A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.
|
|
- Widyawati Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1
2 A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD Oleh karena itu dengan cara apapun dan jalan bagaimanapun maka sekolah harus mewujudkan hal tersebut, sehingga setiap usaha kearah tersebut harus dibarengi dengan perencanaan dan pengelolaan yang tepat. Perencanaan tentunya dimulai dengan adanya identifikasi terhadap kemampuan serta kekurangan yang dimiliki sekolah, baik dari segi sumberdaya maupun jumlah anggaran yang dimiliki oleh sekolah, kemudian menentukan langkah strategis dalam melakukan pengelolaan, serta melakukan evaluasi terhadap setiap program atau pengelolaan yang dianggap kurang tepat. Pengelolaan yang baik adalah dimulai dari perencanaan yang baik pula, bagaimana mempersiapkan sumberdaya pengelola sampai strategi pengelolaan itu sendiri, ini juga dimaksudkan untuk menghindari kesalahan, penyimpangan dalam pengelolaan atau bahkan kesalahan fatal yang mungkin terjadi. Dengan demikian maka sekolah diwajibkan memilih strategi itu untuk melaksanakan pengelolaan yang berkualitas yang mengarah pada terwujudnya cita-cita nasional. Hal ini tentu sangat beralasan mengingat bahwa semakin kedepan tantangan yang dihadapi oleh sekolah semakin beragam dan menantang, oleh karena itu sekolah harus lebih siap untuk hal tersebut. Tantangan di sekolah seperti yang telah di sebutkan diatas sangat beragam, mulai dari pembelajaran, media, metode dan lain sebagainya, akan tetapi semua hal tersebut bisa diatasi kalau kepala sekolah dan seluruh warga sekolah mau terlibat dalam pemecahan masalah dengan cara melakukan pengelolaan yang tepat. 2
3 Pengelolaan yang baik juga akan dapat menghindarkan permasalahan-permasalahan tersebut, apa yang sering terjadi adalah pengelolaan sering kali menimbulkan masalah ketika ada pemeriksaaan atau inspeksi, sehingga tidak jarang banyak pengelolaan di sekolah berakhir pada persidangan, atau pengembalian anggaran atau bahkan bisa berakhir keranah hukum. Pengelolaan yang baik di sekolah dapat dilihat jika ada transparansi, dan akuntabilitas, baik itu pengelolaan program maupun keuangan sekolah. Akan tetapi mampukah sekolah mewujudkan hal tersebut, itulah yang menjadi sebuah pertanyaan, sehingga penulis tertarik untuk mengangkat topik mewujudkan pengelolaan tata sekolah yang baik, efisien, transparan dan akuntabel. Efisien bertujuan agar setiap anggaran dapat dipergunakan sebagaimana mestinya, anggaran dapat diperuntukan sesuai dengan petunjuk pengunaan anggaran tersebut dan agar setiap penggunaan dapat terukur, penganggaran pada setiap kegiatan lebih terukur agar anggaran dapat memenuhi semua kegiatan di sekolah. Lebih lanjut, transparansi terhadap perencanaan dan penggunaan anggaran juga menjadi hal yang harus diperhatikan dalam hal pengelolaan keuangan yang baik. Selanjutnya, penggunaan anggaran di sekolah juga harus lebih akuntabel agar dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan pemerintah. Tentunya tujuan dari pelaksanaan pengelolaan yang baik selain untuk membuat masyarakat lebih percaya kepada pihak sekolah, disisi lain juga menghindari pengelolaan yang menyimpang termasuk didalamnya adalah pungutan liar atau pungli. Pungutan liar adalah punggutan ilegal diluar ketentuan yang telah ditentukan. Karena selain dana yang memang sudah dialokasikan pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pendidikan, sekolah dilarang melakukan pungutan liar kepada orang tua siswa dalam bentuk apapun, oleh karena itu apabila ada permintaan dari sekolah maka sebaiknya 3
4 dimusyawarahkan bersama melalui rapat sekolah dengan komite dan lain sebagainya sesuai ketentuan. Oleh karena hindari pungli sejak dini dalam bentuk apapun di lembaga pendidikan yang kita cintai. B. Permasalahan Ada beberapa permasalahan yang akan diuraikan dalam artikel ini antara lain: Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan yang belum nampak di setiap sekolah. Hal ini sangat berdampak pada pengelolaan yang kurang baik sehingga menimbulkan kecemburuan diantara warga sekolah, atau bahkan pelaporan keuangan yang menyalahi prosedur. Hal ini tentunya akan berdampak pada pengelolaan keuangan yang salah, dan ini juga akan berdampak pada ketidak percayaan pemegang anggaran yakni pemerintah dalam hal ini dinas pendidikan atau pemda sebagai pemilik otoritas di daerah. Hal yang mendasarinya adalah kurangnya pengalaman, pemahaman dan pengetahuan dalam hal pengelolaan keuangan sekolah, kemudian ketidak ingin tahuan pengelola keuangan terhadap petunjuk teknis penggunaan anggaran membuat pengelolaan keuangan dianggap tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.. Keterlibatan stakeholder yang belum terlihat pada pengelolaan keuangan baik mulai dari sisi perencanaan, pelaksanaan,pelaporan maupun pada tahap evaluasi. Hal ini tentunya akan mematikan fungsi kontrol dari setiap elemen yang ada di sekolah, karena dengan keterlibatan stakeholder minimal komite sekolah maka pengelolaan keuangan di sekolah akan menjadi lebih baik. Pungli atau sering disebut sebagai pungutan liar yang masih sering terjadi dilakukan oleh sekolah dalam bentuk sumbangan yang tidak disepakati bersama oleh pihak sekolah maupun orang tua siswa melalui komite sekolah, dianggap sering daoat meresahkan warga sekolah, orang tua siswa. Kesalahannya adalah bahwa setiap ada permintaan bantuan 4
5 atau sumbangan sukarela dalam bentuk apapun tidak melalui keputusan rapat bersama dengan orang tua siswa, sehingga orang tua siswa menganggap itu adalah sebuah sumbangan yang tidak sah atau punggutan liar. C. Pembahasan dan Solusi Pembahasan Pengelolaan yang baik tentunya berawal dari perencanaan yang baik yang dilakukan oleh pihak sekolah, tentunya pengelolaan yang baik adalah berdasarkan petunjuk undang-undang, menurut Undang-undang no 20 tahun 2003 pasal 48 menyaatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan akuntabiilitas publik. Dengan demikian apabila prinsip yang telah ditunjukan oleh Undang-undang. tersebut seharusnya bisa menjadi kompas sebagai pedoman yang harus diikuti oleh pengelola anggaran sehinggga diharapkan dapat menjamin adanya tata kelola keuangan yang baik, karena pada dasarnya prinsip ini sangat tepat digunakan oleh seluruh pengelola keuangan di sekolah. Bastian (2006: 52) era pasca reformasi melahirkan kembali semangat demokrasi, akuntabilitas dan transparansi dalam setiap aspek kehidupan manusia. Hal ini menunjukkan adanya era keterbukaan pada setiap lini kehidupan dan termasuk didalamnya adalah tentang pengelolaan keuangan yang baik. Tentunya ini perlu direspon positif bahwa setiap keterbukaan akan melahirkan demokrasi dibidang keuangan, dimana setiap pengelolaan 5
6 bisa melibatkan siapa saja yang berkompeten untuk terlibat dan bahwa peruntukan setiap anggaran bisa lebih tepat sasaran. Efisiensi anggaran merupakan salah satu prinsip pengelolaan yang apabila dipegang oleh seluruh otoritas keuangan termasuk di sekolah, maka tentunya akan semua kegiatan yang telah dianggarkan dalam perencanaan keuangan sekolah akan teranggarkan dan terealisasi dengan baik. Efisiennya sebuah anggaran juga tergantung bagaiman membuat sebuah perencanaan yang terukur dan sesuai realita keuangan. Masalah yang sering timbul adalah ketika penggunaan anggaran sekolah yang tidak sesuai petunjuk teknis penggunaan anggaran, perencanaan dan pelaksanaan tidak sesuai, sehingga anggaran yang sudah direncanakan ternyata tidak mencukupi karena sebagian besar program memakan biaya yang besar, oleh karena itu penggunaan anggaran harusnya seefisien mungkin penggunaannya. Selain itu, prinsip pengelolaan keuangan lainnya adalah transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan, Bastian (2006: 52) pengelolaan dana baik dari pemerintah maupun masyarakat harus dilandasi semangat akuntabilitas dan transparansi. Hal ini menunjukan adanya keharusan bagi pengelola keuangan sekolah untuk memegang prinsip tersebut. Hal ini juga tentunya sangat berdampak pada kepercayaan masyarakat bahwa pengelolaan keuangan di sekolah dikelola secara bersih dan dapat dipertanggungjawabkan. 6
7 Dengan adanya prinsip ini maka,selain menumbuhkan kepercayaan kepada pengelola di sekolah, juga akan melandasi pekerjaan atas dasar ikhlas untuk pengabdian. Akan tetapi yang sering dilihat dan sering terjadi adalah pengelola keuangan merasa bahwa uang yang di kelola adalah menjadi tanggung jawab sendiri sehingga pengelolaan dilakukan secara tertutup, dengan kata lain setiap anggaran yang keluar tidak sesuai petunjuk teknis sehingga menyebabkan penganggaran tidak sesuai perencanaan, sehingga sering terjadi adalah kesalahan penganggaran sehingga sering menimbulkan kecurigaan dari warga sekolah. Untuk itu sebaiknya pengelolaan dilakukan secara transparan dan akuntabel. Sekolah, tidak hanya terkait dengan pengelolaan keuangan akan tetapi juga terkait dengan pengelolaan yang lain juga harus transparan dan akuntabel. Lebih lanjut, Nurkolis (2006: 88) mengatakan bahwa transparansi dan akuntabilitas tidak hanya dituntut dalam penggunaan anggaran belanja sekolah, tetapi juga dalam penentuan hasil belajar siswa serta pengukuran hasilnya. Hal ini menunjukan bahwa pengelolaan yang transparan dan akuntabel harus meliputi semua aspek yang ada di sekolah termasuk didalamnya adalah penentuan hasil belajar siswa, mengapa demikian karena orang tua juga perlu mengetahui bagaimana keberhasilan anaknya dalam mengikuti proses pembelajaran dan apa hasil yang didapatkan anaknya, apakah turun prestasinya ataukah meningkat. Pihak sekolah perlu menyampaikan kenyataan 7
8 tentang perilaku dan hasil belajar anak, agar orang tua siswa mengetahui secara jelas bagaimana anaknya dalam pembelajaran. Menurut Baedowi (2015: 33) bahwa transparansi berarti adanya keterbukaan. Penyusunan perencanaan pembiayaan, didukung, diketahui dan disetujui bersama oleh guru, masyarakat dan dinas pendidikan. Transparansi dapat meningkatkan kepercayaan timbal balik antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa, dan warga sekolah melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang kuat dan memadai. Akuntabilitas berarti penggunaan uang sekolah dapat dipertangungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Apa yg yang sering kita lihat adalah bahwa terkadang masyarakat jarang dilibatkan atau bahkan sama sekali tidak dilibatkan, padahal keterlibatan setiap warga sekolah sangat diperlukan untuk membentuk sebuah tata kelola yang bermutu. Pada dasarnya dalam pengelolaan keuangan sekolah, seharusnya sekolah harus melibatkan seluruh warga sekolah untuk merencanakan penggunaan anggaran, partisipasi ini juga akan semakin meningkatkan kepercayaan warga sekolah terhadap sekolah. Minimalnya, kepala sekolah dan guru membahas anggaran sekolah bersama komite sekolah, terutama anggaran yang bersumber dari orang tua siswa atau juga anggaran Pemerintah Pusat dan dari Pemerintah Daerah, hal ini tentunya akan meminimalisir terjadinya penyimpangan dalam penganggaran atau sejenisnya. 8
9 Terkait dengan penjelasan diatas, maka untuk itu perlu adanya tindakan nyata untuk membuat pengelolaan yang lebih jelas dan transparan serta akuntabel, Lebih lanjut Baedowi (2015: 33) mengatakan bahwa ada tiga pilar utama yang menjadi prasyarat untuk terbangunnya akuntabilitas: a. Adanya transparansi penyelenggara sekolah dengan menerima dan mengikutsertakan berbagai komponen dalam pengelolaan sekolah b. Adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya, c. Adanya partisipasi saling menciptakan suasana kondusif dalam menciptakan pelayanan masyarakat dan prosedur yang mudah, biaya yang murah dan pelayanan yang cepat Ketiga penjelasan diatas seharusnya menjadi acuan untuk membuat pengelolaan keuangan menjadi lebih akuntabel. Terlihat jelas, bahwa keterlibatan masyarakat sekolah dalam hal pengelolaan menjadi salah satu indikator pengelolaan yang dikatakan akuntabel seperti unsur dinas pendidikan, unsur masyarakat atau komite serta guru dan staff. Hal ini juga akan sangat bermanfaat dalam pengelolaan terkait dengan perencanaan, karena dengan hadirnya unsur-unsur tadi maka akan banyak bantuan pemikiran untuk membuat perencanaan, membuat keputusan, melaksanakan keputusan serta membuat evaluasi akan lebih baik lagi. 9
10 Selain itu, keterlibatan semua pihak akan membuat sebuah pertanggungjawaban akan semakin mudah, karena semua yang terlibat dalam pengelolaan dan perencanaan akan bertanggungjawab terhadap apa yang telah diputuskan. Lebih lanjut, kinerja juga merupakan salah satu indikator berhasil atau tidaknya pengelolaan, oleh karena itu perlu kiranya ditetapkan apa yang menjadi indikator kinerja agar supaya setiap pengelolaan menjadi lebih baik. Yang tidak kalah pentingnya juga adalah pelayanan yang diberikan dalam rangka melakukan pengelolaan, sehingga setiap detail pekerjaan bisa membuat setiap orang yang menerima pelayanan akan merasa puas. Masalahnya adalah, mampukah para pengelola keuangan melakukan tersebut, karena ada beberapa indikator yang menyatakan adanya hal yang tidak transparan dalam pengelolaan keuangan, adanya penyelewengan penggunaan anggaran yang tidak sesuai dengan ketentuan. Disadari sepenuhnya memang bahwa tidak semua harus item pengelolaan harus transparan akan tetapi tentunya porsi transparan dan akuntabel harus lebih besar sehingga akan lebih besar informasi yang dikonsumsi oleh public dalam rangka tata kelola keuangan yang lebih baik. Lebih lanjut, pungli atau pungutan liar juga menjadi masalah yang masih sering terjadi bahkan di sekolah sekalipun, untuk mengurangi dan memberantas hal ini maka presiden mengeluarkan peraturan presiden 10
11 republik Indonesia nomor 87 tahun 2016 tentang satuan tugas sapu bersih punggutan liar. Penetapan Peraturan Presiden ini adalah bertujuan untuk memberantas praktek pungli atau punggutan liar di semua lini terutama di titik titik pelayanan masyarakat termasuk pada lembaga pendidikan yang dianggap telah menggurita di negeri ini, sehingga sudah saatnya hindari pungli sejak dini. Untuk itu maka diharapkan kepada seluruh instansi pemerintahan dan juga swasta untuk tidak melakukan punggutan yang dianggap tidak pantas serta menyusahkan masyarakat, serta menyebabkan banyak kesalahan dalam pelaksanaan birokrasi. Sangat beralasan tentunya mengingat punggutan liar menjadi hal terjadi dihampir semua instansi pemerintah dan bahkan swasta sekalipun, dan apabila tidak diberantas maka akan berdampak luas dan akan memberikan efek negatif. Punggutan liar juga akan memberikan dampak negatif terhadap perilaku menyimpang, perilaku yang selalu mengambil keuntungan sendiri diluar ketentuan yang telah ditentukan Aparat Sipil Negara sangat dilarang melakukan punggutan liar, hal ini ditegaskan juga dalam surat edaran nomor 5 tahun 2016 oleh menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi Republik Indonesia, yang bertujuan untuk memberantas PUNGLI di lembaga pemerintahan termasuk Dinas Pendidikan didalamnya adalah sekolah. Dua payung hukum ini diharapkan dapat menjadi salah satu pegangan 11
12 oleh penyelenggara Pemerintah dinegeri yang bersih bebas dari PUNGLI, sehingga diharapkan tingkat kepercayaan publik di Negeri makin terwujud. Solusi Solusi yang dapat ditawarkan dalam artikel ini adalah: Pengelolaan yang partisipatif, dalam hal ini kepala sekolah sebaiknya menerapkan model partisipatif dalam pengelolaan keuangan di sekolah. Dalam konteks ini maka kepala sekolah sebaiknya melibatkan setiap komponen yang memiliki kepentingan dalam pengembangan dan pengelolaan keuangan di sekolah. Partisipasi dari setiap warga sekolah akan menunjang pengelolaan yang baik di sekolah. Partisipatif dalam konteks ini adalah bahwa setiap warga sekolah dan stakeholder dapat memberikan saran dan petunjuk dalam penggunaan anggaran di sekolah. Pengelolaan yang partisipatif dalam konteksi ini adalah, kepala sekolah meminta saran dan pertimbangan kepada seluruh warga sekolah terkait pengelolaan keuangan di sekolah. Pengelolaan partisipatif menghadirkan setiap warga sekolah dan stakeholder dalam rangka pengambilan keputusan tentang penggunaan anggaran. Sehingga ketika ada program penggunaan anggaran yang dianggap kurang tepat dapat langsung dipertimbangkan oleh seluruh peserta yang terlibat dalam rapat penggunaan anggaran. Selain itu, dalam pengelolaan yang partisipatif tentunya akan ada pembagian kewenangan penggunaan anggaran kepada siapa yang 12
13 ditunjuk sebagai pelaksana program, sehinga setiap program atau pengelolaan keuangan akan memiliki penanggungjawab program, sehingga ketika membuat pelaporan maka akan lebih baik. Selain itu pengelolaan yang partisipatif akan membuat setiap pengelolaan anggaran menjadi lebih efisien, transparan dan akuntabel, dimana setiap perencanaan dan penggunaan anggaran akan mudah dipantau oleh seluruh orang yang berkompeten didalam pengelolaan keuangan termasuk didalamnya adalah masyarakat di sekolah, guru, staf dan orang tua siswa. Lebih lanjut, bahwa dengan adanya pengelolaan partisipatif maka sekolah juga akan terhindar dari praktek PUNGLI, dengan pengelolaan yang partisipatif maka setiap permintaan bantuan kepada orang tua siswa akan selalu di diskusikan bersama dengan komite sekolah, dan terkait pengelolaan maka dana yang dikumpulkan dari orang tua siswa melalui komite sekolah, maka dana tersebut akan dikelola secara bersama-sama dengan orang tua siswa agar terjadi efisiensi, transparansi dan akuntabiltitas serta bebas PUNGLI. D. Kesimpulan dan Harapan penulis Kesimpulan Pengelolaan yang baik hanya mungkin yang terjadi jika adanya penggunaan anggaran yang efesien, transparan dan akuntabel. Pada prinsipnya pengelolaan yang baik akan memberikan dampak positit terhadap perkembangan sekolah, selain itu tingkat kepercayaan 13
14 masyarakat akan meningkat seiring terjadinya transparan pengelolaan di sekolah. Lebih lanjut, untuk membuat pengelolaan yang baik maka perlu dilakukan pengelolaan partisipatif, dimana setiap warga sekolah dapat berpartisipasi dalam perencanaan dan pengelolaan anggaran yang digunakan di sekolah. Pengelolaan yang partisipatif juga akan meningkatkan kepedulian dan partisipasi warga sekolah terhadap setiap program sekolah. Dengan adanya partisipasi dari warga sekolah maka pengelolaan akan menjadi lebih baik. Harapan Penulis Yang menjadi harapan penulis adalah sebagai berikut: 1. Terkait dengan penulisan artikel ini maka yang menjadi harapan adalah bahwa kepala sekolah dan seluruh pengelola keuangan perlu dibekali dengan kompetensi pengelolaan yang baik melalui berbagai pelatihan pengelolaan keuangan di sekolah 2. Terkait dengan penulisan artikel ini, harapan penulis adalah terwujudya tata kelola Sekolah yang Baik,Transparan dan akuntabel sehingga praktek pungli dan praktek korupsi diberbagai Sekolah terkait dengan pengelolaan keuangan dapat teratasi sehingga layanan pendidikan kepada masyarakat tidak terganggu dan kualitas pendidikan akan meningkat. 14
15 3. Terkait dengan pelaksanaan simposium ini maka penulis memiliki harapan agar kegiatan seperti simposium ini kiranya berkelanjutan demi terwujudnya guru dan tenaga kependidikan yang berkualitas 15
16 Daftar Pustaka Baedowi, Ahmad Calak Edu (Esai-Esai Pendidikan). Jakarta; Pustaka Alfabet Bastian, Indra Akuntansi Pendidikan. Jakarta; Gelora Aksara Pratama Nurkolis Manajemen Berbasis Sekolah (Teori Model dan Aplikasi). Jakarta; Grasindo Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2016 Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
17
BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan salah satu upaya guna menciptakan keteraturan dan kesinambungan dalam sistem tata pemerintahan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran Daerah adalah suatu rencana keuangan yang disusun untuk satu periode mendatang yang berisi tentang Pendapatan dan Belanja Negara/ Daerah yang menggambarkan
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Hal ini terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional saat ini sedang mengalami berbagai perubahan yang cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan fungsi dan tujuan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Per 17 Desember 2008 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara, peranan Negara dan pemerintah bergeser dari peran sebagai pemerintah (Government) menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan akan menjadi salah satu bahan penilaian yang penting, karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran tersebut tercantum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja Instansi Pemerintah merupakan gambaran mengenai pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan strategi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu, negara sebagai penjamin kehidupan masyarakat harus mampu menyelenggarakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SUMENEP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : BUPATI SUMENEP
Lebih terperinciV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta caracara
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Akuntabilitas Akuntabilitas juga merupakan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam pencapaian hasil pada pelayanan publik. Dalam hubungan ini, diperlukan evaluasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era otonomi terjadi pergeseran wewenang dan tanggung jawab dalam pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi daerah memberikan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Semenjak era reformasi yang dimulai pada tahun 1998 bangsa Indonesia telah maju selangkah lagi menuju era keterbukaan, hal ini terlihat dari semakin tingginya kesadaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik. Dari segi pemerintahan salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. aparatur pemerintah dan kalangan-kalangan yang memiliki akses kekuasaan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterpurukan pemerintah semenjak jatuhnya rezim Orde Baru dibawah kepemimpinan Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 menjadi pemandangan yang wajar dilihat maupun didengar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah
Lebih terperinciBagian Hukum dan HAM pada Sekretariat Daerah Kota Bandung KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga tugas penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Bagian Hukum dan HAM pada Sekretariat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup sebuah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup sebuah masyarakat. Oleh karena itu, negara sebagai penjamin kehidupan masyarakat harus mampu menyelenggarakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan reformasi, istilah Good Governance begitu popular. Salah satu yang cukup penting dalam proses perubahan
Lebih terperinciPengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik
Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik Keuangan desa adalah barang publik (public goods) yang sangat langka dan terbatas, tetapi uang sangat dibutuhkan untuk membiayai banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah
Lebih terperinciKebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum
emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahap penganggaran, implementasi maupun pertanggungjawaban. Salah. Implementasi sejumlah perangkat perundang-undangan dibidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma manajemen pemerintahan khususnya pemerintah daerah merupakan suatu tuntutan yang perlu direspon oleh pemerintah daerah karena perubahan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
LAMPIRAN II: Draft VIII Tgl.17-02-2005 Tgl.25-1-2005 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Konon sangat sulit mencari kader-kader pemimpin pada berbagai tingkatan. Reformasi dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pendidikan nasional Indonesia dimaksudkan untuk menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan, serta efisiensi manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, mewujudkan pemerintahan yang baik (good
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar lagi keberadaannya dan mutlak terpenuhi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah berdampak pada pergeseran sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi, yaitu dari pemerintah pusat kepada
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN
BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), sebagaimana dimaksud
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Birokrasi merupakan instrumen untuk bekerjanya suatu administrasi, dimana birokrasi bekerja berdasarkan pembagian kerja, hirarki kewenangan, impersonalitas
Lebih terperinciPembiayaan Pendidikan Perspektif PP 48 Tahun 2008 dengan Perpres 87 Tahun Bahan Kajian
Pembiayaan Pendidikan Perspektif PP 48 Tahun 2008 dengan Perpres 87 Tahun 2016 Bahan Kajian 2 SUMBER BIAYA SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEND DASAR PEND MENENGAH PEND DASAR DAN MENENGAH Pemerintah/
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada di sekolah sehingga apa yang menjadi kelebihan sekolah dapat lebih
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang dapat dimaknai sebagai wadah untuk menuju pembangunan Nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, sekolah harus lebih memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desentralisasi adalah salah satu sistem administrasi pemerintahan, dalam banyak hal tidak dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan suatu negara. Sejarah mencatat desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma good governance muncul sekitar tahun 1990 atau akhir 1980-an. Paradigma tersebut muncul karena adanya anggapan dari Bank Dunia bahwa apapun dan berapapun bantuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. warganya, dan pasar dengan warga. Dahulu negara memposisikan dirinya sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era informasi pelayanan publik menghadapi tantangan yang sangat besar. Hal ini berkaitan dengan relasi antara negara dengan pasar, negara dengan warganya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu wujud keberhasilan pemerintah adalah dengan mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu wujud keberhasilan pemerintah adalah dengan mewujudkan laporan keuangan yang berkualitas. Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala Tangerang sebagai SATKER UPT Kementerian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam era otonomi daerah ini, masyarakat semakin menyadari hak dan kewajibannya sebagai warga Negara dan lebih dapat menyampaikan aspirasi yang berkembang yang salah
Lebih terperinci2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tetapi belum diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Dalam Peraturan Pemerintah in
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 121) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi. Seluruh pihak termasuk pemerintah sendiri mencoba mengatasi hal ini dengan melakukan
Lebih terperinciPenerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber. Pada kenyataannya, pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana, melainkan suatu
Lebih terperinciLaporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan prasyarat bagi setiap pemerintah untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah merubah tatanan demokrasi bangsa Indonesia dengan diberlakukannya sistem otonomi daerah,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN FORUM KONSULTASI PUBLIK DI LINGKUNGAN UNIT PENYELENGGARA PELAYANAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbasis sekolah (MBS). (Depdiknas, 2006). Penguatan akses publik atas informasi manajemen anggaran sekolah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009, salah satu kebijakan Departemen Pendidikan Nasional adalah penguatan tata kelola,
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI BALI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
PEMERINTAH PROVINSI BALI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Puja Pangastuti Angayubagia Kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini media cetak maupun media elektronik di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada masa ini media cetak maupun media elektronik di Indonesia, banyak sekali mengeluarkan pemberitaan tentang aparatur pemerintah indonesia yang menyelewengkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. respon positif atas krisis ekonomi dan krisis kepercayaan yang terjadi.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi pada sistem keuangan daerah terjadi ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam satu dekade terakhir ini, bangsa Indonesia sedang berupaya memperbaiki kinerja pemerintahannya melalui berbagai agenda reformasi birokrasi dalam berbagai sektor
Lebih terperinciPada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses
B A B I P E N D A H U L UA N A. LATAR BELAKANG Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan melalui langkah-langkah strategis
Lebih terperinciBAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok Program Pengembangan Otonomi Daerah pada tahun 2004, yaitu
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan fungsi dan tujuan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 6
No. 8, 2003 LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 6 PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG PARTISIPASI PIHAK KETIGA DALAM PEMBANGUNAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,
PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik dan
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan aparatur negara mencakup aspek yang luas. Dimulai dari peningkatan fungsi utama, kelembagaan yang efektif dan efisien dengan tata laksana yang jelas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan asas densentralisasi
Lebih terperinciINTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMBAHARUAN KEBIJAKSANAAN PENGELOLAAN IRIGASI PRESIDEN REBUBLIK INDONESIA,
1 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMBAHARUAN KEBIJAKSANAAN PENGELOLAAN IRIGASI PRESIDEN REBUBLIK INDONESIA, Menimbang : 1. bahwa pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepemerintahan yang baik (good governance). Good governance adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Reformasi telah mendorong perubahan dalam pengelolaan negara. Setelah pada masa Orde Baru, semua urusan pengelolaan daerah tersentralisasi, maka pada reformasi
Lebih terperinciREFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI
REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI Jakarta, 11 Agustus 2015 Disampaikan pada acara : Rapat kerja Tengah Tahun Lembaga Penyiaran RRI Tahun 2015 Esensi Reformasi
Lebih terperinci5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN)
5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK NILAI-NILAI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK Pelayanan Memberikan layanan yang memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang mendapat perhatian besar dari berbagai pihak semenjak reformasi pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. desa. Salah satu tujuan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang merupakan pengganti berbagai peraturan perundangan mengenai pemerintahan desa. Salah satu tujuan dikeluarkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Otonomi daerah di Indonesia didasarkan pada undang-undang nomor 22 tahun 1999 yang sekarang berubah menjadi undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG PUNGUTAN DAN SUMBANGAN BIAYA PENDIDIKAN PADA SATUAN PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam
Lebih terperinciBUPATI BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN
PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN Oleh : NAMA : HASIS SARTONO, S.Kom NIP : 19782911 200312 1 010
Lebih terperinciBAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa Negara wajib melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan faktor yang secara signifikan mampu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu pembangunan pendidikan memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung dengan sistem kontrol yang baik, untuk menetukan apakah kinerja dari perusahaan tersebut berjalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia telah bergulir selama lebih dari satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi di Indonesia telah bergulir selama lebih dari satu dekade dan hal itu menandakan pula bahwa pelaksanaan otonomi dalam penyelenggaraan pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengatur
I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengatur sistem pemerintahan dalam tiga tingkatan utama, yakni provinsi sebagai daerah otonom terbatas,
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016
PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhirakhir ini, membawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tergantung pada kesempurnaan aparatur negara khususnya Pegawai Negeri Sipil
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur negara khususnya Pegawai Negeri Sipil (PNS). Apalagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah merupakan titik reformasi keuangan daerah.
Lebih terperinciDinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar
Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyusunan anggaran merupakan suatu proses yang berbeda antara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyusunan anggaran merupakan suatu proses yang berbeda antara sektor swasta dengan sektor pemerintah, termasuk diantaranya pemerintah daerah. Pada sektor swasta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tatacara penyelenggaraan pemerintah mengelola dan mengatur pemerintah sangat mempengaruhi baik atau buruknya suatu pemerintahan berjalan. Pemerintah yang dikelola
Lebih terperinciBAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1 Kebijakan Umum Pengelolaan Pendapatan Daerah Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara bahwa Keuangan Daerah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dewasa ini dalam era globalisasi pemerintah memiliki tantangan yang besar
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini dalam era globalisasi pemerintah memiliki tantangan yang besar dalam menunjukkan kepada masyarakat, bahwasanya mereka mampu profesional memiliki etos kerja
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum Wr. Wb
KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum Wr. Wb Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-nya kami dapat menyusun Laporan Kinerja (LKJ) Komisi Pemilihan Umum
Lebih terperinciTERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN
TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN Untuk memberikan gambaran yang jelas pada visi tersebut, berikut ada 2 (dua) kalimat kunci yang perlu dijelaskan, sebagai berikut : Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional karena merupakan salah satu penentu kemajuan bagi suatu negara (Sagala, 2006).
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 36 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia sejak tahun 1990-an dan semakin populer pada era tahun 2000-an. Pemerintahan yang baik diperkenalkan
Lebih terperinci&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS
UU &DIKTI Keuangan DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS Keuangan Di dalam Pasal 23 Ayat (1) UUD 1945 perumusan tentang keuangan adalah: Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi pengelolaan keuangan Negara masih terus dilakukan secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi pengelolaan keuangan Negara masih terus dilakukan secara berkelanjutan. Hal ini dimaksudkan agar amanat yang tertuang dalam pasal 3 ayat (1) Undang-Undang
Lebih terperinci