BAB IV HASIL YANG DIPEROLEH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III : MODEL 19 BAB III MODEL

Bab II Pemodelan. Gambar 2.1: Pembuluh Darah. (Sumber:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MODEL PENGARUH INHIBITOR TERHADAP LAJU KOROSI

III. BAHAN DAN METODE

SIMULASI MODEL PENGARUH INHIBITOR Na2CrO4 (NATRIUM BIKROMAT) TERHADAP LAJU KOROSI BAJA AISI 1045 DI LINGKUNGAN AIR LAUT SKRIPSI

BAB IV IMPLEMENTASI SKEMA RUNGE-KUTTA. Pada bab ini akan dibahas implementasi skema skema yang telah

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

R DNA (3.1.1) k 1. DNA NTP k 3. k 2

PEMODELAN DAN SIMULASI NUMERIK GERAK OSILASI SISTEM BANDUL PEGAS BERSUSUN ORDE KEDUA DALAM DUA DIMENSI

MODEL DIFUSI OKSIGEN DI JARINGAN TUBUH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BATASAN MASALAH. Simulator bioreaktor anaerob. Adhi Kurniawan (2008) Database yang bersifat static dibangun dari (2009)

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa. Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemodelan Penjalaran Gelombang Tsunami Melalui Pendekatan Finite Difference Method

Bab 4. Analisis Hasil Simulasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. Sepeda motor adalah alat tranportasi yang memiliki beberapa kelebihan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Pemodelan Difusi Oksigen di Jaringan Tubuh dengan Konsumsi Oksigen Linier Terhadap Konsentrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Matematika adalah uraian secara matematika (sering kali menggunakan

BAB 1. PENDAHULUAN 4. Asumsi yang digunakan untuk menyederhanakan permasalahan pada penelitian ini adalah:

BAB IV ANALISIS DINAMIK MODEL SUBTHALAMIK NUKLEUS. Pada model matematika yang dibangun di Bab III, diperoleh 5 persamaan diferensial,

ANALISIS KESTABILAN HELICOVERPA ARMIGERA

INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

Analisa Waktu Percepatan Kendaraan dengan Model Lorentz

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

4 Hasil dan Pembahasan

Minggu 13. MA2151 Simulasi dan Komputasi Matematika

JAWABAN ANALITIK SEBAGAI VALIDASI JAWABAN NUMERIK PADA MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI ABSTRAK

Bab IV Hasil dan Pembahasan

SOLUSI PENYEBARAN PANAS PADA BATANG KONDUKTOR MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICHOLSON

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Diagram Fasa. Latar Belakang Taufiqurrahman 1 LOGAM. Pemaduan logam

Bab 10. MA2151 Simulasi dan Komputasi Matematika

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis model epidemik beserta simulasinya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis bifurkasi pada model predator-prey dengan dua

Bab 4 Simulasi Kasus dan Penyelesaian Numerik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB III METODE PENELITIAN

4.1. TERMODINAMIKA ARSEN DALAM LELEHAN TEMBAGA DAN TERAK

I. PENDAHULUAN. terjadi pada permukaan peralatan penukar panas yang disebabkan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

BAB 4 LOGICAL VALIDATION MELALUI PEMBANDINGAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyakit menular karena masyarakat harus waspada terhadap penyakit

LAMPIRAN. Studi Pustaka. Pembuatan Program Model Neuron Fitzhugh-Nagumo. Berhasil. Variasi Variabel b

Studi Kasus dan Analisa Simulasi

BAB I PENDAHULUAN. proses ini adalah untuk memisahkan sebuah campuran berdasarkan kecepatan

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan nilai ekonomi kandungan logam pada PCB (Yu dkk., 2009)

4 Hasil dan Pembahasan

ANALISIS MODEL MATEMATIKA TENTANG PENGARUH SISTEM IMUN DAN VIRUS TERHADAP DINAMIK PERTUMBUHAN SEL TUMOR DAN SEL NORMAL SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya model matematika sistem dinamik mengandung derivative biasa

PEMODELAN ARUS LALU LINTAS ROUNDABOUT

BAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

PENENTUAN DENSITAS PLASMA ION KARBON PADA TEKANAN ATMOSFIR UNTUK MENCAPAI KESETIMBANGAN TERMODINAMIK Dadhe Riawan*, Saktioto, Zulkarnain

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR...

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERSAMAAN PELURUHAN DAN PERTUMBUIIAN RADIOAKTIF

MODEL SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS, RECOVERED) UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN. 3.2 Peralatan

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi

BAB 4 EVALUASI DAN ANALISA DATA

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. Peruraian anaerobik (anaerobic digestion) merupakan salah satu metode

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

PERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD

HASIL PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

STUDI PERPINDAHAN PANAS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KOORDINAT SEGITIGA

MODEL DIFUSI OKSIGEN DI JARINGAN TUBUH TESIS. KARTIKA YULIANTI NIM : Program Studi Matematika

I. PENDAHULUAN. Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda dalam mengkonstruksikan

BAB 9. KINETIKA KIMIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

Root Locus A. Landasan Teori Karakteristik tanggapan transient sistem loop tertutup dapat ditentukan dari lokasi pole-pole (loop tertutupnya).

Perkuliahan. Pemodelan dan Simulasi (FI-476 )

Transkripsi:

BAB IV : HASIL YANG DIPEROLEH 25 BAB IV HASIL YANG DIPEROLEH Model yang telah diturunkan pada bab 3, selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan MATLAB 7.0 untuk mendapatkan hasil numerik. 4.1 Simulasi Numerik Program yang digunakan untuk mencari solusi berupa grafik hubungan antara konsentrasi logam terkorosi dengan konsentrasi produk terkorosi terhadap waktu adalah dengan menerapkan metode Runge Kutta. Selain untuk melihat perilaku model matematika yang diperoleh, dari grafik diharapkan dapat diketahui parameter mana yang paling berpengaruh pada model. 4.1.1 Model Tanpa Inhibitor Pengambilan nilai parameter dengan cara manual yaitu dengan memasukkan satu persatu nilai yang mungkin. Parameter a, b, c, p tidak mungkin bernilai negatif karena merupakan laju penambahan atau pengurangan konsentrasi (laju adalah norm dari kecepatan). Demikian pula dengan parameter r yang merupakan konstanta Michaelis menten. Parameter r akan bernilai non negatif karena didapatkan dari (b+c)/a. Selanjutnya untuk parameter c, nilainya sudah ditentukan sebesar 0.15. Keadaan ini diperoleh dari rata-rata data laju korosi hasil percobaan, dimana laju korosi bernilai 1.834 milimeter per tahun dibagi duabelas sehingga menjadi sekitar 0.15. Pembagian dimaksudkan untuk merubah satuan laju reaksi menjadi milimeter per bulan. Kemudian sejak

BAB IV : HASIL YANG DIPEROLEH 26 diasumsikannya nilai parameter a sama dengan b, maka perubahan nilai parameter b akan selalu mengikuti perubahan nilai parameter a. Perubahan parameter a dilakukan untuk beberapa nilai. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa untuk nilai a yang berbeda-beda, terjadi perubahan yang cukup signifikan untuk konsentrasi senyawa logam dan senyawa korosi. Gambar 4.1 Model Tanpa Inhibitor dengan a=0.05,a=0.2,a=0.45, a=0.838,a=1

BAB IV : HASIL YANG DIPEROLEH 27 4.1.1.1 Arti Secara Kimia Dari gambar terlihat bahwa seiring berjalannya waktu, konsentrasi logam terkorosi akan turun dan konsentrasi hasil reaksi (produk terkorosi) semakin tinggi. Namun dari empat grafik di atas, grafik pertama dan kedua (a=0.05 dan a=0.2) tidaklah mungkin terjadi. Hal ini dikarenakan garis biru yang merepresentasikan produk terkorosi pada suatu waktu akan turun setelah sebelumnya naik. Turunnya konsentrasi produk terkorosi tidaklah mungkin karena reaksi pembentukkan produk terkorosi berlangsung satu arah yaitu hanyalah reaksi penambahan konsentrasi. Tidak ada reaksi perubahan produk terkorosi kembali menjadi ion-ion logam yang akan mengurangi konsentrasi produk terkorosi. Grafik dengan nilai a = 0.45 juga tidak mungkin meskipun penurunan konsentrasi produk terkorosi hanya sedikit. Sehingga nilai a yang mungkin untuk model adalah 0.45. Di sini terlihat bahwa senyawa korosi terus bertambah dan akan stabil ketika senyawa logam tidak lagi mengalami korosi. Untuk selanjutnya, nilai a yang digunakan adalah 0.838. Parameter lain juga memiliki pengaruh terhadap model adalah parameter p yaitu laju reaksi maksimum dari sistem. Berikut grafik pengaruh perubahan nilai p terhadap sistem.

BAB IV : HASIL YANG DIPEROLEH 28 Gambar 4.2 Model Tanpa Inhibitor dengan p=0.838,p=1,p=1.2,p=1.5 Nilai p yang diujikan minimal 0.838. Hal ini dikarenakan nilai a yang digunakan adalah 0.838, sehingga laju reaksi maksimum reaksi tidak mungkin lebih kecil dari 0.838. Dari gambar terlihat bahwa semakin besar nilai p, maka korosi akan semakin cepat terjadi. Namun pengaruhnya tidak terlalu signifikan bila dibandingkan dengan parameter a. Kemudian ketika nilai p diambil lebih besar dari 1.2, grafik kembali menunjukkan keanehan. Dimana garis biru yang merepresentasikan produk terkorosi akan turun. Oleh karena itu, untuk selanjutnya nilai parameter p yang digunakan adalah 1. 4.1.2 Model Dengan Inhibitor Pada subbab ini akan dilihat pengaruh dari beberapa nilai inhibitor yang digunakan.

BAB IV : HASIL YANG DIPEROLEH 29 Gambar 4.3 Simulasi numerik untuk 0.05 1 Gambar 4.4 Simulasi numerik untuk 0.05 dan 1 Gambar 4.5 Simulasi numerik untuk 0.2 dan 1

BAB IV : HASIL YANG DIPEROLEH 30 Gambar 4.6 Simulasi numerik untuk 0.2 dan 1. Gambar 4.7 Simulasi numerik untuk 0.45 dan m < 1. Gambar 4.8 Simulasi numerik untuk 0.45 dan 1.

BAB IV : HASIL YANG DIPEROLEH 31 Gambar 4.9 Simulasi numerik untuk 0.838 dan 1 Gambar 4.10 Simulasi numerik untuk 0.838 dan 1. 4.1.2.1 Arti Secara Kimia Pada beberapa simulasi numerik dengan mengunakan beberapa nilai a dan m, terlihat bahwa konsentrasi produk terkorosi bertambah seiring berkurangnya konsentrasi logam. Penggunaan beberapa nilai a dimaksudkan untuk mempertegas nilai a yang cocok untuk model. Dimana nilai 0.45 tetap menghasilkan grafik yang tidak diharapkan, berapapun nilai m. Garis berwarna biru yang mewakili konsentrasi produk terkorosi, akan turun di suatu waktu setelah

BAB IV : HASIL YANG DIPEROLEH 32 sebelumnya naik secara kontinu. Oleh karena itu, a yang cocok untuk model adalah yang bernilai lebih besar dari 0.45. Dipilihlah nilai 0.838. Kemudian dengan menetapkan nilai parameter 0.838, diperoleh nilai inhibitor yang cocok untuk model adalah non negatif dan di bawah 1. Gambar 4.10 yang menunjukkan simulasi numerik untuk 0.838 dan 1, memperlihatkan ketidakmungkinan pengambilan nilai inhibitor lebih dari satu. Dimana konsentrasi produk terkorosi bernilai negatif. Sehingga nilai parameter a yang valid untuk model adalah 0.45 dan nilai inhibitor yang valid adalah 0 1. Dari gambar-gambar yang telah dipaparkan di atas, belum terlihat pengaruh dari penambahan inhibitor ke dalam sistem. Oleh karena itu diperlukan gambar yang menampilkan grafik model tanpa inhibitor dan model dengan inhibitor, agar dapat terlihat perubahan yang terjadi. Gambar 4.11 memperlihatkan pengaruh penambahan inhibitor kepada sistem. Gambar 4.11 Pengaruh penambahan inhibitor terhadap sistem Garis lurus menggambarkan sistem sebelum penambahan senyawa inhibitor, garis putus-titik menggambarkan sistem dengan penambahan

BAB IV : HASIL YANG DIPEROLEH 33 senyawa inhibitor sebanyak 0.1, dan garis titik-titik menggambarkan sistem dengan penambahan senyawa inhibitor sebanyak 0.3. Di sini terlihat bahwa penambahan senyawa inhibitor memberi pengaruh positif kepada sistem. Konsentrasi senyawa produk terkorosi pada sistem yang awalnya tinggi, namun setelah sistem diberi senyawa inhibitor perlahan-lahan konsentrasi produk terkorosi turun (garis merah menjadi lebih landai dibandingkan saat belum diberi senyawa inhibitor). Keadaan yang sama terjadi pula pada konsentrasi logam yang terkorosi. Dimana setelah sistem ditambahkan senyawa inhibitor, konsentrasi senyawa logam terkorosi lebih rendah daripada konsentrasi logam sebelum penambahan senyawa inhibitor.