HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN STATUS GIZI TERHADAP KELELAHAN KERJA

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi)

STUDI KOMPARASI DAMPAK PENGGUNAAN AC (AIR CONDITIONING) PADA BUS TERHADAP TINGKAT KELELAHAN PENGEMUDI

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PETUGAS SAMPAH DI KELURAHAN SUMBER KOTA SURAKARTA

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

Kata Kunci : Tingkat kelelahan kerja, umur, pendidikan, masakerja, status gizi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat Manado

Kata kunci: Status Gizi, Umur, Beban Kerja Fisik, Keluhan Muskuloskeletal.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada (1).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAH TANGGA RAMBAK KERING DESA DOPLANG KECAMATAN TERAS BOYOLALI

GAMBARAN BEBAN KERJA BERDASARKAN DENYUT JANTUNG PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) PELABUHAN SAMUDERA BITUNG.

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA MONTIR PERBENGKELAN DI DESA KIAWA KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA KABUPATEN MINAHASA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

Kata Kunci: Shift Kerja, Kelelahan kerja

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KELELAHAN PENGRAJIN MEBEL DI WILAYAH SINDANGGALIH KELURAHAN KAHURIPAN KECAMATANTAWANG KOTA TASIKMALAYA

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON Tbk.

Kata kunci : Kelelahan kerja, umur, beban kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN ANTARA KELELAHAN KERJA DAN MASA KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI PELABUHAN BITUNG TAHUN 2015

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya. Dengan bekerja, manusia berharap akan memperoleh suatu

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN KELELAHAN KERJA PADA BURUH ANGKUT DI PASAR SERASI KOTA KOTAMOBAGU

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN :

ANALISIS FAKTOR INDIVIDU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN PADA PETANI DI DESA CURUT KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2013

* Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat IGD di RSUD Haji Makassar Tahun 2014

I. PENDAHULUAN. Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi

Kata kunci : Sikap Kerja, Keluhan Muskuloskeletal Disorder

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INDIVIDU DENGAN KELELAHAN PADA PEKERJA PEMBUAT TAHU DI PABRIK TAHU KELURAHAN JOMBLANG, KECAMATAN CANDISARI SEMARANG TAHUN 2013

HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN FAKTOR INDIVIDU DENGAN STRESS KERJA PADA PERAWAT IGD DAN ICU DI RSUD CILACAP TAHUN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON MEDAN TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON Tbk.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA PENGRAJIN SONGKET DI DESA TALANG AUR KECAMATAN INDRALAYA KABUPATEN OGAN ILIR

ABSTRAK. tempat kerja sudah mencapai 85 db diatas 8 jam/hari. Alat pelindung pendengaran

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TKBM DI PELABUHAN PEKANBARU TAHUN 2015

Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Industri Keripik Melinjo di Desa Benda Indramayu

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENAMBAHAN WAKTU ISTIRAHAT PENDEK TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PAKERJA PELINTING ROKOK DI PT. DJITOE INDONESIA TOBACCO BAB I

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universtas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANTARA SHIFT

Unnes Journal of Public Health

Kata Kunci: Kelelahan Kerja, Shift Kerja, PLTD.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

HUBUNGAN ANTARA KELELAHAN KERJA DENGAN PERSEPSI TINGKAT PELAYANAN PADA PERAWAT BAGIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA BERDASARKAN SHIFT KERJA PAGI DAN MALAM (Survei pada Pekerja Bagian Produksi di Pabrik Pakan Ternak Andhika Feedmill)

Keywords: PPE; knowledge; attitude; comfort

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA FISIK DAN SHIFT

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN UMUR DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA BURUH BAGASI DI PELABUHAN SAMUDERA BITUNG

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS MANUAL HANDLING DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA PEMBUATAN BATU BATA

HUBUNGAN ANTARA UMUR, MASA KERJA DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN INDEKS KESEGARAN KARDIOVASKULER PEGAWAI PEMADAM KEBAKARAN KOTA MANADO

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

GAMBARAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN SHIFT

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan kesehatan seperti kelelahan kerja.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN STRES MASYARAKAT DI PEMUKIMAN SEKITAR REL KERETA API SRAGO GEDE

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik maupun psikis terhadap tenaga kerja. Secara umum, faktor bahaya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN ANTARA SHIFT

HUBUNGAN ASUPAN GIZI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN KOMPUTER BORDIR DI KELURAHAN CILAMAJANG KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALAYA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN KELELAHAN KERJA DAN STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN SMALL PACKAGINGS 2 DI PT X KLATEN

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN BERDASARKAN VARIASI KEBISINGAN PADA PEKERJA PEMBUAT KOMPONEN-KOMPONEN TEKSTIL DI CV.AKBAR JAYA KIARACONDONG KOTA BANDUNG

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG PADA BURUH BAGASI DI PELABUHAN LAUT MANADO

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA BATIK BROTOSENO MASARAN SRAGEN

Kata Kunci: Umur, Masa Kerja, Status Gizi, Kelelahan Kerja

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA UNIT PERBAIKAN DI PT. KAI DAOP VI YOGYAKARTA DIPO SOLO BALAPAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif.kebijakan yang

HUBUNGAN UMUR, TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS PERNIKAHAN, STATUS GIZI DAN KEJADIAN ANEMIA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA BURUH PABRIK PEREMPUAN

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PENGEPAKAN DI PT. DJITOE INDONESIA TOBAKO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BEBAN KERJA, STATUS GIZI DAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI KERAJINAN GERABAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN WINDING

ANALISIS BEBAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN

ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Kesehatan Kerja dengan Penyakit Akibat Kerja Pada Pekerja Batu Bata

Universitas Diponegoro 2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Nyeri Pinggang Pada. Buruh Pemetik Cabe Di UD. Sri Kundari Kota Semarang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata Kunci : Pelatihan, Motivasi, Dukungan Keluarga dan Masyarakat, Keaktifan Kader Posyandu

KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN DRILLING PERTAMINA EP JAMBI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG

Transkripsi:

HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN STATUS GIZI TERHADAP KELELAHAN KERJA (Survei pada Pekerja Pengrajin Batu Bata di RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar) Sariningsih 1 Yuldan Faturahman dan Sri maywati 2 Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Siliwangi (rie_sarie15@rocketmail.com) 1 Dosen Pembimbing Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi 2 ABSTRAK Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan adalah suatu kondisi yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam bekerja. Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan. Kelelahan kerja dapat terjadi oleh banyaknya faktor antara lain beban kerja dan status gizi. Kelelahan kerja berdampak menunrunnya produktifitas kerja, menurunnya fungsi fisiologis motorik, serta menurunnya semangat kerja. Pada keadaan gizi buruk dengan beban kerja berat akan mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi serta ketahanan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit dan mempercepat timbulnya kelelahan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengatahui hubungan antara beban kerja dan status gizi terhadap kelelahan kerja pada pekerja pengrajin batu bata di RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar. Metode yang digunakan adalah survei analitik dengan menggunakan metode cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah 67 orang dengan jumlah sampel penelitian 39 orang.pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Analisis beban kerja dan status gizi terhadap kelelahan kerja dengan menggunakan chie squarepada taraf α 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara beban kerja terhadap kelelahan kerja (ρ = 0,029 < 0,05) dan status gizi tidak ada hubungan terhadap kelelahan kerja (ρ = 0,847 > 0,05). Kata Kunci : Kelelahan kerja, Beban kerja dan Status gizi Pustaka : 10 (1998 2004)

ABSTRACT RELATED WORK BURDEN AND YEARS OF NUTRITIONAL STATUS FATIGUE OF WORK (Survey on Workers Craftsmen Bricks in RW 01 SinartanjungVillage Pataruman Banjar sub district) Fatigue is a feeling that is subjective. Fatigue is a condition that is accompanied by a decrease in work efficiency and needs. Fatigue is a protective mechanism of the body in order to avoid further damage to the body, and thus there was a recovery. Fatigue can occur by a number of factors such as workload and nutritional status. Fatigue affects the decreasing productivity, decreased motor function physiologically, and declining morale. In a state of malnutrition with a heavy work load and will affect the efficiency and lower the body's resistance to infection and disease and thus accelerate the onset of fatigue. The purpose of this study is to know the relationship between workload and fatigue nutritional status of workers working in brick craftsman in RW 01 Sinartanjung Village Pataruman Banjar sub district. The method used is an analytical survey using cross sectional method. The population is 67 people with a total sample of 39 people. The sample using purposive sampling technique. Analysis of workload and nutritional status of job burnout using chie square α level of 0.05, it can be concluded that there is a relationship between the workload of job burnout (ρ = 0.029 <0.05) and nutritional status no relationship to job burnout (ρ = 0.847> 0.05). Keyword : Fatigue work, work burden, Years of nutritional status References : 10 (1998 2004)

A. PENDAHULUAN Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan adalah suatu kondisi yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam bekerja. Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan (Suma mur, 1989). Kelelahan kerja seringkali terjadi pada saat pelaksanaan proses kerja. Berdasarkan hasil survei di negara maju, dilaporkan bahwa antara 10-50 % penduduk mengalami kelelahan. kelelahan merupakan masalah bagi K3, yang apabila tidak ditangani dengan baik dan benar dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bagi tenaga kerja dan pada akhirnya akan mengakibatkan penurunan produktifitas (Silaban, 1998). Kelelahan kerja merupakan bagian dari permasalahan umum yang sering dijumpai pada tenaga kerja. Permasalahan kelelahan kerja selayaknya mendapatkan perhatian khusus dari pihak perusahaan maupun instansi yang memperkerjakan tenaga kerja. Hal itu dikarenakan kelelahan pada pekerja yang tidak teratasi akan berdampak negatif yaitu menurunnya produktifitas kerja yang ditandai dengan menurunnya motivasi kerja, menurunnya fungsi fisiologis motorik, serta menurunnya semangat kerja. Selain itu, dapat juga berdampak terhadap menurunnya konsentrasi ketika melakukan pekerjaan. Dan kemudian tentu saja hal ini dapat menimbulkan kesalahan dalam bekerja. Menurut beberapa peneliti, kelelahan secara nyata dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja dan dapat menurunkan produktifitas. Investigasi di beberapa negara menunjukkan bahwa kelelahan (fatigue) memberi kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Tenaga Kerja Jepang terhadap 12.000 perusahaan yang melibatkan sekitar 16.000 pekerja di negara tersebut yang

dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa ditemukan 65 % pekerja mengeluhkan kelelahan fisik akibat kerja rutin, 28 % mengeluhkan kelelahan mental dan sekitar 7 % pekerja mengeluh stres berat dan merasa tersisihkan (Hidayat, 2003). Di dalam proses kerja, banyaknya faktor-faktor yang dapat menjadi pencetus timbulnya kelelahan kerja. Faktor-faktor penyebab tersebut antara lain yaitu intensitas dan lamanya kerja, status kesehatan dan nutrisi, serta lingkungan kerja yaitu keadaan monoton, beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental, keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan kebisingan, keadaan kejiwaan seperti tanggungjawab, penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi (Grandjean, 1988 dalam Budiono, dkk 2003) Beban kerja merupakan volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja. Beban kerja yang melebihi kemampuan akan mengakibatkan kelelahan kerja (Depkes, 1991). Beban kerja adalah beban fisik maupun non fisik yang ditanggung oleh seorang pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dalam hal ini harus ada keseimbangan antara beban kerja dengan kemampuan individu agar tidak terjadi hambatan maupun kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan (Depkes, 2003). Jenis pekerjaan yang sifatnya berat akan membutuhkan istirahat lebih sering dan waktu kerja yang pendek. Saat waktu kerja diperpanjang melebihi kemampuan tenaga kerja dapat menimbulkan kelelahan (Tarwaka, 2004). Salah satu faktor yang menyebabkan kelelahan adalah beban kerja yang diterima oleh pekerja. Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan aktifitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas

kerja yang bersangkutan. Semakin berat beban kerja, maka akan semakin pendekwaktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya (Tarwaka, 2004). Status gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang pekerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, bagitu juga sebaliknya (Budiono, 2003). Pada keadaan gizi buruk dengan beban kerja berat akan mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi serta ketahanan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit dan mempercepat timbulnya kelelahan.tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, dan diperlukan juga untuk pekerjaan yang meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan. Menurut teori Harzt et al (1999) dalam safitri (2008) kelelahan terjadi pada IMT (Index Masa Tubuh) yang lebih tinggi yaitu obesitas. Secara persentase dapat dilihat bahwa kelelahan kerja berat yang dialami oleh pekerja lebih banyak terjadi pada pekerja yang memiliki status gizi obesitas Virgy, 2011). Berdasarkan survei awal dan wawancara langsung yang dilakukan pada bulan Mei minggu kedua dengan 10 pekerja dari 67 pekerja mengalami keluhan capek sebesar 11,9% (8 orang), lelah 10,4% (7 orang), pusing 8,9% (6 orang), mata berkunang- kunang 7,4% (5 orang), panas 8,9% (6 orang) dan cepat haus 7,4% (5 orang) pada pekerja pengarjin batu bata RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (Explanatory Research) dengan pendekatan survei analitik dengan metode cross sectional. Survei analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena

kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena, baik antara faktor risiko dengan faktor efek, antar faktor risiko, maupun antara faktor efek. Metode cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variabelvariabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2002). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah beban kerja dan status gizi. Variabel terikatnya yaitu kelelahan kerja. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja yang bekerja sebagai pengrajin batu bata di RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar yang berjumlah 67 orang dan sampel yang diambil sebanyak 39 orang secara purposive sampling dengan kriteriaresponden, umur kurang dari 45 tahun, bersedia sebagai objek penelitian, tidak memiliki riwayat penyakit jantung, ginjal, asma, tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah dan pekerja dalam keadaan sehat pada saat dilakukan penelitian (menurut pengakuan responden). Data kelelahan dianalisis dengan menggunakan program software Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows versi 16 dengan uji statistik chi square untuk melihat hubungan antara beban kerja dan status gizi terhadap kelelahan kerja. Penelitian ini menggunakan uji chi square dengan derajat kepercayaan 95% (α = 5%), dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistik Program Social Science). Uji statistik chi square merupakan uji statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan variabel kategorik dengan variabel kategorik. C. HASIL 1. Beban Kerja Distribusi Frekuensi Menurut Beban Kerja pada Pekerja Pengrajin Batu Bata RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar 2014 Beban kerja F % Ringan (75 100) 9 23.1 Sedang ( 100 125) 19 48.7 Berat (125 150) 11 28.2 Total 39 100 Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa beban kerja sedang (100-125) yaitu 19 orang (48,7%), beban kerja ringan (75-100) yaitu 9 orang (23,1%) dan beban kerja berat yaitu 11 orang (28,2%). Dapat disimpulkan bahwa beban kerja terbanyak yaitu pada beban kerja sedang. 2. Status Gizi Distribusi Frekuensi Menurut Status Gizi pada Pekerja Pengrajin Batu Bata RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar 2014 Kategori IMT F % Kurus < 18,0 2 5,12 Normal 18,0 25,0 32 82,05 Kegemukan >25,0 27,0 3 7,69 Obesitas >27,0 2 5,12 Total 39 100 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pekerja yang berstatus gizi kurus yaitu 2 orang (5,12%), status gizi normal yaitu 32 orang (82,05%), status gizi gemuk 3 orang (7,69%) dan status gizi obesitas yaitu 2 orang (5,12%). Dapat disimpulkan bahwa status gizi terbanyak yaitu berstatus gizi normal. 3. Kelelahan a. Indikasi kelelahan sebelum bekerja Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Indikasi Kelelahan Sebelum Bekerja Pada Pengrajin Batu bata RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar 2014 Kelelahan Kerja F % Tidak Lelah 39 100 Lelah 0 0 Total 39 100 Berdasarkan tabel diatas didapat bahwa sebelum bekerja pekerja tidak mengalami kelelahan kerja.

b. Indikasi kelelahan setelah bekerja Distribusi Frekuensi Indikasi Kelelahan Setelah Bekerja Pada Pengrajin Batu bata RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar 2014 Kelelahan Kerja F % Tidak Lelah Lelah 12 30.8 27 69.2 Total 39 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa kelelahan terjadi lebih banyak yaitu 27 orang (69,2%) dibandingkan dengan tidak lelah yaitu 12 orang (30,8%). D. PEMBAHASAN 1. Hubungan Beban Kerja terhadap Kelelahan Kerja bagian Produksi Pengrajin Batu Bata Distribusi Frekuensi beban Kerja terhadap kelelahan kerja Pada pengrajin Batu Bata RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota banjar 2014 Kelelahan No Beban Kerja Tidak Lelah Lelah Total F % F % F % 1. Ringan 6 66,7 3 33,3 9 100 2. Sedang 4 21,1 15 78,9 19 100 3. Berat 2 18,2 9 81,8 11 100 Total 12 30,8 27 69,2 39 100 p value 0,029 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa kelelahan terjadi pada beban kerja sedang yaitu 15 orang (78, 9%), beban kerja ringan yaitu 3 orang (33,3%) dan beban kerja berat yaitu 9 orang (81,8%). Hasil analisis menunjukkan bahwa kelelahan terbanyak terjadi pada beban kerja sedang.

Hasil uji statistik dengan menggunakan chie square diperoleh nilai p value = 0,029 < 0,05 yang artinya ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistya Virgy hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p value yaitu 0,035 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa beban kerja memiliki hubungan yang bermakna dengan kelelahan kerja. Beban kerja dapat mengakibatkan kelelahan, hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah material yang diangkat dan dipindahkan serta aktifitas yang berulang dalam sehari oleh seorang tenaga kerja, maka akan lebih cepat mengurangi ketebalan dari intervertebral disc atau elemen yang berada diantara segmen tulang belakang dan akan dapat meningkatkan risiko rasa nyeri pada tulang belakang (Nurmianto, 2003). Beban kerja fisik yang berat yang berhubungan dengan waktu kerja yang lebih dari 8 jam, maka dapat menurunkan produktivitas kerja serta meningkatnya angka kecelakaan kerja dan sakit (Budiono dkk, 2003) Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Diantara mereka ada yang lebih cocok untuk beban fisik, mental ataupun sosial (Suma mur, 1996). Akibat beban kerja yang terlalu berat dapat mengakibatkan pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja (Depkes dan Kessos RI, 2000). Bahkan banyak juga dijumpai kasus kelelahan kerja dimana hal itu adalah sebagai akibat dari pembebanan kerja yang berlebihan (Budiono, 2003).

2. Hubungan Status Gizi terhadap Kelelahan Kerja bagian Produksi Pengrajin Batu Bata Distribusi Frekuensi Status Gizi Terhadap Kelelahan Kerja Pada Pengrajin Batu Bata RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar Kelelahan No Status Gizi Tidak Lelah Lelah Total F % F % F % 1. Normal 9 28,1 23 71,9 32 100 2. Kurus 1 50,0 1 50,0 2 100 3. Kegemukan 1 33,3 2 66,7 3 100 4. Obesitas 1 50,0 1 50,0 2 100 Total 12 30,8 27 69,2 39 100 p value 0,847 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa kelelahan terjadi pada status gizi normal 23 orang (71,9%), kurus 1 orang (50%), kegemukan 2 orang (66,7%) dan obesitas 1 orang (50%). Kelelahan terjadi terbanyak terjadi pada status gizi normal. Hasil uji statistik dengan menggunakan chie square diperoleh nilai p value = 0,847 > 0,05 yang artinya tidak ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian Merlian Soasa dari hasil uji statistik diperoleh p value (0,841) > alpha (0,05) yang artinya H 0 diterima dengan kata lain tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja tenaga kerja bongkarmuat di pelabuhan Manado, karena status yang paling banyak adalah status gizi normal (54%). Namun secara persentase, hasil ini tidak sejalan sengan teori Budiono (2003) yang menyatakan bahwa seorang pekerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya.

Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel dan jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan (Suma mur, 1996). Tingkat gizi, terutama bagi pekerja kasar dan berat adalah faktor penentu derajat produktivitas kerjanya. Beban kerja yang terlalu berat sering disertai penurunan berat badan (Suma mur, 1996). E. PENUTUP 1. Kesimpulan a. Hasil pengukuran untuk beban kerja adalah beban kerja ringan sebanyak 9 orang (23,1%), beban kerja sedang sebanyak 19 orang (48,7%) dan beban kerja berat sebanyak 11 orang (28,2%). b. Hasil pengukuran status gizi adalah status gizi normal yaitu 32 orang (82,05%), status gizi kurus sebanyak 2 orang (5,12%), status gizi gemuk sebanyak 3 orang (7,69%) dan status gizi obesitas yaitu sebanyak 2 orang (5,12%). c. Hasil pengukuran keluhan subjektif kelelahan kerja sebelum bekerja adalah para pekerja mengeluhkan tidak lelah. d. Hasil pengukuran kuesioner keluhan kelelahan kerja setelah bekerja yaitu mengalami lelah sebanyak 27 orang (69,2%) dan tidak lelah sebanyak 12 orang (30,8%). e. Ada hubungan antara beban kerja terhadap kelelahan kerja pada pekerja pengrajin bata di RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar. f. Ada tidak hubungan antara status terhadap kelelahan kerja pada pekerja pengrajin bata di RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar.

2. Saran a. Para pekerja disarankan mengkonsumsi air mineral sesuai dengan pekerjaannya. b. Pekerja pengrajin batu bata mengkonsumsi cairan elektrolit untuk dapat menggantikan ion tubuh yang hilang karena lama terpapar tekanan panas. c. Pekerja pengrajin batu batu diharapkan melakukan istirahat secara berkala.

DAFTAR PUSTAKA Budiono, AM Sugeng dkk. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2003. Hidayat, T. Bahaya Laten kelelahan Kerja. Jakarta : Harian pikiran Rakyat, 2003. Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, (Edisi Revisi), Renika Cipta, Jakarta, 2002. Nurmianto, Eko. Manajemen Shift Kerja. Ergonomi Konsep Dasardan Aplikasinya, Edisi kedua. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh November, 2004. Silaban, Gery. Kelelahan Kerja. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia (MKMI) Tahun XXVI No. 10 : 539 544, 1998. Soasa, Merlin. Hubungan Faktor Individu dengan Kelelahan Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Manado. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado, Suma mur, Ergonomi untuk meningkatkan Produktifitas Kerja, Jakarta : CV. Haji Masagung, 1989. Suma mur P.K., Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja, Gunung Agung, Jakarta, 1996. Tarwaka, dkk. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, UNIBA PRESS, Surakarta, 2004. Virgy, Sulistya. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Karyawan Di instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo Jakarta. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.