BAB II TINJAUAN PUSTAKA. X(t) disebut ruang keadaan (state space). Satu nilai t dari T disebut indeks atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

Antrian adalah garis tunggu dan pelanggan (satuan) yang

BAB II LANDASAN TEORI. pembahasan model antrian dengan working vacation pada pola kedatangan

BAB III PEMBAHASAN. Dalam skripsi ini akan dibahas tentang model antrean satu server dengan

BAB II. Landasan Teori

ANALISIS ANTRIAN MULTI CHANNEL MULTI PHASE PADA ANTRIAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENGEMUDI DENGAN MODEL ANTRIAN (M/M/c):( )

Analisis Sistem Antrian Pada Pelayanan Poli Kandungan Dan Ibu Hamil Di Rumah Sakit X Surabaya

ANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

KAJIAN ANTRIAN TIPE M/M/ DENGAN SISTEM PELAYANAN FASE CEPAT DAN FASE LAMBAT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini diuraikan tentang dasar-dasar yang diperlukan dalam pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi probabilitas banyaknya pelanggan dalam sistem antrian

ANALISIS ANTRIAN PADA MCDONALD PUSAT GROSIR CILILITAN (PGC) (Untuk Memenuhi Tugas Operational Research)

BAB 3 PEMBAHASAN. Tabel 3.1 Data Jumlah dan Rata-Rata Waktu Pelayanan Pasien (menit) Waktu Pengamatan

BAB II LANDASAN TEORI. Ada tiga komponen dalam sistim antrian yaitu : 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Isna Kamalia Al Hamzany Dosen Pembimbing : Dra. Laksmi Prita W, M.Si. Dra. Nur Asiyah, M.Si


BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari banyak terlihat kegiatan mengantri seperti, pasien

ANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. dalam pembahasan model antrean dengan disiplin pelayanan Preemptive,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada Bab 1, permasalahan

Pemodelan Sistem Antrian Satu Server Dengan Vacation Queueing Model Pada Pola Kedatangan Berkelompok

Metoda Analisa Antrian Loket Parkir Mercu Buana

BAB II LANDASAN TEORI

Sesi XVI METODE ANTRIAN (Queuing Method)

IDENTIFIKASI MODEL ANTRIAN PADA ANTRIAN BUS KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

ANALISIS SISTEM ANTRIAN UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GARDU KELUAR YANG OPTIMAL PADA GERBANG TOL TANJUNG MULIA

TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-13. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN PEMBUATAN KARTU TANDA PENDUDUK DAN KARTU KELURGA DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN KUNINGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Herjanto (2008:2) mengemukakan bahwa manajemen operasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population)

MAKALAH REKAYASA TRAFIK TEORI ANTRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. Peluang suatu kejadian adalah jumlah bobot semua titik sampel dalam A.

BAB IV PEMBAHASAN. pertanyaan pada perumusan masalah. Hal-hal yang dijelaskan dalam bab ini

BAB 2 LANDASAN TEORI

BERKELOMPOK ( BATCH ARRIVAL ) SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN. Jl. Panjang No.25 Jakarta Barat. Penelitian dilakukan selama 2 Minggu, yaitu

PENENTUAN MODEL DAN PENGUKURAN KINERJA SISTEM PELAYANAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk. KANTOR LAYANAN TEMBALANG ABSTRACT

Penelpon menunggu dilayani. A.K. Erlang tahun Teori Antrian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. PENGERTIAN TEORI ANTRIAN

ANALISIS ANTRIAN TIPE M/M/c DENGAN SISTEM PELAYANAN FASE CEPAT DAN FASE LAMBAT

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PADA BANK MANDIRI CABANG AMBON Analysis of Queue System on the Bank Mandiri Branch Ambon

Pendahuluan. Teori Antrian. Pertemuan I. Nikenasih Binatari. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. September 6, 2016

ANALISIS ANTRIAN TIPE M/M/c DENGAN SISTEM PELAYANAN FASE CEPAT DAN FASE LAMBAT. Oleh : Budi Setiawan

Oleh : Sucia Mentari NIM

Teori Antrian. Aminudin, Prinsip-prinsip Riset Operasi

PENERAPAN TEORI ANTRIAN PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK (STUDI KASUS: KANTOR LAYANAN CERENTI) TUGAS AKHIR

BAB 2 LANDASAN TEORI. antrian (queuing theory), merupakan sebuah bagian penting dan juga alat yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB V PENUTUP. Menurut. Ukuran Keefektifan Rumus ProModelStudent. Rumus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen operasional adalah the term operation management

Riset Operasional JAWABAN KISI-KISI UAS PENAWARAN G N O PERMINTAAN = 140

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA SISTEM ANTRIAN M/M/1/N. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

Aplikasi Matrix Labolatory untuk Perhitungan Sistem Antrian dengan Server Tunggal dan Majemuk

Riset Operasional. Tahun Ajaran 2014/2015 ~ 1 ~ STIE WIDYA PRAJA TANA PASER

Teller 1. Teller 2. Teller 7. Gambar 3.1 Proses antrian pada sistem antrian teller BRI Cik Ditiro

Model Antrian. Tito Adi Dewanto S.TP LOGO. tito math s blog

OPTIMALISASI SISTEM ANTRIAN PELANGGAN PADA PELAYANAN TELLER DI KANTOR POS (STUDI KASUS PADA KANTOR POS CABANG SUKOREJO KENDAL)

Pengantar Proses Stokastik

BAB I PENDAHULUAN. Antrian dalam kehidupan sehari-hari sering ditemui, misalnya antrian di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT. ABB Sakti Industri IA Turbocharging Jalan

I. PENDAHULUAN. 2.2 Klasifikasi Model Simulasi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. probabilitas, teori antrean, model-model antrean, analisis biaya antrean, uji

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 3.1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pr { +h =1 = } lim. Suatu fungsi dikatakan h apabila lim =0. Dapat dilihat bahwa besarnya. probabilitas independen dari.

MODEL ANTRIAN YULIATI, SE, MM

BAB 2 LANDASAN TEORI

Model Antrian 02/28/2014. Ratih Wulandari, ST.,MT 1. Menunggu dalam suatu antrian adalah hal yang paling sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS PENERAPAN SISTEM ANTRIAN MODEL M/M/S PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO)

SISTEM ANTRIAN PENGISIAN BAHAN BAKARSEPEDA MOTOR PADA SPBU PT. FIKRI DARMAWAN KABUPATEN MELAWI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Sistem antrian adalah suatu himpunan pelanggan, pelayan (server) serta suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Kebon Jeruk yang berlokasi di Jl. Raya Perjuangan Kav.8 Kebon Jeruk Jakarta

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penulisan yang berkaitan dengan tujuan skripsi ini adalah sebagai

BAB III DARI MODEL ANTRIAN M/M/1 DENGAN POLA KEDATANGAN BERKELOMPOK KONSTAN. 3.1 Model Antrian M/M/1 Dengan Pola Kedatangan Berkelompok Acak

ANALISIS DAN SIMULASI SISTEM ANTRIAN PADA BANK ABC

Riska Sismetha, Marisi Aritonang, Mariatul Kiftiah INTISARI

BAB III SIMULASI SISTEM ANTRIAN M/M/1. paket data. Adapun kinerja yang akan dibahas adalah rata-rata jumlah paket dalam

BAB II LANDASAN TEORI

APLIKASI SISTEM ANTRIAN DENGAN SALURAN TUNGGAL PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BAB II LANDASAN TEORI. Teori tentang antrian ditemukan dan dikembangkan oleh A. K. Erlang,

PENENTUAN MODEL DAN PENGUKURAN KINERJA SISTEM. PELAYANAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk. KANTOR LAYANAN TEMBALANG

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mendukung penyusunan laporan tugas akhir. Landasan teori

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Stokastik Menurut Gross (2008), proses stokastik adalah himpunan variabel acak Semua kemungkinan nilai yang dapat terjadi pada variabel acak X(t) disebut ruang keadaan (state space). Satu nilai t dari T disebut indeks atau parameter waktu. Dengan parameter waktu ini, proses stokastik dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu : a. Jika T = maka proses stokastik ini berparameter diskrit dan biasanya disingkat dengan notasi. b. Jika, maka proses stokastiknya berparameter kontinu dan dinyatakan dengan notasi. 2.2 Proses Markov Menurut Kleinrock (1975) jika state pada masa yang akan datang dari proses itu tidak tergantung pada masa yang telah lalu dan hanya tergantung pada masa sekarang saja, proses ini disebut Proses Markov. Pengetahuan state proses pada masa sekarang ini harus memadai. Untuk memprediksi proses Markov selanjutnya yang ada di masa datang diperlukan pengetahuan state yang sedang berlangsung saat ini. Sama dengan proses stokastik, proses ini memiliki dua parameter waktu yaitu:

a. Parameter diskrit, proses Markov dengan parameter diskrit biasa disebut dengan rantai Markov. Yang merupakan himpunan dari variabel acak X 1, X 2,, X n untuk setiap n (n=1,2, n) dan setiap nilai hasil dari variabel acak tersebut memenuhi (i 1 <i 2 < < i n ). Sehingga dapat ditulis : (2.1) b. Parameter waktu kontinu dan disebut proses Markov yaitu proses acak dengan notasi X(t) dengan waktu kontinu untuk n bilangan bulat dan untuk urutan waktu t 1, t 2,, t n+1 dengan t 1 <t 2 < < t n+1 maka didapatkan : (2.2) Selanjutnya akan didefinisikan probabilitas transisi dalam proses Markov adalah sebagai berikut : (2.3) dengan waktu t s. Kleinrock (1975) mengatakan bahwa jika diberikan tiga perubahan waktu dalam proses Markov misalkan s u t, maka dapat didefinisikan probabilitas transisi dari waktu s menuju t dengan persamaan Chapman-Kolmogorov: (2.4) dengan i, j = 0,1,2, Untuk i = 0 dan s = 0, persamaan (2.3) akan dituliskan secara lebih sederhana yaitu :

2.3 Proses Input Menurut Kleinrock (1975), proses input memiliki beberapa asumsi yaitu: (i) Probabilitas terjadinya sebuah kedatangan (input) dalam interval waktu yang pendek (t,t + Δt) ketika terdapat n pelanggan dalam sistem adalah : λ n Δt+o(Δt). (ii) Probabilitas tidak ada kedatangan (input) dalam interval waktu yang pendek (t,t + Δt) ketika terdapat n pelanggan dalam sistem adalah : 1- λ n Δt + o(δt). (iii) Probabilitas terjadinya dua kedatangan atau lebih pada interval waktu yang pendek (t,t + Δt) ketika terdapat n pelanggan dalam sistem adalah. 2.4 Proses Input - Output Menurut Kleinrock (1975), proses input output memiliki beberapa asumsi sebagai berikut: (i) Probabilitas terjadinya sebuah kedatangan (input) dalam interval waktu yang pendek adalah λ n Δt + o(δt). Dan probabilitas terjadinya satu pelayanan selesai (output) dalam interval waktu yang pendek adalah μ n Δt + o(δt) untuk n 0 (ii) Probabilitas tidak ada kedatangan (input) dalam interval waktu yang pendek adalah 1- λ n Δt + o(δt) (iii)probabilitas tidak ada pelayanan yang selesai (output) dalam interval waktu yang pendek adalah 1- μ n Δt + o(δt)

Keterangan: o(δt) adalah fungsi dari Δt dengan sifat, maka fungsi tersebut akan memenuhi persamaan: (2.5) 2.5 Distribusi Eksponensial Menurut Kakiay (2004), distribusi eksponensial digunakan untuk menggambarkan distribusi waktu pada fasilitas pelayanan dengan pengasumsian bahwa waktu pelayanan bersifat acak bebas. Artinya, waktu untuk melayani pelanggan tidak tergantung pada banyaknya waktu yang telah dihabiskan untuk melayani pandatang sebelumnya, dan tidak bergantung pada jumlah pelanggan yang sedang menunggu untuk dilayani. Variabel acak kontinu X memiliki distribusi Eksponensial dengan parameter dimana jika fungsi kepadatan peluangnya sebagai berikut : (2.6) 2.6 Proses Poisson Menurut Gross (2008), sebuah proses Poisson dengan parameter > 0 menghasilkan nilai bilangan bulat dengan proses stokastik berparameter kontinu yang memenuhi beberapa asumsi : (i) X(0) = 0

(ii) Untuk setiap t 0 = 0 <t 1 < < t n maka untuk X(t 1 ) X(t 0 ), X(t 2 ) X(t 1 ),, X(t n ) X(t n-1 ) adalah variabel acak yang saling bebas. (iii) Untuk t 0, s 0, dan k bilangan bulat non negatif maka untuk X(t 1 ) X(t 0 ), X(t 2 ) X(t 1 ),, X(t n ) X(t n-1 ) memiliki distribusi Poisson sebagai berikut : (2.7) Dalam persamaan (2.7) ditunjukkan X(t 1 ) X(t 0 ), X(t 2 ) X(t 1 ),,X(t n ) X(t n-1 ) bersifat stasioner karena persamaan pada ruas kanan hanya tergantung dengan interval waktu t dan tidak tergantung dengan nilai s. 2.7 Hubungan Distribusi Eksponensial dengan Proses Poisson Menurut Hock (1996), distribusi eksponensial dan proses Poisson memiliki hubungan erat satu dengan yang lain. Jika waktu antar kedatangan pelanggan berdistribusi eksponensial maka jumlahkedatangan pelanggan mengikuti ditribusi Poisson dan proses tersebut adalah sebuah proses Poisson. Sebaliknya pula jika jumlah kedatangan pelanggan adalah variabel acak berdistribusi Poisson maka waktu antar kedatangannya berdistribusi eksponensial. 2.8 Teori Antrian 2.8.1 Pengertian Sistem Antrian Dimyati (2002) mengatakan bahwa teori antrian adalah teori yang menyangkut studi matematis dari antrian atau baris-baris penungguan.

Formasibaris-baris penungguan ini tentu saja merupakan suatu fenomena yang biasa terjadi apabila kebutuhan akan suatu pelayanan melebihi kapasitas yang tersedia untuk menyelenggarakan pelayanan itu. Keputusan-keputusan yang berkenaan dengan jumlah kapasitas ini harus dapat ditentukan, walaupun sebenarnya tidak mungkin dapat dibuat suatu prediksi yang tepat mengenai kapan unit-unit yang membutuhkan pelayanan itu akan datang dan atau berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelenggarakan pelayanan itu. Menurut Wospakrik (1996), suatu sistem antrian adalah sistem yang berhubungan dengan kedatangan seorang pelanggan pada suatu fasilitas pelayanan, kemudian menunggu dalam suatu baris (antrian) jika semua pelayannya sibuk, dan akhirnya meninggalkan fasilitas tersebut. Proses yang terjadi pada sistem antrian dapat digambarkan sebagai berikut : Sistem Antrian Input (pelanggan) antrian Fasilitas Pelayanan (server) output Gambar 1 Struktur Dasar Antrian Proses dasar antrian di atas dapat dijelaskan bahwa unit-unit yang membutuhkan pelayanan dalam waktu tertentu disebut input. Unit-unit ini memasuki sistem antrian dan membentuk suatu antrian, sehingga pada saat tertentu satu diantara anggota barisan tersebut memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pelayanan berdasarkan suatu aturan yang dikenal dengan disiplin antrian. Pelayanan yang

dibutuhkan dilaksanakan oleh server (pelaksana pelayanan) dan sesudah itu unitunit tersebut meninggalkan sistem antrian yang disebut sebagai output. 2.8.2 Karakteristik Sistem Antrian Menurut Dimyati (2002), ada beberapa karakteristik sistem antrian, yaitu : a. Pola kedatangan b. Pola pelayanan c. Jumlah fasilitas pelayanan d. Kapasitas sistem antrian e. Disiplin antrian Disiplin pelayanan berkaitan dengan cara memilih anggota antrian yang akan dilayani. Disiplin antrian yang biasa digunakan adalah First Come First Served (FCFS) atau First In First Out (FIFO) seperti pada antrian dalam pintu tol, antrian dalam ATM,dan lain sebagainya. 2.8.3 Struktur Sistem Antrian Menurut Kakiay (2004), proses antrian pada umumnya dikelompokkan ke dalam empat struktur dasar menurut sifat-sifat fasilitas pelayanan, yaitu : a. Sistem antrian Satu Saluran Satu Fase input pelanggan antrian pelayanan output Gambar 2 Skema antrian Satu Saluran Satu Fase

b. Sistem antrian Multi Saluran Satu Fase pelayanan Input pelanggan pelayanan pelayanan output Gambar 3 Skema antrian Multi Saluran Satu Fase c. Sistem antrian Satu Saluran Multi Fase Input Antrian Antrian Output 2 2 (pelanggan) (pelanggan) Gambar 4 Skema antrian Satu Saluran Multi Fase d. Sistem antrian Multi Saluran - Multi Fase Input (pelanggan) 1 2 3 Output (pelanggan) Gambar 5 Skema antrian Multi Saluran - Multi Fase

2.8.4 Notasi Kendall Terdapat banyak variasi yang mungkin dari model antrian. Ciri-ciri dari masing-masing model akan diringkas dalam notasi Kendall yang diperluas. Dan menurut Hock (1996) dapat diklasifikasikan sacara lengkap sebagai berikut : A/B/X/Y/Z Notasi ini dikemukakan oleh David G. Kendall, dengan menyatakan bahwa : A : Distribusi kedatangan (waktu antar kedatangan) B : Distribusi pelayanan (waktu pelayanan) X : Jumlah saluran pelayanan Y: Kapasitas sistem antrian Z :Disiplin antrian Untuk notasi A dan B digunakan kode-kode berikut : M : Distribusi eksponensial untuk waktu antar kedatangan dan waktu pelayanan. D G : Waktu antar kedatangan atau waktu pelayanan tetap. : Distribusi umum untuk kedatangan atau waktu pelayanan. Untuk notasi X menyatakan bilangan bulat positif yang menyatakan jumlah saluran pelayanan, sedangkan simbol Y dipergunakan kode N untuk menunjukkan berhingga (jumlah terbatas) dan kode untuk menunjukkan tak berhingga dari kapasitas sistem antrian. Dan untuk notasi Z dipakai kode-kode berikut : 1. FCFS atau FIFO : First Come First Served atau First In First Out. 2. LCFS atau LIFO : Last Come First Served atau Last In First Out

3. SIRO : Service In Random Order 4. PS : Priority Service Sebagai contoh, M/M/1/ /FCFS menunjukkan sistem antrian dengan waktu antar kedatangan dan waktu pelayanan mengikuti distribusi Eksponensial, satu saluran pelayanan, kapasitas sistem tak berhingga dan disiplin antriannya adalah first come first served. Sistem antrian dikatakan dalam keadaan non stasioner apabila karakteristik operasinya tergantung pada waktu. Jika sistem antrian tidak tergantung pada waktu disebut stasioner. Jika menyatakan bahwa probabilitas terdapat n pelanggan dalam sistem pada saat t, maka keadaan dinamakan stasioner didefinisikan untuk t dengan asumsi : (2.8) Dan cukup dituliskan dengan notasi P n yaitu: ( tidak tergantung waktu t ) (2.9) 2.8.5 Variabel Variabel Acak dan Hubungannya Dari uraian-uraian sebelumnya, dapat terlihat bahwa suatu proses antrian terdiri dari pelanggan tiba, dilayani, kemudian meninggalkan sistem. Terdapat beberapa variabel acak dalam sistem antrian yaitu: (i) (ii) P n (t) : Probabilitas terdapat n pelanggan dalam sistem antrian pada waktu t L s (t) : Jumlah pelanggan dalam sistem antrian pada waktu t

(iii) L q (t) : Jumlah pelanggan dalam fasilitas antrian pada waktu t (iv) L p (t) : Jumlah pelanggan dalam fasilitas pelayanan pada waktu t (v) L s : Rata-rata jumlah pelanggan dalam sistem antrian (vi) L q (vii) L p : Rata-rata jumlah pelanggan dalam fasilitas antrian : Rata-rata jumlah pelanggan dalam fasilitas pelayanan (viii) W s : Rata-rata waktu pelanggan selama berada dalam sistem (ix) W q : Rata-rata waktu pelanggan selama menunggu dalam fasilitas antrian (x) W p : Rata-rata waktu pelanggan selama berada dalam fasilitas pelayanan Menurut Hock (1996) dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan di antara variabel-variabel acak dari sistem antrian yaitu : L s = L q + L p (2.10) dan W s = W q + W p (2.11) 2.8.6 Rumus Little Salah satu hubungan yang paling kuat dalam teori antrian yaitu rumus Little, menurut Gross (2008), rumus ini berkaitan dengan W q yaitu rata-rata waktu pelanggan selama menunggu dalam fasilitas antrian sebelum memasuki fasilitas pelayanan, W s yaitu rata-rata waktu pelanggan selama berada dalam sistem., maka rumus Little sebagai berikut : L s = λ.w s (2.12) dan L q = λ.w q (2.13)

dengan λ adalah laju kedatangan yaitu rata rata jumlah kedatangan per satu satuan waktu. Dari keterangan di atas yang menyatakan bahwa W s = W q + W p, kemudian diasumsikan bahwa rata-rata waktu pelayanan adalah konstan untuk n 1 sehingga cukup ditulis sebagai untuk yang menyatakan laju pelayanan yaitu rata rata jumlah pelanggan yang dilayani per satuan waktu, maka didapatkan : W s = W q + (2.14) Jika kedua ruas persamaan (2.14) dikalikan dengan λ didapatkan : Definisi 2.8.6.1 L s = L q + (2.15) Barisan {a n } dan {b n } dikatakan a n = o(b n ) jika terdapat suatu bilangan positif ε > 0 dan bilangan bulat positif n(ε) sehingga < ε, n n(ε). Dalam hal khusus a n = o(1) berarti bahwa a n 0 untuk n. (Sediono,2001) 2.8.7 Sistem Antrian M/M/1 Sistem antrian model M/M/1/ /FCFS disebut juga sistem antrian jalur tunggal untuk melayani para pelanggan dengan pelayanan tunggal. Sehingga setiap pelanggan dilayani oleh satu fasilitas pelayanan. M yang pertama menyatakan proses kedatangan mengikuti proses poisson, M yang kedua menyatakan proses pelayanan mengikuti proses poisson, angka satu menyatakan jumlah fasilitas pelayanan dalam sistem atau satu saluran, kapasitas sistem antrian

dan sumber populasi tak berhingga, dan disiplin antrian antrian first come first served. Selain notasi-notasi yang sudah diperkenalkan sebelumnya pada variabel acak dan hubungannya, terdapat pula notasi-notasi lain untuk mempermudah dalam menganalisa sistem antrian adalah sebagai berikut : N(t) = Jumlah pelanggan dalam sistem pada waktu t. P o P n = Probabilitas tidak terdapat pelanggan dalam sistem antrian = Probabilitan terdapat n pelanggan dalam sistem. Pada sistem ini, diasumsikan laju kedatangan tidak bergantung pada jumlah pelanggan pada sistem tersebut, yaitu λ n = λ untuk semua n. Demikian pula diasumsikan bahwa pelayanan tunggal dalam sistem tersebut menyelesaikan pelayanan dengan kecepatan konstan, yaitu µ n = µ untuk semua n. Menurut Gross (2008), dengan asumsi tersebut dan mengikuti asumsi-asumsi dalam proses inputoutputmaka distribusi probabilitas jumlah pelanggan dalam sistem antrian M/M/1 pada kondisi stasioner dapat dituliskan sebagai berikut : untuk n 0 karena maka: (2.16)

Menurut Gross (2008), probabilitas jumlah pelanggan dalam sistem antrian M/M/1 adalah, untuk 0< Menurut Hock (1996), setelah mendapatkan P n selanjutnya mendapatkan ukuran performansi teori M/M/1 yaitu : (i) Probabilitas bahwa jumlah pelanggan dalam sistem lebih besar dengan k : = = (2.17) (ii) Tingkat kegunaan fasilitas server : = (2.18) (iii) Rata-rata jumlah pelanggan menunggu dalam fasilitas antrian: = = = (2.19) (iv) Rata-rata waktu pelanggan selama menunggu dalam fasilitas antrian :

= = (2.20) (v) Rata-rata waktu pelanggan selama berada dalam sistem : = = (2.21) (vi) Rata-rata jumlah pelanggan dalam sistem: (2.22) (vii) Rata-rata jumlah pelanggan dalam fasilitas pelayanan : (2.23) (viii) Rata-rata waktu pelanggan selama berada dalam fasilitas pelayanan: (2.24)

2.8.8 Sistem Antrian M/M/1/K Sistem antrian model M/M/1/K/FCFS disebut juga sistem antrian jalur tunggal untuk melayani para pelanggan dengan pelayanan tunggal. Sehingga setiap pelanggan dilayani oleh satu fasilitas pelayanan. M yang pertama menyatakan proses kedatangan mengikuti proses poisson, M yang kedua menyatakan proses pelayanan mengikuti proses poisson, angka satu menyatakan jumlah fasilitas pelayanan dalam sistem atau satu saluran, dengan kapasitas sistem antrian terbatas K dan disiplin antrian antrian first come first served. Menurut Hock (1996) pada sistem antrian M/M/1/K ini memiliki beberapa karakteristik yang sama dengan sistem antrian M/M/1. Kapasitas antrian pada M/M/1 tak berhingga nilainya, sedangakan pada sistem antrian ini kapasitas antriannya terbatas pada nilai K yang mengakibatkan perbedaan distribusi probabilitas pelanggan dalam sistem antrian. Notasi-notasi yang dipergunakan untuk mempermudah dalam menganalisa sistem antrian pada sistem antrian M/M/1/K sama dengan notasi pada sistem antrian M/M/1 yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. 2.9 Software S-PLUS 2000 Dalam Everiit (1994), disebutkan bahwa S-PLUS 2000 adalah suatu paket program yang memungkinkan membuat program sendiri walaupun di dalamnya sudah tersedia banyak program internal yang siap digunakan. Kelebihan dari paket program ini adalah baik program internal maupun program yang pernah dibuat dapat digunakan sebagai sub program dari program yang akan dibuat.

Beberapa perintah internal yang digunakan dalam Software S-PLUS 2000 adalah sebagai berikut : a. function( ) merupakan perintah untuk menunjukkan fungsi yang akan digunakan dalam program. Bentuknya : function(...) b. length( ) merupakan perintah untuk menunjukkan banyaknya data. Bentuknya : length(...) c. rep(a,b) merupakan perintah untuk membentuk sebuah vektor yang anggotanya asebanyak b. Bentuknya : rep (...,...) d. matrix(a,b,c) merupakan perintah untuk membentuk sebuah matriks yang anggotanya a dengan jumlah baris sebanyak b dan jumlah kolom sebanyak c. Bentuknya : matrix(...,...,...) e. cat( ) merupakan perintah untuk menuliskan argumentasi dalam bentuk karakter dan kemudian mencetak hasil atau file yang telah ditetapkan. Bentuknya : cat(... )

f. for( ) merupakan perintah untuk mengulang satu blok pernyataan berulang kali sesuai dengan kondisi yang telah ditentukan. Bentuknya : for(kondisi){pernyataan} g. sum( ) merupakan perintah untuk menjumlahkan semua bilangan anggota dari suatu vektor. Bentuknya : sum(...) h. if-else merupakan perintah untuk menjalankan pernyataan pertama jika kondisi benar dan pernyataan kedua akan dieksekusi jika kondisi bernilai salah. Bentuknya : if(kondisi) { pernyataan pertama } else pernyataan kedua i. while merupakan perintah untuk mengulang satu blok pernyataan terus menerus selama kondisi ungkapan logika pada while berlaku benar. Bentuknya : while(logika) {pernyataan} j. rbind merupakan perintah untuk menggabungkan beberapa vektor baris ke dalam satu bentuk matriks. Bentuknya : rbind(...)

k. cbind merupakan perintah untuk menggabungkan beberapa vektor kolom ke dalam satu bentuk matriks. Bentuknya : cbind(...) l. repeat merupakan perintah untuk mengulangi eksekusi pernyataan secara terus menerus, sehingga diperlukan pernyataan lain untuk menghentikan perulangan eksekusi. Bentuknya : repeat { pernyataan pertama } if (pernyataan kedua) break