BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2
|
|
- Glenna Agusalim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF 1 M. Syarif, 2 Wiwaha Anas Sumadja dan 1 H. Nasution 1 (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 (Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi) ABSTRAK Masyarakat kota Jambi saat ini telah memiliki kesadaran yang cukup tinggi terhadap pangan organik, hal ini terlihat dari banyaknya konsumen yang memilih sayuran dan buah organik dibandingkan sayur dan buah yang dibudidayakan secara konvensional. Permintaan buah pepaya yang dibudidayakan secara ramah lingkungan termasuk salah satu buah yang tinggi permintaannya.kelompok tani Sumber Makmur dan kelompok tani Mawar Melati adalah kelompok tani yang berada di kelurahan Eka Jaya kecamatan Jambi Selatan.. Kedua kelompok tani ini sepakat untuk bermitra dalam program IbM Universitas Jambi. Tahapan pelaksanan program dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: (I). Pengenalan Program dan Persiapan, (II). Penyuluhan dan Pelatihan, (III). Demonstrasi, Praktek, dan Pemb inaan, (IV). Layanan Konsultasi Teknis, dan (V). Evaluasi Program, dan (VI). Pelaporan Kegiatan. Hasil penerapan program pengabdian yang dilaksanakan terhadap mitra adalah biaya produksi budidaya pepaya khususnya pemakaian pupuk buatan dapat dihemat sampai 50%. Kecukupan hara tanaman berasal dari pupuk kompos aktif berbahan baku kotoran ternak dan limbah panen yang diperkaya dengan mikroba lokal (MOL). Kata Kunci : Kompos aktif, budidaya papaya, ramah lingkungan PENDAHULUAN Permintaan pangan sehat khususnya hortikultura merupakan keniscayaan, terutama bagi masyarakat perkotaan dengan latar belakang berbagai pendidikan dan ekonomi. Masyarakat semakin paham artinya sehat, yang dimulai dari konsumsi makanan yang berasal dari proses budidaya ramah lingkungan. Masyarakat kota Jambi saat ini telah memiliki kesadaran yang cukup tinggi terhadap pangan organik, hal ini terlihat dari banyaknya konsumen yang memilih sayuran dan buah organik dibandingkan sayur dan buah yang dibudidayakan secara konvensional. Di pasar-pasar swalayan dalam kota Jambi permintaan terhadap sayur organik dan buah organik cukup tinggi, mencapai 123 ton per bulan ( Survei pasar tahun 2009), sementara di beberapa pasar tradisional sayuran organik dan buah organik juga diminati banyak masyarakat, diperkirakan 40% konsumen pasar tradisional sudah menkonsumsi pangan organik. Walaupun demikian, produk organik yang beredar di pasar Kota Jambi sangat terbatas baik jumlah maupun ragamnya, hal ini dikarenakan masih belum tingginya minat dan pengetahuan petani memproduksi sayuran dan buah organik. Kelompok tani Sumber Makmur merupakan kelompok wanita tani dengan ketuanya ibu Sujilah, dibentuk tahun Kelompok tani ini beralamat di Jl. Liposos I Rt. 10 kelurahan Eka Jaya kecamatan Jambi Selatan. Jumlah anggotanya adalah 16 orang. Semua anggotanya adalah ibuibu rumah tangga dengan profesi sebagai petani. Kelompok tani Sumber Makmur rutin mengadakan pertemuan setiap tanggal 15 setiap bulannya, sehingga komunikasi dan informasi sesama anggota terjalin dengan baik. Komoditas yang diusahakan oleh kelompok wanita tani Sumber Makmur adalah budidaya pepaya, dan beberapa jenis sayuran dalam luasan kecil. Salah satu sumber buahan pepaya kota Jambi berasal dari kelurahan Eka Jaya yang dikelola kelompok wanita tani Sumber Makmur. Kelompok tani Mawar Melati dibentuk tahun 1995, dan jumlah anggota Budidaya Pepaya Berbasis Ramah Lingkungan Dengan Teknologi Kompos Aktif 18
2 adalah 13 orang. Sebagai ketua kelompok tani adalah bapak Selamat. Mayoritas anggota kelompok tani adalah petani hortikultura, khusus untuk buah-buahan nya adalah pepaya. Permasalahan Mitra program IbM Universitas Jambi adalah tingginya biaya produksi. Dari hasil observasi diketahui petani yang bergabung dalam kelompok tani Sumber Makmur dan Mawar Melati adalah tingginya biaya produksi (pembelian pupuk kandang dan pupuk anorganik serta pestisida). Hal ini disebabkan petani menggunakan pupuk buatan atau anorganik dalam jumlah yang berlebih dari kebutuhan tanaman untuk meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan pupuk buatan yang dilakukan adalah pupuk lengkap sesuai dosis anjuran (N, P, K) dan ditambah lagi dengan pupuk kandang ayam. Oleh karena itu petani membutuhkan biaya produksi yang besar. Jenis tanah di kelurahan Eka Jaya adalah Inceptisol. Untuk tanaman hortikultura jenis tanah yang dikehendaki adalah dengan struktur tanah gembur. Kondisi ini diharuskan memakai bahan organik untuk mendapatkan struktur tanah menajdi gembur dan remah sehingga kemampuan tanah menahan air menjadi tinggi, disamping penyediaan unsur hara tanaman. Takaran pemakaian pupuk kandang yang dilakukan oleh kedua Mitra adalah 40 kg pupuk kandang (setara dengan 1 karung) untuk 3 lobang tanam yang diberikan ketika selesai mengolah tanah dan membuat lobang tanam. Kemudian diinkubasi sampai 3 minggu. Selanjutnya ketika selesai benih disemaikan dan siap dipindahkan ke lobang tanam, maka dilanjutkan dengan pemberian pupuk anorganik Khusus pupuk kandang ayam petani mendapatkannya dari kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi. Harga satu karung ( 20 kg) pupuk kandang ayam adalah Rp ,- dan ditambah dengan biaya transportasi sekitar Rp ,-. Jumlah pupuk kandang yang dibutuhkan dalam 1 hektar dengan jarak tanam 2 x 2,5 m adalah 667 karung. Total biaya untuk pembelian pupuk kandang adalah Rp ,- per hektar. Tingginya biaya produksi yang dikeluarkan oleh kedua Mitra tidak diikuti oleh produksi, sehingga dalam analisis usaha tani nya keuntungan yang diperoleh kedua Mitra tidak sebanding dengan ongkos produksi. Oleh sebab itu perlu pengelolaan yang tepat untuk meningkatkan produktivitas lahan dengan input yang tinggi. Input yang tinggi pada dasarnya tidak berarti ongkos produksi menjadi besar. Hal ini dapat dilakukan asalkan petani bisa memanfaatkan sumber-sumber bahan organik yang ada disekitar lahan sebagai sumber hara. Jika petani mempunyai skill dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan organik insitu maka pada akhirnya biaya produksi dapat ditekan. Pemanfaatan bahan organik baik sebagai sumber hara tanaman maupun sebagai biopestisida merupakan langkah awal menuju sistim pertanian ramah lingkungan yang dikenal sistim pertanian organik. Produk yang dihasilkan dengan sistim ini dikenal dengan produk organik dan dari segi kesehatan manusia sangat baik karena tidak ada residu kimia yang terbawa dari hasil panen dan aman dikonsumsi. Dari aspek pelestarian lingkungan maka sistim ini menuju ke sistim pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Berdasarkan ini maka permasalahan yang dihadapi kedua Mitra adalah dalam rangka mengoptimalkan sumberdaya alam secara berkelanjutan dan dapat diringkas sebagai berikut : 1. Biaya produksi sangat tinggi, terutama untuk pengadaan pupuk (pupuk anorganik dan organik), benih serta pestisida. 2. Rendahnya pengetahuan petani dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang ada disekitar lahan sebagai alternatif untuk sumber hara tanaman. 3. Penerapan teknologi terutama dalam pengelolaan sumber hara tanaman yang Budidaya Pepaya Berbasis Ramah Lingkungan Dengan Teknologi Kompos Aktif 19
3 berasal dari sekitar lahan belum dilakukan. 4. Kurangnya kesadaran petani untuk menerapkan system low cost production pada proses usaha tani mereka disebabkan kurangnya pengetahuan dan informasi. 5. Keterbatasan dana, sarana dan prasarana untuk pengembangan program. Oleh karena itu harus ada upaya perbaikan yang menyeluruh dan terintegrasi dalam usaha tani kedua Mitra dalam rangka meningkatkan produktivitas lahan dengan sisitim pertanian ramah lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, dengan penerapan program pengabdian berbasis transfer teknologi dan pengetahuan diharapkan dapat mengatasi masalah ini, dan dapat menjadi solusi dalam membantu petani dalam meningkatkan produktivitas lahan serta menciptakan sistim pertanian ramah lingkungan dan produksi buahbuahan organik. METODE PELAKSANAAN Waktu dan Tempat Pelaksanaan Program PPM telah dilaksanakan dari bulan Mei sampai Oktober 2014 di kelompok tani Sumber Makmur dan Mawar Melati yang berlokasi di desa Kasang Pudak kecamatan Kumpeh Ulu kabupaten Muaro Jambi. Solusi yang Ditawarkan Merujuk kepada permasalahan dan tujuan yang diharapkan, rincian program yang sudah dilaksanakan dalam program PPM yaitu penerapan Ipteks bagi masyarakat benar-benar dapat disesuaikan dengan kondisi petani dan potensi sumber daya alam, yang mencakup sumber daya manusia, ilmu dan teknologi, serta kelembagaan. Tahapan pelaksanan program dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu: (I). Pengenalan Program dan Persiapan, (II). Penyuluhan dan Pelatihan, (III). Demonstrasi, Praktek, dan Pembinaan, (IV). Layanan Konsultasi Teknis, dan (V). Evaluasi Program, dan (VI). Pel aporan Kegiatan. Metode Pendekatan Metode yang digunakan adalah pendidikan kepada masyarakat melalui: Tahap I: Pengenalan program dan persiapan. Pengenalan program rencana kegiatan pengabdian kepada mitra 1 dan 2 dengan menjelaskan secara detail rencana kegiatan yang akan dilakukan. Pada tahap ini dibuat kesepakatan pengaturan rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan persiapan pelaksanaan pengabdian, sehingga komitmen mitra untuk berpartisipasi lebih tinggi, serta partisipasi kelompok tani menjadi lebih aktif. Tahap II: Penyuluhan dan Pelatihan Pelaksanaan tahap II dilakukan tanggal dengan metode ceramah dan diskusi yang dilaksanakan di Balai Pertemuan milik mitra 1 dan mitra 2. Penyuluhan dibantu dengan alat multimedia LCD projector dan Film dengan tujuan agar memudahkan peserta penyuluhan dalam memahami materi yang disampaikan. Materi yang diberikan dalam penyuluhan adalah: a. Sistim budidaya organik (nilai tambah dibandingkan dengan metode konvensional) yang ramah lingkungan. b. Penggunaan pupuk kompos aktif sebagai sumber hara dengan sistim bioteknologi dalam pemanfaatan pupuk kandang dan mikroba lokal potensial (MOL) dan pemanfaatan hijauan/gulma serta limbah panen yang sifatnya spesifik lokasi sebagai bahan baku pupuk kompos aktif. c. Menjelaskan keuntungan dan cara pemakaian mikroba lokal, manfaatnya dalam ketersediaan hara tanaman dan sekaligus sebagai bahan proteksi tanaman (biopestisida). Budidaya Pepaya Berbasis Ramah Lingkungan Dengan Teknologi Kompos Aktif 20
4 Tahap III: Demonstrasi, Praktek, dan Pembinaan Pelaksanaan tahap III dilakukan demonstrasi, dimana tempat demplot ditentukan oleh ketua kelompok tani. Demonstrasi ini dimaksudkan dimana masing-masing peragaan teknologi ini dipastikan petani nantinya bisa melakukan sendiri-sendiri. Demonstrasi pertama adalah cara pembuatan MOL Sayuran. Kemudian demonstrasi cara pembuatan kompos aktif dengan bahan baku pupuk kandang, hijauan dan dekomposernya MOL sayuran. Pembuatan demplot dengan melibatkan peserta dengan tujuan peserta mampu secara mandiri untuk melaksanakan materi yang sudah diberikan. Pembinaan dilakukan secara terus menerus oleh Tim Pelaksana kepada mitra 1 dan mitra 2 untuk memonitor alih teknologi yang sudah dilakukan. Tahap IV: Layanan Konsultasi Teknis. Memberi jasa konsultasi teknis kepada anggota kelompok tani dan masyarakat tentang manajemen budidaya pepaya, baik masalah kesuburan tanah, penyakit dan pengendaliannya, panen dan pasca panen beserta analisis usaha tani. Waktu jasa konsultasi disesuaikan dengan waktu monitoring. Tahap V: Pelaksanaan Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan tujuan melihat tingkat keberhasilan pencapaian dari pelaksanaan kegiatan PPM. Pelaksanaan evaluasi dilakukan mulai dari tahap penyuluhan sampai ke tahap pelaksanaan demplot. Tahap VI: Penyusunan laporan Kegiatan penyusunan laporan disusun sesuai dengan kegiatan yang telah dilakukan baik persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan. Pembuatan laporan akhir dilakukan dengan berpedoman pada laporan kemajuan per 1 bulan, dan diakumulasi dalam bentuk laporan kemajuan. Pembuatan laporan akhir dilakukan setelah semua kegiatan lapang selesai dan dilaksanakan dalam waktu 3 minggu di bulan terakhir HASIL DAN PEMBAHASAN Pengenalan Program dan Persiapan Tim PPM mulai melakukan persiapan sejak diumumkan dan disahkannya secara resmi proposal layak untuk didanai. Pengenalan program dilakukan kepada ke dua mitra tanggal 2 Mei Pertemuan yang dihadiri oleh masing-masing ketua kelompok tani dan sekretarisnya, yaitu bapak Selamat selaku ketua kelompok tani Sumber Makmur dan bapak Mujianto sebagai ketua kelompok tani Mawar Melati. Pengenalan program PPM bertujuan untuk menyusun jadwal pelaksanaan dan sekaligus membuat kesepakatan antara kelompok tani dengan tim PPM untuk bekerjasama dan berpatisipasi aktif dalam transfer teknologi. Pengenalan program PPM juga melibatkan PPL sebagai pendamping sekaligus keterkaitan dengan instansi pemerintah. Penyuluhan dan Pelatihan Kegiatan penyuluhan dilakukan hari Selasa 12 Juni 2015 yang dihadiri sekitar 75% dari masing-masing anggota kelompok tani Penyuluhan pertama dengan materi Budidaya Pepaya dengan Sistim Ramah Lingkungan. Diskusi yang dilakukan setelah pemberian penyuluhan, diketahui petani masih berorientasi kepada sistim pertanian konvensional. Pemakain pupuk buatan dan pestisida kimia secara berlebihan, diyakini mampu meningkatkan hasil tanaman. Lebih lanjut dari diskusi tersebut diketahui juga bahwa petani belum mengetahui dampak negatif dari pemakaian pupuk dan pestisida buatan secara berlebihan terhadap kesehatan manusia, ekosistim dan tanah dan air. Penyuluhan ke dua dilakukan hari Selasa 24 Juni 2015 dengan materi Teknologi Kompos Aktif Penyuluhan dilaksanakan di rumah ketua kelompok tani. Peserta yang mengikuti penyuluhan tentang manfaat kompos aktif sangat Budidaya Pepaya Berbasis Ramah Lingkungan Dengan Teknologi Kompos Aktif 21
5 antusias, disebabkan petani belum mengetahui tentang kompos yang diperkaya dengan mikroba aktif potensial. Pembuatan kompos dengan aktivator mikroba dekomposer akan mempercepat proses pematangan kompos. Pembuatan kompos secara konvensioanal membutuhkan waktu untuk pematangan 3 4 bulan, sedangkan kompos yang ditambahkan biodekomposer membutuhkan waktu 2 3 minggu. Penambahan mikroba aktif potensial ke dalam bahan kompos, tidak hanya mempercepat pematangan kompos tapi juga bermanfaat untuk tanaman. Sejumlah mikroba mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan enzimenzim yang berguna untuk membantu ketersediaan hara. Demonstrasi Pelaksanaan demonstrasi pembuatan pupuk kompos aktif kepada ke dua kelompok tani dilaksanakan hari Kamis tanggal 26 Juni 2015 Partisipasi aktif yang dilakukan anggota kelompok tani adalah dengan menyiapkan hijauan berupa gulma dan sisa limbah panen yang menjadi salah satu Gambar 1. Tanaman pepaya sumber penyusun bahan kompos aktif. Semua bahan yang sudah disiapkan digabung dalam bak kompos, proses selanjutnya seperti yang sudah dijelaskan dalam materi penyuluhan. Pembuatan pupuk kompos aktif sampai panen hanya membutuhkan waktu dua minggu. Dari total bahan yang disiapkan maka pembuatan pupuk kompos dilakukan sampai 5 kali pengomposan. Dihasilkan pupuk kompos aktif sebanyak 2000 kg. Demonstrasi pembuatan mikroorganisma lokal (MOL) dilakukan hari Jumat 27 Juni Kegiatan ini diikuti oleh peserta dengan semangat Proses pembuatan pupuk kompos aktif dan MOL dapat diselesaikan dengan baik dalam rentang waktu 2 minggu. Selanjutnya benih pepaya disemaikan pada pesemaian yang dilakukan oleh anggota kelompok tani. Proses penyemaian berlangsung 2 3 minggu. Proses pengolahan tanah den sekaligus membuat lobang tanam. Selanjutnya pupuk kompos aktif diberikan per lobang tanam. Bibit siap dipindahkan ke lapangan dan dimasukkan ke dalam lobang tanam. KESIMPULAN Program pengabdian kepada masyarakat kepada kelompok tani Sumber Makmur dan Mawar Melati, diterima dengan baik oleh semua anggota kelompok tani. Partisipasi mitra mencapai 75% dan melebihi dari target yang direncanakan (50%). DAFTAR PUSTAKA BPS Muaro Jambi dalam Angka. Badan Pusat Statistik. BPS Kecamatan Kumpeh Ulu dalam Angka. Badan Pusat Statistik Demplot tanaman pepaya yang dibuat pada lahan kelompok tani, sampai saat pembuatan laporan baru berumur 6 bulan, sehingga belum bisa menghitung hasil/produksi. Tanaman pepaya panen pada umur 9 12 bulan. Budidaya Pepaya Berbasis Ramah Lingkungan Dengan Teknologi Kompos Aktif 22
PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK
PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK Margarettha, Hasriati Nasution, dan Muhammad. Syarif Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Masyarakat kota
Lebih terperinciTEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU
TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU Wiwaha Anas Sumadja, Zubaidah, Heru Handoko Staf Pengajar Fakultas Peternakan, Universitas Jambi Abstrak Kotoran ternak sapi
Lebih terperinciM.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali, Yulian Junaidi, Henny Malini Dosen Fakutas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRAK
PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI PEMBUATAN DAN APLIKASI PESTISIDA NABATI PADA DEMPLOT SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN TALANG KERAMAT KABUPATEN BANYUASIN M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama yang selalu dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Tetapi ada banyak hal yang menjadi kendala dalam produktivitas budidaya tanaman padi
Lebih terperinciPENERAPAN TEKNOLOGI MIKOTRIDERM BERBASIS 3 in 1 DALAM PEMBIBITAN KARET RAKYAT
PENERAPAN TEKNOLOGI MIKOTRIDERM BERBASIS 3 in 1 DALAM PEMBIBITAN KARET RAKYAT Elis Kartika, Arzita, Wilma Yunita dan Gusniwati Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi ABSTRAK Desa Mujahirin
Lebih terperinciPENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI USAHA KOMPOS BOKASHI, BUDIDAYA SAYUR DAN JAMUR MERANG ABSTRAK
PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI USAHA KOMPOS BOKASHI, BUDIDAYA SAYUR DAN JAMUR MERANG Mariati, Rosita Sipayung, Riswanti, dan Era Yusraini Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan
Lebih terperinciPENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK
PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK 1 Hutwan Syarifuddin, 1 Wiwaha Anas Sumadja, 2 Hamzah, 2 Elis Kartika, 1 Adriani, dan 1 Jul Andayani 1. Staf Pengajar Fakultas
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka
Lebih terperinciPENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)
PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) OLEH M. ARIEF INDARTO 0810212111 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI Halaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Jagung tidak hanya sebagai bahan pangan, namun dapat juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan hal penting dalam pembangunan pertanian. Salah satu keberhasilan dalam pembangunan pertanian adalah terpenuhinya kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciJurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN:
PEMANFAATAN LIMBAH DRUM CAT MENJADI DEKOMPOSTER SISTEM KIPAS SEBAGAI TEKNOLOGI UNTUK MENGOLAH LIMBAH PERTANIAN 1 Elis Kartika, Made Deviani Duaja, Lizawati, Gusniwati and Arzita 2 ABSTRAK Tujuan dari penyuluhan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C
Lebih terperinciPemanfaatan Jerami Padi sebagai Pupuk Organik In Situ untuk Memenuhi Kebutuhan Pupuk Petani
7 Pemanfaatan Jerami Padi sebagai Pupuk Organik In Situ untuk Memenuhi Kebutuhan Pupuk Petani Jerami yang selama ini hanya dibakar saja oleh petani menyimpan potensi besar sebagai pupuk organik. Jerami
Lebih terperinciINTRODUKSI TEKNOLOGI KOMPOSTER BERBASIS MOL PADA KELOMPOK WANITA TANI DI DESA SEBAPO KECAMATAN MESTONG KABUPATEN MUARO JAMBI
INTRODUKSI TEKNOLOGI KOMPOSTER BERBASIS MOL PADA KELOMPOK WANITA TANI DI DESA SEBAPO KECAMATAN MESTONG KABUPATEN MUARO JAMBI Yurleni Fakultas Peternakan Universitas Jambi Email: yurleni@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciIbM KELOMPOK PKK DUSUN SUKAREJO DAN DUSUN KARANGHARJO DALAM PEMANFAATAN PEKARANGAN DENGAN INTRODUKSI PADI METODE SRI DI POT BERBASIS MOL PUEYEM
IbM KELOMPOK PKK DUSUN SUKAREJO DAN DUSUN KARANGHARJO DALAM PEMANFAATAN PEKARANGAN DENGAN INTRODUKSI PADI METODE SRI DI POT BERBASIS MOL PUEYEM Lizawati, Elis Kartika dan Buhaira Staf Pengajar Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Jagung manis merupakan salah satu jenis jagung yang mulai dikembangkan dalam sekala luas. Jagung manis memiliki banyak manfaat sebagai makanan tambahan, sayuran, bahan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Anorganik Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang menggunakan varietas unggul untuk berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia, dan
Lebih terperinciJohanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK
PEMANFAATAN GULMA SEMAK BUNGA PUTIH (Chromolaena odorata) SEBAGAI BAHAN PEMBUAT PUPUK ORGANIK BOKHASI DALAM RANGKA MENGATASI PENYEMPITAN PADANG PEMGGEMBALAAN DAN MENCIPTAKAN PERTANIAN TERPADU BERBASIS
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 1149 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa sistem pertanian
Lebih terperinciVI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI
VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan
Lebih terperinciLogista Vol. 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat ISSN:
Logista Vol. 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat ISSN: 2579-6283 PELATIHAN PRODUKSI KOMPOS DAN BIOGAS DI KELURAHAN LIMAU MANIS SELATAN KOTA PADANG Sahadi Didi Ismanto*, Anwar Kasim,
Lebih terperinciBUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN MADIUN TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciJurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017 PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK DI KELOMPOK PETERNAK MAULAFA
PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK DI KELOMPOK PETERNAK MAULAFA Tri Anggarini Y. Foenay, Theresia Nur Indah Koni Politeknik Pertanian Negeri Kupang e-mail: anggarini.foenay@gmail.com, indahkoni@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian bangsa. Sektor pertanian telah berperan dalam pembentukan PDB, perolehan
Lebih terperinciINTRODUKSI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENGGUNAKAN PIPA PARALON DI DESA TANJUNG SETEKO KECAMATAN INDRALAYA UTARA KABUPATEN OGAN ILIR
INTRODUKSI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENGGUNAKAN PIPA PARALON DI DESA TANJUNG SETEKO KECAMATAN INDRALAYA UTARA KABUPATEN OGAN ILIR Selly Oktarina, Yulian Junaidi, Idham Alamsyah, Thirtawati, Desi Aryani
Lebih terperinciVI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL
VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya
Lebih terperinciPENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG
PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG Ferdinan S. Suek, Melkianus D. S. Randu Program Studi Produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran merupakan produk pertanian strategis yang ketersediaannya di Indonesia berlimpah sepanjang tahun. Konsumsi sayuran masyarakat Indonesia sendiri selalu meningkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita
PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR
PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR Setyowati dan Fanny Widadie Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta watikchrisan@yahoo.com
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti di Indonesia.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea
TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea berkadar N 45-46
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2014 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN, PETERNAKAN, PERIKANAN DAN
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang
III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan
Lebih terperinciPENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A
PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan menunjukkan dampak positif terhadap kenaikan produksi padi nasional. Produksi padi nasional yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. digunakan baik untuk konsumsi rumah tangga maupun industri makanan. Tidak
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, karena kandungan gizi cabai yang cukup lengkap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prospek pengembangan beras dalam negeri cukup cerah terutama untuk mengisi pasar domestik, mengingat produksi padi/beras dalam negeri sampai saat ini belum mampu memenuhi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI TANAMAN TERNAK MENDUKUNG PERTANIAN ORGANIK
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI TANAMAN TERNAK MENDUKUNG PERTANIAN ORGANIK YATI HARYATI, I. NURHATI dan E. GUSTIANI Balm
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian
5 TINJAUAN PUSTAKA Pertanian organik Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian sempit, pertanian
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...
Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian pangan khususnya beras, dalam struktur perekonomian di Indonesia memegang peranan penting sebagai bahan makanan pokok penduduk dan sumber pendapatan sebagian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan
Lebih terperinciKAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT PADA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SAYURAN ORGANIK DI KALIMANTAN BARAT
KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT PADA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SAYURAN ORGANIK DI KALIMANTAN BARAT Peneliti Utama : Dwi P. Widiastuti, SP, M.Sc PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk
Lebih terperinciX. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO
X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak
Lebih terperinciPENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik
Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik Murniaty Simorangkir Ratih Baiduri Idramsa Abstrak Program tanaman organik adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. manusia tidak bisa mempertahankan eksistensinya atau hidupnya. Masalah
PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan adalah kebutuhan dasar manusia. Tanpa makan (dan minum) manusia tidak bisa mempertahankan eksistensinya atau hidupnya. Masalah pangan di Indonesia yaitu kualitas dan nilai
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciI. Pendahuluan. II. Permasalahan
A. PENJELASAN UMUM I. Pendahuluan (1) Padi sawah merupakan konsumen pupuk terbesar di Indonesia. Efisiensi pemupukan tidak hanya berperan penting dalam meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga terkait
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK
ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK Sri Lestari1), Moh. Rifai22) FKIP, Universitas PGRI Madiun email: lestari_sri1986@yaho.co.id 1,2 Abstrak Pelaksanaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang paling
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS TEKNOLOGI MODEL RUMAH PANGAN LESTARI DI KECAMATAN KUMPEH ULU
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS TEKNOLOGI MODEL RUMAH PANGAN LESTARI DI KECAMATAN KUMPEH ULU Sunarti, Endriani dan Ajidirman Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Kegiatan pemberdayaan
Lebih terperinciINTRODUKSI TEKNOLOGI PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN BERBASIS REUSE, REDUCE DAN RECYCLE (3R) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 1
INTRODUKSI TEKNOLOGI PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN BERBASIS REUSE, REDUCE DAN RECYCLE (3R) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 1 Sunarti, Heri Junedi dan Endriani 2 ABSTRAK Pengelolaan budidaya tanaman ramah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Tanah Datar Bergerak disektor Pertanian dan Peternakan.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian yang hendak dicapai, batasan masalah dalam melaksanakan penelitian dan sistematika penulisan
Lebih terperinciPemanfaatan dan Pengolahan Pupuk Organik Dari Limbah Tanaman Jagung Dan Kulit Coklat
Pemanfaatan dan Pengolahan Pupuk Organik Dari Limbah Tanaman Jagung Dan Kulit Coklat (1 Uswatun Hasanah, 2 Murniaty Simorangkir, 3 Indra Masmur, 4 Sajaratud Dur dan, 5 Elvri Melliaty Sitinjak) Abstrak
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN PROVINSI KEPULAUAN
Lebih terperinciTITOJER SEBAGAI PUPUK ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL PADI
TITOJER SEBAGAI PUPUK ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL PADI Gusnidar, Herviyanti dan Syafrimen Yasin; Fakultas Pertanian Universitas Andalas ABSTRAK Titojer adalah titonia dan jerami sebagai bahan organik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, karena memiliki kandungan gizi cukup,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan kedua setelah padi. Selain itu, jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri lainnya.
Lebih terperinciPELATIHAN DAN IMPLEMENTASI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN LINGKAR SELATAN KOTA JAMBI 1 Novalina, Zulkarnain, Wilma Yunita dan Yusnaini 2
PELATIHAN DAN IMPLEMENTASI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN LINGKAR SELATAN KOTA JAMBI 1 Novalina, Zulkarnain, Wilma Yunita dan Yusnaini 2 ABSTRAK Sebagian petani telah memiliki motivasi untuk menerapkan
Lebih terperinciBUPATI TANJUNG JABUNG BARAT
BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG
Lebih terperinci3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik
KONSEP GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 73 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bionutrien merupakan suatu bahan organik yang mengandung nutrisi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bionutrien merupakan suatu bahan organik yang mengandung nutrisi yang bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kualitas hasil tanaman. Banyak tumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok terpenting bagi manusia yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Perkembangan pertanian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN PATI TAHUN ANGGARAN 2016
Lebih terperinciPRESENTASI SINGKAT KAJIAN PENGOLAHAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN PADAT DARI LIMBAH TERNAK YANG DIPERKAYA DENGAN MOL SERTA APLIKASINYA PADA TANAMAN
PRESENTASI SINGKAT KAJIAN PENGOLAHAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN PADAT DARI LIMBAH TERNAK YANG DIPERKAYA DENGAN MOL SERTA APLIKASINYA PADA TANAMAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI SELATAN 2012
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan yang dianggap memiliki prospek yang baik. Hal ini terkait dengan semakin
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2014
Lebih terperinciIPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) KOTA SUNGAI PENUH. Trias Novita, Hanibal dan M. Sugihartono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi
IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) KOTA SUNGAI PENUH Trias Novita, Hanibal dan M. Sugihartono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Kegiatan program Ipteks Bagi Wilayah (IbW) Kota Sungai Penuh
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI SAYUR-SAYURAN ORGANIK DI TIMOR TENGAH UTARA
PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI SAYUR-SAYURAN ORGANIK DI TIMOR TENGAH UTARA Amirudin Pohan dan Yohanes Leki Seran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ABSTRAK Pengembangan
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK
1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK Yang terhormat: Hari/Tanggal : Senin /11 Pebruari 2008 Pukul : 09.00 WIB Bupati
Lebih terperinciSri Arnita Abutani, Darlis, Yusrizal, Metha Monica dan M. Sugihartono 2
8 PENERAPAN POLA USAHA TANI TERINTEGRASI TRIBIONIK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI 1 Sri Arnita Abutani, Darlis, Yusrizal, Metha Monica dan M. Sugihartono 2 ABSTRAK Pemeliharaan ternak sapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian berwawasan lingkungan merupakan implementasi dari konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) yang bertujuan untuk meningkatkan
Lebih terperinciLAPORAN KEGIATAN PELATIHAN BUDIDAYA SAYUR-SAYURAN KELOPOK TANI LILI BONA, DESA NEFOKO, KECAMATAN MOLLO UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN BUDIDAYA SAYUR-SAYURAN KELOPOK TANI LILI BONA, DESA NEFOKO, KECAMATAN MOLLO UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelatihan Budi daya Sayur-sayuran
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan
Lebih terperinciPengembangan Sayuran Organik Tersertifikasi di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali 1) I Gusti Putu Ratna Adi 2)
Pengembangan Sayuran Organik Tersertifikasi di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali 1) I Gusti Putu Ratna Adi 2) 1) Program KKN PPM, Dosen Fakultas Pertanian UNUD e-mail : igp_ratnaadi@yahoo.co.id
Lebih terperinciBUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SINJAI TAHUN ANGGARAN 2016
Lebih terperinciBUPATI PENAJAM PASER UTARA
BUPATI PENAJAM 9 PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2014 DENGAN
Lebih terperinciPOHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN
POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN SASARAN 1 : Meningkatkan ketersediaan pangan utama (food availability) SASARAN : INDIKATOR KINERJA : KINERJA PROGRAM : INDIKATOR KINERJA :
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan
I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan pertambahan penduduk. Kenaikan konsumsi ini tidak dapat dikejar oleh produksi dalam
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN
Lebih terperinciPEMANFAATAN KOTORAN KAMBING PADA BUDIDAYA TANAMAN BUAH DALAM POT UNTUK MENDUKUNG PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN
Website jurnal : http://jurnal.fp.uns.ac.id/index.php/jces PEMANFAATAN KOTORAN KAMBING PADA BUDIDAYA TANAMAN BUAH DALAM POT UNTUK MENDUKUNG PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN Mujiyo dan Suryono Program Studi
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian dan Pola Kemitraan Usaha Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci