ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

BAB III METODE PENELITIAN

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT

Percobaan Rancangan Petak Terbagi dalam RAKL

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas.

ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN.

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN. Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu

Rancangan Petak Terpisah dalam RAL

Pendugaan Produktivitas Kopal berdasarkan Beberapa Peubah Fenotipe Pohon Agatis (Agathis loranthifolia, Salisb) di Hutan Pendidikan Gunung Walat

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

III. MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA LUKMANUL HAKIM E

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan

LAPORAN ECOLOGICAL SOCIAL MAPPING (ESM) 2012 FOREST MANAGEMENT STUDENT S CLUB

BAB II TINJAUAN UMUM

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015 di Kandang

BAB III METODE PENELITIAN

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

III. METODE PENELITIAN

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir,

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2013 di Laboratorium Teknologi Pasca

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

I.MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 hingga Februari. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

III. MATERI DAN METODE

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

KAJIAN KINERJA JARINGAN IRIGASI TETES UNTUK BUDIDAYA BUNGA KASTUBA

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Sumber Data

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru.

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

MATERI DAN METODE di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

STUDI TERHADAP PRODUKTIVITAS SERASAH, DEKOMPOSISI SERASAH, AIR TEMBUS TAJUK DAN ALIRAN BATANG SERTA LEACHING PADA BEBERAPA KERAPATAN TEGAKAN PINUS

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Produksi Ternak Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru,

PENYADAPAN GETAH PINUS MENGGUNAKAN METODE BOR DENGAN BERBAGAI FREKUENSI PELUKAAN INDRI FEBRIANI

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Karakteristik Biometrik Pohon Belian (Eusideroxylon zwageri T. et B.) pada Tegakan Hutan Sumber Benih Plomas Sanggau Kalimantan Barat MAULIDIAN

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

III. BAHAN DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H. R. Soebrantas No. 115 km 18 Kelurahan. Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Pekanbaru.

III. BAHAN DAN METODE

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Maret

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.

III. MATERI DAN METODE

Pengacakan dan Tata Letak

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

STUD1 PENGEEUARAN TENAGA MEKANIS MANUSLA TJNTUK PENGOLAHAN TANAH SAWAH SAMPAI DENGATV PANEN

STUD1 PENGEEUARAN TENAGA MEKANIS MANUSLA TJNTUK PENGOLAHAN TANAH SAWAH SAMPAI DENGATV PANEN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

RINGKASAN AVIANTO SUDIARTO. Analisis Pengeluaran Energi Pekerja Penyadapan Kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Dibimbing oleh Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS. Kopal merupakan salah hasil hutan non kayu yang berasal dari getah pohon damar (Agathis spp) yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Untuk memungut kopal dari pohon damar diperlukan kegiatan penyadapan terlebih dahulu. Proses penyadapan kopal yang dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) masih dilakukan secara manual yakni menggunakan tenaga manusia. Penggunaan tenaga manusia berhubungan dengan pengeluaran energi manusia. Bila tenaga yang digunakan oleh pekerja berlebihan maka akan menyebabkan energi yang dikeluarkan oleh pekerja semakin besar. Pengeluaran energi yang besar akan mengakibatkan beban kerja semakin tinggi. Dengan beban kerja yang tinggi akan membahayakan kondisi kesehatan pekerja. Hal ini akan mempengaruhi kinerja dan produktivitas pekerja di lapangan. Oleh sebab itu dibutuhkan perhatian yang khusus terhadap sumber daya manusianya terutama pada aspek pengeluaran energi pekerjanya. Penelitian ini mencoba untuk mengukur dan membandingkan besarnya pengeluaran energi pekerja dan tingkat beban kerjanya ketika sedang melakukan penyadapan kopal dengan menggunakan 2 metode penyadapan kopal yang berbeda. Metode penyadapan yang pertama adalah metode koakan (quarre method). Metode ini merupakan metode yang biasa dipergunakan oleh pekerja di HPGW dalam melakukan penyadapan kopal. Metode penyadapan yang kedua adalah metode sayatan (slicing method) dimana metode ini baru diperkenalkan kepada pekerja yang berada di HPGW. Metode sayatan ini terbagi menjadi 2 kegiatan utama yakni kegiatan persiapan dan pembaharuan luka. Selain itu pada penelitian ini mencoba untuk mengetahui pengaruh kelerengan dan kelas diameter pohon terhadap pengeluaran energi pekerjanya Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan cara mengukur denyut jantung pekerja ketika melakukan penyadapan. Sebelum melakukan penyadapan, pekerja melakukan kegiatan step test dengan menaiki dan menuruni kotak kayu setinggi 30 cm dengan siklus 10, 15, 20, 25, 30, 35 dan 40 siklus/menit. Tujuan step test ini adalah untuk mengetahui persamaan garis linear antara denyut jantung pekerja dengan siklus step test-nya. Kemudian denyut jantung yang dihasilkan oleh pekerja ketika melakukan penyadapan dimasukkan ke dalam persamaan garis linear tersebut dan akan didapat jumlah step per menit (N). Selanjutnya hasil jumlah step per menit (N) dimasukkan ke dalam persamaan Eg = (0.0163 W N H) + 1.2. Respon pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelerengan dan kelas diameter pohon dihitung secara statistik dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 2 faktor (faktorial 3 4) dan besarnya pengaruh kelerengan dan kelas diameter pohon dianalisa melalui analisis sidik ragam. Pada kegiatan persiapan dihasilkan rata-rata pengeluaran energi pekerja sebesar 7.133 kkal/menit dengan tingkat beban kerja sedang. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kelerengan datar, sedang dan curam secara berturut adalah 6.964 kkal/menit, 7.170 kkal/menit dan 7.266 kkal/menit. Sedangkan rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kelas diameter I, II, III, dan

IV secara berturut adalah 7.123 kkal/menit, 7.167 kkal/menit, 7.195 kkal/menit, dan 7.048 kkal/menit. Kemudian pada kegiatan pembaharuan luka memiliki ratarata pengeluaran energi pekerja sebesar 6.175 kkal/menit dengan tingkat beban kerja sedang. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kelerengan datar, sedang dan curam secara berturut adalah 5.286 kkal/menit, 5.517 kkal/menit dan 7.723 kkal/menit. Sedangkan rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kelas diameter I, II, III, dan IV secara berturut adalah 5.879 kkal/menit, 6.012 kkal/menit, 6.356 kkal/menit, dan 6.454 kkal/menit. Pada kegiatan penyadapan kopal dengan metode koakan dihasilkan rata-rata pengeluaran energi pekerja sebesar 6.471 kkal/menit dengan tingkat beban kerja sedang. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kelerengan datar, sedang dan curam secara berturut adalah 5.738 kkal/menit, 6.091 kkal/menit dan 7.583 kkal/menit. Sedangkan rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kelas diameter I, II, III, dan IV secara berturut adalah 6.573 kkal/menit, 6.750 kkal/menit, 6.134 kkal/menit, dan 6.425 kkal/menit. Hasil pengujian analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pada kegiatan persiapan, kelerengan dan kelas diameter pohon tidak berpengaruh nyata terhadap pengeluaran energi pekerja. Pada kegiatan pembaharuan luka dinyatakan bahwa kelerengan berpengaruh sangat nyata terhadap pengeluaran energi pekerja dan kelas diameter pohon tidak berpengaruh nyata terhadap pengeluaran energi pekerja. Hasil pengujian analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pada kegiatan penyadapan kopal dengan metode koakan, kelerengan berpengaruh sangat nyata terhadap pengeluaran energi pekerja dan kelas diameter pohon tidak berpengaruh nyata terhadap pengeluaran energi pekerja. Berdasarkan nilai rata-rata pengeluaran energi pekerja di atas dapat disimpulkan bahwa penyadapan kopal dengan metode sayatan lebih baik dari pada penyadapan kopal dengan metode koakan terutama ketika akan melakukan pembaharuan luka dimana rata-rata pengeluaran energi pekerja dengan metode sayatan lebih kecil dari pada metode koakan.

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO E 24101040 Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Departemen Hasil Hutan DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Judul Nama NRP Departemen Fakultas : Analisis Pengeluaran Energi Pekerja Penyadapan Kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat : Avianto Sudiarto : E24101040 : Hasil Hutan : Kehutanan Menyetujui, Pembimbing Skripsi Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS NIP : 131 781 163 Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS NIP : 131 430 799 Tanggal Kelulusan : 01 Februari 2007

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor Jawa Barat pada tanggal 21 Oktober 1982. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara Keluarga Bapak Sudiarto dan Ibu Purwati Estuningsih. Penulis memulai pendidikan formalnya pada tingkat dasar dari tahun 1989-1995 di SDN Semplak II Bogor. Pendidikan lanjutan tingkat pertama ditempuh oleh penulis di SLTPN 4 Bogor dari tahun 1995-1998. Kemudian pendidikan lanjutan tingkat atas penulis tempuh di SMUN 5 Bogor dari tahun 1998-2001. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Hasil Hutan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Bidang minat yang dipilih oleh penulis adalah analisis pemanenan hutan. Selama masa perkuliahan, penulis pernah mengikuti Praktek Pengenalan Hutan di Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Kamojang serta Cagar Alam Leuweung Sancang di Kabupaten Garut Jawa Barat pada bulan Juni 2004. Kemudian dilanjutkan dengan Praktek Pengelolaan Hutan di KPH Sumedang PT Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten pada bulan Juli - Agustus 2004. Pada bulan Februari - Maret 2005 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi yang berjudul Analisis Pengeluaran Energi Pekerja Penyadapan Kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat di bawah bimbingan Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS.

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia dan hidayah-nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam juga penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi seluruh umat manusia di dunia. Skripsi ini berjudul Analisis Pengeluaran Energi Pekerja Penyadapan Kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat merupakan tugas akhir yang dilakukan oleh penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan (S.Hut) di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Terwujudnya skripsi ini berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlimpah. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan sebagai masukan yang berharga untuk menyempurnakannya. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi yang membacanya. Bogor, 05 Februari 2007 Avianto Sudiarto

UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada : 1. Bapak Sudiarto dan Ibu Purwati Estuningsih sebagai orang tua dan adikku tersayang, Asmodiwati atas semua doa, cinta dan kasih sayang yang tiada batas menemani penulis selama penulisan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, nasehat dan arahan kepada penulis sejak awal penelitian hingga tersusunnya skripsi ini. 3. Bapak Ir. Supriyanto, DEA selaku direktur Hutan Pendidikan Gunung Walat yang telah memberikan izin tempat penelitian dan kenyamanan kepada penulis selama melakukan penelitian. 4. Kang Udin dan Pak Yaya yang telah memberikan bantuannya kepada penulis selama melakukan penelitian hingga penyusunan skripsi ini selesai. 5. Yames Sumitra yang telah banyak membantu penulis selama penyusunan skripsi ini hingga selesai. 6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis selama menyusun skripsi ini.

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Tujuan Penelitian... 2 C. Manfaat Penelitian... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Hutan Non Kayu... 3 B. Damar (Agathis spp)... 3 B.1. Ciri lapangan pohon damar... 3 B.2. Penyebaran dan tempat tumbuh pohon damar... 3 C. Kopal... 4 C.1. Pengertian kopal... 4 C.2. Nama lain kopal (nama daerah)... 4 C.3. Jenis-jenis kopal... 5 C.4. Penyadapan kopal... 5 C.5. Kegunaan dan peranan kopal... 6 D. Energi Manusia... 7 D.1. Pengeluaran energi manusia... 7 D.2. Pengukuran energi manusia... 7 E. Step Test... 9 III. METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Penelitian... 10 B. Alat dan Bahan Penelitian... 10 C. Pelaksanaan Penelitian... 10 C.1. Pengumpulan data... 10 C.2. Analisis data... 13 C.2.1. Perhitungan pengeluaran energi pekerja... 13 C.2.2. Rancangan percobaan... 14 C.2.3. Analisis sidik ragam... 15 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas... 18 B. Topografi... 18 C. Tanah... 18 D. Iklim... 19 E. Vegetasi... 19 F. Fauna... 20 G. Penduduk... 20

ii V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Lapangan... 21 B. Step Test... 21 C. Penyadapan Kopal dengan Metode Sayatan... 23 C.1. Persiapan... 23 C.1.1. Pengaruh kelerengan terhadap pengeluaran energi pekerja... 25 C.1.2. Pengaruh kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja... 26 C.2. Pembaharuan Luka... 27 C.2.1. Pengaruh kelerengan terhadap pengeluaran energi pekerja... 29 C.2.2. Pengaruh kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja... 30 D. Penyadapan Kopal dengan Metode Koakan... 31 D.1. Pengaruh kelerengan terhadap pengeluaran energi pekerja... 33 D.2. Pengaruh kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja... 34 E. Perbandingan Metode Sayatan dan Koakan... 35 VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 37 B. Saran... 37 DAFTAR PUSTAKA... 39 LAMPIRAN... 41

iii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tingkat kerja fisik manusia berdasarkan pengeluaran energi... 7 Tabel 2. Tabulasi data rancangan percobaan... 15 Tabel 3. Analisis sidik ragam rancangan acak lengkap faktorial 3 4... 15 Tabel 4. Data curah hujan dan jumlah hari per bulan tahun 2003-2004 di HPGW... 19 Tabel 5. Pengukuran denyut jantung masing-masing pekerja pada saat step test... 22 Tabel 6. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan persiapan (kkal/menit)... 23 Tabel 7. Analisis sidik ragam kegiatan persiapan... 24 Tabel 8. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan pembaharuan luka (kkal/menit)... 28 Tabel 9. Analisis sidik ragam kegiatan pembaharuan luka... 29 Tabel 10. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan penyadapan kopal dengan metode koakan (kkal/menit)... 32 Tabel 11. Analisis sidik ragam kegiatan penyadapan kopal dengan metode koakan... 33 Tabel 12. Perbandingan pengeluaran energi pekerja antara metode sayatan dan koakan... 35

iv DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Pengukuran step test pada salah seorang pekerja... 22 2. Pembersihan kulit pohon damar dengan menggunakan bark shaver... 24 3. Pembuatan pola sadap pada pohon damar... 25 4. Pemasangan talang sadap pada pohon damar... 25 5. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelerengan pada kegiatan persiapan... 26 6. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelas diameter pada kegiatan persiapan... 27 7. Pembaharuan luka sadapan berupa sayatan... 27 8. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelerengan pada kegiatan pembaharuan luka... 30 9. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelas diameter pada kegiatan pembaharuan luka... 31 10. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelerengan pada penyadapan kopal dengan metode koakan... 34 11. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelas diameter pada penyadapan kopal dengan metode koakan... 35

v DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Grafik pengukuran step test masing-masing pekerja... 42 Lampiran 2. Pengeluaran energi masing-masing pekerja pada kegiatan persiapan (kkal/menit)... 44 Lampiran 3a. Pengeluaran energi masing-masing pekerja pada kegiatan pembaharuan luka di kelerengan datar (kkal/menit)... 45 Lampiran 3b. Pengeluaran energi masing-masing pekerja pada kegiatan pembaharuan luka di kelerengan sedang (kkal/menit)... 45 Lampiran 3c. Pengeluaran energi masing-masing pekerja pada kegiatan pembaharuan luka di kelerengan curam (kkal/menit)... 46 Lampiran 4a. Pengeluaran energi masing-masing pekerja pada kegiatan penyadapan kopal dengan metode koakan di kelerengan datar (kkal/menit)... 47 Lampiran 4b. Pengeluaran energi masing-masing pekerja pada kegiatan penyadapan kopal dengan metode koakan di kelerengan sedang (kkal/menit)... 47 Lampiran 4c. Pengeluaran energi masing-masing pekerja pada kegiatan penyadapan kopal dengan metode koakan di kelerengan curam (kkal/menit)... 48 Lampiran 5. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan persiapan (kkal/menit)... 49 Lampiran 6. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan pembaharuan luka (kkal/menit)... 50 Lampiran 7. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan penyadapan kopal dengan metode koakan (kkal/menit)... 51 Lampiran 8. Analisis sidik ragam kegiatan persiapan dengan Minitab 14... 52 Lampiran 9. Analisis sidik ragam kegiatan pembaharuan luka dengan Minitab 14... 53 Lampiran 10. Analisis sidik ragam kegiatan penyadapan kopal dengan metode koakan dengan Minitab 14... 54

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hasil hutan bukan kayu di Indonesia selama ini hanya dianggap sebagai hasil ikutan setelah kayu sebagai hasil utamanya. Sebenarnya apabila hasil hutan bukan kayu ini dimanfaatkan dengan baik maka akan menghasilkan potensi nilai ekonomis yang tidak kalah tinggi dibandingkan dengan nilai ekonomis kayu itu sendiri. Selain itu pemanfaatan hasil hutan bukan kayu bila ditinjau dari aspek sosialnya berperan besar dalam usaha untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. Salah satu hasil hutan bukan kayu yang dapat dimanfaatkan adalah kopal. Kopal adalah sejenis getah yang dihasilkan dari pelukaan kulit pada batang pohon damar (Agathis spp) yang termasuk ke dalam famili Araucariaceae. Whitmore (1977) dalam Hidayati (2005) menjelaskan bahwa kopal merupakan eksudat dari kulit pohon damar yang merupakan cairan kental berwarna jernih atau putih yang semakin lama semakin keras setelah terkontaminasi dengan udara. Daerah penyebaran pohon damar secara alami tersebar di beberapa daerah di Indonesia antara lain : Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Adapun kegunaan dari kopal itu sendiri antara lain sebagai bahan cat, vernis, plastik, lak, tinta cetak, cairan pengering, bahan pelapis tekstil, bahan perekat dan bahan pembungkus kabel laut atau darat. Pada pemungutan kopal perlu dilakukan proses penyadapan terlebih dahulu pada pohon damar agar kopal mudah untuk diambil. Proses penyadapan kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) masih dilakukan secara manual, yaitu masih menggunakan tenaga manusia. Penggunaan tenaga yang tidak diatur dengan baik selama melakukan penyadapan kopal akan berpengaruh pada besarnya pengeluaran energi pekerja itu sendiri. Pengeluaran energi yang berlebihan akan menyebabkan beban kerja yang diterima oleh pekerja semakin tinggi. Tingkat beban kerja yang tinggi akan membahayakan kesehatan pekerja. Selain itu akan turut mempengaruhi kinerja pekerja dan produktivitas kerjanya. Hingga saat ini para pekerja yang melakukan penyadapan kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) masih menggunakan metode penyadapan

2 kopal yang konvensional berupa koakan (quarre method). Penggunaan metode koakan dinilai kurang efektif dan efisien khususnya pada saat melakukan kegiatan pembaharuan luka. Bila ditinjau dari segi pengeluaran energi, maka akan terjadi suatu pemborosan dalam hal penggunaan energi. Penggunaan energi yang tidak diatur dengan benar akan berpengaruh pada pengeluaran energi pekerja yang semakin tinggi. Oleh karena itu diperlukan suatu metode penyadapan kopal yang mampu mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya dengan menggunakan metode sayatan (slicing method). Metoda sayatan ini terbagi menjadi 2 kegiatan utama, yaitu : kegiatan persiapan dan pembaharuan luka. Penelitian ini mencoba untuk menampilkan besarnya pengeluaran energi pekerja pada saat melakukan penyadapan kopal dengan menggunakan metode sayatan dan metode koakan yang dipengaruhi oleh perbedaan kelas diameter dan kondisi topografi. Sehingga melalui kedua pengaruh tersebut dapat diketahui perbedaan besarnya pengeluaran energi pekerja dari kedua metode tersebut. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui energi yang dikeluarkan pekerja pada penyadapan kopal. 2. Mengetahui pengaruh kelas diameter pohon dan kelerengan lapangan terhadap pengeluaran energi pekerja pada penyadapan kopal. C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu untuk : 1. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja penyadapan kopal dengan penggunaan energi yang relatif kecil. 2. Memperbaiki kinerja pekerja dan produktivitas kerjanya di lapangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Hutan Non Kayu FAO (1995) dalam Hidayati (2005) menyatakan bahwa Hasil Hutan Non Kayu (HHNK) adalah komoditi baik berupa barang yang diperoleh dari makhluk hidup (terkecuali kayu) maupun jasa yang dihasilkan dari hutan dan lahan lainnya. Hasil hutan non kayu yang sudah dimanfaatkan sekitar 90 jenis, namun demikian hanya beberapa jenis saja yang sudah dikenal dalam dunia perdagangan baik di dalam negeri maupun di luar negeri antara lain jenis tanaman dan kelompok tumbuhan tak berkayu, resin dan bahan karet, minyak atsiri, minyak lak dan lain-lain (Departemen Kehutanan, 1991 dalam Hidayati (2005). B. Damar (Agathis spp) B.1. Ciri lapangan pohon damar Agathis dapat mencapai tinggi 55 m dan diameter 200 cm, bentuk batang silindris atau lurus, tidak berbanir, kulit tidak beralur, sedikit mengelupas, mempunyai tebal kulit antara 1-1.5 cm, kulit luar berwarna kelabu sampai coklat, tajuk berwarna hijau dan berbentuk kerucut dengan percabangan melingkar, batang daun berbentuk mata ombak, bulat panjang hingga telur panjang. Panjang daunnya 75 mm - 120 mm dan lebar 20 mm - 35 mm, tangkai daun terlihat jelas, jika kulit bagian dalam dilukai atau dilakukan koakan akan mengeluarkan getah yang lazim disebut kopal (Departemen Kehutanan, 1994 dalam Setiawan (2003). B.2. Penyebaran dan tempat tumbuh pohon damar Daerah penyebaran Agathis di Indonesia meliputi Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Papua (Martawijaya, 1981 dalam Setiawan (2003). Daerah tumbuh Agathis secara alami tersebar di beberapa negara seperti Malaysia, Philipina, Australia, Selandia Baru, Kaledonia Baru, Kepulauan Fuji, Amerika Selatan, dan beberapa negara yang berada di Afrika. Agathis termasuk dalam famili Araucariaceae, maka penyebarannya sama dengan daerah famili tersebut (Partadiredja dan Koamesakh, 1973 dalam Setiawan (1997). Soedarmo (1956) dalam Setiawan (2003) menjelaskan bahwa iklim di daerah-daerah penyebaran Agathis adalah tipe iklim basah (hutan hujan tropis).

4 Agathis loranthifolia Salisb membutuhkan iklim basah dengan tingkat curah hujan antara 3000-4000 mm/tahun. Agathis loranthifolia Salisb juga dapat tumbuh pada tanah yang berpasir dan tanah lempung (liat) karena Agathis loranthifolia Salisb tidak terikat pada formasi tanah tertentu sehingga tidak membutuhkan tanah yang terlalu subur tetapi harus mempunyai sistem drainase yang baik. Di Jawa Agathis loranthifolia Salisb tumbuh optimal pada ketinggian 200-2500 mdpl apabila tumbuh di atas ketinggian tersebut tumbuhnya sudah tidak baik lagi. C. Kopal C.1. Pengertian kopal Dulsalam dan Sumantri (1985) dalam Setiawan (1997) menjelaskan bahwa kopal adalah sejenis getah yang diperoleh dari pelukaan kulit pohon Agathis spp berwarna putih sampai kekuning-kuningan transparan berbentuk gelembung. Whitmore (1977) dalam Hidayati (2005) menyatakan bahwa kopal merupakan eksudat dari kulit pohon damar yang merupakan cairan kental berwarna jernih atau putih yang semakin lama semakin keras setelah terkontaminasi dengan udara. C.2. Nama lain kopal (nama daerah) Kopal dikenal dengan berbagai nama daerah tergantung daerah asalnya, misalnya saja damar wana (Agathis philippinensis Warb) dan Kao-kao (Agathis hamii M. Dr) di Sulawesi dan damar (Agathis labillardieri Warb) di Irian Jaya (Partadiredja dan Koamesakh, 1973 dalam Setiawan (1997). Departemen Kehutanan (1981) dalam Parno (2003) menjelaskan bahwa ada beberapa nama lokal dari kopal seperti damar sigi atau kayu sigi (Sumatera), kidamar (Jawa), damar bindang atau damar pilau (Kalimantan), damar kapas, damar wana dan hulu sinua (Sulawesi) serta damar puti, damar pepeda, kesi dan kasima (Papua). Departemen Pertanian (1976) dalam Setiawan (1997) menyatakan bahwa ada beberapa daerah dari kopal seperti damar sewa yaitu kopal melengket yang berasal dari Sulawesi, damar daging yakni sejenis kopal berwarna merah yang dihasilkan dari pohon Agathis di Kalimantan Barat, damar pepeda yaitu kopal melengket yang berasal dari Maluku. Selain itu ada damar penggal, damar medelu dan damar cukur dari Arafuru dan Halmahera.

5 C.3. Jenis-jenis kopal Partadiredja dan Koamesakh (1973) dalam Setiawan (1997) menjelaskan bahwa kopal menurut asal dan cara dihasilkannya terbagi menjadi 2 jenis yaitu kopal sadap dan kopal galian. Kopal sadap yaitu kopal yang diperoleh dengan cara melukai kulit pohon, sedangkan kopal galian yaitu kopal yang diperoleh dari dalam tanah yang berasal dari getah yang keluar dari pohon damar yang tertimbun di dalam tanah secara alami tanpa disadap. Yang termasuk dalam jenis kopal sadap adalah kopal loba dan kopal melengket sedangkan yang termasuk dalam kopal galian ialah kopal bua. Dirjen Kehutanan (1976) dalam Hermansyah (2004) menyatakan bahwa kopal digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu : 1. Kopal Loba Kopal yang dipungut dari pohon setelah satu atau beberapa bulan disadap, lebih keras daripada kopal melengket dan kotorannya tidak mudah melengket, berwarna putih kekuning-kuningan sampai kecoklat-coklatan tergantung lama pembersihannya. 2. Kopal Melengket Kopal yang dipungut dari pohon sekitar dua atau tiga minggu setelah penyadapan, masih lembek dan lengket terhadap kotoran, berwarna putih jernih sampai kekuning-kuningan. 3. Kopal Bua Kopal yang tidak disadap dari pohon melainkan keluar secara alami setelah bertahun-tahun tertimbun di dalam tanah dan bercampur dengan kotoran sehingga berwarna coklat kehitam-hitaman. C.4. Penyadapan kopal Riyanto (1980) dalam Hidayati (2005) menyebutkan bahwa ada 4 macam cara penyadapan kopal, yaitu : 1. Cara Primitif Cara ini dilakukan dengan memukul kulit kayu dengan batu atau alat pemukul pada batang setinggi 1-1,5 m. Kulit yang terluka akan mengeluarkan getah berupa kopal dan cara ini dapat mengalami peradangan pada batang yang akan menyebabkan pembusukan dan kanker batang.

6 2. Cara Tradisional Cara ini dilakukan dengan menggunakan alat sadap berupa kudi (sejenis parang dengan bagian tengahnya membentuk busur), bagian tengah kudi digunakan untuk membuat luka sadapan dengan mencacah secara acak pada keliling pohon setinggi 1-1,5 m. Setelah enam hari kopal mengental dan dipungut sekaligus dilakukan pembaharuan luka. Cara ini dapat meninggalkan bekas callus yang tumbuh tidak teratur dan juga menyebabkan pembusukan dan kanker batang. 3. Cara Menurut PK No.13 /1977 Unit I Jawa Tengah Cara ini dilakukan pada pohon damar yang telah berumur 35 tahun dengan diameter batang telah mencapai 50 cm. Luka dibuat dengan membagi batang ke dalam dua irisan sadap yang berlawanan arah, irisan pertama dengan lebar 1 cm dan kedalaman sadapan setebal kulit, panjang sadapan sekitar 40 cm membentuk sudut 60 terhadap arah tegak. Irisan kedua dengan lainnya berjarak 15 cm, dimana titik irisan pertama berjarak 60 cm dari permukaan tanah, pembaharuan luka sadapan dilakukan setiap minggu sekali selebar selebar 0,5 cm. Kelemahan metode ini adalah waktu penyadapan yang relatif lebih lama dan menurunnya kualitas hasil kopal yang diperoleh. 4. Cara Koakan Cara ini telah dilakukan sejak pertengahan tahun 1979 oleh KPH Banyumas Timur dengan maksud untuk dapat meningkatkan produksi kopal secara optimal sambil menunggu penyempurnaan petunjuk kerja penyadapan kopal yang lebih lanjut. Cara ini kemudian diterapkan oleh Perum Perhutani pada tahun 1985. Sistem ini biasa disebut dengan sistem quarre. C.5. Kegunaan dan peranan kopal Partadiredja dan Koamesakh (1973) dalam Hidayati (2005) menyatakan bahwa penyadapan pohon Agathis mulai berkembang sekitar tahun 1870 saat industri cat dan vernis mulai berkembang di Eropa dan Amerika. Sumadiwangsa (1973) dalam Hidayati (2005) menjelaskan bahwa penggunaan kopal dapat bermanfaat sebagai bahan cat, vernis, spiritus, lak merah, vernis bakar, plastik, bahan pelapis tekstil, linoleum, perekat, email, cairan pengering, bahan sizing, bahan untuk water-proofing, tinta cetak, dan lain sebagainya.

7 D. Energi Manusia D.1. Pengeluaran energi manusia Pada dasarnya pengeluaran energi seseorang dapat dibedakan dalam 2 segi, pertama pengeluaran tenaga total tubuh (laju metabolisme) dan yang kedua adalah pengeluaran tenaga mekanis berupa tenaga yang dikeluarkan oleh otot untuk melakukan kerja fisik. Besarnya tenaga mekanis yang dapat dikeluarkan seseorang untuk melakukan suatu aktifitas kerja tergantung dari lamanya melakukan kerja, usia, jenis kelamin dan ukuran tubuh (Candrarini, 2000). McCormick (1987) menggolongkan tingkat kerja manusia berdasarkan besarnya pengeluaran energi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Tingkat kerja fisik manusia berdasarkan pengeluaran energi No Tingkat Kerja Konsumsi Energi (kkal/menit) Denyut Jantung (pulse/menit) Konsumsi Oksigen (liter/menit) 1 Istirahat/ duduk <1.5 60-70 <0.3 2 Sangat ringan 1.6-2.5 65-75 0.32-0.5 3 Ringan 2.5-5.0 75-100 0.5-1.0 4 Sedang 5.0-7.5 100-125 1.0-1.5 5 Berat 7.5-10 125-150 1.5-2.0 6 Sangat berat 10-12.5 150-180 2.0-2.5 7 Luar biasa berat >12.5 >180 >2.5 Sumber : McCormick (1987) Singleton (1972) menjelaskan bahwa semakin berat suatu beban kerja maka akan semakin tinggi energi yang dibutuhkan yang akan mengakibatkan pernapasan semakin cepat dalam rangka memenuhi kebutuhan oksigen yang semakin meningkat. D.2. Pengukuran energi manusia Passmore dan Robson dalam Candrarini (2000) mengemukakan ada 2 metode pengukuran energi manusia, yaitu : metode langsung dan metode tidak langsung. Untuk mengetahui lebih lanjut maka diuraikan 2 metode pengukuran energi manusia adalah sebagai berikut : 1. Metoda langsung Prinsip yang digunakan dalam metode ini berdasarkan atas kesetaraan antara panas dan energi (prinsip kalorimeter). Pada metode ini pengukuran dilakukan di sebuah ruangan yang dilengkapi dengan fasilitas kerja dan peralatan tertentu.

8 Ruangan ini memungkinkan untuk mengukur panas yang dikeluarkan manusia selama penelitian. Panas yang dikeluarkan diserap oleh air yang bersirkulasi dalam pipa-pipa di sekeliling ruangan tersebut. Total panas, konsumsi oksigen dan karbon dioksida yang dihasilkan dapat diukur dengan cermat dan dikonversi menjadi energi yang dibutuhkan saat melakukan kerja di dalam ruangan tersebut. Metode pengukuran langsung ini umumnya hanya digunakan di laboratorium. 2. Metoda tidak langsung Untuk pengukuran berbagai aktifitas di lapangan, dimana metode langsung tidak dapat dilakukan maka digunakanlah metode tidak langsung ini. Dalam hal ini energi yang dihasilkan diduga dari jumlah konsumsi oksigen yang dibutuhkan dalam melakukan kerja pada kondisi aerobik. Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dengan mengukur jumlah konsumsi oksigen pada saat melakukan kerja selama beberapa waktu melalui pernafasan oksigen dan pembuangan karbon dioksida, pengukuran suhu badan tubuh dan pengukuran denyut jantung. Menurut McCormick (1970) dalam Candrarini (2000) menyatakan bahwa beban kerja fisik yang dilakukan seseorang dapat diukur berdasarkan 3 variabel, yaitu : 1. Konsumsi oksigen Oksigen diperlukan untuk mengubah karbohidrat, protein dan lemak menjadi energi yang lebih. Oleh karena itu konsumsi oksigen dapat dijadikan parameter beban kerja. 2. Suhu tubuh / Temperatur tubuh Suhu tubuh yang meningkat adalah merupakan efek dari perubahan yang terjadi dalam tubuh. Sekitar 70-80 % energi yang terbakar keluar dalam bentuk panas meningkatkan suhu tubuh dan 20 % digunakan sebagai tenaga mekanis. 3. Denyut jantung Jantung merupakan pompa dalam tubuh yang berfungsi untuk menyalurkan darah ke seluruh bagian tubuh. Darah yang mengalir ini membawa bahan bakar (oksigen) ke tiap bagian tubuh yang memerlukannya melalui pembuluh-pembuluh darah. Laju denyut jantung ini diikuti oleh penggunaan oksigen sebagai bahan bakar bagi tubuh. Dengan demikian denyut jantung dapat dijadikan sebagai koreksi dalam pengukuran konsumsi oksigen. Jika denyut jantung tinggi tetapi

9 konsumsi oksigen rendah menunjukkan bahwa otot-otot dalam tubuh dalam keadaan lelah. Suatu pekerjaan di lapangan yang kegiatannya bervariasi, pengukuran energi dapat dilakukan melalui pengukuran denyut jantung.. Pengukuran dengan denyut jantung dinilai lebih praktis dan sampel pekerjaan yang dilakukan dapat terukur sejak dimulai sampai dengan selesai. E. Step Test Herodian (1997) dalam Candrarini (2000) menjelaskan bahwa denyut jantung memiliki korelasi yang tinggi dengan penggunaan energi (konsumsi oksigen), tetapi denyut jantung tidak hanya dipengaruhi oleh beban kerja fisik saja melainkan dipengaruhi juga oleh beban kerja mental. Hal yang dikemukakan di atas berarti untuk mengetahui beban kerja dengan pengukuran denyut jantung dibutuhkan adanya kalibrasi. Salah satu metode yang dapat dipergunakan untuk kalibrasi pengukuran denyut jantung adalah dengan mempergunakan metode step test. Metode ini mempunyai komponen pengukuran yang mudah, selalu tersedia dimana saja dan kapan saja (Hayashi, Moriizumi dan Jin, 1997 dalam Candrarini (2000). Candrarini (2000) menjelaskan metode step test dapat mengusahakan selang yang pasti dari beban kerja dengan mengubah tinggi ataupun intensitas langkah. Beban kerja dapat diketahui dengan mengkalibrasi kurva antara denyut jantung dan beban kerja yang ditetapkan sebelum bekerja, dengan demikian metode ini dapat menganalisa suatu ketidakstabilan denyut jantung seseorang. Setiap obyek yang akan diukur denyut jantungnya pada saat bekerja, harus dikalibrasi terlebih dahulu dengan cara menaiki dan menuruni kotak kayu dengan frekuensi ulangan yang berbeda. Semakin banyak obyek yang dianalisa akan semakin baik hasil yang diperoleh. Perlu diperhatikan juga faktor-faktor personal seperti umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan untuk menentukan karakteristik obyek yang akan diukur (Candrarini, 2000).

III. METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat dengan waktu penelitian selama 1 bulan pada bulan September 2005. B. Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain : Heart Rate Monitor Pita ukur Metronome Alat dokumentasi Stop watch Timbangan Alat sadap dan mal sadap Kotak kayu setinggi 30 cm Bark shaver Alat tulis dan tally sheet Talang sadap dan penampung Komputer dan kalkulator. Paku dan palu Interface Clinometer Pohon damar (Agathis spp) Cat dan kuas Pekerja yang menyadap C. Pelaksanaan Penelitian C.1. Pengumpulan data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui 2 cara, yaitu : metode tidak langsung dan langsung. a. Pengumpulan data secara tidak langsung Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengambil data sekunder yang berupa kondisi umum lokasi penelitian seperti : Letak dan luas lokasi penelitian. Keadaan lapangan (topografi). Keadaan tegakan hutan (vegetasi) dan fauna. Iklim Tanah Penduduk

11 b. Pengumpulan data secara langsung Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengambil data primer yang berkaitan dengan hipotesis dan analisis data penelitian antara lain : Identifikasi tegakan (kelas diameter) Kondisi topografi lapangan (kelerengan) Waktu kerja selama beraktifitas Denyut jantung pekerja selama beraktifitas Pengeluaran energi pekerja dengan parameter denyut jantung Berat badan pekerja Adapun pengamatan dan pengukuran secara langsung yang dilakukan selama berada di lapangan meliputi : 1. Kegiatan step test Sebelum melakukan kegiatan penyadapan kopal terlebih dahulu jantung pekerja dikalibrasi melalui metode step test. Pekerja melakukan kegiatan naik turun kotak kayu setinggi 30 cm dengan frekuensi langkah 10, 15, 20, 25, 30, 35 dan 40 siklus per menit. Satu siklus ialah sekali naik dan sekali turun kotak kayu. Pengaturan gerak naik dan turun kotak kayu menggunakan alat metronome. Masing-masing frekuensi langkah dalam step test dilakukan selama 3 menit dengan selang istirahat selama 5 menit di setiap frekuensi langkahnya. 2. Kegiatan penyadapan kopal Kegiatan penyadapan kopal yang dilakukan oleh pekerja menggunakan 2 metode penyadapan yang berlainan antara lain : metoda sayatan (slicing method) dan metoda koakan (quarre method). Penyadapan kopal tersebut dilakukan pada berbagai kelerengan dan kelas diameter yang dicobakan. 2.1. Penyadapan kopal dengan metoda sayatan Kegiatan penyadapan kopal dengan metoda ini memiliki 2 kegiatan utama yang meliputi kegiatan persiapan dan pelukaan (pembaharuan luka). 2.1.1. Kegiatan persiapan Kegiatan persiapan adalah suatu kegiatan pendahuluan yang bertujuan mempermudah pekerja melakukan kegiatan pelukaan selanjutnya (pembaharuan luka) sehingga efektifitas dan efisiensi kerja terjaga dengan baik. Adapun urutan kerja dalam kegiatan persiapan ini meliputi :

12 Pembersihan tumbuhan bawah di sekitar pohon yang akan disadap. Pembersihan kulit bagian terluar pohon (korteks) dengan menggunakan alat pembersih kulit kayu (bark shaver). Pembuatan mal sadap atau pola sadap pada pohon yang akan disadap. Sadapan awal berupa sayatan dibuat miring (45º) dengan panjang 20 cm, lebar 2 cm dan kedalaman sebesar 0.3-0.5 cm. Pemasangan talang sadap di bagian bawah luka sayatan Pemasangan penampung getah dengan jarak 1 cm dari ujung talang sadap Berjalan menuju pohon yang lain. 2.1.2. Kegiatan pembaharuan luka Kegiatan pembaharuan luka ini dilakukan karena saluran-saluran resin (kopal) yang berada di bagian kulit terdalam pohon tersumbat oleh kopal yang telah mengering pada bekas luka sayatan sebelumnya karena terkena udara luar sehingga aliran kopal yang keluar dari pohon pun menjadi terhenti. Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan persiapan sebelumnya yang dilakukan dengan cara membuat pelukaan baru pada pohon yang disesuaikan dengan bentuk pola dan ukuran sadapan awal yang telah dibuat sebelumnya. Selanjutnya berjalan menuju pohon yang lain untuk dilakukan kegiatan yang sama. Umumnya waktu pembaharuan luka dilakukan setiap 3 hari sekali. 2.2. Penyadapan dengan metoda koakan Kegiatan penyadapan kopal dengan metoda ini merupakan yang biasa dipakai oleh pekerja untuk menyadap kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) sebelum dicobakannya metode sayatan. Adapun urutan kerja dalam kegiatan penyadapan dengan metoda ini meliputi : Pembersihan tumbuhan bawah di sekitar pohon yang akan disadap Pembuatan mal sadap atau pola sadap pada pohon yang akan disadap. Sadapan awal berupa koakan dibuat dengan panjang 10 cm, lebar 10 cm dan kedalaman 0.5-1 cm dengan menggunakan alat kadukul atau petel. Getah yang keluar dibiarkan mengalir dan mengering pada batang pohon. Berjalan menuju pohon yang lain. Pembaharuan luka dilakukan setiap 3 hari sekali dengan bentuk pola dan ukuran yang sama dengan sadapan awal sebelumnya.

13 C.2. Analisis data C.2.1. Perhitungan pengeluaran energi pekerja Apabila telah diperoleh data berupa jumlah denyut jantung pekerja pada saat melakukan kegiatan step test selanjutnya dicari hubungan antara jumlah denyut jantung pekerja hasil pengukuran step test tersebut dengan jumlah frekuensi langkah (step) yang dilakukan pekerja sehingga akan diperoleh suatu persamaan garis linear. Hubungan antara jumlah frekuensi step dengan jumlah denyut jantung pekerja dapat dibuat dengan model seperti berikut : y = a + bµ Di mana : y = Jumlah frekuensi step (intensitas gerak/menit) a = Intersep b = Koefisien korelasi µ = Jumlah denyut jantung pekerja hasil pengukuran step test (pulse/menit) Kemudian hasil pengukuran denyut jantung pekerja pada saat melakukan kegiatan penyadapan kopal baik dengan metoda sayatan ataupun metoda koakan dimasukkan ke dalam persamaan garis linear di atas sehingga akan diperoleh jumlah step per menit (N) dari kegiatan penyadapan kopal tersebut. Adapun nilai N sama dengan nilai y (N = y). Adapun energi yang dikeluarkan oleh pekerja pada saat melakukan kegiatan penyadapan kopal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Hirakawa, 1983 dalam Gandaseca (1998) : Eg = ( 0.0163 x W x N x H ) + 1.2 Di mana : Eg = Energi total yang dikeluarkan oleh tubuh (kkal/menit) W = Berat badan pekerja (kg) N = Jumlah step per menit (step/menit) H = Tinggi kotak kayu step test (meter) 1.2 = Energi yang dibutuhkan untuk metabolisme dasar (kkal/menit) 0.0163 = Konstanta

14 C.2.2. Rancangan percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam proses pengambilan data pada kegiatan penyadapan kopal ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 2 faktor (faktorial 3 4). Faktor pertama adalah kelerengan dengan 3 taraf perlakuan, yakni : datar (0-15 %), sedang (15-25 %) dan curam (25-40 %). Faktor kedua adalah kelas diameter dengan 4 taraf perlakuan, yakni : kelas diameter I (30-40 cm), kelas diameter II (41-50 cm), kelas diameter III (51-60 cm) dan kelas diameter IV (>61 cm). Rancangan percobaan ini menggunakan pohon contoh (Agathis loranthifolia Salisb) dengan ulangan sebanyak 3 kali sehingga pohon contoh yang diambil untuk penelitian adalah 3 4 3 = 36 pohon. Adapun variabel yang diamati adalah pekerja yang melakukan kegiatan penyadapan kopal baik dengan metoda sayatan ataupun dengan metoda koakan. Sedangkan respon yang diukur adalah jumlah energi yang dikeluarkan oleh pekerja saat melakukan kegiatan penyadapan kopal dengan parameternya berupa denyut jantung. Adapun model rancangan percobaan yang dipakai adalah sebagai berikut : Y ijk = μ + α i + β j + ( αβ ) ij + ε ijk Di mana : i = Kondisi topografi (datar, sedang dan curam) j = Kelas diameter (kelas I, kelas II, kelas III dan kelas IV) k = Ulangan (1, 2 dan 3) Y ijk = Respon pengeluaran energi pekerja terhadap kelerengan pada taraf ke-i dan kelas diameter pada taraf ke-j dengan ulangan pada taraf ke - k µ = Nilai rata-rata pengeluaran energi pekerja α i β j (αβ) ij ε ijk = Pengaruh utama faktor kelerengan pada taraf ke-i = Pengaruh utama faktor kelas diameter pada taraf ke-j = Pengaruh interaksi antara faktor kelerengan pada taraf ke-i dan faktor kelas diameter pada taraf ke-j = Pengaruh galat dari faktor kelerengan pada taraf ke-i, faktor kelas diameter pada taraf ke-j dan ulangan pada taraf ke-k

15 Respon pengeluaran energi pekerja saat melakukan kegiatan penyadapan kopal pada berbagai kelerengan dan kelas diameter dapat dilihat dalam tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Tabulasi data rancangan percobaan Kelerengan Kelas Diameter I II III IV Total (Y ) Datar Y 1.I.1 Y 1.II.1 Y 1.III.1 Y 1.IV.1 Y 1.I.2 Y 1.II.2 Y 1.III.2 Y 1.IV.2 Y 1.I.3 Y 1.II.3 Y 1.III.3 Y 1.IV.3 Sub total Y 1.I Y 1.II Y 1.III Y 1.IV Y 1. Sedang Y 2.I.1 Y 2.II.1 Y 2.III.1 Y 2.IV.1 Y 2.I.2 Y 2.II.2 Y 2.III.2 Y 2.IV.2 Y 2.I.3 Y 2.II.3 Y 2.III.3 Y 2.IV.3 Sub total Y 2.I Y 2.II Y 2.III Y 2.IV Y 1. Curam Y 3.I.1 Y 3.II.1 Y 3.III.1 Y 3.IV.1 Y 3.I.2 Y 3.II.2 Y 3.III.2 Y 3.IV.2 Y 3.I.3 Y 3.II.3 Y 3.III.3 Y3.IV.3 Sub total Y 3.I Y 3.II Y 3.III Y 3.IV Y 3. Total Perlakuan (Y ) Y I Y II Y III Y IV Total Keseluruhan C.2.3. Analisis sidik ragam Untuk mengetahui besarnya pengaruh kelerengan dan kelas diameter pohon terhadap pengeluaran energi pekerja harus dilakukan pengolahan secara statistik yang berupa analisis sidik ragam. Tabel 3. Analisis sidik ragam rancangan acak lengkap faktorial 3 4 Sumber Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Keragaman Kuadrat Tengah F hitung Perlakuan ab - 1 JKP KTP KTP / KTG Faktor α a - 1 JKA KTA KTA / KTG Faktor β b - 1 JKB KTB KTB / KTG Interaksi (a - 1)(b - 1) JKAB KTAB Galat ab(r - 1) JKG KTG Total abr - 1 JKT Langkah-langkah perhitungan analisis dapat diuraikan sebagai berikut : FK = Faktor koreksi = Y 2 / abr JKT = Jumlah kuadrat total 2 i, j, k i, j, k = Y FK F tabel

16 JKA = Jumlah kuadrat faktor A (α i ) i = ar 2 FK JKB = Jumlah kuadrat faktor B (β j ) j = br 2 FK JKAB = Jumlah kuadrat interaksi faktor A dan B = JKP JKA JKB ( total dimana, JKP = JKG = Jumlah kuadrat galat = JKT JKP - JKK perlakuan) ab 2 FK Hasil analisis sidik ragam di atas kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis dan pengambilan kaidah keputusan untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor α (kelerengan), faktor β (kelas diameter) dan interaksi antara faktor α dan faktor β terhadap pengeluaran energi pekerja. Hipotesis Pengaruh faktor α (kelerengan) H 0 : α 1 = = α a = 0 (kelerengan tidak berpengaruh) H 1 : paling sedikit ada satu i dimana α i 0 Pengaruh faktor β (kelas diameter pohon) H 0 : β 1 = = β a = 0 (kelas diameter pohon tidak berpengaruh) H 1 : paling sedikit ada satu j dimana β j 0 Pengaruh sederhana (interaksi) antara faktor α dengan faktor β H 0 : (αβ) 11 = = (αβ) ab = 0 (Interaksi α dan β tidak berpengaruh) H 1 : paling sedikit ada satu pasang (i,j) dimana (αβ i j ) 0 Kaidah Keputusan Untuk menguji hipotesis yang telah disusun maka dilakukanlah pengujian F hitung untuk memperoleh kaidah keputusan. Kriterium uji yang digunakan adalah :

17 Jika : F hitungab F tabelab maka terima H 0AB (tidak ada interaksi antara faktor kelerengan dan faktor kelas diameter pohon terhadap pengeluaran energi pekerja ). F hitungab > F tabelab maka terima H 1AB (ada interaksi antara faktor kelerengan dan faktor kelas diameter pohon terhadap pengeluaran energi pekerja ). Bila hipotesis H 0AB diterima maka harus dilakukan pengujian lebih lanjut terhadap faktor α (kelerengan) dan faktor β (kelas diameter pohon). Kriterium uji yang dilaksanakan adalah : F hitunga F tabela maka terima H 0AB (faktor kelerengan tidak mempengaruhi pengeluaran energi pekerja) F hitunga > F tabela maka terima H 1AB (faktor kelerengan mempengaruhi pengeluaran energi pekerja) F hitungb F tabelb maka terima H 0AB (faktor kelas diameter pohon tidak mempengaruhi pengeluaran energi pekerja) F hitungb > F tabelb maka terima H 1AB (faktor kelas diameter pohon mempengaruhi pengeluaran energi pekerja) Dengan kata lain : 1. Bila F hitung lebih besar dari F tabel pada taraf nyata 1 %, dikatakan bahwa pengaruh perlakuan tersebut sangat nyata (pada F hitung ditandai dengan tanda dua bintang : **). 2. Bila F hitung lebih besar dari F tabel pada taraf nyata 5 % tetapi lebih kecil dari F tabel pada taraf nyata 1 % dikatakan bahwa pengaruh perlakuan tersebut nyata (pada F hitung ditandai dengan tanda satu bintang : *). 3. Bila F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf nyata 5 % dikatakan bahwa pengaruh perlakuan tersebut tidak nyata (pada F hitung ditandai dengan tn atau tidak nyata). Apabila H 0AB diterima maka perlu dilakukan pembuatan grafik respon pengeluaran energi pekerja untuk dapat mengetahui besarnya pengaruh dari setiap taraf perlakuan faktor yang dicobakan dalam mempengaruhi respon pengeluaran energi pekerja sehingga dapat membantu dalam pengambilan kesimpulan akhir.

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) secara geografis terletak antara 6 53 35 6 55 10 Lintang Selatan dan 106 47 50 106 51 30 Bujur Timur. Secara administratif pemerintahan, HPGW termasuk dalam wilayah Kecamatan Cibadak dan Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Batas wilayah HPGW, yaitu bagian utara (Desa Batununggal dan Desa Sekarwangi), bagian selatan (Desa Hegarmanah), bagian timur (Desa Cicantayan dan Desa Cijati) dan bagian barat (Desa Hegarmanah). Sedangkan secara administratif kehutanan, HPGW termasuk dalam wilayah BKPH Gede Barat, KPH Sukabumi, PT. Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Areal HPGW dibagi ke dalam 3 blok, yaitu : 1. Blok Tangkalak / Seusepan dengan luas 114 ha yang terletak di bagian tengah dan selatan. 2. Blok Cikatomas dengan luas120 ha yang terletak di bagian timur. 3. Blok Cimenyan dengan luas125 ha yang terletak di bagian barat. B. Topografi Keadaan topografi Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) berupa bukit yang memanjang dari arah timur ke arah barat sehingga membelah wilayah HPGW menjadi 2 bagian, yang mengarah ke utara dan ke selatan. Wilayah utara umumnya berlereng curam sedangkan wilayah selatan berupa daerah curam dan landai. Di bagian tengah terdapat puncak dengan ketinggian 676 mdpl. Sebagian besar kawasan HPGW berada pada ketinggian 500 mdpl. Di areal HPGW ini terdapat beberapa aliran sungai yang umumnya mengalir ke arah Selatan dan berair sepanjang tahun seperti anak sungai Cipeureu, Citangkalak, Cikabayan, Cikatomas dan Legok Pusar. C. Tanah Macam tanah yang berada di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) adalah keluarga Tropohumult Tipik (latosol merah kekuningan), Tropodult Tipik (latosol coklat), Dystropept Tipik (podsolik merah kekuningan) dan Tropotent

19 Lipik (litosol). Keadaan tersebut menunjukkan bahwa tanah di HPGW bersifat heterogen. Jenis tanah yang paling banyak adalah jenis tanah latosol merah kekuningan, sedangkan pada daerah berbatu hanya terdapat tanah latosol dan pada daerah lembah hanya terdapat tanah podsolik. D. Iklim Berdasarkan data curah hujan Laboratorium Pengaruh Hutan, Fakultas Kehutanan IPB tahun 2003-2004, curah hujan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) rata-rata 178,60 ml/bulan dan rata-rata jumlah hari hujan sebanyak 9 hari/bulan. Tabel 4. Data curah hujan dan jumlah hari per bulan tahun 2003-2004 di HPGW Bulan Tahun 2003 Tahun 2004 Rata-rata Curah Hujan (mm/bln) Hari Hujan Bulan Curah Hujan (mm/bln) Hari Hujan Curah Hujan (mm/bln) Hari Hujan 1 273,14 7 1 199 12 236,07 10 2 72,5 12 2 198,2 5 135,35 9 3 244,29 14 3 214,92 13 229,61 14 4 269,85 13 4 261,78 18 265,82 16 5 198,67 3 5 18 2 108,34 3 6 407,5 2 6 120 2 263,75 2 7 - - 7 194 5 194 5 8 51 3 8 - - 51 8 9 39 5 9 11,83 6 75,42 6 10 - - 10 199,5 6 199,5 6 11 - - 11 215,55 11 215,55 11 12 168,77 16 12 - - 168,77 12 Rata-rata Curah Hujan 178,60 9 Sumber : Laboratorium Pengaruh Hutan, Fakultas Kehutanan (IPB) E. Vegetasi Jenis tanaman yang berada di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) sebagian besar (± 100 ha) terdiri dari damar (Agathis loranthifolia), tusam (Pinus merkusii), puspa (Schima wallicii), mahoni (Swietenia macrophylla), dan sisanya berupa tanah kosong yang tertutup oleh tumbuhan bawah, semak belukar dan alang-alang (Imperata cylindrica). Adapun tumbuhan bawah yang mendominasi di HPGW antara lain : harendong (Melastoma polyantum), pungpulutan (Urena lobuta), merasi (Curuligo capitularia), kirenyuh (Eupatorium inifolium) dan paku rane (Sellaginella fimbriata). Hingga tahun 2005 tercatat 44 jenis tumbuhan lainnya yang potensial termasuk 2 jenis rotan dan 13 jenis bambu.

20 F. Fauna Jenis satwa liar yang berada di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) meliputi jenis-jenis mamalia (babi hutan, tupai, rusa, kera, musang, trenggiling dan meong congkok), jenis burung (emprit dan kutilang), jenis reptil (ular dan bunglon) dan jenis ikan (ikan lubang, gabus dan betok). G. Penduduk Penduduk di sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani, peternak, pedagang hasil pertanian, pegawai negeri sipil, buruh pabrik dan sektor lainnya seperti industri rumah tangga yang memproduksi gula aren, bilik bambu, tape, arang, meubel/kusen ataupun pada sektor jasa seperti tukang ojek, tukang bangunan dll. Pertanian merupakan usaha yang banyak dilakukan oleh penduduk di sekitar HPGW. Pertanian yang dilakukan berupa penggarapan sawah baik dengan lahan basah ataupun lahan kering. Jumlah petani penggarap yang ditampung oleh HPGW sebanyak 300 orang. Hasil pertanian yang diperoleh antara lain padi gogo, singkong, kapulaga, pisang, cabe, kopi, sereh, dll. Selain itu salah satu desa di Kecamatan Cicantayan, yakni desa Hegarmanah merupakan desa penghasil manggis dengan kualitas eksport sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu mata pencaharian bagi penduduk sekitar HPGW.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Lapangan Keadaan topografi di lokasi penelitian terbagi menjadi 3 jenis kelerengan antara lain : datar (0-15 %), sedang (15-25 %) dan curam (25-40 %). Masingmasing keadaan topografi memiliki tingkat kerapatan tegakan yang berlainan. Pada kelerengan datar dan sedang, umumnya memiliki tingkat kerapatan tegakan yang relatif rendah dengan sedikit tumbuhan bawah di sekitar tegakan. Hal ini berbeda dengan kelerengan curam yang memiliki tingkat kerapatan tegakan yang relatif tinggi dan banyak terdapat tumbuhan bawah di sekitar tegakan. Tegakan yang dipilih sebagai bahan penelitian adalah damar (Agathis loranthifolia Salisb). Pemilihan tegakan agathis ini dilakukan secara acak dengan memperhatikan kondisi tegakan itu sendiri. Kondisi tegakan harus dalam keadaan baik dan sehat seperti tidak terserang hama dan penyakit, tidak cacat secara fisik (bengkok, patah dll), tidak terdapat callus (benjolan pada batang pohon) akibat pelukaan sebelumnya yang terlalu dalam dan tidak tersambar oleh petir. Kemudian tegakan dibagi menjadi 4 kelas diameter yaitu kelas I (30-40 cm), kelas II (41-50 cm), kelas III (51-60 cm) dan kelas IV (> 61 cm). B. Step Test Pengukuran melalui denyut jantung merupakan salah satu cara dari metode pengukuran secara tidak langsung yang dapat dipakai untuk mengukur besarnya pengeluaran energi pekerja dalam melakukan aktifitas kerja di lapangan. Denyut jantung pekerja tidak hanya dipengaruhi oleh beban kerja fisik saja, tetapi juga dipengaruhi oleh beban kerja mental atau faktor psikologisnya. Oleh karena itu untuk mengetahui beban kerja fisik seseorang dengan pengukuran denyut jantung diperlukan adanya suatu kalibrasi. Salah satu metode yang dapat dipergunakan untuk mengkalibrasi denyut jantung pekerja adalah metode step test. Sebelum melakukan kerja berupa kegiatan penyadapan kopal, terlebih dahulu pekerja melakukan kegiatan naik-turun kotak kayu setinggi 30 cm dengan frekuensi langkah 10, 15, 20, 25, 30, 35 dan 40 siklus/menit. Satu siklus adalah sekali naik dan sekali turun kotak kayu.

22 Gambar 1. Pengukuran step test pada salah seorang pekerja Hasil pengukuran denyut jantung pekerja pada saat melakukan step test disajikan dalam Tabel 5 berikut ini : Tabel 5. Pengukuran denyut jantung masing-masing pekerja pada saat step test. Frekuensi step test (step/menit) Denyut Jantung (denyut/menit) Jujun Tuhidin Acem 10 82 106 86 15 92 112 91 20 98 119 109 25 106 123 111 30 109 128 114 35 110 132 117 40 112 138 122 Kemudian denyut jantung pekerja yang diperoleh dari hasil pengukuran step test dicari hubungannya dengan beban kerja yang berupa frekuensi langkah (step) sehingga dapat dihasilkan suatu persamaan garis linear. Hasil persamaan garis linear dari ketiga pekerja tersebut adalah : Bapak Jujun : y = 0.924 µ - 68.576 Bapak Tuhidin : y = 0.959 µ - 92.590 Bapak Acem : y = 0.756 µ - 56.031 Di mana : y = Frekuensi step test (step/menit) µ = Denyut jantung pekerja saat step test (denyut/menit) Hasil persamaan garis linear di atas dari ketiga pekerja menunjukkan adanya perbedaan. Perbedaan ini disebabkan karena berbedanya respon denyut jantung dari masing-masing pekerja akibat perlakuan berbagai frekuensi step tersebut pada kegiatan step test. Selain itu terdapat faktor lain yang turut mempengaruhi terjadinya perbedaan persamaan tersebut, salah satunya adalah kondisi psikologis pekerja. Kondisi psikologis dari masing-masing pekerja belum tentu sama ketika

23 menghadapi kegiatan step test. Adapun ketidaksamaan ini disebabkan karena kesiapan mental dari masing-masing pekerja berbeda-beda. Hasil penelitian Mulyana (2002) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor lain yang turut mempengaruhi denyut jantung pekerja saat melakukan kegiatan step test, salah satunya adalah kondisi psikologis pekerja. Kondisi psikologis pekerja yang tidak tenang dapat mempengaruhi irama denyut jantung pekerja untuk bekerja lebih cepat. C. Penyadapan Kopal dengan Metode Sayatan C.1. Persiapan Kegiatan persiapan dilakukan pada saat pertama kali melakukan penyadapan kopal. Kegiatan ini disebut juga sebagai kegiatan pendahuluan yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja penyadapan kopal khususnya ketika akan melakukan kegiatan pelukaan yang baru (pembaharuan luka) sehingga diharapkan pekerja akan bekerja lebih mudah dan pengeluaran energinya relatif kecil. Hasil perhitungan rata-rata pengeluaran energi pekerja pada saat melakukan kegiatan persiapan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini : Tabel 6. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan persiapan (kkal/menit). Kelerengan Kelas Diameter Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Total Rataan 7.926 7.700 6.570 6.121 28.317 7.079 Datar 7.537 6.045 7.029 6.543 27.154 6.789 6.175 6.974 6.974 7.973 28.096 7.024 Sub total 21.638 20.719 20.573 20.637 Rataan 7.213 6.906 6.858 6.879 83.567 6.964 5.441 6.570 7.251 7.022 26.284 6.571 Sedang 6.045 5.548 7.040 6.045 24.678 6.170 8.971 9.770 7.565 8.772 35.078 8.770 Sub total 20.457 21.888 21.856 21.839 Rataan 6.819 7.296 7.285 7.280 86.040 7.170 6.573 6.796 7.025 6.799 27.193 6.798 Curam 7.277 6.532 7.526 6.791 28.126 7.032 8.164 8.572 7.774 7.366 31.876 7.969 Sub total 22.014 21.900 22.325 20.956 Rataan 7.338 7.300 7.442 6.985 87.195 7.266 Total 64.109 64.507 64.754 63.432 Rataan 7.123 7.167 7.195 7.048 256.802 7.133 Pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan persiapan adalah 7.133 kkal/menit. Adapun rata-rata pengeluaran

24 energi pekerja pada masing-masing kelerengan (datar, sedang dan curam) secara berturut adalah 6.964 kkal/menit, 7.170 kkal/menit dan 7.266 kkal/menit. Sedangkan rata-rata pengeluaran energi pekerja pada masing-masing kelas diameter (I, II, III, dan IV) secara berturut adalah 7.123 kkal/menit, 7.167 kkal/menit, 7.195 kkal/menit, dan 7.048 kkal/menit. Berdasarkan tabel tingkat kerja fisik manusia berdasarkan pengeluaran energi (Tabel 1) dapat diketahui bahwa rata-rata energi yang dikeluarkan oleh pekerja pada kegiatan persiapan sebesar 7.133 kkal/menit termasuk dalam tingkat kerja sedang. Untuk mengetahui pengaruh kelerengan dan kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja pada saat melakukan kegiatan persiapan ini perlu dilakukan pengolahan statistik dan uji-f terhadap pengeluaran energinya. Hasil pengujian analisis sidik ragam (Tabel 7) menunjukkan bahwa pengaruh kelerengan terhadap pengeluaran energi pekerja tidak berpengaruh nyata pada tingkat 5 %. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung sebesar 0.23 lebih kecil dari nilai F tabel sebesar 3.40 pada tingkat nyata 5 %. Adapun pengaruh kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja tidak berpengaruh nyata pada tingkat 5 %. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F hitung sebesar 0.03 lebih kecil dari nilai F tabel sebesar 3.01 pada tingkat nyata 5 %. Tabel 7. Analisis sidik ragam kegiatan persiapan Sumber Keragaman Db JKT KT Fhit Ftabel 0.05 0.01 Kelerengan 2 0.573 0.286 0.23 tn 3.40 5.61 Kelas diameter 3 0.111 0.037 0.03 tn 3.01 4.72 Interaksi 6 0.981 0.164 0.13 tn 2.51 3.67 Galat 24 30.109 1.255 Total 35 31.773 tn = tidak nyata pada tingkat nyata 5 % Gambar 2. Pembersihan kulit pohon damar dengan menggunakan bark shaver

25 Gambar 3. Pembuatan pola sadap pada pohon damar Gambar 4. Pemasangan talang sadap pada pohon damar C.1.1. Pengaruh kelerengan terhadap pengeluaran energi pekerja Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada setiap kelerengan dalam kegiatan persiapan adalah kelerengan datar sebesar 6.964 kkal/menit, sedang sebesar 7.170 kkal/menit dan curam sebesar 7.266 kkal/menit. Adapun besarnya tingkat kerja berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa kelerengan datar, sedang dan curam termasuk dalam kategori kerja sedang. Hal ini menandakan bahwa sesungguhnya pengeluaran energi pekerja relatif sama di setiap kelerengan. Hasil analisis sidik ragam (Tabel 7) menunjukkan bahwa kelerengan tidak berpengaruh nyata terhadap pengeluaran energi pekerja. Artinya pada kegiatan persiapan pengeluaran energi pekerja tidak dipengaruhi oleh adanya kenaikan kelerengan. Gambar 5 menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kelerengan datar, sedang dan curam menghasilkan nilai yang berbeda. Namun perbedaan pengeluaran energi pekerja tersebut relatif kecil sehingga pengeluaran energi pekerja pada setiap kelerengan menjadi tidak berbeda nyata. Hal ini diduga karena pekerja mengalami kesulitan yang sama saat melakukan kegiatan persiapan pada kelerengan datar, sedang dan curam. Oleh karena itu pada kegiatan persiapan ini perbedaan kelerengan tidak menyebabkan adanya peningkatan pengeluaran energi pekerja yang nyata. Kesulitan yang terjadi lebih disebabkan karena pekerja belum terbiasa untuk melakukan kegiatan persiapan sehingga pekerja menjadi kurang terampil dalam melakukan unsur-unsur kerja kegiatan persiapan tersebut. Hal ini dapat memicu kondisi emosi pekerja menjadi meningkat. Kondisi emosi pekerja yang meningkat

26 akan mempengaruhi denyut jantung untuk berdetak lebih cepat. Akibatnya energi yang dikeluarkan oleh pekerja ikut bertambah besar. Mulyana (2002) menjelaskan bahwa sistem kerja jantung tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan saja tetapi juga dipengaruhi oleh faktor dari dalam tubuh manusia itu sendiri seperti emosi. Kondisi emosi yang meningkat menyebabkan energi yang dikeluarkan semakin bertambah besar. 8 7 Energi (kkal/menit) 6 5 4 3 2 1 0 Datar Sedang Curam Kelerengan Gambar 5. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelerengan pada kegiatan persiapan C.1.2. Pengaruh kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada setiap kelas diameter dalam kegiatan persiapan adalah kelas diameter I sebesar 7.123 kkal/menit, kelas diameter II sebesar 7.167 kkal/menit, kelas diameter III sebesar 7.195 kkal/menit dan kelas diameter IV sebesar 7.048 kkal/menit. Adapun besarnya tingkat kerja berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa kelas diameter I, II, III dan IV termasuk kategori kerja sedang. Hal ini menandakan bahwa sesungguhnya pengeluaran energi pekerja relatif sama di setiap kelas diameter. Hasil analisis sidik ragam (Tabel 7) menunjukkan bahwa kelas diameter tidak berpengaruh nyata terhadap pengeluaran energi pekerja. Artinya pada kegiatan persiapan pengeluaran energi pekerja tidak dipengaruhi oleh adanya pertambahan kelas diameter pohon. Gambar 6 menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kelas diameter I, II, III dan IV relatif sama besar. Hal ini diduga karena pekerja

27 melakukan unsur-unsur kerja kegiatan persiapan yang relatif sama pada kelas diameter I, II, III dan IV sehingga menyebabkan energi yang dikeluarkan oleh pekerja relatif sama di setiap kelas diameternya. Adapun unsur-unsur kerja pada kegiatan persiapan meliputi pembersihan tumbuhan bawah, pembersihan kulit bagian terluar pohon, pembuatan pola sadap, pembuatan sadapan awal berupa sayatan, pemasangan talang sadap dan pemasangan penampung getah. 8 7 Energi (kkal/menit) 6 5 4 3 2 1 0 I II III IV Kelas Diameter Gambar 6. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelas diameter pada kegiatan persiapan C.2. Pembaharuan luka Kegiatan pembaharuan luka ini merupakan lanjutan dari kegiatan persiapan sebelumnya dengan melakukan proses pelukaan yang baru pada pohon damar yang disesuaikan dengan bentuk pola dan ukuran sadapan awal yang telah dibuat sebelumnya pada kegiatan persiapan. Gambar 7. Pembaharuan luka sadapan berupa sayatan