DINAS KESEHATAN KOTA PASURUAN Jl. Ir. Juanda No.66 PASURUAN

dokumen-dokumen yang mirip
DINAS KESEHATAN KOTA PASURUAN Jl. Ir. Juanda No.66 PASURUAN

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL KESEHATAN KOTA PASURUAN TAHUN 2013

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN TRIWULAN I

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Juknis Operasional SPM

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2014

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KOTA PASURUAN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Profil Kesehatan Provinsi NTB

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR [ ] PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

TIM PENYUSUN. Pengarah. dr. Endid Romo Pratiknyo Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan. Penanggung Jawab. Ketua

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

Transkripsi:

DINAS KESEHATAN KOTA PASURUAN Jl. Ir. Juanda No.66 PASURUAN P h o n e : 0 3 4 3-4 2 3 4 5 3 - F a x : 0 3 4 3-4 2 2 5 6 3 E m a i l : dinkeskopas2@gmail.com

Buku ini diterbitkan oleh DINAS KESEHATAN KOTA PASURUAN Subag Perencanaan dan Evaluasi Jl. Ir. Juanda No. 66 Pasuruan Telp. (0343) 423453 Fax. (0343) 422563 Email :dinkeskopas2@gmail.com PROFIL KESEHATAN KOTA PASURUAN TAHUN 2015

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, bahwa buku Profil Kesehatan Kota Pasuruan tahun 2015 dapat diterbitkan setelah beberapa lama berproses dalam penyusunannya. Disadari sepenuhnya bahwa penyusunan buku Profil Kesehatan ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar karena beberapa kendala dalam pengelolaan data dan informasi serta dikarenakan proses penyusunan atau pengumpulannya belum sepenuhnya memanfaatkan sarana elektronik/teknologi informasi. Atas terbitnya Buku Profil Kesehatan Kota Pasuruan Tahun 2015, kami memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Direktur RS.dr.R Soedarsono Kota Pasuruan, Pimpinan BPJS KC Pasuruan, pemegang program Dinas Kesehatan dan tim penyusun profil Dinas Kesehatan yang telah berupaya memberikan kontribusinya serta kepada semua pihak yang telah membantu memberikan data dan informasi guna penyusunan buku Profil Kesehatan ini. Di tahun mendatang, kiranya buku Profil Kesehatan dapat diterbitkan lebih awal dengan tetap memperhatikan kedalaman analisa dan konsistensi datanya serta mampu mengajikan informasi kesehatan yang berkualitas, sehingga buku Profil Kesehatan ini dapat dijadikan rujukan penting dan utama dalam proses manajemen pembangunan kesehatan khususnya di Kota Pasuruan. Semoga Profil Kesehatan Kota Pasuruan Tahun 2015 ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik di lingkungan pemerintahan, akademisi, organisasi profesi, swasta maupun masyarakat umum yang membutuhkan informasi di bidang kesehatan. Kami tetap mengharapkan kritik, saran atau masukan dari para pembaca guna penyempurnaan Profil Kesehatan di masa mendatang. Pasuruan, 29 April 2016 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA PASURUAN dr. BAMBANG PRAMONO, MM. NIP. 19580907 198802 1 002 Profil Kesehatan Kota Pasuruan i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xii BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan... 2 I.3 Sistematika... 2 BAB II GAMBARAN UMUM KOTA PASURUAN II.1 Kondisi Geografis & Administrasi... 4 II.2 Topografi... 5 II.3 Hidrologi... 6 II.4 Iklim... 6 II.5 Kependudukan... 6 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN III.1 Angka Kematian (Mortalitas)... 8 III.1.1 Angka Kematian Ibu/AKI... 8 III.1.2 Angka Kematian Bayi/AKB... 9 III.1.3 Angka Kematian Anak Balita... 10 III.1.4 Angka Kematian Balita... 11 III.2 Angka Kesakitan... 12 III.2.1 Penyakit Menular Langsung... 12 III.2.2 Penyakit Menular Bersumber Binatang... 22 III.2.3 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) 25 III.2.4 Pola 10 Penyakit terbanyak... 26 III.2.5 AFP Rate (Non Polio) <15 tahun... 28 III.3 Status Gizi Masyarakat... 29 III.3.1 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)... 29 III.3.2 Status Gizi Balita Indikator BB/U... 30 Profil Kesehatan Kota Pasuruan ii

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN IV.1 Pelayanan Kesehatan Dasar... 32 IV.1.1 Pelayanan Kesehatan Keluarga... 32 IV.1.2 Pelayanan Keluarga Berencana (KB)... 43 IV.1.3 Penjaringan Kesehatan Kelas 1 SD dan Sederajat... 46 IV.1.4 Pelayanan Imunisasi... 47 IV.1.5 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut... 49 IV.2 Pelayanan Kesehatan Rujukan Dan Khusus... 52 IV.2.1 Pelayanan Kesehatan Pra Lansia Dan Lansia... 52 IV.2.2 Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat Level 1... 52 IV.3 Ketersediaan Obat... 53 IV.4 Kejadian Luar Biasa (KLB)... 53 IV.5 Perbaikan Gizi Masyarakat... 56 IV.5.1 Bayi dan Anak Balita Mendapat Kapsul Vit A... 56 IV.5.2 Bayi Diberi ASI Ekslusif... 57 IV.5.3 MP ASI Anak Usia 6-23 Bulan Gakin... 58 IV.5.4 Balita Ditimbang, Berat Badan Naik dan BGM... 59 IV.5.5 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan... 61 IV.6 Perilaku Masyarakat (Rumah Tangga Ber-PHBS)... 63 IV.7 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)... 64 IV. 8 Akses Dan Mutu Pelayanan Kesehatan... 66 IV.8.1 Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk... 66 IV.8.2 Cakupan Rawat Jalan (Baru)... 66 IV.8.3 Cakupan Rawat Inap... 67 IV.8.4 Kunjungan Jiwa... 68 IV.8.5 Indikator Kinerja Pelayanan RS... 68 IV.9 Pelayanan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar... 69 IV.9.1 Rumah Sehat... 69 IV.9.2 Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes... 71 IV.9.3 Penduduk Yang Memiliki Akses Terhadap Air Minum Layak... 72 IV.9.4 Penduduk Dengan Akses Sanitasi Layak (Jamban Sehat) 73 IV.9.5 Kelurahan Yang Melaksanakan STBM... 74 IV.9.6 Tempat-Tempat Umum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan 74 IV.9.7 Tempat pengelolaan makanan (TPM) menurut status Hygiene sanitasi... 76 Profil Kesehatan Kota Pasuruan iii

IV.9.8 Tempat pengelolaan makanan (TPM) dibina dan diuji petik... 76 IV.10 Pengukuran Tekanan Darah Dan Pemeriksaan Obesitas... 76 IV.11 Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara... 77 BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN V.1 Sarana Kesehatan... 78 V.1.1 Puskesmas dan jaringannya... 78 V.1.2 RS & Fasilitas Pelayanan Kesehatan Swasta... 81 V.1.3 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). 81 V.2 Tenaga Kesehatan... 86 V.3 Pembiayaan Kesehatan... 90 V.3.1 Total Anggaran Kesehatan... 90 V.3.2 Anggaran Kesehatan Dalam APDB Kota... 90 V.3.2 Anggaran Kesehatan Per-Kapita... 90 BAB VI PENUTUP... 91 LAMPIRAN... 92 Profil Kesehatan Kota Pasuruan iv

DAFTAR LAMPIRAN Tabel 1 : Luas wilayah, jumlah kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk menurut kecamatan Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 2 : Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 3 : Penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf dan ijazah tertinggi yang diperoleh menurut jenis kelamin Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 4 : Jumlah kelahiran menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 5 : Jumlah kematian neonatal, bayi dan balita menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 6 : Jumlah kematian ibu menurut kelompok umur, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 7 : Kasus baru TB BTA+, seluruh kasus TB, kasus pada TB pada anak dan case notification rate (CNR) per 100.000 penduduk menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 8 : Jumlah kasus dan angka penemuan kasus TB paru BTA+ menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 9 : Angka kesembuhan dan pengobatan lengkap TB paru BTA+ serta keberhasilan pengobatan menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 10 : Penemuan kasus pneumonia balita menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 11 : Jumlah kasus HIV, AIDS dan syphilis menurut jenis kelamin Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 12 : Persentase donor darah diskrining terhadap HIV menurut jenis kelamin Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 13 : Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 14 : Kasus baru kusta menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 15 : Kasus baru kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 16 : Jumlah kasus dan angka prevalensi penyakit kusta menurut tipe/jenis, jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 17 : Persentase penderita kusta selesai berobat (Release From Treatment/RFT) menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 18 : Jumlah kasus AFP (non polio) menurut kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 19 : Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 20 : Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 21 : Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Profil Kesehatan Kota Pasuruan v

Tabel 22 : Kesakitan dan kematian akibat malaria menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 23 : Penderita filariasis ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 24 : Pengukuran tekanan darah penduduk 15 tahun menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 25 : Pemeriksaan obesitas menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 26 : Cakupan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA dan kanker payudara dengan pemeriksaan klinis (CBE) Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 27 : Jumlah penderita dan kematian pada KLB menurut jenis kejadian luar biasa (KLB) Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 28 : Kejadian luar biasa (KLB) di kelurahan yang ditangani < 24 jam Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 29 : Cakupan kunjungan ibu hamil, persalinan ditolong tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan ibu nifas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 30 : Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil menurut kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 31 : Persentase cakupan imunisasi TT pada wanita usia subur menurut kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 32 : Jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe1 dan Fe3 menurut kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 33 : Jumlah dan persentase penanganan komplikasi kebidanan dan komplikasi neonatal Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 34 : Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 35 : Proporsi peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 36 : Jumlah peserta KB baru dan KB aktif menurut kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 37 : Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 38 : Cakupan kunjungan neonatal menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 39 : Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 40 : Cakupan pelayanan kesehatan bayi menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 41 : Cakupan kelurahan universal child immunization (UCI) menurut kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 42 : Cakupan imunisasi hepatitis B< 7 hari dan BCG pada bayi menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 43 : Cakupan imunisasi DPT-HB/DPT-HB-HIB, Polio, Campak dan imunisasi dasar lengkap pada bayi menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 44 : Cakupan pemberian vitamin A pada bayi dan anak balita menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 45 : Jumlah anak 0-23 bulan ditimbang menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 46 : Cakupan pelayanan anak balita menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 47 : Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Profil Kesehatan Kota Pasuruan vi

Tabel 48 : Cakupan kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 49 : Cakupan pelayanan kesehatan (penjaringan) siswa SD & setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 50 : Pelayanan kesehatan gigi dan mulut menurut kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 51 : Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 52 : Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 53 : Cakupan jaminan kesehatan penduduk menurut jenis jaminan dan jenis kelamin Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 54 : Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap dan kunjungan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 55 : Angka kematian pasien di rumah sakit Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 56 : Indikator kinerja pelayanan di rumah sakit Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 57 : Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat (ber-phbs) menurut kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 58 : Persentase rumah sehat menurut kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 59 : Penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas (layak) menurut kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 60 : Persentase kualitas air minum di penyelenggara air minum yang memenuhi syarat kesehatan Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 61 : Penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) menurut jenis jamban, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 62 : Kelurahan yang melaksanakan sanitasi total berbasis masyarakat Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 63 : Persentase tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan menurut kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 64 : Tempat pengelolaan makanan (TPM) menurut status higiene sanitasi Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 65 : Tempat pengelolaan makanan dibina dan diuji petik Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 66 : Persentase ketersediaan obat dan vaksin Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 67 : Jumlah sarana kesehatan menurut kepemilikan Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 68 : Persentase sarana kesehatan (rumah sakit) dengan kemampuan pelayanan gawat darurat (gadar ) level I Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 69 : Jumlah posyandu menurut strata, kecamatan dan Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel70 : Jumlah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) menurut kecamatan Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 71 : Jumlah kelurahan siaga menurut kecamatan Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 72 : Jumlah tenaga medis di fasilitas kesehatan Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 73 : Jumlah tenaga keperawatan di fasilitas kesehatan Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 74 : Jumlah tenaga kefarmasian di fasilitas kesehatan Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 75 : Jumlah tenaga kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan di fasilitas kesehatan Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 76 : Jumlah tenaga gizi di fasilitas kesehatan Kota Pasuruan tahun 2015 Profil Kesehatan Kota Pasuruan vii

Tabel 77 : Jumlah tenaga keterapian fisik di fasilitas kesehatan Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 78 : Jumlah tenaga keteknisian medis di fasilitas kesehatan Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 79 : Jumlah tenaga kesehatan lain di fasilitas kesehatan Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 80 : Jumlah tenaga non kesehatan di fasilitas kesehatan Kota Pasuruan tahun 2015 Tabel 81 : Anggaran kesehatan Kota Pasuruan tahun 2015 SPM Kesehatan Kota Pasuruan 2015 Profil Kesehatan Kota Pasuruan viii

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 : Kota Pasuruan Dalam Peta Jawa Timur tahun 2015 4 Gambar 2.2 : Luas Wilayah Kecamatan (Km 2 ) Kota Pasuruan Tahun 2015 5 Gambar 2.3 : Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan 7 Kelompok Umur Kota Pasuruan Tahun 2015 Gambar 3.1 : Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup Kota 9 Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 Gambar 3.2 : Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup Kota 10 Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 Gambar 3.3 : Angka kematian Anak Balita balita Kota Pasuruan Tahun 11 2011 s/d 2015 Gambar 3.4 : Angka kematian balita Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 12 Gambar 3.5 : Angka Insidens TB BTA+ (Per 100.000 Penduduk) Kota 13 Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 Gambar 3.6 : Angka Kematian Akibat TB Paru per 100.000 penduduk Kota 13 Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 Gambar 3.7 : Cakupan Penemuan dan Penanganan Pasien Baru TB BTA 14 Positif Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) Gambar 3.8 : Success Rate (SR) TB Paru Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 15 2015 (%) Gambar 3.9 : Angka kesembuhan TB Paru BTA (+) Kota Pasuruan Tahun 16 2011 s/d 2015 (%) Gambar 3.10 : Perkembangan Kasus Kusta Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 17 2015 Gambar 3.11 : Jumlah kasus HIV-AIDS Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 18 Gambar 3.12 : Proporsi jenis kelamin Kasus HIV AIDS Kota Pasuruan tahun 19 2015 (%) Gambar 3.13 : Cakupan balita pneumonia ditangani dibanding target Kota 20 Pasuruan 2011-2015 (%) Gambar 3.14 : Cakupan penanganan diare dibanding target Kota Pasuruan 21 Tahun 2011 s/d 2015 (%) Gambar 3.15 : Angka kesakitan (Insiden Rate/IR) DBD di Kota Pasuruan 22 Tahun 2011 s/d 2015 Gambar 3.16 : Persebaran Kasus DBD di Kota Pasuruan Tahun 2015 23 Gambar 3.17 : Cakupan penemuan-penanganan DBD & jumlah kasus DBD 24 Di Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 Gambar 3.18 : Kasus Penyakit Menular Yang Dapat Dicegah Dengan 26 Imunisasi (PD3I) Per Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Pasuruan Tahun 2015 Gambar 3.19 : Sepuluh Penyakit Terbanyak Dilayani di Puskesmas Kota 26 Pasuruan Tahun 2015 Gambar 3.20 : Perkembangan 3 penyakit terbanyak di Puskesmas dan 27 jaringannya Kota Pasuruan Tahun 2013-2015 Gambar 3.21 : Cakupan Penemuan Penderita AFP per 100.000 penduduk 28 <15 tahun Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 Gambar 3.22 : Persentase Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Kota 29 Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) Gambar 3.23 : Persentase Status Gizi Balita BB/U Kota Pasuruan 2015 (%) 30 Gambar 3.24 : Perkembangan Persentase Status Gizi Balita BB/U Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 30 Hal Profil Kesehatan Kota Pasuruan ix

Gambar 4.1 : Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 Kota Pasuruan Tahun 2011 33 s/d 2015 (%) Gambar 4.2 : Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 dibanding Target Kota 34 Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) Gambar 4.3 : Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan 35 Dibanding Target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) Gambar 4.4 : Cakupan Pemberian Vitamin A pada ibu nifas Dibanding 36 Target Kota Pasuruan Tahun 2012-2015 (%) Gambar 4.5 : Cakupan Ibu hamil mendapat Tablet Fe-3 Kota Pasuruan 37 Tahun 2011 s/d 2015 (%) Gambar 4.6 : Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani Dibanding Target 38 Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) Gambar 4.7 : Cakupan Pelayanan Nifas Dibanding Target Kota Pasuruan 39 Tahun 2011 s/d 2015 (%) Gambar 4.8 : Cakupan Kunjungan Neonatal Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 40 2015 (%) Gambar 4.9 : Cakupan Neonatal Risti/Komplikasi Ditangani Dibanding Target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 41 Gambar 4.10 : Cakupan Kunjungan Bayi Dibanding Target SPM Kota 42 Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) Gambar 4.11 : Cakupan Pelayanan Anak Balita Dibanding Target SPM Kota 43 Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) Gambar 4.12 : Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Kota 44 Pasuruan Tahun 2015 (%) Gambar 4.13 : Persentase Pengguna MKJP dan Non MKJP Kota Pasuruan 44 Tahun 2015 (%) Gambar 4.14 : Cakupan Peserta KB Aktif Dibanding Target SPM Kota 45 Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015(%) Gambar 4.15 : Persentase Penggunaan Kontrasepsi Jenis MKJP dan Non 46 MKJP pada Peserta KB Baru di Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) Gambar 4.16 : Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD Dan Setingkat 47 Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) Gambar 4.17 : Cakupan Kelurahan UCI Dibanding Target SPM Kota 48 Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) Gambar 4.18 : Kelurahan UCI Kota Pasuruan Tahun 2015 48 Gambar 4.19 : Cakupan imunisasi Hb < 7 hari, BCG, DPT-HB3, polio 4, 49 campak dan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Kota Pasuruan tahun 2015 (%) Gambar 4.20 : Rasio Tambal/Cabut Gigi Tetap dibanding Target di Kota 49 Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 Gambar 4.21 : Persentase SD/MI dengan Sikat Gigi Masal di Kota Pasuruan 50 Tahun 2011 s/d 2015 (%) Gambar 4.22 : Capaian Murid SD/MIyang Mendapat Pelayanan Gigi Kota 51 Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) Gambar 4.23 : Cakupan Murid SD/MI Yang Mendapat Perawatan/UKGS Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 52 Gambar 4.24 : Cakupan kelurahan mengalami KLB yang dilakukan 54 penyelidikan epidemiologi <24 jam dibanding target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) Gambar 4.25 : Distribusi kejadian Luar Biasa (KLB) Kota Pasuruan Tahun 55 2015 Gambar 4.26 : Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 56 Profil Kesehatan Kota Pasuruan x

Gambar 4.27 : Cakupan Pemberian ASI Ekslusif Kota Pasuruan dibanding 57 Target Tahun 2011 s/d 2015(%) Gambar 4.28 : Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bln dibanding target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 58 Gambar 4.29 : Persentase balita ditimbang (D/S) dibanding target Kota 60 Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) Gambar 4.30 : Persentase Balita Naik berat badannya (N/D) Kota Pasuruan 60 Tahun 2011 s/d 2015 Gambar 4.31 : Persentase balita BGM (Bawah Garis Merah) Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 61 Gambar 4.32 : Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan dibanding 62 target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) Gambar 4.33 : Jumlah Balita Gizi Buruk Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 62 Gambar 4.34 : Persentase Rumah ber-phbs Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 64 2015 Gambar 4.35 : Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk Kota Pasuruan Tahun 66 2015 Gambar 4.36 : Cakupan Rawat Inap (%) Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 67 Gambar 4.37 : Kunjungan Jiwa Kota Pasuruan Tahun 2015 68 Gambar 4.38 : Persentase Rumah Sehat dibanding Target Provinsi Kota 70 Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) Gambar 4.39 : ABJ (Angka Bebas Jentik) Dibanding Target Kota Pasuruan 71 Tahun 2011 s/d 2015 Gambar 4.40 : Persentase Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Kota 75 Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 Gambar 4.41 : Persentase TTU yang memenuhi syarat berdasakan jenis sarana Kota Pasuraun Tahun2015 75 Gambar 5.1 : Wilayah kerja Puskesmas Kota Pasuruan Tahun 2015 80 Gambar 5.2 : Rasio Posyandu per 100 balita Kota Pasuruan dibanding target 82 Tahun 2011 s/d 2015 Gambar 5.3 : Strata Posyandu di Kota Pasuruan 2011 s/d 2015 83 Gambar 5.4 : Jumlah Posyandu dan Posyandu PURI berdasarkan 84 Puskesmas di Kota Pasuruan 2015 Gambar 5.5 : Persentase Kelurahan Siaga Kota Pasuruan 2015 85 Gambar 5.6 : Perkembangan Persentase Strata Kelurahan Siaga Kota 86 Pasuruan Tahun 2013 & 2015 Gambar 5.7 : Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 Penduduk Kota Pasuruan terhadap Target Rensta Kemkes Tahun 2015 87 Profil Kesehatan Kota Pasuruan xi

DAFTAR TABEL Hal Tabel 2.1 : Data Kependudukan Kota Pasuruan Tahun 2015 6 Tabel 4.1 : Kelurahan dengan KLB di Kota Pasuruan tahun 2011 s/d 2015 54 Tabel 4.2 : Persentase K/S; D/S & N/D Balita Kota Pasuruan tahun 2015 59 Tabel 4.3 : FKTP BPJS di Kota Pasuruan tahun 2015 65 Tabel 4.4 : Peserta JKN di FKTP milik Pemerintah Kota Pasuruan per 65 Desember 2015 Tabel 5.1 : Sebaran Puskesmas Pembantu Menurut Kelurahan dan PuskesmasSe-Kota Pasuruan Tahun 2015 78 Tabel 5.2 : Titik Koordinat Lattitudinal-Longitudinal (GPS) Puskesmas & 80 Pustu Se-Kota Pasuruan Tahun 2015 Profil Kesehatan Kota Pasuruan xii

BAB PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dalam konstitusi organisasi kesehatan dunia yang bernaung dibawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), disebutkan bahwa salah satu hak asasi manusia adalah memperoleh manfaat, mendapatkan dan atau merasakan derajat kesehatan setinggi-tingginya, sehingga Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan tidak hanya berpihak pada kaum tidak punya, namun juga berorientasi pada pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Dari 8 (delapan) agenda pencapaian MDGs, 5 (lima) diantaranya merupakan bidang kesehatan, yakni memberantas kemiskinan dan kelaparan (tujuan 1); menurunkan angka kematian anak (tujuan 4); meningkatkan kesehatan ibu (tujuan 5); memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya (tujuan 6) dan melestarikan lingkungan hidup (tujuan 7). Untuk mendukung keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan tersebut, salah satunya dibutuhkan adanya ketersediaan data dan informasi yang akurat bagi proses pengambilan keputusan dan perencanaan program. Selain itu, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 17 Ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pada pasal 168 juga menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan melalui sistem informasi dan melalui kerjasama lintas sektor dengan ketentuan lebih lanjut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan pada pasal 169 disebutkan Pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu produk dari penyelenggaraan sistem informasi kesehatan di Kota Pasuruan adalah tersedianya buku Profil Kesehatan yang diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian program. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 1

Ketersediaan profil kesehatan merupakan salah satu indikator dari rencana strategis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011-2015. Profil Kesehatan Kota Pasuruan Tahun 2015 berisi data dan informasi kondisi status kesehatan, kesehatan lingkungan, perilaku kesehatan, pelayanan kesehatan bagi masyarakat, sumber daya kesehatan serta anggaran kesehatan di wilayah kerjanya yang datanya berasal dari Puskesmas, Rumah Sakit Daerah, Unit Perbekalan Kefarmasian, unit lintas sektor terkait serta sarana kesehatan lainnya. Akhirnya dengan pembangunan yang intensif, berkesinambungan dan merata serta didukung dengan data/informasi yang tepat, maka diharapkan pembangunan di bidang kesehatan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat di Kota Pasuruan. I.2 TUJUAN Adapun tujuan dari penyusunan Profil Kesehatan Kota Pasuruan Tahun 2015 antara lain: 1. Menggambarkan kondisi derajat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan; 2. Menggambarkan upaya kesehatan di Kota Pasuruan; 3. Menggambarkan sumber daya kesehatan di Kota Pasuruan; 4. Memantau dan mengevaluasi pencapaian kinerja upaya kesehatan di Kota Pasuruan; 5. Penyediaan data dan informasi untuk perencanaan, pengambilan keputusan dan manajemen kesehatan serta dapat digunakan oleh stakeholder dan masyarakat umum. I.3 SISTEMATIKA Secara singkat sistematika penyusunan Profil Kesehatan adalah sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Bab ini berisi penjelasan latar belakang pembangunan kesehatan, maksud dan tujuan penyusunan Profil Kesehatan serta sistematika penyajiannya. BAB II Gambaran Umum Bab ini menyajikan gambaran umum Kota Pasuruan meliputi keadaan geografis, data kependudukan dan informasi umum lainnya. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 2

BAB III Situasi Derajat Kesehatan Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikator derajat kesehatan yang mencakup angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat BAB IV Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan pelaksanaan program pembangunan di bidang kesehatan, yang meliputi pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi masyarakat serta pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar. BAB V Situasi Sumber Daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, kefarmasian dan perbekalan kesehatan, anggaran kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. BAB VI Kesimpulan dan Penutup LampiranData Profil Kesehatan Kota Pasuruan 2015 Profil Kesehatan Kota Pasuruan 3

BAB GAMBARAN UMUM II.1 KONDISI GEOGRAFIS & ADMINISTRASI Kota Pasuruan terletak antara 112 o 45-112 o 55 BT dan 7 o 35-7 o 45 LS dan tergolong dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 4 meter dari permukaan laut. Kota Pasuruan memiliki panjang pantai 4,5 km yang terbentang dari barat ke timur. Kota Pasuruan berada di persimpangan segitiga emas jalur regional Surabaya- Probolinggo-Malang dengan jarak 60 km ke Surabaya, 38 km ke Probolinggo dan 54 km ke Malang. Oleh karena lokasinya yang strategis itulah, maka memberikan kontribusi yang besar pada pergerakan perindustrian dan perdagangan. Kota Pasuruan berbatasan dengan wilayah administrasi Kabupaten Pasuruan kecuali disebelah utara yang berbatasan dengan Selat Madura. Batas-batas Kota Pasuruan adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Selat Madura Sebelah Timur : Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan Sebelah Selatan : Kecamatan Pohjentrek Kabupaten Pasuruan Sebelah Barat : Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan Gambar 2.1 Kota Pasuruan dalam Peta Jawa Timur tahun 2015 Secara administratif, Kota Pasuruan mempunyai daerah seluas ±35,29 km 2 atau 0,07% dari luas Jawa Timur yang terbagi atas 4 kecamatan yakni Kecamatan Gadingrejo dengan luas 8,27 km 2, Kecamatan Purworejo dengan luas 8,08 km 2, Profil Kesehatan Kota Pasuruan 4

Kecamatan Bugulkidul dengan luas 11,11 km 2 dan Kecamatan Panggungrejo dengan luas 7,83 km 2 (lampiran data profil kesehatan tabel 1). Gambar 2.2 Luas Wilayah Kecamatan (Km 2 ) Kota Pasuruan Tahun 2015 7.83 Km 2 8.27 Km 2 GADINGREJO 11.11 Km 2 8.08 Km 2 PURWOREJO BUGULKIDUL PANGGUNGREJO Sumber: DokPasuruan dalam angka, 2015 II.2 TOPOGRAFI Kota Pasuruan merupakan wilayah datar yang melandai dari selatan ke utara dengan kemirian 0-1% dan ketinggian 0-4 meter dari permukaan laut. Maka keberadaan sungai selain menguntungkan sebagai irigasi teknis juga membawa dampak merugikan, yakni rawan banjir di musim penghujan terutama di wilayah bagian utara. Hal ini disebabkan karena di daerah tersebut terdapat bagian yang agak cekung sehingga menghambat pembuangan air ke laut. Datarannya termasuk jenis aluvium (tanah lumpur) dengan sifat batuannya intermedier sampai agak basis. Kondisi tanah bertekstur liat dengan kandungan Na dan Cl yang tinggi sehingga sesuai untuk budidaya tambak dan penggaraman. Budidaya tambak banyak dikembangkan disepanjang bagian timur yang lebih luas daripada bagian barat. Hampir lima puluh persen wilayah keempat Kecamatan di Kota Pasuruan dipergunakan untuk permukiman. Sementara sisanya merupakan lahan tanah sawah yang potensial untuk usaha bidang pertanian terutama tanaman padi. Khusus untuk wilayah Kecamatan Bugulkidul, selain berpotensi sebagai lahan pertanian sebagian wilayahnya berupa pantai menyebabkan berpotensi untuk usaha di bidang perikanan seperti tambak garam. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 5

II.3 HIDROLOGI Wilayah Kota Pasuruan dilalui beberapa sungai, antara lain: Sungai Gembong dengan panjang 7,5 Km yang membelah pusat kota yang terletak di Kecamatan Purworejo, Sungai Welang dengan panjang 1 Km terletak di Kecamatan Gadingrejo. Sedangkan di wilayah Kecamatan BugulKidul terdapat beberapa sungai, yaitu Sungai Petung panjang 6 Km, Sungai Sodo 3 Km, Sungai Kepel panjang 3 Km dan Sungai Calung dengan panjang 3 Km. II.4 IKLIM Kota Pasuruan memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan yang berganti tiap 6 bulan sekali. Musim kemarau jatuh pada bulan Mei- September dan Musim penghujan jatuh pada bulan Oktober-April. Iklim tropik basah yang dimiliki Kota Pasuruan dipengaruhi oleh angin monsun barat dan monsun timur. Dari bulan November-Mei, angin bertiup dari arah utara barat laut dengan membawa banyak uap air yang menyebabkan musim penghujan dimana-mana. Sedangkan pada bulan Juni-Oktober, angin bertiup dari selatan tenggara dengan sedikit uap air yang menyebabkan musim kemarau/keringdimana-mana. II.5 KEPENDUDUKAN Kota Pasuruan yang mempunyai luas ±35,29 km 2 dihuni oleh penduduk sebanyak 194.815 jiwa dan 48.514 rumah tangga dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 5.520 jiwa/km 2 (lampiran data profil kesehatan tabel 1 & 2). Tabel 2.1 Data Kependudukan Kota Pasuruan Tahun 2015 LUAS JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN JUMLAH NO KECAMATAN WIL RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK PENDUDUK (KM 2 ) TANGGA TANGGA PER KM2 1 GADINGREJO 8.27 43,651 11,106 3.93 5,278 2 PURWOREJO 8.08 54,510 14,864 3.67 6,746 3 BUGULKIDUL 11.11 29,210 7,284 4.01 2,629 4 PANGGUNGREJO 7.83 67,444 15,260 4.42 8,614 JUMLAH 35.29 194,815 48,514 4.02 5,520 Sumber : Data Sasaran Program Pembangunan Kesehatan dan dok Pasuruan Dalam Angka, 2015 Berdasarkan tabel 2.1 dapat diketahui bahwa Kota Pasuruan memiliki 4 kecamatan yakni Kecamatan Gadingrejo dengan jumlah penduduk sebanyak 43.651 jiwa, Kecamatan Purworejo dengan jumlah penduduk sebanyak 54.510 jiwa, Kecamatan Bugulkidul dengan jumlah penduduk sebanyak 29.210 jiwa dan Kecamatan Panggungrejo dengan jumlah penduduk sebanyak 67.444 jiwa. Adapun Kecamatan yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Panggungrejo sebanyak Profil Kesehatan Kota Pasuruan 6

8.614 jiwa/km 2 dengan 13 Kelurahan, disusul Kecamatan Purworejo dengan kepadatan penduduk sebanyak 6.746 jiwa/km 2 dengan 7 Kelurahan, Kecamatan Gadingrejo dengan kepadatan penduduk sebanyak 5.278 jiwa/km 2 dengan 8 Kelurahan dan Kecamatan Bugulkidul dengan kepadatan penduduk sebanyak 2.629 jiwa/km 2 dengan 6 Kelurahan (lampiran data profil kesehatan tabel 1). Gambar 2.3 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Kota Pasuruan Tahun 2015 75+ 70-74 65-69 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4 (10000) (8000) (6000) (4000) (2000) 0 2000 4000 6000 8000 10000 PEREMPUAN LAKI-LAKI Sumber : Data Proyeksi Penduduk BPS Provinsi Jawa Timur, 2015 Berdasarkan gambar 2.3 di atas dapat diketahui bahwa Kota Pasuruan mayoritas berpenduduk golongan muda yang tak lain merupakan ciri dari negara berkembang termasuk Indonesia. Penduduk Kota Pasuruan didominasi oleh kelompok umur produktif yakni 15-44 tahun dan 45-64 tahun. Kondisi yang demikian berpengaruh pada rasio beban tanggungan di Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 0,44. Angka ini menunjukkan setiap 100 orang produktif di Kota Pasuruan menanggung 44 orang tidak produktif. Adapun untuk rasio jenis kelamin Kota Pasuruan didapatkan angka 98% yang artinya ada 98 orang penduduk laki-laki dengan setiap 100 orang penduduk perempuan di Kota Pasuruan (lampiran data profil kesehatan tabel 2). Profil Kesehatan Kota Pasuruan 7

BAB SITUASI DERAJAT KESEHATAN Situasi derajat kesehatan di Kota Pasuruan digambarkan tiga indikator pembangunan kesehatan, yaitu angka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas) dan status gizi masyarakat. III.1 ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS) Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir (outcome) dari berbagai penyebab kematian langsung maupun tidak langsung. Kejadian kematian di suatu wilayah dari waktu ke waktu dapat memberikan gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat, disamping seringkali digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan program pembangunan dan pelayanan kesehatan. Dalam menghitung angka kematian maka menggunakan formula jumlah kasus kematian dibagi jumlah kelahiran hidup riil dikali konstanta. Lahir hidup adalah suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Pada tahun 2015 jumlah kelahiran hidup riil di Kota Pasuruan sebanyak 3.232 orang dengan rincian laki-laki sebanyak 1.652 orang dan perempuan sebanyak 1.580 orang (lampiran data profil kesehatan tabel 4), sedangkan jumlah lahir mati sebanyak 16 orang dengan rincian laki-laki sebanyak 10 orang dan perempuan sebanyak 6 orang, sehingga angka lahir mati per 1.000 kelahiran adalah 4,9 per 1.000 kelahiran hidup. III.1.1 ANGKA KEMATIAN IBU (AKI) Angka Kematian Ibu/AKI menggambarkan jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil, bersalin, nifas dan bukan karena kecelakaan di suatu wilayah tertentu selama 1 tahun diantara jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama. Pada tahun 2015 angka kematian ibu sebesar 123,76 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. AKI pada tahun 2011 s/d 2014 secara berturutan adalah 56 per 100.000 penduduk; 0 per 100.000 penduduk; 54 per 100.000 LH dan 119 per 100.000 LH. Jumlah kematian ibu di kota Pasuruan tahun 2015 sebanyak 4 kasus, dengan rincian 1 kasus pada ibu bersalin dan 3 kasus pada ibu nifas. Penyebab kematian ibu dikarenakan pendarahan post partum/hpp (1 kasus) dan preeklampsia (3 kasus). Apabila ditinjau dari usia, maka Profil Kesehatan Kota Pasuruan 8

kematian ibu di Kota Pasuruan terjadi pada rentang usia <20 tahun sebanyak 1 kasus, 20-34 tahun sebanyak 2 kasus dan 35 tahun sebanyak 1 kasus. Berikut ini tren angka kematian ibu (AKI) di Kota Pasuruan tahun 2011 s/d 2015 (lampiran data profil kesehatan tabel 6). Gambar 3.1 Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup Kota PasuruanTahun 2011-2015 140.00 120.00 119.00 123.76 100.00 80.00 60.00 40.00 56.00 54.00 20.00 0.00 0.00 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Sumber: Data Seksi Kesga Dinkes Kota Pasuruan, 2011-2015 Untuk menekan AKI, Dinas Kesehatan dan jaringannya akan terus melakukan upaya penyuluhan yang lebih intensif kepada masyarakat terutama ibu hamil, peningkatan manajemen KIA, memperbaiki sistem rujukan serta pemberdayaan masyarakat dalam upaya Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) menuju persalinan yang aman dan selamat. III.1.2 ANGKA KEMATIAN BAYI/AKB Angka Kematian Bayi (AKB) dilaporkan menggambarkan jumlah bayi (umur < 1 tahun) yang meninggal di suatu wilayah tertentu selama 1 tahun diantara jumlah kelahiran hidup riil di wilayah dan pada kurun waktu yang sama. Pada tahun 2015, terdapat 33 kasus kematian bayi diantara 3.232 kelahiran hidup riil di Kota Pasuruan atau AKB (dilaporkan) sebesar 10,21 per 1.000 kelahiran hidup (lampiran data profil kesehatan tabel 5). Tren angka kematian bayi (AKB) di Kota Pasuruan tahun 2011 s/d 2015 tersaji pada gambar 3.2. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 9

Gambar 3.2 Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 12 10 9.38 10.21 8 6 6.5 7.14 7.14 4 2 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Sumber: Data Seksi Kesga Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Pada tahun 2015 angka kematian bayi sebesar 10,21 per 1.000 kelahiran hidup. Angka tersebut meningkat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Jumlah kematian bayi (usia <1 tahun) pada tahun 2015 sebanyak 33 kasus dengan rincian sebagai berikut: 1. Kematian neonatus (0-7 hari) sebanyak 16 kasus dengan rincian 9 kasus disebabkan oleh asfiksia, 2 kasus dikarenakan sespis, 3 kasus dikarenakan kelainan bawaan dan 2 kasus dikarenakan BBLR komplikasi; 2. Kematian neonatus (8-28 hari) sebanyak 5 kasus dengan rincian BBLR komplikasi sebanyak 2 kasus, kelainan bawaan 1 kasus dan lain-lain sebanyak 2 kasus; 3. Kematian bayi (29 hari-11 bulan) sebanyak 12 kasus dengan rincian 3 kasus disebabkan oleh pneumonia, 2 kasus disebabkan oleh kelainan bawaan, 1 kasus disebabkan oleh infeksi, 1 kasus disebabkan oleh aspirasi dan lain-lain sebanyak 5 kasus. Pada masa yang akan datang Dinas Kesehatan dan jaringannya akan berupaya terus menekan angka kematian bayi melalui peningkatan upaya penyuluhan, manajemen KIA serta pemberdayaan masyarakat (melalui posyandu maupun kelurahan siaga) didukung kerja sama lintas sektor. III.1.3 ANGKA KEMATIAN ANAK BALITA Angka Kematian Anak balita menggambarkan jumlah anak berumur 1-4 tahun yang meninggal di suatu wilayah tertentu selama 1 tahun diantara jumlah Profil Kesehatan Kota Pasuruan 10

kelahiran hidup riil di wilayah dan pada kurun waktu yang sama. Pada tahun 2015, angka kematian anak balita 0,93 per 1.000 kelahiran hidup (3 kasus), dengan rincian disebabkan oleh kelainan bawaan (1 kasus), diare (1 kasus) dan lainnya (1 kasus). Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2014), angka kematian anak balita 2015 cenderung menurun tetapi masih lebih tinggi dibanding capaian di tahun 2011 s/d 2013 (lampiran data profil kesehatan tabel 5). Gambar 3.3 Angka kematian anak balita per 1.000 kelahiran hidup Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 2 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 1.79 0.85 0.93 0 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Sumber: Data Seksi Kesga Dinkes Kota Pasuruan, 2011-2015 III.1.4 ANGKA KEMATIAN BALITA Angka Kematian Balita menggambarkan jumlah anak berumur < 5 tahun yang meninggal di suatu wilayah tertentu selama 1 tahun diantara jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama. Pada tahun 2015, angka kematian balita 11,14 per 1.000 kelahiran hidup (36 kasus). Angka kematian balita (umur < 5 tahun) merupakan penjumlahan dari angka kematian bayi (umur < 1 tahun) dan angka kematian anak balita (umur 1-4 tahun). Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya angka kematian balita 2015 cenderung meningkat dibandingkan tahuntahun sebelumnya (lampiran data profil kesehatan tabel 5). Profil Kesehatan Kota Pasuruan 11

12 10 8 6 Gambar 3.4 Angka kematian balita per 1.000 kelahiran hidup Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 6.5 10.23 7.14 8.93 11.14 4 2 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Sumber: Data Seksi Kesga Dinkes Kota Pasuruan, 2011-2015 III.2 ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS) Selain menghadapi transisi demografi, Indonesia juga menghadapi transisi epidemiologi yang menyebabkan beban ganda. Di satu sisi, kasus gizi kurang serta penyakit-penyakit infeksi, baik re-emerging maupun new-emerging disease masih tinggi. Namun di sisi lain, penyakit degeneratif, gizi lebih dan gangguan kesehatan akibat kecelakaan juga meningkat. Masalah perilaku tidak sehat juga menjadi faktor utama yang harus dirubah terlebih dahulu agar beban ganda masalah kesehatan teratasi. Angka kesakitan (morbiditas) pada penduduk berasal dari community based data yang diperoleh melalui pengamatan (survailens), terutama yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin serta insidentil. Sementara untuk kondisi penyakit menular, berikut ini akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu mendapatkan perhatian, termasuk penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan penyakit yang memiliki potensi untuk menjadi kejadian luar biasa (KLB). III.2.1 PENYAKIT MENULAR LANGSUNG III.2.1.1 TUBERKULOSIS (TB) A. ANGKA INSIDENS TB BTA+ Angka insidens TB BTA+ Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 169,90 per 100.000 penduduk, angka tersebut mempunyai arti bahwa di Kota Pasuruan (per 100.000 penduduknya) didiagnosis kasus baru TB BTA+ sebanyak 169 kasus. Angka ini meningkat dibanding capaian tahun 2011, 2012 & 2014 tetapi menurun dibanding tahun 2013 (lampiran data profil kesehatan tabel 7). Adapun tren angka insidens TB BTA+ dalam kurun waktu 5 tahun terakhir tersaji dalam gambar 3.5. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 12

Gambar 3.5 Angka Insidens TB per 100.000 Penduduk Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 250 200 217.97 150 156 146.79 169.39 100 110 50 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Sumber : Data Seksi PemberantasanPenyakit Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 B. ANGKA KEMATIAN AKIBAT TB PARU Angka kematian TB Paru tahun 2015 adalah jumlah kematian akibat TB Paru pada tahun 2014 oleh karena proses evaluasi dan lama pengobatan TB Paru. Angka kematian akibat TB Paru tahun 2015 sebesar 9,24 per 100.000 penduduk artinya setiap 100.000 penduduk Kota Pasuruan ada yang meninggal akibat TB Paru sebanyak 9 orang. Dibandingkan dengan angka kematian akibat TB paru tahun-tahun sebelumnya, maka angka kematian akibat TB Paru tahun 2015 ini meningkat (lampiran data profil kesehatan tabel 9). Adapun angka kematian akibat TB Kota Pasuruan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir tersaji dalam gambar 3.6. Gambar 3.6 Angka Kematian Akibat TB Paru per 100.000 penduduk Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 10.0 9.0 8.0 7.0 9.2 6.0 5.0 5.2 4.0 3.0 2.0 1.0 3.2 1.6 2.6 0.0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Sumber : Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Profil Kesehatan Kota Pasuruan 13

C. ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU (CDR) BTA POSITIF Adapun definisi operasional dari cakupan penemuan dan penanganan pasien baru TB BTA (+) adalah jumlah penderita baru TB BTA (+) yang ditemukan dan diobati dibandingkan dengan jumlah perkiraan kasus baru TB BTA (+) dalam wilayah tertentu dalam waktu 1 tahun. Angka penemuan kasus TB Paru (CDR) BTA (+) tahun 2015 sebesar 158,79% atau sebanyak 331 kasus TB BTA (+) lampiran data profil kesehatan tabel 8. Bila dibandingkan dengan target SPM, maka capaian tahun 2015 telah melampaui target SPM sebesar 100%. Adapun perbandingan capaian angka penemuan kasus TB paru BTA positif/cdr (Case Detection Rate) dengan target di SPM pada kurun waktu tahun 2011 s/d 2015 terlihat dalam gambar berikut: Gambar 3.7 Cakupan Penemuan dan Penanganan Pasien Baru TB BTA Positif Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Cakupan (%) 72 95 130 137.2 158.79 Target (%) 70 70 80 100 100 Sumber : Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Untuk variabel cakupan penemuan dan penanganan pasien baru BTA (+) menunjukan tren meningkat dari tahun 2011 s/d 2015. Pada tahun 2011 s/d 2015 telah memenuhi target SPM. Peningkatan cakupan penemuan pasien baru TB BTA (+) di tahun 2015 (melebihi target) dikarenakan pemakaian data proyeksi sasaran program kesehatan dan data TB khususnya DPS YPP masih mencakup data luar wilayah, namun tingginya cakupan tersebut juga menandakan bahwa survailens TB semakin optimal namun harus diimbangi dengan penanganan kasus perorangan yang terusmenerus secara berkelanjutan selama 6-18 bulan ke depan, karena hal ini akan berdampak pada evaluasi tinggi rendahnya success rate di tahun mendatang. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 14

D. SUCCESS RATETB PARU DAN ANGKA KESEMBUHAN PENDERITA TB PARU BTA POSITIF Success Rate (SR) dapat diartikan sebagai angka keberhasilan pengobatan pasien TB paru BTA (+) yang telah diobati pada tahun 2014. SR tahun 2015 di Kota Pasuruan sebesar 96,13%. SR merupakan pertambahan dari angka kesembuhan (95,77%) dan angka pengobatan lengkap/pl (0,35%) lampiran data profil kesehatan tabel 9. Berikut ini adalah tren angka SR (Succes Rate) TB Paru dari tahun 2011 s/d 2015. Gambar 3.8 Success Rate (SR) TB Paru Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 98 96 95.38 96.13 94 92 92.41 91.39 90 88 86 85.34 84 82 80 78 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Sumber : Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 SR pada tahun 2015 meningkat kembali bila dibandingkan dengan SR tahun-tahun sebelumnya. Pencapaian angka-angka tersebut cukup tinggi, secara logis berkaitan dengan ketepatan penerapan strategi pemberantasan DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) dengan unsur-unsur komitmen politis, diagnosis berdasarkan mikroskopis, ketersediaan OAT/Obat Anti TB, Pengawas Menelan Obat/PMO dan pencatatan pelaporan. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 15

Gambar 3.9 Angka kesembuhan TB Paru BTA (+) Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 120 100 80 90.77 86.21 75.39 87.27 95.77 60 40 20 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Sumber : Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) tahun 2015 merupakan persentase cakupan penderita TB paru BTA (+) yang ditemukan, diobati dan pada akhir pengobatan dinyatakan sembuh dibandingkan dengan cakupan penderita TB paru BTA (+) yang ditemukan dan diobati di Kota Pasuruan selama periode 1 tahun yang lalu (tahun 2014). Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA positif (cure rate) pada tahun 2015 sebesar 95,77% meningkat bila dibandingkan dengan angka kesembuhan penderita TB paru BTA (+) tahun-tahun sebelumnya (lampiran data profil kesehatan tabel 9). III.2.1.2 KUSTA A. JUMLAH KASUS BARU KUSTA PB, MB DAN ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA (NDR) Penyakit kusta diklasifikasikan menjadi 2 yakni kusta tipe PB (Pause Baciller) atau tipe kering dan MB (Multi Baciller) atau tipe basah. Tipe PB mempunyai gejala macula/kelainan kulit antara 1-5 buah, kerusakan syaraf tepi 1 buah, pemeriksaan BTA negatif, tidak menular dan membutuhkan pengobatan tepat waktu 6 dosis dalam waktu 6-9 bulan. Sedangkan tipe MB mempunyai gejala macula/ kelainan kulit > 5 buah, kerusakan syaraf tepi >1 buah, pemeriksaan BTA positif, menular dan membutuhkan pengobatan tepat waktu 12 dosis dalam waktu 12-18 bulan. Berikut ini adalah perkembangan kasus kusta di Kota Pasuruan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (Gambar 3.10). Profil Kesehatan Kota Pasuruan 16

Gambar 3.10 Perkembangan Kasus Kusta Baru Kota Pasuruan Tahun2011-2015 25 20 15 10 5 0 Th.2011 Th.2012 Th.2013 Th.2014 Th.2015 PB 1 0 0 0 3 MB 18 21 14 14 16 Cacat 5 3 1 0 2 NCDR 10.09 11.05 7.03 7.24 9.75 Sumber: Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Di Kota Pasuruan tahun 2015 ditemukan 19 kasus baru kusta (Laki-laki sebanyak 12 orang & perempuan sebanyak 7 orang), dengan rincian MB kusta sebanyak 16 kasus dan PB kusta sebanyak 3 kasus. Jumlah penderita kusta pada usia 0-14 tahun sebanyak 1 kasus. NCDR/New Case Detection Rate (Angka Penemuan Kasus Baru) Kusta sebesar 9,75 per 100.000 penduduk, hal ini menandakan bahwa di antara 100.000 penduduk Kota Pasuruan ditemukan kasus kusta baru sebanyak 9 kasus (lampiran data profil kesehatan tabel 14). Bila dilihat dari perkembangan kasus baru kusta di Kota Pasuruan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, maka jumlah kasus kusta pada tahun 2015 cenderung meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2013 & 2014; walaupun lebih sedikit dibanding tahun 2012. Pada tahun 2015 jumlah tingkat kecacatan tingkat 2 sebanyak 2 kasus (lampiran data profil kesehatan tabel 15). B. ANGKA PREVALENSI KUSTA Angka prevalensi kusta (kasus baru & lama) Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 1,44 per 10.000 penduduk (28 kasus). Hal ini mengindikasikan bahwa setiap 10.000 penduduk Kota Pasuruan, terdapat penderita kusta sebanyak 1 orang (lampiran data profil kesehatan tabel 16) Profil Kesehatan Kota Pasuruan 17

C. PENDERITA KUSTA PB DAN MB SELESAI BEROBAT (RFT/RELEASE FROM TREATMENT) Pada tahun 2015 di Kota Pasuruan seluruh penderita kusta telah menyelesaikan pengobatan atau RFT (Release from Treatment) dengan jumlah penderita sebagai berikut (lampiran data profil kesehatan tabel 17). a) Persentase RFT Kusta PB sebesar 0% Angka RFT Kusta PB tahun 2015 sebesar 0% dikarenakan tidak ditemukannya kasus PB di tahun 2014 b) Persentase RFT Kusta MB sebesar 77,78% Angka ini berasal dari kohort ditemukannya 9 orang penderita kusta MB pada tahun dan 7 orang diantaranya telah diberi pengobatan tepat waktu dengan dosis 12-18 bulan. Sehingga persentase penderita kusta selesai berobat (release from treatment/rft) tahun 2014 sebesar 77,78%. III.2.1.3 HIV-AIDS& SYPHILIS Pada tahun 2015di Kota Pasuruan ditemukan 33 ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Angka tersebut merupakan sumbangsih 10 kasus HIV dan 23 kasus AIDS, sedangkan jumlah kematian akibat HIVAIDS tahun 2015 sejumlah 7 orang (lampiran data profil kesehatan tabel 11). Jika melihat tren, maka kejadian HIV-AIDS semakin meningkat dari ke tahun ke tahun. Jumlah kasus HIV-AIDS yang terdeteksi di Kota Pasuruan pada tahun 2011 sebanyak 8 kasus, pada tahun 2012 sebanyak 16 kasus, pada tahun 2013 sebanyak 22 kasus, pada tahun 2014 sebanyak 32 kasus dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 33 kasus. Gambar 3.11 Jumlah Kasus HIV-AIDS Kota Pasuruan Tahun 2011-2015 35 32 33 30 25 22 20 15 10 5 8 16 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Sumber : Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan,2011 s/d 2015 Profil Kesehatan Kota Pasuruan 18

Pada tahun 2015, jumlah kasus HIV-AIDS di Kota Pasuruan (33 kasus) bila ditinjau dari rentang usia penderita maka 29 kasus penderita HIV-AIDS berada pada rentang usia 25-49 tahun, 4 kasus pada rentang usia 20-24 tahun. Apabila dilihat dari proporsi jenis kelamin maka kasus HIV-AIDS di Kota Pasuruan tahun 2015 mayoritas adalah lak-laki seperti tergambar pada gambar 3.12 berikut (lampiran data profil kesehatan tabel 11). Gambar 3.12 Proporsi jenis kelamin Kasus HIV AIDS Kota Pasuruan tahun 2015 36% 64% Lak-laki Perempuan Sumber : Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan,2015 Pendekatan yang dilakukan Dinkes Kota Pasuruan dalam pelaksanaan surveilans HIV adalah dengan cara unlinked anonymous (tanpa identitas/tidak dapat ditelusuri) sehingga faktor confidentiality atau kerahasiaan ODHA dapat terjaga. Adanya komitmen Dinas Kesehatan dan jaringannya dalam membangun klinik VCT HIV/AIDS, melakukan deteksi dini pada kelompok berisiko tinggi melalui pemeriksaan darah/serosurvey dan pendampingan bagi ODHA serta mengupayakan adanya pengobatan ART (Anti Retroviral Treatment) merupakan suatu bentuk perhatian yang didapatkan ODHA di Kota Pasuruan. Selain itu, untuk mengurangi resiko penularan HIV AIDS melalui donor darah maka PMI Kota Pasuruan sebagai unit transfusi darah di Kota Pasuruan menyelenggarakan skreening terhadap sampel darah pendonor. Dari 3.313 sampel darah pendonor, semuanya telah diskreening terhadap HIV (lampiran data profil kesehatan tabel 12). Jumlah penderita syphilis di Kota Pasuruan tahun 2015 sebanyak 9 kasus (lampiran data profil kesehatan tabel 11). Profil Kesehatan Kota Pasuruan 19

III.2.1.4 PNEUMONIA Cakupan balita pneumonia ditangani adalah persentase balita dengan pneumonia yang ditemukan dan diberikan tatalaksana sesuai standar dibandingkan dengan jumlah pneumonia balita di satu wilayah dalam waktu satu tahun. Cakupan balita pneumonia ditemukan dan ditangani tahun 2015 sebesar 235,71% (lampiran data profil kesehatan tabel 10). Capaian pada tahun 2015 meningkat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dan melebihi target 100%. Hal ini dikarenakan pada tahun 2015 angka perhitungan sasaran program pengendalian pneumonia berubah, yang awalnya angka insiden pneumonia 10% x total balita menurun menjadi 4,45% x total balita. Perubahan angka insiden pneumonia 4,45% mengacu pada hasil Riskesdes 2013, yang memberikan informasi bahwa insiden pneumonia balita bervariasi masingmasing Provinsi. Adapun tren cakupan balita pneumonia ditangani tahun 2011 s/d 2015 tersaji dalam gambar 3.13. Gambar 3.13 Cakupan balita pneumonia ditangani dibanding target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 250 200 150 100 50 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Capaian (%) 76.93 69.6 52.8 63.93 235.7 Target (%) 70 80 90 100 100 Sumber : Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan,2011 s/d 2015 Bila dibandingkan dengan target SPM, cakupan balita pneumonia ditangani di Kota Pasuruan tahun 2015 telah memenuhi target SPM yang telah ditetapkan yaitu sebesar 100%. Hal ini mengindikasikan upaya Dinas Kesehatan dan jaringannya dalam tatalaksana penemuan dan penanganan penderita pneumonia sesuai standar pelayanan semakin optimal. Bila dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya, maka capaian penemuan pneumonia pada balita pada tahun 2015 meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Cakupan balita pneumonia yang ditangani pada tahun 2012, 2013, 2014 masih belum memenuhi target SPM sedangkan pada tahun 2011 & 2015 telah memenuhi target SPM. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 20

III.2.1.5 DIARE Angka kesakitan diare menggambarkan jumlah penderita kasus diare di suatu wilayah tertentu selama 1 tahun diantara jumlah penduduk di wilayah dan pada kurun waktu yang sama. Pada tahun 2015 ditemukan 7.616 kasus diare diantara 194.815 jiwa penduduk Kota Pasuruan (lampiran data profil kesehatan tabel 13). Indikator kinerja SPM cakupan penanganan diare adalah penanganan penderita diare selama 1 tahun2015, dengan perkiraan kasus yang dihitung dari 10% x Angka kesakitan diare nasional (214/1.000) x jumlah penduduk. Perkiraan kasus diare untuk Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 4.169 kasus diare, sehingga cakupan penanganan diare Kota Pasuruan tahun 2015 adalah sebesar 182,68%. Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, maka cakupan penanganan diare pada tahun 2015 menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya. Gambar 3.14 Cakupan penanganan diare dibanding target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 300 250 200 150 100 50 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Capaian (%) 241 253 229 252 182 Target (%) 100 100 100 100 100 Sumber : Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Pencapaian tersebut melampaui target SPM sebesar 100%. Bila dikaji lebih lanjut, angka tersebut terlalu besar untuk pencapaian kasus diare. Ada beberapa faktor yang menyebabkan cakupan penanganan diare tinggi antara lain pemakaian data proyeksi data sasaran program kesehatan dan perhitungan perkiraan kasus diare. Diperlukan telaah lebih lanjut dalam mengindentifikasi penyebab permasalahan peningkatan cakupan kasus diare. Beberapa evaluasi telah dilakukan dalam sistem surveilans yang dijalankan di Dinas Kesehatan, Puskesmas dan jaringannya (posyandu maupun kelurahan siaga). Hasilnya, form pelaporan yang digunakan Puskesmas masih tidak mengakomodir kewilayahan (PWS/Pemantauan Wilayah Setempat) sehingga Profil Kesehatan Kota Pasuruan 21

sejumlah besar angka diare dari masyarakat daerah berbatasan (Kabupaten Pasuruan) tercover dalam pelaporan. Disamping itu memang kasus diare cukup tinggi di Kota Pasuruan. Untuk keberhasilan program yang akan datang Dinas Kesehatan dan jaringannya berupaya terus meningkatkan sistem surveilans agar penemuan dan penanganan penderita diare sesuai standar dapat memenuhi target SPM dengan baik. III.2.2 PENYAKIT MENULAR BERSUMBER BINATANG III.2.2.1 DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) A. INSIDENS RATE (IR) DBD DAN CFT (%) Insiden Rate/IR (Angka Kesakitan) DBD menggambarkan jumlah penderita kasus DBD di suatu wilayah tertentu selama 1 tahun diantara jumlah penduduk di wilayah dan pada kurun waktu yang sama. Penderita DBD yang dimaksud adalah penderita yang demam tinggi mendadak, terus menerus berlangsung 2-7 hari tanpa sebab yang jelas, tanda-tanda perdarahan dari atau pembesaran hati serta hasil pemeriksaan laboratorium dinyatakan positif DBD. Semakin rendah angka kesakitan DBD mengindikasikan semakin berhasilnya program penanggulangan DBD. Pada tahun 2015 ditemukan 227 kasus DBD diantara 194.815 penduduk Kota Pasuruan atau IR sebesar 116,5 per 100.000 penduduk (lampiran data profil kesehatan tabel 21). Insiden Rate/IR DBD tahun 2015 ini menunjukkan peningkatan dari IR DBD tahun-tahun sebelumnya. Secara berturut-turut angka IR DBD di Kota Pasuruan dari tahun 2011 sampai dengan 2015 adalah 41; 49,46; 103,25; 65,12 dan 116,52 per 100.000 penduduk (Gambar 3.15). Gambar 3.15 Angka kesakitan (Insiden Rate/IR) DBD per 100.000 penduduk di Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 140 120 100 103.25 116.52 80 60 40 41 49.46 65.12 20 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Sumber : Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan, 2010 s/d 2015 Profil Kesehatan Kota Pasuruan 22

Untuk menekan angka kesakitan (IR) DBD Perlu dilakukan kegiatan pemberantasan penyakit DBD yang berkesinambungan. Disamping itu, CFR DBD (angka kematian akibat DBD) tahun 2015 sebesar 0% yang artinya tidak ada penderita DBD yang meninggal akibat DBD. Adapun persebaran kasus DBD di Kota Pasuruan tahun 2015 dapat terlihat pada gambar 3.16. Gambar 3.16 Persebaran Kasus DBD di Kota Pasuruan Tahun 2015 Jml Kasus DBD 9 Jml Kasus DBD 5-8 Jml Kasus DBD 4 Sumber : Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan, 2015 Berdasarkan gambar 3.16 maka diperoleh informasi bahwa kelurahan Bugulkidul, kelurahan Bugullor, kelurahan Gentong, kelurahan Karangketug, kelurahan Kebonagung, kelurahan Purworejo, kelurahan Purutrejo, kelurahan Krampyangan, Kelurahan Krapyakrejo dan kelurahan Sebani merupakan daerah dengan kasus DBD tinggi (jumlah kasus 9) pada tahun 2015. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 23

B. CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN DBD (%) Adapun definisi operasional dari cakupan penemuan dan penanganan DBD adalah persentase penderita DBD yang ditangani sesuai standart di satu wilayah dalam kurun waktu 1 tahun dibandingkan dengan jumlah penderita DBD yang ditemukan/dilaporkan dalam kurun waktu 1 tahun yang sama. Cakupan penemuan dan penanganan DBD di Kota Pasuruan pada tahun 2015 sebesar 100%; artinya dari 227 kasus DBD yang ada seluruhnya mendapatkan penanganan yang fokus dan terarah (lampiran data profil kesehatan tabel 21). Cakupan penemuan dan penanganan DBD tahun 2011 s/d 2015 tetap yakni sebesar 100% dan telah memenuhi target SPM sebesar 100%, seperti tampak pada gambar 3.17. Gambar 3.17 Cakupan penemuan-penanganan DBD & Jumlah kasus DBD Di Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 250 200 150 100 50 227 100% 100% 100% 100% 100% 193 126 94 77 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 0% Capaian (%) Jml kasus Sumber : Data Seksi Pemberantasan PenyakitDinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Bila ditinjau dari jumlah kasus DBD di Kota Pasuruan, maka jumlah kasus pada tahun 2015 sebesar 227 kasus, meningkat jumlahnya bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Terlepas dari itu semua, dari tahun ke tahun DBD masih menjadi permasalahan kesehatan yang serius di Kota Pasuruan meskipun setiap ada kasus mendapatkan penanganan. Alasan faktualnya adalah faktor alam (musim, iklim, kemiringan, ketinggian dan lain-lain) yang merupakan best habitat/bionomik nyamuk untuk perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypty Sp dan faktor sosial masyarakat Kota Pasuruan yang masih berpendapat bahwa fogging adalah upaya utama dalam penanggulangan DBD. Fogging bukanlah solusi utama penanggulangan DBD, tetapi fogging harus tetap dilakukan pada setiap ada kasus DBD yang berdasarkan hasil Penyelidikan Epidemiologi-nya direkomendasikan untuk dilakukan Fogging. Fogging Profil Kesehatan Kota Pasuruan 24

kerapkali dilakukan di daerah endemis seperti Kota Pasuruan. Meskipun kerapkali dilakukan, penyuluhan tentang efektifnya PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan 3M Plus) yang didukung abatisasi dan PJB (Pemeriksaan Jentik Berkala) secara serentak dan intensif tetap dilakukan.oleh karena itu, Dinas Kesehatan dan jaringannya akan terus berupaya meningkatkan penyuluhan, pemberdayaan masyarakat serta kerja sama lintas program dan lintas sektor untuk penanggulangan DBD agar angka kesakitan DBD dapat ditekan menjadi jauh lebih rendah. III.2.2.2 MALARIA Sepanjang tahun 2015 tidak ada kasus malaria di Kota Pasuruan atau angka kesakitan malaria sebesar 0% (lampiran data profil kesehatan tabel 22). Hal ini dikarenakan secara geografis Kota Pasuruan bukan merupakan daerah endemik yang mendukung bionomik nyamuk anopheles sp. III.2.2.3 FILARIASIS Penyakit Kaki Gajah disebut juga dengan penyakit Filariasis yaitu penyakit yang ditularkan melalui cacing Filaria. Cacing ini dibawa oleh nyamuk dan menyebar ke seluruh jaringan tubuh manusia. Penderita kaki gajah akan mengalami cacat yang berkelanjutan bila tidak diobati. Gejala yang dapat dilihat dari penyakit ini berupa pembesaran pada bagian anggota tubuh penderita. Sepanjang tahun 2015 tidak ada kasus filariasis di Kota Pasuruan atau angka kesakitan filariasis sebesar 0% (lampiran data profil kesehatan tabel 23). III.2.3 PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang dimaksud dalam hal ini adalah penyakit difteri, pertusis, tetanus non neonatorium, tetanus neonatorium, campak, polio, hepatitis dan hepatitis klinis. Pada tahun 2015 di Kota Pasuruan tidak ada kasus pertusis, tetanus, polio, campak dan hepatitis B (lampiran data profil kesehatan tabel 19 & 20). Adapun jumlah kasus PD3I di Kota Pasuruan sepanjang tahun 2015 seperti dinterpretasikan pada gambar 3.18. Jumlah kasus difteri tahun 2015 sebanyak 1 kasus, ditemukan di kelurahan Purworejo dan CFR 0%, sedangkan jumlah kasus neonatorium sebanyak 1 kasus, ditemukan di Kelurahan Gadingrejo dan meninggal (CFR 100%). Profil Kesehatan Kota Pasuruan 25

Gambar 3.18 Kasus Penyakit Menular Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Per Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Pasuruan Tahun 2015 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Gadingr Karang Kebon Sekarga Bugul Kandang Trajeng Kebonsa TotaL ejo ketug Agung dung kidul sapi ri Difteri 0 0 1 0 0 0 0 0 1 Pertusis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tetanus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tetanus Neo 1 0 0 0 0 0 0 0 1 Campak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Polio 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Hepatitis B 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Sumber : Data Seksi Pencegahan PenyakitDinkes Kota Pasuruan, 2015 III.2.4 Pola 10 Penyakit terbanyak Berdasarkan Laporan LB1 Puskesmas dan Jaringannya, maka 10 penyakit terbanyak di Puskesmas di wilayah Kota Pasuruan tahun 2015 tersaji dalam gambar 3.19. Gambar 3.19 Sepuluh Penyakit Terbanyak Dilayani di Puskesmas dan Jaringannya Kota Pasuruan Tahun 2015 Febris tanpa sebab yg jelas Hipertensi esensial ringan(t140/90-159/99) Kontrasepsi Diare and gastroenteritis tanpa dehidrasi Dermatitis kontak alergika Gastritis, unspecified cephalgia /sakit kepala Myalgia 8172 8541 8588 8605 8901 11857 13031 15886 Acute pharyngitis 27677 Nasofaringitis Akut [common cold] 57143 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 Sumber: Data Seksi Yankesdas Dinkes Kota Pasuruan, 2015 Profil Kesehatan Kota Pasuruan 26

Berdasarkan gambar 3.19 maka urutan 10 penyakit terbanyak dilayani di Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 sebagai berikut: 1. Nasofaringitis akut/common cold (kode J00) 2. Acute pharyngitis (kode J02) 3. Myalgia (kode M79.1) 4. Cephalgia /sakit kepala (kode R51) 5. Gastritis, unspecified (kode K29.7) 6. Dermatitis kontak alergika (kode L23) 7. Diare and gastroenteritis tanpa dehidrasi (kode A09.a) 8. Kontrasepsi (kode Z30) 9. Hipertensi esensial ringan(t140/90-159/99) (kodei10a) 10. Febris tanpa sebab yg jelas (kode R50) Gambar 3.20 Perkembangan 3 penyakit terbanyak di Puskesmas dan Jaringannya Kota Pasuruan Tahun 2013-2015 (kasus) Th.2015 Th.2014 Th.2013 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 Th.2013 Th.2014 Th.2015 Acute pharingitis 25253 16619 27677 Myalgia 32082 15658 15886 Nasofaringitis 58159 32895 57143 Sumber: Data Seksi Yankesdas Dinkes Kota Pasuruan, 2013 s/d 2015 Berdasarkan gambar 3.19& 3.20 maka dapat diperoleh informasi perkembangan penyakit selama 3 tahun terakhir yakni nasofaringitis masih menjadi penyakit dengan urutan tertinggi di Kota Pasuruan, selain itu acute pharingistis menduduki urutan kedua pada tahun 2014 & 2015. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 27

III.2.5 AFP RATE (NON POLIO) <15 TAHUN Adapun definisi operasional cakupan penemuan penderita AFP adalah jumlah kasus AFP non polio yang ditemukan dan dilaporkan diantara 100.000 penduduk <15 tahun di satu wilayah kerja tertentu. Kasus AFP adalah semua anak berusia < 15 tahun dengan kelumpuhan yang bersifat layuh terjadi secara akut (mendadak) dan bukan disebabkan oleh rudapaksa. Pada tahun 2015 jumlah kasus AFP yang ditemukan sebanyak 1 kasus diantara 50.076 penduduk kota Pasuruan usia <15 tahun sehingga AFP Rate sebesar 2,00 per 100.000 penduduk usia <15 tahun (lampiran data profil kesehatan tabel 18) Gambar 3.21 Cakupan Penemuan Penderita AFP per 100.000 penduduk <15 tahun Kota Pasuruan Tahun 2011-2015 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 4 4.02 2 2 2 2 2 2.1 1.9 2 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 AFP Rate Target SPM Sumber : Data Seksi Pencegahan PenyakitDinkes Kota Pasuruan,2010 s/d 2015 Cakupan Penemuan Penderita AFP di tahun 2011 sebesar 1,9 per 100.000 penduduk usia < 15 thn (belum memenuhi target SPM), di tahun 2012 sebesar 4 per 100.000 penduduk usia < 15 thn (sudah memenuhi target SPM), di tahun 2013 sebesar 4,02 per 100.000 penduduk usia < 15 thn (sudah memenuhi target SPM), di tahun 2014 sebesar 2,1 per 100.000 penduduk usia <15 tahun (sudah memenuhi target SPM) dan di tahun 2015 sebesar 2 per 100.000 penduduk usia <15 tahun (sudah memenuhi target SPM).Apabila dibandingkan dengan target, maka pencapaian AFP rate selama 4 tahun terakhir telah memenuhi target. Hal tersebut menjadi acuan bagi penemuan kasus AFP (non polio) yang harus berjalan efektif seiring dengan penguatan surveilans aktif di Puskesmas dan jaringannya. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 28

III.3 STATUS GIZI MASYARAKAT Status gizi masyarakat dapat melalui indikator-indikator, antara lain bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR),status gizi balita, anemia gizi pada ibu dan pekerja wanita serta gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). Status gizi merupakan salah satu indikator MDGs yang perlu mendapatkan perhatian dan akan dibahas (disamping BBLR) pada sub bagian berikut ini. III.3.1 BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat kurang dari 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir Bayi baru lahir ditimbang adalah jumlah bayi lahir hidup yang ditimbang segera setelah lahir. Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembangnya. Persentase bayi baru lahir ditimbang di Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 96,6% dari 3.364 kelahiran hidup proyeksi sedangkan persentase BBLR di Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 3,57% atau sejumlah 116 kasus BBLR per 3.364 kelahiran hidup proyeksi (lampiran data profil kesehatan tabel 37). Gambar 3.22 Persentase Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 4.2 4.23 4.5 3.5 3.57 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Sumber: Data Seksi GiziDinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Berdasarkan gambar diatas maka dapat diperoleh informasi bahwa persentase bayi dengan berat badan rendah (BBLR) dari bayi lahir hidup tahun 2015 meningkat 0,1% dibandingkan tahun 2014, tetapi semakin menurun bila dibandingkan dengan tahun 2011-2015. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 29

III.3.2 STATUS GIZI BALITA INDIKATOR BB/U Berdasarkan data yang terekam sepanjang tahun 2015 maka dari 14.722 balita yang diperiksa, 179 balita berat badannya sangat kurang (1,2%), 919 balita berat badannya kurang (6,2%), 13.432 balita berat badannya normal (91,2%) dan 191 balita sisanya berat badannya lebih (3%) sebagaimana tersaji dalam gambar dibawah ini. Gambar 3.23 Persentase Status Gizi Balita BB/U Kota Pasuruan 2015 (%) 1.3 1.2 6.2 91.2 BB Sangat kurang BB kurang BB normal BB lebih Sumber: Laporan tahunan Gizi Dinkes Kota Pasuruan, 2015 Balita gizi baik adalah balita dengan status gizi menurut berat badan (BB) dan umur (U) dengan 2 >Z-score SD > -2, balita gizi kurang dimaksud adalah balita dengan status gizi menurut berat badan (BB) dan umur (U) dengan -2 >Z-score SD > - 3 sedangkan balita gizi burukadalah balita dengan status gizi menurut berat badan (BB) dan umur (U) dengan Z-score<-3 SD dan atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus, kwasiorkor dan marasmus-kwasiorkor). Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya maka dapat diperoleh perbandingan sbb: Gambar 3.24 Perkembangan Persentase Status Gizi Balita BB/U Kota Pasuruan Th 2011 s/d 2015 (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Gizi lebih Gizi baik Gizi kurang Gizi buruk Th.2011 1.71 70.19 8.35 0.64 Th.2012 1.58 90.5 6.59 1.62 Th.2013 1.74 88.66 5.94 1.55 Th.2014 1.6 90.6 6.4 1.5 Th.2015 1.3 91.2 6.2 1.2 Sumber: Data Seksi Gizi Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Profil Kesehatan Kota Pasuruan 30

Berdasarkan gambar 3.24 maka dapat diperoleh informasi bahwa persentase balita dengan gizi lebih tahun 2015 menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, persentase balita gizi baik tahun 2015 semakin meningkat bila dibandingkan tahuntahun sebelumnya. Sedangkan untuk persentase gizi kurang tahun 2015 meningkat 0,2% dibandingkan tahun lalu dan persentase balita gizi buruk tahun 2015 menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menandakan bahwa balita di Kota Pasuruan semakin baik statsus gizinya. Perlu dilakukan upaya perbaikan gizi yang berkesinambungan dan merata agar prevalensi balita gizi kurang dan dan gizi buruk semakin berkurang. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 31

BAB SITUASI UPAYA KESEHATAN Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilakukan upaya pelayanan kesehatan yang melibatkan masyarakat sebagai individu dan masyarakat sebagai bagian dari kelompok atau komunitas. Upaya kesehatan mencakup upayaupaya pelayanan kesehatan, promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, penanggulangan bencana dan sebagainya. Upaya kesehatan di Kota Pasuruan tergambar dalam uraian di bawah ini. IV.1 PELAYANAN KESEHATAN DASAR Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan dasar yang cepat, tepat dan efektif diharapkan dapat mengatasi sebagian masalah kesehatan masyarakat. Pada uraian berikut dijelaskan pelayanan kesehatan dasar yang diselenggarakan di sarana pelayanan kesehatan. IV.1.1 PELAYANAN KESEHATAN KELUARGA Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta dapat mengurangi angka kematian ibu sebagai salah satu indikator Renstra dan MDGs. Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang tersebut meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan kegiatan prioritas mengingat terdapat indikator dampak, yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang merupakan indikator keberhasilan pembangunan daerah, khususnya pembangunan kesehatan. Indikator ini juga digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IV.1.1.1 CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K1 Cakupan kunjungan ibu hamil K-1 memberikan gambaran ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang pertama kali pada masa kehamilan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini digunakan Profil Kesehatan Kota Pasuruan 32

untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat. Cakupan kunjungan ibu hamil K-1 di Puskesmas se-kota Pasuruan pada tahun 2015 sebanyak 3.582 dari total 3.700 ibu hamil sasaran (96,81%) lampiran data profil kesehatan tabel 29. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka pencapaian K1 pada tahun 2015 meningkat, tersaji dalam gambar dibawah ini. 98 Gambar 4.1 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 97 96.81 96 95 94 93 94.56 92.94 95.22 95.08 93.5 92 91 Th. 2010 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Sumber: Data Seksi Kesga Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Untuk selalu meningkatkan dan mempertahankan cakupan kunjungan ibu hamil K-1, Dinas Kesehatan terus mengoptimalkan upaya promotif dan preventif oleh Puskesmas dan jaringannya terutama dengan semakin didukungnya kegiatan Puskesmas oleh dana operasional BOK. IV.1.1.2 CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K4 Adapun definisi operasional cakupan kunjungan ibu hamil K4 berdasarkan lampiran Kepmenkes RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standart paling sedikit 4 kali (minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan) oleh tenaga kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Kunjungan ibu hamil sesuai standart adalah pelayanan yang mencakup 10 T antara lain: (1) timbang badan & ukur TB, (2) ukur tekanan darah, (3) nilai status gizi, (4) ukur TFU, (5) tentukan persentasi janin & DJJ, (6) Skrinning status imunisasi tetanus & pemberian tetanus toksoid, (7) pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan, (8) tes lab sederhana (Hb, protein urin) dan atau berdasarkan indikasi Profil Kesehatan Kota Pasuruan 33

HbsAg, Sifilis, HIV & TBC, (9) tata laksana kasus, (10) temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal & konseling). Indikator ini digunakan untuk mengukur keberhasilan pelayanan pada masa kehamilan. Melalui kegiatan kunjungan ibu hamil antenatal care diharapkan deteksi dini dan perawatan kehamilan dapat dilaksanakan dengan baik dan berkualitas. Pada tahun 2015 cakupan kunjungan ibu hamil K-4 di Puskesmas se-kota Pasuruan sebanyak 3.158 ibu hamil dari total 3.700 ibu hamil sasaran (85,35%) lampiran data profil kesehatan tabel 29. Adapun tren cakupan kunjungan ibu hamil K- 4 dibanding dengan target SPM dalam kurun waktu 5 tahun terakhir seperti tampak pada gambar 4.2. Gambar 4.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 dibanding Target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 100 95 90 85 80 75 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Capaian (%) 89 90 98 84.4 85.35 Target (%) 91 92 93 94 94 Sumber: Data Seksi Kesga Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 tahun 2015 di Kota Pasuruan mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2014 tetapi masih lebih rendah dibandingkan capaian di tahun 2011 s/d 2013, capaian K4 tahun 2015 masih belum memenuhi target SPM sebesar 94%. Penyuluhan lebih intensif baik melalui posyandu, kelurahan siaga maupun kegiatan pemberdayaan lain, manajemen KIA yang lebih optimal serta kerja sama lintas program dan lintas sektor sangat diperlukan untuk meningkatkan keberhasilan indikator ini agar riwayat ibu hamil dapat diikuti secara lengkap minimal sampai dengan persalinan. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 34

IV.1.1.3 CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN Definisi operasional cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan berdasarkan lampiran Kepmenkes RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008 adalah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan, tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan klinis kebidanan sesuai standar. Pada tahun 2015 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas se-kota Pasuruan sebanyak 3.220 ibu bersalin dari total 3.532 sasaran ibu bersalin (91,17%) lampiran data profil kesehatan tabel 29. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2015 meningkat dibandingkan dengan tahun 2014 tetapi masih lebih rendah dibandingkan tahun 2011-2013, sebagaimana ditunjukkan oleh gambar dibawah ini. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2014 & 2015 belum memenuhi target SPM tetapi untuk tahun 2011 s/d 2013 telah memenuhi target. Gambar 4.3 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Dibanding Target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 100 98 96 94 99 94 97 94 95 95 92 90 90 90 90.7 91.17 88 86 84 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Sumber: Data Seksi Kesga Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Meningkatnya cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan menandakan peningkatan pelayanan persalinan di Puskesmas dan jaringannya. Hal ini juga mengindikasikan keberhasilan kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk memotivasi masyarakat bersalin ditolong oleh tenaga Profil Kesehatan Kota Pasuruan 35

kesehatan didukung peningkatan kemampuan petugas dalam memberikan pertolongan persalinan. Namun yang penting untuk dilakukan perbaikan lagi adalah pelayanan yang lebih optimal dalam hal sumber daya (sarana dan SDM) maupun manajemen KIA. IV.1.1.4 IBU NIFAS MENDAPAT VITAMIN A Pemberian kapsul vitamin A ibu nifas (melahirkan) memiliki manfaat penting bagi ibu dan bayi yang disusuinya. Tambahan vitamin A melalui suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan dapat meningkatkan kelangsungan hidup anak. Semua ibu yang baru melahirkan segera diberi dua kapsul vitamin A (warna merah). Caranya segera diberikan 1 kapsul setelah melahirkan dan 1 kapusl pada 24 jam kemudian, targetnya 90%. Berikut ini adalah cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas di Kota Pasuruan tahun 2012 s/d 2015 dibanding target. Gambar 4.4 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas Dibanding Target Kota Pasuruan Tahun 2012-2015 (%) 92 90 88 86 84 82 80 78 76 74 72 70 90 90 90 90 88.12 87.63 81.53 77.99 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Target (%) Capaian (%) Sumber: Data Seksi Gizi Dinkes Kota Pasuruan, Th 2012 s/d 2015 Berdasarkan gambar 4.4 maka cakupan pemberian vitamin A pada ibu hamil pada tahun 2015 sebanyak 87,63% menurun 0,5% dibandingkan tahun 2014, tetapi masih diatas capaian tahun 2012 & 2013. Cakupan pemberian vitamin A pada ibu hamil tahun 2012-2015 masih kurang dari target nasional sebesar 90% (lampiran data profil kesehatan tabel 29). Profil Kesehatan Kota Pasuruan 36

IV.1.1.4 IBU HAMIL MENDAPAT TABLET FE-3 Pemberian tablet Fe pada ibu hamil (90 tablet pada masa kehamilan) sangat penting dikarenakan tablet Fe yang kaya dengan zat besi bisa mencegah anemia pada ibu hamil dan mengurangi resiko bayi lahir dengan berat badan rendah, selain itu zat besi memiliki peranan penting untuk pertumbuhan janin. Pada tahun 2015 di Kota Pasuruan tercatat 3.092 ibu hamil mendapat 90 tablet Fe-3 dari 3.700 ibu hamil yang ada atau cakupan sebesar 83,57% (lampiran data profil kesehatan tabel 32). Cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe-3 meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, tetapi masih belum memenuhi target 95%. Adapun cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe 3 dalam kurun waktu 5 tahun terakhir tersaji dalam gambar 4.5 berikut. Gambar 4.5 Cakupan Ibu hamil mendapat Tablet Fe-3 Dibanding Target Kota Pasuruan Th 2011 s/d 2015 (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Capaian (%) 50.35 68.5 67.6 79.8 83.57 Target 95 95 95 95 95 Sumber: Data Seksi Gizi Dinkes Kota Pasuruan, Th 2011 s/d 2015 Pencapaian cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe-3 meningkat dikarenakan pemberian Fe-3 oleh bidan praktek swasta (BPS) dan Dokter Praktek swasta (DPS) telah tercatat walaupun masih perlu banyak perbaikan dalam sistem pencatatan dan pelaporan.upaya optimalisasi manajemen pencatatan, pelaporan dan perencanaan kebutuhan obat untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) terutama Fe untuk ibu hamil harus lebih ditingkatkan kualitasnya. IV.1.1.5 CAKUPAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DITANGANI Definisi operasional cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani berdasarkan lampiran Kepmenkes RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008 adalah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang mendapat penanganan definitif sesuai dengan standart oleh tenaga kesehatan terlatih Profil Kesehatan Kota Pasuruan 37

pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas Poned, Rumah bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSK, RSU Ponek, praktek bidan). Komplikasi yang dimaksud adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayiyang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Adapun penanganan definitif dimaksud adalah pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan antara lain abortus, hiperemesis gravidarum, pendarahan pervagina, hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), kehamilan lewat waktu, ketuban pecah dini sedangkan komplikasi dalam persalinan antara lain kelainan letak/presentasi janin, partus macet, hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), pendarahan pasca persalinan, infeksi berat/sepsis, kontraksi dini/persalinan prematur, kehamilan ganda. Komplikasi dalam nifas antara lain hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), infeksi nifas dan pendarahan nifas. Pada tahun 2015 di Kota Pasuruan terdapat 653 dari 740 perkiraan target sasaran ibu dengan komplikasi kebidanan ditangani atau sebesar 88,24% (lampiran data profil kesehatan tabel 33). Apabila dibandingkan dengan target SPM, cakupan komplikasi kebidanan ditangani di Kota Pasuruan selama 5 tahun terakhir telah memenuhi target sebagaimana tertuang dalam gambar berikut. Gambar 4.6 Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani Dibanding Target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 100 95 90 85 80 75 70 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Capaian (%) 91 89 94 94.6 88.24 Target (%) 80 80 80 80 80 Sumber: Data Seksi Kesga Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Profil Kesehatan Kota Pasuruan 38

IV.1.1.6 CAKUPAN PELAYANAN NIFAS Definisi cakupan pelayanan nifas berdasarkan lampiran Kepmenkes RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008 adalah pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan sesuai dengan standar. Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali pada 6 jam pasca persalinan s/d 3 hari, pada minggu ke 2 dan pada minggu ke 4 termasuk pemberian vitamin A 2 kali serta persiapan dan atau pemasangan KB pasca persalinan. Pada tahun 2015, yang mendapatkan pelayanan nifas sebanyak 3.186 dari sasaran 3.532 ibu nifas (90,20%) lampiran data profil kesehatan tabel 29. Gambar 4.7 Cakupan Pelayanan Nifas Dibanding Target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 100 98 96 94 92 90 88 86 84 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Capaian (%) 99 93 97 89.6 90.2 Target (%) 95 95 95 95 95 Sumber: Data Seksi Kesga Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Apabila dibandingkan dengan target SPM selama 5 tahun terakhir, cakupan pelayanan nifas di Kota Pasuruan tahun 2015 meningkat 0,6% dibanding tahun 2014 tetapi masih dibawah capaian di tahun 2011 s/d 2013. Capaian di tahun 2012, 2014 & 2015 masih belum memenuhi target SPM nasional. Hal ini menjadikan pekerjaan rumah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada ibu bersalin pasca persalinan. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggaraan pelayanan nifas yang profesional. IV.1.1.7 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL (KN) 1 DAN LENGKAP Kunjungan Neonatus (KN)1 adalah pelayanan kesehatan neonatal dasar pada 6-24 jam setelah lahir. Pada tahun 2015 cakupan KN1 Kota Pasuruan sebesar 96,05% dari 3.364 proyeksi lahir hidup (lampiran data profil kesehatan tabel 38). Cakupan Profil Kesehatan Kota Pasuruan 39

kunjungan neonatal (KN1) tahun 2015 menurun dibandingkan dengan cakupan tahuntahun sebelumnya tetapi telah memenuhi target 95%. Kunjungan Neonatus (KN) Lengkap adalah pelayanan kesehatan neonatal dasar meliputi ASI eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian vitamin K 1 injeksi dan imunisasi hepatitis B 1 bila tidak diberikan saat lahir, dan manajemen terpadu bayi muda. Dilakukan sesuai standar sedikitnya 3 kali, pada 6-24 jam setelah lahir, pada 3-7 hari, dan pada 8-28 hari setelah lahir yang dilakukan di fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah. Pada tahun 2015, cakupan KN Lengkap Kota Pasuruan sebesar 92,60% dari 3.364 proyeksi lahir hidup (lampiran data profil kesehatan tabel 38). Cakupan kunjungan neonatal (KN) lengkap tahun 2015 menurun dibandingkan dengan cakupan tahun-tahun sebelumnya dan belum memenuhi target 95%. Gambar 4.8 Cakupan Kunjungan Neonatal dibanding Target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 102 100 98 96 94 92 90 88 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 KN 1 (%) 97.7 99.25 99.88 97.4 96.05 KN lengkap (%) 97.5 98.41 99.62 94.3 92.6 Target 95 95 95 95 95 Sumber: Data Seksi Kesga Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 IV.1.1.8 CAKUPAN NEONATAL KOMPLIKASI DITANGANI Definisi operasional cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani berdasarkan lampiran Kepmenkes RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008 adalah neonatal dengan komplikasi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh sarana pelayanan kesehatan. Neonatal dengan komplikasi adalah bayi berumur 0-28 hari yang memiliki penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR, sindoma gangguan pernafasan dan kelainan kongenital. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 40

Pada tahun 2015 di Kota Pasuruan terdapat 411 neonatus risti/komplikasi yang ditangani dari perkiraan neonatus risti sebanyak 505 neonatus atau cakupan sebesar 81,5% (lampiran data profil kesehatan tabel 33). Apabila dilihat tren 5 tahunan, maka cakupan neonatal komplikasi yang ditangani pada tahun 2015 meningkat 1,45% dibanding tahun 2014, tetapi masih dibawah capaian tahun 2011 s/d 2013. Cakupan neonatus komplikasi yang ditangani tahun 2011 s/d 2015 telah memenuhi target SPM. Gambar 4.9 Cakupan Neonatal Risti/Komplikasi Ditangani Dibanding Target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Capaian (%) 91 94 91 80.05 81.5 Target (%) 73 75 77 80 80 Sumber: Data Seksi Kesga Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Berdasarkan hasil evaluasi capaian SPM, cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani tahun 2011 sebesar 91% (telah memenuhi target 73%), tahun 2012 sebesar 94% (telah memenuhi target 75%), tahun 2013 sebesar 91% (telah memenuhi target 77%), tahun 2014 sebesar 80,05% (telah memenuhi target 80%) sedangkan tahun 2015 sebesar 81,5% (telah memenuhi target 80%). Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada neonatal dengan komplikasi. IV.1.1.9 CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI Definisi operasional cakupan kunjungan bayi berdasarkan lampiran Kepmenkes RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008 adalah cakupan bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan dan perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan paling sedikit 7 kali di satu wilayah kerja pada tahun waktu tertentu. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 7 kali yaitu satu kali pada umur 1-3 hari, 3-7 hari, 8-28 hari, 29 hari-3 bulan, 1 kali pada Profil Kesehatan Kota Pasuruan 41

umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan dan satu kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar, stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi dan penyuluhan kesehatan bayi. Adapun yang dimaksud penyuluhan perawatan kesehatan bayi meliputi konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan, perawatan dan tanda bahaya bayi sakit (sesuai MTBS), pemantauan pertumbuhan dan pemberian vitamin A kapsul biru pada usia 6-11 bulan. Kunjungan bayi di Kota Pasuruan pada tahun 2015 sebanyak 3.178 dari 3.403 bayi sasaran atau sebesar 93,39% (lampiran data profil kesehatan tabel 40). Cakupan kunjungan bayi pada tahun 2015 sedikit menurun dibandingkan dengan cakupan tahun sebelumnya tetapi telah memenuhi target SPM nasional sebagaimana tertuang dalam gambar berikut. Gambar 4.10 Cakupan Kunjungan Bayi Dibanding Target SPM Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 98 96 94 92 90 88 86 84 82 80 78 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Capaian (%) 84 93 96 93.9 93.39 Target (%) 90 90 90 90 90 Sumber: Data Seksi Kesga Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 IV.1.1.10 CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA Adapun definisi operasional cakupan pelayanan anak balita berdasarkan lampiran Kepmenkes RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008 adalah anak balita (12-59 bulan) yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan sesuai standart. Setiap anak usia 12-59 bulan memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan minimal 8x dalam setahun dan perkembangan 2 kali setahun dan suplementasi vit A dosis tinggi 2 kali setahun yang tercatat di kohort anak balita dan pra sekolah, buku KIA/KMS atau buku pencatatan dan pelaporan lainnya. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan per-tinggi/panjang badan Profil Kesehatan Kota Pasuruan 42

(BB/TB). Pemantauan ini dilaksanakan melalui posyandu, Taman Bermain, Pos Pendidikan Anak Usia Dini, Taman Penitipan Anak dan Taman Kanak-Kanak dll. Berikut ini cakupan pelayanan anak balita di Kota Pasuruan dibanding target SPM dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Gambar 4.11 Cakupan Pelayanan Anak Balita Dibanding Target SPM Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 95 90 85 80 75 70 65 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Capaian (%) 79.7 85.9 89.9 75 79.27 Target (%) 81 83 85 87 90 Sumber: Data Seksi Kesga Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Berdasakan gambar diatas maka cakupan pelayanan anak balita di tahun 2011 sebesar 79,68% (belum memenuhi target), di tahun 2012 sebesar 85,9% (sudah memenuhi target), di tahun 2013 sebesar 89% (sudah memenuhi target), di tahun 2014 sebesar 75,05% (belum memenuhi target) sedangkan di tahun 2015 sebesar 79,27% (belum memenui target) lampiran data profil kesehatan tabel 46. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam melindungi anak balitanya sehingga kesehatannya terjamin melalui penyediaan pelayanan kesehatan. IV.1.2 PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (KB) IV.1.2.1 CAKUPAN PESERTA KB AKTIF Peserta KB aktif adalah aseptor yang pada saat ini sedang memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan dan masih terlindungi oleh efek kontrasepsinya. Pada tahun 2015, peserta KB aktif sebagian besar adalah pengguna non-mkjp (Non-Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) sebesar 72,72% dan sisanya peserta KB aktif pengguna MKJP sebesar 27,28% (lampiran data profil kesehatan tabel 34). Profil Kesehatan Kota Pasuruan 43

Gambar 4.12 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Kota Pasuruan Tahun 2015 (%) MKJP 27% NON MKJP 73% Sumber: Data Seksi Kesga Dinkes Kota Pasuruan, 2015 Non MKJP adalah metode kontasepsi bukan jangka panjang yang meliputi suntik, pil, kondom dan obat vagina sedangkan MKJP adalah metode kontrasepsi jangka panjang yang meliputi IUD, MOP/MOW dan Implan. Yang dimaksud dengan MOP adalah Modus Operatif Pria/vasektomi dan MOW adalah Modus Operatif Wanita/tubektomi. Adapun persentase pengguna MKJP dan non-mkjp pada peserta KB aktif tahun 2015 tersaji dalam gambar dibawah ini. Gambar 4.13 Persentase Pengguna MKJP dan Non MKJP Pada Peserta KB Aktif Kota Pasuruan Tahun 2015 (%) 20% 55% 4% 0% 13% 1% 7% IUD MOP MOW Implant Kondom Suntik Pil Sumber: Data Seksi Kesga Dinkes Kota Pasuruan, 2015 Cakupan peserta KB aktif juga merupakan variabel terpilih dalam SPM yang dihitung berdasarkan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan cara/alat kontrasepsi dibagi jumlah PUS di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Data Profil Kesehatan Kota Pasuruan 44

PUS tahun 2015; 2014; 2013; 2012; 2011 secara berturut-turut adalah 36.630; 36.504; 33.499; 32.657; 32.851. Cakupan peserta KB aktif pada tahun 2015 meningkat bila dibandingkan dengan capaian tahun 2014 tetapi masih lebih rendah dibanding 2011 s/d 2013. Apabila dibandingkan dengan target SPM nasional maka capaian 2015 masih belum memenuhi target 70%, sedangkan bila dibandingkan dengan target Jawa Timur maka capaian 2015 sudah memenuhi target 67% (lampiran data profil kesehatan tabel 36) sebagaimana tersaji pada gambar 4.14. Gambar 4.14 Cakupan Peserta KB Aktif Dibanding Target SPM Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Cakupan (%) 87.99 88 70.05 68 69.6 Target nas (%) 70 70 70 70 70 Target Jatim (%) 70 70 70 65 67 Sumber: Data Seksi Kesga Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 IV.1.2.2 PESERTA KB BARU Peserta KB baru adalah pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi dan termasuk mereka yang pasca keguguran, sesudah melahirkan atau pasca istirahat. Pada tahun 2015, jumlah peserta KB baru sebanyak 2.581 PUS. Apabila dilihat menurut jenis penggunaan kontrasepsi baik MKJP maupun non MKJP pada peserta KB baru paling banyak menggunakan jenis KB Suntik, Pil & Implant (lampiran data profil kesehatan tabel 35). Profil Kesehatan Kota Pasuruan 45

Gambar 4.15 Persentase Penggunaan Kontrasepsi Jenis MKJP dan Non MKJP pada Peserta KB Baru di Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 60 50 40 30 20 10 0 IUD MOP/MOW Implant Suntik Pil Kondom Th. 2010 11.4 1.1 18.9 57.9 8.3 2.4 Th. 2011 10.7 5.3 21.4 48.6 11.3 2.7 Th. 2012 9.9 2.8 19.7 49.9 13 4.8 Th. 2013 7.31 1.54 19.6 49.33 19.6 2.61 Th. 2014 5.2 3.4 17.9 48 19.6 5.7 Th. 2015 4.3 1.1 12.8 54.6 19.9 7.4 Sumber: Data Seksi Kesga Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 IV.1.3 PENJARINGAN KESEHATAN KELAS 1 SD DAN SEDERAJAT Definisi operasional cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat berdasarkan lampiran Kepmenkes RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008 adalah cakupan siswa SD dan setingkat kelas 1 yang diperiksa kesehatannya oleh tenaga kesehatan dan tenaga terlatih (guru UKS/dokter kecil) melalui penjaringan kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Yang dimaksud penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah pemeriksaan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan murid kelas 1 SD dan MI yang dilaksankaan oleh tenaga kesehatan bersama guru UKS dan dokter kecil setahun sekali. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat di Kota Pasuruan pada tahun 2015 sebanyak 4.124 dari 4.124 siswa SD dan setingkat yang terdaftar (100%). Bila dibandingkan dengan target SPM sebesar 100% maka angka ini sudah memenuhi target SPM (lampiran data profil kesehatan tabel 49). Profil Kesehatan Kota Pasuruan 46

Gambar 4.16 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD Dan Setingkat Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 101 100 99 98 97 96 95 94 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Capaian (%) 96.2 98.4 100 100 100 Target (%) 100 100 100 100 100 Sumber: Data Seksi Kesga Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Untuk kesinambungan dan peningkatan capaian program di masa yang akan datang, sosialisasi dan penyuluhan kepada siswa untuk meningkatkan PHBS terus dilakukan diantaranya melalui kegiatan UKS serta pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat. IV.1.4 PELAYANAN IMUNISASI IV.1.4.1 KELURAHAN UCI Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) merupakan kelurahan yang jumlah bayinya berimunisasi dasar lengkap minimal 90%. Imunisasi dasar lengkap sangat penting karena mencegah bayi terserang penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Persentase kelurahan Universal Child Immunization (UCI) di Kota Pasuruan tahun 2015 adalah sebesar 91,18%. Dari 34 kelurahan di Kota Pasuruan, Kelurahan UCI sebanyak 31 Kelurahan (lampiran data profil kesehatan tabel 41) dan belum memenuhi target SPM. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka cakupan kelurahan UCI tahun 2015 semakin meningkat daripada tahun 2011, 2013 & 2014. Cakupan kelurahan UCI hanya memenuhi target SPM pada tahun 2012. Adapun cakupan kelurahan UCI dalam kurun waktu 5 tahun tersaji pada gambar 4.17 & kelurahan UCI di Kota Pasuruan tahun 2015 tersaji pada gambar 4.18. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 47

Gambar 4.17 Cakupan Kelurahan UCI Dibanding Target SPM Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 120 100 80 60 40 20 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Capaian (%) 67.65 100 82.35 88.24 91.18 Target (%) 95 95 95 95 95 Sumber : Data Seksi PencegahanPenyakitDinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Gambar 4.18 Kelurahan UCI Kota Pasuruan Tahun 2015 UCI TIDAK UCI Sumber : Data Seksi Pencegahan PenyakitDinkes Kota Pasuruan, 2015 Berdasarkan gambar 4.17 dan gambar 4.18 maka di tahun 2015 Kelurahan yang UCI sebanyak 31, sisanya 3 Kelurahan tidak UCI. Berikut ini cakupan imunisasi Profil Kesehatan Kota Pasuruan 48

Hb < 7 hari, BCG, DPT-HB3, polio 4, campak dan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Kota Pasuruan tahun 2015 (lampiran data profil kesehatan tabel 42 & 43). Gambar 4.19 Cakupan imunisasi Hb < 7 hari, BCG, DPT-HB3, Polio 4, Campak dan Imunisasi dasar lengkap pada bayi di Kota Pasuruan tahun 2015 (%) imun.dasar lengkap 97.5 Campak Polio 4 93.3 93.3 DPT-HB3 96 BCG 99.85 Hb <7 hr 95.99 90 92 94 96 98 100 Sumber : Data Seksi Pencegahan PenyakitDinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 IV.1.5 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT IV.1.5.1 RASIO TUMPATAN/PENCABUTAN GIGI TETAP Rasio tumpatan/pencabutan gigi tetap adalah perbandingan jumlah tumpatan gigi tetap dibagi jumlah pencabutan gigi tetap. Rasio tumpatan/pencabutan gigi tetap di Kota Pasuruan pada tahun 2015 sebesar 0,64 (lampiran data profil kesehatan tabel 50). Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya rasio tumpatan/pencabutan gigi pada tahun 2015 menurun. 2.5 Gambar 4.20 Rasio Tambal/Cabut Gigi Tetap dibanding Target di Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 2 2.07 1.5 1 1.4 1.39 1.2 0.5 0.64 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Sumber : Data Seksi Yankesdas Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Profil Kesehatan Kota Pasuruan 49

IV.1.5.2 SD/MI DENGAN SIKAT GIGI MASAL Persentase SD/MI dengan sikat gigi massal yang dimaksud dalam hal ini adalah persentase SD/MI dengan murid kelas I s/d VI yang telah melaksanakan paket promotif-preventif sikat gigi massal dengan pasta gigi fluor dalam pengawasan guru/tenaga kesehatan. Pada tahun 2015 di Kota Pasuruan tercatat 75 SD/MI melaksanakan sikat gigi massal dari 86 SD/MI yang ada atau pencapaian sebesar 87,21% (lampiran data profil kesehatan tabel 51). Persentase SD/MI dengan sikat gigi masal tahun 2015 menurun bila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 s/d 2014. Gambar 4.21 Persentase SD/MI dengan Sikat Gigi Masal di Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 120 100 80 60 40 20 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Capaian (%) 82 100 98.86 100 87.21 Target (%) 100 100 100 100 100 Sumber : Data Seksi Yankesdas Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 IV.1.5.3 MURID SD/MI YANG MENDAPAT PELAYANAN GIGI Persentase murid SD/MI yang mendapat pelayanan menggambarkan perbandingan jumlah murid SD/MI yang diperiksa dibandingkan dengan jumlah seluruh murid SD/MI di suatu wilayah kerja. Capaian indikator ini pada tahun 2015 di Kota Pasuruan sebesar 36,82% (dari 19.669 murid SD/MI yang ada, sebanyak 3.507 murid SD/MI mendapat pelayanan gigi) lampiran data profil kesehatan tabel 51. Pencapaian pada tahun 2015 menurun dibandingkan dengan capaian tahun 2012 s/d 2013. Adapun tren capaian murid SD/MI yang mendapat pelayanan gigi dalam 5 tahun terakhir tersaji dalam gambar 4.22. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 50

Gambar 4.22 Capaian Murid SD/MI yang Mendapat Pelayanan Gigi Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 80 70 71.78 60 50 51.14 51.12 40 30 20 10 36.7 36.82 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Sumber: Data Seksi Yankesdas Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Pemeriksaan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) adalah pemeriksaan gigi dan mulut dalam bentuk upaya promotif, preventif dan kuratif sederhana seperti pencabutan gigi sulung, pengobatan, dan penambalan sementara gigi sulung dan gigi tetap, yang dilakukan baik di sekolah maupun dirujuk ke Puskesmas minimal 2 kali dalam setahun. IV.1.5.4 MURID SD/MI YANG MENDAPAT PERAWATAN (UKGS) Presentase murid SD/MI yang mendapat perawatan UKGS adalah perbandingan antara jumlah murid SD yang mendapat perawatan dari hasil pemeriksaan UKGS dengan jumlah murid SD yang dinyatakan memerlukan perawatan. Pada tahun 2015 dari 2.416 murid SD/MI mendapat pelayanan gigi dan atau diperiksa UKGS yang memerlukan perawatan sebesar 1.716 murid SD/MI sehingga persentase murid SD/MI yang mendapat perawatan UKGS di Kota Pasuruan pada tahun 2015 menurut sebesar 71,03%. Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, cakupan murid SD/MI yang mendapatkan perawatan/ukgs tahun 2015 meningkat (lampiran data profil kesehatan tabel 51). Profil Kesehatan Kota Pasuruan 51

Gambar 4.23 Cakupan Murid SD/MI Yang Mendapat Perawatan/UKGS Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 80 70 64.79 71.03 60 54 50 40 30 20 10 38.7 33.24 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Sumber: Data Seksi YankesdasDinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Angka tersebut diperoleh dari kontribusi murid SD/MI yang mendapatkan perawatan yang diperlukan sesuai indikasi di Puskesmas. Sisanya yang tidak terekam bisa saja mendapat pelayanan dari sektor swasta yang sampai saat ini datanya belum direkam oleh Dinas Kesehatan. IV.2 PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN KHUSUS IV.2.1 PELAYANAN KESEHATAN LANSIA Yang dimaksud lansia (lanjut usia) adalah orang yang berumur lebih dari atau sama dengan 60 tahun. Dari 15.522 usila yang ada di Kota Pasuruan pada tahun 2015, tercatat 6.524 diantaranya mendapatkan pelayanan kesehatan (cakupan sebesar 42,03%) seperti tampak pada lampiran data profil kesehatan tabel 52. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (tahun 2014 sebesar 17,49%), maka cakupan lansia yang mendapatkan pelayanan kesehatan tahun 2015 meningkat. IV.2.2 SARANA KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWATDARURAT LEVEL 1 Indikator kinerja pelayanan gawat darurat dinilai dari adanya sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang memiliki Dokter Umum on site (berada di tempat) 24 jam dengan kualifikasi GELS (General Emergency Life Support) dan/atau ATLS (Advance Trauma Life Support) + ACLS (Advance Cardiac Life Support) serta memiliki alat transportasi dan komunikasi. Capaian indikator tersebut sudah mencapai 100% dan telah memenuhi target 100% (lampiran data profil Profil Kesehatan Kota Pasuruan 52

kesehatan tabel 52). Rumah sakit di Kota Pasuruan yakni RSUD dr.r.soedarsono merupakan rumah sakit dengan kelas C. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 856/MENKES/SK/IX/2009 gawat darurat level I sebagai standart minimal untuk rumah sakit kelas D. IV.3 KETERSEDIAAN OBAT & VAKSIN Tingkat ketersediaan obat & vaksin diukur dari ketersediaan 144 item obat & vaksin. Item obat & vaksin tersebut yang diperkirakan bisa mewakili, yang merupakan obat emergency, fast moving, penunjang utama dan life saving serta yang wajib tersedia untuk beberapa penyakit menular. Yang dimaksud dengan kebutuhan adalah jumlah kebutuhan item obat yang didapat dengan menghitung jumlah pemakaian rata-rata per bulan jenis obat tertentu pada tahun sebelumnya dikali 18, sedangkan total penggunaan adalah total penggunaan obat dan vaksin yang didapat dengan jumlah penggunaan kumulatif setiap periode pelaporan total stok obat dan vaksin yang dihitung pada akhir bulan per periode pelaporan. Sisa stok adalah total stok obat dan vaksin yang dihitung pada akhir bulan per periode pelaporan. Yang dimaksud 18 bulan, yaitu stok obat yang dianggap aman ketika dapat memenuhi kebutuhan selama 18 bulan. Adapun data ketersediaan obat & vaksin di Kota Pasuruan tahun 2015 tersaji pada lampiran data profil kesehatan tabel 66. IV.4 KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) Definisi operasional cakupan Kelurahan yang mengalami KLB yang ditangani <24 jam berdasarkan lampiran Kepmenkes RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008 adalah kelurahan mengalami KLB yang ditangani <24 jam oleh Kab/Kota terhadap KLB periode/kurun waktu tertentu. Kelurahan mengalami KLB bila terjadi peningkatan kesakitan atau kematian penyakit potensial KLB, penyakit karantina atau keracunan makanan. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 53

Gambar 4.24 Cakupan Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam dibanding target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 120 100 80 60 40 20 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Cakupan (%) 100 100 100 100 100 Target (%) 100 100 100 100 100 Sumber: Data Seksi Pencegahan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan, 2011-2015 Cakupan Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam tahun 2011 sebesar 100% (3 kelurahan), tahun 2012 sebesar 100% (5 kelurahan), tahun 2013 sebesar 100% (4 kelurahan), tahun 2014 sebesar 100% (4 kelurahan) dan tahun 2015 sebesar 100% (4 kelurahan). Semuanya telah memenuhi target SPM. Tabel 4.1 Kelurahan dengan KLB di Kota Pasuruan tahun 2011 s/d 2015 Tahun Jenis KLB Kelurahan 2011 Difteri Blandongan dan Trajeng AFP Karanganyar 2012 Difteri Kepel, Bugullor dan Trajeng AFP Kebonagung dan Gadingrejo 2013 Difteri Blandongan dan Bugulkidul AFP Kebonsari dan Bakalan 2014 AFP Purworejo Campak Trajeng, Pohjentrek dan Ngemplakrejo Keracunan makanan Bugulkidul 2015 AFP Karanganyar Difteri Purworejo Tetanus neonatorium Gadingrejo Sumber: Data Seksi Cegahkit P2PKL Dinkes Kota Pasuruan 2011 s/d 2015 Pada tahun 2015, kelurahan dengan KLB di Kota Pasuruan sebanyak 4 kelurahan, dengan 4 jenis KLB yang berbeda. KLB AFP terjadi pada bulan Juni 2015 di Kelurahan Karanganyar sebanyak 1 kasus dengan rentang usia penderita 1-4 tahun. Jumlah penduduk yang terancam sebanyak 9.656 orang, sehingga attack rate KLB AFP sebesar 0,01% dan CFR sebesar 0%. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 54

Pada tahun 2015, juga terjadi KLB difteri di kelurahan Purworejo pada bulan November 2015 sebanyak 1 kasus. Jumlah penduduk yang terancam sebanyak 12.070 orang, sehingga attack rate KLB difteri sebesar 0,01% dan CFR sebesar 0%. KLB keracunan makanan juga terjadi pada bulan Agustus 2015 di Kelurahan Bugulkidul sebanyak 12 kasus. Jumlah penduduk yang terancam sebayak 9.009 orang, sehingga attack rate sebesar 0,13% dan CFR sebesar 0%. Selain itu KLB tetanus neonatorium terjadi pada bulan Mei 2015 di kelurahan Gadingrejo, sebanyak 1 kasus. Jumlah penduduk yang terancam sebanyak 10.774 orang, sehingga attack rate sebesar 0,01% dan CFR sebanyak 100% (lampiran data profil kesehatan tabel 27 & 28). Gambar 4.25 Distribusi kejadian Luar Biasa (KLB) Kota Pasuruan Tahun 2015 Tetanus neonatorium Keracunan makanan AFP Difteri Sumber : Data Seksi Pencegahan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan, 2015 Capaian sebesar 100% seperti pada tahun-tahun sebelumnya dikarenakan adanya komitmen kuat Dinas Kesehatan dan jaringannya dalam memberikan mutu pelayanan kesehatan yang baik kepada masyarakat terbukti dengan adanya 8 Puskesmas, 28 Puskesmas Pembantu, 285 posyandu dan 34 kelurahan siaga yang tersebar di setiap kelurahan yang ada di Kota Pasuruan sehingga mampu melaksanakan penyelidikan epidemiologi < 24 jam dan penanganan sesuai prosedur pada kelurahan dengan KLB. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 55

IV.5 PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT IV.5.1 BAYI DAN ANAK BALITA MENDAPAT KAPSUL VIT A Pada tahun 2015 cakupan bayi (6-11 bulan) mendapat vitamin A sebesar 99,62% atau sebanyak 3.390 bayi mendapat vitamin A dari proyeksi sasaran 3.403 bayi di Kota Pasuruan, sedangkan cakupan anak balita yang mendapat vitamin A 2 kali di Kota Pasuruan sebesar 94,87% (12.753 balita dari jumlah proyeksi anak balita 1-4 tahun sebanyak 13.443) lampiran data profil kesehatan tabel 44. Adapun tren pemberian kapsul vitamin A pada bayi dan anak balita dari tahun 2011 s/d 2015 sebagai berikut: Gambar 4.26 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 120 100 80 60 40 20 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Vit A bayi(%) 88.2 106.53 105.01 105.9 99.62 Vit A anak balita(%) 70.87 90.93 92.86 98.32 94.87 Target (%) 85 85 85 85 85 Sumber: Data Seksi Gizi Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Berdasarkan gambar 4.26 maka dapat diperoleh informasi bahwa 1. Cakupan Pemberian vitamin A pada bayi (usia <1 tahun) tahun 2015 sebesar 99,62%; 2. Cakupan pemberian vitamin A pada bayi (usia < 1 tahun) mulai tahun 2011 s/d 2015 sudah memenuhi target 85%; 3. Cakupan pemberian vitamin A pada anak balita (usia 1-4 tahun) tahun 2015 sebesar 94,87%; 4. Cakupan pemberian vitamin A pada anak balita (usia 1-4 tahun) mulai tahun 2012 s/d 2015 sudah memenuhi target 85%, sedangkan pada tahun 2011 masih belum memenuhi target 85%. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 56

Pemberian vitamin A pada bayi dan anak balita balita dilakukan secara serentak pada bulan Februari dan Agustus setiap tahun. Untuk kemajuan program di masa yang akan datang dan pencapaian indikator yang lebih baik, Dinas Kesehatan dan jaringannya akan terus berupaya meningkatkan pemberdayaan masyarakat terutama di posyandu-posyandu se-kota Pasuruan dan kelurahan siaga aktif dalam pelaksanaan program perbaikan gizi. IV.5.2 BAYI DIBERI ASI EKSLUSIF ASI ekslusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi usia 0-6 bulan tanpa didampingi makanan atau minuman lain kecuali yang termasuk obat. Bayi yang diberi ASI eksklusif menunjukkan bahwa pertumbuhan dan kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak menerapkan ASI ekslusif. Terlalu dini memberikan makanan selain ASI menyebabkan anak mudah terkena diare dan ISPA. Petugas Puskesmas memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada ibu bayi agar memberikan ASIeksklusif. Keberhasilan penyuluhan perilaku sehat juga dapat dilihat dari persentase bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Pada tahun 2015, dari total 2.689 bayi yang terpantau dan terdistribusi di 8 wilayah kerja Puskesmas sebanyak 60,43% mendapat ASI eksklusif (1.625 bayi) lampiran data profil kesehatan tabel 39. Adapun tren cakupan ASI ekslusif bagi bayi tersaji dalam gambar dibawah ini. Gambar 4.27 Cakupan Pemberian ASI Ekslusif Dibanding Target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 80 80 80 80 80 63.81 66.8 60.43 43.62 37 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Cakupan (%) Target (%) Sumber: Data Seksi Gizi Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Pada tahun 2015, cakupan bayi yang diberi ASI Ekslusif sebesar 60,43%. Capaian tahun 2015 menurun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tetapi cakupan pemberian ASI ekslusif ini masih dibawah target sebesar 80%. Rendahnya Profil Kesehatan Kota Pasuruan 57

capaian ini dikarenakan banyak kendala yang dihadapi pada orang tua antara lain ASI tidak segera keluar, tidak IMD saat melahirkan, ibu bekerja, tidak percaya manfaat ASI, larangan orang tua dan lain-lain. Oleh karena itu, penyuluhan yang lebih intensif disertai bukti riil dan penjelasan keilmuan yang mudah dicerna oleh ibu atau keluarga dengan bayi harus terus dilakukan. Untuk meningkatkan capaian ini beberapa upaya yang diperlukan antara lain: a. Melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) pada ibu melahirkan oleh bidan penolong persalinan; b. Pelatihan konselor ASI; c. Mengoptimalkan kelas ibu hamil. IV.5.3 MP ASI ANAK USIA 6-23 BULAN GAKIN MP-ASI adalah Makanan Pendamping Air Susu Ibu anak usia 6-23 bulan dari keluarga miskin dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh Pemerintah setempat dan diberikan selama 90 hari. MP-ASI bisa berupa makanan pabrikan (bubuk instan) untuk bayi usia 6 11 bulan dan biskuit untuk anak usia 12 23 bulan. Cakupan MP- ASI anak usia 6-23 bulan keluarga miskin tahun 2015 Kota Pasuruan sebesar 100%. Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya pencapaian pemberian MP ASI anak usia 6-23 bulan Gakin sudah 100%, artinya semua anak usia 6-23 bulan dari keluarga miskin sudah mendapatkan MP ASI selama 90 hari. Berikut ini cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan dibanding target di Kota Pasuruan tahun 2011 s/d 2015. Gambar 4.28 Cakupan pemberian Makanan Pendamping ASI pada anak usia 6-24 bln dibanding target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 120 100 80 60 40 20 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Cakupan (%) 100 100 100 100 100 Target (%) 100 100 100 100 100 Sumber : Data Seksi Gizi Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Profil Kesehatan Kota Pasuruan 58

Pada tahun 2015, yang diberikan MP ASI usia 6-24 bulan ada 332 anak dari keluarga miskin. Dari penanganan tersebut 62 anak berhasil sembuh (18,7%); 85 anak membaik (25,6%) dan 185 anak lainnya keadaannya tetap (55,7%). IV.5.4 BALITA DITIMBANG DAN BGM Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan anak. Oleh karena itu harus dilaksanakan secara rutin setiap bulan. Semakin tinggi anak yang dipantau menunjukkan partisipasi masyarakat semakin baik. Namun yang lebih penting pemantauan pertumbuhan ini adalah pemahaman orang tua terhadap hasil penimbangan anak dan kesadaran untuk selalu menjaga status gizi anak dalam keadaan baik (daerah pita hijau pada KMS). Berikut ini adalah hasil SKDN berdasarkan wilayah kerja Puskesmas tahun 2015. Tabel 4.2 Persentase K/S; D/S & N/D Balita Kota Pasuruan tahun 2015 No Puskesmas % SKDN K/S D/S N/D 1 Gadingrejo 97,5 94,0 89,6 2 Karangketug 98,2 96,7 71,1 3 Kebonagung 93,4 81,4 82,6 4 Sekargadung 109,3 98,6 82,5 5 Bugulkidul 92,9 75,9 59,8 6 Kandangsapi 86,8 88,7 70,9 7 Kebonsari 101,3 82,9 82,2 8 Trajeng 91,0 83,8 69,0 Total 96,0 87,39 76,1 Sumber: Laporan tahunan Gizi Dinkes Kota Pasuruan tahun 2015 Berdasarkan tabel diatas maka dapat diperoleh informasi antara lain 1. Persentase balita K/S (yang memiliki KMS) Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 96%, belum memenuhi target 100%. Puskesmas dengan persentase balita K/S yang telah memenuhi target yakni di Puskesmas Sekargadung dan Puskesmas Kebonsari 2. Persentase balita D/S (yang ditimbang) Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 87,39%, telah memenuhi target 85%. Hampir semua Puskesmas persentase balita D/S-nya telah memenuhi target, hanya Puskesmas Bugulkidul yang masih belum memenuhi target 3. Persentase balita N/D (yang naik berat badannya) Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 76,1%, belum memenuhi target 80%. Puskesmas dengan persentase Profil Kesehatan Kota Pasuruan 59

balita K/S yang telah memenuhi target yakni di Puskesmas Gadingrejo, Puskesmas Kebonagung, Puskesmas Sekargadung dan Puskesmas Kebonsari. Jumlah balita (0-59 bulan) di Kota Pasuruan pada tahun 2015 adalah 16.846 dan yang ditimbang sebesar 87,39% atau sebesar 14.722 balita (lampiran data profil kesehatan tabel 47). Angka ini relatif tetap dibanding tahun 2014 (Gambar 4.29). Apabila dibandingkan dengan target D/S maka pada tahun 2013, 2014 & 2015 persentase balita yang ditimbang telah memenuhi target. Gambar 4.29 Persentase balita ditimbang (D/S) dibanding target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Th. 2011 Th.2012 Th.2013 th.2014 th.2015 D/S 69.9 82.78 86.9 87.9 87.39 Target 85 85 85 85 85 Sumber: Seksi Gizi Dinkes Kota Pasuruan tahun 2011 s/d 2015 Gambar 4.30 Persentase Balita Naik berat badannya (N/D) Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Th. 2011 Th.2012 Th.2013 Th.2014 Th.2015 N/D 51.8 62.9 66.8 76.4 76.1 Target 80 80 80 80 80 Sumber: Seksi Gizi Dinkes Kota Pasuruan tahun 2011 s/d 2015 Profil Kesehatan Kota Pasuruan 60

Jumlah balita (0-59 bulan) di Kota Pasuruan pada tahun 2015 yang naik berat badannya sebesar 76,1% atau sebesar 9.536 balita. Angka ini relatif tetap dibanding capaian di tahun 2014, namun masih belum memenuhi target sebesar 80%. Rendahnya N/D menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan anak (tingkat kesehatan anak) masih belum menggembirakan, masih banyak balita yang tingkat asupan gizinya masih kurang dari standart atau masih sering terkena infeksi seperti ISPA dan diare. Untuk menanggulanginya diperlukan kerjasama lintas program melalui kegiatan pembinaan pemberdayaan keluarga dan masyarakat melalui penyuluhan danpendampingan yang dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan. Gambar 4.31 Persentase Balita BGM (Bawah Garis Merah) Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 3.5 3 3.1 2.5 2 1.5 1 1.58 1.62 1.4 1.22 0.5 0 Th. 2011 Th.2012 Th.2013 Th.2014 Th.2015 Sumber: Seksi Gizi Dinkes Kota Pasuruan tahun 2011 s/d 2015 Berdasakan gambar 4.31 maka jumlah balita BGM sebanyak 179 orang dari balita yang ditimbang sebanyak 14.722 orang sehingga persentase balita BGM tahun 2015 sebesar 1,22%. Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, maka capaian pada tahun 2015 ini semakin menurun. Penurunan ini bisa menjadi indikator peningkatan status gizi balita di Kota Pasuruan. IV.5.5 BALITA GIZI BURUK MENDAPAT PERAWATAN Adapun definisi operasional cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan berdasarkan lampiran Kepmenkes RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008 adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Yang dimaksud gizi buruk adalah status gizi menurut BB/TB dengan Z-score <-3 dan atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwansiorkor). Profil Kesehatan Kota Pasuruan 61

Yang dimaksud balita gizi buruk mendapat perawatan dalam hal ini adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Kasus balita gizi buruk di Kota Pasuruan pada tahun 2015 sebanyak 38 balita. Dari jumlah tersebut, seluruhnya (100%) sudah mendapatkan perawatan dari Puskesmas (lampiran data profil kesehatan tabel 48) sehingga sudah memenuhi target SPM sebesar 100%. Pencapaian ini sama dengan tahun sebelumnya dimana balita gizi buruk harus tertangani seluruhnya dan mendapat perawatan. Grafik 4.32 Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan dibanding target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 120 100 80 60 40 20 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Cakupan (%) 100 100 100 100 100 Target (%) 100 100 100 100 100 Sumber : Data Seksi Gizi Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Gambar 4.33 Jumlah Balita Gizi Buruk Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 90 80 70 79 65 64 60 50 40 30 20 10 46 38 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Sumber : Data Seksi Gizi Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Profil Kesehatan Kota Pasuruan 62

Balita gizi buruk yang ditemukan pada tahun 2015 sebanyak 38 orang, jumlahnya menurun bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Balita gizi buruk dirawat inap di rumah gizi kelurahan Gadingrejo. Dari hasil penanganan tersebut, sembuh sebanyak 21 orang (55,26%); meninggal sebanyak 5 orang (13,16%); drop out sebanyak 2 orang (5,26%) dan belum sembuh sebanyak 10 orang (26,32%) Pemberian suplemen gizi mikro dan pendampingan secara kontinyu dapat meningkatkan keberhasilan dalam penanganan balita gizi buruk. Dinas Kesehatan dan jaringannya berupaya mengoptimalkan perencanaan, pelaksanaan maupun monitoring serta evaluasi kegiatan dalam program perbaikan gizi buruk sesuai standar. Manajemen pelayanan gizi, pemberdayaan masyarakat, kerja sama lintas program dan lintas sektor mendukung keberhasilan ini dan akan terus ditingkatkan pada tahun-tahun berikutnya. IV.6 PERILAKU MASYARAKAT (RUMAH TANGGA BER-PHBS) Rumah tangga ber-perilaku Hidup Bersih dan Sehat (ber-phbs) adalah rumah tangga yang seluruh anggotanya berperilaku hidup bersih dan sehat dalam kurun waktu tertentu yang meliputi 10 indikator, yakni : a. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan; b. Bayi diberi asi eksklusif; c. Menimbang bayi atau balita; d. Menggunakan air bersih; e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun; f. Menggunakan jamban sehat; g. Memberantas jentik dirumah; h. Makan sayur dan buah setiap hari; i. Melakukan aktifitas fisik; j. Tidak merokok di dalam rumah. Pada tahun 2015, berdasarkan pemantauan (survei) PHBS maka didapatkan informasi bahwa 4.299 rumah tangga ber-phbs dari 11.532 rumah tangga dipantau atau sebesar 37,28% (lampiran data profil kesehatan tabel 57). Adapun tren persentase rumah sehat di Kota Pasuruan dalam kurun waktu 2011 s/d 2015 tersaji dalam gambar 4.34. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 63

Gambar 4.34 Persentase Rumah ber-phbs dibanding target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 80 70 60 50 40 30 70 70 65 65 65 38.52 39.65 40.76 37.28 33.4 20 10 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Sumber: Data Promkes Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Berdasarkan gambar diatas maka persentase rumah tangga ber-phbs di Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 37,28% (masih belum memenuhi target). Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2014), maka capaian tahun 2015 menurun 3,4%. Untuk kemajuan dan keberhasilan pencapaian program di masa yang akan datang maka Dinas Kesehatan dan jaringannya akan terus mengoptimalkan secara berkelanjutan kegiatan yang berdampak baik langsung ataupun tidak langsung pada PHBS tentunya dengan dukungan lintas program dan lintas sektor terkait utamanya kebijakan pengambil keputusan di Kota Pasuruan. IV. 7 JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) BPJS Kesehatan dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah (Permenkes No 71 Tahun 2013). JKN yang merupakan bagian dari SJSN ini, diselenggarakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) dengan tujuan agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya (Kemenkes,2014). Berikut ini fasilitas kesehatan tingkat pertama di Kota Pasuruan (Tabel 4.3). Profil Kesehatan Kota Pasuruan 64

Tabel 4.3 FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) BPJS Kota Pasuruan tahun 2015 FKTP FKTP di Kota Pasuruan FKTP bekerjasama dengan BPJS Puskesmas 8 8 Klinik Pratama a.klinik TNI b.klinik POLRI c.klinik swasta 2 1 7 2 1 2 dokter umum 28 5 dokter gigi 22 1 Sumber: Data Seksi Yankessus Dinkes Kota Pasuruan, 2015 Peserta JKN yang terdaftar sebagai peserta di FKTP milik Pemerintah Kota Pasuruan 2015 (lampiran data profil kesehatan tabel 53) meliputi: 1. Penerima Bantuan Iuran (PBI) Kesehatan Peserta PBI adalah masyarakat miskin yang memiliki kartu Jamkesmas dan kartu Indonesia Sehat sebanyak 55.268 orang (28,37%) 2. Non PBI Kesehatan Peserta non PBI Kesehatan terdiri dari: a) Pekerja penerima upah (PPU) yang terdiri dari PNS, TNI/Polri, Pengawai Pemerintah non PNS, Pegawai Swasta/BUMN/BUMD, pengawai swasta sebanyak 82.086 orang (42,14%) b) Pekerja bukan penerima upah (PBPU/Mandiri) yang terdiri dari pekerja mandiri, penerima pensiun EKA PNS, Veteran, Perintis Kemerdekaan dan Penerima Pensiunan Swasta sebanyak 13.551 orang (6,96%) Tabel 4.4 Peserta JKN di FKTP milik Pemerintah Kota Pasuruan per Desember 2015 No Puskesmas PBI Non PBI 1 Puskesmas Bugulkidul 7.374 6.374 2 Puskesmas Kandangsapi 6.816 3.617 3 Puskesmas Kebonagung 6.376 7.762 4 Puskesmas Trajeng 10.125 1.487 5 Puskesmas Gadingrejo 7.344 3.313 6 Puskesmas Karangketug 6.105 2.333 7 Puskesmas Sekargadung 6.681 2.693 8 Puksesmas Kebonsari 4.379 1.486 Sumber: Data BPJS Kesehatan KC. Pasuruan 2015 Profil Kesehatan Kota Pasuruan 65

IV.8 AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN IV.8.1 CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN PENDUDUK Penyelenggaraan pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan dapat dilihat dari indikator cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan penduduk. Dari total 194.815 jiwa penduduk Kota Pasuruan tahun 2015 (data proyeksi sasaran program pembangunan) sebanyak 154.411 penduduk (79,26%) telah memiliki jaminan kesehatan penduduk Kota Pasuruan. Jaminan kesehatan penduduk Kota Pasuruan 2015 meliputi jaminan kesehatan nasional (JKN) dan Jamkesda. Untuk jaminan kesehatan penduduk yang tercover dengan asuransi swasta dan asuransi perusahaan non JAMSOSTEK masih belum terdata karena keterbatasan akses. Kepersertaan JKN dibagi dalam kategori PBI (Penerima bantuan iuran), PPU (Pekerja Penerima Upah), PBPU (Pekerja Bukan Penerima Upah) dan BP (Bukan Pekerja) lampiran data profil kesehatan tabel 53. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (tahun 2014 sebesar 41,83%), maka cakupan jaminan kesehatan penduduk di Kota Pasuruan tahun 2015 meningkat. Gambar 4.35 Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 90 80 79.26 70 60 50 40 30 27.7 34.06 45.19 41.83 20 10 0 Th.2011 Th.2012 Th.2013 Th.2014 Th.2015 Sumber : Seksi Yankessus Dinkes & BPJS Kesehatan KC Pasuruan, 2011 s/d 2015 IV.8.2 CAKUPAN RAWAT JALAN (BARU) Kunjungan rawat jalan diartikan sebagai pelayanan keperawatan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik tanpa tinggal di ruang rawat inap pada sarana kesehatan. Selanjutnya yang disebut cakupan rawat jalan dalam hal ini adalah cakupan kunjungan rawat jalan baru di sarana kesehatan Pemerintah dan swasta di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 66

Cakupan rawat jalan baru di Kota Pasuruan tahun 2015 sebanyak 103.098 kunjungan dari 194.815 penduduk atau sebesar 52,9% (lampiran data Profil Kesehatan tabel 54). Bila dibandingkan dengan cakupan rawat jalan baru tahun sebelumnya (tahun 2014 sebesar 55,8%), maka cakupan rawat jalan tahun 2015 menurun 3%. Jumlah kunjungan baru di Puskesmas Kota Pasuruan tahun 2015 sebanyak 35.615 kunjungan sedangkan di RS.dr.R.Soedarsono sebanyak 67.483 kunjungan. IV.8.3 CAKUPAN RAWAT INAP Kunjungan rawat inap diartikan sebagai pelayanan keperawatan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik dan tinggal di ruang rawat inap pada sarana kesehatan. Sedangkan cakupan rawat inap berarti cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana pelayanan kesehatan swasta dan Pemerintah di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Jumlah kunjungan rawat inap yang terekam oleh Kota Pasuruan tahun 2015 adalah kunjungan rawat inap di rumah sakit daerah. Semua Puskesmas yang ada di Kota Pasuruan sampai dengan akhir tahun 2015 belum memberikan pelayanan rawat inap karena merupakan Puskesmas non perawatan. Pencapaian cakupan rawat inap (baru) di RSUD dr.r.soedarsono pada tahun 2015 sebesar 8,2% (15.939 kunjungan rawat inap dari total 194.815 penduduk) lampiran data profil kesehatan tabel 54. Adapun tren cakupan rawat inap dalam kurun waktu 2011 s/d 2015 tersaji dalam gambar 4.36. Gambar 4.36 Cakupan Rawat Inap RS.dr.R Soedarsono Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 9 8 7 7.8 6.64 8.4 8.2 8.2 6 5 4 3 2 1 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Sumber : Data RSUD Dr. R. Soedarsono Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Profil Kesehatan Kota Pasuruan 67

Berdasarkan gambar 4.36 maka dapat diperoleh informasi bahwa cakupan kunjungan rawat inap RS.dr.R.Soedarsono di Kota Pasuruan sebesar 8,2%. Hal ini mengindikasikan bahwa 8,2% penduduk Kota Pasuruan menjalani rawat inap baru di RSUD dr.r.soedarsono. Pada tahun 2015, cakupan rawat inap baru relatif tetap bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. IV.8.4 KUNJUNGAN JIWA Kunjungan jiwa adalah kunjungan pasien yang mengalami gangguan kejiwaan, yang meliputi gangguan pada perasaan, proses pikir dan perilaku yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya. Pada tahun 2015, jumlah kunjungan jiwa sebanyak 5.289 kunjungan (lampiran data profil kesehatan tabel 54). Adapun jumlah kunjungan jiwa berdasarkan Puskesmas tersaji di gambar berikut. Gambar 4.37 Kunjungan Jiwa di Puskesmas Kota Pasuruan Tahun 2015 Puskesmas Kebonsari 522 Puskesmas Trajeng 221 Puskesmas Kandangsapi 736 Puskesmas Bugulkidul Puskesmas Sekargadung 851 836 Puskesmas Kebonagung 503 Puskesmas Karangketug 390 Puskesmas Gadingrejo 1,230 0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 Sumber : Data Seksi Yankessus Dinkes Kota Pasuruan, 2015 IV.8.5 INDIKATOR KINERJA PELAYANAN RS Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap (lampiran data profil kesehatan tabel 55 & 56). Di Kota Pasuruan, hanya ada 1 RS yakni RSUD dr.r.soedarsono. Adapun indikator kinerja pelayanan RS antara lain: 1. BOR (Bed Occupancy Ratio) yakni pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Di Kota Pasuruan angka BOR tahun 2015 sebesar Profil Kesehatan Kota Pasuruan 68

70,78%, meningkat dibandingkan tahun sebelunnya (tahun 2014 sebesar 64,06%, tahun 2013 sebesar 56,3%). Nilai parameter BOR ideal yakni 60-85% (Depkes RI, 2005). 2. TOI (Turn Over Interval) yakni rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Di Kota Pasuruan nilai TOI tahun 2013 s/d 2015 sebanyak 2 hari. 3. ALOS (Average Length of Stay) yakni rata-rata lama rawat inap seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga memberikan gambaran mutu pelayanan. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 4-9 hari. Untuk Kota Pasuruan nilai ALOS tahun 2013 s/d 2015 sebanyak 4 hari. 4. BTO (Bed Turn Over) yakni frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Untuk Kota Pasuruan nilai BTO tahun 2015 sebanyak 65 kali, sedangkan untuk tahun 2014 sebanyak 60 kali. 5. NDR (Net Death Rate) yakni angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiaptiap 1.000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Angka NDR tahun 2015 sebesar 12 per 1.000 penderita keluar. Hal ini mengindikasikan bahwa per 1.000 pasien keluar ada 12 kasus kematian setelah di rawat di RS selama 48 jam. NDR tahun 2015 menurun dibandingkan NDR tahun sebelumnya (tahun 2014 sebanyak 20 kasus per 1.000 penderita keluar, tahun 2013 sebanyak 28 kasus per 1.000 penderita keluar). 6. GDR (Gross Death Rate) yakni angka kematian umum untuk setiap 1.000 penderita keluar. Angka GDR tahun 2015 sebesar 31 per 1.000 penderita keluar. Hal ini mengindikasikan bahwa per 1.000 pasien keluar ada 31 kasus kematian pada pasien. GDR tahun 2015 menurun dibandingkan GDR tahun sebelumnya. (tahun 2014 sebanyak 43 kasus, tahun 2013 sebanyak 46 kasus). IV.9 PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR IV.9.1 RUMAH SEHAT Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga. Rumah dikategorikan sehat jika memenuhi syarat kesehatan yaitu memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, pembuangan air limbah, ventilasi baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 69

Jumlah rumah sehat di Kota Pasuruan tahun 2015 sebanyak 29.971 rumah (66,43%). Capaian pada tahun 2015 meningkat 2,43% bila dibandingkan dengan tahun 2014. Persentase rumah sehat tahun 2011 s/d 2015 belum memenuhi target 70%. Adapun tren/fluktuasi persentase rumah tangga sehat dalam kurun waktu 5 tahun dibanding target provinsi tersaji dalam gambar 4.38. Gambar 4.38 Persentase Rumah Sehat dibanding Target Provinsi Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 72 70 68 66 64 62 60 58 56 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Capaian (%) 68.4 61.67 64.64 64 66.43 Target nas (%) 70 70 70 70 70 Sumber: Data Kesehatan Lingkungan Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Capaian rumah sehat masih harus ditindaklanjuti dengan upaya pembinaan yang lebih intensif kepada masyarakat agar memperhatikan kesehatan rumahnya karena rumah yang sehat dan nyaman akanberdampak bagi penghuninya dalam meningkatkan produktivitasnya. Selain PHBS sebagai kunci pemberdayaan masyarakat, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) juga merupakan pendekatan terbaru dalam upaya pemberdayaan masyarakat yang berfungsi untuk menekan angka kesakitan akibat penyakit berbasis lingkungan. STBM mempunyai 5 pilar yakni: 1. Bebas Buang Air Besar Sembarangan atau Open Defecation Free (ODF); 2. Cuci Tangan dengan Sabun; 3. Pengelolaan Air Minum; 4. Pengelolaan Air Limbah dan 5. Pengelolaan Sampah. Apabila STBM diterapkan dalam sebuah rumah, maka akan didapatkan gambaran sebuah rumah sehat, karena rumah sehat bukan hanya rumah yang selalu dijaga kebersihannya tetapi kondisi fisik bangunan rumah seperti luas ruangan, penerangan, ventilasinya harus memenuhi standar; juga harus mempunyai sarana sanitasi dasar. Apabila dikaji lebih lanjut, pencapaian yang lebih baik pada indikator ini membutuhkan koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait selain upaya pemberdayaan yang harus dilakukan lebih intensif. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 70

IV.9.2 RUMAH/BANGUNAN BEBAS JENTIK NYAMUK AEDES Rumah/bangunan yang diperiksa jentik nyamuk aedes berarti rumah/bangunan di suatu wilayah yang dijadikan sasaran pemeriksaan jentik berkala yang diperiksa jentik nyamuknya sesuai jadwal yang ditetapkan. Sedangkan rumah/bangunan bebas jentik aedes berarti rumah/bangunan di suatu wilayah yang dijadikan sasaran pemeriksaan jentik berkala yang diperiksa jentik nyamuknya sesuai jadwal yang ditetapkan dan dinyatakan bebas jentik nyamuk. Jumlah rumah/bangunan bebas jentik aedes selanjutnya menunjukkan Angka Bebas Jentik (ABJ). Perkembangan ABJ di Kota Pasuruan selama 5 tahun terakhir dibanding target tersaji dalam gambar dibawah ini. Gambar 4.39 ABJ (Angka Bebas Jentik) Dibanding Target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 ABJ (%) 74.79 81.82 81.41 84.64 92.2 Target (%) 95 95 95 95 95 Sumber : Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Angka bebas jentik di Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 92,2%. Angka ini meningkat bila dibandingkan dengan capaian pada tahun-tahun sebelumnya.kendati demikian, angka ini masih kurang dari target ABJ nasional yang 95%. ABJ merupakan indikator keberhasilan PSN DBD. Apabila lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi karena jentik nyamuk aedes aegypti sudah terberantas sehingga vektor penular DBD dapat diputuskan daur hidupnya. Untuk menjaga suatu daerah pemukiman aman dari ancaman penyakit DBD, maka ABJ harus dipertahankan terus sampai waktu tak tertentu. Apabila nilai ABJ kurang dari itu, berarti virus dengue masih mempunyai peluang menular. Angka kesakitan DBD di Kota Pasuruan belum dapat ditekan dan program penanggulangan DBD belum berhasil karena alasan faktual bahwa sebagian masyarakat Kota Pasuruan masih beranggapan bahwa fogging adalah upaya utama Profil Kesehatan Kota Pasuruan 71

dalam penanggulangan DBD. Fogging memang harus tetap dilakukan setiap ada kasus DBD terutama di daerah endemis seperti Kota Pasuruan. Namun yang harus tetap diingat di sini, PSN (Pemberantasan SarangNyamuk dengan 3M Plus) yang intensif didukung abatisasi dan PJB (Pemeriksaan Jentik Berkala) adalah solusi utama penanggulangan DBD terutama bila dilakukan serentak dan intensif. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan dan jaringannya akan terus berupaya meningkatkan penyuluhan, pemberdayaan masyarakat serta kerja sama lintas program dan lintas sektor untuk penanggulangan DBD agar angka kesakitan DBD dapat ditekan menjadi jauh lebih rendah. IV.9.3 PENDUDUK YANG MEMILIKI AKSES TERHADAP AIR MINUM LAYAK Berdasarkan Permenkes No. 492/MENKES/PES/IV/2010, ada empat syarat air bersih yang layak untuk dimunum antara lain syarat fisika, mirkobiologis, kimiawi dan radioaktif. Syarat fisika, yakni air minum harus tidak boleh berbau, tidak berasa, mengandung TDS500 mg/l atau total zat padat yang terlarut, berwarna maksimal 15 TCU dan suhu udara 3 derajat Celsius. Sedangkan syarat kimia adalah berkaitan dengan zat kimia yang terlarut dalam air dan tercantun dalam undang-undang. Selanjutnya syarat mikrobiologi adalah dalam 100 ml air, total koliform tinja harus nol dan bebas dari bakteri E-Coli. Terakhir syarat radioaktif yakni air minum harus bebas dari zat-zat radioaktif. Air minum yang berkualitas (layak) adalah air minum yang terlindung meliputi air ledeng (keran), keran umum, hydrant umum, terminal air, penampungan air hujan (PAH) atau mata air dan sumur terlindung, sumur bor atau sumur pompa, yang jaraknya minimal 10 meter dari pembuangan kotoran, penampungan limbah, dan pembuangan sampah. Tidak termasuk air kemasan, air dari penjual keliling, air yang dijual melalui tanki, air sumur dan mata air tidak terlindung Pada tahun 2015 di Kota Pasuruan, jumlah penduduk dengan akses air minum layak sebanyak 173.990 jiwa dari total proyeksi penduduk Kota Pasuruan sebanyak 194.815 jiwa atau sebesar 89,31%. Angka ini merupakan penjumlahan dari penduduk Kota Pasuruan dengan akses air minum yang bersumber dari sumur gali terlindung, sumur bor dengan pompa dan PDAM (lampiran data profil kesehatan tabel 59). Dari 48 penyelenggara air minum di Kota Pasuruan, semuanya telah diperiksa dan yang telah memenuhi syarat kesehatan (fisik, bakteriologi dan kimia) sebanyak 7 penyelenggara (14,58%) lampiran data profil kesehatan tabel 60. Akses air minum layak menjadi sangat penting dalam upaya penyelenggaraan kesehatan lingkungan terutama untuk mencegah penularan penyakit Profil Kesehatan Kota Pasuruan 72

yang ditularkan melalui air (water born disease). Hal tersebut menjadi sangat penting, karena masih banyak masyarakat Kota Pasuruan yang menggunakan Sumur Gali (SGL) sebagai sumber air bersih, sedangkan kondisi air SGL dan SPT harus selalu dilakukan pengawasan baik dari sisi bakteriologis ataupun kimia apabila dipakai sebagai sumber air bersih. Untuk itu, Dinas Kesehatan dan jaringannya akan lebih mengoptimalkan kegiatan pengawasan sarana Sumber Air Bersih di masyarakat baik air PDAM maupun SGL dan SPT untuk mengendalikan prevalensi penyakit yang ditularkan melalui air (water born disease). IV.9.4 PENDUDUK DENGAN AKSES SANITASI LAYAK (JAMBAN SEHAT) Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit seperti diare, typys, muntaber, disentri dan cacingan. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika. Adapun syarat jamban yang sehat sesuai kaidah-kaidah kesehatan antara lain: 1. Tidak mencemari sumber air minum; 2. Tidak berbau tinja dan bebas dari serangga maupun tikus; 3. Tidak mencemari tanah disekitarnya; 4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya; 5. Dilengkapi dengan dinding dan penutup; 6. Cukup penerangan dan sirkulasi udara; 7. Luas ruangan yang cukup; 8. Tersedia air dan alat pembersih. Pada tahun 2015, Jumlah penduduk dengan akses sanitasi layak (jamban sehat) sebanyak 141.698 jiwa dari total populasi 194.815 jiwa atau sebesar 72,73%. Penduduk di Kota Pasuruan paling banyak menggunakan jenis sarana jamban leher angsa. Jumlah sarana jamban leher angsa di Kota Pasuruan sebanyak 34.885 sarana dan 100% telah memenuhi syarat. Adapun jumlah penduduk yang menggunakan jenis sarana jamban leher angsa sebanyak 119.737 jiwa. Sedangkan untuk jenis sarana jamban komunal (suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu/bersama) di Kota Pasuruan sebanyak 42 unit dan semuanya telah memenuhi syarat. Adapun jumlah penduduk yang menggunakan jenis sarana jamban komunal sebanyak 21.961 jiwa (lampiran data profil kesehatan tabel 61). Profil Kesehatan Kota Pasuruan 73

Untuk kemajuan dan pencapaian yang lebih baik pada program di masa yang akan datang, maka Dinas Kesehatan dan jaringannya berupaya lebih meningkatkan pemeriksaan sarana sanitasi jamban, dengan melakukan optimalisasi penyuluhan, pemberdayaan masyarakat serta kerja sama lintas program dan lintas sektor terkait disertai monitoring dan evaluasi internal. Hal ini diharapkan agar semakin banyak penduduk di Kota Pasuruan yang memiliki akses terhadap jamban yang sehat. IV.9.5 KELURAHAN YANG MELAKSANAKAN STBM STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) merupakan pendekatan untuk merubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Program STBM memiliki indicator outcome yakni menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Dan untuk mencapai outcome tersebut diperkuat dengan landasan hukum Permenkes No. 3 tahun 2014 tentang sanitasi total berbasis masyarakat. STBM menekankan pada 5 pilar yakni 1. Stop buang air sembarangan (Stop BABS); 2. Cuci tangan pakai sabun (CTPS); 3. Pengelolaan air minum-makanan rumah tangga (PAMM RT); 4. Pengelolaan sampah rumah tangga (PS RT); 5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga (PLC RT). Pada tahun 2015 di Kota Pasuruan yang telah melaksanakan STBM sebanyak 34 kelurahan dari total 34 kelurahan yang ada (100%) sedangkan ada 6 kelurahan (17,65%) di Kota Pasuruan yang telah stop BAB/SBS (100% penduduk di kelurahan tersebut telah menggunakan jamban).kelurahan di Kota Pasuruan yang telah memenuhi 5 pilar STBM tersebut yakni kelurahan Kandangsapi (lampiran data profil kesehatan tabel 62). IV.9.6 TEMPAT-TEMPAT UMUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN Tempat-tempat umum adalah tempat atau sarana yang diselenggarakan Pemerintah/Swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat yang meliputi: sarana kesehatan (Rumah Sakit&Puskesmas), sarana sekolah (SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA) dan hotel (bintang dan non bintang). Pada tahun 2015, di Kota Pasuruan jumlah TTU yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 116 TTU dari total 154 TTU yang ada (75,32%) lampiran data profil kesehatan tabel 63. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 74

Gambar 4.40 Persentase Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 85.92 73.5 79.75 75.32 45.07 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th.2015 Sumber: Data Seksi Kesehatan Lingkungan Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Adapun indikator dalam pemeriksaan tempat-tempat umum (TTU) adalah adanya jamban sehat, sarana air bersih, tempat sampah sehat dan lingkungan bersih. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka persentase TTU yang memenuhi syarat pada tahun 2014 menurun dibanding tahun 2012& 2014 tetapi masih lebih tinggi dibanding capaian di tahun 2011 & 2013. Bila ditinjau dari jenis sarana, maka untuk sarana pendidikan SD yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 70,93%, SLTP73,33% dan SLTA79,17%. Sedangkan untuk sarana kesehatan semuanya telah memenuhi syarat kesehatan. Untuk sarana hotel juga 100% telah memenuhi syarat kesehatan lampiran data profil kesehatan tabel 63. Gambar 4.41 Persentase TTU yang memenuhi syarat berdasakan jenis sarana Kota Pasuraun Th 2015 Hotel RS Puskesmas 100 100 100 SMA SMP SD 73.33 70.93 79.17 0 20 40 60 80 100 Sumber : Data Seksi Kesehatan Lingkungan Dinkes Kota Pasuruan, 2015 Profil Kesehatan Kota Pasuruan 75

IV.9.7 TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM) MENURUT STATUS HIGIENE SANITASI Tempat-tempat umum adalah usaha pengelolaan makanan yang meliputi jasa boga atau katering, rumah makan, restoran, depot air minum, kantin, dan makanan jajanan. TPM memenuhi syarat higiene sanitasi adalah TPM yang memenuhi persyaratan higiene sanitasi dengan bukti dikeluarkannya sertifikan laik higiene sanitasi. Adapun indikator dalam pemeriksaan TPM adalah adanya tempat air bersih, tempat penyimpanan bahan makanan, tempat penyimpanan bahan siap saji, tempat penyimpanan peralatan bebas pencemaran, ada tempat cuci tangan, ada tempat sampah, bebas lalat, tikus dan binatang lainnya, ada SPAL dan lingkungan bersih. Pada tahun 2015, dari 310 TPM di Kota Pasuruan yang telah memenuhi syarat kesehatan sebanyak 203 TPM (65,48%) sedangkan sisanya 107 TPM masih belum memenihi syarat kesehatan (34,52%) lampiran data profil kesehatan tabel 64. IV.9.8 TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM) DIBINA DAN DIUJI PETIK Berdasarkan lampiran data profil kesehatan tabel 65 maka persentase TPM (tempat pengelolaan makanan) di Kota Pasuruan yang dibina tahun 2015 sebesar 58,88%. Adapun jumlah TPM yang dibina sebanyak 63 TPM dengan rincian 3 jasa boga, 23 RM/Restoran, 9 depot air minum (DAM)& 79 makanan jajanan. Sedangkan TPM yang diuji petik sebesar 24,63% atau sebanyak 50 TPM dari total 203 TPM yang memenuhi syarat kesehatan. IV.10 PENGUKURAN TEKANAN DARAH DAN PEMERIKSAAN OBESITAS Pengukuran tekanan darah dilakukan pada penduduk di Kota Pasuruan yang berusia > 15 tahun, yang dilakukan pengukuran tekanan darah minimal satu tahun sekali di suatu wilayah. Pengukuran dapat dilakukan di dalam unit pelayanan kesehatan primer, pemerintah maupun swasta, di dalam maupun di luar gedung. Hipertensi apabila peningkatan tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmhg dan atau tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmhg. Di Puskesmas telah dilakukan pengukuran tekanan darah pada 38,82% penduduk dengan usia >15 tahun dan diperoleh hasil 63,59% diataranya hipertensi (lampiran data profil kesehatan tabel 24). Selain itu juga di Puskesmas dan jaringannya dilakukan pemeriksaan berat badan terhadap pengunjung Puskesmas berusia 15 tahun sebanyak 0,46% dan diperoleh hasil 72,68% diantaranya obesitas (lampiran data profil kesehatan tabel 25). Profil Kesehatan Kota Pasuruan 76

IV.11 DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DAN KANKER PAYUDARA Dilakukan pemeriksaan leher rahim dan payudara kepada 18 orang dari total 30.378 perempuan berisiko (usia 30-50 tahun) di Kota Pasuruan. Deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA. Pemeriksaaan IVA merupakan pemeriksaan dengan cara mengamati dengan menggunakan spekulum, melihat leher rahim yang telah dipulas dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%). Pada lesi pra-kanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut acetowhite epithelium. Deteksi dini yang dimaksud dapat dilakukan di puskesmas dan jaringannya, di dalam maupun di luar gedung. Di Puskesmas, pemeriksaaan leher rahim dan payudara dilaksanakan pada 298 orang dari total sasaran 30.288 perempuan usia 30-50 tahun atau sebesar 0.98% sasaran. Dari hasil deteksi tesebut diperoleh hasil bahwa 23 diantaranya IV positif (7,72%) dengan 0% tumor/benjolan. IVA positif (ditemukan bercak putih (lesi pra kanker) dengan pemeriksaan aplikasi asam asetat). Sedangkan deteksi kanker payudara menggunakan metode pemeriksaan klinis (CBE) yakni pemeriksaan payudara secara manual oleh tenaga kesehatan terlatih (lampiran data profil kesehatan tabel 26). Profil Kesehatan Kota Pasuruan 77

BAB SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Sumber daya kesehatan merupakan salah satu pendukung di segala level pelayanan kesehatan. Dan dengan terpenuhinya sumber daya kesehatan, diharapkan juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sehingga derajat kesehatan masyarakat akan terjaga. Pada bab ini, situasi sumber daya kesehatan akan menyajikan gambaran sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan anggaran kesehatan. V.1 SARANA KESEHATAN Penyediaan sarana kesehatan melalui rumah sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu, Klinik dan sarana kesehatan lainnya diharapkan dapat menjangkau masyarakat agar mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mudah dan bermutu. Adapun kondisi sarana kesehatan di Kota Pasuruan pada tahun 2015 dapat digambarkan berikut ini. V.1.1 PUSKESMAS DAN JARINGANNYA Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan sampai tingkat Kecamatan. Sampai dengan tahun 2015, jumlah Puskesmas di Kota Pasuruan sebanyak 8 unit yang semuanya merupakan Puskesmas non perawatan, dengan 28 Puskesmas Pembantu. Adapun jumlah penduduk Kota Pasuruan berdasarkan data sasaran program kesehatan Kota Pasuruan tahun 2015sesuai Kepmenkes No. HK 02.02/117/2015 sebesar 194.815 jiwa. Dengan demikian, rasio Puskesmas terhadap jumlah penduduk adalah 1:24.351; dengan pengertian bahwa 1 (satu) Puskesmas melayani 24.351 penduduk. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa jumlah Puskesmas di Kota Pasuruan sudah memenuhi target nasional, yakni maksimal 1:30.000. Tabel 5.1 Sebaran Puskesmas Pembantu Menurut Kelurahan dan Puskesmas Se-Kota Pasuruan Tahun 2015 No Kode Puskesmas Puskesmas Wilayah Kerja (Kelurahan) Jumlah Puskesmas Pembantu 1 P3575010201 UPT Puskesmas Gadingrejo Jl. Irian Jaya No.5 RT.01 RW.06 Kel. Karanganyar Kec. Gadingrejo 1 Bukir 1 2 Sebani 1 3 Gadingrejo 2 4 Gentong 1 Total 5 Profil Kesehatan Kota Pasuruan 78

No Kode Puskesmas Puskesmas 2 P3575010202 UPT Puskesmas Karangketug Jl. Gatot Subroto No.383 RT.07 RW.01 Kel. Karangketug Kec. Gadingrejo 3 P3575020201 UPT Puskesmas Kebonagung J l. P. Sudirman Pasar Kebonagung RW.6 Kel. Kebonagung Kec. Purworejo 4 P3575020202 UPT Puskesmas Sekargadung Jl. Sekarsono No. 1 RT.2 RW.5 Kel. Sekargadung Kec. Purworejo 5 P3575030201 UPT Puskesmas Bugulkidul Jl. Trunojoyo 293 Kel. Bugulkidul Kec. Bugulkidul 6 P3575030202 UPT Puskesmas Kandangsapi Jl. W.R. Supratman No.7 RT.1 RW.2 Kel. Kandangsapi Kec. Panggungrejo 7 P3575030203 UPT Puskesmas Kebonsari Jl. Gajah Mada 18 Kel. Kebonsari Kec. Panggungrejo 8 P3575030204 UPT Puskesmas Trajeng Jl. Maluku No.1 Kel. Trajeng Kec. Panggungrejo Wilayah Kerja (Kelurahan) Jumlah Puskesmas Pembantu 1 Karangketug 0 2 Randusari 1 3 Petahunan 1 4 Krapyakrejo 1 Total 3 1 Purworejo 1 2 Kebonagung 1 3 Purutrejo 1 Total 3 1 Pohjentrek 1 2 Wirogunan 1 3 Tembokrejo 1 4 Sekargadung 1 Total 4 1 Tapaan 1 2 Kepel 1 3 Blandongan 0 4 Bugulkidul 1 5 Bakalan 1 6 Krampyangan 1 Total 5 1 Kandangsapi 0 2 Mandaranrejo 1 3 Panggungrejo 1 4 Bugullor 1 5 Pekuncen 0 6 Petamanan 1 Total 4 1 Karanganyar 1 2 Kebonsari 0 3 Bangilan 1 Total 2 1 Ngemplakrejo 1 2 Tambaan 1 3 Trajeng 0 4 Mayangan 0 Total 2 Jumlah Puskesmas Pembantu Kota Pasuruan 28 Sumber : Data SIKSubag Perencanaan dan Evaluasi Dinkes Kota Pasuruan, 2015 Bila ditinjau dari wilayah kerja Puskesmas, maka di Kota Pasuruan terbagi dalam 8 wilayah kerja Puskesmas. Adapun peta Kota Pasuruan berdasarkan wilayah kerja Puskesmas tersaji pada gambar 5.1 Profil Kesehatan Kota Pasuruan 79

Gambar 5.1 Wilayah Kerja Puskesmas Kota Pasuruan Tahun2015 Pkm Karangketug Pkm Gadingrejo Pkm Trajeng Pkm Kebonsari Pkm Kebonagung Pkm Sekargadung Pkm Kandangsapi Pkm Bugukidul Sumber : Data SIK Subag Perencanaan dan Evaluasi Dinkes Kota Pasuruan, 2015 Tabel 5.2 Titik Koordinat Lattitudinal-Longitudinal (GPS) Puskesmas & Pustu Se-Kota Pasuruan Tahun 2015 Puskesmas Puskesmas Pembantu Lattitudinal (GPS) Longitudinal (GPS) Karangketug 7,63140 112,87860 1. Petahunan 7,64750 112,88390 2. Randusari 7,63810 112,88220 3. Krapyakrejo 7,64440 112,87810 Gadingrejo 7,63510 112,90147 4. Gadingrejo I 7,63223 112,90588 5. Gadingrejo II 7,62917 112,90120 6. Sebani 7,64690 112,88940 7. Bukir 7,65360 112,88390 8. Gentong 7,64163 112,89195 Purworejo 7,66206 112,89541 9. Kebonagung 7,65593 112,89090 10. Purutrejo 7,65812 112,90123 11. Purworejo 7,64628 112,89711 Sekargadung 7,67008 112,90575 12. Sekargadung 7,68066 112,90383 13. Tembokrejo 7,67888 112,89940 14. Wirogunan 7,66875 112,89870 15. Pohjentrek 7,67240 112,88626 Profil Kesehatan Kota Pasuruan 80

Puskesmas Puskesmas Pembantu Lattitudinal (GPS) Longitudinal (GPS) Bugulkidul 7,65290 112,91624 16. Bugul Kidul 7,65966 112,91054 17. Kepel 7,65504 112,92496 18. Tapaan 7,65041 112,92126 19. Bakalan 7,67132 112,91750 20. Krampyangan 7,66370 112,90778 Trajeng 7,63670 112,91170 21. Tambaan 7,63264 112,90753 22. Ngemplakrejo 7,63441 112,91325 Kebonsari 7,64619 112,90254 23. Bangilan 7,63820 112,91085 24. Karanganyar 7,63980 112,90086 Kandangsapi 7,64309 112,90951 25. Bugul Lor 7,64289 112,91882 26. Petamanan 7,65593 112,90647 27. Panggungrejo 7,63024 112,92146 28. Mandaranrejo 7,63338 112,91672 Sumber : Data SIK Subag Perencanaan dan Evaluasi Dinkes Kota Pasuruan, 2015 V.1.2 RS & FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN SWASTA Berdasarkan lampiran data profil kesehatan tabel 67, didapatkan informasi bahwa pada tahun 2015 di Kota Pasuruan terdapat 1 RS Pemerintah yakni RSUD dr.r.soedarsono dan terdapat fasilitas pelayanan swasta diantaranya 14 klinik (Klinik "MITRA 82" Pratama, Klinik "Medika Sudirman" Pratama, Klinik "AL-AZIZ" Utama, Klinik "DSA" Pratama, Klinik Kecantikan & Estetika Metamorf Pratama, Klinik Dharma Pertiwi Pratama, Klinik Bhayangkara, Klinik Al - Ma'unah Pratama, Klinik Kodim 0819 Pratama, Klinik Yon Zipur 10, Klinik Kecantikan AZ ZAHRA Pratama, Klinik Bersalin Estining, Klinik Bersalin Ibu Bertha & Klinik Bersalin Mardi Waluyo), 57 praktek dokter perorangan (termasuk dokter umum, dokter spesialis dan dokter gigi), 6 praktek pengobatan tradisional, 25 apotek, 3 toko obat dan 1 unit transfusi darah. V.1.3 UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) adalah suatu upaya kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 81

V.1.3.1 POSYANDU (POS PELAYANAN TERPADU) Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Pelayanan kesehatan dasar di posyandu adalah pelayanan kesehatan yang mencakup sekurang-kurangnya 5 (lima) kegiatan yakni kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), imunisasi, gizi dan penanggulangan diare. Jumlah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Jawa Timur tahun 2015 menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, akan tetapi tidak menunjukkan perubahan yang mencolok. Pada tahun 2015, jumlah balita sebanyak 16.846 jiwa, sedangkan jumlah posyandu yang ada sebanyak 285 pos. Jadi rasio jumlah posyandu dengan jumlah balita adalah 1,69 artinya 1 posyandu melayani 59 balita (hitungan berasal dari 100/1,69=59). Jika dibandingkan dengan standart posyandu, untuk 1 posyandu melayani 80-100 balita, berarti keberadaan posyandu di Kota Pasuruan sudah cukup. Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, rasio posyandu per 100 balita telah meningkat dari tahun ke tahun (lampiran data profil kesehatan tabel 69). Gambar 5.2 Rasio Posyandu per 100 balita Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 1.75 1.7 1.69 1.65 1.65 1.6 1.6 1.55 1.5 1.52 1.56 1.45 1.4 th 2011 th 2012 th 2013 th 2014 th 2015 Sumber: Data Seksi PromkesDinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Profil Kesehatan Kota Pasuruan 82

Gambar 5.3 Strata Posyandu di Kota Pasuruan 2011 s/d 2015 TOTAL POSY PURI (PURNAMA MANDIRI) MANDIRI PURNAMA MADYA PRATAMA 0 50 100 150 200 250 300 Pratama Madya Purnama Mandiri Puri (Purnama Mandiri) Total Posy Th. 2015 1 18 225 41 266 285 Th. 2014 0 10 226 45 271 281 Th. 2013 3 22 204 49 253 278 Th. 2012 0 26 209 41 250 276 Th. 2011 4 14 216 35 251 269 Sumber : Data Seksi PromkesDinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015 Berdasarkan gambar 5.3 diatas maka dapat diperoleh informasi antara lain (lampiran data profil kesehatan tabel 69) antara lain: 1. Jumlah posyandu di Kota Pasuruan pada tahun 2015 sebanyak 285 posyandu, meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya; 2. Jumlah posyandu aktif (yang berada pada strata purnama mandiri) di Kota Pasuruan pada tahun 2015 sebanyak 266 posyandu; 3. Persentase posyandu aktif (yang berada pada strata purnama mandiri) di Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 93,33% (266 posyandu aktif dari 285 Posyandu yang ada). Pengkategorian posyandu berdasarkan hasil pengukuran tingkat perkembangan posyandu. Posyandu dikategorikan mandiri apabila memenuhi nilai 90-100; purnama apabila memenuhi nilai 70-89; madya apabila memenuhi nilai 50-69 dan pratama apabila memenuhi nilai < 50. Berikut ini adalah distribusi posyandu dan posyandu Puri (Purnama mandiri) berdasarkan Puskesmas tahun 2015 (Gambar 5.4). Profil Kesehatan Kota Pasuruan 83

Gambar 5.4 Jumlah Posyandu dan Posyandu PURI berdasarkan Puskesmas di Kota Pasuruan 2015 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Gadingrejo Karang ketug Kebon Agung Sekargadun g Sumber: Data Seksi Promkes Dinkes Kota Pasuruan, 2015 Bugul kidul Kandangsa pi Trajeng Kebonsari Jml posy 30 30 32 39 43 45 33 33 Posy Puri 30 25 32 38 43 45 21 32 Berdasarkan gambar diatas maka dapat diperoleh informasi antara lain: a. Jumlah posyandu di Puskesmas Gadingrejo sebanyak 30 posyandu dan semuanya berstrata purnama mandiri; b. Jumlah posyandu di Puskesmas Karangketug sebanyak 30 posyandu, 25 posyandu berstrata purnama mandiri dan sisanya 5 posyandu berstrata madya; c. Jumlah posyandu di Puskesmas Kebonagung sebanyak 32 posyandu dan semuanya berstata purnama mandiri; d. Jumlah posyandu di Puskesmas Sekargadung sebanyak 39 posyandu, 38 posyandu berstrata purnama mandiridan sisanya 1 posyandu berstrata madya; e. Jumlah posyandu di Puskesmas Bugulkidul sebanyak 43 posyandu dan semuanya berstrata purnama mandiri; f. Jumlah posyandu di Puskesmas Kandangsapi sebanyak 45 posyandu dan semuanya berstrata purnama mandiri; g. Jumlah posyandu di Puskesmas Trajeng sebanyak 33 posyandu, 21 posyandu diantaranya berstrata purnama mandiri dan sisanya 11 posyandu berstrata madya dan 1 posyandu berstrata pratama; h. Jumlah posyandu di Puskesmas Kebonsari sebanyak 33 posyandu, 32 posyandu diantaranya berstrata purnama mandiri dan sisanya 1 posyandu berstrata madya. V.1.3.2 POSKESKEL POSKESKEL adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di kelurahan dalam rangka upaya mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat kelurahan dan syarat terbentuknya Profil Kesehatan Kota Pasuruan 84

kelurahan siaga. Poskeskel dikelola oleh 1 orang bidan dan minimal 2 orang kader dan merupakan koordinator dari UKBM yang ada. Jumlah Poskeskel di Kota Pasuruan tahun 2015 sebanyak 34 pos (lampiran data profil kesehatan tabel 70). V.1.3.3 KELURAHAN SIAGA Kelurahan Siaga adalah kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawat-daruratan kesehatan secara mandiri.sedangkan kelurahan siaga aktif adalah kelurahan yang mempunyai pos kesehatan kelurahan (POSKESKEL) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan kegawat-daruratan, surveilans berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penggolongan dalam kelurahan siaga memperhatikan indikator-indikator sebagai berikut: 1. Forum masyarakat desa/kelurahan; 2. Kader pemberdayaan masyarakat/kader kesehatan; 3. Kemudahan akses pelayanan kesehatan dasar; 4. Posyandu dan UKBM lainnya aktif; 5. Dukungan dana untuk kegiatan kesehatan di kelurahan; 6. Peran serta masyarakat dan organisasi kemasyarakatan; 7. Peraturan kepala kelurahan atau Peraturan Walikota; 8. Pembinaan PHBS rumah tangga. Gambar 5.5 Persentase Kelurahan Siaga Kota Pasuruan 2015 9% 3% 20% PRATAMA MADYA 68% PURNAMA MANDIRI Sumber : Data Seksi Promkes Dinkes Kota Pasuruan, 2015 Profil Kesehatan Kota Pasuruan 85

Jumlah kelurahan siaga aktif di Kota Pasuruan tahun 2015 sebanyak 34 kelurahan (100%) dengan rincian 3% kelurahan berstrata pratama (1 kelurahan), 20% kelurahan berstrata madya (7 kelurahan), 68% kelurahan berstrata purnama (23 kelurahan) dan 9% kelurahan berstrata mandiri (3 kelurahan) lampiran data profil kesehatan tabel 71. Gambar 5.6 Perkembangan Persentase Strata Kelurahan Siaga Kota Pasuruan Tahun 2013 s/d 2015 70% 68% 60% 50% 40% 47% 53% 30% 20% 10% 21% 15% 3% 24% 21% 26% 6% 9% 9% 0% PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI 2013 2014 2015 Sumber : Data Seksi Promkes Dinkes Kota Pasuruan, 2013 s/d 2015 Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, persentase kelurahan siaga di Kota Pasuruan tahun 2015 yang berstata pratama dan madya semakin menurun tetapi diimbangi dengan peningkatan persentase kelurahan yang berstrata purnama mandiri. Hal ini menandakan bahwa perkembangan kelurahan siaga di Kota Pasuruan semakin meningkat dari tahun ke tahun (Gambar 5.6). V.2 TENAGA KESEHATAN Sumber daya manusia kesehatan merupakan bagian penting dari upaya peningkatan pembangunan kesehatan bangsa. Pada pelaksanaannya, Pemerintah memegang peranan dalam mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 tahun 1996, tenaga kesehatan yang merupakan bagian dari SDM Kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik dan tenaga keteknisian medis. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 86

Untuk melihat RASIO tenaga kesehatan dilihat dari perbandingan tenaga kesehatan yang memberi pelayanan kesehatan langsung di Puskesmas, Rumah Sakit dan 14 klinik swasta lainnya. Dengan jumlah penduduk Kota Pasuruan tahun 2015 sebanyak 194.815 jiwa (data proyeksi sasaran program pembangunan kesehatan). Rasio tenaga kesehatan di Kota Pasuruan tahun 2015 digambarkan seperti pada gambar 5.7 berikut. Gambar 5.7 Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 Penduduk Kota Pasuruan terhadap Target Rensta Kemkes Tahun 2015 Rasio th 2015 Target dr. Spesialist 180 160 sanitarian 140 120 dr. umum 100 18 80 16 60 9 40 5 20 30 26 gizi 10 9 0 10 11 dr.gigi 9 14 165 perawat 158 75 84 apoteker bidan Sumber: Data Seksi PSDM Dinkes Kota Pasuruan, 2015 Berdasarkan gambar 5.7 diatas maka diperoleh informasi bahwa: a. Rasio dokter spesialist di Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 16,43 per 100.000 penduduk. Angka ini sudah memenuhi target Renstra Kemkes sebesar 9 per 100.000 penduduk. Jumlah dokter spesialist di Kota Pasuruan tahun 2015 sebanyak 32 orang dimana 21 orang diantaranya bekerja di RSUD dr.r.soedarsono Profil Kesehatan Kota Pasuruan 87

sedangkan sisanya 11 orang bekerja di klinik (lampiran data profil kesehatan tabel 72). b. Rasio dokter umum Kota di Pasuruan tahun 2015 sebesar 26,18 per 100.000 penduduk. Angka ini masih belum memenuhi target Renstra Kemkes sebesar 30 per 100.000 penduduk. Jumlah dokter umum di Kota Pasuruan tahun 2015 sebanyak 51 orang dengan rincian 14 orang bekerja di Puskesmas, 12 orang di RSUD dr.r.soedarsono sedangkan sisanya bekerja di klinik (lampiran data profil kesehatan tabel 72). c. Rasio dokter gigi di Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 10,27 per 100.000 penduduk. Angka ini masih belum memenuhi target Renstra Kemkes sebesar 11 per 100.000 penduduk. Jumlah dokter gigi di Kota Pasuruan tahun 2015 sebanyak 20 orang dengan rincian 13 orang dokter gigi bekerja di Puskesmas, 5 orang bekerja di RSUD dr.r.soedarsono dan 2 orang sisanya bekerja di klinik (lampiran data profil kesehatan tabel 72). d. Rasio apoteker di Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 14,37 per 100.000 penduduk. Angka ini sudah memenuhi target Renstra Kemkes sebesar 9 per 100.000 penduduk. Jumlah apoterker di Kota Pasuruan tahun 2015 sebanyak 28 orang dengan rincian 4 orang di RSUD dr.r.soedarsono, 22 orang di klinik & apotek, sisanya 2 orang di Akper dan GFK Jumlah tenaga medis kefarmasian, termasuk didalamnya analis farmasi, asisten apoteker, sarjana farmasi di Kota Pasuruan tahun 2015 sebanyak 49 orang dengan rincian 10 orang bekerja di Puskesmas, 7 orang bekerja di RSUD dr.r.soedarsono, 31 orang bekerja di apotek & 1 orang bekerja di GFK (lampiran data profil kesehatan tabel 74). e. Rasio bidan di Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 83,67 per 100.000 penduduk. Angka ini sudah memenuhi target Renstra Kemkes sebesar 75 per 100.000 penduduk. Jumlah bidan di Kota Pasuruan tahun 2015 sebanyak 163 orang, dengan rincian 75 orang bekerja di Puskesmas, 73 orang bekerja di RSUD dr.r.soedarsono & 15 orang bekerja di klinik (lampiran data profil kesehatan tabel 73). f. Rasio perawat di Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 165,29 per 100.000 penduduk. Angka ini sudah memenuhi target Renstra Kemkes sebesar 158 per 100.000 penduduk. Jumlah perawat di Kota Pasuruan sebanyak 322 orang, jumlah tersebut termasuk perawat anestesi. Jumlah perawat di Puskesmas sebanyak 84 orang; di RSUD dr.r.soedarsono sebanyak 201 orang & di klinik sebanyak 37 orang (lampiran data profil kesehatan tabel 73). Profil Kesehatan Kota Pasuruan 88

g. Rasio tenaga gizi di Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 9,24 per 100.000 penduduk. Angka ini masih belum memenuhi target Renstra Kemkes sebesar 10 per 100.000 penduduk. Jumlah tenaga gizi di Kota Pasuruan sebanyak 18 orang dengan rincian 11 orang bekerja di Puskesmas dan 7 orang sisanya bekerja di RSUD dr.r.soedarsono (lampiran data profil kesehatan tabel 76). h. Rasio sanitarian di Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 5,13 per 100.000 penduduk. Angka ini masih belum memenuhi target Renstra Kemkes sebesar 18 per 100.000 penduduk. Jumlah sanitarian di Kota Pasuruan tahun 2015 sebanyak 10 orang dengan rincian 5 orang bekerja di Puskesmas dan 5 orang sisanya bekerja di RSUD dr.r.soedarsono (lampiran data profil kesehatan tabel 75). Adapun ketersediaan SDM Kesehatan lainnya Kota Pasuruan tahun 2015 sebagai berikut: a. Rasio perawat gigi di Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 4,62 per 100.000 penduduk. Jumlah perawat gigi sebanyak 9 orang dengan rincian 4 orang bekerja di Puskesmas dan sisanya bekerja di RSUD dr.r.soedarsono (lampiran data profil kesehatan tabel 73). b. Rasio tenaga kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 0 per 100.000 penduduk. Hal ini dikarenakan masih belum ada tenaga kesehatan masyarakat yang telah fungsional (perubahan definisi operasional). Tenaga kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan baik yang berada di Dinas Kesehatan maupun RSUD dr.r.soedarsono merupakan staf penunjang administrasi dan staf penunjang perencanaan (lampiran data profil kesehatan tabel 75). c. Rasio tenaga keterapian fisik di Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 3,13 per 100.000 penduduk. Jumlah tenaga keterapian fisik sebanyak 6 orang dengan rincian tenaga fisioterapis sebanyak 3 orang dan tenaga akupuntur sebanyak 3 orang (lampiran data profil kesehatan tabel 77). d. Rasio tenaga keterapian medis di Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 15,91 per 100.000 penduduk. Jumlah tenaga keterapian medis sebanyak 31 orang dengan rincian radiografer sebanyak 3 orang, teknisi elektromedis sebanyak 3 orang, analis kesehatan sebanyak 13 orang, refraksionis optisien sebanyak 9 orang dan tenaga rekam medik & informasi kesehatan sebanyak 3 orang (lampiran data profil kesehatan tabel 78). e. Jumlah tenaga penunjang/pendukung di fasilitas kesehatan di Kota Pasuruan tahun 2015 sebanyak 336 orang dengan rincian 53 orang menduduki jabatan struktural, 127 orang staf penunjang administrasi, 1 orang staf penunjang teknologi, 5 orang Profil Kesehatan Kota Pasuruan 89

staf penunjang perencanaan, 10 orang tenaga pendidik di Akper, 122 orang merupakan juru dan sisanya merupakan tenaga penunjang kesehatan. V.3 PEMBIAYAAN KESEHATAN V.3.1 TOTAL ANGGARAN KESEHATAN Pembiayaan program dan kegiatan bidang kesehatan di Kota Pasuruan diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya APBD Kota Pasuruan & APBN (Dana dekonsentrasi). Dana DAK & JKN sudah masuk dalam perhitungan APBD, sedangkan BOK tahun 2015 dimasukkan dalam data APBN dikarenakan bersifat temporer. Dana bersumber dari APBD dibagi dalam kategori belanja langsung maupun belanja tidak langsing. Dana yang bersumber dari Dinas Kesehatan, Puskesmas, AKPER dan RSUD dr.r.soedarsono. Anggaran Kesehatan di Kota Pasuruan pada tahun 2015 berdasarkan lampiran tabel 81 data profil kesehatan, baik di Dinas Kesehatan maupun RSUD (termasuk belanja langsung dan tidak langsung) sebesar Rp. 159.162.875.346,64 ; meningkat dari tahun lalu sebesar Rp. 92.701.740.394 dikarenakan dana RSUD dr. R.Soedarsono sebagai BLUD dimasukkan dalam perhitungan dana APBD. V.3.2 ANGGARAN KESEHATAN DALAM APBD KOTA Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengamanatkan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk mengalokasikan minimal 10% APBD. Berdasarkan lampiran data profil kesehatan tabel 81, total anggaran kesehatan pos Dinas Kesehatan, Puskesmas, AKPER dan RSUD dr.r.soedarsono baik sebagai SKPD maupun BLUD (termasuk gaji) adalah sebesar Rp. 159.924.698.347 dari total anggaran (termasuk gaji) APBD Kota Pasuruan yang sebesar Rp. 745.958.237.488. Peningkatan persentase anggaran kesehatan Kota Pasuruan dibandingkan tahun sebelumnya dikarenakan dana RSUD dr.soedarsono sebagai BLUD dimasukkan dalam perhitungan APBD Kota Pasruaun tahun 2015. Perhitungan tersebut merupakan perhitungan kasar dalam menghitung persentase anggaran kesehatan dalam APBD, tanpa memperhatian realisasi anggaran, dana kesehatan diluar gaji dan anggaran kesehatan di sarana pelayanan kesehatan swasta lainnya. V.3.3 ANGGARAN KESEHATAN PER KAPITA Berdasarkan lampiran data profil kesehatan tabel 81, alokasi anggaran kesehatan Pemerintah di Kota Pasuruan tahun 2015 (termasuk gaji) sebesar Rp.159.924.698.347, dengan jumlah penduduk sebesar 194.815 jiwa. Dengan demikian alokasi anggaran kesehatan Pemerintah per kapita per tahun pada tahun 2015 di Kota Pasuruan sebesar Rp. 820.905,47 Profil Kesehatan Kota Pasuruan 90

BAB PENUTUP Penyediaan data dan informasi di bidang kesehatan yang berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan di lingkungan pemerintahan, organisasi profesi, akademisi, swasta dan pihak terkait lainnya. Di bidang kesehatan, data dan informasi juga merupakan sumber daya strategis bagi pimpinan dan organisasi dalam penyelengaraan Sistem Informasi Kesehatan (SIK). Namun, sangat disadari bahwa saat ini Sistem Informasi Kesehatan masih belum optimal dalam pemenuhan kebutuhan data dan informasi. Terlebih dalam masa desentralisasi (atau otonomi daerah) dimana proses pengumpulan data dan informasi dari lintas sektor relatif lebih sulit. Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang disajikan dalam Buku Profil Kesehatan ini masih belum sesuai dengan harapan. Walaupun demikian, Buku Profil Kesehatan ini diharapkan dapat memberikan gambaran keadaan kesehatan masyarakat Kota Pasuruan dan capaian kinerja pelayanan kesehatan yang telah dilakukan beserta aspek-aspek pendukung lainnya. Buku Profil Kesehatan sering kali belum mendapatkan apresiasi yang layak, karena belum dapat menyajikan data dan informasi kesehatan sesuai yang diharapkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan yang membutuhkan. Oleh karena itu, perlu adanya terobosan dan ide-ide baru dalam mekanisme penyusunan, baik dimulai dari masa pengumpulan data, proses validasi data serta dalam tahap analisa data, yang nantinya akan menghasilkan suatu publikasi data dan informasi pembangunan kesehatan serta dapat membawa manfaat bagi dunia kesehatan di Kota Pasuruan. Profil Kesehatan Kota Pasuruan 91