BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan Simpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah: a. Kepemimpinan spiritual berpengaruh positif signifikan pada harga diri karyawan. Path-goal leadership theory membantu menjelaskan bahwa peran pemimpin tidak hanya fokus pada pencapaian kemajuan dan eksistensi organisasi, tapi juga harus memiliki suatu kepedulian dan perhatian pada pengikut (House, 1996). Visi, hope/faith, dan altruistic love yang menjadi bagian dari kepemimpinan spiritual mampu untuk meningkatkan harga diri yang dimiliki para karyawan. b. Kepemimpinan spiritual berpengaruh positif signifikan pada efikasi diri karyawan. Sikap yang ditunjukkan oleh pemimpin spiritual mampu untuk meningkatkan keyakinan karyawan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. c. Kepemimpinan spiritual berpengaruh positif signifikan pada kebermaknaan kerja karyawan. Visi dan harapan yang diberikan oleh seorang pemimpin akan membuat karyawan lebih menghargai pekerjaannya sehingga dapat memberikan perubahan dalam kehidupannya. d. Kepemimpinan spiritual berpengaruh positif signifikan pada keanggotaan karyawan. Karyawan akan memiliki keinginan untuk bergabung di dalam komunitasnya karena merasa bahwa pemimpinnya memiliki visi dan 87
harapan yang dapat mengembangkan dirinya di dalam organisasi dengan lebih baik. e. Kepemimpinan spiritual memiliki pengaruh paling besar pada keanggotaan. Berdasarkan Teori Kepemimpinan Spiritual yang berakar dalam hakiki model motivasi dimana menggabungkan visi, hope/faith, dan altruistic love dapat mempertahankan manfaat dari keanggotaannya yaitu dapat terus mengekspresikan dirinya di tempat kerja. f. Harga diri berpengaruh positif signifikan pada perilaku kewargaan organisasional-individu. Karyawan yang meyakini bahwa dirinya mampu maka akan bersedia untuk membantu rekan kerjanya untuk menyelesaikan sebuah masalah atau kegiatan sehari-hari walaupun tidak diminta. g. Efikasi diri berpengaruh positif signifikan pada perilaku kewargaan organisasional-individu. Menurut Teori Kontrol Afek bahwa individu berperilaku sesuai dengan kerangka identitasnya. Sehingga seseorang yang sudah mengetahui kemampuan maupun batasan yang dimiliknya akan lebih mudah untuk menyelesaikan pekerjaan maupun permasalahan untuk melakukan peran lebih pada organisasinya. h. Kebermaknaan kerja berpengaruh positif signifikan pada perilaku kewargaan organisasional-individu. Kebermaknaan dalam melakukan suatu pekerjaan dirasakan ketika pekerjaannya tersebut dapat merubah kehidupannya. Perubahan yang dirasakannya tersebut dapat mendorong seseorang untuk menolong sesamanya secara personal yang pada akhirnya juga akan meningkatkan kinerja organisasinya. 88
i. Kebermaknaan kerja berpengaruh positif signifikan pada perilaku kewargaan organisasional-organisasi. Tidak hanya menolong sesamanya, namun kebermaknaan kerja juga dapat meningkatkan perilaku seseorang untuk membantu organisasinya. j. Kebermaknaan kerja memiliki pengaruh yang lebih besar pada perilaku kewargaan organisasional-individu. Sedangkan keanggotaan memiliki pengaruh pada perilaku kewargaan organisasional-organisasi. k. Keanggotaan berpengaruh positif signifikan pada perilaku kewargaan organisasional-organisasi. Teori Identitas dan Teori Kontrol Afek dapat menjelaskan bahwa bila seoorang karyawan memiliki identitas untuk menjadi bagian dari suatu komunitas atau organisasi sehingga dapat memperkuat keinginan untuk membangun organisasi melalui perilakunya ketika membantu kinerja organisasi. 5.2. Implikasi Penelitian a. Implikasi Teoritis Secara teoritis, penelitian ini menambah bukti empiris hubungan kepemimpinan spiritualitas dengan dimensi konsep diri. Sejauh pengamatan peneliti, penelitian ini baru dilakukan oleh Chen et al. (2012). Selain itu, konteks penelitian yang mengambil tempat di Indonesia juga menjadi gambaran baru efek dari kepemimpinan spiritualitas terhadap perilaku kewargaan organisasional yang selama ini penelitiannya didominasi oleh Negara-negara di bagian Amerika ataupun Eropa. Hasil riset ini dapat menjadi rujukan dalam mengeneralisir efek atau 89
konsekuensi kepemimpinan spiritualitas. Penelitian ini juga mencoba memasukkan konsep diri untuk diuji pengaruhnya terhadap perilaku kewargaan organisasional. Hasil uji analisis jalur dalam riset ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk selanjutnya dapat diuji efek interaksi baik mediasi maupun meoderasi yang masih sangat mungkin mempengaruhi kepemimpinan spiritualitas terhadap perilaku kewargaan organisasional. Selain itu peneliti dalam riset ini mencoba untuk mengunakan lima dimensi dari Harper (2015) yang merujuk pada penelitian Williams dan Anderson (1991) untuk mengukur perilaku kewargaan organisasional secara lebih lengkap. Karena pada penelitian sebelumnya Chen dan Yang (2012) hanya menggunakan dua dimensi dan hasil penelitiannya kurang dapat menggambarkan variabel perilaku kewargaan organisasional b. Implikasi Praktis Hasil riset ini dapat memberikan gambaran bagi organisasi untuk dapat meningkatkan kepemimpinan spiritual, mengingat hasil riset menunjukkan kuatnya hubungan kepemimpinan spiritualitas dengan konsep diri, kebermaknaan kerja, dan keanggotaan. Nilai-nilai dalam kepemimpinan spiritualitas terbukti memberikan pengaruh positif pada konsep diri, kebermaknaan kerja, dan keanggotaan. Munculnya konsep diri ini akan meningkatkan kinerja organisasi melalui tingginya perilaku kewargaan organisasional-individu. Kebermaknaan kerja dapat meningkatkan kinerja organisasi melalui perilaku kewargaan 90
organisasional-individu maupun perilaku kewargaan organisasionalorganisasi. Sedangkan munculnya keanggotaan pada diri seorang karyawan dapat terbukti meningkatkan perilaku kewargaan organisasionalorganisasi. Hasil riset ini menunjukkan bahwa, dukungan untuk memberikan ruang aktualisasi kehidupan spiritualitas karyawan tidak hanya menguntungkan karyawan itu sendiri, tetapi juga menguntungkan organisasi. Oleh karena itu, organisasi dapat mulai menanamkan atau memperkuat iklim spiritualitas di tempat kerja. Hal ini dapat dicapai dengan pendekatan perubahan organisasional yang secara efektif menerapkan filosofi spiritualitas tempat kerja. Penerapan filosofi ini hendaknya dibarengi dengan panduan serta visi, misi, dan nilai organisasi yang jelas pada organisasi. Pemimpin dapat berperan aktif melakukan diskusi terbuka di organisasi untuk mencari konsep dan makna dari spiritualitas di organisasi masing-masing, agar bentuk dukungan organisasi dapat dilakukan dengan tepat. Pemimpin harus spesifik dalam memberikan dukungan terhadap karyawan mengingat banyaknya bentuk dukungan. Usaha pemimpin dalam menerapkan iklim spiritualitas di tempat kerja akan memperluas batasan kebebasan yang ada di organisasi, mengingat sifat spiritualitas yang sangat personal sehingga dapat meningkatkan konsep diri, kebermaknaan kerja, dan keanggotaan karyawan pada organisasi. Untuk itu dibutuhkan komitmen yang kuat dari organisasi apabila ingin menanamkan dan memperkuat dampak 91
spiritualitas. Program-program pelatihan yang mendukung seperti pelatihan komunikasi interpersonal mungkin diperlukan untuk menunjang kesuksesan organisasi dalam usaha meningkatkan perilaku kewargaan organisasional. Berdasarkan riset ini, untuk dapat meningkatkan perilaku kewargaan organisasional-individu karyawan, dimensi efikasi diri yang memiliki nilai tertinggi dalam mempengaruhi variabel ini dapat diperkuat keberadaannya di organisasi. Sedangkan untuk dapat meningkatkan perilaku kewargaan organisasional -organisasi karyawan, kebermaknaan kerja yang paling menonjol mempengaruhi variabel ini dapat diperkuat keberadaannya di organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan hubungan antara rekan kerja maupun atasan-bawahan, ataupun dukungan supervisor terhadap masalah yang dihadapi. 5.3. Keterbatasan Penelitian dan Saran Penelitian Mendatang a. Pada riset ini, responden melakukan self-report, sehingga sangat berpotensi menimbulkan common method bias yang disebabkan oleh bias karena sumber penilai yang sama (common rater effect bias). Pada penelitian berikutnya, dapat dilakukan berbagai cara untuk mengontrol common method bias seperti dengan langkah perbaikan prosedural maupun perbaikan statistikal. Contoh langkah prosedural seperti mendapatkan pengukuran variabel independen dan variabel dependen melalui sumber yang berbeda atau dengan pemisahan pengukuran secara 92
waktu (time separation) dengan menggunakan suatu jarak waktu antara pengukuran variabel independen dan variabel dependen. b. Pengumpulan data pada riset ini hanya dilakukan dengan survei melalui penyebaran kuesioner. Eksplorasi informasi responden menjadi sangat terbatas karena tidak mampu mencari keterangan lebih lanjut terhadap responden. Untuk menambahkan kekayaan informasi dan tambahan pengetahuan pada saat penyusunan hasil riset, penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode triangulasi, misalnya dengan menggunakan survei dilengkapi dengan wawancara. Nantinya, informasi menarik yang timbul dalam riset maupun keterangan tambahan dapat diminta kepada responden. Hal ini membuat informasi yang dapat disajikan menjadi lebih kaya informasi. c. Pengambilan data pada riset ini dilakukan pada satu titik waktu atau cross-sectional. Agar dapat memperkuat hasil uji hipotesis untuk melihat hubungan kausalitas antara spiritualitas tempat kerja dengan variabel konsekuensinya, penelitian mendatang dapat melakukan pengambilan data dengan menggunakan metode longitudinal. d. Penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi efek interaksi, baik itu mediasi maupun moderasi karena penelitian ini hanya melakukan analisis jalur. Hal ini dimaksudkan agar teori spiritualitas dapat lebih berkembang dan menguji variabel-variabel lain yang dapat berhubungan dengan kepemimpinan spiritualitas. 93
e. Untuk mencegah terjadinya bias keinginan sosial, penelitian ini menggunakan metode pencegahan melalui prosedur desain kuesioner. Untuk lebih meningkatkan kualitas pencegahan bias keinginan sosial, penelitian selanjutnya dapat menggunakan pendekatan secara statistik. 94