HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN STATUS GIZI TERHADAP KELELAHAN KERJA (Survei pada Pekerja Pengrajin Batu Bata di RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar) Sariningsih 1 Yuldan Faturahman dan Sri maywati 2 Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Siliwangi (rie_sarie15@rocketmail.com) 1 Dosen Pembimbing Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi 2 ABSTRAK Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan adalah suatu kondisi yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam bekerja. Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan. Kelelahan kerja dapat terjadi oleh banyaknya faktor antara lain beban kerja dan status gizi. Kelelahan kerja berdampak menunrunnya produktifitas kerja, menurunnya fungsi fisiologis motorik, serta menurunnya semangat kerja. Pada keadaan gizi buruk dengan beban kerja berat akan mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi serta ketahanan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit dan mempercepat timbulnya kelelahan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengatahui hubungan antara beban kerja dan status gizi terhadap kelelahan kerja pada pekerja pengrajin batu bata di RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar. Metode yang digunakan adalah survei analitik dengan menggunakan metode cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah 67 orang dengan jumlah sampel penelitian 39 orang.pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Analisis beban kerja dan status gizi terhadap kelelahan kerja dengan menggunakan chie squarepada taraf α 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara beban kerja terhadap kelelahan kerja (ρ = 0,029 < 0,05) dan status gizi tidak ada hubungan terhadap kelelahan kerja (ρ = 0,847 > 0,05). Kata Kunci : Kelelahan kerja, Beban kerja dan Status gizi Pustaka : 10 (1998 2004)
ABSTRACT RELATED WORK BURDEN AND YEARS OF NUTRITIONAL STATUS FATIGUE OF WORK (Survey on Workers Craftsmen Bricks in RW 01 SinartanjungVillage Pataruman Banjar sub district) Fatigue is a feeling that is subjective. Fatigue is a condition that is accompanied by a decrease in work efficiency and needs. Fatigue is a protective mechanism of the body in order to avoid further damage to the body, and thus there was a recovery. Fatigue can occur by a number of factors such as workload and nutritional status. Fatigue affects the decreasing productivity, decreased motor function physiologically, and declining morale. In a state of malnutrition with a heavy work load and will affect the efficiency and lower the body's resistance to infection and disease and thus accelerate the onset of fatigue. The purpose of this study is to know the relationship between workload and fatigue nutritional status of workers working in brick craftsman in RW 01 Sinartanjung Village Pataruman Banjar sub district. The method used is an analytical survey using cross sectional method. The population is 67 people with a total sample of 39 people. The sample using purposive sampling technique. Analysis of workload and nutritional status of job burnout using chie square α level of 0.05, it can be concluded that there is a relationship between the workload of job burnout (ρ = 0.029 <0.05) and nutritional status no relationship to job burnout (ρ = 0.847> 0.05). Keyword : Fatigue work, work burden, Years of nutritional status References : 10 (1998 2004)
A. PENDAHULUAN Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan adalah suatu kondisi yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam bekerja. Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan (Suma mur, 1989). Kelelahan kerja seringkali terjadi pada saat pelaksanaan proses kerja. Berdasarkan hasil survei di negara maju, dilaporkan bahwa antara 10-50 % penduduk mengalami kelelahan. kelelahan merupakan masalah bagi K3, yang apabila tidak ditangani dengan baik dan benar dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bagi tenaga kerja dan pada akhirnya akan mengakibatkan penurunan produktifitas (Silaban, 1998). Kelelahan kerja merupakan bagian dari permasalahan umum yang sering dijumpai pada tenaga kerja. Permasalahan kelelahan kerja selayaknya mendapatkan perhatian khusus dari pihak perusahaan maupun instansi yang memperkerjakan tenaga kerja. Hal itu dikarenakan kelelahan pada pekerja yang tidak teratasi akan berdampak negatif yaitu menurunnya produktifitas kerja yang ditandai dengan menurunnya motivasi kerja, menurunnya fungsi fisiologis motorik, serta menurunnya semangat kerja. Selain itu, dapat juga berdampak terhadap menurunnya konsentrasi ketika melakukan pekerjaan. Dan kemudian tentu saja hal ini dapat menimbulkan kesalahan dalam bekerja. Menurut beberapa peneliti, kelelahan secara nyata dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja dan dapat menurunkan produktifitas. Investigasi di beberapa negara menunjukkan bahwa kelelahan (fatigue) memberi kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Tenaga Kerja Jepang terhadap 12.000 perusahaan yang melibatkan sekitar 16.000 pekerja di negara tersebut yang
dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa ditemukan 65 % pekerja mengeluhkan kelelahan fisik akibat kerja rutin, 28 % mengeluhkan kelelahan mental dan sekitar 7 % pekerja mengeluh stres berat dan merasa tersisihkan (Hidayat, 2003). Di dalam proses kerja, banyaknya faktor-faktor yang dapat menjadi pencetus timbulnya kelelahan kerja. Faktor-faktor penyebab tersebut antara lain yaitu intensitas dan lamanya kerja, status kesehatan dan nutrisi, serta lingkungan kerja yaitu keadaan monoton, beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental, keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan kebisingan, keadaan kejiwaan seperti tanggungjawab, penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi (Grandjean, 1988 dalam Budiono, dkk 2003) Beban kerja merupakan volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja. Beban kerja yang melebihi kemampuan akan mengakibatkan kelelahan kerja (Depkes, 1991). Beban kerja adalah beban fisik maupun non fisik yang ditanggung oleh seorang pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dalam hal ini harus ada keseimbangan antara beban kerja dengan kemampuan individu agar tidak terjadi hambatan maupun kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan (Depkes, 2003). Jenis pekerjaan yang sifatnya berat akan membutuhkan istirahat lebih sering dan waktu kerja yang pendek. Saat waktu kerja diperpanjang melebihi kemampuan tenaga kerja dapat menimbulkan kelelahan (Tarwaka, 2004). Salah satu faktor yang menyebabkan kelelahan adalah beban kerja yang diterima oleh pekerja. Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan aktifitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas
kerja yang bersangkutan. Semakin berat beban kerja, maka akan semakin pendekwaktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya (Tarwaka, 2004). Status gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang pekerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, bagitu juga sebaliknya (Budiono, 2003). Pada keadaan gizi buruk dengan beban kerja berat akan mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi serta ketahanan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit dan mempercepat timbulnya kelelahan.tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, dan diperlukan juga untuk pekerjaan yang meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan. Menurut teori Harzt et al (1999) dalam safitri (2008) kelelahan terjadi pada IMT (Index Masa Tubuh) yang lebih tinggi yaitu obesitas. Secara persentase dapat dilihat bahwa kelelahan kerja berat yang dialami oleh pekerja lebih banyak terjadi pada pekerja yang memiliki status gizi obesitas Virgy, 2011). Berdasarkan survei awal dan wawancara langsung yang dilakukan pada bulan Mei minggu kedua dengan 10 pekerja dari 67 pekerja mengalami keluhan capek sebesar 11,9% (8 orang), lelah 10,4% (7 orang), pusing 8,9% (6 orang), mata berkunang- kunang 7,4% (5 orang), panas 8,9% (6 orang) dan cepat haus 7,4% (5 orang) pada pekerja pengarjin batu bata RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (Explanatory Research) dengan pendekatan survei analitik dengan metode cross sectional. Survei analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena
kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena, baik antara faktor risiko dengan faktor efek, antar faktor risiko, maupun antara faktor efek. Metode cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variabelvariabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2002). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah beban kerja dan status gizi. Variabel terikatnya yaitu kelelahan kerja. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja yang bekerja sebagai pengrajin batu bata di RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar yang berjumlah 67 orang dan sampel yang diambil sebanyak 39 orang secara purposive sampling dengan kriteriaresponden, umur kurang dari 45 tahun, bersedia sebagai objek penelitian, tidak memiliki riwayat penyakit jantung, ginjal, asma, tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah dan pekerja dalam keadaan sehat pada saat dilakukan penelitian (menurut pengakuan responden). Data kelelahan dianalisis dengan menggunakan program software Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows versi 16 dengan uji statistik chi square untuk melihat hubungan antara beban kerja dan status gizi terhadap kelelahan kerja. Penelitian ini menggunakan uji chi square dengan derajat kepercayaan 95% (α = 5%), dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistik Program Social Science). Uji statistik chi square merupakan uji statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan variabel kategorik dengan variabel kategorik. C. HASIL 1. Beban Kerja Distribusi Frekuensi Menurut Beban Kerja pada Pekerja Pengrajin Batu Bata RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar 2014 Beban kerja F % Ringan (75 100) 9 23.1 Sedang ( 100 125) 19 48.7 Berat (125 150) 11 28.2 Total 39 100 Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa beban kerja sedang (100-125) yaitu 19 orang (48,7%), beban kerja ringan (75-100) yaitu 9 orang (23,1%) dan beban kerja berat yaitu 11 orang (28,2%). Dapat disimpulkan bahwa beban kerja terbanyak yaitu pada beban kerja sedang. 2. Status Gizi Distribusi Frekuensi Menurut Status Gizi pada Pekerja Pengrajin Batu Bata RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar 2014 Kategori IMT F % Kurus < 18,0 2 5,12 Normal 18,0 25,0 32 82,05 Kegemukan >25,0 27,0 3 7,69 Obesitas >27,0 2 5,12 Total 39 100 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pekerja yang berstatus gizi kurus yaitu 2 orang (5,12%), status gizi normal yaitu 32 orang (82,05%), status gizi gemuk 3 orang (7,69%) dan status gizi obesitas yaitu 2 orang (5,12%). Dapat disimpulkan bahwa status gizi terbanyak yaitu berstatus gizi normal. 3. Kelelahan a. Indikasi kelelahan sebelum bekerja Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Indikasi Kelelahan Sebelum Bekerja Pada Pengrajin Batu bata RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar 2014 Kelelahan Kerja F % Tidak Lelah 39 100 Lelah 0 0 Total 39 100 Berdasarkan tabel diatas didapat bahwa sebelum bekerja pekerja tidak mengalami kelelahan kerja.
b. Indikasi kelelahan setelah bekerja Distribusi Frekuensi Indikasi Kelelahan Setelah Bekerja Pada Pengrajin Batu bata RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar 2014 Kelelahan Kerja F % Tidak Lelah Lelah 12 30.8 27 69.2 Total 39 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa kelelahan terjadi lebih banyak yaitu 27 orang (69,2%) dibandingkan dengan tidak lelah yaitu 12 orang (30,8%). D. PEMBAHASAN 1. Hubungan Beban Kerja terhadap Kelelahan Kerja bagian Produksi Pengrajin Batu Bata Distribusi Frekuensi beban Kerja terhadap kelelahan kerja Pada pengrajin Batu Bata RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota banjar 2014 Kelelahan No Beban Kerja Tidak Lelah Lelah Total F % F % F % 1. Ringan 6 66,7 3 33,3 9 100 2. Sedang 4 21,1 15 78,9 19 100 3. Berat 2 18,2 9 81,8 11 100 Total 12 30,8 27 69,2 39 100 p value 0,029 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa kelelahan terjadi pada beban kerja sedang yaitu 15 orang (78, 9%), beban kerja ringan yaitu 3 orang (33,3%) dan beban kerja berat yaitu 9 orang (81,8%). Hasil analisis menunjukkan bahwa kelelahan terbanyak terjadi pada beban kerja sedang.
Hasil uji statistik dengan menggunakan chie square diperoleh nilai p value = 0,029 < 0,05 yang artinya ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistya Virgy hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p value yaitu 0,035 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa beban kerja memiliki hubungan yang bermakna dengan kelelahan kerja. Beban kerja dapat mengakibatkan kelelahan, hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah material yang diangkat dan dipindahkan serta aktifitas yang berulang dalam sehari oleh seorang tenaga kerja, maka akan lebih cepat mengurangi ketebalan dari intervertebral disc atau elemen yang berada diantara segmen tulang belakang dan akan dapat meningkatkan risiko rasa nyeri pada tulang belakang (Nurmianto, 2003). Beban kerja fisik yang berat yang berhubungan dengan waktu kerja yang lebih dari 8 jam, maka dapat menurunkan produktivitas kerja serta meningkatnya angka kecelakaan kerja dan sakit (Budiono dkk, 2003) Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Diantara mereka ada yang lebih cocok untuk beban fisik, mental ataupun sosial (Suma mur, 1996). Akibat beban kerja yang terlalu berat dapat mengakibatkan pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja (Depkes dan Kessos RI, 2000). Bahkan banyak juga dijumpai kasus kelelahan kerja dimana hal itu adalah sebagai akibat dari pembebanan kerja yang berlebihan (Budiono, 2003).
2. Hubungan Status Gizi terhadap Kelelahan Kerja bagian Produksi Pengrajin Batu Bata Distribusi Frekuensi Status Gizi Terhadap Kelelahan Kerja Pada Pengrajin Batu Bata RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar Kelelahan No Status Gizi Tidak Lelah Lelah Total F % F % F % 1. Normal 9 28,1 23 71,9 32 100 2. Kurus 1 50,0 1 50,0 2 100 3. Kegemukan 1 33,3 2 66,7 3 100 4. Obesitas 1 50,0 1 50,0 2 100 Total 12 30,8 27 69,2 39 100 p value 0,847 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa kelelahan terjadi pada status gizi normal 23 orang (71,9%), kurus 1 orang (50%), kegemukan 2 orang (66,7%) dan obesitas 1 orang (50%). Kelelahan terjadi terbanyak terjadi pada status gizi normal. Hasil uji statistik dengan menggunakan chie square diperoleh nilai p value = 0,847 > 0,05 yang artinya tidak ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian Merlian Soasa dari hasil uji statistik diperoleh p value (0,841) > alpha (0,05) yang artinya H 0 diterima dengan kata lain tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja tenaga kerja bongkarmuat di pelabuhan Manado, karena status yang paling banyak adalah status gizi normal (54%). Namun secara persentase, hasil ini tidak sejalan sengan teori Budiono (2003) yang menyatakan bahwa seorang pekerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya.
Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel dan jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan (Suma mur, 1996). Tingkat gizi, terutama bagi pekerja kasar dan berat adalah faktor penentu derajat produktivitas kerjanya. Beban kerja yang terlalu berat sering disertai penurunan berat badan (Suma mur, 1996). E. PENUTUP 1. Kesimpulan a. Hasil pengukuran untuk beban kerja adalah beban kerja ringan sebanyak 9 orang (23,1%), beban kerja sedang sebanyak 19 orang (48,7%) dan beban kerja berat sebanyak 11 orang (28,2%). b. Hasil pengukuran status gizi adalah status gizi normal yaitu 32 orang (82,05%), status gizi kurus sebanyak 2 orang (5,12%), status gizi gemuk sebanyak 3 orang (7,69%) dan status gizi obesitas yaitu sebanyak 2 orang (5,12%). c. Hasil pengukuran keluhan subjektif kelelahan kerja sebelum bekerja adalah para pekerja mengeluhkan tidak lelah. d. Hasil pengukuran kuesioner keluhan kelelahan kerja setelah bekerja yaitu mengalami lelah sebanyak 27 orang (69,2%) dan tidak lelah sebanyak 12 orang (30,8%). e. Ada hubungan antara beban kerja terhadap kelelahan kerja pada pekerja pengrajin bata di RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar. f. Ada tidak hubungan antara status terhadap kelelahan kerja pada pekerja pengrajin bata di RW 01 Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Kota Banjar.
2. Saran a. Para pekerja disarankan mengkonsumsi air mineral sesuai dengan pekerjaannya. b. Pekerja pengrajin batu bata mengkonsumsi cairan elektrolit untuk dapat menggantikan ion tubuh yang hilang karena lama terpapar tekanan panas. c. Pekerja pengrajin batu batu diharapkan melakukan istirahat secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA Budiono, AM Sugeng dkk. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2003. Hidayat, T. Bahaya Laten kelelahan Kerja. Jakarta : Harian pikiran Rakyat, 2003. Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, (Edisi Revisi), Renika Cipta, Jakarta, 2002. Nurmianto, Eko. Manajemen Shift Kerja. Ergonomi Konsep Dasardan Aplikasinya, Edisi kedua. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh November, 2004. Silaban, Gery. Kelelahan Kerja. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia (MKMI) Tahun XXVI No. 10 : 539 544, 1998. Soasa, Merlin. Hubungan Faktor Individu dengan Kelelahan Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Manado. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado, Suma mur, Ergonomi untuk meningkatkan Produktifitas Kerja, Jakarta : CV. Haji Masagung, 1989. Suma mur P.K., Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja, Gunung Agung, Jakarta, 1996. Tarwaka, dkk. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, UNIBA PRESS, Surakarta, 2004. Virgy, Sulistya. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Karyawan Di instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo Jakarta. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.