BAB III TINJAUAN KASUS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB III TINJAUAN KASUS

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal di Ruang ketergantungan

BAB III TINJAUAN KASUS. dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien

BAB III TINJAUAN KASUS


BAB III TINJAUAN KASUS. laki - laki, pendidikan pasien STM, dan tidak bekerja, pasien tinggal di

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 januari 2010, pukul WIB di

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Koping individu tidak efektif

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggl 6 Januari 2008, di ruang IV

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. paranoid. Klien bernama Tn.ES, umur 33 th, laki-laki, pendidikan terakrih

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB III TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN SP DENGAN HALUSINASI

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VII (Hudowo) RSJ

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal Desenber Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM ,

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL

BAB III TINJAUAN KASUS. : Jawa, Indonesia. : 10 Januari 2011 pukul WIB. Semarang

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VI (Gatot Kaca) RSJ Amino

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di Ruang VII Rumah Sakit Jiwa

BAB III TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

NURSING CARE PLAN (NCP)

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB III TINJAUAN KASUS

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB II TINJAUAN KONSEP

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2008 di Ruang 2 di RSJD Amino Gondo

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Masalah : Isolasi sosial Pertemuan : I (satu)

Lampiran 1. JADUAL KEGIATAN HARIAN Nama : No. Kode: Ruang Rawat : No. Waktu Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Ket

STUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

KMSJ Kartu Menuju Sehat Jiwa


BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB III TINJAUAN KASUS

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM. Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Gangguan proses pikir : Waham

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB III TINJAUAN KASUS

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. P DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENATALAKSANAAN REGIMENT TERAPEUTIK INEFEKTIF

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny.

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

BAB IV PEMBAHASAN. Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB III TINJAUAN KASUS. Klien masuk RSJD Dr. Aminogondoutomo pada tanggal 14 Januari 2009.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD)

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131

MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI

BAGIAN PSIKIATRI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SUMATERA UTARA JL. Tali Air no. 21 Medan PERNYATAAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Inisial klien : Tn W Umur : 38 Th Jenis Kelamin : Laki-Laki Suku : Jawa Alamat : Desa terban RT 008 / 001 penawangan, Grobogan Tanggal pengkajian : 07 Januari 2011 Tanggal masuk : 05 Januari 2011 Agama : Islam Pekerjaan : - Status perkawinan : Kawin Pendidikan : SD No. RM : 027200 Diagnosa Medis : Skizophrenia Paranoid Penanggung jawab Nama : Tn S Hubungan dengan klien : Kakak pasien Umur : 40 th Pendidikan : SMP Pekerjaan : Swasta Alamat : Desa terban RT 008 / 001 penawangan, Grobogan a. Alasan Masuk Bicara kacau, sering melamun 1

b. Predisposisi Kurang lebih 2 minggu pasien sulit tidur, sering melamun, menyendiri, sedih. Klien sedih karena pernikahannya gagal. Klien dulu pernah dirawat pada tahun 2004 dinyatakan sembuh dengan keluhan yang sama. Didalam keluarga klien, tidak ada yang sakit seperti klien. Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang saat ini sulit dihilangkan yaitu gagal dalam pernikahan dan ditinggalkan oleh calon suaminya itu. c. Faktor prespitasi Klien sering melamun, menyendiri dan sering bicara kacau sehingga klien dibawa di rumah sakit. III. Pemeriksaan Fisik a. Tanda tanda vital Tekanan Darah Nadi Suhu RR : 120/70 mmhg : 80 x/menit : 37 o C : 22 x/menit b. Data antropometri Tinggi Badan Berat Badan : 164 cm : 58 kg c. Keluhan fisik Kepala : Rambut kotor 2

Mata Hidung Telinga Mulut Leher Kulit : Konjungtivitis : Tidak terdapat penumpukan sekret : Simetris, kotor : Bibir kering, kotor : Tidak terdapat pembesaran tiroid : Kulit kering, kurang bersih. IV. Psikososial 1. Genogram Klien tinggal bersama orang tuanya dan kakaknya. Keluarga klien tidak ada yang sakit seperti klien. Yang menanggung kebutuhan keluarga adalah ayah klien yang bekerja sebagai petani. Pengambilan keputusan klien meminta bantuan kepada ibu atau bapak. 3

2. Konsep diri a. Gambaran Diri Klien mengatakan tidak ada masalah dengan anggota tubuhnya, klien menyukai semua bagian tubuhnya. b. Identitas Diri Klien adalah anak kedua dari dua bersaudara, klien mengakui berjenis kelamin laki-laki. Klien tidak ada/ tidak mempunyai masalah dengan jenis kelaminnya, dan merasa puas sebagai seorang laki-laki. c. Ideal Diri Klien berharap dapat menikah dengan orang yang disayangi dan ingin cepat sembuh agar cepat pulang kerumah membantu bapaknya bertani. d. Peran Diri Klien mengatakan dalam keluarga perannya sebagai anak terakhir yaitu anak kedua dari dua bersaudara. e. Harga Diri Klien mengatakan merasa malu karena pernikahannya gagal dan merasa minder dengan keadaannya sekarang. 3. Hubungan sosial Orang yang terdekat dengan klien adalah ibunya. Hubungan dengan masyarakat atau teman merenggang karena klien lebih suka menyendiri, kurang bergaul dan menyendiri, klien juga merasa malu. 4

4. Spiritual a. Nilai dan keyakinan Klien adalah seorang yang beragama islam dan percaya Tuhan pasti akan memberi kesembuhan. b. Kegiatan Ibadah Waktu dirumah klien jarang sholat begitu juga saat di Rumah Sakit ini. 5. Status Mental a. Penampilan Saat dikaji penampilan kurang bersih, kurang rapi, pakaian sesuai yang digunakan. b. Pembicaraan Bicara lambat, nada bicara tidak keras. Keras. Bicara seperlunya dan kata-kata jelas. Setiap kalimat satu dengan kalimat lain saling berhubungan. Kadang butuh mengulang pertanyaan dua kali untuk menjawab pertanyaan. c. Aktivitas Motorik Saat pengkajian klien gelisah, duduk berdiri. d. Alam Perasaan Saya sedih karena saya merasa kecewa, karena pernikahan saya telah gagal. 5

e. Afek Afek klien sesuai, contoh: saat diberikan cerita tentang keadaan sedih, klien merasa ikut sedih dan sebaliknya. f. Interaksi selama wawancara Saat wawancara semua pertanyaan dijawab walaupun dengan suara yang lambat. Kontak mata dengan perawat kurang klien lebih suka menunduk dan kurang kooperatif. Tidak ada sikap bermusuhan saat wawancara. g. Persepsi Klien mengatakan halusinasi pendengaran. Klien mengatakan mendengar suara-suara yang selalu mengejek dan menakutinya. Suara itu datang saat klien menyendiri dan melamun. Suara-suara itu seperti orang sekampungnya, suara itu muncul kurang lebih 2 kali sehari, atau tidak pasti karena suara itu muncul saat melamun, lama suara tersebut kurang lebih tiga menit. Klien merasa ketakutan dan terkadang jika klien tidak bisa menahan, klien mengucapkan kata Bismillah, dan suara itupun menghilang. h. Proses fikir Kadang ada blocking setiap pertanyaan. Contoh: Ada waktu beberapa detik untuk menjawab pertanyaan. Walupun begitu, jawaban tidak berbeli-belit. i. Isi Pikir Klien tidak mengalami ganguan dalam isi fakir. 6

j. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi terhadap waktu, tempat dan orang terdekat, klien juga mengetahui orang yang mengajak bicara. k. Memori Klien masih dapat mengingat keadaan masa lalu karena masih ada kejadian yang lebih dari satu tahun klien masih dapat mengingat. l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung Klien dapat berhitung degan baik, masih dapat konsentrasi dengan cukup baik terbukti bahwa klien bisa menyebutkan saudaranya dan bisa menghitung sudah berapa lama klien dirawat. m. Kemampuan Penilaian Klien dapat mengambil keputusan sederhana tanpa bantuan, misal: selesai klien makan, klien langsung mencuci piring sendiri. n. Daya Tilik Diri. Daya tilik klien baik, klien menyadari kalau dia sedang sakit, dan sehingga dibawa di Rumah Sakit Jiwa daerah Semarang. V. Kebutuhan persiapan Pulang a. Makan Klien bisa makan sendiri. Saat makanan klien langsung makan tanpa harus nunggu perintah. Makan 3 kali sehari. Dan setiap porsi makanan selalu habis satu porsi. 7

b. BAB / BAK Untuk kebutuhan BAB ataupun BAK klien tidak membutuhkan bantuan dari siapapun. Klien mampu melakukan semua itu sendiri. c. Mandi Klien biasanya mandi sehari 2 kali. Setiap pagi dan sore. Dan tanpa bantuan siapapun. Klien mandiri. d. Berpakaian Klien mampu berpakaian sendiri sesuai pasangannya. Setiap klien mandi klien ganti baju, klien mampu menyisir rambutnya sendiri selama di RSJD. e. Istirahat dan Tidur Klien tidur sehari kurang lebih 8 jam, tidak ada persiapan khusus jika ingin tidur. Tidur malam biasanya jam 20.00-05.00 WIB. f. Penggunaan Obat Selama di Rumah Sakit Jiwa Daerah klien diberi obat 2 kali yaitu sebelum makan siang dan setelah makan malam. Obat selalu diminum, tidak dibuang, reaksi obat yang dirasakan klien yaitu klien merasa mengantuk. g. Pemeliharaan kesehatan Tekad keluarga sudah bulat dan berani menerima konsekuensinya untuk mengobati anaknya di Rumah Saki Jiwa Daerah ini, keluarga akan mengunjungi klien. Klien mengatakan jika sudah pulang nanti akan rutin kontrol dirumah sakit. 8

h. Kegiatan dirumah Klien mengatakan jika nanti sudah pulang kerumah, klien akan mencari kesibukan dengan bekerja membantu ayah dan ibu. i. Kegiatan diluar rumah Klien tidak pernah melakukan kegiatan diluar selama sakit, tetapi kalau pulang nanti klien ingin mengikuti kegiatan yang ada dikampungnya, misalnya pengajian. VI. Mekanisme Koping Bila klien mempunyai masalah, klien selalu memendam dan tidak mau terbuka, klien enggan bercerita. VII. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan darah : Nama Hasil Nilai Normal Glukosa sewaktu 95 mg / dl < 140 mg/100 ml Ureum 13 mg /100ml 10-50 mg/100 ml Creatinin 0,7 mg /100ml L: 0,6-1,1 D: 0,5-09 Cholesterol total 155 mg / 100 ml 150-220 Trigliserid 50 mg s/d 150 Protein total 6,3 8,0 Albumin 3,6 mg / 100ml 3,8 5,1 SGOT 16 U / L L : s/d 37 P : s/d 31 SGPT 16 U/L L : s/d 42 P : s/d 32 Uric acid 61 mg/100ml L : s/d 3,5-7 P : 2,5-5,7 9

b. Therapi medik 1) Halloperidol : 2 x 5 mg 2) Tryhexyphenidyl : 2 x 2 mg 3) Promactil : 2 x 100 mg 4) Chloramphenicol : 2 x 2 tetes B. Analisa Data NO Tgl dan jam Data Fokus Masalah 1 7 januari 2011 DS : Saya merasa kesal, sampai- sampai Resiko menciderai diri 08.30 dulu tangan saya, saya sayat dengan sendiri. Orang lain dan pisau kecil (silet). lingkungan DO : Terdapat luka sayatan 2 DS : Saya sering mendengar suara- suara Gangguan persepsi yang selalu mengejek saya, suara itu datang saat saya menyendiri dan sensori : halusinasi dengar melamun Suara itu seperti orang sekampung, suara itu muncul kurang lebih 2 sampai 3 kali sehari DO : Klien nampak bicara- bicara sendiri, dan senyum- senyum. 3 DS : saya males ngobrol mbak DO : Kontak mata kurang, sering Isolasi sosial: Menarik diri menunduk, tidak fokus. 4 DS : Saya malu, karena pernikahan saya telah gagal Gangguan konsep Diri : Harga Diri Rendah DO : Klien senang menyendiri, klien nampak malu. 10

C. Pohon Masalah Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain, dan Lingkungan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran Core Problem Isolasi Sosial: Menarik Diri Gangguan Konsep Diri: Harga Diri D. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi dengar. 2. Gangguan sensori persepsi : halusinasi dengar berhubungan dengan menarik diri. 3. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah 11

E. Perencanaan No No. Diagnosa Perencanaan DX Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi 1 Resiko menciderai diri, orang Pasien dapat mengontrol Setelah 1x interaksi pasien lain dan lingkungan halusinasi yang dialaminya. dapat menunjukkan tandatanda berhubungan dengan halusinasi 1: percaya pada dengar Klien dapat membina hubungan perawat. Ekspresi wajah saling percaya bersahabat menunjukkan rasa senang, ada kontak mata dan berjabat tanan dan menyebut nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi Intervensi Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi terapeutik. a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janji f. Tunjukkan sikap menerima klien apa adanya g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien 12

2: Klien dapat mengenali halusinasi Setelah 2x interaksi pasien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi. Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya a. Adakan kontak sering & singkat secara bertahap. b. Observasi tingkat laku klien terkait dengan halusinasinya bicara, dan tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri / ke kanan / ke atas / ke bawah seolah ada teman bicara c. Membantu klien mengenal halusinasinya - Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan. Apakah ada suara-suara yang didengar - Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang dia katakan - Katakan bahwa perawat percaya bahwa klien mendengar suara itu namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh dan menghakimi) 13

3: Klien dapat mengontrol halusinasinya Setelah 3x interaksi pasien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya. - Klien dapat menyebutkan cara baru - Katakan bahwa klien lain juga ada seperti klien - Katakan bahwa perawat akan membantu klien d. Diskusikan dengan klien: - Situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan halusinasi - Waktu dan frekuensi halusinasi e. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (takut, marah, senang, sedih) a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri dan lain-lain) b. Jelaskan manfaat cara yang dilakukan klien, jika bermanfaat beri pujian c. Diskusikan cara baru untuk memutus / mengontrol halusinasi 14

- Katakan saya tidak mau mendengar kamu (pada saat halusinasi) - Memuji orang lain (perawat, teman atau anggota keluarga) untuk bercakap-ckap atau mengatakan halusinasi yang terdengar - Membuat jadwal kegiatan seharihari agar halusinasi tidak sampai muncul d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap e. Beri kesempatan cara yang telah dilatih, evaluasi halusinasinya dan beri pujian jika berhasil f. Anjurkan klien mengikuti terapi aktifitas kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi 15

4: Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya Setelah 4x interaksi pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat - Keluarga dapat menyebutkan pengertian tanda dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi a. Anjurkan keluarga untuk membantu klien jika mengalami halusinasi b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung / pada saat kunjungan di rumah) - Gejala halusinasi yang dialami klien - Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi - Cara merawat anggota keluarga yang terkena halusinasi, dirumah, beri kegiatan jangan biarkan sendiri, makan bersama c. Beri informasi waktu follow up atau kapan berlumen dapat bantuan halusinasi tidak terkontrol dan resiko menciderai diri 16

5: Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik - Setelah 5x interaksi pasien Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat. - dapat mendemonstrasikan penggunaan obat benar - dapat informasi tentang efek samping obat a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat b. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang disediakan 2 Isolasi sosial : menarik diri Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain: 1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya. Setelah 1x interaksi ina hubungan saling percaya dengan pasien dapat : menunjukkan tandatanda a. Beri salam setiap berinteraksi percaya pada b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat. wajah cerah, perawat dan tujuan perawat tersenyum, mau berkenalan. berkenalan, ada kontak c. Tanyakan nama dan panggilan mata, bersedia nama kesukaan pasien. 17

menceritakan perasaannya, bersedia mengungkapkan perasaan. d. Tunjukkansikapjujurdan menepati janji setiap kali berinteraksi. e. Tanyakan perasaan pasie dan masalah yang dihadapi pasien. f. Buat kontak interaksi yang jelas. g. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan pasien. 2. Pasien mampu menyebutkan penyebab menarik diri Setelah 2x interaksi pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri a. Diri Sendiri b. Orang lain Tanyakan pada pasien tentang: a. Orang yang tinggal serumah atau sekamar dengan pasien. b. Orang yang paling dekat dengan pasien dirumah atau di ruang perawatan. 18

c. Lingkungan c. Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut. d. Orang yang tidak dekat dengan pasien dirumah atau diruang perawatan e. Apa yang membuat orang tidak dekat dengan orang tersebut f. Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain g. Diskusikan dengan pasien tentang penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain h. Beri pujian terhadap klien mengungkapkan perasaannya 19

3. Pasien mampu menyebutkan keuntungan bersosialisasi dan kerugian menarik diri Setelah 3x interaksi pasien dapat menyebutkan keuntungan bersosialisasi, misalnya: a. Banyak teman b. Tidak kesepian c. Bisa diskusi d. Saling menolong Dan kerugian menarik diri misalnya: a. Sendiri b. Kesepian tidak bisa diskusi a. Tanyakan pada pasien tentang: 1. Manfaat hubungan soslal 2. Kerugian menarik diri b. Diskusikan bersama pasien tentang manfaat bersosialisasi dan kerugian menarik diri c. Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya 20

4. Pasien dapat bersosialisasi secara bertahap Setelah 4x interaksi pasien dapat bersosialisasi secara bertahap dengan: a. Perawat b. Perawat lain c. Pasien lain d. Kelompok a. Observasi perilaku pasien saat bersosialisasi b. Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan dengan: a. Perawat lain b. Pasien lain c. kelompok c. Libatkan pa&ien dalam terapi aktiviitas kelompok sosialisasi d. Diskusikan jadwal harian yang dapat diliakukan untuk meningkatkan kemampuan pasien bersosialisasi e. Beri nioti vasi pasien untuk melakukan kegiatan sisuai dengan jadwal yang telah di buat. f. Beri pujian terhadap kemampuan pasien memperluas pergaulannya melahiai aktivitas yang dilaksanakan 21

5. Pasien mampu menjelaskan perasaannya setelah bersosialisasi. Setelah 5x interaksi pasien dapat menjelaskan perasaannya setelah bersosialisasi atau berkenalan dengan: a. Orang lain b. Kelompok a. Diskusikan dengan pasien tentang perasaanya setelah bersosialisasi atau berkenalan dengan: a. Orang lain b. Kelompok b. Beri pijian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya 5. Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik 1. Setelah 6x interaksi pasien dapat menyebutkan : a. Manfaat minum obat b. Kerugian tidak minum obat. c. Nama, wama, dosis, efek terapi dan efek samping obat 2. Setelah 6x interaksi 1. Diskusikan dengan pasien tentang manfaat minum obat dan kerugian tidak minum obat tanpa konsultasi dokter dan mengetahuii warna, nama, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat. 2. Pantau pasien saat penggunaan obat 22

pasien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar, dam dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter 42 23

F. Implementasi Tgl / jam 7/1/11 08.30 8/1/11 09.00 No. DX Implementasi Keperawatan Respon pasien TTD 1 SP1p : Bina Hubungan Saling S : Klien menjawab Selamat siang nama Percaya saya Tn. W biasa dipanggil W, saya 1 Menyapa klien dengan berasal dari Penawangan, klien ramah menceritakan masalah yang terjadi 2 Memperkenalkan diri Klien mendengar suara-suara yang dengan menyebutkan selalu mengejek dan menakutnakutinya. nama lengkap, panggilan, Suara itu orang sekampung, alamat dan berjabat suara muncul saat klien melamun, tangan lamanya kurang lebih 3 menit 3 Menanyakan nama lengkap, panggilan serta alamat klien 4 Menjelaskan tujuan pertemuan yaitu ingin menyelesaikan masalah SP2p Menanyakan pada klien tentang waktu, isi dan frekuensi terjadinya halusinasi SP3p 1 Menyapa klien dengan ramah dan menanyakan kabar 2 Memvalidasi sp2p 3 Menanyakan pada klien tentang cara yang biasa dilakukan klien saat halusinasi datang 4 Ajarkan cara mengontrol halusinasi a. Dengan cara O : Klien mau menjabat tangan perawat, mau duduk berdampingan dengan perawat, tersenyum A : SP 1p dan SP 2p tercapai,klien mau mengenal halusinasi P : SP 3p Perawat : Ajarkan cara mengontrol halusinasi Klien : Mengingat-ingat apa ada masalah yang belum disampaikan kepada perawat S : Klien menjawab Selamat pagi kabarnya baik, klien mengatakan bila bisikan itu datang klien mencoba menahan dan baca bismillah, Terkadang bisikan tersebut semakin kuat. O : - Klien kooperatif saat berinteraksi - Klien memperhatikan saat perawat mendemonstrasikan cara pertama 26

menghardik mengontrol halusinasi dan b. Berbicara menghardik dengan perawat Pergi.., pergi aku tidak mau atau orang lain mendengar, pergi. pada saat Dan cara kedua saat mendengar halusinasi suara-suara bisa lapor / cerita dengan datang perawat - Klien mampu mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik dan cerita pada perawat A : SP 3 p tentang mengontrol halusinasi cara pertama dan kedua tercapai P : Lanjutkan SP 3p Perawat : Lanjutkan SP 3p lagi tentang mengontrol halusinasi cara ke 4a dan ke 4b yaitu mengontrol halusinasi dengan melakukan aktifitas sehari-hari / membuat jadwal kegiatan seharihari Klien : Mendemontrasikan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik bila suara-suara itu muncul lagi 9/1/11 Melanjutkan S : - Klien menjawab salam 09.15 Sp4p Selamat pagi kabar pagi ini baik. 1 Menyapa klien dengan ramah - Cara kemarin pernah saya lakukan 2 Menanyakan kabar yaitu menghardik, saya suruh 3 Memvalidasi SP 1,2, 3 yang pergi.. pergi jangan ganggu saya. membahas kemarin 4 Pemberian obat 5 Cara minum obat - Iya, saya mau dibuatkan jadwal aktifitas sehari-hari dari Bangun tidur 27

10/1/11 09.30 2 SP 1p : 1. mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien 2. mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain 3. mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain 4. melatih pasien untuk berkenalan dengan satu orang 5. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian. sampai tidur lagi O : Klien kooperatif, tersenyum dan mau dibuatkan jadwal aktifitas agar klien tidak melamun. Klien memperhatikan A : SP 4p klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara 3 yaitu melakukan aktifitas / membuat jadwal sehari-hari P : Lanjutkan SP 4p Perawat :Lanjutkan SP 4 p menjelaskan manfaat, macam, efek obat samping Klien : Memilih cara efektif untuk mengontrol halusinasi S : Pasien mengatakan lebih suka diam, jarang berinteraksi dengan orang lain. Tn. W mengatakan mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain. Tn. W mengatakan sekarang sudah mengerti cara berkenalan dengan orang lain dan sudah mempraktekkan keteman sekamar O : Pasien Tn. W dapat memahami panyebab isolasi sosial A : Tn. W sudah dapat menyebutkan penyebab ia menarik diri. Pasien Tn. W dapat memahami keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain. Tn. W sudah bisa mempraktikkan cara berinteraksi atau berkenalan dengan orang lain. P : lanjutkan Sp2p 28

Perawat: Melanjutkan SP2p cara berkenalan dua orang atau lebih (pasien-perawatperawat lain) Klien: Menyarankan pada klien untuk mencatat keuntungan dari berkenalan dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain. 29