KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2015

Transkripsi

1 Nomor : 049/08/63/Th. XIX, 15 September 2015 KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2015 Persentase penduduk miskin di Kalimantan Selatan pada September 2014 tercatat 4,81 persen dan pada Maret 2015 naik 0,18 poin pada Maret 2015 menjadi 4,99 persen. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2014 sebesar 3,68 persen dan pada Maret 2015 naik sebesar 0,23 poin menjadi 3,91 persen. Sedangkan di daerah perdesaan pada September 2014 tercatat sebesar 5,64 persen naik 0,14 poin pada Maret 2015 menjadi 5,78 persen. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan masih lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2015, peranan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap Garis Kemiskinan (GK) sebesar 71,56 persen. Pada periode September 2014 Maret 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami kenaikan. Pada September 2014, Indeks P1 sebesar 0,652 sedangkan pada Maret 2015 sebesar 0,744. Indeks P2, pada September 2014 sebesar 0,151 sedangkan Maret 2015 sebesar 0,180. Gini Ratio Maret 2015 masih dalam kategori ketimpangan sedang, yaitu sebesar 0,3528. Distribusi Pengeluaran Menurut World Bank masuk dalam kategori distribusi pendapatan tidak terlalu pincang. Kelompok penduduk berpendapatan rendah menerima sekitar 19,96 persen pendapatan. Tingkat kemiskinan di Pulau Kalimantan adalah yang terendah di Indonesia yaitu 6,42 persen. Tingkat kemiskinan di Indonesia pada Maret 2015 mencapai 11,22 persen. 1

2 1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Tingkat kemiskinan Provinsi Kalimantan Selatan pada Bulan Maret 2015 sebesar 4,99 persen. Angka ini mengalami sedikit kenaikan yaitu sebesar 0,18 poin dibandingkan keadaan September 2014 yang sebesar 4,81 persen. Penduduk miskin di daerah perkotaan keadaan Maret 2015 sebesar 3,91 persen, mengalami kenaikan sebesar 0,23 poin dibandingkan dengan keadaan September 2014 yang sebesar 3,68 persen. Demikian pula untuk di daerah perdesaan, jumlah penduduk miskin keadaan Maret 2015 sebesar 5,78 persen naik 0,14 poin dibandingkan keadaan September 2014 yang sebesar 5,64 persen. Secara absolut, jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan keadaan Maret 2015 sebanyak orang. Sedangkan pada September 2014, jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan sebanyak orang. Selama satu semester terjadi penambahan jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan sebanyak orang. Penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah orang sedangkan di daerah perdesaan, penduduk miskin bertambah sebanyak orang. Tabel 1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Tempat Tinggal di Kalimantan Selatan September 2014 Maret 2015 Daerah/Periode Penduduk Miskin (Orang) Persentase Penduduk Miskin (1) (2) (3) Perkotaan September ,68 Maret ,91 Perdesaan September ,64 Maret ,78 Perkotaan + Perdesaan September ,81 Maret ,99 2

3 2. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain upaya memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga terkait dengan bagaimana mengurangi kesenjangan diantara penduduk miskin. Pada periode September 2014 Maret 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) mengalami kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 0,652 pada September 2014 menjadi 0,744 pada Maret Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami kenaikan dari 0,151 pada September 2014 menjadi 0,180 pada Maret Kenaikan kedua nilai indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin menjauh dari garis kemiskinan dan kesenjangan pengeluaran antar penduduk miskin semakin melebar. Peningkatan nilai indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan disebabkan terjadinya peningkatan kedua nilai indeks tersebut di daerah perdesaan dan daerah perkotaan. Tabel 2 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) Menurut Daerah Tempat Tinggal di Kalimantan Selatan September 2014 Maret 2015 Tahun/Indikator Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) September ,408 0,830 0,652 Maret ,550 0,887 0,744 Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) September ,082 0,201 0,151 Maret ,121 0,224 0, Garis Kemiskinan (GK) Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk menentukan apakah seseorang termasuk dalam kategori miskin atau atau tidak miskin. Garis Kemiskinan (GK) terdiri dari komponen Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan (Rp/Kapita/Bulan) di bawah Garis Kemiskinan. 3

4 Tabel 3 Garis Kemiskinan Menurut Daerah Tempat Tinggal Di Kalimantan Selatan, September 2014 Maret 2015 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Daerah Tempat Tinggal/Tahun Makanan Bukan Makanan Total Perkotaan September Maret Perubahan (persen) 5,03 5,36 5,14 Perdesaan September Maret Perubahan (persen) 4,85 8,79 5,74 Perkotaan + Perdesaan September Maret Perubahan (persen) 4,90 6,98 5,49 Selama September 2014 Maret 2015, garis kemiskinan naik sebesar 5,49 persen, yaitu dari Rp ,- per kapita per bulan pada September 2014 menjadi Rp ,- per kapita per bulan pada bulan Maret Terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2015 GKM memiliki kontribusi sebesar 71,56 persen terhadap GK. 4. Gini Ratio (GR) Distribusi Pendapatan merupakan gambaran tentang pemerataan atau terjadi ketimpangan pembagian pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh seseorang dipengaruhi oleh kepemilikan faktor-faktor produksi. Besaran balas jasa yang diterima oleh pemilik faktor ekonomi seperti keahlian, modal dan tanah, serta investasi akan berbeda satu sama lain. Ketimpangan distribusi pendapatan dapat dilihat dari angka 4

5 Gini Ratio. Semakin tinggi nilai angka Gini Ratio mengindikasikan bahwa ketimpangan semakin tinggi. Pengelompokan nilai koefisien Gini dibedakan menjadi 5 kelompok : GR = 0 : Pemerataan Sempurna 0 < GR < 0,3 : Ketimpangan Rendah 0,3 GR 0,5 : Ketimpangan Sedang 0,5 < GR < 1 : Ketimpangan Tinggi GR = 1 : Ketimpangan Sempurna Pada periode Maret 2015 ketimpangan distribusi pendapatan masih dalam kategori ketimpangan sedang. Angka Gini Ratio baik di perkotaan maupun di perdesaan menunjukan kenaikan. Gini Ratio di daerah perkotaan sebesar 0,3771, perdesaan sebesar 0,2987 dan total adalah 0,3528. Tabel 4 Gini Ratio Provinsi Kalimantan Selatan Menurut Daerah Tempat Tinggal Provinsi Kalimantan Selatan September 2014 Maret 2015 Gini Ratio Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan September ,3377 0,2934 0,3258 Maret ,3771 0,2987 0,3528 Perubahan 0,0394 0,0053 0, Distribusi Pengeluaran Menurut Kriteria World Bank Ukuran ketimpangan pendapatan dengan menggunakan kriteria Bank Dunia cukup sederhana dan mudah penghitungannya, yaitu berdasarkan pangsa pendapatan yang diterima oleh 40 persen penduduk berpendapatan rendah. Penduduk diurutkan menurut besarnya pendapatan yang diterima dari terendah ke yang tertinggi. Pangsa pendapatan yang diterima oleh 40 persen penduduk lapis rendah ini yang akan menjadi patokan ukuran ketimpangan pendapatan. Kriteria Bank Dunia ini, membagi jumlah penduduk kedalam tiga kelompok, yakni 20 persen penduduk berpendapatan tinggi, 40 persen penduduk berpendapatan menengah dan 40 persen penduduk berpendapatan rendah. Kelompok pertama adalah bagian dari penduduk terkaya dan kelompok ketiga adalah bagian penduduk termiskin. Kelompok kedua sering dikatakan sebagai masyarakat kelas menengah. 5

6 Adapun kriteria ketimpangan dalam distribusi pendapatan adalah jika 40 persen penduduk berpendapatan rendah menerima : o Kurang dari 12 persen pendapatan nasional : Distribusi pendapatan sangat pincang o Diantara 12 sampai 17 persen : Distribusi pendapatan pincang sedang o Lebih dari 17 persen : Distribusi pendapatan tidak terlalu pincang Menurut kriteria Bank Dunia, distribusi pendapatan di Kalimantan Selatan pada Maret 2015 masuk kedalam kategori distribusi pendapatan tidak terlalu pincang (low inequality). Kelompok penduduk berpenghasilan rendah menerima lebih dari 17 persen pendapatan nasional (menggunakan pendekatan pengeluaran konsumsi), baik di daerah perkotaan maupun di perdesaan. Penduduk berpendapatan rendah di Kalimantan Selatan menerima rata-rata 19,96 persen. diamati menurut daerah tempat tinggal maka penduduk berpendapatan rendah di daerah perkotaan menerima 18,02 persen, di daerah perdesaan menerima 22,08 persen Tabel 5 Distribusi Pengeluaran Menurut Kriteria World Bank Di Kalimantan Selatan, Maret 2015 Jika Daerah Tempat Tinggal 40 Persen Rendah 40 Persen Tengah 20 Persen Tinggi Perkotaan 18,02 37,00 44,98 Perdesaan 22,08 38,94 38,98 Perkotaan+Perdesaan 19,96 37,93 42,12 6. Tingkat Kemiskinan Indonesia dan Provinsi di Pulau Kalimantan Pada Maret 2015, tingkat kemiskinan Indonesia mengalami kenaikan 0,26 poin jika dibandingkan dengan tingkat kemiskinan keadaan September Penduduk miskin Indonesia keadaan Maret 2015 mencapai 11,22 persen, periode September 2014 penduduk miskin Indonesia sebanyak 10,96 persen. Tingkat kemiskinan Pulau Kalimantan keadaan Maret 2015 adalah yang terendah yaitu 6,42 persen. 6

7 Tabel 6 Persentase dan Jumlah Penduduk Miskin Provinsi di Pulau Kalimantan dan Indonesia Keadaan September 2014 Maret 2015 Persentase Jumlah Penduduk Miskin Penduduk Miskin Provinsi September September Maret 2015 Maret (5) Kalimantan Barat 8,07 8, Kalimantan Tengah 6,07 5, Kalimantan Selatan 4,81 4, Kalimantan Timur 6,31 6, Kalimantan Utara - 6, Nasional 10,96 11,