BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. < diakses 16 Juni 2016.

BAB 1 PENDAHULUAN. juga budaya. Joseph S. Nye, Jr. (2004) menyatakan bahwa sumber kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa

BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama. India merupakan negara non-komunis pertama yang mengakui

Kebangkitan ekonomi Korea Selatan tidak dicapai dengan mudah karena melalui proses yang panjang dan berliku. Dari proses yang panjang tersebut,

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tidak lagi menjadi isu-isu utama yang dihadapi oleh negara-negara sekarang ini.

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. tujuannya menggunakan unsur unsur pemaksaan atau ancaman. Pemaksaan atau

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. Smart Power Operation Tomodachi dalam Penanganan Gempa Tohoku 2011

Indonesia dalam Lingkungan Strategis yang Berubah, oleh Bantarto Bandoro Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. promosi sehingga dapat diterima masyarakat dengan cepat.

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SEJARAH DAN DIPLOMASI BUDAYA CHINA)

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini akan membicarakan mengenai peran pusat kebudayaan Prancis

Internalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DIPLOMASI PUBLIK JEPANG TERHADAP INDONESIA MELALUI BUDAYA POP JEPANG (PUBLIC DIPLOMACY OF JAPAN TO INDONESIA THROUGH JAPANESE POP CULTURE )

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan beberapa penelitian

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

akan senantiasa terjalin dengan baik. Tanpa prinsip tersebut dapat mengarah kepada timbulnya hubungan tidak baik antar negara. Disamping itu juga, di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN. Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN LUAR NEGERI

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

1 BAB I 2 PENDAHULUAN

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38.

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini, hampir semua negara menaruh perhatian

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

BAB II SEJARAH DAN KONTEKS

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV KESIMPULAN. dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tantangan-tantangan yang dapat mengancam

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

DAFTAR PUSTAKA. Bary, Buzan, People, State, Fear : an Agenda For International Secirity

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

Peningkatan Kerjasama Indonesia India

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat.

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

LATAR BELAKANG dan UPAYA DIPLOMATIK CINA MENDORONG CHINA-ASEAN FREE TRADE AGREEMENT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Analisis Koizumi Doctrine dalam Konteks Persaingan Jepang dengan Cina di ASEAN. Tesis

Realisme dan Neorealisme I. Summary

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh di dunia. Bursa saham New York (New York Stock Exchange)

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017

TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB V KESIMPULAN. Korea Selatan merupakan negara republik dengan menerapkan sistem

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan melalui kekuatan ekonomi dan industri. Selain itu, Jepang juga dikenal sebagai negara yang memiliki soft power, atau kekuatan yang berasal dari daya tarik. Untuk memperkuat soft power, Jepang menjalankan berbagai cara, salah satunya adalah diplomasi publik. Diplomasi publik Jepang dapat dilihat dari berbagai hal. Yang paling populer dari diplomasi publik Jepang adalah kebudayaannya, seperti anime, manga, musik, sushi, serta kegiatan pendidikannya, seperti pertukaran pelajar dan kursus Bahasa Jepang. Komitmen Jepang dalam menjalankan diplomasi publik sangat kuat dan Jepang menyadari pentingnya hal tersebut sehingga terbentuklah Divisi Diplomasi Publik dalam Kementerian Luar Negeri Jepang. Kegiatan diplomasi publik yang dilakukan oleh pemerintah Jepang semakin lama semakin bervariasi dan tak lupa melibatkan pihak-pihak nonpemerintah. Jepang melaksanakan diplomasi publik untuk mempengaruhi masyarakat di berbagai negara. Diplomasi publik dapat dikatakan cukup unik, karena yang menjadi target sasaran adalah masyarakat, bukan pemerintah. Salah satu kawasan yang menjadi perhatian utama Jepang dalam diplomasi publik adalah Asia Tenggara. Asia Tenggara menjadi kawasan penting bagi diplomasi Jepang. Dilihat dari sisi historis, saat Perang Dunia II, Jepang sempat menginvasi dan mengokupasi beberapa wilayah di kawasan ini. Setelah perang berakhir, Jepang berusaha untuk menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara di Asia Tenggara. Setelah pembentukan organisasi regional Association of Southeast Asian Nations atau ASEAN pada tahun 1967, keinginan Jepang untuk menjadi mitra penting kawasan ini semakin kuat, terbukti dengan kehadiran Jepang dalam 1

pertemuan ASEAN yang kedua pada tahun 1977. 1 Namun, kedekatan Jepang dengan ASEAN pun terancam. Seiring dengan kebangkitan Cina pasca Perang Dingin, di mana Cina menjadi salah satu kekuatan ekonomi besar di Asia, posisi Jepang sebagai pemimpin pun tergeser. Kebangkitan Cina di Asia Tenggara membuat Jepang harus mencari strategi yang lebih efektif dalam membina hubungan dengan kawasan tersebut. Cina menjadi mitra dagang favorit bagi kawasan Asia Tenggara, sekaligus menjalin hubungan erat dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Kondisi perekonomian domestik Jepang pun tidak semaju era 1970-an dan 1980-an karena saat ini Jepang mengalami kondisi economic bubble. Untuk mempertahankan posisinya di Asia Tenggara, Jepang membutuhkan soft power yang bisa diperoleh salah satunya melalui diplomasi publik. Kebangkitan Cina dan kaitannya dengan diplomasi publik Jepang menjadi latar belakang penulisan skripsi ini. Penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut bagaimana diplomasi publik dijalankan oleh Jepang dalam menanggapi Kebangkitan Cina di kawasan Asia Tenggara. 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana diplomasi publik Jepang dilakukan terhadap Asia Tenggara dalam menanggapi kebangkitan Cina? 1.3. Landasan Konseptual Dalam menjawab rumusan masalah tersebut, skripsi ini menggunakan beberapa konsep dalam ilmu hubungan internasional, yaitu: Diplomasi Publik Diplomasi publik diartikan sebagai usaha-usaha yang dilaksanakan pemerintah Jepang dalam mempengaruhi opini internasional terhadap kebijakan 1 Ministry of Foreign Affairs of Japan, Japan ASEAN Relation, <http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/asean/relation/overview.html> diakses 15 April 2013 2

nasional dan luar negerinya melalui aktivitas-aktivitas hubungan kemasyarakatan atau pertukaran intelektual yang menargetkan media atau kelompok masyarakat. 2 Diplomasi publik merupakan salah satu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dalam memperkokoh soft power. Menurut Kementerian Luar Negeri Jepang, diplomasi publik diperlukan untuk meningkatkan rasa pengertian mengenai Jepang di antara masyarakat luas yang berada di negara lain, serta untuk meningkatkan pandangan dan persepsi akan ketertarikan terhadap Jepang. 3 Usaha-usaha diplomasi publik yang dilaksanakan oleh Jepang, khususnya Kementerian Luar Negeri Jepang yang bekerja sama dengan The Japan Foundation, antara lain mencakup pengenalan kebudayaan tradisional, populer (pop culture), serta berbagai daya tarik lain yang dimiliki Jepang kepada negaranegara lain, menyediakan dukungan untuk mempromosikan studi Bahasa Jepang di berbagai negara, serta meningkatkan pertukaran antar individu (people-topeople exchange) dengan negara-negara lain di dunia. 4 Menurut Joseph Nye, terdapat tiga dimensi dalam diplomasi publik. Yang pertama, daily communications, komunikasi sehari-hari, di mana pemerintah menjelaskan keputusan-keputusan yang telah diambil dalam menjalankan kebijakan domestik dan luar negerinya. Dalam menjelaskan keputusan-keputusan tersebut, pemerintah seringkali tidak melibatkan pihak pers asing, padahal hal ini sangat penting untuk membentuk citra dan preferensi masyarakat internasional terhadap suatu negara. Yang kedua, strategic communications, atau komunikasi strategis. Pemerintah mengatur tema-tema spesifik yang berhubungan dengan kebijakan yang telah diambil untuk mewakili kampanye kebijakan tersebut secara simbolik. Dimensi terakhir adalah membangun hubungan jangka panjang serta menjaganya dengan individu-individu negara lain melalui beasiswa, pertukaran, pelatihan, seminar, konferensi, dan akses ke saluran media yang ada. Setiap 2 O. Kazuo, Japan s Cultural Diplomacy: Past and Present, Join Research for International Peace and Culture of Aoyama Gakuin University, Tokyo, 2009.p.2. 3 Ministry of Foreign Affairs of Japan, Public Diplomacy, <http://www.mofa.go.jp/policy/culture/public_diplomacy.html> diakses 10 April 2013 4 Ministry of Foreign Affairs of Japan, Public Diplomacy, <http://www.mofa.go.jp/policy/culture/public_diplomacy.html> diakses 10 April 2013 3

dimensi dari diplomasi publik ini memainkan peran penting dalam menciptakan ketertarikan negara lain dan mencapai hasil yang diinginkan. Soft Power Dalam ilmu hubungan internasional, kita mengenal konsep power. Joseph Nye mengartikan power sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain dalam mencapai hasil yang kau inginkan. 5 Kemampuan tersebut dapat dijalankan melalui beberapa cara, yaitu paksaan, pembayaran, dan ketertarikan. Nye kemudian merumuskan suatu konsep yang disebut soft power. Jika pada saat Perang Dunia I dan II negara yang memiliki power tertinggi adalah yang angkatan militernya kuat, setelah masa peperangan power bisa didapatkan melalui ketertarikan atau attraction, tidak terbatas pada paksaan atau pembayaran saja. Soft power adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain untuk mencapai hasil yang diinginkan bukan dengan paksaan atau pembayaran, melainkan dengan ketertarikan. 6 Soft power yang dimiliki suatu negara terletak pada tiga sumber utama, yaitu kebudayaannya, nilai-nilai politiknya, dan kebijakan luar negerinya. 7 Melalui soft power, suatu negara dapat membentuk preferensi negara lain terhadapnya, sehingga negara lain tersebut ikut menginginkan apa yang ia inginkan untuk tercapai. Dengan begitu, suatu negara tidak perlu memaksa agar negara lain melakukan hal yang tidak diinginkan, karena negara lain tersebut akan dengan sendirinya melakukan apa yang negara pertama inginkan. Soft power saling berhubungan dengan diplomasi publik. Menurut Nye, soft power dihasilkan ole beberapa sumber daya seperti nilai-nilai yang ditampilkan oleh kebudayaan suatu negara, kehidupan sehari-hari, kebijakan internal, dan cara berinteraksi dengan negara lain. Diplomasi publik adalah instrumen yang digunakan oleh pemerintah dalam memobilisasi sumber daya- 5 J. Nye, Jr., Soft power: the Means to Success in World Politics, Public Affairs, New York, 2004, p. 2. 6 J. Nye, Jr., Soft power: the Means to Success in World Politics, p. 5. 7 J. Nye, Jr., Soft power: the Means to Success in World Politics, p. 5. 4

sumber daya tersebut untuk berkomunikasi dan menarik masyarakat di negara lain. Untuk itu, penggunaan diplomasi publik dalam rangka mengokohkan soft power pun haruslah tepat. Apabila sumber daya yang dipromosikan tidak menarik, dampak yang dirasakan bisa jadi negatif. Tabel 1.3.1. Sumber Soft Power yang Dimobilisasi Melalui Diplomasi Publik (Sumber: J. Nye, Jr., Soft Power and Public Diplomacy, p. 107) Apabila hard power dinilai dari kekuatan militer dan ekonomi, maka Jepang sedikit timpang. Secara militer, Jepang bergantung kepada Amerika Serikat (AS). Kedua negara tersebut memiliki perjanjian kerjasama keamanan, di mana Jepang yang telah mengalami demiliterisasi bisa mendapat bantuan keamanan dari angkatan militer AS. Secara ekonomi, Jepang dikenal sebagai negara yang kuat. Pasca kekalahannya di Perang Dunia II, Jepang bangkit melalui industrialisasi yang masif. Selain itu, Jepang juga dikenal sebagai negara pendonor. Menurut World Bank, Jepang adalah negara pendonor terbesar kedua di dunia. 8 Bantuan-bantuan pembangunan banyak sekali diberikan oleh negara ini. 8 World Bank, Development Assistance from Japan, <http://web.worldbank.org/wbsite/external/countries/eastasiapacificext/jap 5

Untuk itu, Jepang mungkin tidak bisa memperkokoh power melalui koersi, tetapi negara ini mampu menggunakan pembayaran agar negara lain membantunya dalam mencapai kepentingan nasional. Untuk melengkapi ketimpangan dalam hard power, keberadaan soft power bagi Jepang sangat penting. Untuk itu, Jepang berusaha memperkuat tiga sumber utama soft power, yaitu kebudayaan, nilai-nilai politik, dan kebijakan luar negeri. 1.4. Argumentasi Utama Diplomasi publik sudah lama dijalankan oleh Jepang sebagai metode yang menyentuh langsung masyarakat luas di luar negeri. Terdapat perubahan yang cukup signifikan dalam diplomasi publik yang dilaksanakan Jepang, khususnya dalam menanggapi kebangkitan Cina. Jepang sebagai negara yang kaya akan budaya merasa penting untuk mengemas kembali kebudayaannya sebagai alat diplomasi publik. Perubahan dalam diplomasi publik dapat dikatakan sebagai reaksi cepat dalam hal ini. Jepang memanfaatkan kebudayaan populernya, atau pop culture, dalam melaksanakan diplomasi publiknya. Jika sebelum kebangkitan Cina Jepang lebih fokus kepada dunia pendidikan dan pengenalan kebudayaan tradisional, Jepang pasca kebangkitan Cina menaruh perhatian lebih kepada kebudayaan populernya, seperti manga (komik khas Jepang), anime (animasi a la Jepang), J-Pop (musik pop a la Jepang), serta kecanggihan teknologinya. Strategi ini didukung oleh pemerintah Jepang demi menjadi mitra utama Asia Tenggara yang selalu dekat dengan negara-negara ASEAN. Selain kebudayaan populer, strategi lain yang digunakan oleh Jepang ialah lebih aktif dalam kegiatan humanitarian. Ketika kawasan Asia Tenggara dilanda bencana alam, Jepang dengan cepat menanggapi hal tersebut dengan menyediakan bantuan, bahkan turun langsung ke lapangan untuk membantu memulihkan kondisi pasca bencana alam. Jepang sendiri adalah negara yang sudah cukup sering dilanda bencana alam, maka pengalaman tersebut digunakan untuk membantu negara-negara ASEAN yang membutuhkan. Inilah yang menjadi nilai tambah Jepang apabila ANEXTN/0,,contentMDK:20647244~menuPK:1685924~pagePK:1497618~piPK:217854~theSite PK:273812,00.html> diakses pada 20 Maret 2013 6

dibandingkan dengan Cina yang saat ini menjadi mitra dagang penting bagi ASEAN. Apabila dilihat dari aktivitas-aktivitas diplomasi publik Jepang tersebut, Jepang memang sangat berkomitmen untuk menarik perhatian masyarakat internasional. Namun, masih ditemui hambatan dalam pelaksanaan diplomasi publik Jepang, terutama apabila Jepang ingin mempertahankan posisinya di kawasan Asia Tenggara. Hambatan tersebut adalah sejarah kekejaman Jepang selama mengokupasi wilayah-wilayah di Asia Tenggara saat masa Perang Dunia II dan tindakan Jepang yang terlalu merespon apa yan dilakukan Cina untuk soft power-nya sehingga diplomasi publik lama-lama kurang inovatif. 1.5. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan data kualitatif mengenai diplomasi publik, soft power, politik pemerintahan Jepang, hubungan Jepang dengan Cina, serta hubungan Jepang dengan Asia Tenggara. Data kuantitatif juga akan digunakan untuk menunjang penelitian ini, seperti data mengenai opini publik terhadap Jepang. 1.6. Jangkauan Penelitian Yang menjadi jangkauan penelitian adalah diplomasi publik Jepang yang dilakukan pada masa setelah Perang Dingin terhadap Asia Tenggara, karena pada masa itulah kebangkitan Cina di kawasan Asia Tenggara dimulai. 1.7. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab. Bab pertama dalam skripsi ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang, rumusan masalah, landasan konseptual, argumentasi utama, metode penelitian, jangkauan penelitian, serta sistematika penulisan. 7

Setelah pendahuluan, bab selanjutnya adalah pembahasan. Pada bab kedua yang berjudul Perkembangan Diplomasi Publik dan Kebangkitan Cina ini terdapat paparan mengenai sejarah diplomasi publik Jepang, peran pemerintah dalam diplomasi publik Jepang, dan aktor non-pemerintah dalam diplomasi publik Jepang, serta membahas mengenai kebangkitan Cina. Bab kedua berisi penjelasan dasar mengenai topik skripsi ini sebelum masuk ke pembahasan selanjutnya dan analisis. Bab ketiga dalam skripsi ini adalah Diplomasi Publik Jepang Pasca Kebangkitan Cina yang membahas bagaimana diplomasi publik yang dilakukan Jepang pasca kebangkitan Cina terutama terhadap kawasan Asia Tenggara. Kemudia, penulis juga membahas hambatan yang ditemukan dalam masingmasing aktivitas diplomasi publik yang dilaksanakan oleh Jepang. Pembahasan dalam bab ini sekaligus menjawab pertanyaan yang menjadi rumusan masalah skripsi ini. Terakhir, skripsi ini ditutup dengan bab keempat, yaitu kesimpulan. Dalam bab terakhir ini, penulis memberikan ringkasan mengenai apa yang dibahas dalam tulisan ini serta pendapat akhir. 8