PEMBUATAN MODEL INDIKATOR TEMPERATUR-WAKTU UNTUK MONITORING KUALITAS PRODUK UDANG DAN DAGING SAPI BEKU

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

PENENTUAN MASA SIMPAN WAFER STICK DALAM KEMASAN PLASTIK LAMINASI MAKALAH KOMPREHENSIF OLEH: TANIA MULIAWATI

Mochamad Nurcholis, STP, MP. Food Packaging and Shelf Life 2013

Pendinginan dan Pembekuan. Kuliah ITP

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

METODOLOGI PENELITIAN

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak


UMUR SIMPAN. 31 October

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun,

PAPER BIOKIMIA PANGAN

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP

I PENDAHULUAN. dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGENDALIAN MUTU PAD A PABRIK PEMBEKUAN lkan LEMURU

STUDI KEAMANAN SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTAMADYA MALANG (KAJIAN DARI MUTU MIKROBIOLOGIS DAN NILAI GIZI)

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Menimbang : Mengingat :

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

Pengeringan Untuk Pengawetan

PLASTIK SEBAGAI BAHAN KEMASAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN (oleh: Bambang S. Ariadi)

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

PENDUGAAN MASA KADALUWARSA DENDENG LUMAT IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) PADA KEMASAN ALUMINIUM FOIL. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

APLIKASI ASAM LAKTAT DARI LIMBAH KUBIS UNTUK MENINGKATKAN UMUR SIMPAN TAHU

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK NUGGET IKAN DENGAN MERK DAGANG Fish Nugget So Lite. Shelf Life Estimation of So Lite Fish Nugget

BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI

Teti Estiasih - THP - FTP - UB

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna. memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian. Oleh: TIRTA TIARA NUSAPUTRI

PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN BEKU DAN THAWING TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIAWI DAGING HALUS IKAN LELE (Clarias batrachus) VAR SANGKURIANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri dalam bidang pertanian sudah berkembang cukup

PEMANFAATAN SENYAWA FOSFAT DALAM MEMPERTAHANKAN KUALITAS UDANG BEKU MAKALAH KOMPREHENSIF

Pembekuan. Shinta Rosalia Dewi

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

PENGANEKARAGAMAN PRODUK GULA KELAPA MENJADI GULA SEMUT DENGAN PENGEMASAN SEBAGAI PRODUK PARIWISATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN

1 BAB I. PENDAHULUAN

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi jenis ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) secara sepintas

TEKNOLOGI HASIL TERNAK. Kuliah ke 2

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

Materi 14 Manajemen Produksi Tanaman Pengelolaan Hasil dan Pemasaran. Benyamin Lakitan

BABI PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh Samudera

Souvia Rahimah Pengemasan Ikan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK MI INSTAN DARI PATI SAGU DENGAN METODE AKSELERASI

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

perubahan baik fisik maupun kimiawi yang dikehendaki ataupun yang tidak dikehendaki. Di samping itu, setelah melalui proses pengolahan, makanan tadi

KAJIAN PENENTUAN UMUR SIMPAN PRODUK WAFER STICK MAKALAH KOMPREHENSIF

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

Open Shelf-Life Dating

PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BAB IV PENGEMASAN VACUUM DAN CUP SEALER

APLIKASI PENGENDALIAN MUTU PADA PABRIK SUSU STERILISASI ULTRA HIGH TEMPERATURE PLAIN YANG BERKAPASITAS L PRODUK/HARI MAKALAH KOMPREHENSIF

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

BAHAN AJAR TEKNIK PENDINGINAN Dan PEMBEKUAN

PERENCANAAN UNIT COLD STORAGE DAN GUDANG UDANG BLACK TIGER PDTO IQF DENGAN KAPASITAS 7 TON PER HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENENTUAN KADALUWARSA PRODUK PANGAN

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni Di

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PERUBAHAN MUTU ABON IKAN MARLIN (Istiophorus sp.) KEMASAN VAKUM - NON VAKUM PADA BERBAGAI SUHU PENYIMPANAN DAN PENDUGAAN UMUR SIMPANNYA

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayur umbi

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

9/13/2012. penyimpanan maupun pengolahan, maka diharapkan dapat meminimalkan penurunan mutu terutama mutu gizi pada bahan makanan tersebut.

PEMBEKUAN PEMBEKUAN PEMBEKUAN 10/4/2012

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2009

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB III BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

EVALUASI CEMARAN BAKTERI PADA SUSU SAPI SEGAR DALAM DISTRIBUSI SUSU DI KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI. Oleh : JAAFAR RIFAI

Pendahuluan, Telur Cair, Telur Asin

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan hortikultura meningkat setiap tahunnya, tetapi hal tersebut

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

Transkripsi:

PEMBUATAN MODEL INDIKATOR TEMPERATUR-WAKTU UNTUK MONITORING KUALITAS PRODUK UDANG DAN DAGING SAPI BEKU Isti Pudjihastuti, Margaretha Tuti Susanti PSD 3 Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jln: Prof Sudarto,SH Tembalang Semarang Abstract Freezing is one way of preserving food for maintaining the quality before consumption. Frozen foods which are now circulating in the supermarket are not given yet a tool to monitor whether the food is never experienced thawing (melting) for some period. In the frozen product that has undergone uncontrolled thawing will increase microbial content rapidly at increasing temperature 10 0 C. In this study the temperature-time estimator tool manufactured for frozen beef products and shrimp. This estimator tool consists of citric acid and blue litmus paper. The response will appear in blue litmus paper that changes the color becomes red when positioned at the undesired temperature. In this study, the temperature-time estimator tool is made from citric acid 1.1%, cotton and litmus paper packed in cellophane. The response is influenced by the position of estimator tool and this tool-time temperature estimator can be applied for frozen beef products and shrimp. Keywords: beef, frozen, indicators, shrimp PENDAHULUAN Produk makanan beku seperti: udang, ikan, daging, susu, es krim biasanya pada didistribusi jarak jauh memerlukan waktu cukup lama, dan harus disimpan pada temperatur beku. Agar bahan makanan dapat diketahui tetap terjaga kualitasnya sampai saat dikonsumsi, diperlukan suatu alat yang dapat memantau atau menduga kondisi bahan makanan beku tersebut, apakah sudah pernah mengalami thawing (pencairan). Produk beku yang telah mengalami thawing akan mengalami kerusakan sifat fisika, kimia, biologis ataupun kenaikan jumlah bakteri, yang mengakibatkan keamanan pangan menurun. Sehingga pencairan produk beku ini perlu dihindari. Untuk melindungi konsumen, agar pada saat mengkonsumsi produk beku tersebut dapat mengetahui kualitasnya dari alat penduga yang dipasang. Manfaat alat penduga bagi produsen, distributor, maupun pengecer agar dapat menghindari klaim yang merugikan dari konsumen. Pada saat ini konsumen menjadi semakin kritis dalam memilih suatu produk makanan yang di tawarkan. Konsumen selain memilih produk makanan dengan kenampakan yang menarik juga menginginkan masa simpan yang lebih lama, mudah untuk disiapkan dan digunakan (Labuza dkk, 1991). International institute of refrigeration memperkirakan kerusakan produk makanan mencapai 10 %, sedangkan National Academic of Science (USA) melaporkan kehilangan yang terjadi selama distribusi sebanyak 1-16 % (1-3 % pada makanan beku, 1-4 % pada produk susu, 10-16% pada produk segar) (Labuza dkk, 1991). Pembekuan merupakan salah satu cara pengawetan agar makanan tersebut terjaga kualitasnya sebelum dikonsumsi. Makanan beku yang sekarang beredar di swalayan tidak diberi satu alat untuk memonitor apakah makanan tersebut pernah mengalami pencairan (thawing) selama beberapa waktu. Pada produk beku yang telah mengalami thawing yang tak terkendali akan menaikkan kandungan mikroba, secara cepat pada kenaikkan temperatur 10 0 C (Joko,1990). Faktor yang berpengaruh dalam mempertahankan mutu produk makanan beku selama disimpan beku adalah 29

komposisi dan mutu produk mula mula, perlakuan pendahuluan sebelum dibekukan., pengemasan produk dan kondisi penyimpanan. Kondisi penyimpanan, penanganan dan distribusi merupakan titik kendali kritis (Critical con trol point). Yang sangat penting meliputi sifat fisika, kimia, enzimatis dan mikrobiologis yang berperan pada mutu makanan beku Kondisi temperatur yang tidak sesuai selama penanganan, distribusi dan penyimpanan akan menyebabkan penurunan mutu dan keamanan produk makanan untuk dikonsumsi menjadi diragukan. Suatu produk makanan beku setelah keluar dari pabrik dan didistribusikan kualitasnya akan ditentukn oleh pengaruh disekitarnya antara lain temperatur, komposisi udara, cahaya, kelembaban, tekanan mekanis selama transportasi dan juga kesalahan penanganan konsumen akan mempercepat kerusakan kualitas yang akan menimbulkan gangguan kesehatan, apabila makanan tersebut dikonsumsi (Norman, 1990). Idealnya diperlukan suatu cara yang efektif dan murah untuk memonitor kondisi temperatur produk selama distribusi maupun penyimpanan yang berupa alat penduga temperatur bekuwaktu.alat penduga ini dapat didiskripsikan sebagai berikut: peralatan sederhana yang dapat ditempel pada produk makanan dan dapat menunjukkan secara mudah perubahan tempertur beku waktu, yang menggambarkan temperatur yang pernah dialami oleh produk makanan. Alat penduga temperatur waktu dapat diklasifikasikan beberapa macam, antara lain: 1. Alat penduga temperature kritis. Alat penduga temperatur kritis (CTI), menunjukkan perlakuan temperatur diatas atau dibawah temperatur referensi. Alat penduga ini melibatkan elemen waktu tetapi tidak dimaksudkan untuk menunjukkan sejarah dari perlakuan temperatur diatas atau dibawah temperatur kritis. Alat ini hanya menunjukkan bahwa produk telah pernah menerima temperatur yang tidak diinginkan selama beberapa waktu yang cukup untuk menyebabkan perubahan kritis keamanan atau mutu makanan sebagai hasil dari reaksi fisika, kimia dan mikrobiologis. 2. Integrator temperatur- waktu kritis. Integrator temperatur waktu kritis (CTTI) menunjukkan gambaran respon penerimaan temperature waktu kumulatif diatas temperature referensi. Alat penduga ini berguna untuk beberapa reaksi penting yang mepengaruhi temperatur atau keamanan produk makanan yang diukur hanya diatas temperatur kritisnya. 3. Alat penduga temperatur waktu Alat penduga temperatur waktu (TTI) memberikan respon ketergantungan temperatur secara terus menerus. Alat penduga ini tergabung dalam satu pengukuran, menunjukkan perjalanan penuh temperatur - waktu yang dialami dari permulaan. Alat penduga ini secara teoritis dapat dikorelasikan antara ketergantungan temperatur secara kontinyu dengan reaksi kehilangan mutu pada produk makanan. Secara luas istilah alat penduga temperatur waktu digunakan untuk semua peralatan atau sistem yang menunjukkan semua jenis alat penduga temperatur waktu. ALAT PENDUGA YANG AKAN DIBUAT Alat penduga ini terdiri dari asam sitrat dan kertas lakmus biru. Responnya akan tampak dalam perubahan warna kertas lakmus biru menjadi merah bila berada pada temperatur yang tidak diinginkan (Taoukokis dkk, 1989). 30

Asam sitrat digunakan dengan alasan mudah diperoleh, harganya murah, tidak toksik dan bila direaksikan dengan kertas lakmus biru dalam jumlah yang sedikit sudah dapat menunjukkan perubahan warna yang jelas. Asam sitrat merupakan asam lemah dengan Ka = 1,82 x 10-5. Asam ini berbentuk cair dan mudah larut dalam air. Asam ini banyak digunakan sebagai pengawet makanan karena harganya murah, mudah diperoleh dan toksisitasnya rendah (Tranggono dkk, 1988). Kertas lakmus merupakan bahan yang banyak digunakan sebagai alat penduga asam atau basa suatu larutan. Kertas lakmus ada dua macam, yaitu: Kertas lakmus merah Kertas lakmus ini akan berubah warnanya dari merah menjadi biru jika berada dalam larutan suasana basa. Kertas lakmus biru Kertas lakmus ini akan berubah warnanya menjadi merah jika berada dalam larutan suasana asam. Alat penduga asam sitrat kertas lakmus dibuat dengan cara melarutkan asam sitrat dalam air yang mengandung ester asam lemak. Jenis dan konsentrasi ester asam lemak yang akan dipergunakan dipilih berdasarkan kemampuannya memodifikasi titik cair yang dikehendaki. Larutan yang mengandung ester asam lemak dan asam sitrat dibekukan ditempatkan dalam suatu cetakan, kemudian dimasukkan dalam pipa plastik, pipa plastik yang lain berisi kertas lakmus dan absorber yang dapat merambatkan cairan pada kertas lakmus saat terjadi pencairan, selanjutnya keduanya disambungkan, sambungan direkatkan dengan isolasi. Penyimpanan alat penduga pada temperatur 20 o C, sebelum siap diaplikasikan. Tujuan penelitian ini adalah membuat dan mengetahui respon indikator atau alat penduga temperatur beku-waktu yang diaplikasikan pada udang dan daging sapi beku. Model indikator temperatur-waktu yang dibuat dapat diterapkan produsen penghasil makanan beku, sehingga kualitas produk beku dapat selalu dimonitor kualitasnya, sehingga dapat menaikkan keamanan pangan dan kesehatan konsumen akan terjaga, bagi produsen agar terbebas dari klaim yang merugikan. METODOLOGI PENELITIAN Bahan Bahan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: asam sitrat, kertas lakmus biru, alkohol, plastik, pipa plastik putih bening, udang. Alat Alat yang diperlukan untuk penelitian ini refrigerator, freezer, homogeniser, termokopel, termometer, pipa kapiler, alat alat gelas. Cara Penelitian Penelitian dinagi dalam 2 tahap. Tahap 1: Pembuatan alat penduga temperatur beku-waktu Tahap 2: Aplikasi alat penduga temperatur-waktu pada udang beku. Tahap 1: Pembuatan alat penduga temperatur beku-waktu Pembuatan alat penduga temperatur-waktu dibagi menjadi beberapa langkah yakni: - Menentukan konsentrasi asam sitrat yang digunakan. - Pengujian titik cair asam sitrat. - Pembuatan alat penduga temperatur-waktu beku. Tahap 2: Aplikasi alat penduga temperatur-waktu pada udang beku Pengujian aplikasi alat penduga temperatur-waktu pada udang beku dan 31

diamati pada thawing temperatur kamar dan temperatur dingin. Pengujian aplikasi alat penduga temperatur-waktu pada udang beku. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah alat penduga temperatur-waktu yang telah dibuat dapat diaplikasikan untuk mengnawasi produk makanan beku, yakni udang beku. Cara penyiapan sampel adalah sebagai berikut: udang dikemas dengan berat 250gram, diusahakan 2 permukaannya rata kemudian dibekukan pada 20 o C selama 3 hari. Setelah pembekuan sampel diambil dan alat penduga yang sudah dibekukan dimasukkan kedalam kemasan pada kedua sisinya, dan kemudian disimpan dalam freezer selama ± 24 jam, selanjutnya dilakukan pengujian dengan dithawing pada temperatur kamar dan temperatur Udang beku dingin.sampel udang beku yang telah ditempeli alat penduga dithawing pada temperatur kamar, setiap 20 menit selama 120 menit diambil 3 sampel untuk diamati perubahan warnanya pada alat penduga yang dipasang pada kedua sisinya, dan temperatur pada kedua sisi diukur dengan termokopel. Pengamatan dilakukan selama 2 jam, temperatur ruangan saat pengamatan diukur. Sampel udang beku dithawing pada temperatur dingin dengan meletakkannya dalam refrigerator. Pengamatan dilakukan selama 10 jam setiap 2 jam diambil 3 sampel, dan diamati perubahan warna dari alat penduga yang dipasang pada kedua sisinya. Temperatur pada kedua sisi diukur dengan termokopel, dan temperatur ruang pendingin saat pengamatan diukur. Uruturutan tersebut dapat digambarkan dengan diagram alir sebagai berikut: Alat penduga beku (-20 0 C) Pengemasan dengan plastik Pembekuan (-20 0 C) selama 3 hari Penempelan alat penduga Pada 2 sisi udang beku Penyimpanan pada freezer (-20 0 C) selama 24 jam Thawing pada temperatur kamar, temperatur kamar diukur Thawing pada temperatur dingin, temperatur ruang pendingin diukur Pencatatan waktu untuk terjadinya perubahan warna dan pengukuran temperature pada 2 sisi permukaannya Pencatatan waktu untuk terjadinya perubahan warna dan pengukuran temperature pada 2 sisi permukaannya Gambar 1: Diagram alir pengujian aplikasi alat penduga temperatur-waktu pada udang beku 32

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah alat penduga temperatur-waktu yang telah dibuat dapat diaplikasikan untuk mengawasi produk makanan beku, yakni udang beku. Udang sebanyak 250 gram dikemas dan dibekukan, penduga suhu-waktu dipasang pada permukaan atas dan bawah pada posisi mendatar. Udang beku dithawing pada suhu kamar 30-32 o C, dan pada suhu dingin 1-5 o C, respon perubahan warna pada kertas lakmus diamati hasilnya disajikan pada tabel 1 dan tabel 2 di bawah. Tabel 1: Respon penduga temperatur-waktu pada udang beku yang di-thawing pada suhu 30-32 0 C Menit ke- Suhu permukaan atas dan bawah serta respon penduga ( 0 C/respon) Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 atas bawah atas bawah atas bawah 0-8/- -8/- -8/- -8/- -8/- -8/- 20-6/- -7/- -6,8/- -7,4/- -6/- -7,4/- 40-5/- -5,6/- -5/- -5,8/- -5,4/- -5,8/- 60-3/- -4/- -3/- -5/- -4/- -5/- 80-2/- -3/- -2/- -3/- -2/- -3/- 100 1,6/x -1,4/x 1/x -1/x 1/x -1/x 120 2,4/x 0,2/x 2,2/x 0,2/x 2/x 0/x - = tidak terjadi respon perubahan warna lakmus x= terjadi respon perubahan warna lakmus Tabel 2: Respon penduga temperatur-waktu pada udang beku yang di-thawing pada temperatur 1-5 0 C Jam ke- Suhu permukaan atas dan bawah serta respon penduga ( 0 C/respon) Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 atas bawah atas bawah atas bawah 0-8/- -8/- -8/- -8/- -8/- -8/- 2-6,5/- -7/- -6,8/- -7,4/- -6/- -7,4/- 4-4,6/- -5,6/- -4,8/- -5,8/- -4,8/- -5,8/- 6-2/- -4/- -3/- -5/- -2/- -5/- 8 0/x -1,6/- -1/x -1,6/x 0/x -1,6/- 10 1,8/x -1,6/x 2/x 1,8/x 2,4/x 0/x - = tidak terjadi respon perubahan warna lakmus x= terjadi respon perubahan warna lakmus Dari pengamatan diatas respon lebih cepat terjadi apabila alat penduga suhu-waktu beku diletakkan dipermukaan atas, respon yang terjadi pada umumnya mendekati titik cair asam sitrat (-0,9 1,5 o C), yaitu pada jam ke 8, sedang apabila diletakkan dipermukaan bawah respon terjadi pada jam ke 10. 33

KESIMPULAN Alat penduga temperatur-waktu dapat dibuat dari asam sitrat 1,1%, kapas dan kertas lakmus yang dikemas dalam celophan. Respon alat penduga dipengaruhi oleh posisinya. Alat penduga temperatur-waktu dapat diaplikasikan pada udang dan daging sapi beku. DAFTAR PUSTAKA Joko.S, 1990, Mikrobiologi PAU Gizi UGM. Pangan, Labuza.T.P., Fu.B, Taoukokis, P.S., 1991, Time Temperature Indicator, Food Technol 45 (10) 70-82 Norman.W, 1990, TheTechnology of Food Preservation, Avi Publishing Co, Inc, New Jersey Taoukokis.P.S,Labuza.T.P, 1989, Aplicability of Time-Temperature Indicators as Shelf life Monitprs of Food Products,J Food Sci, 54: 789-792 Taoukokis.P.S, Labuza.T.P, 1989, Reliability of Time-Temperature Indicators as Food Quality Monitors Under Nonisothermal Conditions,Food Sci, 54: 789-992 Tranggono, 1988, Pengawetan Pangan, PAU Pangan Gizi UGM. 34