BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki posisi yang strategis dalam pembuatan kebijakan dan pelayanan publik.

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya sehingga harus benar-benar dapat digunakan secara efektif dan efisien

ISU ADMINISTRASI PERKANTORAN. Oleh : MAYA MUTIA, SE, MM Analis Kepegawaian Pertama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya berupa pola pikir pemerintah dalam struktur pemerintahan,

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

profesional, bersih dan berwibawa.

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Seleksi Pegawai. Lembaga Penegak Hukum. Promosi.

BAB I. PENDAHULUAN. Pemerintah adalah alat pelaksana pelayanan publik. Pemerintahan hadir

KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI KARIMUN NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG MERITOKRASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

B. Maksud dan Tujuan Maksud

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Arsip Nasional Republik Indonesia

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Pasal I. Pasal 1. Pasal 2. Ketentuan mengenai anggota Tentara Nasional Indonesia, diatur dengan undangundang.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

M A N A J E M E N A S N

REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI

RANCANGAN UNDANG UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAHAN PEMBAHASAN KOMISI I FORUM KONSULTASI JABATAN FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN HOTEL ALILA, JAKARTA 2 DESEMBER 2013

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk dilakukan karena pengelolaan pegawai di instusi pemerintahan akan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan

Strategi Penerapan SPMI : Dari Mental Turun Ke TI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

I. PENDAHULUAN. organisasi (Hasibuan, 2011:10). Walaupun suatu organisasi telah memiliki visi,

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BUDAYA KERJA MERUBAH MINDSET APARATUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan

2017, No di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tenta

RENCANA AKSI REFORMASI BIROKRASI BIDANG SDM APARATUR

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM APARATUR KEMENTERIAN PAN DAN

KEBIJAKAN PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011)

1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

KEBIJAKAN UMUM FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

BAB I PENDAHULUAN. bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut dapat. dicapai dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki baik

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun

PANITIA SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA KEPALA DINAS KESEHATAN PADA PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pada Instansi pemerintahan kinerja biasa disebut sebagai sebuah

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

MANAJEMEN KARIR JABATAN FUNGSIONAL

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

HUT KORPRI SEBAGAI MOMENTUM UNTUK TERUS MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK (Di Era Pelaksanaan Undang-Undang ASN)

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup organisasi. Apabila manusia yang ada

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

I. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

I. PENDAHULUAN. yang terdapat dalam organisasi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai

BAB II PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 800/3669/BKD TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG

PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua

BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG 2017

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

PANITIA SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA SEKRETARIS DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

BUPATI POLEWALI MANDAR

I. PENDAHULUAN. Sejarah pemerintahan Indonesia mencatat berbagai kebijakan mengenai

DISIPLIN ASN DENGAN BERLAKUNYA PP NOMOR 11 TAHUN 2017

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

Kebutuhan Pelayanan Publik

LAPORAN REVIEW SOP SEMESTER II 2016

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, mewujudkan pemerintahan yang baik (good

BUPATI OGAN KOMERiNG ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

PENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS APARATUR DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI

Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM Aparatur

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak terbitnya Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta No.19 Tahun 2013 tentang seleksi terbuka camat dan lurah, program lelang jabatan posisi camat dan lurah di pemerintah provinsi DKI Jakarta langsung dilaksanakan. Pada awalnya program lelang jabatan posisi camat dan lurah menimbulkan beberapa penolakan dari beberapa pihak termasuk juga camat ataupun lurah incumbent yang menganggap program tersebut terlalu dipaksakan dan tidak memperhatikan aspek senioritas. Alasan tersebut dianggap oleh beberapa pihak sebagai bentuk ketakutan dari camat dan lurah incumbent karena dapat menyebabkan posisi mereka digantikan oleh orang yang lebih berkompeten dan berkualitas. Setelah terlaksanakanya program lelang jabatan posisi camat dan lurah di lingkungan pemerintah provinsi DKI Jakarta, banyak pihak yang mengapresiasi pelaksanaannya karena dianggap telah menjalankan strategi reformasi birokrasi yang nyata demi terciptanya tata pemerintahan yang lebih baik. Berdasarkan hal-hal tersebutlah, penelitian ini dilakukan untuk membahas dan menganalisis lebih lanjut terkait program lelang jabatan posisi camat dan lurah yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta. Penulisan ini mengangkat judul Pelaksanaan Program Lelang Jabatan Posisi Camat dan Lurah Dalam Perspektif Reformasi Birokrasi (Studi pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta). 1.2 Rumusan Masalah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Era Kepemimpinan Joko Widodo berusaha untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance). Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melaksanakan upaya reformasi birokrasi di jajaran birokrasi pemerintahannya. Upaya dalam melaksanakan reformasi birokrasi tersebut diwujudkan dalam program yang 1

2 disebut dengan Lelang Jabatan. Program Lelang Jabatan merupakan sistem seleksi dan promosi pegawai secara transparan, kompetitif, dan objektif. Pada hal ini, peneliti memfokuskan pada program lelang jabatan yang ditujukan pada pengisian posisi camat dan lurah di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Oleh karena itu, penulis merumuskan beberapa masalah yang perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut, diantaranya adalah: 1. Bagaimanakah proses pelaksanaan program lelang jabatan posisi camat dan lurah di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta? 1.3 Gagasan Kreatif Sudah menjadi rahasia umum mental birokrasi kita: korup, lamban, malas, dan gila hormat. Birokrasi semacam itu lebih banyak menjadi benalu ketimbang pelayan rakyat. Sudah begitu, mereka sangat boros dan terus menggerogoti anggaran negara. Duet kepemimpinan DKI Jakarta saat itu, Jokowi dan Basuki, terus berjuang menghancur-leburkan birokrasi lama itu. Rapat-rapat dan aktivitas Pemda pun dipublikasi ke publik. Ada juga rencana mempublikasi anggaran di website dan papan-papan pengumuman. Katanya, agar rakyat bisa mengontrol penggunaan anggaran. Nah, kali ini Jokowi mengumumkan rencana Pemda DKI Jakarta menerapkan sistem lelang-jabatan. Untuk tahap awal, lelang-jabatan itu akan diuji-coba kan di level Lurah dan Camat. Tak menutup kemungkinan, jika berhasil di tahap uji-coba, metode ini akan dipraktekkan pada level jabatan yang lebih tinggi. Jokowi mengakui, gagasan lelang-jabatan ini merupakan kritik dan keluhan dari massa-rakyat. Katanya, masyarakat selama ini merasa belum mendapat pelayanan yang baik. Di sana-sini masih terjadi pungutan liar (pungli), berbelitbelit, banyak hambatan, dan kurang responsif.banyak yang mengapresiasi lelang jabatan ini. Dengan model perekrutan ini, Jokowi yakin, pejabat yang terekrut dan terpilih nantinya akan punya kemampuan, integritas, dan komitmen lebih baik. Metode lelang ini akan mengikis praktek klientalisme, nepotisme, dan korupsi. Terobosan Jokowi ini juga bisa memutus relasi senior-junior dalam tubuh birokrasi kita. Biasanya, prioriotas untuk jabatan yang lebih tinggi diutamakan ke senior. Pertimbangan utamanya: pengabdian dan pengalaman. Namun, pada prakteknya, tak jarang mereka yang muda lebih bersemangat, punya kemampuan,

3 tidak kaku, berdedikasi, dan inovatif. Penghancuran relasi senior-yunior akan mempercepat kaderisasi dan bisa menyegarkan birokrasi kita. 1.4 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses pelaksanaan program lelang jabatan posisi camat dan lurah di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 1.5 Manfaat Penulisan 1. Manfaat Akademis a. Bagi Akademisi Sebagai salah satu kajian studi ilmu administrasi yang membahas tentang pelaksanaan program lelang jabatan posisi camat dan lurah yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dimana dikaitkan dengan perspektif reformasi birokrasi. b. Bagi Penulis lain. Hasil penulisan ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumber informasi bagi pihak lain yang akan melakukan penulisan lebih lanjut. 2. Kontribusi Praktis a. Bagi pemerintah Sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintahan Indonesia baik itu di tingkat nasional, regional, maupun lokal agar mampu melaksanakan sistem seleksi dan promosi pegawai secara terbuka, kompetitif, dan objektif. b. Bagi masyarakat Penulisan ini diharapkan memberi masukan dan informasi bagi masyarakat tentang pelaksanaan program lelang Jabatan posisi camat dan lurah yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dimana dikaitkan dengan perspektif reformasi birokrasi.

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Penempatan dalam jabatan Penempatan merupakan langkah selanjutnya setelah proses penyaringan selesai. Salah satu cara efektif yang sering digunakan dalam penempatan pegawai baru adalah dengan cara orientasi. Program orientasi dimaksudkan untuk mensosialisasikan kepada pegawai baru mengenai hal-hal yang terkait dengan organisasi. Misalnya kultur atau budaya organisasi, nilai-nilai organisasi yang dianut, norma-norma yang berlaku, dan sebagainya. Institusi yang bertanggung jawab dalam hal ini adalah biro/bagian kepegawaian di pemerintah pusat dan badan kepegawaian di daerah (Thoha,2014:57). Penempatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau golongan (Pasal 17 UU No.43 Tahun 1999). Sedarmayanti (2014:375) mengklasifikasikan penempatan pegawai menjadi tiga yaitu : Promosi Promosi adalah penempatan pegawai pada jabatan yang lebih tinggi dengan wewenang dan tanggung jawab yang lebih tinggi dan penghasilan yang lebih tinggi pula (Sedarmayanti,2014:375). Dasar promosi bagi pengangkatan jabatan antara lain adalah prestasi kerja,disiplin, loyalitas, Daftar Urut Kepangkatan (DUK) yang dikategorikan baik, dan pegawai yang akan dipromosi harus mempunyai perilaku yang tidak tercela, serta telah lulus dari diklat penjenjangan. Selain hal-hal tersebut, pertimbangan Baperjakat menjadi dasar bagi penunjukan seorang pegawai untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi. 4

5 Adanya perampingan struktur organisasi, maka pegawai diarahkan juga untuk mengisi jabatan fungsional, misalnya widyaiswara dan peneliti. Staf pindahan dari instansi yang dilikuidasi juga diperlakukan sama dalam hal promosi, baik ke dalam jabatan struktural maupun jabatan fungsional (Thoha,2014:59). 2.1.2 Jenis Jabatan Jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintahan disebut Jabatan Karier. Jabatan Karier adalah jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintah yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Negeri yang telah beralih status sebagai Pegawai Negeri Sipil (Penjelasan pasal 17 UU No.43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepagawaian). Jabatan Karier dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu : 1) Jabatan Struktural Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi. 2) Jabatan Fungsional Jabatan fungsional adalah jabatan yang tidak secara tegas disebutkan dalam struktur organisasi, tetapi dari sudut fungsinya diperlukan oleh organisasi, seperti Peneliti, Dokter, Pustakawan, dan lain-lain yang serupa dengan itu. 2.1.3 Reformasi Birokrasi Reformasi birokrasi merupakan upaya penataan mendasar yang diharapkan dapat berdampak pada perubahan sistem dan struktur. Sistem berkaitan dengan hubungan antar unsur dan elemen yang saling mempengaruhi dan berkaitan membentuk suatu totalitas (Reza, 2013). 2.2 Konsep Yang Relevan Menurut kami, gagasan lelang jabatan itu masih dalam batas-batasan perombakan dalam kerangka sistem. Belum merupakan perombakan terhadap sistem birokrasi itu sendiri. Buruknya birokrasi, termasuk ketidak-disiplinan pegawai, tidak bisa diatasi hanya dengan mekanisme yang diperketat atau penciptaan berbagai aturan. Tetapi yang lebih penting adalah menciptakan konsep ruang bagi partisipasi rakyat, yaitu :

6 Pertama, partisipasi tidak bisa direduksi menjadi sekedar kesediaan pemerintahan provinsi mendengar saran atau masukan kelompok atau organisasi massa yang mengatasnamakan massa-rakyat (Redaksi, 2013). Suara atau aspirasi rakyat itu tidaklah homogen, tetapi bisa beragam berdasarkan isu atau persoalan yang dihadapi, geografi wilayah, sektoral, dan tingkat ekonominya. Karena itu, tidak masuk akal untuk menunjuk kehadiran organisasi tertentu sebagai representasi dari aspirasi warga kota Jakarta. Kedua, partisipasi rakyat juga tidak sekedar memberi kesempatan rakyat untuk terlibat dalam diskusi dan memberikan opini terkait perencanaan dan pembangunan kota. Kalau cuma begini, nanti kegiatan membuka kotak pos atau SMS center dianggap sudah partisipatoris. Ketiga, partisipasi rakyat tidak mungkin terjadi tanpa desentralisasi, khususnya desentralisasi kewenangan dan transfer sumber daya, yang memungkinkan masyarakat di akar rumput menjalankan proyek-proyek pembangunan berbasis komunitas.

7 BAB III METODE PENULISAN 3.1 Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2008:224). Untuk memperoleh data yang valid dan relevan dalam penulisan ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut sebagai berikut : 1. Studi Kepustakaan Menurut Nazir (2003: 112) studi kepustakaan merupakan langkah yang penting dimana setelah seorang peneliti menetapkan topic penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll). Bila kita telah memperoleh kepustakaan yang relevan, maka segera untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian. Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses umum seperti mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan pustaka, dan analisis dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian. 3.2 Pengolahan Data Dari data yang terkumpul, penulis mencoba untuk mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu analisis yang mengungkapkan suatu masalah tidak dalam bentuk angka angka melainkan dengan nilai yang didasarkan pada hasil pengolahan data dan penilaian penulis. Memberikan gambaran (deskripsi) mengenai suatu data agar data yang 7

8 tersajimenjadi mudah dipahami dan informatif bagi orang yang membacanya. Analisa deskriptif menjelaskan berbagai karakteristik data seperti rata-rata (mean), jumlah (sum) simpangan baku (standard deviation), varians (variance), rentang (range), nilai minimum dan maximum dan sebagainya. 3.3 Analisis Sintesis Persoalan lelang jabatan tentang seleksi camat dan lurah yang terjadi di Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta menimbulkan beberapa penolakan dari beberapa pihak termasuk juga camat ataupun lurah incumbent yang menganggap program tersebut terlalu dipaksakan dan tidak memperhatikan aspek senioritas. Alasan tersebut dianggap oleh beberapa pihak sebagai bentuk ketakutan dari camat dan lurah incumbent karena dapat menyebabkan posisi mereka digantikan oleh orang yang lebih berkompeten dan berkualitas. Setelah terlaksanakanya program lelang jabatan posisi camat dan lurah di lingkungan pemerintah provinsi DKI Jakarta, banyak pihak yang mengapresiasi pelaksanaannya karena dianggap telah menjalankan strategi reformasi birokrasi yang nyata demi terciptanya tata pemerintahan yang lebih baik. Kemudian dari permasalahan tersebut, dapat dianalis dengan teori reformasi birokrasi. Dalam Permen Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 11 tahun 2011 tentang Kriteria dan Ukuran Keberhasilan Reformasi Birokrasi ada 3 indikator utama keberhasilan reformasi birokrasi yaitu terwujudnya pemerintah yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, kemudia terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik pada masyarakat dan meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. a. Terwujudnya pemerintah yang bebas KKN Proses lelang jabatan camat dan lurah yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta melalui prosedur yang ketat. Camat dan lurah yang terpilih wajib melaporkan laporan hasil kekayaan penyelenggaraan negara ke KPK. Hal ini ditujukan untuk meminimalisir tingkat korupsi di lingkungan Pemprov DKI Jakarta. b. Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik pada masyarakat Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta I Made Karmayoga mengatakan, rata-rata warga Jakarta menyatakan puas terhadap pelayanan yang diberikan lurah dan camat di wilayah mereka. Menurut Karmayoga, secara ratarata masyarakat Jakarta menilai kinerja camat dan lurah saat ini lebih baik

9 dibandingkan dengan pejabat sebelumnya. Bahkan lebih dari 80 persen masyarakat sudah setuju dengan kebijakan lelang jabatan camat dan lurah. Sisanya yang 20 persen menyatakan tidak tahu dan tidak setuju. c. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi Kapasitas dan akuntabilitas camat dan lurah Pemprov DKI Jakarta menghasilkan nilai yang cukup baik, hal itu dilihat dari data yang ada pada website Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Kapasitas sering digunakan ketika berbicara tentang peningkatan kemampuan seseorang, ketika kita memperoleh sertifikasi, mengikuti pelatihan atau mengikuti pendidikan. Dalam pengertian yang lebih luas, yang sekarang digunakan dalam pembangunan masyarakat, kapasitas tidak hanya berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan individu, tetapi juga dengan kemampuan organisasi untuk mencapai misinya secara efektif dan kemampuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang. 3.4 Mengambil Kesimpulan Dalam pencapaian tujuan dari lelang jabatan tersebut, ada 3 indikator keberhasilan program tersebut, yaitu pertama, terwujudnya pemerintah yang bebas KKN. Maksudnya, Camat dan lurah yang terpilih wajib melaporkan laporan hasil kekayaan penyelenggaraan negara ke KPK. Hal ini ditujukan untuk meminimalisir tingkat korupsi di lingkungan Pemprov DKI Jakarta. Kedua terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik pada masyarakat. Dan yang ketiga yaitu, Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. 3.5 Merumuskan Saran Saran yang diberikan penulis untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan proses lelang jabatan yang dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta berdasarkan analisis sintesis demi mewujudkan keberhasilan proses reformasi birokrasi berdasarkan 3 indikator utama keberhasilan reformasi birokrasi.

10 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Lelang jabatan timbul atas dasar banyaknya opini negatif yang berkembang di media dan masyarakat mengenai buruknya birokrasi di DKI Jakarta. Lelang jabatan ini tidak mengarah langsung kepada masyarakat, tetapi pembenahannya dilakukan terhadap aparatur pemerintahan yang akan langsung berhadapan dengan masyarakat, yaitu Lurah dan Camat. 4.2 Rekomendasi Dalam melaksanakan program baru tentunya banyak hal yang harus diperhatikan, jangan sampai kesalahan yang sama pada sistem perekrutan sebelumnya terulang lagi pada program baru yang dicanangkan. Pengawasan dalam pelaksanaan sistem rekruitmen sesuai standar operasional prosedur (SOP) perlu dilaksanakan secara merata dan menyeluruh kepada setiap aspek yang terkait dalam program promosi jabatan terbuka, agar tidak terjadi lagi penyakitpenyakit pada birokrasi yang telah disebutkan sebelumnya, karena perekrutan sudah berbasis kompetensi dan komitmen bukan lagi karena adanya faktor keakraban atau nepotisme.

11 DAFTAR PUSTAKA Nazir Muhammad, 1998. Metode Penelitian, Jakarta: Galia Indonesia. Redaksi, 2008. Lelang Jabatan. Melalui http://www.berdikarionline.com/editorial/20130211/lelang-jabatan [04/04/2015]. Redaksi, 2012. Sasaran dan Indikator Keberhasilan RB. Melalui http://www.menpan.go.id/sasaran-dan-indikator-keberhasilan-rb [10/04/2015]. Redaksi, 2014. Warga Puas dengan Layanan Lurah dan Camat, Apa Kata Basuki. Melalui http://megapolitan.kompas.com/read/2014/03/04/2129588/warga.puas. dengan.layanan.lurah.dan.camat.apa.kata.basuki. Reza, Hery A., 2013. Reformasi Birokrasi. Melalui http://reszaheryadhigumilar.blogspot.com/2013/05/reformasi-birokrasidan-implementasi.html [16/04/2015] Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Thoha, Miftah, 2014. Birokrasi dan Dinamika Kekuasaan. Jakarta: Prenada Media Group. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN 11