya air tawar di Kabupaten Bandung mayoritas adalah cuaca. Cuaca yang tidak menentu menyebabkan produksi ikan menjadi tidak stabil. Permasalahan lain dalam budidaya air tawar di Kabupaten Bandung ialah sering timbulnya hama penyakit, ketersediaan lahan yang semakin menyempit, serta permintaan ikan yang tidak stabil dari konsumen atau tengkulak 4.4 Produksi dan Produktivitas Produksi budidaya air tawar Hasil produksi merupakan tujuan dari pelaksanaan kegiatan budidaya ikan yang dilakukan pembudidaya ikan, dimana pembudidaya mendapatkan keuntungan dari kegiatan budidaya yang dilakukan. Hasil produksi berupa banyaknya ikan yang berhasil tumbuh dalam satu siklus panen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, produksi ikan mas, lele dan ikan nila menurut olahan data primer 2013 dapat dilihat pada Tabel 9.
7 37 Tabel 9. Produksi Berdasarkan Luas Ruang yang digunakan No Kelompok Pembenihan (ekor) Pendederan (Kg) Pembesaran (Kg) Produksi per Musim Tanam Total Produksi (Tahun) Lele Mas Nila Lele Mas Nila Sumber : Data Primer (diolah) 2013 Total Analisis Produktivitas A. Analisis Produktivitas per Satuan Luas Produktivitas merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan masukan dan efektivitas pencapaian sasaran, dimana efektivitas dan efisiensi yang tinggi akan menghasilkan produktivitas yang tinggi (Atmosoeprapto 2000). Dari hasil penelitian di lapangan, maka didapat nilai produktivitas mengenai kelompok budidaya air tawar seperti pada Tabel 10. Tabel 10. Analisis produktivitas per Satuan Luas No. Produktivitas Per satuan Luas N (Orang) Minimum (Kg/m 2 /Th) Median (Kg/m 2 /Th) Maximum (Kg/m 2 /Th) 1. Pembenihan ekor ekor ekor 2. Pendederan 60 0,06 1,10 2,86 3. Pembesaran 60 0,85 7,87 16,67 Sumber : Data Primer (diolah) 2013 Berdasarkan tabel diatas, nilai produktivitas terkecil ada pada kelompok pendederan dengan nilai 0,06 Kg/m 2 /Th, dan produktivitas tertinggi ada di kelompok pembesaran dengan nilai 16,67 Kg/m 2 /Th. Tinggi rendahnya nilai produktivitas ini karena tidak berupa nilai khusus suatu komoditi, sehingga perbedaan dari karakteristik budidaya setiap komoditi dapat membuat nilai produktivitas setiap kelompok berbeda. Menurut SNI no dan mengenai produksi pembenihan ikan nila dan ikan mas, produksi benih ikan pada masa pendederan sebesar 1,2 Kg/m 2 /Th. Nilai SNI tersebut berada diatas nilai rata-rata hasil
8 38 penelitian pada kelompok pendederan. Hasil tersebut diduga karena perbedaan jumlah siklus tanam responden dan siklus tanam pada SNI, siklus tanam responden berjumlah 6-7 kali dalam setahun yang menyebabkan perbedaan nilai produktivitas pendederan dengan nilai produktivitas secara SNI yang dihitung dengan jumlah siklus tanam sebanyak 10 kali dalam setahun. Menurut SNI no dan 7550:2009 mengenai produksi pembesaaran lele dan nila, nilai produksi sebesar 7,8 Kg/m 2 /Th. Nilai tersebut tidak berbeda jauh dengan nilai rata-rata hasil penelitian sebesar 7,87 Kg/m 2 /Th yang berarti nilai produksi pembesaran di Kabupaten Bandung sesuai dengan standar SNI. B. Analisis Produktivitas Ekonomi Produktivitas didefinisikan sebagai Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil (Greenberg, dalam Sinungan 2008). Data produktivitas per satuan biaya dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Analisis Produktivitas Ekonomi No. Produktivitas Ekonomi N Minimum Median Maximum (Orang) BCR BCR BCR 1. Pembenihan 90-0,14 1 2,61 2. Pendederan 60 0,01 0,23 1,57 3 Pembesaran 60-0,15 0,43 1,48 Sumber : Data Primer (diolah) 2013 Data diatas menunjukkan bahwa nilai terendah produktivitas ekonomi yang dihitung menggunakan Benefit Cost Ratio ada pada kelompok pembesaran dengan nilai -0,15 dan nilai terbesar ada di kelompok pembenihan dengan nilai 2,61. Produktivitas ekonomi ini dihitung berdasarkan keuntungan yang didapat dibagi dengan total biaya yang digunakan dalam waktu satu tahun. Dilihat dari data tersebut nilai dibawah 1 menyatakan bahwa usaha tersebut tidak menguntungkan, dengan kata lain biaya yang dikeluarkan tidak begitu produktif jika dibandingkan dengan hasil yang didapat. Nilai Benefit Cost ratio menunjukkan angka 1 merupakan titik impas dalam pemanfaatan biaya produksi dan hasil yang didapat. Nilai diatas angka 1 menyatakan bahwa biaya tersebut
9 39 positif dan dengan kata lain, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan produksi dikatakan produktif jika dibandingkan dengan keuntungan yang didapat. 4.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Produktivitas dapat diartikan sebagai campuran (compound) dari produksi dan aktivitas, dimana daya produksi menjadi penyebabnya dan produktivitas mengukur hasil dari daya tersebut (Ravianto 1986). A. Produktivitas Pembenihan Hasil Regresi Produktivitas Pembenihan Y = X X X X X5 Tabel 12. Analisis hasil regresi Produktivitas Pembenihan Variabel Koefisien p-value T Keterangan X * Benih X * Pakan X * Pengalaman X Pendidikan X Umur R-Square 95,7% F hitung = 375,59 T tabel=1,66 R-Square (adj) 95,5% F tabel = 2,33 Ket : * Nyata pada taraf 5% Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa variabel yang signifikan mempengaruhi produktivitas pembenihan adalah benih, pakan, dan pengalaman. Hasil regresi ini memiliki nilai R-Square (adj) sebesar 95,5% yang berarti faktor yang mempengaruhi produktivitas sebesar 95,5% dan sisanya merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi produktivitas. Uji F dilakukan untuk menggambarkan pengaruh variabel independen secara serempak terhadap variabel dependen (Setyorini et al. 2009). Uji f dilakukan dengan cara membandingkan F hitung dengan Ftabel. Hasil model regresi linear diperoleh nilai F hitung sebesar 375,59 dan Ftabel 2,333, hal ini menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari F-tabel yang berarti bahwa secara keseluruhan faktor produktivitas : benih, pakan, luas lahan, lama
10 40 pengalaman budidaya, pendidikan dan umur berpengaruh terhadap produktivitas pembenihan. Uji t dilakukan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh dari variabel kelangsungan hidup benih (X1), konversi pakan (X2), lama pengalaman budidaya (X3), pendidikan (X4), dan umur (X5) terhadap produktifitas pembenihan di Kabupaten Bandung. Apabila nilai t variabel lebih besar dari t tabel maka variabel tersebut signifikan, dan apabila nilai t variabel lebih kecil dari t tabel maka variabel tersebut tidak signifikan (Purnamasari 2008). Hasil dari model regresi menunjukkan bahwa nilai t pada tiap variabel yaitu nilai t pada variabel X1 adalah 26.56, nilai t pada variabel X2 adalah -6.19, nilai t pada variabel X3 adalah -2,72, nilai t pada variabel X4 adalah 1.14, nilai t pada variabel X5 adalah Nilai dari tiap variabel tersebut menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas pembenihan adalah variabel X1, X2, dan X3, karena nilai t hitung pada ketiga variabel tersebut lebih besar dari nilai t tabel (1,66). Faktor pendidikan dan umur sama sekali tidak mempengaruhi produktivitas, dalam pembenihan ini selain faktor fisik seperti benih dan pakan, pengalaman budidaya dan umur juga mempengaruhi produktivitas. Juarno et al. (2011) menyatakan bahwa pakan merupakan salah satu kendala dalam budidaya dimana ditinjau dari mahalnya harga pakan Indonesia yaitu 40% lebih tinggi dibandingkan China karena belum efesiennya pemasaran dan terkonsentrasinya pabrik pakan, selain itu penggunaan pakan berlebih berpotensi mencemari lingkungan dan meningkatkan serangan penyakit. Faktor lain yang tidak masuk ke dalam model tetapi mempengaruhi produktivitas seperti faktor cuaca dan faktor permintaan ikan yang sering menjadi kendala dalam kegiatan pembenihan ini. Melihat persamaan hasil regresi nilai koefisien sebesar -10,4 yang artinya ketika variabel-variabel bernilai nol maka nilai produktivitas akan menurun. Hal ini diduga bahwa ada variabel lain selain lima variabel yang menjadi parameter yang membuat produksi menurun. Hal lain yang mungkin menyebabkan hasil nilai koefisien yang negatif karena data yang didapat dari responden adalah data saat ini dan bukan data awal ketika responden memulai satu kegiatan budidaya
11 41 sehingga tidak teridentifikasi hal-hal lain yang menyebabkan menurunnya porduktivitas. Variabel yang bertanda positif berdasarkan hasil regresi adalah X1 (benih), X4 (pendidikan), dan X5 (umur) sebesar 1,91, 0,111, dan 0,283. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan bahwa setiap variabel tersebut bertambah maka produktivitas akan meningkat sebesar satuan tersebut. Secara model seperti yang sudah disajikan di Tabel 12 bahwa variabel X4 dan X5 dinyatakan tidak signifikan yang artinya variabel tersebut tidak mempengaruhi produktivitas namun pada kenyataannya X4 dan X5 ini bernilai positif pada produktivitas yang artinya semakin bertambahnya umur dan pendidikan maka akan bertambah kemampuan individu responden. Variabel yang bertanda negatif berdasarkan hasil regresi adalah X2 (pakan) dan X3 (pengalaman) sebesar 0,438 dan 0,374. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan bahwa setiap variabel tersebut bertambah maka produktivitas akan menurun sebesar satuan tersebut. Secara model yang disajikan pada tabel 11 X2 dan X3 dinyatakan signifikan atau berpengaruh terhadap produktivitas. Hasil negatif dari hasil regresi menunjukkan bahwa memang pada tingkat pembenihan ini tidak begitu menggunakan pakan pada produksinya karena memang benih ikan masih menggunakan pakan alami sebagai makanannya. Begitu juga pada faktor lama pengalaman, yang dibutuhkan adalah kemampuan individu (Skill) bukan lamanya seseorang berkecimpung dalam kegiatan budidaya.
12 42 B. Produktivitas Pendederan Hasil Regresi Produktivitas Pendederan Y = X X X X X5 Tabel 13. Analisis hasil regresi Produktivitas Pendederan Variabel Koefisien p-value T Keterangan X * Benih X * Pakan X Pengalaman X Pendidikan X Umur R-Square 86.6 % F hitung = Ttabel = 1,66 R-Square (adj) 85.3% Ftabel = 2,37 Ket : * Nyata pada taraf 5% Uji F dilakukan untuk menggambarkan pengaruh variabel independen secara serempak terhadap variabel dependen (Setyorini et al. 2009). Uji f dilakukan dengan cara membandingkan F hitung dengan F-tabel. Hasil model regresi linear diperoleh nilai F hitung sebesar dan F tabel 2,37, hal ini menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari F-tabel yang berarti bahwa secara keseluruhan faktor produktivitas : benih, pakan, luas lahan, lama pengalaman budidaya, pendidikan dan umur berpengaruh terhadap produktivitas pendederan. Uji t dilakukan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh dari variabel kelangsungan hidup benih (X1), konversi pakan (X2), lama pengalaman budidaya (X3), pendidikan (X4), dan umur (X5) terhadap produktifitas pendederan di Kabupaten Bandung. Apabila nilai t variabel lebih besar dari t tabel maka variabel tersebut signifikan, dan apabila nilai t variabel lebih kecil dari t tabel maka variabel tersebut tidak signifikan (Purnamasari 2008). Hasil dari model regresi (Tabel 13) menunjukkan bahwa nilai t pada tiap variabel yaitu nilai t pada variabel X1 adalah , nilai t pada variabel X2 adalah -2.37, nilai t pada variabel X3 adalah 0.80, nilai t pada variabel X4 adalah 0.26, nilai t pada variabel X5 adalah Nilai dari tiap variabel tersebut menunjukkan bahwa variabel yang
13 43 berpengaruh terhadap produktivitas pembenihan adalah variabel X1 dan X2, karena nilai t hitung kedua variabel tersebut lebih besar dari nilai t tabel (1,66). Berdasarkan hasil regresi dan evaluasi kriteria statistik, produktivitas pendederan dipengaruhi oleh jumlah benih yang ditebar, dengan nilai R-Square 86.6 %. Sisanya sebesar 13,4% merupakan faktor lain yang mempengaruhi produktivitas pendederan di kabupaten Bandung. Pada kegiatan pendederan ini kemungkinan berasal dari kualitas air yang semakin lama menurun kondisinya ditambah lagi dengan keadaan cuaca yang tidak stabil. Faktor pengalaman, pendidikan dan umur sama sekali tidak berpengaruh dalam produktivitas pendederan di Kabupaten Bandung. Pada masa pendederan ini tidak begitu banyak campur tangan pelaku budidaya sehingga tidak berpengaruh kepada produktivitas. Melihat hasil fungsi regresi, nilai koefisien sebesar 2,04 yang dapat diinterpretasikan dengan kondisi dimana variabel-variabel uji bernilai nol maka produktivitas akan bernilai positif. Variabel pada hasil regresi yang bertanda positif ada pada variabel X3 dan X4 yang masing-masing memiliki nilai 0,175 dan 0,045. Kondisi ini dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan nilai variabel maka akan bertambah nilai produktivitas sebesar satuan tersebut. Secara model variabel ini dikatakan tidak signifikan karena nilai T lebih besar dari T tabel. Dilihat di lapangan, pengalaman dan pendidikan memang berperan dalam berlangsungnya kegiatan budidaya, pengalaman yang lebih bisa memaksimalkan kondisi budidaya sehingga dapat memaksimalkan produktivitas, namun pada pendidikan ini memang yang menonjol pada responden adalah kemampuan individunya bukan pendidikan formal yang tertulis. Variabel yang bertanda negatif ada pada variabel X1, X2, dan X5 yang memiliki nilai masing-masing 1,16, 0,0634 dan 0,263. Kondisi ini dapat diinterpretasikan dengan penambahan variabel-variabel tersebut akan menurunkan produktivitas sebesar satuan tersebut. Pada Tabel 13 disebutkan bahwa X1 dan X2 adalah signifikan atau berpengaruh terhadap produktivitas. Namun berbeda pada
14 44 hasil regresi yang menunjukkan penambahan variabel tersebut akan menurunkan produktivitas. Kelompok budidaya ini mayoritas mengandalkan kualitas air dalam pemeliharaannya. Benih yang terlalu banyak belum tentu efisien mendapatkan produksi yang tinggi. Begitu juga pada kasus pakan, kelompok pendederan ini sangat sedikit menggunakan pakan untuk pemeliharaannya sehingga pada fungsi regresi bernilai negatif. C. Produktivitas Pembesaran Hasil Regresi Produktivitas Pembesaran Y = X X X X X5 Tabel 14. Analisis Hasil Regresi Produktivitas Pembesaran Variabel Koefisien p-value T Keterangan X * 5.08 Benih X * Pakan X * 3.88 Pengalaman X Pendidikan X * Umur R-Square 63.5% F hitung = T tabel=1,66 R-Square (adj) 60.1% F tabel = 2,37 Ket : * Nyata pada taraf 5% Uji F dilakukan untuk menggambarkan pengaruh variabel independen secara serempak terhadap variabel dependen (Setyorini et al. 2009). Uji f dilakukan dengan cara membandingkan F hitung dengan F-tabel. Hasil model regresi linear diperoleh nilai F hitung sebesar dan F tabel 2,37, hal ini menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari F-tabel yang berarti bahwa secara keseluruhan faktor produktivitas : benih, pakan, luas lahan, lama pengalaman budidaya, pendidikan dan umur berpengaruh terhadap produktivitas pendederan. Uji t dilakukan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh dari variabel kelangsungan hidup benih (X1), konversi pakan (X2), lama pengalaman budidaya (X3), pendidikan (X4), dan umur (X5) terhadap produktivitas pembesaran di Kabupaten Bandung. Apabila nilai t variabel lebih besar dari t tabel maka variabel
15 45 tersebut signifikan, dan apabila nilai t variabel lebih kecil dari t tabel maka variabel tersebut tidak signifikan (Purnamasari 2008). Hasil dari model regresi (Tabel 14) menunjukkan bahwa nilai t pada tiap variabel yaitu nilai t pada variabel X1 adalah 5,08, nilai t pada variabel X2 adalah -2,15, nilai t pada variabel X3 adalah 3,88, nilai t pada variabel X4 adalah -0,40, nilai t pada variabel X5 adalah Nilai dari tiap variabel tersebut menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas pembenihan adalah variabel X1,X2,X3 dan X5 karena nilai t hitung pada variabel tersebut lebih besar dari nilai t tabel (1,66). Berdasarkan hasil regresi dan evaluasi kriteria statistik, produktivitas pendederan dipengaruhi oleh jumlah benih yang ditebar, dengan nilai R-Square 63,5%. Sisanya sebesar 36,5% merupakan faktor lain yang mempengaruhi produktivitas pendederan di kabupaten Bandung. Pada kegiatan pembesaran ini faktor lain sebesar 36,5% kemungkinan berasal dari kemampuan individu (skill) dalam melakukan kegiatan budidaya lebih terlihat mempengaruhi hasil produksi dan produktivitas. Koefisien hasil regresi dalam kelompok pembesaran adalah 2,24 yang bisa diinterpretasikan dengan produktivitas akan bernilai 2,24 jika variabel-variabel uji bernilai nol. Variabel yang bernilai positif adalah x1, dan X3 yang merupakan benih dan pengalaman. Variabel bernilai positif tersebut dapat diinterprestasikan dengan penambahan nilai variabel akan menambah nilaii produktivitas sebesar satu satuan tersebut. Dalam kasus ini penambahan jumlah benih dan pengalaman terhadap kegiatan budidaya dapat menambah produktivitas. Variabel yang bernilai negatif adalah X2, X4 dan X5 yang diinterpretasikan dengan penambahan nilai pada variabel tersebut akan mengurangi nilai produktivitas sebesar satuan tersebut. Pada kasus ini penambahan pakan, pendidikan dan umur akan mengurangi produktivitas. Hal ini bisa karena penambahan pakan yang berlebih akan menyebabkan menurunnya kualitas air dan menyebabkan produksi menjadi menurun. Faktor yang mempengaruhi produktivitas dari dimensi luas dapat dilihat dalam Tabel 15.
16 46 Tabel 15. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas No. Kelompok Pembenihan Pendederan Pembesaran 1. Benih Benih Benih 2. Pakan Pakan Pakan 3. Pengalaman Budidaya - Pengalaman Budidaya Umur Pekerja Sumber : Data Primer (diolah) 2013 Berdasarkan tabel diatas faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah benih, pakan, pengalaman budidaya dan umur pekerja. Kualitas benih menjadi faktor utama yang mempengaruhi produktivitas. Benih yang digunakan oleh responden berasal dari Ciparay, Cianjur dan hasil dari pembenihan mandiri. Benih-benih tersebut tidak mendapat keluhan dari responden sehingga dapat kita katakan bahwa kualitas benih tersebut bagus. Pakan juga merupakan faktor utama yang mempengaruhi produktivitas. Penambahan pakan non komersial selain pemberian pakan komersial sangat membantu produksi yang mempengaruhi besar kecilnya produktivitas. Pengalaman dan umur responden juga turut menjadi faktor utama yang mempengaruhi produktivitas. Bertambahnya umur, bertambahnya pengalaman berbudidaya akan menambah ilmu yang akan membuat kemampuan individu (skill) para responden bertambah yang nantinya akan dapat memecahkan permasalahan budidaya sehingga dapat meningkatkan produktivitas budidaya.
V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG
45 V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 5.1 Karakteristik Petani Responden Penelitian dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bandung dengan Penentuan tempat pengambilan sampel memakai Cluster Sampling dimana penentuan tersebut dipilih
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA
BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai dengan Juni 2013 di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu (Lampiran 1), Pemilihan lokasi penelitian
Lebih terperinciBAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI
BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Kelompok Budi Daya Mitra Gemah Ripah merupakan salah satu kelompok usaha kecil menengah bidang perikanan darat yaitu budi daya udang galah. Kelompok usaha tersebut
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi
Lebih terperinciGambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur
Lebih terperinciI PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap
Lebih terperinciBAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan pengalaman dalam usahatani.
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan data primer yang diperoleh dari 84 orang petani sampel, maka dapat dikemukakan karakteristik petani sampel, khususnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Perikanan Kabupaten Bandung Secara astronomi Kabupaten Bandung terletak pada 107 22-108 50 Bujur Timur dan 6 41-7 19 Lintang Selatan. Berdasarkan tofografi, wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum 1.1. Geografi Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kota Metro Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara geografis terletak pada 5,6 0 5,8 0 lintang selatan dan 105,17 0-105,19
Lebih terperinciTabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kecamatan Pasekan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Kecamatan Pasekan merupakan salah satu dari 31 kecamatan yang ada di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Umur petani merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan usahatani. Umur berpengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam mengelola usahataninya.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Jatitujuh berada di wilayah Utara Kabupaten Majalengka dan berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama yang selalu dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Tetapi ada banyak hal yang menjadi kendala dalam produktivitas budidaya tanaman padi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi
Lebih terperinciVII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI
VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI Tingkat efisiensi ekonomi dari faktor-faktor produksi dapat dilihat dari besarnya rasio Nilai Produk Marjinal (NPM)
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur Karakteristik pembudidaya ikan KJA di Jatiluhur dilihat dari umur, pengalaman dan pendidikan.
Lebih terperinciVII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA
VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan
Lebih terperinciGambar 9. Peta Batas Administrasi
IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten
BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jawa. Budidaya lele berkembang pesat karena permintaan pasar yang tinggi,
I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele
Lebih terperinciBAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai
Lebih terperinciII. HASIL DAN PEMBAHASAN
II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi
Lebih terperinciVI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL
VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi. 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan Perkembangan luas lahan sawah dan produksi padi mengalami penurunan yang disebabkan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan
Lebih terperinciBAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro
61 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Metro Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro termasuk bagian dari Provinsi Lampung, berjarak 45 km dari Kota Bandar Lampung
Lebih terperinciditerangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Irigasi Teknis di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada Tabel 16 menunjukkan bahwa model yang
Lebih terperinciBAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN
46 BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Profil Desa Tawangrejo 1. Letak geografis Secara geografis Desa Tawangrejo
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Wilayah dan Topografi Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada 4 0 Lintang Selatan (LS) dan 03.5 0 Bujur Timur (BT). Kota Pagar Alam terletak di Provinsi Sumatera
Lebih terperinciTabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM Gambaran Lokasi Penelitian
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Lokasi Penelitian 5.1.1. Letak dan Keadaan Alam Kecamatan Babelan adalah kecamatan yang terletak di bagian utara Kebupaten Bekasi yang mempunyai garis pantai sepanjang 1,5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya sehari-hari. Berdasarkan data
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya sehari-hari. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2002, konsumsi beras
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Kentang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak ditanam oleh petani di Kecamatan Pasirwangi. Namun, pengelolaan usahatani kentang di daerah ini banyak memanfaatkan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lele (Clarias) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele (Clarias) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia. Pengembangan usaha budidaya lele semakin meningkat setelah masuknya
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu 6.1.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Tambak Karakteristik sosial ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang banyak dibudidayakan di Indonesia karena permintaannya terus meningkat setiap
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI
V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH
ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH 56 Intan Alkamalia 1, Mawardati 2, dan Setia Budi 2 email: kamallia91@gmail.com ABSTRAK Perkebunan
Lebih terperinciKONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR
Ba b 4 KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR 4.1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kecamatan Kuala Kampar memiliki potensi perikanan tangkap dengan komoditas ikan biang, ikan lomek dan udang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. energi dan serat kasar. Konsumsi ternak rumiansia akan hijauan makanan ternak ±
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hijauan makanan ternak merupakan salah satu komponen utama pakan ternak yang harus tersedia khususnya untuk ternak rumiansia sebagai sumber energi dan serat kasar. Konsumsi
Lebih terperinciVI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS
VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani paprika hidroponik di lokasi penelitian adalah model fungsi Cobb-Douglas dengan pendekatan Stochastic Production
Lebih terperinciVII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG
VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa penelitian yaitu Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Data profil Desa Tahun 2009 menyebutkan luas persawahan 80 ha/m 2, sedangkan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, dengan pertimbangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka 2. 1. Tinjauan Agronomis Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu Arabika dan Robusta. Sejarah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadan Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian Pada tahun 2003 Desa Salilama dimekarkan menjadi tiga desa, dimana Salilama bagian selatan berdiri menjadi
Lebih terperinciVII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI
VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG
e-j. Agrotekbis 2 (3) : 337-342, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG Feasibility Analysis Of Milkfish Farms
Lebih terperinciBAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.
43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, seperti Peru, Ekuador, dan Meksiko. Selanjutnya, tomat menyebar ke seluruh Amerika,
Lebih terperinciBAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH
67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian Organik Ada dua pemahaman umum tentang pertanian organik menurut Las,dkk (2006)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan ketinggian air yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari beberapa parameter uji (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Desa Sukajaya mempunyai luas 3.090,68 Ha dan jumlah penduduk
Lebih terperinciPola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan
Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 ISBN 978-602-19247-0-9 24 Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Gorontalo memiliki letak yang sangat strategis sebagai pusat akses lintas daerah karena posisinya berada di titik tengah wilayah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Variabel Pada penelitian yang penulis lakukan untuk menganalisis pengaruh yang terjadi antara luas lahan, pupuk, dan curah hujan terhadap hasil produktifitas padi sawah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat, tepatnya di Desa Karanglayung dan Desa Narimbang. Secara
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciKARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM
KARYA ILMIAH TENTANG BUDIDAYA PAKCHOI (brassica chinensis L.) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERPA JENIS PUPUK ORGANIK Oleh SUSI SUKMAWATI NPM 10712035 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I.
Lebih terperinciVII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL
VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL 7.1 Analisis Perbandingan Penerimaan Usaha Tani Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinci