Rebranding Sale Pisang dan Gula Kelapa untuk pasar yang lebih luas

Transkripsi

1 Rebranding Sale Pisang dan Gula Kelapa untuk pasar yang lebih luas OVOP (One Village One Product) Pemerintah Pusat melalui Kementerian Koperasi dan UKM telah mencanangkan program OVOP atau yang lebih dikenal dengan kepanjangan One Village One Product/ Pendekatan Satu Desa Satu Produk, adapun pengertian OVOP adalah pendekatan pengembangan potensi daerah di satu wilayah untuk menghasilkan satu produk kelas global yang unik sesuai khas daerah dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Satu desa sebagaimana dimaksud dapat diperluas menjadi kecamatan, kabupaten/kota, maupun kesatuan wilayah lainnya sesuai dengan potensi dan skala usaha secara ekonomis 1. OVOP merupakan salah satu pendekatan menuju klasterisasi produk-produk unggulan yang berskala mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar dapat berkembang dan mengakses pasar secara lebih luas, baik lokal, nasional, maupun internasional. Dengan OVOP, akan tumbuh penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi kemiskinan di desa sehingga mampu menahan laju urbanisasi dari desa ke kota. OVOP yang didesain dengan mengembangkan desa berdasarkan potensi desa yang unggul pada akhirnya akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi desa yang berkualitas, yaitu pertumbuhan ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Secara teori OVOP adalah suatu gerakan masyarakat yang secara integratif berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap potensi dan kekayaan daerah, meningkatkan pendapatan para pelaku usaha dan masyarakat, dan sekaligus meningkatkan rasa percaya diri dan kebanggaan terhadap kemampuan yang dimiliki masyarakat dan daerahnya. Sumber daya alam ataupun produk budaya lokal serta produk khas lokal yang telah dilakukan secara turun temurun dapat digali dan 1 Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Percepatan Sektor Riil dan Pembangunan Usaha Mikro Kecil dan Menengah tanggal 8 Juni 2007 yang mengamanatkan pengembangan sentra melalui pendekatan One Village One Product (OVOP)

2 dikembangkan untuk menghasilkan produk bernilai tambah tinggi sesuai tuntutan dan permintaan pasar. Produk Unggulan UMKM Cilacap Kabupaten Cilacap dalam upaya mendukung program OVOP (One Village One Product) disesuaikan dengan produk yang saat ini telah banyak berkembang baik dari sisi produksi maupun pemasaran.. Adapun produk unggulan Kabupaten Cilacap yang dinilai unggulan dari sisi penyerapan SDM, penyediaan bahan baku, kelembagaan dan jaringan usaha, teknologi pengolahan, kemasan produk dan pangsa pasar yang dimiliki ada 2 produk yaitu: Sale Pisang dan Gula Kelapa. Adapun sentra Sale Pisang baerada di Kecamatan Majenang, Sidareja, Gandrungmangu dan Kedungreja. Sedangkan sentra produksi Gula Kelapa berada di Kec. Adipala, Kesugihan, Jeruklegi, Kawunganten, Patimuan dan Cipari. Menurut data dari Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Cilacap, kapasitas produksi kedua produk ini cukup tinggi. Sale Pisang mencapai total produksi sebanyak ton/ tahun sedangkan Gula Kelapa mencapai produksi sebanyak ,1 ton/ tahun, bukanlah jumlah yang sedikit 2. Intinya Gula Kelapa dan Sale Pisang sebagai produk lokal telah menunjukkan eksistensinya dalam mendukung perekonomian daerah dan menyerap tenaga kerja. Kapasitas Besar Namun Pemasaran Lemah Sayangnya kapasitas produksi yang cukup besar itu tidak serta merta menjadikan produk Sale Pisang dan Gula Kelapa ini menjadi brand daerah karena ternyata sebagian besar produk itu dijual secara curah alias tanpa brand dan ironisnya oleh pembeli grosir dari luar daerah seperti Cirebon dan Banjar produk asal Cilacap tadi dijual dengan memakai brand atau merek mereka sendiri, sehingga para pembeli grosir 2 Disperindagkop UMKM Kab. Cilacap 2014

3 ini memiliki jejaring yang lebih luas, keleluasaan dalam pemasaran serta mampu menembus pasar ekspor. Manajemen memang maih sangat lemah, mindset untuk mendapat uang secara cepat masih dominan dikalangan pengusaha Gula Kelapa dan Sale Pisang, keengganan untuk repot mengurus segala tetek bengek tentang branding dan pemasaran menjadikan produk lokal Cilacap ini menjadi sangat tergantung pada sistem curah, sedangkan yang menikmati keuntungan berlipat karena menembus pasar regional bahkan ekspor adalah para pengusaha grosir di luar Cilacap karena mereka sekaligus menjadi whole seller bagi penjualan kedua produk itu di kawasan regional bahkan ekspor Kelemahan para pengusaha Gula Kelapa dan Sale Pisang yang notabene adalah para pengusaha industri kecil memang adalah suatu kesalahan umum di dunia pemasaran yaitu: 1. Strategi pemasaran yang kurang unik dan kreatif. Pengusaha kecil melakukan kegiatan pemasaran seperti yang dilakukan kebanyakan pengusaha lain. Sehingga untuk produk yang sama walau diproduksi oleh pengusaha yang berbeda berbeda tidak memiliki banyak perbedaan di mata konsumen. Seperti, produksi Sale Pisang dan Gula Kelapa yang banyak di buat pengusaha industri rumahan di Cilacap. Karena merek yang dipakai adalah bukan dari Cilacap, konsumen hanya bisa mengenal produk tersebut buatan pemilik merek yang berasal dari daerah lain. 2. Kurang menangkap kemauan pasar Pengusaha industri kecil kurang sensitif dengan perkembangan pasar. Mereka jarang mengikuti opini pasar yang terbentuk. Padahal memahami kemauan pasar akan mempermudah produsen untuk membaca peluang usaha dan mengembangkan strategi pemasaran yang tepat sasaran. 3. Kurang profesional dalam memberikan pelayanan kepada konsumen

4 Kesalahan pemasaran usaha mandiri skala mikro sering terjadi pada segi pelayanan. Kurangnya pelatihan karyawan untuk memberikan informasi yang tepat, akurat dan sopan. Padahal keberhasilan pemasaran selanjutnya adalah dari segi pelayanan yang mengesankan untuk konsumen. 5. Cepat merasa puas Keberhasilan strategi pemasaran pertama terkadang tidak ditindaklanjuti oleh pelaku industri kecil. Mereka sudah merasa cukup puas dengan prestasi yang diperoleh. Padahal untuk berkembang, sebuah perusahaan harus terus memecahkan rekor prestasi dan berarti tidak ada kata puas untuk menciptakan kreasi dan ide, terutama dalam segi strategi pemasaran. Perlu Rebranding Memang banyak dukungan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap melalui Disperindagkop UMKM, dapat disebutkan disini diantaranya adalah bantuan proses produksi berupa bantuanbantuan peralatan dan alat-alat pengemasan, kemudahan dan fasilitasi perijinan, namun ada satu hal lagi yang justru menjadi sangat krusial yaitu membangun jaringan pemasaran. Membangun jaringan pemasaran dimulai dari suatu proses bernama branding. Branding adalah suatu usaha untuk membangun merek, bagaimana suatu merek atau brand bisa dikenal dan menancap kuat di benak konsumen. Tugas pemerintahlah untuk membantu para pengusaha lokal membangun merek lokal tersebut, termasuk diantaranya adalah Sale Pisang dan Gula Kelapa. Bagaimana Pemerintah Daerah membantu bisa membangun citra bahwa produk Sale Pisang dan Gula Kelapa terbaik, higienis dan bermutu tinggi adalah yang berasal dari Cilacap. Adapun proses branding tersebut melalui dua strategi yaitu below the line dan above the line. Below The Line adalah segala aktifitas marketing atau promosi yang dilakukan di tingkat retail/konsumen dengan salah satu

5 tujuannya adalah merangkul konsumen supaya aware dengan produk lokal, contohnya : dengan aktif mengikutsertakan produk gula kelapa dan sale pisang dalam pameran dan ekspo baik secara regional, nasional dan internasional. Seyogyanya Pemda tidak pernah bosan untuk memperkenalkan produk-produk unggulan ini dalam setiap kesempatan, baik dalam acara-acara daerah maupun event di luar daerah bahkan luar negeri. Sedangkan above the line adalah segala aktivitas marketing melalui kekuatan media semisal: media cetak (Koran, majalah, tabloid, dll) dan media elektronik (Radio, TV, internet) Satu hal lagi yang bisa dilakukan oleh Pemerintah Daerah adalah bagaimana Pemerintah Daerah mengedukasi masyarakatnya untuk merasa bangga memiliki produk lokal, dan pertama dan utama adalah menjadi tuan rumah di negeri sendiri, karena tanpa rasa bangga niscaya tidak akan ada produktivitas dan penjualan produk-produk lokal. Terkait penguatan branding, membangun brand bukanlah hal yang sulit namun bukan berarti pula bisa dikatakan mudah. Di mana, untuk membangun hal itu hanya dibutuhkan nama sebagai merek ditambah usaha untuk menancapkan merek itu di benak konsumen. Jika suatu produk sudah memberikan manfaat itu adalah langkah strategis untuk bisa membangun brand. Lalu, ada ikatan emosional antara produk dan konsumen, itulah branding. UMKM harus tahu ini dan terus meningkatkan capacity building. Pengemasan produk-produk lokal seperti Sale Pisang sebagai makanan ringan maupun hasil pertanian lainnya seperti Gula Kelapa sangat penting untuk membangun produk lokal agar memiliki daya tarik dan prestise tersendiri di mata pembelinya, sekaligus mengubah stigma produk lokal yang terkesan kotor dan tidak higienis. Pengemasan (packing) dan pemberian merek (branding) pada masa kini, dengan kondisi pasar yang semakin terbuka harus mendapat perhatian serius dari Pemerintah Daerah.

6 Selain memperluas jejaring ke luar daerah dan mencari ceruk pasar baru, tidak boleh dilupakan adalah usaha untuk mempertahankan konsumen yang loyal, disinilah Pemerintah Daerah bisa berperan untuk menghayo-hayo masyarakat Cilacap agar setia terhadap produk lokal, kalau membeli Sale ya Sale Pisang Cilacap bukan yang lain. Sedangkan bagi orang-orang luar Cilacap atau para pendatang dan pengunjung Sale Pisang dan Gula Kelapa bisa menjadi brand icon-nya Cilacap alias menjadi signature item yaitu hal yang wajib dibeli atau dikunjungi di suatu daerah, seperti Yogya dengan Malioboro dan Gudegnya, orang yang berkunjung ke Yogya merasa wajib ke Malioboro dan makan gudeg Yogya, atau aha ini dia rasanya belum ke Cilacap jika belum ke Nusakambangan dan beli Sale Pisang Branding adalah Persepsi Kunci utama untuk meningkatkan daya saing pasar produk lokal disamping dengan cara meningkatkan kualitas produk dan menciptakan branding yang lebih baik untuk meningkatkan kepercayaan pasar terhadap produk lokal juga harus dibarengi dengan upaya pemerintah baik pusat maupun daerah agar lebih memfokuskan diri terhadap pembinaan dan pengembangan produk lokal dan memotivasi munculnya inovasi dan pengembangan produk baru yang dilakukan secara terus menerus. Bicara branding berarti bicara soal keunggulan, keunikan dan persepsi, jika tiga hal ini bisa difasilitasi oleh Pemerintah Daerah niscaya branding lokal akan lebih berkibar lagi. Penulis BE. Santoso Nugroho, orang cilacap biasa Bekerja di Bappeda Kabupaten Cilacap tinggal di Jalan Wijayakusuma I/ 17 Cilacap