8.1. Keuangan Daerah APBD
|
|
- Yuliani Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan pada pembangunan individu, kelompok maupun golongan, akan tetapi pembangunan ekonomi makro sebagaimana di Kabupaten Jembrana didasarkan pada beberapa penekanan seperti pencapaian terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pertumbuhan investasi. Sebagai komponen ekonomi makro, maka keberadaan PDRB, APBD, PAD dan investasi seringkali menjadi komoditas politik. Kendatipun hal tersebut di Kabupaten Jembrana masih berkembang dalam batas-batas normatif Keuangan Daerah APBD Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 tehun 2006 tentang Pendanaan Pengelolaan Keuangan Daerah ditetapkan bahwa struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah meliputi : a). Pendapatan Daerah ; b) Belanja Daerah ; c) Pembiayaan Daerah. 1. Pendapatan Daerah. Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, menambah akuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah yang dimaksud dikelompokkan atas : 159 Bab 8
2 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri atas Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah. 2. Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus 3. Lain lain Pendapatan Daerah Yang Sah yang terdiri dari Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak Dari Propinsi Kepada Kabupaten/ Kota, Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus dan Bantuan Keuangan Dari Propinsi atau Dari Pemerintah Daerah Lainnya. Sesuai dengan Undang Udnang Nomor 34 Tahun 2000 tentang pajak dan Retribusi Daerah dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Daerah Sumber Pendapatan Daerah yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain lain Pendapatan Daerah Yang Sah. 160 Bab 8
3 No. Uraian B A P P E D A D A N P E N A N A M A N M O D A L Tabel 8. 1 Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Jembrana Tahun A. Pendapatan Asli , , , , ,90 Daerah 1. Pajak Daerah , , , , ,00 2. Retribusi Daerah , , , , ,29 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan , , , , ,69 4. Lain lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah , , , , ,92 B. Dana Perimbangan , , , , ,00 1. Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak , , , , ,00 2. Dana Alokasi Umum , , , , ,00 3. Dana Alokasi Khusus , , , , ,00 C. Lain lain , , , , ,09 Pendapatan Daerah yang Sah 1. Hibah , , ,00 0,00 0,00 2. Dana Darurat 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Bab 8
4 No. Uraian 3. Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 4. Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus 5. Bantuan Keuangan dari Pemerintah Daerah Lainnya Tahun , , , , , , , , , , , , , , ,61 6. Pendapatan Lainnya ,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Total Pendapatan , , , , ,99 Sumber : Bagian Keuangan Setda Kab. Jembrana 162 Bab 8
5 2. Belanja Daerah B A P P E D A D A N P E N A N A M A N M O D A L Belanja Daerah sebagaimana tertuang dalan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten/ Kota yang terdiri dari urusaan wajib, urusan pilihan atau urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dilaksanakan bersama antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perudang undangan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 beserta revisinya dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Struktur Belanja Kabupaten Jembrana untuk tahun anggaran dikelompokkan menjadi : 1. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Bunga, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bagi Hasil, Belanja Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga. 2. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan yang terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang dianggarkan pada belanja SKPD yang bersangkutan sepereti : Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, Belanja Modal. Tabel 8. 2 Realisasi Belanja Daerah Kab. Jembrana Tahun No. Uraian Belanja Tidak Langsung , , ,66 2 Belanja Langsung , , ,75 Total , , ,41 Sumber : Bagian Keuangan Setda Kab. Jembrana 3. Pembiayaan Daerah Pembiayaan daerah terdiri dari : 1. Penerimaan Pembiayaan yang mencakup : sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu (SILPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan 163 Bab 8
6 yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang daerah. 2. Pengeluaran Pembiayaan yang mencakup : pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran pokok utang dan pemberian pinjaman daerah serta antara Anggaran Pendapatan Daerah mengakibatkan surplus atau deficit anggaran. Berikut adalah tabel realisasi Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran sebagai berikut : Tabel 8. 3 Realisasi Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran Tahun No. Uraian 2008 (Rp) 2009 (Rp) 2010 (Rp) 1 Pendapatan Daerah , , ,99 2 Belanja Daerah , , ,41 3 Pembiayaan Daerah , , ,00 a. Penerimaan Pembiayaan b. Pengeluaran Pembiayaan , , ,00 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) , , ,44 Sumber : Bagian Keuangan Setda Kab. Jembrana Produk Domestik Regional Bruto Dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jembrana ditandai adanya perubahan atau pergeseran dalam kontribusi sektor ekonomi terhadap produk daerah sebagai akibat terjadinya pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian (primer) ke sektor industri (sekunder), kemudian kearah sektor jasajasa (tersier). Hal ini sesuatu yang sangat wajar dan biasa terjadi di daerah yang sedang membangun dan berkembang seperti Kabupaten Jembrana. Pergeseran atau transformasi sektor ekonomi telah membawa berbagai implikasi. Salah satu implikasi tersebut adalah Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB di Kabupaten Jembrana merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan dan pembentukannya dipengaruhi oleh berbagai variabel. PDRB dapat dilihat dari dua sisi yaitu; PDRB atas dasar harga konstan yang perhitungannya dari jumlah produk yang dihasilkan setiap tahun dan dikalikan dengan harga tahun dasar. Dari sisi lain, besarnya PDRB atas dasar harga yang 164 Bab 8
7 berlaku adalah jumlah produk yang dihasilkan oleh masyarakat setiap tahun dikalikan dengan perubahan harga setiap tahun. Sebagimana dijalaskan di atas bahwa PDRB merupakan salah satu indikator dalam pembangunan ekonomi makro. Dalam kaitan dengan hal tersebut berikut ini disajikan perkembangan PDRB Kabupaten Jembrana atas dasar harga berlaku dari tahun seperti tabel berikut ini. Tabel 8. 4 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun No. Lapangan usaha Tahun (Jutaan) * 2010** 1 Pertanian , , , , ,21 a. Tanaman Bahan Makanan , , , , ,45 b. Tanaman Perkebunan , , , , ,25 c. Peternakan dan Hasil hasilnya , , , , ,53 d. Kehutanan 395,11 410,08 445,14 496,65 539,67 e. Perikanan , , , , ,31 2 Pertambangan dan Penggalian , , , , ,84 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian , , , , ,84 3 Industri Pengolahan , , , , ,61 a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas , , , , ,61 4 Listrik, Gas & Air Bersih , , , , ,73 a. Listrik , , , , ,67 b. Gas c. Air Bersih 8.636, , , , ,06 5 Bangunan , , , , ,91 6 Perdag., Hotel & Restoran , , , , ,40 a. Perdagangan Besar & , , , , , Bab 8
8 No. Lapangan usaha Tahun (Jutaan) * 2010** Eceran b. Hotel 1.963, , , , ,26 c. Restoran , , , , ,91 7 Pengangkutan & Komunikasi , , , , ,18 a. Pengangkutan , , , , ,43 b. Komunikasi 7.468, , , , ,75 8 Keu. Persewaan & Jasa Perusahaan , , , , ,91 a. Bank 5.539, , , , ,61 b. Lembaga Keuangan Tanpa bank , , , , ,35 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan , , , , ,68 e. Jasa Perusahaan , , , , ,26 9 Jasa - Jasa , , , , ,59 a. Pemerintahan Umum , , , , ,79 b. Swasta , , , , ,81 Sumber : BPS Kabupaten Jembrana * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara Berdasarkan tabel di atas, bahwa kontribusi dibidang pertanian masih dominan disusul bidang perdagangan, hotel dan restauran serta bidang pengangkutan dan komunikasi, terlihat bahwa kontribusi masing-masing lapangan usaha terhadap PDRB di Kabupaten Jembrana setiap tahun mengalami peningkatan, peningkatan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah peningkatan jumlah produksi (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh lapangan usaha serta peningkatan tersebut dipengaruhi oleh perubahan harga yang terjadi setiap tahun. Untuk lebih jelasnya, PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2010 dapat dilihat pada grafik di bawah ini : 166 Bab 8
9 Pertanian 5% 12% 25% Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan 16% 25% 7% 8% 2% 0% Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdag., Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keu. Persewaan & Jasa Perusahaan Gambar 8. 1 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku 1,000, , , , , * 2010** Tahun (Jutaan) Pertanian Industri Pengolahan Bangunan Pengangkutan & Komunikasi Jasa - Jasa Pertambangan dan Penggalian Listrik, Gas & Air Bersih Perdag., Hotel & Restoran Keu. Persewaan & Jasa Perusahaan Gambar 8. 2 Perkembangan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Selanjutnya perkembangan PDRB di Kabupaten Jembrana atas dasar harga konstan dapat dilihat seperti tabel di bawah ini. 167 Bab 8
10 Tabel 8. 5 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun No. Lapangan usaha Tahun (Jutaan) * 2010** 1 Pertanian , , , , ,35 a. Tanaman Bahan Makanan , , , , ,39 b. Tanaman Perkebunan , , , , ,98 c. Peternakan dan Hasil hasilnya , , , , ,91 d. Kehutanan 253,19 252,43 259,91 269,24 279,10 e. Perikanan , , , , ,97 2 Pertambangan dan Penggalian 5.747, , , , ,33 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3 Industri Pengolahan a. Industri Migas 5.747, , , , , , , , , ,37 b. Industri Tanpa Migas 4 Listrik, Gas & Air Bersih , , , , , , , , , ,39 a. Listrik 8.094, , , , ,14 b. Gas c. Air Bersih 3.361, , , , ,25 5 Bangunan 6 Perdag., Hotel & Restoran a , , , , , , , , , ,92 Perdagangan Besar & Eceran , , , , ,94 b. Hotel 1.148, , , , ,19 c. Restoran , , , , ,79 7 Pengangkutan & Komunikasi , , , , ,18 a. Pengangkutan , , , , , Bab 8
11 No. Lapangan usaha Tahun (Jutaan) * 2010** b. Komunikasi 3.386, , , , ,63 8 Keu. Persewaan & Jasa Perusahaan , , , , ,71 a. Bank 3.504, , , , ,13 b. Lembaga Keuangan Tanpa bank 8.011, , , , ,41 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan , , , , ,30 e. Jasa Perusahaan 7.670, , , , ,88 9 Jasa - Jasa , , , , ,67 a. Pemerintahan Umum , , , , ,58 b. Swasta , , , , ,10 Sumber : BPS Kabupaten Jembrana * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara 5% 15% 25% Pertanian Pertambangan dan Penggalian 15% 26% 5% 8% 1% 0% Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdag., Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keu. Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa - Jasa Gambar 8. 3 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 169 Bab 8
12 500, , , , , , , , , , * 2010** Tahun (Jutaan) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdag., Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Gambar 8. 4 Perkembangan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Bila dilihat perkembangan masing-masing lapangan usaha dari tahun di Kabupaten Jembrana, juga mengalami peningkatan. Peningkatan ini dipengaruhi oleh peningkatan jumlah produk yang dihasilkan setiap tahun oleh masyarakat di Kabupaten Jembrana dikalikan dengan harga tahun dasar. Bila dilihat dari perkembangan pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Jembrana setiap tahun selalu meningkat. Hal ini mencerminkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Apalagi bersamaan dengan peningkatan pendapatan perkapita, pemerintah memberikan berbagai subsidi kepada masyarakat sehingga turut serta mendongkrak kesejahteraan. Tabel 8. 6 Perkembangan PDRB/ Kapita (Rp). Tahun 2006 s/d 2010 No. Tahun PDRB/ Kapita (Rp) Rp , Rp , Rp , Rp , Rp ,73 Sumber : BPS Kabupaten Jembrana 170 Bab 8
13 PDRB/ Kapita (Rp). Rp8,883, Rp9,745, Rp13,742, Rp12,678, Rp11,282, Gambar 8. 5 Perkembangan PDRB/ Kapita (Rp). Tahun 2006 s/d Realisasi Investasi dari PMDN dan PMA Relisasi investasi di Kabupaten Jembrana berasal dari Alokasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). PMA hanya tercatat pada Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Propinsi Bali, sedangkan untuk PMDN tercatat di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah & Penanaman Modal Kabupaten Jembrana. Tabel 8. 7 Realisasi Sumber Penanaman Modal di Kabupaten Jembrana Tahun No. Jenis Investasi Total 1. Penanaman Modal Asing (PMA) 2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Tercatat pada BPMD Propinsi Tercatat pada Penanaman Modal Kabupaten Total Sumber : Bappeda dan PM Kab. Jembrana Berdasarkan tabel diatas nilai kontribusi Penaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Jembrana adalah masih sedikit dibandingkan dengan Penanaman Modal Dalam Negeri yang sebesar 84,4 % dibandingkan dengan total realisasi 171 Bab 8
14 penanaman modal di Kabupaten Jembrana baik tercatat di Bappeda dan PM maupun pada BPMDN Propinsi, sedangkan sisanya sekitar 15,6 % merupakan PMA Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi Sektor perdagangan memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang perekonomian di Kabupaten Jembrana. Apabila dikelola dengan baik, hasil kekayaan alam yang melimpah tersebut, yang terdiri potensi laut dan darat akan dapat dijadikan komoditas ekspor ke luar daerah sehingga dapat memajukan perekonomian daerah. Beberapa komoditas yang banyak dikenal dan dihasilkan di Kabupaten Jembrana tersebut beberapa adalah produksi kakao dan ikan laut, Sektor tersebut berdasarkan data dari Dinas Perindagkop mampu menyerap tenaga kerja yang semakin bertambah setiap tahunnya. Tabel 8. 8 Jumlah Pedagang dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Jembrana No. Tahun Jumlah Pedagang Penyerapan Tenaga Kerja Formal Non Formal Formal Non Formal Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan & Koperasi Kab. Jembrana Untuk menunjang sektor perdagangan sehingga memiliki daya saing yang tinggi, diperlukan dukungan dari sektor industri dan kerajinan. Dengan adanya sektor tersebut, maka nilai ekonomi suatu barang akan semakin meningkat sehingga akan semakin menambah daya jual. Potensi sumber daya alam yang melimpah di Kabupaten Jembrana, yang dapat dijadikan sebagai bahan mentah, menjadikan sektor industri dan kerajinan memiliki prospek untuk dikembangkan. Berdasarkan data dari Dinas Perindagkop, jenis industri di Kabupaten Jembrana yang terdiri dari 6 (enam) jenis mengalami kenaikan setiap tahunnya. 172 Bab 8
15 No. B A P P E D A D A N P E N A N A M A N M O D A L Tabel 8. 9 Perkembangan Industri dan Kerajinan di Kabupaten Jembrana Jenis Industri Tahun KLP. Pangan Industri Aneka Tenun KLP. Logam KLP. Industri Kayu KLP. Bahan Bangunan Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan & Koperasi Kab. Jembrana Koperasi di Indonesia, menurut UU tahun 1992, didefinisikan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam hal ini, apabila dilihat perkembangan jumlah koperasi dan anggota setiap tahunnya di Kabupaten Jembrana selalu mengalami peningkatan. Hal tersebut merupakan indikasi bahwa jenis usaha koperasi di Kabupaten Jembrana masih diminati oleh masyartakat. Tabel Data Koperasi di Kabupaten Jembrana No Uraian Satuan Tahun Jumlah Koperasi Unit Jumlah Anggota Anggota Koperasi Aktif Unit Koperasi Tidak Aktif Unit Sumber Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Jembrana 8.3. Pertumbuhan Ekonomi Laju Inflasi Perhitungan laju inflasi hanya dilakukan di BPS Propinsi Bali, sehingga untuk mengetahui angka inflasi di Kabupaten Jembrana menggunakan acuan perhitungan angka inflasi di kota terdekat, yaitu Kota Denpasar. Selain dilakukan di Kota Denpasar, perhitungan angka inflasi tersebut dilaksanakan di 66 kota di Indonesia yang secara periodik diumumkan oleh Badan Pusat Statistik Propinsi Bali. 173 Bab 8
16 Tabel Perkembangan Laju Inflasi Kota Denpasar Tahun 2006 s/d 2010 No. Inflasi Juli 0,47 0,06 1,63 0,38 2,33 2. Januari Juli (Tahun 3,01 2,49 6,89 1,90 5,09 Kalender) 3. Juli (tahun n) terhadap Juli (Tahun n 1 )(Year on Year) 11,57 3,77 8,86 4,50 7,63 Sumber : BPS Propinsi Bali Perkembangan laju inflasi di Kota Denpasar selama periode 2006 s/d 2010 adalah mengalami fluktuasi. Laju inflasi paling tinggi adalah laju inflasi tahun kalender (Januari Juli) 2008 sebesar 6,89 %. Sedangkan laju inflasi year on year paling tinggi adalah pada tahun 2006 sebesar 11,57 %. Untuk laju inflasi tahun kalender (Januari Juli) 2010 adalah sebesar 5,09 % dan laju inflasi year on year adalah sebesar 7,63 % Juli Januari Juli (Tahun Kalender) Juli (tahun n) terhadap Juli (Tahun n 1 )(Year on Year) Gambar 8. 6 Perkembangan Laju Inflasi Kota Denpasar Tahun 2006 s/d Indeks Gini Gini rasio merupakan salah satu indikator yang dapat melihat ketimpangan pendapatan antar golongan penduduk, untuk melihat karakteristik ketimpangan lainnya dapat menggunakan data PDRB perkapita sebagai proxy pendapatan perkapita. indikator yang memberikan gambaran proporsi tingkat pendapatan yang dapat digunakan untuk perencanaan pembangunan daerah secara umum serta sebagai bahan evaluasi pembangunan daerah. Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. 174 Bab 8
17 Tabel Indeks Gini Kabupaten Jembrana Tahun 2006 s/d 2010 No. Tahun Indeks Gini (%) , , , , ,75 Sumber : BPS Kabupaten Jembrana Angka ketimpangan (gini ratio) di Kabupaten Jembrana masih berada pada katagori rendah, namun angkanya masih cenderung berfluktuasi meskipun hanya sedikit mengalami perubahan. Berdasarkan data selama lima tahun terakhir angka gini ratio Kabupaten Jembrana berada pada kisaran 23,25 % sampai 25,83 % atau berada pada katagori ketimpangan rendah Indeks Gini (%) Gambar 8. 7 Indeks Gini Kabupaten Jembrana Tahun 2006 s/d Rata rata Pengeluaran Rumah Tangga per Bulan Besaran pengeluaran untuk konsumsi masyarakat Kabupaten Jembrana, dengan rata-rata pendapatan perkapita perbulannya yang sebesar Rp ,00 digunakan untuk konsumsi makanan sebesar Rp ,50 (54,56 %) sedangkan untuk konsumsi non makanan sebesar 45,44 % atau sekitar Rp ,49. Hal ini menunjukkan bahwa pola konsumsi masyarakat Kabupaten Jembrana masih berorientasi pada makanan ( food oriented ). 175 Bab 8
18 Tabel Pengeluaran Pddk/ Bulan dan Prosentase Pengeluaran Non-Pangan No. Tahun Pengeluaran Pdkk/ bulan (Rp.000) Pengeluaran Non-Pangan (%) , , ,51 54, ,10 46, ,84 45,44 Sumber : BPS Kabupaten Jembrana 8.4. NTP ( Farmers Term Of Trade) NTP ( Farmers Term of Trade) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar ( term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangganya maupun untuk biaya produksi produk pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase). Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan pada bulan Agustus 2010, NTP Bali turun sebesar 0,12 persen dibanding bulan Juli 2010, yaitu dari 103,86 menjadi 103,73. Turunnya NTP ini disebabkan karena meningkatnya indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumahtangga maupun yang dikonsumsi untuk keperluan produksi pertaniannya lebih besar daripada meningkatnya indeks harga hasil produksi pertanian yang diterima petani. Turunnya NTP ini dirasakan oleh petani hortikultura. 176 Bab 8
19 Tabel Nilai Tukar Petani Bali Per Subsektor dan Perubahannya Agustus 2010 No. Subsektor 1. Tanaman Pangan Bulan Juli 2010 Agustus 2010 Persentase Perubahan a. Indeks yang Diterima (It) 117,74 119,03 1,10 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125,88 126,89 0,80 c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 93,54 93,81 0,29 2. Hortikultura a. Indeks yang Diterima (It) 166,18 164,67-0,91 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 124,62 125,57 0,76 c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 133,36 131,14-1,66 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima (It) 135,00 137,39 1,77 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 124,89 125,57 0,55 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 108,10 109,41 1,22 4. Peternakan a. Indeks yang Diterima (It) 118,46 119,33 0,73 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 127,30 128,05 0,59 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 93,06 93,19 0,14 5. Perikanan a. Indeks yang Diterima (It) 113,67 114,84 1,04 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125,82 126,35 0,42 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 90,34 90,89 0,61 Provinsi Bali a. Indeks yang Diterima (It) 130,70 131,42 0,55 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125,85 126,70 0,68 c. Nilai Tukar Petani (NTP) 103,86 103,73-0,12 Sumber : BPS Propinsi Bali Perbandingan NTP Agustus 2010 terhadap Juli 2010 menunjukkan bahwa NTP-H turun sebesar 1,66 persen sedangkan 4 (empat) subsektor lainnya mengalami peningkatan NTP. Subsektor tanaman pangan (NTP-P) meningkat sebesar 0,29 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) meningkat sebesar 1,22 persen, subsektor peternakan (NTP-Pt) meningkat sebesar 0,14 persen, dan subsektor perikanan (NTP-Pi) meningkat sebesar 0,61 persen. 177 Bab 8
20 1. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) B A P P E D A D A N P E N A N A M A N M O D A L Berbagai komoditas pertanian yang dihasilkan petani dikelompokkan dalam lima subsektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan. Indeks Harga yang diterima Petani (It) di lima subsektor tersebut menunjukkan fluktuasi harga yang beragam. Pada bulan Agustus 2010, indeks harga yang diterima petani (It) meningkat sebesar 0,55 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 130,70 menjadi 131,42. Meningkatnya It kali ini didorong oleh naiknya It pada empat subsektor. Subsektor tanaman perkebunan rakyat memberikan sumbangan paling besar terhadap peningkatan It. Subsektor ini mengalami peningkatan It sebesar 1,77 persen. Tiga subsektor lainnya yang juga mengalami peningkatan It yaitu subsektor tanaman pangan, subsektor perikanan, dan subsektor peternakan masing-masing mengalami peningkatan It sebesar 1,10 persen, 1,04 persen, dan 0,73 persen. 2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Indeks harga yang dibayar petani menggambarkan harga barang dan jasa yang dibeli petani untuk digunakan baik dalam proses produksi lahan atau usaha pertaniannya maupun untuk konsumsi rumahtangga petani. Barang dan jasa tersebut meliputi barang-barang kebutuhan pokok; bibit; obat- obatan dan pupuk; sewa, pajak lahan, dan pengeluaran; transportasi; sewa alat dan hewan; barang modal; dan upah buruh tani. Pada bulan Agustus 2010, indeks harga yang dibayar (Ib) petani di Provinsi Bali meningkat sebesar 0,68 persen bila dibandingkan Juli 2010, yaitu dari 125,85 menjadi 126,70. Meningkatnya Ib terjadi pada semua subsektor yaitu subsektor tanaman pangan (0,80%), subsektor hortikultura (0,76%), subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,55%), subsektor peternakan (0,59%), dan subsektor perikanan (0,42%). Kenaikan Ib disebabkan karena kenaikan harga barang-barang konsumsi rumahtangga seperti cabe hijau, kentang, beras, daging ayam, dan minyak goreng. Selain itu kenaikan harga pupuk dan obat-obatan, biaya pengairan lahan, dan harga minyak tanah mulai dirasakan petani. 178 Bab 8
21 8.5. Bank dan LPD Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Disamping Bank, terdapat pula Lembaga Perkreditan Desa ( LPD ). LPD merupakan salah satu lembaga pengelola dana non bank diharapkan dapat menggerakkan perekonomian secara optimal apalagi di Kabupaten Jembrana hampir di setiap desa pekraman sekarang sudah berdiri LPD. Tabel Fasilitas Perekonomian Bank dan LPD di Kabupaten Jembrana Tahun 2010 No. Kecamatan Bank LPD 1. Negara Mendoyo Pekutatan Melaya Jembrana 9 9 Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Jembrana 179 Bab 8
22 Contents 8.1. Keuangan Daerah APBD Produk Domestik Regional Bruto Realisasi Investasi dari PMDN dan PMA Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi Pertumbuhan Ekonomi Laju Inflasi Indeks Gini Rata rata Pengeluaran Rumah Tangga per Bulan NTP ( Farmers Term Of Trade) Bank dan LPD Tabel 8. 1 Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Jembrana Tabel 8. 2 Realisasi Belanja Daerah Kab. Jembrana Tahun Tabel 8. 3 Realisasi Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran Tabel 8. 4 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Tabel 8. 5 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tabel 8. 6 Perkembangan PDRB/ Kapita (Rp). Tahun 2006 s/d Tabel 8. 7 Realisasi Sumber Penanaman Modal di Kabupaten Jembrana Tabel 8. 8 Jumlah Pedagang dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Jembrana Tabel 8. 9 Perkembangan Industri dan Kerajinan di Kabupaten Jembrana Bab 8
23 Tabel Data Koperasi di Kabupaten Jembrana Tabel Perkembangan Laju Inflasi Kota Denpasar Tahun 2006 s/d Tabel Indeks Gini Kabupaten Jembrana Tahun 2006 s/d Tabel Pengeluaran Pddk/ Bulan dan Prosentase Pengeluaran Non-Pangan Tabel Nilai Tukar Petani Bali Per Subsektor dan Perubahannya Agustus Tabel Fasilitas Perekonomian Bank dan LPD di Kabupaten Jembrana Tahun Gambar 8. 1 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Gambar 8. 2 Perkembangan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Gambar 8. 3 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Gambar 8. 4 Perkembangan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Gambar 8. 5 Perkembangan PDRB/ Kapita (Rp). Tahun 2006 s/d Gambar 8. 6 Perkembangan Laju Inflasi Kota Denpasar Tahun 2006 s/d Gambar 8. 7 Indeks Gini Kabupaten Jembrana Tahun 2006 s/d Bab 8
B A P P E D A D A N P E N A N A M A N M O D A L P E M E R I N T A H K A B U P A T E N J E M B R A N A
S alah satu implikasi adanya otonomi daerah adalah daerah memiliki wewenang yang jauh lebih besar dalam mengelola daerahnya baik itu dari sisi pelaksanaan pembangunan maupun dari sisi pembiayaan pembangunan.
Lebih terperinciKeuangan Daerah APBD BAB VI EKONOMI
BAB VI EKONOMI Salah satu implikasi adanya otonomi daerah adalah daerah memiliki wewenang yang jauh lebih besar dalam mengelola daerahnya baik itu dari sisi pelaksanaan pembangunan maupun dari sisi pembiayaan
Lebih terperinciBAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD
BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE
KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian
Lebih terperinci9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali
9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali A nalisis LQ menunjukkan potensi dari tempat terkait dengan kondisi kekayaan yang ada di wilayah tersebut. LQ berguna untuk melihat spesialisasi
Lebih terperinciTabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81
TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan ekonomi daerah disusun dalam rangka memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 60/11/73/Th. VIII, 3 November 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 106,52 PERSEN. NTP Gabungan Provinsi Sulawesi Selatan
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.38/08/33/Th.IV, 02 Agustus 2010 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JAWA TENGAH BULAN JULI 2010 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Tengah Bulan Juli 2010 mengalami kenaikan sebesar 1,19
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 04/01/73/Th. VIII, 1 Januari 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN DESEMBER 2013 SEBESAR 104,95 PERSEN. Penyajian Nilai Tukar Petani (NTP) untuk
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi
Lebih terperinciBAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan Kabupaten Sleman memuat tentang hasil-hasil analisis dan prediksi melalui metode analisis ekonomi
Lebih terperinciBAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012
BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana
Lebih terperinciBAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013
BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2015
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2015 NILAI TUKAR PETANI (NTP) JANUARI 2015 SEBESAR 100,89 No. 02/02/53/Th. XVII, 02 Februari 2015 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2014
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2014 NILAI TUKAR PETANI (NTP) MEI 2014 SEBESAR 99,90 No. 02/06/53/Th. XVII, 02 Juni 2014 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan Mei 2014 didasarkan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI FEBRUARI 2015
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 02/03/53/Th. XVIII, 02 Maret 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI FEBRUARI 2015 NILAI TUKAR PETANI (NTP) JANUARI 2015 SEBESAR 101,57 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 09/02/73/Th. VIII, 3 Februari 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN JANUARI 2014 SEBESAR 104,98 PERSEN. Penyajian Nilai Tukar Petani (NTP) untuk
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 15/03/73/Th. X,1 Maret 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 106,27 PERSEN NTP Gabungan Provinsi Sulawesi Selatan bulan Februari
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 24/05/73/Th. X,2 Mei 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN APRIL 2016 SEBESAR 104,01 PERSEN NTP Gabungan Provinsi Sulawesi Selatan bulan April
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun
Lebih terperinciPerkembangan Nilai Tukar Petani September 2017
Provinsi Nusa Tenggara Timur Perkembangan Nilai Tukar Petani September 2017 Nilai Tukar Petani (NTP) September 2017 sebesar 103,00 artinya pendapatan petani lebih baik dibandingkan dengan pengeluarannya.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI SEPTEMBER 2016
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 02/10/53/Th. XIX, 03 OKTOBER 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI SEPTEMBER 2016 NILAI TUKAR PETANI (NTP) SEPTEMBER 2016 SEBESAR 102,03 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 16/03/73/Th. XI, 1 Maret 5 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN FEBRUARI SEBESAR 101,41 PERSEN NTP Gabungan Provinsi Sulawesi Selatan bulan Februari
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JAWA TENGAH BULAN NOVEMBER 2010
No.59/12/33/Th.IV, 01 Desember 2010 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JAWA TENGAH BULAN NOVEMBER 2010 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Tengah Bulan November 2010 mengalami kenaikan indeks sebesar 0,52 persen,
Lebih terperinciBAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006
BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2017
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2017 NILAI TUKAR PETANI (NTP) JANUARI 2017 SEBESAR 101,19 No. 02/01/53/Th. XX, 01 Februari 2017 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan Januari
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2014
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2014 NILAI TUKAR PETANI (NTP) APRIL 2014 SEBESAR 98,52 No. 02/05/53/Th. XVII, 02 Mei 2014 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan April 2014
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 73/12/73/Th. IX,1 Desember 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR 106,42 PERSEN NTP Gabungan Provinsi Sulawesi Selatan bulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 25/05/73/Th. XI, 2 Mei 5 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN APRIL SEBESAR 100,11 PERSEN NTP Gabungan Provinsi Sulawesi Selatan bulan April sebesar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH JULI 2009 SEBESAR PERSEN
No.02/09/72/Th. XII, 1 September 2009 NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH JULI 2009 SEBESAR 98.92 PERSEN A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI *) Pada Bulan Juli 2009, NTP Provinsi Sulawesi Tengah
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2016
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2016 NILAI TUKAR PETANI (NTP) APRIL 2016 SEBESAR 100,02 No. 02/05/53/Th. XIX, 02 MEI 2016 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan April 2016
Lebih terperinciBERITA RESMI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI OKTOBER 2017 STATISTIK
Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi No. 02/11/5300/Th. XX, 01 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Provinsi PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI OKTOBER 2017 Nilai Tukar Petani (NTP) Oktober 2017 sebesar
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Kota Bogor Salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu daerah
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 60/11/73/Th. X, 1 November 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN OKTOBER 2016 SEBESAR 104,23 PERSEN NTP Gabungan Provinsi Sulawesi Selatan bulan
Lebih terperinciBAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007
BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 37/07/73/Th. XI, 3 Juli PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN JUNI SEBESAR 100,54 NTP Gabungan Provinsi Sulawesi Selatan bulan Juni sebesar 100,54;
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)
Lebih terperinciAnalisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /
BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 33/06/73/Th. XI, 2 Juni PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MEI SEBESAR 100,41 NTP Gabungan Provinsi Sulawesi Selatan bulan Mei sebesar 100,41, terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang
Lebih terperinciNilai Tukar Petani Kabupaten Magelang Tahun 2013
Judul Buku : Nilai Tukar Petani Kabupaten Magelang Tahun 2013 Nomor Publikasi : Ukuran Buku : Kwarto (21 x 28 cm) Jumlah Halaman : v + 44 hal Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Gambar Kulit
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH
Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam rencana kerja Pemerintah
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20
No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No 04/10/33/Th. II, 06 Oktober 2008 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DI JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2008 Bulan Agustus 2008, NTP Umum Provinsi Jawa Tengah sebesar 101.08 atau naik
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2014 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2015-2016 dapat digambarkan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014
No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2015
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2015 NILAI TUKAR PETANI (NTP) APRIL 2015 SEBESAR 100,54 No. 02/05/53/Th. XVIII, 04 MEI 2015 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan April 2015
Lebih terperinciBAB IX KEUANGAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka
BAB IX KEUANGAN Pembangunan Keuangan Daerah diarahkan pada peningkatan kemampuan dan daya guna keseluruhan tatanan, kelembagaan dan kebijaksanaan keuangan dalam menunjang keseimbangan pembangunan. Peningkatan
Lebih terperinciPemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul
Sumber: BPS Kabupaten Bantul. 5,93% 6,67% 18,53% 13,28% PDRB Tahun 2003 Kabupaten Bantul 8,16% 0,77% 25,15% 20,33% 1,18% 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2014
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 02/01/53/Th. XVII, 02 Januari 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2014 NILAI TUKAR PETANI (NTP) DESEMBER 2014 SEBESAR 101,03 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui
Lebih terperinciBAB 3 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB 3 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi ke depan masih bertumpu pada sektor pertanian yang kontribusinya
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JUNI 2017
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JUNI 2017 NILAI TUKAR PETANI (NTP) JUNI 2017 SEBESAR 101,20 No. 02/07/53/Th. XX, 03 Juli 2017 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan Juni 2017 didasarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2017
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2017 NILAI TUKAR PETANI (NTP) MEI 2017 SEBESAR 100,95 No. 02/06/53/Th. XX, 02 Juni 2017 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan Mei 2017 didasarkan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MARET 2015
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MARET 2015 NILAI TUKAR PETANI (NTP) MARET 2015 SEBESAR 101,16 No. 02/04/53/Th. XVIII, 01 April 2015 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan Maret
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2013
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 02/01/53/Th. XVII, 2 Januari 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2013 NILAI TUKAR PETANI (NTP) DESEMBER 2013 SEBESAR 97,92 ATAU TURUN 0,18 PERSEN Nilai Tukar
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI OKTOBER 2015
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI OKTOBER 2015 NILAI TUKAR PETANI (NTP) OKTOBER 2015 SEBESAR 103,39 No. 02/10/53/Th. XVIII, 02 NOVEMBER 2015 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012
No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi
Lebih terperinciBAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA
BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JULI 2016
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JULI 2016 NILAI TUKAR PETANI (NTP) JULI 2016 SEBESAR 100,46 No. 02/07/53/Th. XIX, 01 AGUSTUS 2016 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan Juli 2016
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kerangka kebijakan pembangunan suatu daerah sangat tergantung pada permasalahan dan
Lebih terperinciPemerintah Provinsi Bali
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah yang memiliki fungsi sebagai
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011
No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).
Lebih terperinciV. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010
65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan
Lebih terperinciBab 5 Indeks Nilai Tukar Petani Kabupaten Ciamis
Bab 5 Indeks Nilai Tukar Petani Kabupaten Ciamis Sektor pertanian memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi daerah, walaupun saat ini kontribusinya terus menurun dalam pembentukan Produk Domestik
Lebih terperinciKata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka
Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi ekonomi makro yang baik, yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
No. 27 / VIII / 16 Mei 2005 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PDB INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2005 TUMBUH 2,84 PERSEN PDB Indonesia pada triwulan I tahun 2005 meningkat sebesar 2,84 persen dibandingkan triwulan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2016
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2016 NILAI TUKAR PETANI (NTP) JANUARI 2016 SEBESAR 101,69 No. 02/02/53/Th. XIX, 01 FEBRUARI 2016 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan
Lebih terperinciProduk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2015
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2015 NILAI TUKAR PETANI (NTP) MEI 2015 SEBESAR 100,89 No. 02/06/53/Th. XVIII, 01 JUNI 2015 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan April 2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 56/10/72/Th. XVII, 1 Oktober 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI Selama September 2014, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 102,26 Persen Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tengah selama September
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH
No. 36/07/51/Th. VI, 2 Juli 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. JUNI 2012, NTP BALI MENGALAMI KENAIKAN SEBESAR 0,54 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013
BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH NOVEMBER 2008 SEBESAR PERSEN
No.02/01/72/Th. X, 5 Januari 2009 NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH NOVEMBER 2008 SEBESAR 98.02 PERSEN A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI *) Pada Bulan November 2008, NTP Provinsi Sulawesi Tengah
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014
No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2016
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 02/01/53/Th. XX, 03 JANUARI 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2016 NILAI TUKAR PETANI (NTP) DESEMBER 2016 SEBESAR 101,31 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan
Lebih terperinciVII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN
102 VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN Adanya otonomi daerah menuntut setiap daerah untuk dapat melaksanakan pembangunan daerah berdasarkan potensi yang dimiliki
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JULI 2015
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JULI 2015 NILAI TUKAR PETANI (NTP) JULI 2015 SEBESAR 101,66 No. 02/08/53/Th. XVIII, 03 AGUSTUS 2015 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan Juli
Lebih terperinci