dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Abdulrasyid,Priyatna Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Jakarta : PT.

METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Berpikir Adanya perbedaan volume didalam dokumen tender antara BQ dan

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi dalam pelaksanaan proyek konstruksi gedung maupun sipil. penyempurnaan design yang sudah ada di dalam sebuah kontrak


BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o

6.2.1 Pengendalian Mutu Pada umumnya dalam sebuah proyek konstruksi mengenal beberapa aspek pengendalian mutu yang sering diterapkan, diantaranya adal

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK DAN KEMAJUAN PEKERJAAN. secara menyeluruh mulai dari perencanaan, pembangunan fisik sampai dengan

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. sitematis. Dapat diartikan juga sebagai wadah dalam kegiatan sekelompok

Owner (Pemilik Proyek)

BAB III MANAGEMENT DAN ORGANISASI PROYEK


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik

BAB III MANAJEMEN ORGANISASI DAN SISTEM KONTRAK. merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, mongkoordinasi dan

BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan

Penjelasan tentang proyek yang akan dikerjakan. Panitia lelang nengumumkan kontraktor yang lolos dalam tahap pra kualifikasi

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK


BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK


BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. Manajemen Proyek adalah sebagai suatu proses dari perencanaan,

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

TCE-06 DOKUMEN KONTRAK

Kontraktor. Konsultan Pengawas. Konsultan Perencana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi, yaitu sebuah dokumen tertulis antara pemilik dan kontraktor untuk

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK


[CASA DOMAINE JAKARTA APARTMENTS (SHANGRI-LA RESIDENCE)] BAB III ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. pengaturan, kepemimpinan dan pengendalian dari suatu proyek oleh para

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III STRUKTUR ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. mengatur pelaksanaan berbagai pekerjaan dalam rangka mencapai suatu

PENGADAAN BARANG/JASA (PROCUREMENT)

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data ketidaksesuaian atau defect atau punch list yang terjadi pada 8 proyek yang

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Variation Order. Variation order (vo) atau pekerjaan tambah kurang merupakan hal yang

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan

ANALISIS KONTRAK DAN NILAI KLAIM PADA PELAKSANAAN SUB-PAKET PEKERJAAN STRUKTUR. (Studi Kasus: Proyek Ciputra World Apartment and SOHO)

BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP) DRAFT BERKAS SERAH TERIMA AKHIR PEKERJAAN (FHO)

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB IV Analisis Data

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

PERJANJIAN PEKERJAAN KONSTRUKSI RUMAH TINGGAL KAVLING No TYPE.. M 2 DI PERUMAHAN PURI SYAILENDRA Nomor : /SBP/SPKK/ -09

SOP Penanganan Variance Order

KLAIM KONSTRUKSI (STUDI KASUS: PEKERJAAN PENGADAAN GEDUNG KESEHATAN PADA BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA) Herman Susila.

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK. Manajemen proyek adalah salah satu cabang dalam manajemen yang secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan.

BAB II: TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK. Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 GAMBARAN PROSES BISNIS. PT. Inti Graha Sembada didirikan pada tanggal 23 November 2006 berdasarkan

Tugas Dan Tanggung Jawab Team Leader

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. pihak yang terkait satu sama lain yang mempunyai tugas dan wewenang masing

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumberdaya serta memiliki spesifikasi

BAB I PENDAHULUAN. struktur, arsitektur, dan MEP yang telah dimulai pada tahun 2016.

KERANGKA ACUAN KERJA PT. JAKARTA INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL

SURAT PERJANJIAN PT BGC DAYA KONTRAKTOR JAKARTA

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK. (specification) biaya dan waktu yang direncanakan. Manajemen proyek

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. merupakan aspek yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sebaikbaiknya.

BAB VI PENGENDALIAN DAN KEMAJUAN PROYEK. akan semakin diperlukan jika proyek termasuk dalam proyek yang kompleks dan

BAB III SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

KEMAJUAN PEKERJAAN & PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. tahapan tahapan tertentu dalam pengerjaannya. Berlangsungnya kemajuan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB VII PENAMBAHAN BALOK STRUKTUR LANTAI ATAP AKIBAT BEBAN GONDOLA DAN ROOF TANK

BAB IV GAMBARAN UMUM PROYEK

BERITA ACARA SERAH TERIMA PERTAMA PEKERJAAN KONSTRUKSI (PHO)

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK PT.NUSA RAYA CIPTA

1.4 Manfaat Manajemen Konstruksi

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEKERJAAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN DERMAGA BLOK A

DATA INFORMASI DALAM RANGKA MONITORING/ EVALUASI/ KOORDINASI/ FASILITASI KEGIATAN PEMBANGUNAN APBD/ APBN PROVINSI SUMATERA BARAT

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIJZING) DAN ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 9 PENGENDALIAN PROYEK DAN KONTRAK

BAB III STRUKTUR ORGANISASI PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. Dalam organisasi proyek pembangunan Rusun Pasar Lokasi Binaan Rawa Buaya,

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK. didasarkan pada karakteristik dan kondisi proyek itu sendiri. Ditinjau dari sudut

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan

Transkripsi:

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Proyek Proyek Pembangunan Cirebon Super blok (CSB) mall dibangun pada lahan seluas 20.286,00 m2 yang terdiri dari mall 4 lantai dengan luas 50.365,56 m2, dan gedung parkir 6 lantai dengan luas 22.970,6 m2. Proses pembangunan Cirebon Super blok (CSB) mall dimulai tanggal 14 Februari 2011 sampai dengan 11 Desember 2011. Data data tersebut diatas diambil dari buku perencanaan proyek yang dibuat oleh kontraktor. Didalam organisasi kontraktor dipimpin oleh seorang proyek manager. Organisasi tersebut dibagi menjadi tiga team, yaitu team engineering, team produksi dan team keuangan. Team engineering dipimpin oleh seorang Engineering Manager, team produksi dipimpin oleh Production Manager dan team keuangan dipimpin oleh Finance Manager. Berikut kami sajikan struktur organisasi proyek Pembangunan Cirebon Super blok (CSB) mall : IV 1

Tabel 1 Struktur Organisasi Proyek Pembangunan Cirebon Super blok (CSB) mall Dalam melaksanakan kegiatan sehari harinya, setiap unsur diatas memiliki tugas dan wewenang masing masing yang telah diatur dan ditentukan sebelumnya, yaitu: No Jabatan Perencanaan Pelaksanaan Pengendalian 1 Project Manager Klarifikasi dengan owner Membuat seluruh kebijakan proyek Memonitor pelaksanaan RAP Koordinasi 2 Project Enginering Manager Merencanakan cost plan proyek Koordinasi dengan anggota tim proyek Pelaksanaan dan pengendalian RAP proyek sesuai rencana dengan owner Memanage pelaksanaan sesuai schedule Melaksanakan kegiatan sesuai target mutu, biaya dan waktu IV 2

3 Project Finance Manager Merencanakan Cash flow proyek metode kerja Menyiapkan Dokumen lonstat/daftar pembayaran biaya proyek Pelaksanaan dan pengendalian keuangan proyek sesuai rencana Realisasi cash flow proyek Mendata kewajiban yang harus dibayar sesuai schedule menyusun laporan keuangan proyek 4 Procurtment / Logistik Membuat draft PO atau kontrak Penyimpanan material dan bukti penerimaan Melakukan inspeksi (visual, pengukuran, spesifikasi) Membuat analisa komparasi harga Membuat Purchasing Order Melakukan monitoring pengadaan dan penerimaan barang 5 Cost Control Membuat master costplan 6 Scheduller Membuat master schedulle Memonitor pengendalian RAP Melakukan verifikasi volume, harga satuan dan posting Melakukan updating schedulle secara periodik Melakuakan pengecekan laporan membuat laporan hasil pelaksanaan dan pengendalian biaya melakukan Verivikasi material yang diadakan berdasarkan RAP Membuat evaluasi dan laporan biaya perperiode Membuat evaluasi progress terhadap rencana awal membuat Monitoring Pelaksanaan action plan IV 3

4.2. Pekerjaan Tambah Ada beberapa item pekerjaan di proyek CSB Mall Cirebon yang menjadi pekerjaan tambah dan sudah diajukan klaim ke owner, diantaranya pekerjaan konstruksi baja, pekerjaan bobokan dan pekerjaan pekerjaan kecil lainya. 4.2.1. Pekerjaan Struktur Baja Pekerjaan konstruksi baja terdiri dari pekerjaan konstruksi atap bioskop XXI dan konstruksi atap ballroom. posisinya terletak di lantai atap mall. Pekerjaanya meliputi pekerjaan kolom baja, kuda kuda baja, rangka baja penutup atap dan rangka penggantung plafond. Pekerjaan ini termasuk paket pekerjaan struktur. 4.2.1.1. Pengumpulan Data Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat surat, gambar tender, gambar kontrak, gambar pelaksanaan, gambar kerja (shop drawing), Bill of Quantity (BQ), RKS, site memo, site instruction, risalah rapat, form RFI (request for information), foto, dan sebagainya. 4.2.1.1a. Gambar tender Gambar tender adalah gambar gambar yang dipakai sebagai dasar pembuatan daftar uraian dan perhitungan volume pekerjaan (BQ). Dan gambargambar yang didapat selama masa tender yang menjadi dasar perhitungan pemborong dalam pengajukan penawaran pada tender pekerjaan (SAU pasal 1.19.1). IV 4

Gambar rangka atap bioskop XXI bernomer S 61 tanggal penerbitanya 14 Februari 2011. Berikut adalah penjelasan dari gambar tersebut : 1. Posisi bioskop XXI terletak di as J S / 15 21 2. Ukuran panjang 66 meter dan lebar 33.1 meter. 3. Rangka utama menggunakan WF ukuran ½ x 400x200x8x13 dengan rangka penutup atap menggunakan CNP 200x75x20x3.2 4. Nilai volume pekerjaan 70.3 ton seharga Rp. 1.652.101.915,00 Sedangkan gambar rangka atap ballroom bernomer S 64 tanggal penerbitanya 14 Februari 2011. Berikut adalah penjelasan dari gambar tersebut : 1. Posisi Ballroom terletak di as C I / 6 11 2. Ukuran panjang 48 meter dan lebar 40 meter. 3. Rangka utama menggunakan pipa ukuran 8 dan 3 dengan rangka penutup atap menggunakan CNP 200x75x20x3.2 4. Nilai volume pekerjaan 44.6 ton seharga Rp. 1.191.414.612,00 4.2.1.1b. Bill of Quantity (BQ) Bill of Quantity adalah daftar uraian pekerjaan, volume dan harga satuan yang terdapat dalam dokumen dokumen tender dan kontrak. Harga satuan dalam BQ dan kontrak adalah dasar harga yang dipakai untuk menghitung biaya pekerjaan tambah atau kurang (SAU 1.15). Menurut BQ yang merupakan bagian dari lampiran kontrak, nilai pekerjaan konstruksi baja bisokop XXI adalah Rp. 984.671.134,00. Dan nilai pekerjaan IV 5

konstruksi baja Ballroom adalah Rp. 1.020.359.686,00. Nilai tersebut berbeda dengan nilai sesuai gambar tender yang telah diuraikan diatas. 4.2.1.1c. Gambar Pelaksanaan Gambar pelaksanaan adalah gambar gambar yang diterima pemborong dari pemberi tugas atau manajemen konstruksi (MK) selama pelaksanaan disertai instruksi manajemen konstruksi (MK) yang telah disetujui oleh pemberi tugas mengenai perubahan atau penambahan atau pengurangan pekerjaan (jika ada) (SAU pasal 1.19.3). Pada bulan maret 2011 ada informasi dari MK dan owner bahwa akan ada perubahan design struktur baja bioskop XXI dan Ballroom. Sehingga proses pengadaan untuk pekerjaan tersebut tidak bisa dilanjutkan menunggu design baru dari owner. Gambar pelaksanaan konstruksi baja dengan design baru, baru diserahkan kepada kontraktor pada tanggal 03 agustus 2011 untuk bioskop XXI dan tanggal 29 juni untuk Ballroom. Berikut adalah penjelasan dari gambar perubahan tersebut : Gambar rangka atap bioskop XXI bernomer S 61 tanggal penerbitanya 03 Agustus 2011: 1. Posisi bioskop XXI terletak di as C H / 6 13 2.Ukuran panjang 56 meter dan lebar 40 meter. 3. Rangka utama menggunakan WF ukuran ½ x 450x200x9x14 dengan rangka penutup atap menggunakan CNP 200x75x20x3.2 dan ditambah rangka penggantung plafon menggunakan UNP 180x75x7 4. Nilai volume pekerjaan 61.9 ton seharga Rp. 1.396.513.000,00 IV 6

Sedangkan gambar rangka atap ballroom bernomer S 64 tanggal penerbitanya 29 Juni 2011: 1. Posisi Ballroom terletak di as I R /1 6 21 2. Ukuran panjang 64 meter dan lebar 28 meter. 3. Rangka utama menggunakan WF ukuran ½ x 400x200x8x16 dengan rangka penutup atap menggunakan CNP 200x75x20x3.2 4. Nilai volume pekerjaan 116.3 ton seharga Rp. 2.319.212.114,00 4.2.2. Pekerjaan Lain lain Pekerjaan lain lain umumnya terjadi karena kondisi existing yang tidak terduga dan tidak tercover oleh dokumen tender. Pekerjaannya antara lain pembobokan kolom, retaining wall, pile cap dan tangga existing. Selain itu ada juga pekerjaan penambahan struktur seperti penambahan pembesian, beton dan bekisting. 4.2.3. Dasar Pelaksanaan Pekerjaan Tambah Setelah adanya pekerjaan yang menyebabkan pekerjaan tambah, kontraktor segera meminta kepada MK dan Owner agar segera menerbitkan Site Intruksi sebagai dasar pelaksanaan pekerjaan tambah. Site Intruksi juga digunakan sebagai dasar untuk pengajuan klaim pekerjaan tambah dilampirkan data data pendukung seperti gambar dan BQ. IV 7

4.2.4. Biaya Pekerjaan Tambah Berikut adalah tabel biaya pekerjaan tambah yang telah diajukan kontraktor kepada owner. IV 8

4.2.5. Pasal Pasal kontrak Kerja Yang Mengatur Klaim Pekerjaan Tambah Berikut adalah bunyi dari pasal pasal didalam kontrak kerja yang mengatur klaim pekerjaan tambah : SAU Pasal 10. Perubahan perubahan atau pekerjaan tambah kurang 1.1. Apabila dianggapa perlu, Manajemen konstruksi (MK) atas persetujuan tertulis dari pemberi tugas dapat mengadakan perubahan atas bentuk, kualitas, atau kuantitas pekerjaan ataupun bagian dari pekerjaan dan berhak memerintahkan pemborong untuk mengerjakan hal hal berikut : 1.1.1. Menambah atau mengurangi kuantitas pekerjaan yang tercantum didalam gambar,syarat teknis pelaksanaan dan BQ 1.1.2. Meniadakan beberapa bagian pekerjaan yang tercantum didalam gambar,syarat teknis pelaksanaan dan BQ 1.1.3. Mengubah level, garis garis, posisi dan dimensi bagian bagian pekerjaan 1.1.4. Melaksanakan pekerjaan tambah yang dianggap perlu untuk menyelesaikan pekerjaan 1.2. Instruksi instruksi perubahan tersebut diatas berlaku pula untuk bagianbagian pekerjaan yang tercantum didalam gambar tender/kontrak tetapi tidak tercantum didalam syarat teknis dan BQ atau sebaliknya 1.3. Perintah untuk melaksanakan perubahan tersebut akan duiberikan oleh MK secara tertulis setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari IV 9

pemberi tugas, dan perubahn perubahan ini akan diperhitungkan sebagai pekerjaan tambah atau kurang 1.4. Untuk pekerjaan tambah atau kurang pada bagian bagian pekerjaan yang belum tercantum sebelumnya didalam BQ maka harga satuan yang digunakan berdasarkan harga yang berlaku dipasaran 1.5. Untuk pekerjaan tambah atau kurang yang disebabkan adanya perbedaan antara gambar kontrak dengan gambar pelaksanaan maka volume atau quantity yang dihitung kembali adalah hanya bagian pekerjaan yang mengalami perubahan tambah atau kurang saja dan hanya nilai dari bagian tersebut saja yang akan diperhitungkan sebagai pekerjaan tambah atau kurang SAK Pasal 5 Tata cara, waktu dan sistem pembayaran 2. Pembayaran Pekerjaan Tambah dan Kurang 2.1. Pekerjaan tambah dan kurang yang timbul selama masa pelaksanaan dan yang telah mendapat persetujuan tertulis dari pihak pertama, akan dibuatkan addendum kontrak 2.2. Addendum nilai kontrak untuk pekerjaan tambah dan kurang tersebut (bila ada) akan dibuat secara periodik atas kesepakatan bersama pihakpihak yang terkait, disesuaikan dengan kondisi yang ada. 2.3. Pembayaran atas pekerjaan tambah dan kurang hanya dapat dilaksanakan setelah addendum kontrak yang bersangkutan ditandatangani dan pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan disetujui oleh manajemen konstruksi (MK) IV 10

4.2.6. Proses pengajuan Klaim Pekerjaan Tambah Berdasarkan Kontrak Kerja Berikut adalah proses pengajuan klaim pekerjaan tambah berdasarkan kontrak kerja antara owner dan kontraktor : 1. Manajemem konstruksi (MK) dengan persetujuan owner berhak mengadakan perubahan kualitas pekerjaan (pekerjaan tambah) 2. Manajemem konstruksi (MK) dengan persetujuan owner berhak memerintahkan kontraktor untuk mengerjakan perubahan design 3. Manajemem konstruksi (MK) dengan persetujuan owner berhak memerintahkan kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan tambah termasuk untuk pekerjaan yang ada perbedaan volume didalam dokumen tender 4. Perintah untuk melaksanakan pekerjaan perubahan diberikan secara tertulis oleh MK dengan persetujuan owner 5. Pekerjaan tambah yang timbul selama masa pelaksanaan yang telah mendapatkan persetujuan owner akan dubuatkan addendum kontrak 6. Pembayaran atas pekerjaan tambah dapat dilaksanakan setelah addendum kontrak ditandatangani dan pekerjaan telah dilaksanakan dan disetujui pleh MK IV 11

4.2.7. Proses Pengajuan Klaim Pekerjaan Tambah Yang Tidak Diakomodir Oleh Kontrak Kerja dan Dampaknya Bagi Kontraktor Dari penjelasan pasal pasal diatas, ternyata kontrak kerja tidak mengakomodir semua proses pengajuan klaim pekerjaan tambah, diantaranya adalah : 1. Pasal dikontrak hanya mengatur hak MK dan owner untuk mengadakan perubahan pekerjaan. 2. Pasal dikontrak hanya mengatur hak MK dan owner untuk memerintahkan kontraktor untuk melaksankan pekerjaan tambah 3. Tidak ada pasal dikontrak yang mengatur masalah pengajuan klaim pekerjaan tambah oleh kontraktor kepada MK dan owner 4. Tidak ada pasal dikontrak yang mengatur kewajiban MK dan owner untuk menyetujui klaim biaya pekerjaan tambah yang diajukan oleh kontraktor 5. Tidak ada pasal yang mengatur batas waktu persetujuan klaim yang diajukan kontraktor Kontrak kerja yang tidak mengakomodir proses pengajuan klaim biaya pekerjaan tambah kontraktor berdampak kepada kerugian kontraktor. Dimana kontraktor harus melaksanakan pekerjaan tambah tapi tidak dijamin proses klaimnya. Sehingga kontraktor berpotensi mengalami kerugian senilai pekerjaan tambah tersebut yaitu RP. 1.158.477.769,00. IV 12

4.2.8. Pasal Pasal didalam FIDIC General Condition of Contract for Contruction Yang Mengatur Klaim Pekerjaan Tambah Berikut adalah pasal pasal yang mengatur klaim pekerjaan tambah kontraktor : Pasal 3.3 Instruksi enjinir Enjinir (setiap saat) dapat mengeluarkan kepada Kontraktor, perintah dan tambahan atau modifikasi gambar gambar yang mungkin diperlukan dalam pelaksanaan Pekerjaan dan perbaikan cacat mutu,sesuai dengan Kontrak. Kontraktor harus mengikuti perintah yang diberikan oleh Enjinir atau asisten yang didelegasikan, untuk segala hal yang berkaitan dengan Kontrak Pasal 13.1 Hak untuk melakukan variasi Variasi dapat diprakarsai oleh Enjinir setiap saat sebelum diterbitkannya Berita Acara Serah Terima Pekerjaan, baik melalui suatu instruksi maupun melalui permintaan kepada Kontraktor untuk mengajukan usulan. Kontraktor harus melaksanakan dan terikat dengan setiap Variasi, kecuali apabila Kontraktor segera memberitahukan Enjinir menyatakan (dengan bukti bukti pendukung) bahwa : o Kontraktor tidak mampu menyiapkan bahan yang dibutuhkan untuk Variasi, atau IV 13

o Variasi tersebut memicu perubahan mendasar dalam urutan atau kemajuan pelaksanaan Pekerjaan. Setelah menerima pemberitahuan, Enjinir harus membatalkan, memastikan atau mengubah instruksi. Pasal 20.1 Klaim kontraktor Jika Kontraktor menganggap dirinya berhak atas perpanjangan Waktu Penyelesaian dan/atau pembayaran tambahan, menurut Klausula manapun dari Persyaratan ini atau yang lainnya dalam kaitannya dengan Kontrak, Kontraktor harus menyampaikan pemberitahuan kepada Enjinir, menyebutkan kejadian atau keadaan yang menimbulkan klaim. Pemberitahuan harus disampaikan sesegera mungkin, dan tidak lebih dari jangka waktu 28 hari setelah Kontraktor menyadari, atau seharusnya telah menyadari, akan kejadian atau keadaan tersebut. Dalam jangka waktu 42 hari setelah menerima suatu klaim atau data pendukung lebih lanjut untuk mendukung klaim sebelumnya, atau dalam waktu lain yang mungkin diusulkan oleh Enjinir dan disetuju oleh Kontraktor, Enjinir harus menanggapi dengan persetujuan, atau penolakan dengan komentar secara rinci. Enjinir juga dapat meminta data pendukung lebih lanjut yang diperlukan, namun tetap memberikan tanggapannya atas prinsip klaim dalam jangka waktu yang ditetapkan di atas. Dalam jangka waktu 42 hari yang ditetapkan di atas, Enjinir harus menindaklanjuti sesuai dengan Sub Klausula 3.5 [Penetapan] untuk IV 14

menyetujui dan menetapkan pembayaran tambahan (jika ada) yang berhak diterima Kontraktor menurut Kontrak. Jika Enjinir tidak menanggapi dalam jangka waktu yang ditentukan dalam Klausula ini, salah satu Pihak dapat menganggap bahwa klaim ditolak oleh Enjinir dan Pihak tersebut dapat merujuk pada Dewan Sengketa sesuai dengan Sub Klausula 20.4 [Memperoleh Keputusan Dewan Sengketa]. 4.2.9. Proses pengajuan Klaim Pekerjaan Tambah Berdasarkan FIDIC General Condition of Contract for Contruction. Proses pengajuan klaim pekerjaan tambah berdasarkan standar kontrak FDIC adalah sebagai berikut : 1. Enjinir sebagai wakil owner berhak mengeluarkan perintah menambahkan atau memodifikasi gambar yang diperlukan dalam pelaksaan pekerjaan. 2. Kontraktor harus mengikuti perintah enjinir untuk segala hal yang bekaitan dgn kontrak. 3. Variasi atau perubahan pekerjaan dapat diprakarsai oleh enjinir melalui suatu instruksi ataupun usulan dari kontraktor 4. Kontraktor berhak untuk menolak atau meminta merubah variasi atau perubahan pekerjaan dari ennjinir dengan menyatakan bukti bukti pendukung apabila : IV 15

o Kontraktor tidak mampu menyiapkan bahan yang dibutuhkan untuk Variasi, atau o Variasi tersebut memicu perubahan mendasar dalam urutan atau kemajuan pelaksanaan Pekerjaan. o Kontraktor harus menyampaikan klaim pekerjaan tambah sesegera mungkin tidak lebih dari jangka waktu 28 hari setelah menyadari adanya keadaan yg menyebabkan hal tersebut. o Dalam jamgka waktu 42 hari setelah menerima klaim kontraktor, enjinir harus menanggapi dengan persetujuan atau penilakan dengan komentar secara rinci o Dalam jangka waktu 42 hari setelah menerima klaim kontraktor, enjinir harus menyetujui dan menetapkan pembayaran tambahan (jika ada) yg berhak diterima kontraktor menurut kontrak. o Jika enjinir tidak menanggapi klaim dalam jangka waktu yg telah ditentukan, kontraktor bisa merujuk ke dewan sengketa. 4.2.10. Proses Pengajuan Klaim Pekerjaan Tambah Yang Tidak Diakomodir Oleh Kontrak Kerja Tetapi diakomodir oleh standar Kontrak FIDIC. Setelah mengkaji pasal pasal didalam kontrak kerja dan pasalpasal di standar kontrak FIDIC, maka dapat diketahui proses pengajuan klaim pekerjaan tambah sesuai standar kontrak FIDIC tetapi tidak diakomodir oleh kontrak kerja, yaitu : IV 16

1. Kontraktor berhak untuk menolak atau meminta merubah variasi atau perubahan pekerjaan dari ennjinir dengan menyatakan bukti bukti pendukung apabila : o Kontraktor tidak mampu menyiapkan bahan yang dibutuhkan untuk Variasi, atau Kontraktor tidak mampu menyiapkan bahan yang dibutuhkan untuk Variasi, atau o Variasi tersebut memicu perubahan mendasar dalam urutan atau kemajuan pelaksanaan Pekerjaan. 2. Kontraktor harus menyampaikan klaim pekerjaan tambah sesegera mungkin tidak lebih dari jangka waktu 28 hari setelah menyadari adanya keadaan yg menyebabkan hal tersebut 3. Dalam jamgka waktu 42 hari setelah menerima klaim kontraktor, enjinir harus menanggapi dengan persetujuan atau penilakan dengan komentar secara rinci 4. Dalam jangka waktu 42 hari setelah menerima klaim kontraktor, enjinir harus menyetujui dan menetapkan pembayaran tambahan (jika ada) yg berhak diterima kontraktor menurut kontrak 5. Jika enjinir tidak menanggapi klaim dalam jangka waktu yg telah ditentukan, kontraktor bisa merujuk ke dewan sengketa. IV 17

Pasal pasal didalam FIDIC General Condition of Contract for Contruction sudah mengakomodir masalah pengajuan klaim pekerjaan tambah kontraktor. Sehingga kontraktor bisa mendapatkan pembayaran biaya pekerjaan tambah senilai Rp. 1.158.477.769,00 dan terhindar dari kerugian. Dari uraian diatas mengenai klaim pekerjaan tambah dan bunyi pasalpasal didalam kontrak kerja dibandingkan dengan pasal pasal dikontrak FIDIC General Condition of Contract for Contruction dapat dijelaskan didalam tabel 3 dan tabel 4 dibawah ini : IV 18

IV 19

4.3. Pekerjaan Yang Berpotensi Menjadi Pekerjaan Tambah IV 20

Ada beberapa pekerjaan lain yang berpotensi menimbulkan pekerjaan tambah,diantaranya adalah pekerjaan plafond, pekerjaan railing dan pekerjaan pengecatan. 4.3.1. Pengumpulan Data Berdasarkan BQ dan gambar tender dengan nomer AR.A4 01 s/d AR.A4 05 nilai pekerjaan plafond adalah Rp. 2.766.759.697. Pada saat pelaksanaan tepatnya pada tanggal 23 juli 2011 owner mengeluarkan gambar baru dengan design yang berbeda, sehingga menyebabkan penambahan volume pekerjaan. Selain itu pada tanggal 16 agustus owner mengeluarkan Site Instruksi agar kontraktor menghentikan sementara pekerjaan plafond. Berdasarkan BQ dan gambar tender dengan nomer AR.A7 01 s/d AR.A7 09 nilai pekerjaan railing adalah RP. 662.384.300,00. Pada tanggal 16 agustus 2011 Owner mengeluarkan Site Instruksi agar kontraktor menghentikan sementara pekerjaan railing. Kemudian pada tanggal 8 september 2011 Owner mngeluarkan gambar design baru. Railing void yang tadinya menggunakan material plate dan pipa besi diubah menjadi menggunakan material kaca tempered dan pipa stainless steel sehingga nilai pekerjaan railing menjadi lebih mahal. Berdasarkan BQ, nilai pekerjaan pengecatan area mall adalah dan parkir adalah Rp. 827.933.169,00. Pada tanggal 7 Oktober 2011 Owner mengeluarkan gambar pelaksanaan untuk pekerjaan pengecatan. Dalam gambar tersebut type cat yang dipakai di dinding mall dan parkir mengalami perubahan, yang IV 21

awalnya memakai type cat acrilyc emulsion berubah menjadi cat minyak yang harganya lebih mahal. 4.3.2. Biaya Pekerjaan Yang Berpotensi Menjadi Pekerjaan Tambah Berdasarkan data data yang telah dijelaskan diatas, maka potensi biaya pekerjaan tambah dari pekerjaan dijelaskan didalam tabel 5 dibawah ini : 4.3.3. Pasal Pasal kontrak Kerja Yang Mengatur Klaim Pekerjaan Tambah IV 22

Selain pasal pasal yang telah diuraikan diatas mengenai klaim pekerjaan tambah, dibawah ini akan diuraikan pasal pasal mengenai penghentian pekerjaan, yaitu : SAU Pasal 7.10 Penundaan Pekerjaan Pemborong atas perintah tertulis dari manajemen konstruksi (MK) harus menunda pelaksanaan pekerjaan atau bagian pekrjaan untuk beberapa waktu dan selama masa penundaan tersebut pemborong harus melindungi pekerjaanya sesuai dengan perintah Manajemen Komstruksi (MK). Pasal diatas hanya mengatur kewajiban kontraktor untuk melakukan penundaan pekerjaan berdasarkan instruksi dari MK. Tapi tidak mengatur klaim penambahan biaya kontraktor akibat penundaan pekerjaan tersebut. 4.3.4. Pasal Pasal didalam FIDIC General Condition of Contract for Contruction Yang Mengatur Klaim Pekerjaan Tambah Didalam FIDIC General Condition of Contract for Contruction selain pasal pasal yangg telah diuraikan diatas ada juga pasal yang mengatur penghentian pekerjaan yaitu : Pasal 8.8 Penghentian Pekerjaan Enjinir dapat setiap saat memerintahkan Kontraktor untuk menghentikan kemajuan suatu bagian Pekerjaan atau seluruh Pekerjaan. Pasal 8.9 Konsekuensi Penghentian Apabila Kontraktor mengalami keterlambatan dan/atau menanggung Biaya akibat memenuhi instruksi Enjinir berdasarkan Sub Klausula 8.8 IV 23

[Penghentian Pekerjaan] dan/atau dari melanjutkan pekerjaan, Kontraktor harus menyampaikan pemberitahuan kepada Enjinir dan berdasarkan Sub Klausula 20.1 [Klaim oleh Kontraktor] berhak atas pembayaran atas setiap biaya, yang akan dimasukkan kedalam Harga Kontrak. Kedua pasal diatas mengatur kewajiban kontraktor untuk melaksanakan penghentian pekerjaan berdasarkan instruksi dari owner dan konsekuensi dari penghentian tersebut. Dimana apabila kontraktor mengalami kerugian biaya akibat penghentian tersebut, kontraktor bisa mengklaim penambahan biaya kepada owner. Sehingga potensi kerugian yang dapat dihindari kontraktor akibat perubahan gambar dan penghentian pekerjaan adalah senilai Rp. 1.873.250.137,00. Dari uraian diatas mengenai potensi klaim pekerjaan tambah dan bunyi pasal pasal didalam kontrak kerja dibandingkan dengan pasal pasal dikontrak FIDIC General Condition of Contract for Contruction dapat dijelaskan didalam tabel 5 dan tabel 6 dibawah ini : IV 24

IV 25