PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DAN MANAJEMEN BAGI IBU RUMAH TANGGA, REMAJA PUTRI DAN KELOMPOK USAHA BERSAMA MUTIARA KOTA JAMBI

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Volume 30, Nomor 3 Juli September 2015

PKM Perajin Tedung Desa Mengwi Di Kabupaten Badung, Bali

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara

STRATEGI PENGEMBANGAN PENGUSAHA KECIL MELALUI CAPACITY BUILDING DI DAERAH TUJUAN WISATA

RUMAH PRODUKTIF DI KAMPUNG NELAYAN PANTAI KENJERAN SURABAYA

IBM PENGRAJIN SEPATU DAN SANDAL KULIT

Perempuan dan Industri Rumahan

PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA PENGRAJIN SULAM DI KEC. TANGGULANGIN KAB. SIDOARJO

Jurnal SAINSTECH Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : Vol. 1 Nomor 6 Desember 2016

PENERAPAN IPTEKS. Peningkatan Pemberdayaan UPPKS Al-Riska Melalui Inovasi Pengemasan Produk di Kota Tanjung Balai. Alkhafi Maas Siregar

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dianggap cukup representatif dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

PENGEMBANGAN SISTEM KELOMPOK HOME INDUSTRY KRIPIK TEMPE PADA DESA BANGUN JAYA

PENGEMBANGAN INKUBATOR BISNIS: SUATU PEMIKIRAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PELATIHAN MANAJEMEN PEMASARAN BAGI PENGUSAHA INDUSTRI KECIL KERUPUK LABU DI KECAMATAN MATUR, KABUPATEN AGAM, PROVINSI SUMATERA BARAT

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. Pendahuluan. Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung

BAB V PENUTUP. sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengawasan Kemitraan oleh KPPU KPD Surabaya di Provinsi Jawa

IbM PENGRAJIN KUE BAGIAK DI KABUPATEN BANYUWANGI. Herlina dan Triana Lindriati

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

IbM Kelompok Usaha Pengolahan Kerupuk Ikan Di Desa Tedunan

E-UMKM: APLIKASI PEMASARAN PRODUK UMKM BERBASIS ANDROID SEBAGAI STRATEGI MENINGKATKAN PEREKONOMIAN INDONESIA

PENCIPTAAN WIRAUSAHA BARU MELALUI PELATIHAN PRODUKSI BATIK DI KETINTANG BARU KELURAHAN KETINTANG KOTA SURABAYA

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMKM DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

Arrizal dan Syafrizal 2

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

Pembinaan Kelompok UPPKS Ibu Berkarya di Kabupaten Serdang Bedagai. Izwar lubis (Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Medan)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

PROGRAM KERJA FAKULTAS

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM

Pakar IPB dalam Siaran Pedesaan RRI FMPakar IPB dalam Siaran Pedesaan RRI FM

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

JOURNAL OF BUSINESS STUDIES

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

PENGUATAN USAHA PENGASAPAN IKAN SIDO MAKMUR KETAPANG KABUPATEN KENDAL. Jalan Menoreh Tengah X no 22 Semarang

Judul IbM A. Analisis Situasi

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

IbPE BATIK DI MEDAN SUMATERA UTARA. Faulina, Efni Siregar, Vivianti Novita Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Medan ABSTRAK

ITGBM PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN UMKM PENGRAJIN BORDIR DI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALA

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

Studi Kasus Pengembangan Usaha : Kolaborasi PTS, PRA dan IKM Keripik Tempe Pedan

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( IbM ) HOME INDUSTRI NATA DE COCO ( SARI KELAPA) Setia Iriyanto. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis sekarang ini semakin lama semakin berkembang dan semakin

BAB I PENDUHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Analisis Situasi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

PENINGKATAN KAPASITAS PENGUSAHA SEPATU DAN TAS KULIT DI MALANG UNTUK TEMBUS PASAR LUAR NEGERI Istutik 1, Bunyamin 211

1.1. Latar Belakang Indikator kemajuan sebuah Negara demokrasi diantaranya adalah tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai bidang

Oleh, Nurin Fajrina Pada Tahun 2015 ABSTRAK. program pengelolaan hasil laut yang diberikan PT.Petrokimia kepada ibu-ibu nelayan di

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERAN ASPARTAN (ASOSIASI PASAR TANI) DALAM MENDORONG BERKEMBANGNYA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI SARANA HASIL PRODUKSI IKM KERAJINAN INDUSTRI ANEKA

PENINGKATAN WIRAUSAHA WISATA SUSUR SUNGAI WANGEN

PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakekatnya setiap perusahaan di dalam menjalankan usahanya

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

IMPLEMENTASI PASAL 18 PERDA KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2009 TERHADAP PERLINDUNGAN USAHA DI KOTA MOJOKERTO

Jurnal INFORMA Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : Vol. 1 Nomor 1 Tahun 2015

Rebranding Sale Pisang dan Gula Kelapa untuk pasar yang lebih luas

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Laporan Kemajuan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahap I (70%) Skim Pengabdian Kepada Masyarakat Internal

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

13 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini kita ketahui bahwa kemajuan di bidang industri sangat pesat, baik

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan

BAB I PENDAHULUAN RENJA DISKOP.UKM LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

II. KERANGKA KAJIAN. a Industri skala mikro / rumah tangga adalah suatu perusahaan manufaktur yang mempekerjakan tenaga kerja 1-4 orang.

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

KONDISI EXISTING 2008 TARGET PENCAPAIAN PROGRAM INDIKASI KEGIATAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM STRATEGI PROGRAM SASARAN PROGRAM 1.1. URUSAN PERDAGANGAN

PENGEMBANGAN DAN PENDAMPINGAN PENGRAJIN SONGKET JAMBI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

STRATEGI PEMBERDAYAAN USAHA RUMAHAN BERBASIS POTENSI LOKAL UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KELUARGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL PEMANFAATAN EKOWISATA MELALUI PETANI SALAK PONDOH DI DESA PANDANSARI, KAJORAN, MAGELANG.

Transkripsi:

PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DAN MANAJEMEN BAGI IBU RUMAH TANGGA, REMAJA PUTRI DAN KELOMPOK USAHA BERSAMA MUTIARA KOTA JAMBI Ade Octavia, Erida, Sumarni, dan Iskandar Sam Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Permasalahan utama tidak berjalannya usaha Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Mutiara adalah motivasi yang rendah dari anggota kelompok dan kurangnya keahlian yang dimiliki. Prospek usaha tersebut kedepan sangat menjanjikan, untuk itu perlu diberikan motivasi melalui pelatihan kewirausahaan dan manajemen. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan motivasi kelompok masyarakat dan daya saing produk dengan memberikan pelatihan kewirausahaan dan manajemen bagi kelompok usaha bersama (KUBE) Mutiara serta ibu-ibu rumah tangga dan remaja putri yang ada di Kecamatan Pelayangan Kota Jambi. Melalui kegiatan PPM ini memotivasi mitra untuk menggalakkan produk lokal menjadi produk unggulan dari Kota Jambi dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahu n 2015. Lebih lanjut terjadi peningkatan motivasi mitra untuk berwirausaha dan meningkatkan kualitas produknya. Kata Kunci: kewirausahaan, kualitas produk PENDAHULUAN Pemerintah telah berupaya maksimal dan berkomitmen penuh mengatasi kemiskinan dan mensejahterahkan rakyat melalui program pengembangan kewirausahaan untuk mendorong perkembangan UMKM, dimana dapat dikelompokkan menjadi empat model. Pertama, model diklat terapan dengan program inkubasi bisnis, paket pelatihan, pendidikan kompetensi dan studi perbandingan. Kedua model merit system yang merupakan program pengembangan kewirausahaan dengan kawasan outsourcing, pemberian lokasi pemasaran, pameran tetap dan packaging house. Ketiga model kemitraan dengan program PKBL, CSR, trading house dan kolaborasi bisnis. Keseluruhan model ini didukung oleh pemerintah dalam bentuk bantuan pendanaan, kebijakan pendukung, pelatihan dan pendampingan usaha untuk memperkuat capacity building dan skill manajerial pemilik usaha. Penekanan pada Program pelatihan dan pendampingan usaha UMKM tersebut adalah pada model pengembangan UMKM yang menitikberatkan pada upaya perbaikan sistem kelembagaan ( capasity building) dan aspek manajerial, dilakukan secara intensif dan berkelanjutan, dengan melibatkan secara aktif konsultankonsultan UMKM profesional. Konsultankonsultan tersebut bertugas memberikan nasehat ( advisory) dan konsultansi, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan operasional UMKM sehari-hari. Lebih lanjut, Pemerintah melalui departemendepartemen terkait seperti: Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Koperasi, Departemen Tenaga Kerja, dan lain-lain, telah mengembangkan berbagai program pelatihan (pendidi kan dan latihan) untuk meningkatkan skill manajerial dan kemampuan teknis produksi untuk para pengusaha koperasi dan UMKM. Namun berdasarkan pengamatan dan hasil evaluasi dari berbagai program pelatihan tersebut, ternyata hasilnya dianggap kurang sesuai harapan dan belum terlihat perkembangan yang signifikan terhadap usaha terutama pada inovasi pemasaran dan daya saing usaha setelah pengusaha mengikuti pelatihan. Disisi lain model pelatihan dan pendampingan usaha ini seringkali tidak tepat sasaran. Banyaknya program_program yang sama dari instansi/lembaga yang berbeda menyebabkan kegiatan menjadi tumpang tindih dan tidak fokus terhadap permasalahan utama yang dihadapi UMKM. Bersama Mutiara Kota Jambi 36

Tantangan industrialisasi dan perdagangan bebas menuntut penguatan pelaku bisnis di pedesaan menggunakan model-model baru dengan mempertimbangkan aspek budaya dan struktur strategis pembangunan. Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015 menuntut pelaku bisnis termasuk UMKM harus meningkatkan daya saing. Produk yang dihasilkan harus memiliki keunggulan baik dari sisi kualitas maupun kuantitas dibandingkan dengan produk dari negara lain. Jika tidak memiliki keunggulan maka produk lokal akan sulit bersaing dan Indonesia hanya akan menjadi pasar sasaran dari produk-produk luar negeri. Peran serta pemerintah sangat diperlukan dalam mempersiapkan UMKM menghadapi MEA melalui pengembangan tiga P: pendampingaan yang dapat menggerakkan partisipasi total masyarakat, penyuluhan dapat merespon dan memantau perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat dan pelayanan yang berfungsi sebagai unsur pengendali ketepatan distribusi asset sumberdaya fisik dan non fisik yang diperlukan masyarakat (Vitalaya, 2000). Penguatan UMKM pada aspek tekhnis terkait dengan bagaimana mereka dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk proses produksi seoptimal mungkin. Sumber daya yang dimaksud bukan hanya berbasis sumber lokal namun penggunaan tekhnologi penunjang proses produksi juga diperlukan. Salah satu kelemahan dari UMKM adalah masih terbatasnya pengetahuan dan kemampuan mereka dalam memanfaatkan tekhnologi sehingga berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Penguatan UMKM pada aspek pemasaran hakekatnya adalah bagaimana produk yang dihasilkan disukai oleh konsumen yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan usaha. Aspek pemasaran dilingkupi oleh lingkungan yang mempengaruhinya baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti konsumen dan pesaing. UMKM memerlukan kreativitas dan inovasi untuk dapat mengantisipasi perubahan selera konsumen dan pesaing. Keberhasilan dan pertumbuhan usaha akan sangat tergantung kepada kemampuan mengadakan penyesuaian secara dinamis terhadap kondisi tersebut. Konsumen umumnya menginginkan produk-produk yang inovatif sesuai dengan keinginan mereka. Bagi UMKM keberhasilan dalam pengembangan inovasi produk baru menunjukkan bahwa UMKM tersebut lebih unggul dibanding dengan pesaingnya. Hal ini menuntut kemampuan UMKM dalam mengenali selera pelanggannya sehingga pengembangan inovasi produk yang dilakukannya pada akhirnya memang sesuai dengan keinginan pelanggannya. Dengan demikian pengembangan inovasi produk harus betul-betul direncanakan dan dilakukan dengan cermat (Ginanjar, 2012). Pada dasarnya masih banyak potensi lokal yang belum bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang memiliki peluang bisnis yang baik. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Mutiara dibentuk sebagai wadah berkumpulnya ibu-ibu rumah tangga dan remaja putri yang berada di Kecamatan Pelayangan Kota Jambi. Kelompok ini memiliki usaha-usaha produktif dan telah mendapatkan bantuan tekhnis dan manajemen dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Jambi. Salah satu jenis produk yang pernah di pasarkan adalah kerupuk ikan. Dalam kegiatan produksinya, kelompok usaha ini mendapatkan bahan baku dari sekitar lokasi usaha yang memang berada dekat dengan daerah aliran sungai batanghari. Mereka mendapatkan bahan baku dengan cara membeli dari pedagang ikan. Dari aspek ketersediaan bahan baku tidak ada permasalahan mengingat setiap saat tersedia dengan jumlah dan kualitas yang dibutuhkan. Proses pengolahan kerupuk ikan masih sederhana dimulai dari pembersihan ikan dan penggilingan, pengolahan, penjemuran sampai dengan kerupuk siap untuk dipasarkan. Alat-alat yang Bersama Mutiara Kota Jambi 37

dipergunakan juga masih sederhana. Ada dua jenis produk yang ditawarkan yaitu kerupuk ikan yang masih mentah dan kerupuk ikan yang sudah digoreng. Dari kedua jenis produk tersebut yang banyak diminati adalah kerupuk ikan yang sudah digoreng. Berdasarkan wawancara dengan konsumen, produk kerupuk ikan buatan kelompok ini memiliki kualitas yang baik dan konsumen sangat menyukainya. Dapat dikatakan permintaan pasar untuk produk tersebut cukup tinggi, namun kelompok usaha hanya membuat produk jika ada pesanan sehingga kontinuitas produk menjadi kendala. Aspek kemasan yang digunakan masih sederhana yaitu menggunakan bahan plastik biasa dan belum ada merek. Dilihat dari fungsi untuk melindungi produk kemasan yang digunakan sudah cukup baik, namun dari aspek estetika dan daya tarik produk masih sangat kurang. Produksi kerupuk ikan belum mempunyai merek dan ijin produksi, dari segi diferensiasi belum terlihat perbedaannya dengan kerupuk ikan produksi usaha lain. Sebagai produk yang berbahan baku lokal, usaha kelompok tersebut memiliki prospek yang bagus. Namun perlu diperkuat dari aspek tekhnis dan manajemen khususnya dalam pengemasan produk. Seringkali pengunjung dari luar kota menginginkan produk khas dari Provinsi Jambi namun mengalami kesulitan untuk mendapatkannya. Permasalahan yang muncul adalah kegiatan yang dilakukan kelompok ini tidak lagi berjalan dikarenakan kesibukan masing-masing anggota menjalankan aktivitas rutin sebagai ibu rumah tangga. Kondisi ini cukup memprihatinkan, mengingat potensi yang dimiliki dan peluang usaha yang terbuka lebar. Untuk memotivasi kembali ibu-ibu rumah tangga dan remaja putri yang menjadi anggota kelompok dan yang berada disekitar usaha maka perlu dilakukan pelatihan kewirausahaan dan manajemen usaha. Diharapkan dari pelatihan ini akan muncul kembali semangat mereka untuk melanjutkan kembali usaha kelompok. Selain itu diharapkan akan muncul produk-produk unggul lainnya. METODE PELAKSANAAN Metode Penerapan Ipteks Berdasarkan tujuan kegiatan ini, maka tim pengabdian pada masyarakat akan melakukan pendampingan kepada kelompok usaha yang menjadi khalayak sasaran. Dalam kegiatan ini akan diterapkan pelatihan dengan metode pembelajaran orang dewasa yaitu pendekatan ceramah, diskusi dan praktek. a. Pendekatan ceramah dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada khalayak sasaran tentang pentingnya persaingan usaha, ketersediaan bahan baku, produk yang berkualitas dan higienis serta enak dipandang mata. Khalayak sasaran akan diberikan pengetahuan tentang bagaimana membentuk jiwa kewirausahaan. Adapun untuk tenaga ahli tim pengabdian akan bekerjasama dengan Dinas Koperasi dan UMKM Kota Jambi. b. Pendekatan diskusi dilakukan untuk mendapatkan umpan balik tentang pengetahuan yang sudah diterima khalayak sasaran. Dari diskusi akan diperoleh informasi tentang sejauhmana pemahaman khalayak sasaran terhadap pengetahuan yang sudah diberikan. Rancangan Evaluasi Dalam upaya untuk mencapai tujuan pelaksanaan kegiatan, maka tim merancang sebuah evaluasi sebelum dan sesudah kegiatan pengabdian dilaksanakan. Evaluasi meliputi indikator: 1. Pemahaman peserta terhadap materi yang diberikan. 2. Antusianisme dalam melakukan kegiatan. 3. Kejelasan materi yang diberikan. 4. Kemudahan dalam menerima materi. 5. Cara pemateri menyampaikan materi. 6. Meningkatkan kemampuan khalayak sasaran dalam manajemen usaha. Bersama Mutiara Kota Jambi 38

Langkah-langkah kegiatan Kegiatan PPM ini dilakukan dengan melalui beberapa langkah meliputi: a) Persiapan: koordinasi dengan mitra, penentuan waktu pelaksanaan, menjalin kerjasama denganmitra, penentuan tenaga ahli, komunikasi dan koordinasi dengan tenaga ahli, persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pelatihan, publikasi/undangan kepada tenaga ahli dan administrasi. b) Pelaksanaan : pelaksanaan kegiatan pengabdian dilakukan dengan melibatkan tenaga ahli dan mitra. Adapun pelatihan yang diberikan kepada mitra adalah tentang manajemen dan kewirausahaan. Selanjutnya mitra diberikan pula pelatihan yang terkait dengan manajemen usaha yaitu penentuan harga jual produk, penyusunan laporan keuangan/ pembukuan sederhana dan penyusunan rencana bisnis. c) Evaluasi dan tindak lanjut: evaluasi terhadap peningkatan kemampuan mitra sebelum dan sesudah pelatihan. Partisipasi Mitra Permasalahan yang dikemukakan dalam kegiatan pengabdian ini adalah hasil pembicaraan bersama dengan ketua dan anggota kelompok, dimana selama ini memang menjadi kendala utama untuk mengembangkan usaha. Tingkat partisipasi mitra dalam pelaksanaan kegiatan ini sangat tinggi, hal ini terlihat dari antusiasnya mitra mengajak masyarakat di sekitar usaha untuk bersama-sama mengikuti pelatihan yang akan dilaksanakan dengan melibatkan pula kelompok wanita tani sebagai penggerak kegiatan. HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Pada tahap persiapan Tim PPM Fakultas Ekonomi dan Bisnis mengunjungi mitra untuk berdiskusi tentang beberapa hal terkait dengan kesiapan mitra dalam menerima kunjungan tim. Selain itu tim PPM dan mitra menentukan waktu yang tepat untuk pelaksanaan kegiaatan dan administrasi lainnya..waktu yang disepakati untuk pelaksanaan kegiatan adalah pada tanggal 4 Nopember 2015. Gambar 1. Persiapan Kegiatan PPM Pelaksanaan a. lokasi kegiatan. Kegiatan dilaksanakan di tempat tinggal ketua kelompok di Kelurahan Tahtul Yaman Kota Jambi. b. Jumlah peserta. Peserta dalam kegiatan ini terdiri dari ketua dan anggota kelompok usaha ditambah dengan remaja putri dan ibuibu rumah tangga yang berada di sekitar lokasi kegiatan jumlah peserta 15 orang. c. Metode yang diterapkan Metode yang diterapkan adalah metode ceramah dan diskusi. Pendekatan ini dipilih dengan pertimbangan sesuai dengan pembelajaran orang dewasa dan karakteristik mitra. Selain itu melalui diskusi mitra lebih leluasa untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapi. Bersama Mutiara Kota Jambi 39

d. Respon Mitra a. Aspek Manajemen. Sebelum kegiatan dilaksanakan beberapa pelatihan telah dikuti mitra yang diselenggarakan oleh beberapa instansi. Berdasarkan diskusi Mitra dapat memahami manajemen keuangan. Indikator memahami adalah mitra telah memisahkan keuangan usaha dan keuangan keluarga serta membuat neraca keuangan. Mitra cukup antusias dan berminat melakukan akses perbankan, untuk mendapatkan tambahan modal. Awalnya mitra belum membuat neraca keuangan, dengan alasan belum sempat dan perputaran keuangan relatif kecil. Dengan pembinaan secara kekeluargaan dan menyampaikan peranan adanya neraca keuangan untuk melakukan refleksi dan evaluasi terhadap usaha yang dijalankan. Dengan pembinaan secara kontinu, mitra mau dan dapat membuat laporan atau neraca keuangan. b. Kemasan Produk. Pada saat kegiatan dilaksanakan mitra telah memiliki beberapa jenis produk yaitu kembang goyang dan kerupuk ikan. Produk tersebut telah memasuki beberapa swalayan yang ada di Kota Jambi seperti supermarket di pusat perbelanjaan Trona. Adapun proses dan bentuk kemasan seperti berikut. Gambar 2. Kemasan Produk Kembang Goyang c. Pemasaran produk Pada strategi pemasaran mitra masih melakukan strategi yang sederhana. Selain memasukkan produk ke swalayan, mitra juga menerima pesanan secara individu yang datang langsung ke mitra. Melalui pameranpameran juga menjadi pilihan dari mitra untuk memasarkan produknya. Saat ini pemasaran melalui online belum ada. Namun tim optimis kedepan pemasaran melalui online akan mungkin untuk dilakukan. Mitra juga telah membuka outlite di daerah wisata gentala Arasy, namun masih sangat sederhana yaitu berupa rak kaca yang ditempatkan di ruang pameran. Berdasarkan ceramah dan diskusi dengan tim PPM mitra termotivasi untuk memasarkan produknya dengan desain produk Gambar 3. Produk Kembang Goyang yang berbeda yaitu membuat kembang goyang dengan bentuk yang berbeda yaitu desain angso duo. Untuk tahap realisasinya saat ini belum dilakukan mengingat mitra masih membutuhkan waktu untuk menemukan tekhnisi yang bisa membuat desain tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Melalui penerapan IPTEKS melalui kegiatan PPM ini dapat meningkatkan motivasi ibu-ibu rumah tangga, remaja putri dan Kelompok Usaha untuk menjadi wirausaha. 2. Kemampuan manajemen usaha kelompok untuk mengembangkan usaha produktif menunjukkan peningkatan. 3. Pada aspek manajemen usaha dan pemasaran produk, mitra telah mampu Bersama Mutiara Kota Jambi 40

menghasilkan produk yang berkualitas dan dapat menembus swalayan di Kota Jambi. Saran Berdasarkan pengamatan pemasaran produk kembang goyang dan kerupuk ikan belum optimal dikarenakan belum ada melakukan kegiatan promosi secara kontinu dan instensif. Pembinaan yang dilakukan pemerintah bersifat periodik dan tidak berkelanjutan, mitra membutuhkan dukungan dan bantuan dari pemerintah untuk mengembangkan usaha, oleh karena itu diperlukan usaha yang berkesinambunganuntuk mensupport kegiatan-kegiatan produktif di masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Adnyana, N.Retig, 2004. Kontribusi Network Terhadap Keunggulan Bersaing Dari Industri Kecil Sepatu, Tas dan Koper di Jawa Timur, Disertasi, Universitas Brawijaya Malang. Astawa, I. P Mertha, 2006. Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia, Orientasi Pasar dan kinerja Usaha Kecil Menengah (Studi Pada Industri Kerajinan Ukiran Kayu di Kabupaten Gianyar Bali), Tesis, Universitas Brawijaya Malang. Kotler, Philip, 2005. Marketing Management, Milenium Edition,Prentice Hall. Octavia, A. Haryadi, S. Rahayu dan Yulmardi,2012.Evaluasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Penerima Bantuan Pemerintah dan Strategi Peningkatan Daya Saing Usaha bersangkutan dalam rangka Mendorong Perekonomian Provinsi Jambi Sulaeman, dan Suhendar, 2004. Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Dalam Menghadapi Pasar Regional dan Global,Infokop nomor 25 tahun XX. Vitalaya, Aida, 2000. Tantangan dan prospek Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Otonomi Daerah, dalam Proseding Seminar Pemberdayaan Manusia Menuju Masyarakat Madani. Bogor, 25-26 September 2000. Bersama Mutiara Kota Jambi 41