Eva Nuraisah 1, Riana Irawati 2, Nurdinah Hanifah 3. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurachman No.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA

PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

PENGARUH MODE LEARNING CYCLE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA MAGNET

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Nita Yulinda 1, Riana Irawati 2, Diah Gusrayani 3. Jl. Mayor Abdurrachman No. 211 Sumedang 1 2

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERSTRATEGI THINK-TALK- WRITE TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PGSD OLEH:

BAB IV HASIL PENELITIAN. hanya pada ranah kognitif. Tes hasil belajar sebelum diperlakukan diberi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR KELAS IV PADA MATERI BILANGAN BULAT

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGARUH PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 7 Subjek Penelitian No Kelas / Sekolah Kelompok model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI PERISTIWA ALAM

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SD KELAS IV DALAM MATA PELAJARAN IPA PADA MATERI GAYA

PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP SIKAP PADA MATEMATEMATIKA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS SISWA IX SMP PANGUDI LUHUR SALATIGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

Uji perbedaan yang dilakukan adalah menguji rata-rata N-Gain hasil belajar ranah

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI PENDEKATAN PROBLEM-BASED LEARNING (PBL)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

HASIL PENELITIAN. Analisis Deskriptif

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARING CYCLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan pada BAB

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI ENERGI BUNYI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA KATOLIK DISAMAKAN MAKALE

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

Aam Ramina Ayu 1, Maulana 2,Yedi Kurniadi 3. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil Penilaian Kemampuan Berbicara Siswa Kelas Eksperimen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi PGSD OLEH : RATRI PUJI RAHMAHWATI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN Kumpulrejo 01 Salatiga

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN

Erna Siti Nur aini 1, Riana Irawati 2, Julia 3. Program Studi PGSD UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATERI DAUR AIR

PENGARUH PENGGUNAAN MODUL SEJARAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KESAMBEN JOMBANG SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012

Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 1 No.2 November 2015

Kelompok Tes Ketegori Rata-rata Simpangan Baku Pretes 5,38 1,44 Kelompok Postes 7,69 1,25 Eksperimen Hasil Latihan 2,31 0,19 Kelompok Kontrol

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PGSD OLEH :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kec. Kedungwaru Tulungagung tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini berlokasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

!"#$%#& Interval Kelas =!"#$"%#$"!"#$%&'(

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING DIDUKUNG MEDIA REALIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Subjek dan Pelaksanaan Penelitian Gambaran Umum Subjek penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Rina Yuli Andrianti 1, Riana Irawati 2, Ali Sudin 3. Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cilegon yang berlokasi di Jl.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI TRUE OR FALSE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS SCIENTIFIC DISCOVERY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 SDN Mangunsari 07 Salatiga Eksperimen % 2 SDN 03 Karangrejo Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. serta sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Untuk mengetahui

BAB IV HASIL PENELITIAN. yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitiam. Variabel-variabel yang

Transkripsi:

Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PERBEDAAN PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN Eva Nuraisah 1, Riana Irawati 2, Nurdinah Hanifah 3 123 Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang 1 Email: eva.nuraisah@student.upi.edu 2 Email: rianairawati@upi.edu 3 Email: nurdinah.hanifah@upi.edu Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional maupun pendekatan kontekstual, 2) mengetahui ada tidaknya perbedaan antara penggunaan pembelajaran konvensional dengan pendekatan kontekstual terhadap kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa. Metode yang digunakan yaitu eksperimen dengan desain kelompok kontrol pretes-postes. Populasinya adalah seluruh siswa SDN 3 Karangsembung Kecamatan Karangsembung Kabupaten Cirebon. Sementara, sampelnya adalah siswa kelas IVA (kelas eksperimen) dan siswa kelas IVB (kelas kontrol). Instrumen yang digunakan berupa soal tes kemampuan berpikir kritis matematis, lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa, angket dan jurnal harian siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa yang menggunakan pendekatan kontekstual lebih baik secara signifikan dengan konvensional. Selain itu, kinerja guru yang optimal dan aktivitas siswa yang baik menjadi faktor pendukung pembelajaran kontekstual. siswa merespon positif terhadap pembelajaran. Kata Kunci: Pendekatan Kontekstual, Berpikir Kritis Matematis, Motivasi Belajar PENDAHULUAN Kemampuan berpikir kritis matematis akan membantu siswa dalam menentukan kebenaran informasi yang disajikan dan membantu siswa menyadari pemikiran yang tidak logis. Karena pada dasarnya, tujuan diberikannya matapelajaran matematika pada pendidikan dasar adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan yang selalu berkembang melalui 291

Eva Nuraisah, Riana Irawati, Nurdinah Hanifah latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien dan efektif. Mengenai berpikir kritis, DePorter dan Hernacki (dalam Maulana, 2008, hlm. 4) menyatakan, Berpikir kritis adalah berlatih atau memasukkan penilaian atau evaluasi yang cermat, seperti menilai kelayakan suatu gagasan atau produk. Tujuan pengembangan kurikulum adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang diperlukan untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat (Permendikbud, 2013). Dengan mengetahui seberapa besar pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari, maka siswa tidak akan lagi menganggap matematika sebagai matapelajaran yang menyulitkan ataupun membosankan. Matematika dirasakan sulit oleh siswa karena banyak guru yang mengajarkan matematika dengan materi dan metode yang tidak menarik, dimana guru menerangkan sementara siswa mencatat (Diba, Zulkardi, & Saleh, 2009, hlm. 5). Oleh karena itu, guru harus mampu mengajarkan matematika melalui suatu pendekatan yang tepat agar dapat membantu siswa memahami apa yang sedang dipelajari. Sagala (2005, hlm. 68) mengemukakan bahwa, Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Dengan demikian, pendekatan dalam pembelajaran adalah suatu cara penyajian materi yang akan ditempuh oleh guru atau siswa dalam rangka mempermudah pencapaian suatu tujuan pembelajaran. Memilih dan menggunakan suatu pendekatan dalam pembelajaran penting dilakukan, karena penggunaan suatu pendekatan dalam pembelajaran dapat memungkinkan siswa untuk belajar aktif, sehingga tercipta suatu kondisi dan situasi belajar yang optimal. Salahsatu pendekatan pembelajaran yang perlu dikembangkan adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan pembelajaran kontekstual ini merupakan pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan yang siswa miliki dalam berbagai macam bidang, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu siswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam suatu situasi, misalnya dalam bentuk simulasi dan masalah yang memang ada di dunia nyata. Sanjaya (2006, hlm. 253) juga mengatakan bahwa, Pendekatan kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Sujana (2014, hlm. 138) yang menyatakan bahwa, Pembelajaran kontekstual dapat dilakukan secara REALITA, yaitu Related, Easy, Applying, Lesson, Interesting, Transferring, Actual. Pendekatan kontekstual membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa 292

Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan siswa sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika siswa belajar. Dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual, diharapkan siswa dapat memiliki kemampuan berpikir kritis. Hal ini dikarenakan pendekatan kontekstual memiliki tujuh prinsip pembelajaran yaitu kontruktivisme (constructivism), penemuan sendiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Dalam pembelajaran kontekstual disediakan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pengalaman sehingga akan muncul motivasi untuk belajar. Jika seorang siswa sudah memiliki motivasi dalam belajar, maka siswa akan menyadari kebutuhannya dalam memperoleh pengetahuan yang dapat dipergunakannya dalam kehidupan seharihari. Oleh karena itu, guru sebagai fasilitator dan motivator memiliki peran yang sangat penting untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa. Guru juga diharapkan dapat memfasilitasi agar siswa mampu berpikir oleh dirinya sendiri, karena itu merupakan tujuan penting dari pengembangan kemampuan berpikir kritis matematis. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada materi pecahan berpenyebut sama. 2. Untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual pada materi pecahan berpenyebut sama untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara penggunaan pembelajaran konvensional dengan pendekatan kontekstual terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada materi pecahan berpenyebut sama, untuk mengetahui adanya peningkatan motivasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada materi pecahan berpenyebut sama, untuk mengetahui adanya peningkatan motivasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual pada materi pecahan berpenyebut sama, dan untuk mengetahui gambaran respon siswa terhadap penggunaan pendekatan kotekstual pada materi pecahan berpenyebut sama. METODE PENELITIAN Metode Eksperimen merupakan metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan desain kelompok kontrol pretes-postes. dan pengelompokkannya secara acak atau random. Adapun bentuk desainnya menurut Maulana (2009, hlm. 24), adalah sebagai berikut. A 0 X 0 A 0 0 293

Eva Nuraisah, Riana Irawati, Nurdinah Hanifah Keterangan: A : pemilihan secara acak 0 : pretes dan postes X : perlakuan pada kelas ekperimen yaitu penggunaan model pembelajaran Discovery deskriptif dan inferensial. Sementara data kualitatif terdiri dari lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa, angket serta jurnal harian siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 3 Karangsembung Kecamatan Karangsembung Kabupaten Cirebon. Subjek Penelitian Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa SDN 3 Karangsembung Kecamatan Karangsembung Kabupaten Cirebon. Sementara sampel yang digunakan yaitu siswa kelas IV A SDN 3 Karangsembung sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas IV B SDN 3 Karangsembung sebagai kelas kontrol. Pemilihan sampel tersebut dilakukan secara random kelompok. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes soal kemampuan berpikir Kritis matematis siswa, angket motivasi belajar siswa, lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa, angket, dan jurnal harian siswa. Instrumen tes ini diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Prosedur penilaian terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan pengolahan data. Penelitian ini diawali dengan pemberian pretes dan angket mengenai motivasi belajar siswa di kelas ekperimen dan kontrol. Hasil pretes dan motivasi awal belajar siswa menunjukkan bahwa kemampuan awal dan motivasi siswa di kelas eksperimen dan kontrol sama. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa dan motivasi belajar siswa di kelas eksperimen dan kontrol awalnya masih rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata pretes kelas eksperimen dan kontrol yaitu 56,17 dan 61,33, sedangkan motivasi awal belajar siswa kelas eksperimen mendapatkan nilai rata-rata 58,67 dan 59,13 untuk rata-rata nilai motivasi belajar siswa kelas kontrol. Untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, dilakukan pembelajaran sebanyak empat kali pertemuan. Pembelajaran matematika di kelas eksperimen menggunakan pendekatan kontekstual sedangkan di kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional. Selanjutnya dilakukan postes untuk mengetahui adanya peningkatan yang terjadi setelah diberikan perlakuan. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang dirumuskan. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Adapun teknik pengolahan data terdiri dari data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif terdiri dari instrumen tes dan non tes menggunakan angket motivasi belajar siswa yang diolah dengan menggunakan statistik Rata-rata nilai postes kelas eksperimen yaitu 74,75 sedangkan kelas kontrol 64. Dari data postes tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa di kelas eksperimen, namun pada kelas kontrol tidak terjadi peningkatan 294

Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) yang signifikan. Lebih jelasnya perhatikan tabel di bawah ini. Tabel 1. Data Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Eksperimen dan Kontrol Kelompok Rata-rata Pretes Rata-Rata Postes Eksperimen 56,17 74,75 Kontrol 61,33 64 Sementara itu, nilai akhir angket motivasi belajar siswa kelas eksperimen sebesar 75,76 dan kelas kontrol mendapatkan nilai rata-rata sebesar 63,9. Tabel 2. Data Awal dan Akhir Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol Kelompok Rata-rata Awal Rata-Rata Akhir Eksperimen 58,67 75,76 Kontrol 59,13 63,9 Hal ini terjadi karena kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar awal siswa di kelas eksperimen dan kontrol sama. Namun, hal tersebut belum cukup untuk menggambarkan signifikansi peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi siswa di kelas eksperimen dan kontrol. Oleh karena itu, dilakukan uji hipotesis. Pada uji hipotesis ini, akan dibandingkan hasil pretes dan postes kelompok kontrol untuk mengetahui adanya peningkatan atau tidak. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas di kelas eksperimen, diketahui bahwa data pretes normal dan data postes normal serta homogen. Oleh karena itu, dilakukan uji independent samples t-tes yang menunjukkan nilai t-hitung < t-tabel (1,192 < 2,048) dan signifikansinya yaitu (0,238 > 0,05), maka H0 diterima artinya bahwa pembelajaran konvensional tidak dapat matematis siswa pada materi pecahan secara signifikan. Seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini. Sementara itu, berdasarkan hasil uji hipotesis 2 mengenai adanya pengaruh pendekatan kontekstual terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis di kelas eksperimen menggunakan uji independent samples t-test dengan taraf signifikansi = 0,05 yang menunjukkan nilai t-hitung > t-tabel (9,613 > 2,048) dan signifikansi (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak, artinya pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada materi pecahan secara signifikan. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dilakukan uji beda rata-rata dari hasil postes. Hal ini didasarkan pada kemampuan awal siswa yang sama. Berdasarkan hasil analisis postes, diperoleh data yang berdistribusi normal pada kedua 295

Eva Nuraisah, Riana Irawati, Nurdinah Hanifah kelompok hasil uji normalitas dan hasil uji homogenitas Levene s. Selanjutnya, dilakukan uji indpendent samples t-test menunjukkan nilai t-hitung > t-tabel (5,381 > 2,002) dan signifikansi (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak, artinya bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang menggunakan pendekatan kontekstual lebih baik secara signifikan dibandingkan pembelajaran konvensional. Dari hasil uji hipotesis 4 mengenai adanya pengaruh pembelajaran konvensional terhadap peningkatan motivasi belajar siswa di kelas konrol yang menggunakan uji indpendent samples t-test memperoleh nilai t-hitung < t-tabel (1,839 < 2,048) dan signifikansinya yaitu (0,071 < 0,05) maka H0 diterima, artinya bahwa pembelajaran konvensional tidak dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas kontrol. Untuk hasil uji hipotesis 5 mengenai adanya pengaruh pendekatan kontekstual terhadap peningkatan motivasi belajar siswa di kelas eksperimen menggunakan uji indpendent samples t-test memperoleh nilai t-hitung > t-tabel (5,381 > 2,048) dan signifikansinya yaitu (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak, artinya bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas eksperimen. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut ini. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan motivasi belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dilakukan uji beda rata-rata dari hasil postes. Hal ini didasarkan pada kemampuan awal siswa yang sama. Berdasarkan hasil analisis postes, diperoleh data yang berdistribusi normal pada kedua kelompok hasil uji normalitas dan hasil uji homogenitas Levene s. Selanjutnya, dilakukan uji indpendent samples t-test menunjukkan nilai t-hitung > t-tabel (5,499 > 2,002) dan signifikansi (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak, artinya peningkatan motivasi belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konvensional secara signifikan. Seperti halnya yang ada pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Uji Beda Rata-rata Data Gain Motivasi Belajar T Df Sig. (2- tailed) t-test for Equality of Means Mean Difference Std. Error Differen ce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Gain_motivasi _belajar Equal variances assumed Equal variances not assumed 9.689 58.000.30200.03117.23961.36439 9.689 39.559.000.30200.03117.23898.36502 296

Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) Perbedaan peningkatan motivasi belajar tersebut, disebabkan oleh pemberian perlakuan atau pendekatan pembelajaran yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut, pendekatan kontekstual lebih baik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Pada pendekatan kontekstual terdapat komponen yang dapat meningkatkan motivasi ekstrinsik siswa, di antaranya ialah komponen masyarakat belajar. Sebagaimana menurut Sanjaya (2006) bahwa salahsatu komponen dalam pendekatan kontekstual ialah masyarakat belajar. Dalam masyarakat belajar, siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi pengetahuan yang dimilikinya dan bekerjasama untuk menyelesaikan permasalahan. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen aktivitas siswa lebih mendominasi dibandingkan aktivitas guru. Selain itu, pembelajaran kontekstual erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa akan merasa butuh untuk mempelajarinya. Selanjutnya, berdasarkan hasil observasi, angket, jurnal harian siswa diperoleh respon yang positif terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan kontekstual dan konvensional. Namun, respon positif siswa yang menggunakan pendekatan kontekstual lebih banyak daripada konvensional. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang dilakukan dapat diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional tidak dapat matematis siswa secara signifikan pada materi pecahan. Kondisi tersebut terlihat dari hasil perhitungan uji beda rata-rata pretes dan postes di kelas kontrol dengan menggunakan uji independent samples t- tes yang menunjukkan nilai t-hitung < t- tabel (1,192 < 2,048) dan signifikansi (0,238 > 0,05) maka H0 diterima, artinya bahwa pembelajaran konvensional tidak dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada materi pecahan secara signifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional tidak dapat matematis siswa pada materi pecahan secara signifikan. Hal ini terjadi karena siswa bosan dengan metode pembelajaran yang berpusat pada guru tanpa adanya unsur keaktifan siswa dalam proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di kelas kontrol. 2. Pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual terbukti berhasil matematis siswa secara signifikan pada materi pecahan. Kondisi tersebut terlihat dari hasil perhitungan uji beda rata-rata pretes dan postes di kelas eksperimen dengan menggunakan uji independent samples t-test dengan taraf signifikansi = 0,05 yang menunjukkan nilai t-hitung > t- tabel (9,613 > 2,048) dan signifikansi (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak, artinya pembelajaran kontekstual dapat matematis siswa pada materi pecahan secara signifikan. Rata-rata nilai postes kemampuan berpikir kritis matematis 297

Eva Nuraisah, Riana Irawati, Nurdinah Hanifah lebih tinggi daripada rata-rata nilai pretes kemampuan berpikir kritis matematis di kelas eksperimen. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat matematis siswa pada materi pecahan secara signifikan. Hal tersebut juga didukung dengan adanya aktivitas siswa aktif selama pembelajaran dan kinerja guru yang baik dalam pelaksanaanya, dengan mengoptimalkan komponenkomponen pembelajaran kontekstual. Selain itu, respon siswa yang positif terhadap pembelajaran dapat mendukung peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis. 3. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih baik dalam meningkatkan kemampuan bepikir kritis matematis siswa dibanding pembelajaran konvensional secara signifikan. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan beda rata-rata postes yang menggunakan uji indpendent samples t- test menunjukkan nilai t-hitung > t-tabel (5,381 > 2,002) dan signifikansi (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak, artinya bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang menggunakan pendekatan kontekstual lebih baik secara signifikan dibandingkan pembelajaran konvensional. Pada hasil uji tersebut nilai t- tabel positif, artinya rata-rata nilai postes kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai postes kemampuan berpikir kritis kelas kontrol. Dengan demikian, terdapat perbedaan kemampuan akhir berpikir kritis matematis siswa di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hal ini terjadi karena pembelajaran konvensional dalam penelitian ini tidak memiliki komponenkomponen dalam pembelajaran kontekstual seperti inkuiri, konstruktivisme dan penilaian nyata. 4. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan konvensional tidak dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara signifikan pada materi pecahan berpenyebut sama. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil penghitungan uji beda rata-rata motivasi belajar siswa kelas kontrol dengan uji-t berpasangan (paired sampel t-test) dengan taraf signifikansi = 0,05 P-value (Sig 1-tailed) sebesar 0,000. Hasil yang diperoleh nilai t-hitung < t-tabel (1,839 < 2,048) dan signifikansi (0,071 < 0,05) maka H0 diterima, artinya pembelajaran konvensional tidak dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas kontrol. 5. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas secara signifikan pada materi pecahan berpenyebut sama. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil penghitungan uji beda rata- rata dengan uji-t berpasangan (paired sampel t-test) dengan taraf signifikansi = 0,05, didapat nilai t-hitung > t-tabel (5,381 > 2,048) dan signifikansi (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak, artinya bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas eksperimen. Pada hasil uji tersebut 298

Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) nilai t-tabel positif, artinya motivasi belajar siswa sesudah dilakukannya pembelajaran materi pecahan lebih tinggi daripada motivasi belajar siswa sebelum dilakukannya pembelajaran materi pecahan di kelas eksperimen. Dengan demikian, pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas eksperimen secara signifikan. Hal ini membuktikan bahwa pendekatan kontekstual merupakan salahsatu pendekatan yang cocok untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Peningkatan motivasi belajar siswa diperoleh karena pembelajaran yang dirancang dilakukan seaktual mungkin akan membuat siswa termotivasi karena merasa butuh untuk mengatasi permasalahan kehidupan sehari-hari yang menggunakan matematika. Selain itu, pemberian reward seperti memberikan bintang atau hal lainnya akan meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditandai dengan antusiasnya siswa saat proses diskusi. Dengan demikian pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual bila dilaksanakan secara optimal maka dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi pecahan berpenyebut sama secara signifikan. 6. Peningkatan motivasi belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan kontekstual lebih baik secara signifikan dibandingkan peningkatan kemampuan motivasi belajar siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil penghitungan uji beda rata-rata skor akhir motivasi belajar untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan uji-t (independent sampels t-test) dengan asumsi kedua varians tidak homogen (equel variance not assumed) dengan taraf signifikansi = 0,05 diperoleh P-value (Sig 2- tailed) sebesar 0,0025. Hasil yang diperoleh nilai t-hitung > t-tabel (5,499 > 2,002) dan signifikansi (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak, artinya peningkatan motivasi belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konvensional secara signifikan. Pada hasil uji tersebut nilai t- tabel positif, artinya motivasi belajar siswa sesudah dilakukannya pembelajaran materi pecahan di kelas eksperimen lebih tinggi daripada motivasi belajar siswa kelas kontrol. 7. Dengan demikian, peningkatan motivasi belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konvensional secara signifikan. Hal lain yang menyebabkan pendekatan kontekstual lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional yaitu adanya komponen masyarakat belajar dan pemberian reward pada siswa di kelas eksperimen. Dengan masyarakat belajar dapat memberikan nuansa baru dalam belajar serta siswa bisa saling bekerjasama dalam menyelesaikan 299

Eva Nuraisah, Riana Irawati, Nurdinah Hanifah permasalahan matematika. Selain itu, dengan adanya pemberian reward yang tepat dapat meningkatkan antusias siswa dalam belajar matematika. 8. Secara umum respon siswa terhadap pembelajaran matematika tentang pecahan dengan pendekatan kontekstual yaitu positif. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang dilaksanakan di kelas eksperimen direspon baik oleh siswa. Siswa merasa senang belajar matematika dengan pendekatan kontekstual. Hal tersebut karena pembelajaran kontekstual erat kaitannya dengan kehidupan nyata siswa sehingga pembelajaran pecahan berpenyebut sama ini dikemas dalam masalah kehidupan sehari-hari siswa. Selain itu, dalam proses pembelajarannya menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi pembelajaran. Tidak seperti pembelajaran konvensional yang menempatkan siswa sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif. Dalam pembelajaran kontekstual siswa didorong untuk aktif membangun pengetahuannya sendiri sehingga terhindar dari pembelajaran yang monoton. Siswa di kelas eksperimen sangat antusias dalam proses pembelajaran. Hal tersebut ditandai dengan siswa saling berebut menjawab soal atau menyampaikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas karena ingin mendapatkan bintang sebagai tanda siswa aktif. Hal tersebut didukung dengan data aktivitas siswa di kelas eksperimen dengan perolehan rata-rata persentase tiap pertemuan sebesar 72.86% dan ditafsirkan ke dalam aktivitas tinggi. DAFTAR PUSTAKA Farah Diba, Zulkardi, & Trimurti Saleh. (2009). Pengembangan materi pembelajaran bilangan berdasarkan pendidikan matematika realistik untuk siswa kelas V sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Matematika (volume 3. Nomor 1, Juni 2009). Hlm. 4-5. Kemendikbud. (2013). Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Maulana. (2008). Dasar-dasar keilmuan matematika. Subang: Royyan Press. Sagala, S. (2005). Konsep dan makna pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Sujana, A. (2014). Pendidikan IPA, teori dan praktik. Bandung: Rizqi Press. Sumarmo, U. (2011). Pembinaan karakter, berpikir tingkat tinggi dan disposisi matematik, kesulitan guru dan siswa serta alternatif solusinya. Makalah disajikan dalam kuliah Matrikulasi SPS UPI 2011. 300