BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditempat tidur (biasanya dimalam hari) atau pada pakaian disiang hari dan

BAB I PENDAHULUAN. orang tua yang sudah memiliki anak. Enuresis telah menjadi salah satu

Hubungan Stres dengan Enuresis pada Anak Usia Prasekolah di RA Al Iman Desa Banaran Gunung Pati Semarang

BAB I PENDAHULUAN. 1 tahun), usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang pada masa mulai lahir sampai masa anak- anak tertentu pasti

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah aktifitas untuk mencapai tugas perkembangan melalui toilet training.

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari

BAB I PENDAHULUAN. dini. Salah satu permasalahan yang sering dijumpai adalah mengompol yang

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

BAB I PENDAHULUAN. sering kali menghadapi masalah baik itu anak yang hiperaktif, anak yang nakal,

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

Pedologi. Review Seluruh Materi. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi.

BAB I PENDAHULUAN. etika-moral. Perkembangan anak sangat penting untuk diperhatikan karena akan

BAB IV ANALISI HASIL. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil seluruh Andikpas baru sebanyak 43

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap keluarga memiliki cara tersendiri untuk menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

TOILET TRAINING. 1) Imam Rifa i 2) Rut Aprilia Kartini 3) Sukmo Lelono 4) Sulis Ratnawati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. anak, yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia batita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Wonosari Kabupaten. Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016.

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

KEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perubahan lingkungan yang cepat, yang ditandai dengan kemajuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dusun Ngelo. Tengah dengan luas wilayah ha/m 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

Validitas Item Self-Esteem

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari stres, masalahnya adalah

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi. Ansietas dan depresi merupakan bentuk emosional yang terbanyak pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi masyarakat modern, bekerja merupakan suatu tuntutan yang

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah-masalah ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya fisik, mental,

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. air besar dan bladder control atau kontrol buang air kecil. Saat. yang tepat melakukan toilet training setelah anak mulai bisa

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial dan kebijakan sosial muncul sebagai konsep. baru yang mewarnai konstalasi paradigma pembangunan sebelumnya yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gangguan postpartum depression. Depresi postpartum keadaan emosi

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres,

LAMPIRAN C SKALA STRES DAN AGRESIFITAS

Pendekatan Umum Menuju Pemulihan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

Transkripsi:

Faktor psikis A. Enuresis Pada Anak Stres a. Pengertian Psikologi Lingkungan Faktor fisik Genetik/familial Hambatan perkembangan Pola tidur Toilet trainning yang tidak adekuat Infeksi saluran kencing Stres Mengurangi Kencing Kejadian Anak manis usia ADH Enuresis kapasitas prasekolah Kurang 11 109877 kandung BAB II kemih Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA Mengompol merupakan persoalan yang sering didiskusikan dan menimbulkan perbedaan pendapat mengenai kejadian dan perawatannya. Mengompol adalah akibat dari pengeluaran air kemih normal tetapi pada saat dan tempat yang tidak diinginkan. Enuresis umumnya terjadi pada anak-anak namun kadang-kadang juga pada remaja dan orang dewasa (Kurniawati, 2008). Pada umumnya definisi enuresis ialah suatu kelainan fungsional dalam mengendalikan pengosongan kandung kemih. Dari kelainan fungsional tersebut di atas, muncul masalah yang diakui merupakan salah satu faktor kesulitan untuk memberikan definisi enuresis. Masalah tersebut ialah batasan umur anak yang dianggap telah dapat mengendalikan pengosongan kandung kemihnya. Pengertian lain menyebutkan bahwa enuresis adalah pengeluaran urin yang tidak di sadari oleh anak berumur 5 tahun atau lebih baik siang maupun malam hari (Suwardi, 2000). b. Penyebab Enuresis Enuresis sekunder biasanya terjadi ketika anak tiba-tiba mengalami stres kejiwaan, seperti pelecehan seksual, kematian dalam keluarga, kepindahan, mendapat adik baru, perceraian orang tua atau masalah psikis lainnya. Selain itu, kondisi fisik yang terganggu seperti adanya infeksi salura kencing, kencing manis, susah buang air besar, dan alergi juga dapat menyebabkan enuresis sekunder. Anak yang sulit menahan kencing sewaktu tidur malam (enuresis nokturnal), berhubungan erat dengan faktor gangguan psikologis. Namun ahli lain menyatakan bahwa faktor lain seperti keturunan atau adanya kelainan pada kandung kencing bisa juga menjadi penyebab (kurniawati, 2008). Suwardi (2000) menyatakan bahwa enuresis pada seorang anak disebabkan tidak hanya oleh satu faktor saja. Misalnya, enuresis yang dianggap sebagai akibat hambatan perkembangan fungsional kandung kemih dapat diprovokasi oleh kelainan lokal atau masalah psikologik. Namun sering pula etiologi enuresis tidak diketahui. c. Penyebab Enuresis pada Anak 1

Beberapa faktor etiologi yang paling sering ditemukan dalam berbagai penelitian adalah : a. Genetik/familial. Hallgren dalam Suwardi (2000) menemukan sekitar 70% keluarga dengan anak enuresis, salah satu atau lebih anggota keluarga lainnya juga menderita enuresis, dan sekitar 40% sekurang-kurangnya satu diantara orang tuanya mempunyai riwayat enuresis. Penelitian pada anak kembar menunjukkan bahwa anak kembar monozigot 68% akan mengalami enuresis dan kembar dizigot sebesar 36%. b. Hambatan perkembangan c. Psikologis Dasar keadaan ini adalah kesulitan mekanisme hambatan yang mengatur pengosongan kandung kemih. Pengendalian kandung kemih merupakan keterampilan yang dipelajari sendiri, anak akan belajar mengkoordinasi penggunaan otot-otot levator ani, diafragma dan otot-otot abdomen yang menghasilkan voluntary mechanism berkemih. Melalui mekanisme ini anak dapat menggandakan kapasitas kandung kemihnya 4,5 tahun dibandingkan dengan kapasitas kandung kemihnya pada umur 2 tahun. Anak yang gagal menggandakan kapasitas kadung kemihnya akan menjadi anak enuretik (Suwardi, 2000). Frued dalam Kurniawati (2008) menyatakan bahwa anak yang sulit menahan kencing sewaktu tidur malam berhubungan erat dengan gangguan psikologis anak. Enuresis sekunder bisa terjadi akibat faktor psikologis, biasanya terjadi ketika anak tiba-tiba mengalami stres kejiwaan seperti pelecehan seksual, kematian dalam keluarga, kepindahan, mendapat adik baru, perceraian orang tua atau masalah psikis lainnya. Langkah awal yang harus diambil dalam mengatasi enuresis sekunder adalah mengenali perubahan-perubahan mendadak yang terjadi dalam kehidupan anak. Bila anak mengalami stres kejiwaan, penanganan secara psikologis lebih dibutuhkan. Penanganan anak yang mengalami enuresis memang tidak mudah. Tapi setidaknya kasih sayang, kesabaran serta pengertian orang tua untuk tidak memarahi atau menghukum ketika anak mengompol akan membantu membangun kepercayaan dirinya. Pengaruh buruk secara psikologis dan sosial yang menetap akibat ngompol akan mempengaruhi kualitas hidup anak sebagai seorang manusia dewasa kelak. d. Genetik Enuresis juga dapat terjadi karena faktor keturunan, bila kedua orang tua anak mempunyai riwayat enuresis maka 77% kemungkinan anak mereka mengalami hal yang sama. Jika hanya salah satu orang tua yang mengalami enuresis maka terdapat sekitar 44% kemungkinan anak akan terpengaruh. Namun jika kedua 2

orang tua tidak memiliki riwayat enuresis maka hanya 15% kemungkinan anak mengalami enuresis (Kurniawati, 2008). e. Lain-lain, seperti pola tidur, lingkungan termasuk kebiasaan yang kurang baik, toilet trainning yang tidak adekuat. Pola tidur nyenyak pada anak berperan penting untuk terjadinya enuresis, pola tidur yang nyenyak, umumnya ditemukan pada anak enuresis primer dan kebanyakan laki-laki, penelitian menunjukkan bahwa anak dengan enuresis cenderung tidur lebih nyenyak secara bermakna dibandingka dengan saudaranya yang tidak enuresis. Terdapat hubungan antara lingkungan anak dengan enuresis, dilaporkan bahwa enuresis lebih sering terjadi pada anak-anak dari lingkungan sosial ekonomi rendah. Saat yang baik untuk memberikan latihan berkemih pada anak yaitu pada umur antara 18 30 bulan, saat tingkat pematagan pskologik anak mulai berkembang. d. Cara mengukur enuresis Kurniawati (2008) melakukan penelitian tentang kejadian enuresis berdasarkan faktor psikologis dan keturunan pada anak usia prasekolah 4 5 tahun di TK Sekar Ratih Krembangan Jaya Selatan Surabaya melakukan observasi untuk mengukur variabel kejadian enuresis selama 1 minggu hasil observasi di kategorikan menjadi enuresis jarang sekali, jarang, sering, sering sekali. B. Stres pada Anak a. Pengertian Menurut Yosep (2007) stres adalah tanggapan reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan atau beban atasnya yang bersifat non spesifik. Namun, disamping itu stress dapat juga merupakan faktor pencetus, penyebab sekaligus akibat dari gangguan atau penyakit. Stres adalah suatu kondisi yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stres adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat (Atkinson, 2008). Sedangkan Selye (dalam 3

Rachmad, 2011) mendefinisikan stres sebagai respon yang tidak spesifik dari tubuh terhadap tuntutan yang diterimanya. b. Faktor Penyebab Stres pada Anak Menurut Ekayati (2011), terdapat dua hal penyebab stres pada anak : i. Faktor normatif ii. Penyebab stres anak dari faktor normatif terjadi pada saat anak mengalami fase perkembangan fisiologis. Pada dasarnya faktor normatif ini merupakan bentuk produktif dari kecemasan yang nantinya membantu mereka untuk berkembang menjadi mandiri. Faktor lingkungan Penyebab stres anak dari faktor lingkungan terjadi karena adanya perubahan-perubahan hidup yang tidak dimengerti dan membingungkan anak. Kejadian-kejadian yag dapat menjadi pencetus adalah : 1) perceraian orang tua. Ketika orang tua bercerai atau bertengkar, anakanak merasa keamanan mereka terganggu sehingga membuat mereka merasa sendiri dan ketakutan, 2) pindah. Anak-anak yang pindah dari tempat yang sudah familier bagi mereka seringkali membuat mereka merasa tidak aman, bingung dan cemas. Pindah yang dimaksudkan adalah pindah rumah, sekolah, maupun lingkungan bermain. Selain itu juga ada beberapa hal yang bisa menjadi pencetus, yaitu : a. Kematian orang tua atau orang yang disayangi. Kematian ini sangat menimbulkan peristiwa traumatik bagi anak terlebih jika merasa penyebab kematian tersebut adalah mereka. b. Kegiatan yang berlebihan (baik itu kegiatan sekolah, di luar sekolah atau rumah dan di dalam rumah). c. Tekanan-tekanan dari teman sebayanya. Tekanan ini termasuk pelecehan, penyiksaan baik fisik maupun mental dan pengucilan. c. Tanda gejala stres Wong (2008) menyatakan bahwa tanda gejala stres pada anak meliputi perilaku, keadaan internal dan fisiologi. Perilaku anak stres tercermin dengan keadaan dominasi ekspresi wajah yang sedih dengan tidak ada atau berkurangnya rentang respon afektif, permainan atau pekerjaan soliter, cenderung menyendiri, tidak tertarik dalam permainan, menarik diri dari aktivitas menyenangkan dan hubungan yang sebelumnya telah dilakukan, nilai sekolah lebih rendah, kurang tertarik dalam mengerjakan pekerjaan rumah (PR), aktivitas motorik hilang, kelelahan, keadaan sedih atau menangis, tergantung dan tidak mandiri atau agresif dan diskriptif. Tanda gejala stres 4

pada keadaan internal yakni ungkapan pernyataan merefleksikan harga diri rendah, rasa tidak berdaya atau perasaan bersalah dan ide untuk bunuh diri. Pada faktor fisiologi anak menjadi sering mengeluh merasa tidak sehat yang tidak spesifik, perubahan nafsu makan menyebabkan penurunan atau penambahan berat badan dan perubahan pola tidur, anak menjadi tidak dapat tidur atau hipersomnia. d. Cara mengukur stres pada Anak Penelitian yang dilakukan oleh Noviekayati (2009) tentang pemetaan penyebab stres pada anak di Surabaya menyatakan bahwa data penyebab stres pada anak diperoleh dengan kuesioner skala menggunakan Penyebab Stres pada Anak (PSA) dengan indikator : i. Faktor Normatif 1. Kebutuhan berkelompok 2. Kebutuhan penyelesaian tugas Perubahan fisiologis ii. Faktor Lingkungan 1. Perceraian orang tua 2. Kehilangan orang yang disayangi 3. Perpindahan tempat tinggal 4. Perpindahan sekolah 5. Perpindahan lingkungan bermain 6. Tuntutan orang tua 7. Tekanan teman sebaya e. Alat mengukur stres pada Anak Alat ukut stres anak menggunakan kuesioner yang berisi penyebab timbulnya stres pada anak meliputi faktor normatif yakni Kebutuhan berkelompok, kebutuhan penyelesaian tugas, dan perubahan fisiologis serta faktor lingkungan yang terdiri dari perceraian orang tua, kehilangan orang yang disayangi, perpindahan tempat tinggal, perpindahan sekolah, perpindahan lingkungan bermain, tuntutan orang tua dan tekanan teman sebaya C. Kerangka Teori 5

Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Suwardi (2000) dan Kurniawati (2008) D. Kerangka Konsep E. Variabel Penelitian Gambar 2.1 Kerangka Konsep 1. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah stres anak usia prasekolah di RA Al Iman Banaran Gunung Pati Semarang. 2. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah kejadian enuresis pada anak usia prasekolah di RA Al Iman Banaran Gunung Pati Semarang. F. Hipotesis 6

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah Ada hubungan yang bermakna antara stres anak usia prasekolah dengan kejadian enuresis di RA Al Iman Banaran Gunung Pati Semarang. 7