BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi"

Transkripsi

1 BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi pokok kesetimbangan kimia secara garis besar penelitian terbagi dalam beberapa tahapan yaitu: Tahap pertama analisis standar isi berupa penentuan indikator berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) dan konsep berdasarkan indikator, kemudian dilakukan analisis kesesuaian indikator dengan Kompetensi Dasar dan indikator dengan konsep, Tahap kedua analisis buku berupa penjabaran level makroskopik, mikroskopik, dan simbolik pada materi pokok kesetimbangan kimia serta melihat pola pembelajarannya, Tahap ketiga pengembangan representasi kimia (level makroskopik, mikroskopik, dan simbolik) pada materi pokok kesetimbangan kimia dan menganalisis kesesuaian representasi kimia (level makroskopik, mikroskopik, dan simbolik) dengan konsep pada materi pokok kesetimbangan kimia, Tahap keempat yaitu pengembangan deskripsi pembelajaran dengan strategi pembelajaran intertekstual pada materi pokok kesetimbangan kimia. 4.1 Analisis Standar Isi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dianalisis tercantum dalam Standar Isi. Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester; standar 39

2 40 kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional. Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi. Rincian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada materi pokok kesetimbangan kimia ditunjukkan dalam Tabel 4.1. di bawah ini: Tabel 4.1. Rincian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Kompetensi Dasar Menjelaskan kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan dengan melakukan percobaan Penentuan Indikator Berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) dan Konsep Berdasarkan Indikator Indikator adalah suatu kompetensi yang dijadikan tolak ukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu pokok bahasan. Pengembangan indikator adalah menganalisis tingkat kompetensi dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Indikator yang dikembangkan harus dapat mengukur kemampuan siswa sehingga tingkat kompetensi yang terdapat dalam Kompetensi Dasae dapat tercapai. Hal ini diperlukan untuk memenuhi tuntutan minimal kompetensi yang dijadikan standar secara nasional. Tingkat kompetensi dilihat melalui kata kerja operasional yang digunakan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Selain tingkat kompetensi, penggunaan kata kerja yang operasional pada indikator menunjukan penekanan aspek yang diinginkan, mencakup sikap, pengetahuan,

3 41 serta keterampilan. Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut: 1. Kompetensi Dasar dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator. 2. Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi sehingga menggunakan kata kerja operasional yang sesuai untuk mencapai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. 3. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat kompetensi dan materi pembelajaran. Kompetensi Dasar pada materi pokok kesetimbangan kimia yang terdapat dalam Standar Isi dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator. Indikatorindikator yang dikembangkan harus dapat menjadi tolak ukur kemampuan siswa sehingga Kompetensi Dasar dapat tercapai. Indikator yang diperoleh dari Kompetensi Dasar dapat dikembangkankan menjadi konsep. Konsep yang dikembangkan dari indikator, akan membut konsep tersebut menjadi lebih jelas kontennya serta tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran konsep tersebut lebih terarah. Rincian indikator dan konsep yang dapat dikembangkan ditunjukkan pada Tabel 4.2. di bawah ini. Tabel 4.2. Indikator dan Konsep pada pokok bahasan kesetimbangan kimia Indikator Mendefinisikan pengertian reaksi kimia. Konsep Pengertian Reaksi Kimia Reaksi kimia adalah perubahan materi yang menghasilkan zat baru. Mendefinisikan pengertian reaksi dapat balik. Reaksi Dapat Balik Reaksi dapat balik adalah reaksi yang dapat

4 42 berlangsung dua arah yang saling berlawanan, yaitu ke arah produk dan ke arah reaktan. Mendefinisikan reaksi kesetimbangan. Reaksi Kesetimbangan Reaksi kesetimbangan adalah reaksi kimia yang menunjukkan keadaan konsentrasi masingmasing spesi di dalam sistem reaksi mencapai setimbang yang proporsional dengan laju sama ke arah produk dan ke arah reaktan. Mendeskripsikan keadaan kesetimbangan dinamis. Mampu membedakan kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen. Keadaan Kesetimbangan Dinamis Kesetimbangan dinamis adalah keadaan suatu sistem reaksi yang secara makroskopik tidak memperlihatkan perubahan yang dapat diamati (seolah-olah reaksi telah berhenti), namun secara mikroskopis terjadi perubahan yang berlangsung secara terus menerus setiap saat dengan laju yang sama ke arah produk dan ke arah reaktan. Kesetimbangan Homogen Kesetimbangan homogen adalah sistem kesetimbangan yang semua spesinya berada pada fasa yang sama. Kesetimbangan Heterogen Kesetimbangan heterogen adalah sistem kesetimbangan yang mengandung spesi lebih dari satu fasa. Menafsirkan pengaruh konsentrasi dari data percobaan pada arah pergeseran kesetimbangan berdasarkan asas Le Châtelier. Pengaruh Konsentrasi pada Arah Pergeseran Kesetimbangan Pada penambahan pereaksi atau hasil reaksi, posisi kesetimbangan bergeser ke arah yang berlawanan dengan posisi zat yang ditambahkan. Pada pengurangan pereaksi atau hasil reaksi, posisi kesetimbangan akan bergeser ke arah zat yang dikeluarkan dari sistem kesetimbangan. Menafsirkan pengaruh tekanan dan volume dari data percobaan pada arah pergeseran kesetimbangan berdasarkan asas Le Châtelier. Pengaruh Tekanan dan Volume pada Arah Pergeseran Kesetimbangan Penurunan volume atau peningkatan

5 43 tekanan campuran gas yang terdapat dalam kesetimbangan kimia akan menggeser posisi kesetimbangan ke arah jumlah molekul gas yang paling sedikit. Peningkatan volume atau penurunan tekanan campuran gas yang terdapat dalam kesetimbangan kimia akan menggeser posisi kesetimbangan ke arah jumlah molekul gas yang paling banyak. Perubahan tekanan dan volume tidak berpengaruh terhadap arah pergeseran reaksi kesetimbangan jika jumlah molekul antara reaktan dan produk sama. Menafsirkan pengaruh suhu dari data percobaan pada arah pergeseran kesetimbangan berdasarkan asas Le Châtelier. Menjelaskan pengaruh katalis pada arah pergeseran kesetimbangan. Pengaruh Suhu pada Arah Pergeseran Kesetimbangan Penurunan suhu menyebabkan posisi kesetimbangan bergeser ke arah reaksi eksoterm, sedangkan peningkatan suhu menggeser posisi kesetimbangan ke arah reaksi endoterm. Pengaruh Katalis pada Reaksi Kesetimbangan dan Arah Pergeseran Kesetimbangan Katalis tidak mempengaruhi arah pergeseran kesetimbangan, hanya mempercepat pencapaian keadaan setimbang Analisis Kesesuaian Indikator dengan Kompetensi Dasar dan Indikator dengan Konsep Indikator yang dikembangkan dari Kompetensi dasar serta konsep yang dikembangkan dari indikator pada materi pokok kesetimbangan kimia kemudian divalidasi oleh tiga orang guru kimia dan dua orang dosen kimia. Tahap validasi dilakukan untuk melihat kesesuaian antara indikator dengan Kompetensi Dasar

6 44 dan kesesuaian konsep dengan indikator. Hasil validasi dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman Validasi antara indikator dengan Kompetensi Dasar dan konsep dengan indikator yang dilakukan oleh dosen dan guru kimia memberikan masukan yang berguna dalam perbaikan pada indikator dan konsep yang telah dibuat. Hasil validasi didiskusikan dengan dosen pembimbing, dengan mempertimbangkan saran dari validator maka indikator dan konsep diperbaiki. Berikut ini penjabaran indikator dan konsep yang mengalami perubahan: 1. Indikator pertama yaitu Mendefinisikan pengertian reaksi kimia dan konsep pertama Reaksi kimia adalah perubahan materi yang menghasilkan zat baru dijadikan sebagai materi prasyarat. Indikator yang dikembangkan dari Kompetensi Dasar terlalu meluas dari materi pokok kesetimbangan kimia. 2. Konsep kedua yaitu Reaksi dapat balik adalah reaksi yang dapat berlangsung dua arah yang saling berlawanan, yaitu ke arah produk dan ke arah reaktan mengalami perubahan menjadi Reaksi dapat balik adalah reaksi yang berlangsung dalam dua arah yaitu ke arah produk dan ke arah reaktan. Hal ini dikarenakan kata berlawanan juga sudah menunjukkan keadaan bolak-balik, sehingga untuk mengefisienkan kalimat pada konsep agar tidak tumpang tindih. 3. Indikator ketiga yaitu Mendefinisikan reaksi kesetimbangan mengalami perubahan menjadi Menjelaskan reaksi kesetimbangan. Kata mendefinisiskan memberikan penafsiran bahwa siswa hanya menyebutkan

7 45 pengertian dari reaksi kesetimbangan padahal yang ingin diharapkan dari pengembangan indikator ini adalah siswa mengetahui bagaimana kondisi dari suatu reaksi dapat dikatakan berlangsung pada kesetimbangan. Konsep ketiga yaitu Reaksi kesetimbangan adalah reaksi kimia yang menunjukkan keadaan konsentrasi masing-masing spesi di dalam sistem reaksi mencapai setimbang yang proporsional dengan laju sama ke arah produk dan ke arah reaktan mengalami perubahan menjadi Reaksi kesetimbangan adalah reaksi kimia yang menunjukkan keadaan konsentrasi masing-masing spesi di dalam sistem reaksi tidak berubah terhadap waktu pada suhu tertentu. Hal ini dikarenakan konsep yang harus dipahami siswa bahwa pada keadaan kesetimbangan harus menunjukkan tidak adanya perubahan konsentrasi pada sistem reaksi terhadap waktu pada suhu tertentu. 4. Indikator kelima yaitu Mampu membedakan kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen mengalami perubahan dengan menghilangkan kata mampu agar keterampilan proses siswa dapat terukur sehingga indikator diubah menjadi Membedakan kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen. Hal ini dikarenakan kata membedakan sudah merupakan suatu kemampuan yang dapat diukur sehingga kata mampu harus dihilangkan. 5. Indikator keenam yaitu Menafsirkan pengaruh konsentrasi dari data percobaan pada arah pergeseran kesetimbangan berdasarkan asas Le Châtelier mengalami perubahan menjadi Meramalkan pengaruh konsentrasi pada arah pergeseran kesetimbangan berdasarkan asas Le

8 46 Châtelier. Hal ini dikarenakan kata meramalkan dapat digunakan sebagai ukuran dalam mempelajari ilmu sains, sehingga digunakan kata meramalkan yang dapat mengetahui kemampuan berfikir siswa berdasarkan analisis teori yang telah diketahuinya. 6. Indikator ketujuh yaitu Menafsirkan pengaruh tekanan dan volume dari data percobaan pada arah pergeseran kesetimbangan berdasarkan asas Le Châtelier mengalami perubahan menjadi Meramalkan pengaruh tekanan dan volume pada arah pergeseran kesetimbangan berdasarkan asas Le Châtelier. Hal ini dikarenakan kata meramalkan dapat digunakan sebagai ukuran dalam mempelajari ilmu sains, sehingga digunakan kata meramalkan yang dapat mengetahui kemampuan berfikir siswa berdasarkan analisis teori yang telah diketahuinya. 7. Indikator kedelapan yaitu Menafsirkan pengaruh suhu dari data percobaan pada arah pergeseran kesetimbangan berdasarkan asas Le Châtelier mengalami perubahan menjadi Meramalkan pengaruh suhu pada arah pergeseran kesetimbangan berdasarkan asas Le Châtelier. Hal ini dikarenakan kata meramalkan dapat digunakan sebagai ukuran dalam mempelajari ilmu sains, sehingga digunakan kata meramalkan yang dapat mengetahui kemampuan berfikir siswa berdasarkan analisis teori yang telah diketahuinya. 8. Indikator kesembilan yaitu Menjelaskan pengaruh katalis pada arah pergeseran kesetimbangan mengalami perubahan menjadi Menjelaskan pengaruh katalis pada reaksi kesetimbangan dan terhadap arah pergeseran

9 47 kesetimbangan. Pengubahan indikator ini karena dianggap masih kurang terlihat kepentingan siswa dalam mempelajari konsep ini sehingga diperluas terhadap bagaimana peran katalis pada reaksi kesetimbangan itu sendiri. Indikator dan konsep yang telah divalidasi mengalami perbaikan berdasarkan masukan dari dosen dan guru kimia serta dari dosen pembimbing Rincian indikator dan konsep yang telah diperbaiki ditunjukkan pada Tabel 4.3. di bawah ini. Tabel 4.3. Indikator dan Konsep pada pokok bahasan kesetimbangan kimia setelah perbaikan. Indikator Mendefinisikan pengertian reaksi dapat balik. Reaksi Dapat Balik Konsep Reaksi dapat balik adalah reaksi yang berlangsung dalam dua arah yaitu ke arah produk dan ke arah reaktan. Menjelaskan reaksi kesetimbangan. Reaksi Kesetimbangan Reaksi kesetimbangan adalah reaksi kimia yang menunjukkan keadaan konsentrasi masingmasing spesi di dalam sistem reaksi tidak berubah terhadap waktu pada suhu tertentu. Mendeskripsikan keadaan kesetimbangan dinamis. Membedakan kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen. Keadaan Kesetimbangan Dinamis Kesetimbangan dinamis adalah keadaan suatu sistem reaksi yang secara makroskopik tidak memperlihatkan perubahan yang dapat diamati (seolah-olah reaksi telah berhenti), namun secara mikroskopis terjadi perubahan yang berlangsung secara terus menerus setiap saat dengan laju yang sama ke arah produk dan ke arah reaktan. Kesetimbangan Homogen Kesetimbangan homogen adalah sistem kesetimbangan yang semua spesinya berada pada fasa yang sama.

10 48 Kesetimbangan Heterogen Kesetimbangan heterogen adalah sistem kesetimbangan yang mengandung spesi lebih dari satu fasa. Meramalkan pengaruh konsentrasi terhadap arah pergeseran kesetimbangan berdasarkan asas Le Châtelier. Pengaruh Konsentrasi pada Arah Pergeseran Kesetimbangan Pada penambahan pereaksi atau hasil reaksi, posisi kesetimbangan bergeser ke arah yang berlawanan dengan posisi zat yang ditambahkan. Pada pengurangan pereaksi atau hasil reaksi, posisi kesetimbangan akan bergeser ke arah zat yang dikeluarkan dari sistem kesetimbangan. Meramalkan pengaruh tekanan dan volume terhadap arah pergeseran kesetimbangan berdasarkan asas Le Châtelier. Pengaruh Tekanan dan Volume pada Arah Pergeseran Kesetimbangan Penurunan volume atau peningkatan tekanan campuran gas yang terdapat dalam kesetimbangan kimia akan menggeser posisi kesetimbangan ke arah jumlah molekul gas yang paling sedikit. Peningkatan volume atau penurunan tekanan campuran gas yang terdapat dalam kesetimbangan kimia akan menggeser posisi kesetimbangan ke arah jumlah molekul gas yang paling banyak. Perubahan tekanan dan volume tidak berpengaruh terhadap arah pergeseran reaksi kesetimbangan jika jumlah molekul antara reaktan dan produk sama. Meramalkan pengaruh suhu terhadap arah pergeseran kesetimbangan berdasarkan asas Le Châtelier. Menjelaskan pengaruh katalis pada reaksi kesetimbangan dan terhadap arah pergeseran Pengaruh Suhu pada Arah Pergeseran Kesetimbangan Penurunan suhu menyebabkan posisi kesetimbangan bergeser ke arah reaksi eksoterm, sedangkan peningkatan suhu menggeser posisi kesetimbangan ke arah reaksi endoterm. Pengaruh Katalis pada Reaksi Kesetimbanagn dan Arah Pergeseran

11 49 kesetimbangan. Kesetimbangan Katalis tidak mempengaruhi arah pergeseran kesetimbangan, hanya mempercepat pencapaian keadaan setimbang. 4.2 Analisis Buku Indikator dan konsep yang telah diperbaiki kemudian digunakan dalam analisis dianalisis buku teks kimia SMA dan Universitas untuk mengembangkan representasi kimia (level makroskopik, mikroskopik, dan simbolik) pada pokok materi kesetimbangan kimia. Selain itu, analisis buku dilakukan untuk melihat pola pembelajaran konsep-konsep materi pokok kesetimbangan kimia pada buku yang dianalisis. Daftar buku teks kimia SMA dan Universitas yang dianalisis dapat dilihat pada lampiran 3 halaman Level Makroskopik, Mikroskopik, dan Simbolik pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Pada konsep reaksi dapat balik, penjabaran mengenai pengertian reaksi dapat balik setiap buku baik buku teks kimia SMA maupun Universitas berbeda dalam penyampaian bahasanya namun inti konsepnya sama. Terdapat dua buku yang mengemukakan contoh dari reaksi dapat balik adalah pada proses perubahan fasa air. Perubahan air dari fasa cair menjadi fasa gas (penguapan) dan sebaliknya perubahan dari fasa gas menjadi fasa cair (pengembunan), proses ini berlangsung pada wadah tertutup sehingga terjadi peristiwa penguapan dan pengembunan yang berulang. Reaksi yang terus menerus tersebut memberikan gambaran bahwa

12 50 terdapat reaksi yang dapat balik. Peristiwa pada perubahan fasa air pada keadaan tertutup ini dekat dengan kehidupan sehari-hari. Buku teks kimia SMA dan Universitas menggambarkan level makroskopik dari reaksi dapat balik ini berupa narasi dari contoh yang digunakan untuk menerangkan konsep. Pada umumnya level mikroskopik dari konsep ini tidak digambarkan di dalam buku teks kimia SMA dan Universitas. Pada salah buku teks kimia Universitas yaitu Kimia Dasar I, Penerbit Alkemi Grafisindo digambarkan proses perubahan fasa digambarkan berupa tanda panah menuju fasa gas dan tanda panah menuju fasa cair sebagai ungkapkan bahwa molekuler dari air pada fasa cair dan gas terus menerus berubah secara bolak-balik. Gambar 4.1. Gambar perubahan air dari fasa cair ke gas dan sebaliknya dari fasa gas ke fasa cair. Level simbolik dari reaksi dapat balik ini sangat jelas karena digambarkan dengan dua tanda panah yang arahnya saling berlawanan pada setiap persamaan reaksi ( ). Hal ini menunjukkan bahwa reaksinya dapat berlangsung dua arah saling berlawanan.

13 51 Pada konsep keadaan kesetimbangan, penjabaran reaksi kesetimbangan setiap buku baik buku teks kimia SMA maupun Universitas beragam dalam pengungkapannya. Kebanyakan konsep yang disampaikan tertuju pada suatu keadaan dengan laju sama ke arah produk maupun ke arah reaktan, dimana konsentrasi masing-masing spesi tidak berubah terhadap perubahan waktu dan suhu tertentu. Kondisi tersebut dikatakan bahwa suatu sistem reaksi mencapai keadaan kesetimbangan. Penggambaran makroskopik dan mikroskopik tidak dijelaskan pada buku teks kimia SMA dan Universitas. Konsep keadaan kesetimbangan dinamis dijabarkan berbeda antara buku teks kimia SMA dan buku teks kimia Universitas. Pada buku teks Universitas konsep keadaan kesetimbangan dinamis dinyatakan sebagai keadaan suatu sistem reaksi yang ditinjau secara makroskopik tidak memperlihatkan adanya perubahan yang dapat diamati sehingga seolah-olah reaksi tersebut telah berhenti, namun ditinjau secara mikroskopis masih terjadi perubahan yang berlangsung secara terus menerus di setiap saat dengan laju yang sama ke arah produk maupun ke arah reaktan. Selain itu, konsep keadaan kesetimbangan dinamis pun dianalogikan dengan orang yang berjalan naik eskalator dalam arah berlawanan. Eskalator terus bergerak ke bawah, sementara orang tersebut terus berjalan ke atas dengan kecepatan yang sama dengan eskalator. Akibatnya, orang tersebut seperti berjalan di tempat (tidak berubah), secara makroskopiknya adalah kedudukan orang relatif tidak berubah terhadap kedudukan tangga, secara mikroskopik selalu terjadi pergerakan dimana eskalator bergerak ke bawah orang bergerak ke atas. Analogi lain dengan menggunakan nut and bolt untuk menggambarkan keadaan

14 52 kesetimbangan dinamis secara lebih nyata karena dapat dipraktikan. Namun dalam buku teks kimia SMA pengungkapan keadaan kesetimbangan dinamis tidak tercantum secara jelas. Konsep kesetimbangan homogen dan heterogen penjabaran konsep sama hampir di setiap dalam buku teks kimia SMA dan Universitas. Kesetimbangan homogen semua buku menyatakan konsep yang sama yaitu sistem kesetimbangan yang semua fasanya sama. Sedangkan kesetimbangan heterogen adalah sistem kesetimbangan yang memiliki fasa lebih dari satu. Dalam buku teks kimia yaitu Kimia dan Kecakapan Hidup Pelajaran Kimia untuk SMA/MA Kelas XI, Penerbit Ganeca Exact memaparkan kesetimbangan heterogen adalah reaksi kesetimbangan yang memiliki fasa reaktan dan produk tidak sama hal ini dapat menimbulkan miskonsepsi bahwa kesetimbangan heterogen adalah antara fasa produk dan reaktan harus berbeda padahal fasa baik reaktan maupun produk dalam satu sistem kesetimbangan harus lebih dari satu, tidak masalah apakah dalam satu ruas yang sama atau dalam ruas yang berbeda. Semua buku teks kimia hanya menampilkan kesetimbangan homogen dan heterogen secara simbolik saja tanpa menampilkan makroskopik dan mikroskopiknya. Pada konsep pengaruh konsentrasi pada arah pergeseran kesetimbangan dalam buku teks kimia SMA dan Universitas memiliki inti pengungkapan konsep yang sama. Konsep tersebut adalah penambahan pereaksi atau hasil reaksi, posisi kesetimbangan bergeser ke arah yang berlawanan dengan posisi zat yang ditambahkan dan pengurangan pereaksi atau hasil reaksi, posisi kesetimbangan akan bergeser ke arah zat yang dikeluarkan dari sistem kesetimbangan. Pada

15 53 buku teks kimia Cerdas Belajar Kimia untuk Kelas XI SMA/MA Program IPA, Penerbit Grafindo Media Pratama dan buku teks kimia Thinking Chemistry, Penerbit Oxford University Press menuliskan tinjauan pergeseran kesetimbangan secara makroskopik, namun tinjauan secara mikroskopik tidak ditampilkan. Sebagian buku teks kimia menampilkan uraian materi tentang konsep pengaruh konsentrasi terhadap arah pergeseran kesetimbangan melalui kesimpulan singkat sehingga siswa cenderung untuk menghafalkan konsep tersebut. Pada konsep pengaruh tekanan dan volume pada arah pergeseran kesetimbangan dalam buku teks kimia SMA dan Universitas memiliki inti konsep yang sama yaitu penurunan volume atau peningkatan tekanan campuran gas yang terdapat dalam kesetimbangan kimia akan menggeser posisi kesetimbangan ke arah jumlah molekul gas yang paling sedikit, peningkatan volume atau penurunan tekanan campuran gas yang terdapat dalam kesetimbangan kimia akan menggeser posisi kesetimbangan ke arah jumlah molekul gas yang paling banyak, dan perubahan tekanan dan volume tidak berpengaruh terhadap arah pergeseran reaksi kesetimbangan jika jumlah molekul antara reaktan dan produk sama. Pada buku teks kimia sudah terdapat tinjauan secara makroskopik dan mikroskopiknya namun hal tersebut belum menjadi satu kesatuan yang utuh. Pada buku teks kimia yang satu hanya menampilkan makroskopiknya saja, kemudian buku teks kimia yang lain hanya menampilkan mikroskopik. Sebagian buku teks kimia menampilkan materi tentang konsep pengaruh tekanan dan volume pada arah pergeseran kesetimbangan melalui kesimpulan mengerucut sehingga siswa cenderung untuk menghafalkan konsep tersebut. Terdapat satu buku teks kimia

16 54 SMA yaitu Kimia dan Kecakapan Hidup Pelajaran Kimia untuk SMA/MA Kelas XI, Penerbit Ganeca Exact yang memaparkan pengaruh tekanan dan volume pada arah pergeseran kesetimbangan secara terpisah. Konsep pengaruh suhu pada arah pergeseran kesetimbangan dalam buku teks kimia SMA dan Universitas memiliki inti konsep yang sama yaitu penurunan suhu menyebabkan posisi kesetimbangan bergeser ke arah reaksi eksoterm, sedangkan peningkatan suhu menggeser posisi kesetimbangan ke arah reaksi endoterm. Pada sebagian buku kimia sudah meninjau secara makroskopik yang terjadi saat suhu dinaikkan atau diturunkan, namun tinjauan secara mikroskopiknya tidak ditampilkan. Ada juga buku teks kimia yang menampilkan materi tentang konsep pengaruh suhu terhadap arah pergeseran kesetimbangan melalui kesimpulan mengerucut sehingga siswa cenderung untuk menghafalkan konsep tersebut. Konsep pengaruh katalis pada reaksi kesetimbangan dan terhadap arah pergeseran kesetimbangan dalam buku teks kimia SMA dan Universitas intinya sama yaitu katalis tidak mempengaruhi arah pergeseran kesetimbangan. Katalis dapat mempercepat tercapainya keadaan kesetimbangan, tetapi tidak dapat mengubah komposisi zat-zat dalam kesetimbangan. Kerja katalis mempercepat reaksi ke arah produk maupun reaktan, sehingga dengan ataupun tanpa adanya katalis reaksi kesetimbangan tetap berlangsung, penambahan katalis pun tidak berpengaruh pada arah pergeseran kesetimbangan. Hampir semua buku teks kimia tidak meninjau konsep ini secara makroskopik dan mikroskopiknya disajikan dalam bentuk narasi, namun ada beberapa buku yang meninjau secara simbolik

17 55 dengan menampilkan grafik kerja katalis dengan membandingkan reaksi yang menggunakan katalis dengan reaksi yang tidak menggunakan katalis. Penjelasan lebih lengkap mengenai penjabaran level makroskopik, mikroskopik, dan simbolik dari setiap konsep dalam buku teks kimia SMA dan Universitas terdapat pada Lampiran 5 halaman Pola Pembelajaran Level Makroskopik, Mikroskopik, dan Simbolik pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Dalam Buku Teks Kimia SMA dan Universitas Pola pembelajaran pada buku teks kimia SMA dan Universitas terdapat beberapa deskripsi materi. Pada buku teks kimia SMA pembahasan mengenai konsep reaksi dapat balik tidak dijelaskan secara rinci, sedangkan pada buku teks kimia Universitas reaksi dapat balik dijelaskan cukup jelas. Pada buku teks kimia SMA konsep kesetimbangan dinamis tidak dijelaskan dengan detail hanya mengenai konsep reaksi kesetimbangan saja sedangkan pada buku teks kimia Universitas konsep reaksi kesetimbangan dan keadaan kesetimbangan dinamis dipaparkan dengan jelas dari menjelaskan mengenai reaksi kesetimbangan kemudian baru dijelaskan bagaimana suatu reaksi kesetimbangan dapat dikatakan berada dalam keadaan kesetimbangan dinamis. Konsep kesetimbangan homogen dan heterogen dijelaskan pada buku teks kimia SMA sedangkan pada buku teks kimia Universitas tidak dijelaskan. Pada konsep pengaruh konsentrasi, tekanan dan volume, suhu, dan katalis pada arah pergeseran kesetimbangan dijelaskan konsepnya dengan kesimpulan mengerucut sehingga siswa cenderung menghafal, sehingga analisis siswa berdasarkan level

18 56 mikroskopik yang berasal dari pemahaman teori bukan pemahaman konsep untuk menjawab pertanyaan yang berujung pada level simbolik. Tidak semua buku teks kimia memaparkan konsep pengaruh katalis terhadap reaksi kesetimbangan dan terhadap arah pergeseran kesetimbangan. 4.3 Pengembangan Representasi Kimia (Level Makroskopik, Mikroskopik, dan Simbolik) pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Representasi kimia (level makroskopik, mikroskopik, dan simbolik) yang terdapat dalam buku teks kimia yang dianalisis kemudian dikembangkan dari sumber lain diantaranya internet dan buku teks kimia sumber lain. Pengembangan level makroskopik berupa penggunaan gambaran nyata benda secara langsung (foto atau gambar), Pengembangan level mikroskopik menggunakan animasi atau gambaran molekuler. Level simbolik ditunjukkan dengan persamaan reaksi atau gambar grafik. Pada konsep reaksi dapat balik digunakan contoh senyawa hidrat CuSO. 4 5H 2 O yang dipanaskan membentuk senyawa anhidrat CuSO 4 dan dibiarkan di udara terbuka sehingga membentuk kembali senyawa hidrat CuSO. 4 5H 2 O. Level makroskopik dari konsep ini dengan menyajikan foto dari senyawa hidrat CuSO. 4 5H 2 O dan senyawa anhidrat CuSO 4. Animasi yang dibuat dapat menunjukkan level makroskopik dan mikroskopik dari konsep reaksi dapat balik. Deskripsi animasi yaitu senyawa hidrat CuSO. 4 5H 2 O secara makroskopik berupa padatan berwarna biru dan mikroskopiknya digambarkan dengan bola

19 57 putih besar yang dikelilingi lima buah bola putih kecil. Senyawa hidrat CuSO. 4 5H 2 O dipanaskan hingga terjadi pelepasan molekul air sehingga padatan berubah warna menjadi putih membentuk senyawa anhidrat CuSO 4. Selama proses pemanasan berlangsung secara mikroskopik digambarkan lepasnya bola kecil berwarna biru dari padatan. Senyawa anhidrat CuSO 4 dibiarkan pada udara terbuka lama-kelamaan warnanya berubah lagi menjadi biru, secara mikroskopik digambarkan dengan bersatunya kembali bola biru dengan bola putih besar. Level simbolik reaksi ini digambarkan dengan persamaan reaksi berikut. Reaksi pemanasan senyawa hidrat CuSO 4. 5H 2 O: CuSO 4. 5H 2 O (s) CuSO 4 (s) + 5 H 2 O (g) biru putih Reaksi pembentukan senyawa hidrat CuSO 4. 5H 2 O: CuSO 4 (s) + 5 H 2 O (g) CuSO 4. 5H 2 O (s) putih biru Persamaan reaksi dapat balik: CuSO 4. 5H 2 O (s) CuSO 4 (s) + 5 H 2 O (g) biru putih Konsep reaksi kesetimbangan menggunakan reaksi kesetimbangan spesi Fe 3+, spesi SCN -, dan spesi Fe(SCN) 2+. Level makroskopik dengan menyajikan foto dari larutan FeCl 3, larutan NaSCN, larutan kesetimbangan (hasil penambahan larutan FeCl 3 dan larutan NaSCN), larutan kesetimbangan yang ditambahkan larutan FeCl 3, dan larutan kesetimbangan yang ditambahkan larutan NaSCN.

20 58 Animasi yang dibuat dapat menunjukkan level makroskopik, mikroskopik, dan simbolik dari konsep reaksi kesetimbangan. Deskripsi animasi yaitu larutan FeCl 3 yang berwarna kuning pucat (digambarkan secara mikroskopik dengan adanya spesi Fe 3+ dan spesi Cl - dalam larutannya) direaksikan dengan larutan NaSCN yang tidak berwarna (digambarkan secara mikroskopik dengan adanya spesi Na + dan spesi SCN - dalam larutannya). Kedua larutan tersebut direaksikan menghasilkan larutan yang berwarna merah dengan intensitas warna semakin pekat seiring perubahan waktu dari awal penambahan hingga akhirnya tidak terjadi perubahan warna lagi pada larutan. Keadaan yang menunjukkan tidak ada perubahan yang dapat diamati disebut dengan kesetimbangan. Secara mikroskopik reaksi yang terjadi digambarkan dengan spesi Fe 3+ bereaksi dengan spesi SCN - yang membentuk spesi Fe(SCN) 2+ yang semakin lama semakin banyak jumlahnya hingga suatu saat komposisi spesi Fe 3+, spesi SCN -, dan spesi Fe(SCN) 2+ berada pada jumlah yang tetap. Pada larutan yang berkesetimbangan ditambahkan sedikit larutan NaSCN (penambahan spesi SCN - ) ke dalam larutan. Terjadi perubahan warna merah pada larutan menjadi lebih pekat. Secara mikroskopik dijelaskan perubahan warna merah menjadi lebih pekat karena dalam larutan banyak terbentuk spesi Fe(SCN) 2+ hasil dari spesi SCN - yang ditambahkan akan bereaksi dengan spesi Fe 3+ yang ada dalam larutan. Dalam larutan yang berkesetimbangan masih terdapat spesi Fe 3+ (reaktan). Penambahan sedikit larutan FeCl 3 (penambahan spesi Fe 3+ ) ke dalam larutan yang berkesetimbangan menyebabkan perubahan

21 59 warna merah pada larutan menjadi lebih pekat. Secara mikroskopik dijelaskan perubahan warna merah menjadi lebih pekat karena dalam larutan banyak terbentuk spesi Fe(SCN) 2+ hasil dari spesi Fe 3+ yang ditambahkan akan bereaksi dengan spesi SCN - yang ada dalam larutan. Dalam larutan yang berkesetimbangan masih terdapat spesi SCN - (reaktan). Artinya pada reaksi kesetimbangan masih terdapat spesi reaktan. Level simbolik reaksi ini digambarkan dengan persamaan reaksi kesetimbangan berikut: Fe 3+ (aq) + SCN - (aq) Fe(SCN) 2+ (aq) kuning pucat tidak berwarna merah Pada konsep keadaan kesetimbangan dinamis disajikan tiga penjabaran representasi kimia, yaitu: 1. Penjabaran pertama disajikan level makroskopik dengan proses tanya jawab guru dalam mendeskripsikan proses pemanasan air yang sudah biasa dilihat siswa dalam kehidupan sehari-hari. Namun kondisi proses pemanasan tersebut berlangsung pada wadah tertutup. Dimana prosesnya berlangsung terus menerus dengan jumlah air yang tidak berubah. Mikroskopiknya digambarkan dengan analogi orang yang berjalan pada eskalator dengan arah gerak yang saling berlawanan. Misalnya eskalator bergerak ke bawah sebagai laju pembentukan uap air, H 2 O (g), dan orang yang berjalan ke atas sebagai laju pembentukan air, H 2 O (l). Ketika laju eskalator dan orang sama maka seolah-olah terlihat orang tersebut diam ditempat, tetapi sebenarnya orang tersebut maupun eskalator, keduanya bergerak terus dengan laju yang

22 60 sama namun arah geraknya saling berlawanan. Kondisi tersebut dapat menggambarkan keadaan kesetimbangan dinamis secara molekuler. Level simbolik reaksi ini digambarkan dengan persamaan reaksi kesetimbangan dan grafik keadaan kesetimbangan. Persamaan reaksi kesetimbangan: H 2 O (l) H 2 O (g) Gambar 4.2. Grafik perubahan laju reaksi (v) terhadap waktu (t) pada proses pemanasan air. Keterangan: v 1 = laju reaksi pembentukan air fasa cair, H 2 O (l) v 2 = laju reaksi pembentukan uap air, H 2 O (g) Keadaan kesetimbangan tercapai pada saat v 1 = v Penjabaran kedua disajikan eksperimen pelarutkan padatan timbal (II) klorida, PbCl 2, dengan berlebih (melewati harga kelarutan). Level makroskopik di gambarkan PbCl 2 berupa padatan berwarna putih, dilarutkan

23 61 1 gram padatan PbCl 2 dalam 100 gram air maka larutan berada pada keadaan tepat jenuh. Terdapat padatan yang tidak larut dalam air, kemudian ditambahkan 0,1 gram PbCl 2 yang bersifat radioaktif ke dalam. Penambahan padatan PbCl 2 yang bersifat radioaktif tetap tidak merubah jumlah padatan yang larut. Setelah beberapa saat partikel Pb 2+ * yang bersifat radioaktif ditemukan dalam larutan. Keberadaannya dapat dideteksi dengan menggunakan pencacah Geiger yaitu pendeteksi partikel radioaktif (*). Hal ini menunjukkan bahwa pada reaksi kesetimbangan kimia tersebut terjadi reaksi penguraian Pb*Cl 2 maupun pembentukan padatan PbCl 2 yang arahnya saling berlawanan. Reaksi berlangsung secara terus menerus dengan laju yang sama ke arah produk maupun reaktan, tidak terdapat lagi perubahan yang dapat diamati pada pada level makroskopiknya. Level mikroskopik digambarkan padatan PbCl 2 digambarkan letaknya tersusun rapat jarak antara ion-ionnya sedangkan PbCl 2 dalam air terurai menjadi ion Pb 2+ dan ion Cl - digambarkan letak antara ion-ionnya menjadi berjauhan dan bebas bergerak. Padatan PbCl 2 yang tidak larut dalam air berkesetimbangan dengan ion Pb 2+ dan ion Cl -. Tergambarkan satu ion Pb 2+ dan dua ion Cl - yang larut, maka pada saat dan laju yang sama terdapat satu satu ion Pb 2+ dan dua ion Cl - yang membentuk padatan. Padatan Pb*Cl 2 yang bersifat radioaktif ditemukan dalam larutan, artinya terdapat ion Pb 2+ dari larutan yang membentuk padatan dan ion Pb 2+ * yang terurai dalam larutan. Level simbolik reaksi ini digambarkan dengan persamaan reaksi kesetimbangan.

24 62 Persamaan reaksi ionisasi padatan PbCl 2 dituliskan: PbCl 2 (s) Pb 2+ (aq) + 2 Cl - (aq) Persamaan reaksi ionisasi padatan Pb*Cl 2, partikel radioaktif (*) dituliskan: PbCl 2 (s) Pb 2+ * (aq) + 2 Cl - (aq) 3. Penjabaran ketiga konsep keadaan kesetimbangan dinamis dapat dilihat pada reaksi antara larutan FeCl 3 dengan larutan NaSCN. Reaksi dilangsungkan dalam bejana berhubungan yang diberi sekat diantara kedua bejananya. Sebelum direaksikan, sekat masih dalam kondisi tertutup sehingga tidak memungkinkan terjadi reaksi antara kedua larutan. Mulamula larutan FeCl 3 yang berwarna kuning pucat dimasukkan ke dalam bejana I, sementara larutan NaSCN yang tak berwarna dimasukkan ke dalam bejana II. Kemudian sekat dibuka sehingga terjadi reaksi antara kedua larutan, terbentuk Fe(SCN) 2+ yang berwarna merah dan larutan NaCl yang tak berwarna. Pada awalnya ketika dicampurkan larutan berubah warna membentuk warna merah yang semakin lama semakin pekat, pada satu kondisi intensitas warna merah tetap (reaksi seolah-olah berhenti), maka tidak ada perubahan yang dapat diamati. Level mikroskopik digunakan analogi alat pengukur kecepatan berjalan yang bergerak berlawan arah dengan orang yang berolah raga. Alat pengukur kecepatan berjalan bergerak mundur sebagai pereaksi (FeCl 3 dan NaSCN), sedangkan orang yang berolah raga bergerak maju sebagai produk (Fe(SCN) 2+ dan NaCl). Ketika alat pengukur kecepatan berjalan tersebut bergerak mundur dan orang yang

25 63 berolah raga bergerak maju secara bersamaan keduanya bergerak dengan laju yang sama, maka orang tersebut tampak diam di tempat. Sebenarnya reaksi tidak berhenti, melainkan terus-menerus terjadi dengan laju reaksi ke arah pembentukan produk sama dengan laju reaksi ke arah pembentukan reaktan, dan komposisi masing-masing spesi dalam sistem tidak berubah. Kondisi yang demikian dapat menggambarkan keadaan kesetimbangan dinamis. Level simbolik reaksi ini digambarkan dengan persamaan reaksi kesetimbangan berikut: FeCl 3 (aq) + NaSCN (aq) Fe(SCN) 2+ (aq) + NaCl (aq) kuning pucat tidak berwarna merah tidak berwarna Konsep kesetimbangan homogen menggunakan reaksi kesetimbangan gas H 2, N 2, dan NH 3. Level makroskopik dengan menyajikan gambar sebuah tabung yang berisi gas yang tidak berwarna, setelah dilihat pada level mikroskopik terdapat molekul gas H 2, N 2, dan NH 3 yang letak antar molekulnya berjauhan dan bergerak bebas (menunjukkan fasa gas). Level simbolik reaksi ini digambarkan dengan persamaan reaksi kesetimbangan berikut: N 2 (g) + 3 H 2 (g) 2 NH 3 (g) Konsep kesetimbangan heterogen menggunakan reaksi kesetimbangan pelarutan AgCl berlebih (melewati harga K sp ) dalam air. Level makroskopik dengan menyajikan gambar sebuah tabung reaksi yang berisi larutan AgCl dan padatan AgCl yang tidak larut dalam air. Level mikroskopik terdapat ion Ag + dan ion Cl - yang berkumpul dengan jarak yang rapat (menunjukkan fasa padat) dan

26 64 ion Ag + dan ion Cl - yang letaknya renggang dan bergerak bebas (menunjukkan fasa aqueous). Level simbolik reaksi ini digambarkan dengan persamaan reaksi kesetimbangan berikut: AgCl (s) Ag + (aq) + Cl - (aq) Pada konsep pengaruh konsentrasi pada arah pergeseran kesetimbangan menggunakan reaksi kesetimbangan spesi Fe 3+, spesi SCN -, dan spesi Fe(SCN) 2+. Level makroskopik dengan menyajikan foto dari larutan kesetimbangan (hasil penambahan larutan FeCl 3 dan larutan NaSCN), larutan kesetimbangan yang ditambahkan larutan FeCl 3, larutan kesetimbangan yang ditambahkan larutan NaSCN, dan larutan kesetimbangan yang ditambahkan H 2 C 2 O 4. Animasi yang dibuat dapat menunjukkan level makroskopik, mikroskopik, dan simbolik dari konsep pengaruh konsentrasi pada arah pergeseran kesetimbangan. Deskripsi animasi yaitu larutan FeCl 3 yang berwarna kuning pucat (digambarkan secara mikroskopik dengan adanya spesi Fe 3+ dan spesi Cl - dalam larutannya) direaksikan dengan larutan NaSCN yang tidak berwarna (digambarkan secara mikroskopik dengan adanya spesi Na + dan spesi SCN - dalam larutannya). Kedua larutan tersebut direaksikan menghasilkan larutan yang berwarna merah dengan intensitas warna semakin pekat seiring perubahan waktu dari awal penambahan hingga suatu saat dimana tidak terjadi perubahan warna lagi pada larutan. Keadaan yang menunjukkan tidak ada perubahan yang dapat diamati disebut dengan kesetimbangan. Secara mikroskopik reaksi yang terjadi digambarkan dengan spesi Fe 3+ bereaksi dengan spesi SCN - yang membentuk

27 65 spesi Fe(SCN) 2+ yang semakin lama semakin banyak jumlahnya hingga suatu saat komposisi spesi Fe 3+, spesi SCN -, dan spesi Fe(SCN) 2+ berada pada jumlah yang tetap. Artinya reaksi pembentukan spesi Fe(SCN) 2+ dari spesi Fe 3+ dan spesi SCN - memiliki laju yang sama dengan reaksi penguraian spesi Fe(SCN) 2+ menjadi spesi Fe 3+ dan spesi SCN -. Pada larutan yang berkesetimbangan ditambahkan sedikit larutan NaSCN (penambahan spesi SCN - ) ke dalam larutan. Terjadi perubahan warna merah pada larutan menjadi lebih pekat. Secara mikroskopik dijelaskan perubahan warna merah menjadi lebih pekat karena dalam larutan banyak terbentuk spesi Fe(SCN) 2+ dimana spesi SCN - yang ditambahkan akan bereaksi dengan spesi Fe 3+ yang ada dalam larutan. Pembentukan spesi Fe(SCN) 2+ dari spesi Fe 3+ dan spesi SCN - lajunya lebih besar daripada penguraian spesi Fe(SCN) 2+ menjadi spesi Fe 3+ dan spesi SCN -. Laju pembentukan spesi Fe(SCN) 2+ semakin lama semakin berkurang sedangkan laju penguraian spesi Fe(SCN) 2+ semakin lama semakin bertambah, hingga suatu saat laju pembentukan spesi Fe(SCN) 2+ akan sama dengan laju penguraian spesi Fe(SCN) 2+. Sehingga diperoleh kesetimbangan yang baru dengan komposisi berbeda dari kesetimbangan sebelum ditambahkan sedikit larutan NaSCN. Penambahan sedikit larutan FeCl 3 (penambahan spesi Fe 3+ ) ke dalam larutan yang berkesetimbangan menyebabkan perubahan warna merah pada larutan menjadi lebih pekat. Secara mikroskopik dijelaskan perubahan warna merah menjadi lebih pekat karena dalam larutan banyak terbentuk spesi Fe(SCN) 2+ dimana spesi Fe 3+ yang ditambahkan akan bereaksi dengan spesi SCN -

28 66 yang ada dalam larutan. Pembentukan spesi Fe(SCN) 2+ dari spesi Fe 3+ dan spesi SCN - lajunya lebih besar daripada penguraian spesi Fe(SCN) 2+ menjadi spesi Fe 3+ dan spesi SCN -. Laju pembentukan spesi Fe(SCN) 2+ semakin lama semakin berkurang sedangkan laju penguraian spesi Fe(SCN) 2+ semakin lama semakin bertambah, hingga suatu saat laju pembentukan spesi Fe(SCN) 2+ akan sama dengan laju penguraian spesi Fe(SCN) 2+. Sehingga diperoleh kesetimbangan yang baru dengan komposisi berbeda dari kesetimbangan sebelum ditambahkan sedikit larutan FeCl 3. Penambahan sedikit larutan H 2 C 2 O 4 (penambahan spesi C 2 O 2-4 ) ke dalam larutan yang berkesetimbangan menyebabkan perubahan warna merah pada larutan menjadi pudar. Secara mikroskopik dijelaskan perubahan warna merah menjadi pudar karena dalam larutan terjadi penguraian spesi Fe(SCN) 2+ akibat dalam larutan kekurangan spesi Fe 3+. Spesi C 2 O 2-4 yang ditambahkan terikat kuat pada spesi Fe 3+ sehingga terbentuk spesi Fe(C 2 O 4 ) 3-3. Hal tersebut menyebabkan sistem kesetimbangan bergeser ke arah penguraian spesi Fe(SCN) 2+ menjadi spesi Fe 3+ dan spesi SCN - yang lajunya lebih besar daripada pembentukan spesi Fe(SCN) 2+ dari spesi Fe 3+ dan spesi SCN -. Laju penguraian spesi Fe(SCN) 2+ semakin lama semakin berkurang sedangkan laju pembentukan spesi Fe(SCN) 2+ semakin lama semakin bertambah, hingga suatu saat laju penguraian spesi Fe(SCN) 2+ akan sama dengan laju pembentukan spesi Fe(SCN) 2+. Sehingga diperoleh kesetimbangan yang baru dengan komposisi berbeda dari kesetimbangan sebelum ditambahkan sedikit larutan H 2 C 2 O 4.

29 67 Level simbolik reaksi ini digambarkan dengan persamaan reaksi kesetimbangan berikut: Fe 3+ (aq) + SCN - (aq) Fe(SCN) 2+ (aq) kuning pucat tidak berwarna merah Reaksi penambahan spesi C 2 O 4 2- : C 2 O 4 2- (aq) + Fe 3+ (aq) Fe(C 2 O 4 ) 3 3- (aq) Pada konsep pengaruh tekanan dan volume pada arah pergeseran kesetimbangan disajikan dua penjabaran representasi kimia, yaitu: 1. Penjabaran pertama reaksi kesetimbangan gas H 2, N 2, dan NH 3. Level makroskopik dengan menyajikan gambar dari sistem kesetimbangan dalam tabung tertutup, sistem kesetimbangan yang tekanannya diperbesar (dengan memperkecil volume) data randemen NH 3 menunjukkan peningkatan, dan sistem kesetimbangan yang tekanannya diperkecil (dengan memperbesar volume) data randemen NH 3 menunjukkan penurunan. Level mikroskopik digambarkan bahwa molekul gas N 2, molekul gas H 2, dan molekul gas NH 3 berada pada sistem kesetimbangan, pada keadaan setimbang diperjelas dengan menggunakan kotak bahwa pada saat yang sama 1 molekul gas N 2 dan 3 molekul gas H 2 bereaksi membentuk 2 molekul gas NH 3, memiliki laju yang sama dengan 2 molekul gas NH 3 yang terurai menjadi 1 molekul gas N 2 dan 3 molekul gas H 2. Sehingga komposisi spesi-spesi dalam sistem tetap.

30 68 Keadaan ketika tekanan sistem diperbesar (dengan memperkecil volume) campuran gas tidak lagi berada pada keadaan setimbang maka sistem menanggapi dengan menurunkan jumlah molekul, dengan gambaran molekuler reaksi terjadi ke arah pembentukan molekul gas NH 3 dari molekul gas H 2 dan molekul gas N 2 lajunya lebih besar daripada penguraian molekul gas NH 3 menjadi molekul gas H 2 dan molekul gas N 2. Laju pembentukan molekul gas NH 3 semakin lama semakin berkurang sedangkan laju penguraian molekul gas NH 3 semakin lama semakin bertambah, hingga suatu saat laju pembentukan molekul gas NH 3 akan sama dengan laju penguraian molekul gas NH 3. Sehingga diperoleh kesetimbangan yang baru komposisi berbeda dari kesetimbangan sebelum tekanan diperbesar (dengan memperkecil volume). Keadaan ketika tekanan sistem diperkecil (dengan memperbesar volume) campuran gas tidak lagi berada pada keadaan setimbang maka sistem menanggapi dengan menaikkan jumlah molekul, dengan gambaran molekuler reaksi terjadi ke arah penguraian molekul gas NH 3 menjadi molekul gas H 2 dan molekul gas N 2 lajunya lebih besar daripada pembentukan molekul gas NH 3 dari molekul gas H 2 dan molekul gas N 2. Laju penguraian molekul gas NH 3 semakin lama semakin berkurang sedangkan laju pembentukan molekul gas NH 3 semakin lama semakin bertambah, hingga suatu saat laju penguraian molekul gas NH 3 akan sama dengan laju pembentukan molekul gas NH 3. Sehingga diperoleh kesetimbangan yang baru komposisi berbeda dari kesetimbangan sebelum

31 69 tekanan diperkecil (dengan memperbesar volume). Level simbolik reaksi ini digambarkan dengan persamaan reaksi kesetimbangan berikut: N 2 (g) + 3 H 2 (g) 2 NH 3 (g) 2. Penjabaran kedua reaksi kesetimbangan gas NO 2 dan N 2 O 4. Level makroskopik dengan menyajikan gambar dari sistem kesetimbangan berwarna coklat dalam piston, sistem kesetimbangan yang tekanannya diperbesar (dengan memperkecil volume) warna sistem menjadi lebih pudar dari warna keadaan kesetimbangan, dan sistem kesetimbangan yang tekanannya diperkecil (dengan memperbesar volume) warna sistem menjadi lebih pekat dari warna keadaan kesetimbangan. Level mikroskopik digambarkan bahwa molekul gas NO 2 dan N 2 O 4 berada pada sistem kesetimbangan, pada keadaan setimbang diperjelas dengan menggunakan kotak bahwa pada saat yang sama 2 molekul gas NO 2 bereaksi membentuk 1 molekul gas N 2 O 4, memiliki laju yang sama dengan 1 molekul gas N 2 O 4 terurai menjadi 2 molekul gas NO 2. Sehingga komposisi spesi-spesi dalam sistem tetap. Keadaan ketika tekanan sistem diperbesar (dengan memperkecil volume) sistem tidak lagi berada pada keadaan setimbang maka sistem menanggapi dengan menurunkan jumlah molekul, dengan gambaran molekuler reaksi terjadi ke arah pembentukan molekul gas N 2 O 4 lajunya lebih besar daripada penguraian molekul gas N 2 O 4. Laju pembentukan molekul gas N 2 O 4 semakin lama semakin berkurang sedangkan laju penguraian molekul gas N 2 O 4 semakin lama semakin bertambah, hingga

32 70 suatu saat laju pembentukan molekul gas N 2 O 4 akan sama dengan laju penguraian molekul gas N 2 O 4. Sehingga diperoleh kesetimbangan yang baru komposisi berbeda dari kesetimbangan sebelum tekanan diperbesar (dengan memperkecil volume). Keadaan ketika tekanan sistem diperkecil (dengan memperbesar volume) sistem tidak lagi berada pada keadaan setimbang maka sistem menanggapi dengan menaikkan jumlah molekul, dengan gambaran molekuler reaksi terjadi ke arah penguraian molekul gas N 2 O 4 lajunya lebih besar daripada pembentukan molekul gas N 2 O 4. Laju penguraian molekul gas N 2 O 4 semakin lama semakin berkurang sedangkan laju pembentukan molekul gas N 2 O 4 semakin lama semakin bertambah, hingga suatu saat laju penguraian molekul gas N 2 O 4 akan sama dengan laju pembentukan molekul gas N 2 O 4. Sehingga diperoleh kesetimbangan yang baru komposisi berbeda dari kesetimbangan sebelum tekanan diperkecil (dengan memperbesar volume). Level simbolik reaksi ini digambarkan dengan persamaan reaksi kesetimbangan berikut: 2 NO 2 (g) N 2 O 4 (g) coklat tidak berwarna Pada konsep pengaruh suhu pada arah pergeseran kesetimbangan disajikan dua penjabaran representasi kimia, yaitu: 1. Penjabaran pertama reaksi kesetimbangan gas NO 2 dan N 2 O 4. Level makroskopik dengan menyajikan foto dari sistem kesetimbangan berwarna

33 71 coklat dalam bola dumas, sistem kesetimbangan yang suhunya dinaikkan sehingga warna sistem menjadi lebih pekat dari warna keadaan kesetimbangan, dan sistem kesetimbangan yang suhunya diturunkan sehingga warna sistem menjadi lebih pudar dari warna keadaan kesetimbangan. Level mikroskopik digambarkan bahwa molekul gas NO 2 dan N 2 O 4 berada pada sistem kesetimbangan, pada keadaan setimbang diperjelas dengan menggunakan kotak bahwa pada saat yang sama 2 molekul gas NO 2 bereaksi membentuk 1 molekul gas N 2 O 4, memiliki laju yang sama dengan 1 molekul gas N 2 O 4 terurai menjadi 2 molekul gas NO 2. Sehingga komposisi spesi-spesi dalam wadah tetap. Keadaan ketika suhu sistem dinaikkan, campuran gas tidak lagi berada pada keadaan setimbang maka sistem akan bergeser ke arah reaksi yang menyerapkan kalor (reaksi endoterm) yaitu reaksi terjadi ke arah pembentukan molekul gas NO 2, dengan laju reaksi lebih besar daripada reaksi ke arah pembentukan molekul gas N 2 O 4. Laju ke arah pembentukan molekul gas NO 2 semakin lama semakin berkurang sedangkan laju penguraian molekul gas N 2 O 4 semakin lama semakin bertambah, hingga suatu saat laju pembentukan molekul gas NO 2 akan sama dengan laju pembentukan molekul gas N 2 O 4. Sehingga diperoleh kesetimbangan yang baru komposisi berbeda dari kesetimbangan sebelum suhu sistem dinaikkan. Keadaan ketika suhu sistem diturunkan, campuran gas tidak lagi berada pada keadaan setimbang maka sistem akan bergeser ke arah reaksi yang melepaskan kalor (reaksi eksoterm) yaitu reaksi terjadi ke arah

34 72 pembentukan molekul gas N 2 O 4, dengan laju reaksi lebih besar daripada reaksi ke arah pembentukan molekul gas NO 2. Laju ke arah pembentukan molekul gas N 2 O 4 semakin lama semakin berkurang sedangkan laju penguraian molekul gas N 2 O 4 semakin lama semakin bertambah, hingga suatu saat laju pembentukan molekul gas N 2 O 4 akan sama dengan laju pembentukan molekul gas NO 2. Sehingga diperoleh kesetimbangan yang baru komposisi berbeda dari kesetimbangan sebelum suhu sistem diturunkan. Level simbolik reaksi ini digambarkan dengan persamaan reaksi kesetimbangan berikut: N 2 O 4 (g) 2 NO 2 (g) H = +58,0 kj tidak berwarna coklat 2. Penjabaran kedua reaksi kesetimbangan mengandung campuran spesi CoCl 4 2- yang memberikan warna biru pada larutan dan spesi Co(H 2 O) 6 2+ yang memberikan warna merah muda pada larutan, berada pada sistem kesetimbangan. Sistem kesetimbangan suhunya dinaikkan memberikan perubahan warna larutan menjadi berwarna biru dan sistem kesetimbangan suhunya diturunkan memberikan perubahan warna larutan menjadi berwarna merah muda. Level mikroskopik digambarkan bahwa molekul kesetimbangan dalam larutan terjadi antara spesi Co(H 2 O) 6 2+ dan spesi CoCl 4 2- jumlah spesi-spesi dalam larutannya tetap. Digambarkan pada saat yang sama 1 spesi Co(H 2 O) 6 2+ berubah menjadi 1 spesi CoCl 4 2- dan sebaliknya 1 spesi CoCl 4 2- berubah menjadi 1 spesi Co(H 2 O) Kedua reaksi tersebut terjadi dengan laju yang sama.

35 73 Keadaan ketika suhu sistem dinaikkan, sistem tidak lagi berada pada keadaan setimbang maka sistem akan bergeser ke arah reaksi yang menyerapkan kalor (reaksi endoterm) yaitu reaksi terjadi ke arah pembentukan spesi CoCl 2-4, dengan laju reaksi lebih besar daripada reaksi ke arah pembentukan spesi Co(H 2 O) Laju ke arah pembentukan spesi CoCl 4 2- semakin lama semakin berkurang sedangkan laju ke arah pembentukan spesi Co(H 2 O) 6 2+ semakin lama semakin bertambah, hingga suatu saat laju pembentukan spesi CoCl 4 2- akan sama dengan laju pembentukan spesi Co(H 2 O) Sehingga diperoleh kesetimbangan yang baru komposisi berbeda dari kesetimbangan sebelum suhu sistem dinaikkan. Keadaan ketika suhu sistem diturunkan, sistem tidak lagi berada pada keadaan setimbang maka sistem akan bergeser ke arah reaksi yang melepaskan kalor (reaksi eksoterm) yaitu reaksi terjadi ke arah pembentukan spesi Co(H 2 O) 2+ 6, dengan laju reaksi lebih besar daripada reaksi ke arah pembentukan spesi CoCl Laju ke arah pembentukan spesi Co(H 2 O) 6 semakin lama semakin berkurang sedangkan laju ke arah pembentukan spesi CoCl 4 2- semakin lama semakin bertambah, hingga suatu saat laju pembentukan spesi Co(H 2 O) 2+ 6 akan sama dengan laju pembentukan spesi CoCl 2-4. Sehingga diperoleh kesetimbangan yang baru komposisi berbeda dari kesetimbangan sebelum suhu sistem diturunkan. Level simbolik reaksi ini digambarkan dengan persamaan reaksi kesetimbangan berikut: CoCl 4 2- (aq) + 6 H 2 O (l) biru Co(H 2 O) 6 2+ (aq) + 4 Cl - (aq) merah muda

36 74 Pada konsep pengaruh katalis pada reaksi kimia dan arah pergeseran kesetimbangan level makroskopik dideskripsikan dengan narasi bahwa reaksi yang menggunakan katalis tidak ada perubahan pada arah pergeseran kesetimbangannya. Animasi yang dibuat digunakan untuk menunjukkan level mikroskopik dari konsep pengaruh katalis terhadap arah pergeseran kesetimbangan. Deskripsi animasi yaitu sebuah perahu yang akan melewati pulau sebagai reaktan, energi aktivasi dimisalkan jalan laut berliku yang mengelilingi pulau. Perahu harus melewati belokan pulau untuk melanjutkan perjalanan, dianalogikan dengan reaksi yang harus melewati energi aktivasi baru dapat bereaksi. Pada pulau tersebut terdapat sebuah terowongan yang merupakan jalan yang lebih pendek jaraknya melewati pulau tersebut. Misalnya ada dua perahu yang akan melewati pulau tersebut, perahu yang satu tidak dilengkapi lampu emergency dan perahu yang lain dilengkapi lampu emergency (lampu emergency dianggap sebagai katalis). Sebenarnya ada atau tidak lampu emergency pada perahu, pulau tersebut dapat dilewati, namun perahu yang dilengkapi lampu emergency akan memilih jalan terowongan yang jaraknya lebih pendek dan waktunya lebih singkat. Level simbolik digambarkan grafik perbedaan energi aktivasi reaksi yang menggunakan katalis dan reaksi yang tidak menggunakan katalis.

37 75 Gambar 4.3. Grafik perbedaan energi aktivasi reaksi yang menggunakan katalis dan reaksi yang tidak menggunakan katalis. Keterangan: Ea 1 = energi aktivasi reaksi yang tidak melibatkan katalis Ea 2 = energi aktivasi reaksi yang melibatkan katalis Analisis Kesesuaian Representasi Kimia (Level Makroskopik, Mikroskopik, dan Simbolik) dengan Konsep pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Penjabaran representasi kimia (level makroskopik, mikroskopik, dan simbolik yang telah disusun kemudian divalidasi oleh tiga orang guru kimia dan dua orang dosen kimia. Validasi bertujuan untuk melihat kesesuaian antara konsep dengan representasi kimia yang dijabarkan. Setelah dilakukan validasi, terdapat masukan yang dapat digunakan untuk mengembangkan strategi pembelajaran intertekstual pada materi pokok kesetimbangan kimia. Hasil validasi kesesuaian konsep dengan representasi kimia (level makroskopik, mikroskopik, dan simbolik) dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman Setelah dilakukan validasi terdapat saran dan masukan baik dari guru maupun dosen

38 76 kimia. Pada umumnya guru maupun dosen kimia memberikan masukan mengenai pengembangan dari ketiga aspek yang membutuhkan keterkaitan yang erat sehingga menjadi satu konsep utuh dengan pemaparan materi yang lengkap sehingga mudah dipahami siswa. Pada konsep reaksi dapat balik berdasarkan masukan dan saran tetap digunakan pemanasan senyawa anhidrat karena senyawanya mudah dijumpai pada laboratorium sekolah dan reaksinya mudah diamati dengan kasat mata. Selain itu, contoh kesetimbangan ini diharapkan mempermudah siswa untuk dapat menentukan konsep bahwa reaksi dapat balik adalah reaksi yang berlangsung dalam dua arah yaitu ke arah produk dan ke arah reaktan. Pada konsep reaksi kesetimbangan berdasarkan masukan dan saran dari validator dan dosen pembimbing digunakan reaksi kesetimbangan spesi Fe 3+, SCN - dan Fe(SCN) 2+. Orientasi penekanan materi adalah pada masih adanya spesi reaktan pada keadaan kesetimbangan, sehingga reaksi kesetimbangan adalah reaksi kimia yang menunjukkan keadaan konsentrasi masing-masing spesi baik produk maupun reaktan di dalam sistem reaksi tidak berubah terhadap waktu dan suhu tertentu. Dan keadaan kesetimbangan adalah ketika secara makroskopik tidak ada lagi perubahan yang dapat diamati terhadap perubahan waktu pada suhu tertentu. Kemudian mengkaji mengenai apa yang terjadi secara molekulernya bahwa reaksi masih berlangsung untuk meneruskan penggalian pengetahuan dan kemampuan berpikir siswa sehingga sampai pada konsep keadaan kesetimbangan dinamis. Reaksi kesetimbangan yang secara molekuler terus menerus terjadi reaksi ke arah produk maupun ke arah reaktan dengan laju yang sama

39 77 menandakan bahwa kesetimbangan tersebut bersifat dinamis. Sehingga dari penguraian materi tersebut dapat diperoleh dua konsep sekaligus yaitu konsep reaksi kesetimbangan dan konsep keadaan kesetimbangan dinamis. Alternatif lain yaitu untuk menemukan konsep kesetimbangan dinamis dapat digunakan pengamatan pada proses pemanasan air pada wadah tertutup, dimana fenomena tersebut sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Validator dan dosen pembimbing menyatakan konsep kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen yang dijabarkan sesuai dengan representasi kimia. Pada konsep pengaruh konsentrasi pada arah pergeseran kesetimbangan, validator dan dosen pembimbing memberi masukan dan saran untuk penekanan konsep ini harus jelas, karena gambaran mikroskopiknya dapat memberikan miskonsepsi tentang pemisalan warna spesi yang dikhawatirkan siswa memiliki persepsi bahwa bentuk ataupun warnanya sama dengan yang terdapat pada animasi yang ditampilkan. Pada konsep pengaruh tekanan dan volume pada arah pergeseran kesetimbangan, berdasarkan masukan dan saran dari validator dan dosen pembimbing untuk konsep ini digunakan penjabaran reaksi kesetimbangan gas NO 2 dan N 2 O 4, karena secara makroskopik memberikan warna sistem kesetimbangan yang dapat diamati. Untuk penjabaran reaksi kesetimbangan gas H 2, N 2, dan NH 3 tidak memberikan warna pada sistem kesetimbangannya dan makroskopik dapat teramati dari data randemen gas NH 3 yang dihasilkan. Hal ini dianggap masih abstrak untuk disajikan pada siswa dalam menggali konsep pengaruh tekanan dan volume pada arah pergeseran kesetimbangan.

40 78 Penjabaran konsep pengaruh suhu pada arah pergeseran kesetimbangan, berdasarkan masukan dan saran dari validator dan dosen pembimbing digunakan reaksi kesetimbangan gas NO 2 dan N 2 O 4, karena secara makroskopik memberikan warna sistem kesetimbangan yang dapat diamati, dan secara mikroskopik bentuk penggambaran molekulnya sederhana. Untuk penjabaran reaksi kesetimbangan spesi Co(H 2 O) 6 2+ dan spesi CoCl 4 2- walaupun memberikan gambaran makroskopik pada pengaruh suhu terhadap sistem kesetimbangannya, namun penggambaran secara molekuler untuk kedua spesi ini cukup rumit disajikan pada siswa dalam menggali konsep pengaruh suhu pada arah pergeseran kesetimbangan. Pada konsep pengaruh katalis pada reaksi kesetimbangan dan terhadap arah pergeseran kesetimbangan, berdasarkan masukan dan saran dari validator dan dosen pembimbing untuk konsep ini sebenarnya animasi yang digunakan dapat membedakan kondisi dari suatu reaksi yang menggunakan katalis akan berlangsung lebih cepat dan yang tidak menggunakan katalis akan berlangsung lebih lambat. Setelah pemahaman tersebut diperoleh siswa, guru menggali pengetahuan siswa tentang bagaimana pengaruh katalis jika diterapkan pada reaksi kesetimbangan yang reaksinya berlangsung ke arah produk dan ke arah reaktan.

41 Deskripsi Pembelajaran dengan Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Deskripsi pembelajaran dengan strategi pembelajaran intertekstual disusun dengan tujuan siswa tidak mengalami miskonsepsi dalam mempelajari konsep pada materi pokok kesetimbangan kimia. Deskripsi pembelajaran ini berisi gambaran kegiatan guru dan siswa serta penjabaran penekanan pada konsepkonsep yang terkait pada kepentingan siswa dalam mempelajari konsep tersebut. Guru memberi salam sebagai pembuka kegiatan pembelajaran. Kemudian guru menyajikan foto es dan es yang mencair dengan tujuan siswa mengamati bahwa terdapat peristiwa yang berlangsung dapat balik yaitu melalui proses mencair dan proses membeku. Selain itu, guru menyajikan foto dari kertas yang dibakar akan berubah menjadi abu dengan tujuan siswa mengamati bahwa terdapat peristiwa yang berlangsung searah dan tidak dapat balik. Guru mengarahkan siswa pada fokus pembelajaran yang akan dipelajari adalah pada reaksi dapat balik guru menyajikan foto senyawa hidrat CuSO. 4 5H 2 O dan senyawa anhidrat CuSO 4 kemudian siswa digali kemampuannya untuk menganalisis level makroskopik yaitu dalam mengidentifikasi sifat dari senyawa yang ditampilkan. Kemudian ditampilkan animasi untuk membantu siswa memahami reaksi dapat balik melalui penggambaran secara molekuler, dan selama penampilan animasi berlangsung guru terus menggali pengetahuan siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat merujuk pada penemuan konsep reaksi dapat balik. Setelah siswa memahami gambaran makroskopik dan mikroskopik konsep reaksi dapat balik, kemudian siswa diminta untuk menuliskan persamaan

42 80 reaksi yang terjadi. Setelah tiga level representasi kimia tergali pada pengetahuan siswa kemudian guru meminta siswa untuk menarik kesimpulan mengenai reaksi dapat balik. Dalam penjabaran konsep reaksi kesetimbangan digunakan contoh reaksi kesetimbangan yang pada umumnya reaksi ini digunakan untuk menjelaskan pengaruh konsentrasi pada arah pergeseran kesetimbangan. Penekanan pada konsep ini adalah siswa mengetahui bahwa pada keadaan kesetimbangan konsentrasi spesi-spesi dalam sistem reaksi tidak berubah. Selain itu, ada kepentingan lain yang dapat dimunculkan yaitu dengan memberikan suatu pembuktian bahwa pada reaksi kesetimbangan masih ditemukan spesi reaktan Guru menyajikan foto dari larutan FeCl 3, larutan NaSCN sebagai gambaran makroskopik, kemudian guru meminta siswa untuk diidentifikasi warna larutan tersebut sebelum direaksikan dan mengamati perubahan yang terjadi saat keduanya direaksikan terbentuk warna merah pada larutan. Dengan menyajikan gambar reaksi pada kesetimbangan guru menekankan bahwa perubahan warna pada reaksi akan terus berlangsung hingga diperoleh satu keadaan dimana warna larutan sudah tidak berubah lagi seiring dengan bertambahnya waktu. Guru memfasilitasi siswa dengan menampilkan animasi yang dapat membantu siswa dalam memahami reaksi secara molekuler. Dari animasi tersebut tampak spesi apa saja yang ada dalam larutan dan berperan dalam sistem reaksi kesetimbangan. Dalam sistem kesetimbangan secara molekuler jelas bahwa pada kondisi tersebut terdapat laju pembentukan ke arah produk sama dengan laju ke arah reaktan tapi konsep pemahaman ini digunakan untuk menggambarkan

43 81 keadaan kesetimbangan dinamis. Penekanan pada keadaan setimbang adalah pada konsentrasi spesi-spesi nya tetap terhadap perubahan waktu pada suhu tertentu. Kepentingan lain yang dimunculkan dalam animasi adalah dengan keadaan penambahan sedikit larutan reaktan pada arah kesetimbangan. Dalam hal ini akan menghasilkan warna larutan yang semakin pekat dari warna larutan saat berkesetimbangan. Penekanan konsep yang dilakukan pada siswa adalah masih ditemukannya spesi reaktan dalam keadaan kesetimbangan. Dalam reaksi ini adalah dengan dihasilkannya warna merah saat larutan FeCl 3 ditambahkan pada larutan. Warna merah menunjukkan terbentuknya spesi Fe(SCN) 2+ yang semakin banyak di dalam larutan. Artinya spesi Fe 3+ yang ditambahkan bereaksi dengan spesi apa yang ada dalam larutan untuk membentuk spesi Fe(SCN) 2+, hal tersebut memberikan pemahaman pada siswa bahwa spesi Fe 3+ yang ditambahkan bereaksi dengan spesi SCN - yang masih terdapat dalam larutan. Begitu juga dengan penambahan sedikit larutan NaSCN pada sistem kesetimbangan akan memberikan gambaran yang sama bahwa masih ditemukan spesi Fe 3+ sebagai reaktan dalam sistem reaksi yang berkesetimbangan. Kemudian untuk menjelaskan keadaan kesetimbangan dinamis dapat dilakukan dengan melanjutkan eksplorasi terhadap konsep kesetimbangan kimia. Dengan memperhatikan tampilan animasi dengan laju dari molekul saat kesetimbangan ke arah produk maupun reaktan sama dapat membantu siswa memahami bahwa keadaan tersebut akan terus menerus berlangsung seperti itu jika tidak dilakukan perlakuan terhadap sistem kesetimbangan tersebut. Keadaan yang menyatakan bahwa reaksi tersebut berlangsung terus menerus secara

44 82 molekuler digunakan sebagai pengetahuan untuk siswa menyimpulkan konsep kesetimbangan dinamis. Dengan mengetahui bagaimana secara makroskopik dari suatu sistem kesetimbangan dan bagaimana keadaan secara molekuler saat kesetimbangan berlangsung maka siswa diarahkan untuk dapat menyimpulkan keadaan kesetimbangan dinamis adalah suatu keadaan dimana secara makroskopik sudah tidak terdapat perubahan yang dapat diamati (seolah-olah reaksi berhenti) dan secara mikroskopik ternyata reaksinya terus menerus berlangsung ke arah produk dan ke arah reaktan dengan laju yang sama. Konsep kesetimbangan dan kesetimbangan dinamis secara simbolik dapat dijelaskan menggunakan grafik perubahan konsentrasi terhadap waktu pada reaksi kesetimbangan. Misalnya untuk contoh reaksi kesetimbangan antara gas NO 2 dan N 2 O 4. Pada waktu yang sama konsentrasi N 2 O 4 awalnya banyak jumlahnya berkurang seiring dengan terbentuknya NO 2. Konsentrasi NO 2 terus meningkat sampai pada suatu titik tertentu tidak terjadi lagi perubahan konsentrasi. Pada waktu tersebut dikatakan reaksi mencapai keadaan setimbang yaitu pada saat digambarkan grafiknya garis lurus. Gambar 4.4. Grafik perubahan konsentrasi terhadap waktu pada sistem kesetimbangan N 2 O 4 dan NO 2.

45 83 Pada waktu yang sama grafik menunjukkan laju penguraian N 2 O 4 semakin lambat dan laju pembentukan NO 2 semakin cepat. Pada suatu titik tertentu laju penguraian N 2 O 4 sama dengan laju pembentukan NO 2. Pada waktu tersebut dikatakan reaksi mencapai keadaan setimbang yaitu pada saat digambarkan grafiknya garis lurus. Gambar 4.5. Grafik perubahan laju terhadap waktu pada sistem kesetimbangan N 2 O 4 dan NO 2. Grafik tersebut keduanya merupakan grafik yang menunjukkan keadaan suatu reaksi berada pada keadaan kesetimbangan. Namun kedua grafik tersebut memiliki spesifikasi masing-masing. Penekanan untuk karakteristik dari grafik konsentrasi terhadap waktu adalah tidak pernah ditemukan konsentrasi produk dan reaktan yang bertemu di satu titik kemudian terbentuk garis lurus berimpit. Garis lurus dapat terbentuk setelah suatu titik dari produk dan reaktan yang menunjukkan konsentrasi tertentu dimana sebelumnya konsentrasi produk meningkat dan reaktan berkurang hingga suatu saat sistem memiliki konsentrasi yang tidak berubah terhadap waktu. Keadaan demikian dapat dikatakan sistem tersebut berada dalam kesetimbangan dan tidak pernah ditemukan satu titik temu

46 84 antara produk dan reaktan pada grafik perubahan waktu terhadap laju hingga suatu saat sistem memiliki konsentrasi yang tidak berubah terhadap waktu disebut sistem berada dalam kesetimbangan. Pentingnya penekanan pada konsep kesetimbangan adalah berdasarkan penelitian dari Astuti, R., guru kimia di Purworejo dan argumen dari siswanya banyak menyatakan bahwa kesetimbangan akan berlangsung setelah reaktan bereaksi membentuk produk kemudian jumlahnya sama, kemudian sistem tersebut baru akan mengalami kesetimbangan dengan laju ke arah produk maupun ke arah reaktan sama. Ada juga yang mengatakan ketika suatu reaksi konsentrasinya sudah sama antara produk dan reaktan maka reaksi tersebut akan berkesetimbangan dengan laju ke arah produk maupun ke arah reaktan sama. Untuk hal yang demikian pada pembelajaran yang menggunakan strategi pembelajaran intertekstual hal tersebut berusaha diluruskan dengan menekankan bahwa pada keadaan kesetimbangan reaktan masih ditemukan. Kemudian membenarkan konsepsi tentang proses kesetimbangan bahwa dari awal ketika reaktan dan produk direaksikan ternyata kesetimbangan telah berlangsung, hanya saja karena produk yang terbentuk sedikit maka laju ke arah penguraian produk masih lambat dibandingkan laju ke arah pembentukan produk. Jadi merupakan konsep yang salah jika kesetimbangan terjadi setelah terbentuk sejumlah produk dan setelah jumlahnya sama baru reaksi berkesetimbangan, tetapi konsep yang benar adalah kesetimbangan telah terjadi dari sejak awal reaksi terbentuk produk hanya laju ke arah pembentukan produk dan penguraian produk berbeda.

47 85 Penekanan untuk grafik perubahan laju terhadap waktu adalah selalu ditemukan konsentrasi produk dan reaktan yang bertemu di satu titik kemudian terbentuk garis lurus berimpit. Garis lurus tersebut dapat terbentuk setelah titik temu dari produk dan reaktan pada laju yang sama sehingga menunjukkan bahwa keadaan laju pembentukan produk sama dengan laju penguraian reaktan disebut reaksi berada pada keadaan kesetimbangan. Jadi, point penting dalam hal ini adalah bukan ditemukannya konsentrasi produk dan reaktan yang sama pada saat kesetimbangan, melainkan konsentrasi produk dan reaktan tetap pada saat kesetimbangan. Sedangkan yang memiliki harga sama pada saat kesetimbangan adalah laju ke arah produk dan laju ke arah reaktan. Dalam konsep kesetimbangan homogen dan heterogen siswa dituntut untuk dapat menyimpulkan kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen berdasarkan fasa dari spesi-spesi yang bereaksi. Pengetahuan prasyarat mengenai sifat fasa harus diketahui siswa, Apa saja ciri khas yang mengidentifikasikan fasa padat, fasa cair, fasa gas, dan fasa aqueous. Guru menyajikan gambar secara makroskopik kemudian diberikan pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan konsep kesetimbangan homogen dan heterogen, kemudian disajikan gambaran molekulernya dan guru terus menggali pengetahuan siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang merujuk pada menyimpulkan pada konsep. Akhirnya siswa diminta untuk menuliskan persamaan reaksi yang terdapat pada tampilan animasi lengkap dengan fasanya, kemudian guru meminta siswa menarik kesimpulan mengenai keetimbangan homogen dan heterogen. Penekanan konsep mengenai kesetimbangan homogen

48 86 dan heterogen dalam pembelajaran ini adalah siswa dapat membedakan mana kesetimbangan homogen dan mana kesetimbangan heterogen. Pada konsep pengaruh konsentrasi terhadap arah pergeseran kesetimbangan digunakan materi yang sama dengan reaksi kesetimbangan namun penekanan konsepnya berbeda. Konsep ini lebih ditekankan pada setelah penambahan sedikit reaktan (larutan FeCl 3 dan larutan NaSCN) maka perubahan yang tampak adalah warna larutan yang merahnya semakin pekat. Kemudian guru menampilkan animasi untuk memberi pemahaman pergeseran arah kesetimbangan secara mikroskopik. Dari tinjauan mikroskopik warna merah yang dominan dikarenakan terbentuknya spesi Fe(SCN) 2+ semakin banyak, artinya laju reaksi pembentukan spesi Fe(SCN) 2+ berlangsung lebih cepat. Hal penting yang harus ditekankan adalah saat terjadi pergeseran kesetimbangan, reaksi tetap berlangsung ke arah produk maupun ke arah reaktan hanya saja laju dari reaksi tersebut berbeda. Dalam reaksi yang ditampilkan dalam animasi terlihat bahwa pada saat penambahan reaktan (larutan FeCl 3 dan larutan NaSCN) maka laju ke arah pembentukan spesi Fe(SCN) 2+ sangat cepat dibandingkan dengan laju ke arah penguraian spesi Fe(SCN) 2+. Laju pembentukan spesi Fe(SCN) 2+ akan semakin lambat dan laju penguraian spesi Fe(SCN) 2+ akan semakin cepat seiring dengan bertambahnya waktu, hingga suatu saat laju ke arah pembentukan spesi Fe(SCN) 2+ dan laju ke arah penguraian spesi Fe(SCN) 2+ akan sama. Artinya terbentuk keadaan kesetimbangan yang baru karena komposisinya berbeda dengan komposisi kesetimbangan sebelum ditambahkan reaktan (larutan FeCl 3 dan larutan NaSCN).

49 87 Penambahan sedikit larutan H 2 C 2 O 4 (penambahan spesi C 2 O 2-4 ) ke dalam larutan yang berkesetimbangan menyebabkan perubahan warna merah pada larutan menjadi pudar. Kemudian dari animasi yang ditampilkan guru memberikan gambaran secara mikroskopik. Dari tinjauan mikroskopik dijelaskan perubahan warna merah menjadi pudar karena dalam larutan terjadi penguraian spesi Fe(SCN) 2+ akibat dalam larutan kekurangan spesi Fe 3+. Spesi C 2 O 2-4 yang ditambahkan terikat kuat pada spesi Fe 3+ sehingga terbentuk spesi Fe(C 2 O 4 ) 3-3. Hal tersebut menyebabkan sistem kesetimbangan bergeser ke arah penguraian spesi Fe(SCN) 2+ yang lajunya lebih besar daripada pembentukan spesi Fe(SCN) 2+. Laju penguraian spesi Fe(SCN) 2+ akan semakin lambat dan laju pembentukan spesi Fe(SCN) 2+ akan semakin cepat seiring dengan bertambahnya waktu, hingga suatu saat laju ke arah spesi penguraian Fe(SCN) 2+ dan laju ke arah pembentukan spesi Fe(SCN) 2+ akan sama. Artinya terbentuk keadaan kesetimbangan yang baru karena komposisinya berbeda dengan komposisi kesetimbangan sebelum ditambahkan sedikit larutan H 2 C 2 O 4. Guru dalam hal ini penting memberikan penekanan pada konsep yang harus dipahami siswa secara benar. Karena berdasarkan pengalaman pribadi pembelajaran pada konsep arah pergeseran kesetimbangan konsentrasi biasanya konsep ini dihapalkan seperti jika reaktan ditambahkan maka kesetimbangan bergeser ke arah produk dan sebaliknya jika ditambahkan reaktan maka reaksi bergeser ke arah produk. Hal tersebut dihapalkan tanpa mengetahui sebenarnya bagaimana proses pergeseran tersebut berlangsung pada spesi-spesi yang berlangsung pada kesetimbangan. Konsep yang dihapal sifatnya sementara karena

50 88 dalam suatu kondisi konsep yang dihapal bisa lupa, sedangkan jika konsep tersebut sifatnya dipahami hanya dengan menelaah dan menganalisisnya konsep yang dipahami tidak akan lupa. Pengkajian grafik atau level simbolik diharapkan dapat memberikan gambaran kepada siswa mengenai komposisi kesetimbangan setelah diberikan pengaruh konsentrasi pada sistem tersebut. Contohnya pada reaksi kesetimbangan pada pembentukan amonia. Saat sistem ditambahkan H 2, maka sistem berusaha mereduksi seoptimal mungkin dengan mengurangi gangguan sekecil mungkin, sebagian H 2 yang ditambahkan akan bereaksi dengan sejumlah tertentu N 2 yang terdapat pada sistem kesetimbangan membentuk NH 3. Akibatnya, konsentrasi N 2 dalam kesetimbangan berkurang sedangkan konsentrasi NH 3 dalam kesetimbangan bertambah mengakibatkan posisi kesetimbangan bergeser ke arah pembentukan NH 3 (ke arah kanan). Reaksi terus berlangsung hingga terbentuk kembali keadaan kesetimbnagan, maka campuran reaksi dalam kesetimbangan baru memiliki komposisi berbeda dengan komposisi sebelum ada gangguan. Dalam hal ini konsentrasi NH 3 lebih besar dari sebelumnya, konsentrasi N 2 menjadi lebih sedikit, sedangkan konsentrasi H 2 lebih besar dari sebelumnya (tetapi tidak sama dengan jumlah total H 2 dalam kesetimbangan lama dengan H 2 yang ditambahkan).

51 89 Gambar 4.6. Grafik pengaruh penambahan konsentrasi H 2 terhadap keadaan kesetimbangan pada reaksi pembentukan amonia. Pada konsep pengaruh tekanan dan volume pada arah pergeseran kesetimbangan digunakan reaksi kesetimbangan gas NO 2 dan N 2 O 4. Perubahan tekanan sistem menyebabkan tekanan parsial komponen di dalam sistem juga berubah. Peningkatan tekanan sistem akan mengubah volume sistem menjadi lebih kecil akibat dari sifat fasa gas yang dapat dimampatkan. Level makroskopik dengan menyajikan gambar dari sistem kesetimbangan berwarna coklat dalam piston. Level mikroskopik digambarkan bahwa molekul gas NO 2 dan N 2 O 4 berada pada sistem kesetimbangan, pada keadaan setimbang diperjelas dengan menggunakan kotak bahwa pada saat yang sama 2 molekul gas NO 2 bereaksi membentuk 1 molekul gas N 2 O 4, memiliki laju yang sama dengan 1 molekul gas N 2 O 4 terurai menjadi 2 molekul gas NO 2. Sehingga komposisi spesi-spesi dalam sistem tetap. Keadaan ketika tekanan sistem diperbesar (dengan memperkecil volume) secara makroskopik warna sistem menjadi lebih pudar dari warna keadaan kesetimbangan. Tekanan gas disebabkan oleh tumbukan molekul-molekul gas

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

No Indikator Soal Valid

No Indikator Soal Valid 107 Lampiran 3 Rekapitulasi asi Instrumen TDM-TWO-TIER No Indikator Soal 1 Memahami kesetimbangan Reaksi kesetimbangan antara N 2 O 4 dengan NO 2 mengikuti persamaan kimia berikut ini : ator 1 :- dinamis

Lebih terperinci

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar 1) Mahasiswa memahami Asas Le Chatelier 2) Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi reaksi kesetimbangan dalam dunia industry 3) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran yang baik adalah pengajaran yang meliputi mengajar siswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran yang baik adalah pengajaran yang meliputi mengajar siswa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Pembelajaran Pengajaran yang baik adalah pengajaran yang meliputi mengajar siswa tentang bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berfikir dan bagaimana memotivasi

Lebih terperinci

REAKSI KESETIMBANGAN Reaksi dua arah

REAKSI KESETIMBANGAN Reaksi dua arah REAKSI KIMIA REAKSI HABIS Reaksi satu arah REAKSI KESETIMBANGAN Reaksi dua arah REAKSI KIMIA REAKSI Irreversible / reaksi habis / Reaksi tidak dapat balik Reaksi satu arah REAKSI Reversible/ reaksi dapat

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN 1. Suatu reaksi dikatakan mencapai kesetimbangan apabila. A. laju reaksi ke kiri sama dengan ke kanan B. jumlah koefisien reaksi ruas kiri sama dengan ruas kanan

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Bab 4

Kesetimbangan Kimia. Bab 4 Kesetimbangan Kimia Bab 4 Standar Kompetensi 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri Kompetensi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN. titik setimbang

KESETIMBANGAN. titik setimbang KESETIMBANGAN STANDART KOMPETENSI;. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang berpengaruh, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. KOMPETENSI DASAR;.. Menjelaskan kestimbangan

Lebih terperinci

SMAN 1 MATAULI PANDAN

SMAN 1 MATAULI PANDAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA D I S U S U N OLEH KELOMPOK IV Chaidi Reza Depari Firdanta Ginting Hadi Mulki Siregar Lazuardyas Ligardi Zulhanggari Dwitama XI IPA 1 SMAN 1 MATAULI PANDAN 2013 Percobaan II Reaksi

Lebih terperinci

Oleh. Dewi Candrawati

Oleh. Dewi Candrawati 126 Lampiran 4 Oleh Dewi Candrawati 2014 127 Petunjuk Pengerjaan: 1. Tes diagnostik ini terdiri dari delapan soal pilihan ganda dua tingkat. 2. Setiap soal memiliki 4 pilihan jawaban dan 5 pilihan alasan.

Lebih terperinci

Termodinamika dan Kesetimbangan Kimia

Termodinamika dan Kesetimbangan Kimia Termodinamika dan Kesetimbangan Kimia Dalam kesetimbangan kimia terdapat 2 reaksi yaitu reaksi irreversible dan reaksi reversible. Reaksi irreversible (reaksi searah) adalah reaksi yang berlangsung searah.

Lebih terperinci

MODUL 1 TERMOKIMIA. A. Hukum Pertama Termodinamika. B. Kalor Reaksi

MODUL 1 TERMOKIMIA. A. Hukum Pertama Termodinamika. B. Kalor Reaksi MODUL 1 TERMOKIMIA Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan energi kimia. Sebagai prasyarat untuk mempelajari termokimia, kita harus mengetahui tentang perbedaan kalor (Q)

Lebih terperinci

BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN. merumuskan indikator dan konsep pada submateri pokok kenaikan titik didih

BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN. merumuskan indikator dan konsep pada submateri pokok kenaikan titik didih BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN Secara garis besar, penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu merumuskan indikator dan konsep pada submateri pokok kenaikan titik didih larutan setelah menganalisis standar

Lebih terperinci

Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Tim Dosen Kimia Dasar FTP UNIVERSITAS BRAWIJAYA Kelarutan (s) Kelarutan (solubility) adalah jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut.

Lebih terperinci

: Mempelajari kesetimbangan ion-ion dalam larutan D. Tinjauan Pustaka

: Mempelajari kesetimbangan ion-ion dalam larutan D. Tinjauan Pustaka A. Judul Praktikum : Kesetimbangan Kimia B. Hari/Tanggal Percobaan : Senin, 19 Maret 2012 jam 10.00-12.30 C. Tujuan Percobaan : Mempelajari kesetimbangan ion-ion dalam larutan D. Tinjauan Pustaka : Kesetimbangan

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN KIMIA. Bahan Ajar Mata Pelajaran Kimia Kelas XI Semester I. SK+KD+Indikator Materi Evaluasi Referensi

KESETIMBANGAN KIMIA. Bahan Ajar Mata Pelajaran Kimia Kelas XI Semester I. SK+KD+Indikator Materi Evaluasi Referensi KESETIMBANGAN KIMIA Bahan Ajar Mata Pelajaran Kimia Kelas XI Semester I SK+KD+Indikator Materi Evaluasi Referensi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Standar Kompetensi

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia KIM 2 A. PENDAHULUAN B. REAKSI KESETIMBANGAN. α = KESETIMBANGAN KIMIA. materi78.co.nr. setimbang

Kesetimbangan Kimia KIM 2 A. PENDAHULUAN B. REAKSI KESETIMBANGAN. α = KESETIMBANGAN KIMIA. materi78.co.nr. setimbang konsentrasi laju reaksi materi78.co.nr Kesetimbangan Kimia A. PENDAHULUAN Reaksi satu arah (irreversible) atau reaksi tidak dapat balik adalah reaksi yang terjadi pada satu arah, dan produknya tidak dapat

Lebih terperinci

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! a. 2d d. 3p b. 2p e. 3s c. 3d 6. Unsur X dengan nomor atom

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! a. 2d d. 3p b. 2p e. 3s c. 3d 6. Unsur X dengan nomor atom KIMIA XI SMA 3 S OAL TES SEMESTER I I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!. Elektron dengan bilangan kuantum yang tidak diizinkan n = 3, l = 0, m = 0, s = - / n = 3, l =, m =, s = / c. n = 3, l =, m =

Lebih terperinci

BAB III KESETIMBANGAN KIMIA. AH = 92 kj

BAB III KESETIMBANGAN KIMIA. AH = 92 kj BAB III KESETIMBANGAN KIMIA Amonia (NH 3 ) merupakan salah satu zat kimia yang paling banyak diproduksi. Amonia digunakan terutama untuk membuat pupuk, yaitu urea dan ZA. Penggunaan amonia yang lain, yaitu

Lebih terperinci

kimia KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran

kimia KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi kesetimbangan.

Lebih terperinci

SOAL-SOAL KESETIMBANGAN KIMIA

SOAL-SOAL KESETIMBANGAN KIMIA H=+380 kj/mol SOAL-SOAL KESETIMBANGAN KIMIA 1. Ebtanas 99 Suatu reaksi berada dalam keadaan setimbang apabila A. Reaksi ke kanan dan kiri telah berhenti B. Mol pereaksi selalu sama dengan mol hasil reaksi

Lebih terperinci

H 2 O (l) H 2 O (g) Kesetimbangan kimia. N 2 O 4 (g) 2NO 2 (g)

H 2 O (l) H 2 O (g) Kesetimbangan kimia. N 2 O 4 (g) 2NO 2 (g) Purwanti Widhy H Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia tercapai jika: Laju reaksi maju dan laju reaksi balik sama besar

Lebih terperinci

A. ARTI KESETIMBANGAN B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGESERAN KESETIMBANGAN C. TETAPAN KESETIMBANGAN D. KESETIMBANGAN KIMIA DALAM INDUSTRI

A. ARTI KESETIMBANGAN B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGESERAN KESETIMBANGAN C. TETAPAN KESETIMBANGAN D. KESETIMBANGAN KIMIA DALAM INDUSTRI 4 KESETIMBANGAN KIMIA A. ARTI KESETIMBANGAN B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGESERAN KESETIMBANGAN C. TETAPAN KESETIMBANGAN D. KESETIMBANGAN KIMIA DALAM INDUSTRI Dalam kehidupan sehari-hari, sering

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pemahaman siswa yang dimaksud adalah pemahaman konseptual dan pemahaman

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pemahaman siswa yang dimaksud adalah pemahaman konseptual dan pemahaman 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah mendeskripsikan tingkat pemahaman siswa XI IPA SMA Negeri 2 Limboto pada materi kesetimbangan kimia. Pemahaman

Lebih terperinci

PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL

PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL 144 LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL KELAS/KELOMPOK : KETUA KELOMPOK : ANGGOTA : UPI #PENDIDIKAN KIMIA AULIA WAHYUNINGTYAS #0706475 TUJUAN PERCOBAAN 1.

Lebih terperinci

Soal Pilihan Ganda Berilah tanda silang pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar!

Soal Pilihan Ganda Berilah tanda silang pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar! Soal Pilihan Ganda Berilah tanda silang pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar!. Berikut ini adalah ciri-ciri terjadinya reaksi kesetimbangan, kecuali. reaksi reversibel B. terjadi dalam

Lebih terperinci

KELOMPOK 6 ( ENAM ) ADHI PERMANA ANASTASIA EVIRA EVANPHILO IBIE NORISA JUMALA RHOPI KLAWA

KELOMPOK 6 ( ENAM ) ADHI PERMANA ANASTASIA EVIRA EVANPHILO IBIE NORISA JUMALA RHOPI KLAWA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6 ( ENAM ) ADHI PERMANA ANASTASIA EVIRA EVANPHILO IBIE NORISA JUMALA RHOPI KLAWA JANUARI 2009 SMA NEGERI 2 PALANGKARAYA I. TUJUAN PERCOBAAN : Tujuan percobaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII jurusan IPA di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Subyek penelitian yang dipilih

Lebih terperinci

MODUL I Pembuatan Larutan

MODUL I Pembuatan Larutan MODUL I Pembuatan Larutan I. Tujuan percobaan - Membuat larutan dengan metode pelarutan padatan. - Melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan larutan yang diperlukan dengan

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi reaksi kimia reversible dan irreversible..

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. A. Penurunan Struktur Global dan Struktur Makro Pengajaran Guru. pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. A. Penurunan Struktur Global dan Struktur Makro Pengajaran Guru. pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan 39 BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Penurunan Struktur Global dan Struktur Makro Pengajaran Guru pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Pengambilan data pertama kali adalah merekam guru yang sedang

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN. Penjelasan Konsep

HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN. Penjelasan Konsep LAMPIRAN 7 HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN Keterangan kriteria kebenaran konsep Benar (B) Salah (S) Indikator Pembelajaran : Jika penjelasan konsep subjek penelitian sesuai dengan

Lebih terperinci

H 2 O (L) H 2 O (G) KESETIMBANGAN KIMIA. N 2 O 4 (G) 2NO 2 (G)

H 2 O (L) H 2 O (G) KESETIMBANGAN KIMIA. N 2 O 4 (G) 2NO 2 (G) H 2 O (L) H 2 O (G) KESETIMBANGAN KIMIA. N 2 O 4 (G) 2NO 2 (G) Purwanti Widhy H Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xi DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN...xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Batasan

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstualitas pada materi

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstualitas pada materi BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstualitas pada materi ikatan kimia ini dilakukan beberapa tahap kerja. Tahapan kerja tersebut meliputi analisis standar kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu mempelajari gejala alam. Dalam mempelajari gejala alam, ilmu kimia mengkhususkan pembahasannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan fenomena-fenomena

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS )_ 1

LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS )_ 1 LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS )_ 1 1. Perhatikan reaksi berikut: CaCO 2 (s) CaO (s) + CO 2 (g) H = 178 KJ/mol. Jelaskan! a. Arah kesetimbangan ditambahkan CaCO 2 (s) b. Tiga kemungkinan yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam

Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam sistem pada kesetimbangan Uap mengembun dengan laju

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Tim Dosen Kimia Dasar FTP

Kesetimbangan Kimia. Tim Dosen Kimia Dasar FTP Kesetimbangan Kimia Tim Dosen Kimia Dasar FTP Pengertian kesetimbangan kimia Suatu sistem dikatakan setimbang jika dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama atau dengan kata lain tidak terjadi

Lebih terperinci

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 11

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 11 SMA IPA Kelas Di sekitar kita banyak dijumpai peristiwa reaksi kimia, misalnya reaksi pembakaran kayu, pembakaran bensin, fotosintesis, perkaratan besi dan lain sebagainya. Dalam reaksi kimia, ada reaksi

Lebih terperinci

Contoh Soal & Pembahasan Reaksi Kesetimbangan

Contoh Soal & Pembahasan Reaksi Kesetimbangan Soal No.1 Contoh Soal & Pembahasan Reaksi Kesetimbangan Reaksi kimia ada yang berlangsung searah (berkesudahan) dan ada yang dapat balik (bolak-balik). Jelaskan perbedaanya disertai dengan contoh-contohnya.

Lebih terperinci

Sumber: Silberberg, Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change

Sumber: Silberberg, Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change Bab V Kesetimbangan Kimia Sumber: Silberberg, Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change Amonia cair digunakan sebagai pupuk. Pembuatan gas amonia menggunakan prinsip-prinsip reaksi kesetimbangan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang menjelaskan fenomena dengan mendeskripsikan karakteristik

Lebih terperinci

kimia K-13 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN K e l a s A. Kelarutan Garam (Elektrolit) Tujuan Pembelajaran

kimia K-13 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN K e l a s A. Kelarutan Garam (Elektrolit) Tujuan Pembelajaran K-1 kimia K e l a s XI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan 1. Memahami tentang kelarutan garam (elektrolit). 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa dilakukan tiga tahap yaitu tahap pertama melakukan analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar

Lebih terperinci

HAND OUT KIMIA XI IPA BAB IV KESETIMBANGAN KIMIA

HAND OUT KIMIA XI IPA BAB IV KESETIMBANGAN KIMIA HAND OUT KIMIA XI IPA BAB IV KESETIMBANGAN KIMIA 1 BAB IV KESETIMBANGAN KIMIA I. Standar Kompetensi 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan disalah satu SMA di kabupaten Kuningan. Subjek penelitian ini adalah delapan orang siswa SMA kelas XI IPA yang terdiri

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TUGAS KIMIA DASAR LAPORAN PRAKTIKUM REAKSI REAKSI KIMIA OLEH : KELOMPOK 7 1.Ida Ayu Putu Sri Puspitawati 2.Putu Devi Yani 1213031023 1213031017 3.Lalu Tio Noval Wiratama 1213031006 UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MODUL II KESETIMBANGAN KIMIA

MODUL II KESETIMBANGAN KIMIA MODUL II KESETIMBANGAN KIMIA I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami konsep kesetimbangan kimia dan mampu menyelesaikan soal/masalah yang berhubungan dengan reaksi kesetimbangan. 2. Materi

Lebih terperinci

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA SOAL KIMIA KELAS : XI IPA PETUNJUK UMUM. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja. Kerjakanlah soal anda pada lembar jawaban

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Chapter 9 P N2 O 4. Kesetimbangan akan. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi

Kesetimbangan Kimia. Chapter 9 P N2 O 4. Kesetimbangan akan. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia

Lebih terperinci

Ria Fitriani BAHAN AJAR KESETIMBANGAN KIMIA. Kesetimbangan Kimia 0

Ria Fitriani BAHAN AJAR KESETIMBANGAN KIMIA. Kesetimbangan Kimia 0 Ria Fitriani BAHAN AJAR KESETIMBANGAN KIMIA Kesetimbangan Kimia 0 KESETIMBANGAN KIMIA Air yang ada di permukaan bumi akan menguap ketika terkena panas matahari. Uap air di zat cair (air laut) berada dalam

Lebih terperinci

MODUL LAJU REAKSI. Laju reaksi _ 2013 Page 1

MODUL LAJU REAKSI. Laju reaksi _ 2013 Page 1 MODUL LAJU REAKSI Standar Kompetensi ( SK ) : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Kompetensi

Lebih terperinci

BY SMAN 16 SURABAYA : Sri Utami, S. P LAJU REAKSI KESIMPULAN

BY SMAN 16 SURABAYA : Sri Utami, S. P LAJU REAKSI KESIMPULAN BY SMAN 16 SURABAYA : Sri Utami, S. P LAJU REAKSI KESIMPULAN STANDAR KOMPETENSI 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan

Lebih terperinci

STOIKIOMETRI Konsep mol

STOIKIOMETRI Konsep mol STOIKIOMETRI Konsep mol Dalam hukum-hukum dasar materi ditegaskan bahwa senyawa terbentuk dari unsur bukan dengan perbandingan sembarang tetapi dalam jumlah yang spesifik, demikian juga reaksi kimia antara

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks. Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks. Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Temuan 4.1.1 Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga Penggunaan level mikroskopik dalam buku teks

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vii viii ix BAB I PENDAHULUAN... 1 A.

Lebih terperinci

Soal Soal Kesetimbangan Kimia. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau produksi ammonia berdasarkan reaksi:

Soal Soal Kesetimbangan Kimia. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau produksi ammonia berdasarkan reaksi: Nama : Fitria Puspita NIM : 1201760 Kelas : Pendidikan Kimia A Soal Soal Kesetimbangan Kimia SBMPTN 2014 Untuk soal no 1-3, bacalah narasi berikut. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Negeri di kabupaten Garut. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA yang telah mempelajari materi

Lebih terperinci

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia Apakah yang dimaksud dengan reaksi kimia? Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi (reaktan) menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Pada reaksi kimia selalu dihasilkan zat-zat

Lebih terperinci

Laboratorium Kimia SMA... Praktikum II Kelas XI IPA Semester I Tahun Pelajaran.../...

Laboratorium Kimia SMA... Praktikum II Kelas XI IPA Semester I Tahun Pelajaran.../... Laboratorium Kimia SMA... Praktikum II Kelas XI IPA Semester I Tahun Pelajaran.../... Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Praktikan : mor Absen : Kelas : Tanggal : Lembar Kegiatan Siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai bagian dari ilmu sains, kimia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai bagian dari ilmu sains, kimia merupakan salah satu mata pelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bagian dari ilmu sains, kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang di anggap sulit, hal ini menyebabkan sebagian besar siswa kurang berminat untuk mempelajari

Lebih terperinci

KELARUTAN DAN HASILKALI KELARUTAN URAIAN MATERI

KELARUTAN DAN HASILKALI KELARUTAN URAIAN MATERI Standar ompetensi ELARUTAN DAN HASILALI ELARUTAN Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. ompetensi Dasar 1. Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan

Lebih terperinci

A. KESEIMBANGAN DINAMIS

A. KESEIMBANGAN DINAMIS 1 Tugas Kimia IV Prakerin KESEIMBANGAN KIMIA Coba kamu perhatikan proses pendidihan air dengan panci tertutup. Pada waktu air menguap, uap air akan tertahan dalam tutup panci. Selanjutnya, uap air akan

Lebih terperinci

yang berkaitan dengan Laju Reaksi, diberikan pada tabel berikut ini.

yang berkaitan dengan Laju Reaksi, diberikan pada tabel berikut ini. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengumpulan data, persentase siswa SMA Negeri 1 Paguyaman, Kabupaten Boalemo yang memberikan jawaban untuk tiap item tes yang

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan Standar Kometensi Kometensi Dasar Menjelaskan kinetika dan kesetimbangan reaksi kimia serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Menjelaskan engertian reaksi kesetimbangan. Menyelidiki faktor-faktor yang

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5 ml 2. Konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 16 SURABAYA JL. RAYA PRAPEN TELP FAX KODE POS 60299

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 16 SURABAYA JL. RAYA PRAPEN TELP FAX KODE POS 60299 PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 16 SURABAYA JL. RAYA PRAPEN TELP. 031-8415492 FAX 031-8430673 KODE POS 60299 ULANGAN AKHIR SEMESTER 2 (DUA) TAHUN PELAJARAN 2011 2012 Hari/Tanggal :

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN KIMIA A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Keadaan setimbang adalah suatu keadaaan dimana konsentrasi seluruh zat tidak lagi mengalami

KESETIMBANGAN KIMIA A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Keadaan setimbang adalah suatu keadaaan dimana konsentrasi seluruh zat tidak lagi mengalami KESETIMBANGAN KIMIA A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Keadaan setimbang adalah suatu keadaaan dimana konsentrasi seluruh zat tidak lagi mengalami perubahan, sebab zat-zat diruas kanan terbentuk dan terurai

Lebih terperinci

c. Suhu atau Temperatur

c. Suhu atau Temperatur Pada laju reaksi terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi. Selain bergantung pada jenis zat yang beraksi laju reaksi dipengaruhi oleh : a. Konsentrasi Pereaksi Pada umumnya jika konsentrasi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Diskusi

Bab IV Hasil dan Diskusi Bab IV Hasil dan Diskusi IV.1 Hasil Eksperimen Eksperimen dikerjakan di laboratorium penelitian Kimia Analitik. Suhu ruang saat bekerja berkisar 24-25 C. Data yang diperoleh mencakup data hasil kalibrasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Subjek penelitian ini adalah enam orang siswa SMA kelas XI IPA yang sudah

Lebih terperinci

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) NAMA : YUSI ANDA RIZKY NIM : H311 08 003 KELOMPOK : II (DUA) HARI/TGL PERC. : SENIN/08 MARET 2010 ASISTEN : FITRI JUNIANTI LABORATORIUM KIMIA FISIKA

Lebih terperinci

BAB 8. Jika Anda memasukkan satu sendok gula ke dalam segelas air, kemudian Anda. Kelarutan Garam Sukar Larut. Kata Kunci.

BAB 8. Jika Anda memasukkan satu sendok gula ke dalam segelas air, kemudian Anda. Kelarutan Garam Sukar Larut. Kata Kunci. Kimia XI SMA 205 BAB 8 Kelarutan Garam Sukar Larut Gambar Larutan Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: 1. Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Wassalamualaikum Wr. Wb. Palembang, Oktober Penyusun

KATA PENGANTAR. Wassalamualaikum Wr. Wb. Palembang, Oktober Penyusun KATA PENGANTAR Assalamualikum Wr.Wb Puji syukur senatiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan Makalah Kimia ini dengan baik dan

Lebih terperinci

[C] dan [D] [A] dan [B] Waktu KIM/ IND - II

[C] dan [D] [A] dan [B] Waktu KIM/ IND - II Konsentrasi [C] dan [D] [A] dan [B] Waktu t KIM/ IND - II BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN 7 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN A. KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) B. HUBUNGAN KELARUTAN (s) DENGAN Ksp C. PENGARUH ION SEJENIS TERHADAP KELARUTAN D. HUBUNGAN Ksp DENGAN PH LARUTAN E. HUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB II KESETIMBANGAN KIMIA

BAB II KESETIMBANGAN KIMIA BAB II KESETIMBANGAN KIMIA TIU : 1. Memahami definisi kimia dan mengidentifikasi keadaan kimia. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kimia: Prinsip Le Chatelier. Memahami aplikasi kimia dalam perolehan

Lebih terperinci

2. Konfigurasi elektron dua buah unsur tidak sebenarnya:

2. Konfigurasi elektron dua buah unsur tidak sebenarnya: . Atom X memiliki elektron valensi dengan bilangan kuantum: n =, l =, m = 0, dan s =. Periode dan golongan yang mungkin untuk atom X adalah A. dan IIIB B. dan VA C. 4 dan III B D. 4 dan V B E. 5 dan III

Lebih terperinci

Waktu (t) Gambar 3.1 Grafik hubungan perubahan konsentrasi terhadap waktu

Waktu (t) Gambar 3.1 Grafik hubungan perubahan konsentrasi terhadap waktu 3 LAJU REAKSI Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: Menghitung konsentrasi larutan (molaritas larutan). Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, luas permukaan,

Lebih terperinci

1. Perhatikan struktur senyawa berikut!

1. Perhatikan struktur senyawa berikut! . Perhatikan struktur senyawa berikut! CH CH CH CH CH CH CH Jumlah atom C primer, atom C sekunder, dan atom C tersier dari senyawa di atas adalah...,, dan D.,, dan,, dan E.,, dan,, dan. Di bawah ini merupakan

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sebagai berikut. Konsentrasi Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung jumlah partikel

Lebih terperinci

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA BANK SOAL SELEKSI MASUK PERGURUAN TINGGI BIDANG KIMIA 1 BAB VI 1. Padatan NH 4 NO 3 diaduk hingga larut selama 77 detik dalam akuades 100 ml sesuai persamaan reaksi berikut: NH 4 NO 2 (s) + H 2 O (l) NH

Lebih terperinci

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN A. Pengertian Kelarutan Kemampuan garam-garam larut dalam air tidaklah sama, ada garam yang mudah larut dalam air seperti natrium klorida (NaCl) dan ada pula garam sukar

Lebih terperinci

Bab 4 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Bab 4 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN Bab 4 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN Apa yang terjadi pada saat gula dilarutkan ke dalam air, mengapa bila gula yang dilarutkan dalam jumlah banyak tidak dapat terlarut semua? Mengapa gula tidak bisa

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL 5. Pilih satu jawaban yang benar!

LEMBARAN SOAL 5. Pilih satu jawaban yang benar! LEMBARAN SOAL 5 Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM

BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM Kode KIM.11 Kesetimbangan Kimia BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 004 Modul Kim.11.Kesetimbangan

Lebih terperinci

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) Kelarutan (s) Kelarutan (solubilit) adalah suatu zat dalam suatu pelarut menatakan jumlah maksimum suatu zat ang dapat larut dalam suatu pelarut. Satuan kelarutan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN III KESETIMBANGAN REAKSI DAN ASAS LE CHATELIER

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN III KESETIMBANGAN REAKSI DAN ASAS LE CHATELIER LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN III KESETIMBANGAN REAKSI DAN ASAS LE CHATELIER KELOMPOK : V (LIMA) NAMA : M. ARIEF RAKHMAN (J1B112009) TRIA AUDINA DEWI (J1B112026) KURNIA PUTRI (J1B112031)

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H2SO4 0.05 M dibutuhkan larutan H2SO4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Konsep Siswa SMA pada Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia

Analisis Kesalahan Konsep Siswa SMA pada Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia Kesalahan Konsep Siswa SMA pada Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia Muh. Afturizaliur Adaminata*, dan I Nyoman Marsih Diterima 3 Juni 2011, direvisi 20 Juni 2011, diterbitkan 23 September 2011 Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

A. MOLARITAS (M) B. KONSEP LAJU REAKSI C. PERSAMAAN LAJU REAKSI D. TEORI TUMBUKAN E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

A. MOLARITAS (M) B. KONSEP LAJU REAKSI C. PERSAMAAN LAJU REAKSI D. TEORI TUMBUKAN E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI 3 LAJU REAKSI A. MOLARITAS (M) B. KONSEP LAJU REAKSI C. PERSAMAAN LAJU REAKSI D. TEORI TUMBUKAN E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI Materi dapat berubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang

Lebih terperinci

Tujuh4reaksi - - REAKSI KIMIA - - 2H 2 (g) + O 2(g) 2H 2 O ( l ) Reaksi Kimia 7206 Kimia. Reaksi Kimia

Tujuh4reaksi - - REAKSI KIMIA - - 2H 2 (g) + O 2(g) 2H 2 O ( l ) Reaksi Kimia 7206 Kimia. Reaksi Kimia - - REAKSI KIMIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian Tujuh4reaksi Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara downloadnya.

Lebih terperinci

KAJIAN KERANGKA BERPIKIR

KAJIAN KERANGKA BERPIKIR KAJIAN Materi kimia merupakan salah satu materi essensial yang sebagian besar konsepnya bersifat invisible. Dimulai dengan reaksi searah dan dua arah, keadaan setimbang dinamis, reaksi homogen dan heterogen,

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi Oleh: 1. Kurniawan Eka Yuda (5) 2. Tri Puji Lestari (23) 3. Rina Puspitasari (17) 4. Elva Alvivah Almas (11) 5. Rusti Nur Anggraeni (35) 6. Eki Aisyah (29) Kelas XI

Lebih terperinci

Karena volumnya adalah satu liter, maka konsentrasinya tinggal masukkan molnya masingmasing.

Karena volumnya adalah satu liter, maka konsentrasinya tinggal masukkan molnya masingmasing. Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang kesetimbangan kimia SMA kelas 11 IPA. Tetapan kesetimbangan berdasarkan konsentrasi dan tekanan parsial gas. Soal No. 1 Tentukan persamaan tetapan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan.

Kegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan. Kegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan. Subcapaian pembelajaran: 1. Menentukan sifat koligatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengalaman. Definisi lain mengenai belajar adalah proses aktif siswa untuk

Lebih terperinci