PERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

dokumen-dokumen yang mirip
TARGET PEMBANGUNAN 6,18 % 5,2 % 4,0-5,0 % 12,22% 10,0 % 7-8 %

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas

PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

Kebijakan Pemerataan Ekonomi Dalam Rangka Menurunkan Kemiskinan. Lukita Dinarsyah Tuwo

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS

REFORMULASI KEBIJAKAN ANGGARAN SEBAGAI UPAYA MENGATASI KESENJANGAN EKONOMI. Oleh: Ahmad Heri Firdaus

ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

Matakuliah : EK 432/Perekonomian Indonesia Tahun : 2005 Versi : Revisi 1. Pertemuan 6 Kemiskinan dan kesenjangan

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang menjadi perhatian utama

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

PROGRAM EKONOMI PDI PERJUANGAN Oleh : Muhammad Islam

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

KINERJA PENANGGULANGAN KEMISKINAN NASIONAL DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

APBNP 2015 belum ProRakyat. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI DPR RI

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2015

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015

Keynote Speech STRATEGI INDONESIA MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, INKLUSIF, DAN BERKEADILAN

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2015

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 16 Agustus

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

BPS PROVINSI LAMPUNG

ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. berlangsung dalam jangka panjang (Suryana:2000).

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

RENCANA PEMBANGUNAN BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT: SEKTOR PERTANIAN-PERDESAAN

PENSASARAN PROGRAM BERDASARKAN RUMAH TANGGA DAN WILAYAH

REDISTRIBUSI ASET UNTUK MENURUNKAN KETIMPANGAN DI INDONESIA

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Dari sembilan program pembangunan yang ditetapkan pemerintah

Kesenjangan di Indonesia: Tren, penyebab, kebijakan. World Bank September 2014

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN

KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Kemiskinan dan Ketimpangan di Indonesia: Permasalahan dan Tantangan

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

Analisis Masalah Ekonomi Tentang Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

BEBERAPA MASALAH DAN KEBIJAKAN PUBLIK TENTANG INFRASTRUKTUR: TINJAUAN DARI PERSPEKTIF ILMU EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bidang Kemiskinan,Ketenagakerjaan dan UKM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGAH MARET 2016 MULAI MENURUN

TIM KAJIAN RASKIN LPPM IPB

Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro

BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN SEPTEMBER 2015

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

8.1. Keuangan Daerah APBD

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

Transkripsi:

PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN Direktorat Penanggulangan Kemiskinan 29 Januari 2014

TINGKAT KEMISKINAN 2004-2014 45 40 35 30 36.15 35.10 39.30 37.17 34.96 32.53 31.02 30.02 29.13 28.07 28.55 25 20 15 10 5 0 12,5-13,5 11,5-12,5 17.75 16.66 15.97 16.58 11.47 15.42 14.15 13.33 12.49 11.96 11.37 10,5-11,5 9,5-10,5 8,0-10,0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Mar-13 Sep-13 2014 Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin Target Tingkat Kemiskinan Sejak tahun 2010, penurunan kemiskinan melambat, secara absolut menurun sekitar 1 juta penduduk miskin per tahun. Tingkat kemiskinan pada bulan September 2013 sebesar 11,47% (target APBN 2013 sebesar 9,5%-10,5%). Kenaikan tingkat kemiskinan ini karena kenaikan BBM pada bulan Juni 2013. Target APBN 2014 sebesar 9,5%-10,5% (Revisi RPJMN 2009-2014: 8,0%-10,0%). 22

KEMISKINAN KRONIS DAN KERENTANAN TERUS BERLANJUT 100% Mobilitas dalam 3 tahun (2008-2010) Jumlah RTM 90% 80% Keluar dari miskin, namun tetap rentan 1.5 juta 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Rumah Tangga Miskin (10%, PPLS 2011) Keluar dari sangat miskin, namun tetap miskin Keluar dari kondisi sangat miskin, tapi jatuh lagi Senantiasa dalam kemiskinan kronis RTM 2.1 juta 0.9 juta 1.5 juta 6.0 juta 4.5 juta RTM (75%) tidak pernah keluar dari kerentanan selama 3 tahun 1.5 juta (25%) tidak pernah membaik tingkat kemiskinan

Permasalahan dalam Upaya Penanggulangan Kemiskinan dan Peningkatan Pemerataan Stabilitas Kondisi Makro Afirmative Program PK Kelembagaan Naik turunnya harga bahan pokok yang menyebabkan kondisi ekonomi makro tidak stabil Social exclusion (marjinalisasi), seperti kepada penduduk: disable, lansia, berpenyakit kronis, non-ktp, dan kelompok rentan lainnya Pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan masih tumpang tindih dan akses pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan yang masih rendah (tidak inklusif) Pengangguran yang masih tinggi dan rendahnya akses perlindungan tenaga kerja Kapasitas usaha mikro untuk mengembangkan usaha masih rendah Struktur, mekanisme, dan prosedur kelembagaan yang terdesentralisasi tidak semuanya memberikan prioritas terhadap penanggulangan kemiskinan Peran dan kapasitas TKPKD di beberapa daerah belum optimal; Demografi Laju pertumbuhan penduduk yang sulit dikendalikan, dimana rata-rata masyarakat miskin justru memiliki banyak anak

ISU KESENJANGAN BERDASARKAN ANGKA GINI RATIO 5

Berdasarkan beberapa asumsi terkait gini ratio: Pendekatan gini ratio diukur menggunakan angka pengeluaran rumah tangga, bukan pendapatan Under-reporting Sampel data survei rumah tangga (SUSENAS) kurang mewakili golongan pendapatan tinggi Apabila angka-angka ini dikoreksi justru pengeluaran orang kaya pendapatan (karena ada saving +investment) sehingga gini ratio akan semakin tinggi

TREND PENINGKATAN KETIMPANGAN (RASIO GINI) DI INDONESIA GINI RATIO Di perkotaan ketimpangan cenderung lebih tinggi daripada di perdesaan GINI RATIO, URBAN- RURAL INCOME DISTRIBUTION Berdasarkan penggolongan dari world bank, apabila kelompok 40% penduduk berpendapatan rendah menerima 12-17% dari seluruh pendapatan maka tingkat ketimpangan pendapatan tergolong sedang. Di tahun 2012, kelompok 20% terkaya menikmati 49% pendapatan nasional, sementara 40% penduduk termiskin menikmati 17% pendapatan nasional. Distribusi pendapatan kelompok penduduk terkaya meningkat lebih cepat dibandingkan peningkatan pada kelompok penduduk termiskin.

GINI RATIO PER PROVINSI TAHUN 2013 0.50 0.45 0.40 Rata-rata Gini Ratio seluruh provinsi relatif tinggi, Gini Ratio tertinggi di Indonesia bagian Timur Indonesia = 0.413 0.35 0.30 0.25 0.20 0.15 0.10 0.05 0.00

PENYEBAB KESENJANGAN 1. Keterbatasan RTM untuk terlibat dalam proses pembangunan (baik dari sisi kebijakan maupun aksesnya) Kebijakan Ekonomi Makro Kebijakan Sektoral Akses Pelayanan Dasar Kurang stabilnya kondisi ekonomi Penyerapan makro tenaga kerja yang belum Kebijakan optimal tata usaha niaga yang tidak berpihak pada usaha kecil Implementasi kebijakan subsidi yg belum optimal Kurangnya peran pemerintah dalam perdagangan pangan (Bulog) 1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Fasilitas dasar Opportunity RTM untuk meningkatkan penghidupannya rendah Golongan menengah ke atas Proses Pembangun an Akses perbankan Aset 1. Akses kredit usaha 1. Bangunan/rumah 2. Lahan budidaya 3. Infrastruktur ekonomi Opportunity RTM untuk terlibat dalam proses pembangunan rendah

PENYEBAB KESENJANGAN 2. Tidak meratanya pembangunan dikarenakan pertumbuhan ekonomi hanya terjadi pada sektor ekonomi tertentu Trend Produksi, Penjualan Dalam Negeri, dan Luar Negeri Komoditas Batubara Perkembangan ekonomi yang mengarah ke sektor industri dan jasa melebihi pertumbuhan di sektor pertanian Trend Volume Ekspor Komoditas Crude Palm Oil Kenaikan harga internasional komoditas batubara mendorong peningkatan produksi dalam negeri. Sektor pertambangan bersifat padat modal dan padat skilled labor, sehingga keuntungan dari kondisi ini lebih banyak dinikmati oleh golongan menengah ke atas. Penelitian dari SEADI menginvestigasi sejauh mana peningkatan harga komoditas ekspor perkebunan dan pertambangan berkontribusi pd peningkatan ketidaksetaraan di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa memang meningkatkan ketidaksetaraan, namun dengan besaran

PENYEBAB KESENJANGAN 3. Pertimbangan dari pengusaha terkait ketenagakerjaan Pertimbangan dari pengusaha terkait ketenagakerjaan (Yusuf et al, 2013) Peningkatan UMR yang berdampak pada pemutusan tenaga kerja Kekuatan serikat buruh terkait dengan permintaan gaji yang lebih tinggi dari pasar

ALTERNATIF KEBIJAKAN

Alternatif Kebijakan untuk Mendorong Perubahan Ketidakmerataan Pendapatan (1) Penyebab Pertumbuhan sektor pertambangan, industri dan jasa lebih banyak dinikmati oleh golongan tertentu (skilled labor) Kurang tepatnya subsidi dalam produksi pertanian dan pendapatan petani selalu rendah sehingga kesejahteraan petani rendah Gap antara produksi dan konsumsi karena permasalahan sistem logistik Alternatif Kebijakan Memprioritaskan peningkatan anggaran sektor pertanian khususnya untuk meningkatkan : a) produktivitas, b) stabilitas harga, dan c) pengalihan subsidi yang lebih tepat sasaran untuk meningkatkan kesejahteraan petani Peningkatan kapasitas dan keterampilan masyarakat miskin melalui optimalisasi pusat pelatihan kerja di semua sektor (pusat dan daerah) dititikberatkan terhadap pendampingan (penyuluh) bukan pelatihan Mengupayakan kebijakan penekanan harga bahan pangan sehingga akan dengan mudah mengurangi pengeluaran dari masyarakat miskin Mengupayakan sistem tata niaga dan logistik, mengontrol pelaku usaha sehingga tidak terjadi praktek monopoli, monopsoni dan kartel

Alternatif Kebijakan untuk Mendorong Perubahan Ketidakmerataan Pendapatan (2) Penyebab Alternatif Kebijakan Peningkatan pemutusan tenaga kerja (terkait dengan UMR) Rendahnya pendidikan dan keterampilan sehingga terjadi peningkatan tenaga kerja Peningkatan dan pengoptimalan akses pendidikan (formal dan informal) dan kesehatan Mendorong peran swasta dan masyarakat untuk

Alternatif Kebijakan untuk Mendorong Perubahan Ketidakmerataan Pendapatan (3) Penyebab Alternatif Kebijakan Ketimpangan pemilikan, penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah Rendahnya akses pelayanan dasar masyarakat miskin (isu kesenjangan antar wilayah dari segi infrastruktur, SDM, dll) Kebijakan Reforma Agraria untuk menjamin kepastian akses terhadap lahan produksi dan lahan perumahan Peningkatan akses pelayanan dasar bagi masyarakat miskin

Terima Kasih