HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Kurva Pertumbuhan Bakteri Pertumbuhan bakteri (SRB) dalam medium B.Lewis (komposisi disajikan pada Tabel III.2 ) dengan perbandingan volume medium terhadap volume inokulum 4:1, digambarkan sebagai fungsi waktu di bawah ini: Kurva Pertumbuhan Bakteri Jumlah Bakteri (sel/10 4 ) Waktu (hari) Gambar IV.1 Kurva Pertumbuhan Bakteri pada Medium B.Lewis Berdasarkan Gambar di atas terlihat SRB mulai tumbuh secara eksponensial pada hari ke-2 sampai hari ke-4. Fasa stasioner terjadi pada hari ke-4 dan hari ke-5, dilanjutkan dengan fasa kematian setelah hari ke-5. Oleh karena itu SRB yang ditanam ke dalam air laut yang digunakan dalam pengujian korosi (dengan cara perendaman) diambil dari inokulum pada hari ke-4 yaitu pada akhir fasa eksponensial dimana SRB masih aktif, sebelum teracuni oleh hasil metabolismenya sendiri [Jalaluddin, 2003]. IV.2 Bentuk Serangan Korosi Setelah mengalami perendaman selama 3 dan 6 minggu, secara visual spesimen kuningan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antar perendaman dalam variasi inhibitor. Namun setelah perendaman selama 9 minggu, perbedaan antar spesimen kuningan dengan beda inhibitor terlihat mulai jelas sekali. 36

2 IV.2.1 Air Laut Mengandung SRB Pada spesimen kuningan yang direndam dalam air laut yang mengandung SRB tanpa inhibitor, permukaan spesimen tertutup secara merata oleh produk korosi yang berwarna biru. Hal ini disebabkan kuningan terkorosi secara merata pada lingkungan air laut yang mengandung bakteri pereduksi sulfat (SRB). Gambar IV.2 Permukaan kuningan dalam air laut mengandung SRB tanpa inhibitor (perbesaran 400x) 1 mm Gambar IV.3 Penampang lintang spesimen kuningan yang direndam dalam air laut mengandung SRB ( perbesaran 20x ) IV.2.2 Glutaraldehid Sampel kuningan yang telah direndam dalam air laut mengandung SRB dan ditambahkan glutaraldehid, setelah dikeringkan tampak tertutup oleh produk korosi berwarna coklat (Gambar IV.4). Jika lapisan ini dihilangkan pada lapisan bawah terdapat padatan yang berwarna hitam. 37

3 Setelah mengalami proses pickling, penampang lintang spesimen menunjukkan adanya serangan korosi sumuran (Gambar IV.5). Korosi sumuran dapat terjadi di bawah tuberkel mengikuti mekanisme pembentukan sel aerasi diferensial, permukaan kuningan di bawah tuberkel sebagai anoda dan permukaan yang terbuka sebagai katoda. Sesuai dengan hasil analisa XRD (Lampiran C), produk korosi yang berwarna coklat di lapisan luar menunjukkan senyawa Cu(OH) 2 yang merupakan lapisan pasif hasil korosi selama uji perendaman. Sedangkan lapisan hitam di bawahnya adalah senyawa Cu 2 S yang merupakan produk korosi mikrobiologis oleh SRB, dan juga merupakan komponen lapisan pasif kuningan. Tetapi lapisan pasif yang terbentuk tidak mencukupi untuk melindungi seluruh permukaan kuningan, sehingga bagian yang tertutup lapisan pasif akan bertindak sebagai katoda, sedangkan sisa permukaan yang terbuka akan menjadi anoda dengan laju pelarutan yang intensif. Dengan demikian terbentuklah korosi sumuran. Gambar IV.4 Permukaan kuningan setelah perendaman dalam air laut mengandung SRB dan penambahan Glutaraldehid 80 ppm (perbesaran 400x) 1 mm Gambar IV.5 Penampang lintang spesimen kuningan setelah perendaman dalam air laut mengandung SRB dengan penambahan Glutaraldehid ( perbesaran 20x ) 38

4 IV.2.3 Na-Benzoat Secara teori, bentuk serangan korosi pada MIC (Microbiologically Influenced Corrosion) adalah tipe korosi sumuran. Hasil perendaman kuningan dengan menggunakan inhibitor Na-Benzoat dapat dilihat pada Gambar IV.6 di bawah ini. tersebut Permukaan spesimen tertutup oleh tumpukan produk korosi secara tidak merata dan berwarna kebiruan. Dari penampang lintang spesimen yang telah dibersihkan dan dilakukan proses pickling, teramati secara signifikan bahwa permukaan spesimen yang direndam dalam air laut mengandung SRB dengan penambahan inhibitor Na-Benzoat, telah terjadi pelarutan selektif pada spesimen. Hal ini disebabkan inhibitor Na-Benzoat kurang efektif untuk menghambat reaksi metabolik yang menyebabkan pelarutan selektif pada kuningan. Sesuai dengan hasil analisa XRD, warna kebiruan menunjukkan bahwa produk korosi kuningan mengandung senyawa Cu 2 OSO 4. Gambar IV.6 Permukaan kuningan setelah perendaman dalam air laut mengandung SRB dan penambahan Na-Benzoat 80 ppm (perbesaran 400x) 1 mm Gambar IV.7 Penampang lintang spesimen kuningan setelah perendaman dalam air laut mengandung SRB dengan penambahan Na-Benzoat ( perbesaran 20x ) 39

5 IV.2.4 Kalium Vanadat Pada permukaan spesimen yang direndam dengan penambahan inhibitor Kalium Vanadat, tampak tonjolan-tonjolan berwarna biru kehijauan pada beberapa titik tertentu diantara permukaan yang tertutup produk korosi berwarna coklat kehitaman(gambar IV.8). Sesuai dengan hasil analisa XRD, warna kehitaman menyatakan adanya senyawa Cu 2 S yang merupakan produk korosi akibat aktivitas SRB. Tonjolan-tonjolan berwarna biru tersebut adalah garamgaram Cu-sulfat dan Cu-klorida yang semula larut, tetapi kemudian mengkristal pada saat sampel dikeringkan. Fenomena ini menunjukkan bahwa dosis penambahan Kalium Vanadat belum mencukupi sehingga tidak mampu membentuk lapisan pelindung yang sempurna. Walaupun tidak meningkatkan laju korosi, namun bagian permukaan spesimen yang tidak tertutup oleh lapisan pelindung tetap mengalami pelarutan (Gambar IV.9). Menurut hasil analisa XRD, lapisan pelindung terdiri dari senyawa-senyawa Cu 2 S dan Cu 5 V 2 O 10. Gambar IV.8 Permukaan kuningan setelah perendaman dalam air laut mengandung SRB dan penambahan Kalium Vanadat 80 ppm (perbesaran 400x) 1 mm Gambar IV.9 Penampang lintang spesimen kuningan setelah perendaman dalam air laut mengandung SRB dengan penambahan Na-Benzoat ( perbesaran 20x ) 40

6 IV.3 Analisa Produk Korosi Produk korosi kuningan dalam air laut dengan penambahan SRB dan inhibitor Glutaraldehid, Na-Benzoat, Kalium Vanadat dianalisa dengan menggunakan spektrometri difraksi sinar-x (X-ray diffraction/xrd). Spesimen yang dianalisa adalah spesimen yang mengalami uji korosi dengan waktu perendaman paling lama (63 hari). IV.3.1 Air Laut Mengandung SRB Hasil analisa XRD dari produk korosi kuningan dalam air laut mengandung SRB, memperlihatkan produk korosi (menurut intensitas/jumlah) berupa: CuS, Cu 2 S, CuS 2, CuO, Cu 2 O, CuCO 3, Cu(OH) 2, CuZn sulfat hidroksida dan CuZn karbonat hidroksida. Berdasarkan komposisi produk korosi tersebut, maka dapat diperkirakan proses korosi kuningan dalam air laut mengandung SRB mengikuti reaksi-reaksi berikut: Reaksi anodik : Cu Cu e - Zn Zn e - Reaksi katodik : O 2 + 2H 2 O + 4e - 4OH - Reaksi oleh SRB : SO -2 4 (dari air laut) S O Reaksi pelarutan Cu : Cu + 2Cl - CuCl e - Reaksi pembentukan produk korosi: Cu +2 + S -2 CuS Cu OH - Cu(OH) 2 Cu +2 + CO -2 3 (dari air laut) CuCO 3 2CuCl OH - Cu 2 O + H 2 O + 4Cl - 2CuCl S -2 Cu 2 S + 4Cl - Cu(OH) 2 CuO + H 2 O 2CuO + Cu 2 O Cu 4 O 3 2Zn Cu +2 + CO OH - (Cu,Zn) 2 CO 3 (OH) 2 Zn +2 + Cu SO 4 (Cu,Zn)SO 4 Adanya produk korosi berupa Cu 2 O, CuO, dan Cu(OH) 2 menunjukkan bahwa kuningan mengalami pasivasi selama perendaman. Terbentuknya CuS, Cu 2 S, dan 41

7 CuS 2 menunjukkan korosi kuningan akibat aktivitas metabolisme SRB yang mereduksi sulfat (SO -2 4 ) menjadi sulfida (S -2 ). Senyawa CuZn sulfat hidroksida, CuCO 3 dan CuZn karbonat hidroksida adalah hasil penggabungan ion-ion Cu 2+ dan Zn 2+ hasil reaksi anodik dengan anion yang berada dalam air laut yaitu sulfat (SO -2 4 ) dan karbonat (CO -2 3 ). Terbentuknya CuZn sulfat hidroksida menunjukkan bahwa sulfat yang terkandung dalam air laut selama perendaman tidak seluruhnya direduksi oleh SRB tetapi juga bereaksi dengan Cu 2+ dan Zn 2+. IV.3.2 Air Laut Mengandung SRB dan Glutaraldehid Hasil analisa XRD dari produk korosi kuningan dalam air laut mengandung SRB, dengan penambahan Glutaraldehid memperlihatkan bahwa produk korosi berupa(menurut intensitas/jumlah): Cu 2 S, Cu 2 O, CuZn sulfat hidroksida dan CuZn karbonat hidroksida. Reaksi-reaksi pembentukan senyawa Cu 2 S, Cu 2 O, CuZn sulfat hidroksida dan CuZn karbonat hidroksida berlangsung seperti telah dijelaskan pada subbab IV.3.1. Senyawa Cu 2 S merupakan produk korosi mikrobiologis kuningan dalam air laut yang dapat mempercepat korosi kuningan. Dari penyusutan jenis senyawa produk korosi yang terbentuk, dibandingkan dengan korosi kuningan dalam air laut mengandung SRB saja, penambahan Glutaraldehid dapat menghambat korosi mikrobiologis kuningan dalam air laut. IV.3.3 Air Laut Mengandung SRB dan Na-Benzoat Berdasarkan hasil analisa XRD, produk korosi kuningan dalam air laut mengandung SRB dengan penambahan Na-Benzoat memperlihatkan bahwa produk korosi berupa(menurut intensitas/jumlah): Cu 2 S, Cu 2 OSO 4, CuO, CuZn sulfat hidroksida dan CuZn karbonat hidroksida. Berdasarkan komposisi produk korosi tersebut, maka dapat diperkirakan proses korosi kuningan dalam air laut mengandung SRB mengikuti reaksi berikut: Reaksi anodik : Cu Cu e - Zn Zn e - Reaksi katodik : O 2 + 2H 2 O + 4e - 4OH - 42

8 Reaksi oleh SRB : SO -2 4 (dari air laut) S O Reaksi pelarutan Cu : Cu + 2Cl - CuCl e - 2CuCl OH - + SO -2 4 Cu 2 OSO 4 + H 2 O + 4Cl - Reaksi-reaksi pembentukan senyawa lainnya yaitu: Cu 2 S, CuO, CuZn sulfat hidroksida dan CuZn karbonat hidroksida berlangsung seperti telah dijelaskan pada subbab IV.3.1. Senyawa Cu 2 S merupakan produk korosi mikrobiologis kuningan dalam air laut. Pasivasi pada kuningan yang direndam dalam air laut mengandung SRB dengan penambahan Na-Benzoat diperkuat dengan pembentukan senyawa Cu 2 OSO 4 oleh Na-Benzoat yang berwarna kebiruan. Pasivasi oleh inhibitor Na- Benzoat menunjukkan bahwa penambahan Na Benzoat dapat menghambat korosi mikrobiologis kuningan dalam air laut. IV.3.4 Air Laut Mengandung SRB dan Kalium Vanadat Hasil analisa XRD dari produk korosi kuningan dalam air laut mengandung SRB, dengan menambahkan Kalium Vanadat memperlihatkan produk korosi (menurut intensitas/jumlah) berupa: Cu 2 S dan Cu 5 V 2 O 10. Senyawa Cu 2 S merupakan produk korosi mikrobiologis kuningan dalam air laut. Berdasarkan komposisi produk korosi tersebut, maka dapat diperkirakan proses korosi kuningan dalam air laut mengandung SRB mengikuti reaksi berikut: Reaksi anodik : Cu Cu e - Reaksi katodik : O 2 + 2H 2 O + 4e - 4OH - Reaksi oleh SRB : SO -2 4 (dari air laut) S O Reaksi pelarutan Cu : Cu + 2Cl - CuCl e - 2CuCl S -2 Cu 2 S + 4Cl - Cu OH - Cu(OH) 2 Cu(OH) 2 CuO + H 2 O 5CuO + 2VO H + Cu 5 V 2 O 10 + H 2 O Ion H + berasal dari H 2 S sebagai hasil hidrolisis CuS, produk korosi mikrobiologis adalah: Cu +2 + S -2 CuS CuS + 2H 2 O Cu(OH) 2 + H 2 S 43

9 H 2 S 2H + + S 2- Pasivasi pada kuningan yang direndam dalam air laut mengandung SRB dengan menambahkan Kalium Vanadat diperkuat dengan pembentukan senyawa Cu 5 V 2 O 10 oleh Kalium Vanadat. Walaupun mampu meningkatkan pasivasi kuningan, namun senyawa Kalium Vanadat tidak cukup efektif untuk menghambat metabolisme SRB maupun korosi kimiawi dalam air laut. IV.4 Keefektifan Inhibitor dalam Menghambat Laju Korosi Untuk mengetahui keefektifan dari inhibitor dilakukan penentuan laju korosi dengan metode kehilangan berat. Tabel IV.1 Laju korosi untuk masing-masing variasi inhibitor Variasi Waktu (hari) Laju Korosi (mm/tahun) 21 0, Air Laut + SRB 145 ml + Glutaraldehid (80 ppm) 42 0, , , Air Laut + SRB 145 ml + Na-Benzoat (80 ppm) 42 0, , , Air Laut + SRB 145 ml + K-Vanadat (80 ppm) 42 0, , , , , Grafik Laju Korosi Kuningan dalam Air Laut terhadap Waktu dengan Variasi Inhibitor 0,7 0,6 Glutaraldehid 0,5 Na-benzoat Vanadat Laju Korosi (mm/tahun) 0,4 0,3 0,2 Vanadat 0,1 Na-benzoat 0 21 Waktu (hari) Glutaraldehid Variasi Gambar IV.10 Pengaruh Inhibitor terhadap laju Korosi 44

10 Dari hasil pengukuran laju korosi kuningan dalam air laut mengandung SRB laju korosi kuningan meningkat dengan waktu perendaman. Hal ini disebabkan jumlah SRB yang semakin meningkat dengan waktu perendaman tanpa adanya penghambat. Penambahan Glutaraldehid ke dalam sistem perendaman telah mengakibatkan peningkatan laju korosi kuningan pada awal masa perendaman. Hal ini menunjukkan bahwa Glutaraldehid tidak dapat berfungsi sebagai inhibitor adsorpsi pada permukaan kuningan, karena atom-atom Cu di permukaan kuningan tidak memiliki orbital kosong sehingga tidak mudah mengadsorpsi Glutaraldehid. Jika molekul Glutaraldehid membentuk senyawa yang stabil dengan ion-ion Cu 2+, maka aktivitas Glutaraldehid sebagai biosida juga berkurang. Pembentukan senyawa Cu-Glutaraldehid juga mengurangi sifat oligodinamik Cu. Akibatnya, aktivitas SRB tetap besar, H 2 S yang diproduksi juga banyak, sehingga laju korosi kuningan menjadi sangat besar. Tetapi laju korosi kemudian menurun tajam dengan waktu perendaman, karena reaksi korosi kuningan tersebut menghasilkan lapisan pelindung yang terdiri dari senyawa Cu 2 O dan Cu 2 S. Gambar IV.10 juga menunjukkan bahwa laju korosi kuningan dengan penambahan Kalium Vanadat lebih tinggi daripada laju korosi kuningan dalam air laut saja. Hal ini disebabkan sifat vanadat yang oksidatif sehingga dapat mempercepat laju korosi bila konsentrasinya tidak mencukupi. Seperti halnya dengan Glutaraldehid, laju korosi kuningan dalam air laut yang mengandung SRB dengan penambahan Kalium Vanadat menurun dengan waktu perendaman, karena adanya pasivasi. Sedangkan laju korosi kuningan dalam air laut mengandung SRB dengan penambahan Na-Benzoat mula-mula meningkat, tetapi menurun setelah melewati minggu ke-6, sesuai dengan fluktuasi populasi SRB(Gambar IV.11). Fakta ini menunjukkan bahwa korosi kuningan dalam air laut mengandung SRB dengan penambahan Na-Benzoat sangat dipengaruhi aktivitas SRB dan dikenal dengan istilah Microbiologically Influence Corrosion (MIC). Kenyataan bahwa laju korosi kuningan dengan penambahan Na-Benzoat dapat mempercepat laju korosi 45

11 kuningan karena pasivasi yang dihasilkannya tidak sempurna, bahkan mendorong terjadinya korosi mikrobiologis dengan menyediakan lokasi anaerob yang terlindung di bawah deposit produk korosi. Ketiga inhibitor baru berfungsi menurunkan laju korosi hingga kurang dari tanpa inhibitor setelah waktu perendaman mencapai 63 hari. Pada waktu yang sama populasi SRB menurun sehingga jumlah sulfida di dalam sistem berkurang dan dapat menurunkan laju korosi. Laju korosi signifikan jika waktu perendaman mencapai 63 hari sehingga inhibitor berguna jika waktu perendaman lebih dari 63 hari. Laju korosi paling tinggi dicapai oleh kuningan dalam air laut yang mengandung SRB saja adalah sebesar 0,19 mm/tahun (7.48 mpy). Laju korosi ini berada pada rentang laju korosi ringan (2-20 mpy) atau lebih dari 0.05 mm/tahun sehingga penggunaan kuningan pada kondisi seperti ini harus diberi perlindungan yaitu menggunakan inhibitor sebagai penanggulangannya (NACE, 1985). IV.5 Pengaruh Inhibitor Sebagai Biosida Kelompok bakteri pereduksi sulfat (Sulfate Reducing Bacteria) merupakan gabungan (mixed Culture) dari berbagai spesies bakteri sejati (Eurobacteria) yang bersifat obligat anaerob. Dari hasil penentuan populasi SRB menggunakan metode MPN yang disajikan dalam Tabel IV.2, dapat dilihat bahwa untuk waktu perendaman hingga 6 minggu, penambahan inhibitor pada sistem perendaman telah meningkatkan populasi SRB. Sedangkan untuk sistem perendaman selama 9 minggu, populasi SRB menurun drastis hingga membalik kondisi pada waktu perendaman 6 minggu. Populasi SRB dalam air laut dengan penambahan Kalium Vanadat pada waktu perendaman 6 minggu merupakan populasi tertinggi, tetapi pada waktu perendaman 9 minggu menjadi populasi terendah. Dari pengamatan ini dapat diperkirakan bahwa penurunan populasi SRB pada minggu ke-9 lebih diakibatkan oleh habisnya nutrien daripada oleh kerja inhibitor. Tabel IV.2 Konsentrasi SRB akhir untuk tiap sisem perendaman No Kondisi Perendaman Lama Perendaman MPN/100ml 1 Glutaraldehide 9,00E+12 Na-Benzoat 3 Minggu 8,00E+12 K.Vanadat 5,00E+12 6,00E+12 46

12 Glutaraldehide 1,40E+13 2 Na-Benzoat K.Vanadat 6 Minggu 9,00E+12 3,00E+13 5,00E+12 Glutaraldehide 3,00E+12 3 Na-Benzoat K.Vanadat 9 Minggu 5,00E+12 2,30E+12 9,00E+12 Kurva Populasi SRB vs Waktu Perendaman 2,E+13 [SRB] (MPN/10 13 ) 1,E+13 1,E+13 1,E+13 8,E+12 6,E+12 4,E+12 2,E+12 0,E Waktu Perendaman (minggu) Glutaraldehide Na-Benzoat K-Vanadat Gambar IV.11 Kurva Populasi SRB terhadap Waktu Perendaman Grafik Konsentrasi SRB Terhadap Waktu Perendaman dengan Variasi Inhibitor Glutaraldehide Waktu (minggu) Glutaraldehide Na-Benzoat K-Vanadat Variasi 2,E+13 1,E+13 1,E+13 1,E+13 8,E+12 6,E+12 4,E+12 2,E+12 0,E+00 [SRB] (MPN/10 13 ml) Na-Benzoat K-Vanadat Gambar IV.12 Pengaruh variasi inhibitor terhadap konsentrasi SRB Suatu senyawa dikatakan efektif sebagai biosida bila dapat mengurangi populasi bakteri hingga menjadi lebih kecil atau sama dengan 10 6 /100 ml[fang 47

13 Ping, Hanifah W 2006]. Dari ketiga inhibitor yang dipakai diyakini bahwa ketiganya tidak ada yang memenuhi kriteria sebagai biosida yang efektif untuk SRB. Secara kualitatif, keefektifan inhibitor yang dipakai sebagai biosida dapat diamati melalui warna larutan dari sistem perendaman, dimana sistem tanpa penambahan inhibitor dan dengan penambahan inhibitor memiliki larutan yang biru. Warna biru ini disebabkan oleh suspensi CuS dalam larutan, yang merupakan produk korosi mikrobiologis kuningan dalam air laut. Untuk sistem perendaman larutan tanpa inhibitor dan dengan penambahan inhibitor dapat ditampilkan pada Gambar IV.13. di bawah ini: (a) (b) dengan Inhibitor Gambar IV.13. Sistem perendaman untuk larutan tanpa inhibitor dan larutan dengan inhibitor Pengamatan pada sistem perendaman menunjukkan keberadaan endapan berwarna biru pada bagian dasar. Endapan ini selain mengandung CuS, juga mengandung biomassa SRB yang sudah mati dan membentuk flok-flok atau gumpalan-gumpalan pada permukaan spesimen logam. IV.6 Pengaruh Konsentrasi SRB terhadap Laju Korosi Dari Tabel IV.1 dan IV.2 dapat dibuat histogram yang disajikan pada Gambar IV.14. Terlihat pada gambar tersebut tidak terdapat korelasi yang signifikan antara konsentrasi SRB pada akhir perendaman dengan laju korosi. Laju korosi paling tinggi diperoleh pada larutan perendaman mengandung 2.3 x SRB/100 ml. Sedangkan laju korosi paling rendah diperoleh pada larutan perendaman dengan konsentrasi 5 x SRB/100 ml. Pembuktian adanya mikroorganisme pada permukaan logam yang terkorosi tidak cukup digunakan sebagai bukti keterlibatan mikroorganisme tersebut dalam mekanisme perusakan logam, walaupun mikrorganisme itu telah dikenal sebagai penghasil metabolit 48

14 yang agresif terhadap logam [Mariana, 2004]. Tingkat korosi logam tidak dipengaruhi oleh populasi mikroorganisme, namun ditentukan oleh tingkat aktivitas metabolisme mikroorganisme [Beech, 2003]. Pengaruh Populasi SRB terhadap Laju Korosi 0,8 0,7 0,6 Laju Korosi (mm/tahun) 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 2,E+12 3,E+12 5,E+12 5,E+12 8,E+12 9,E+12 9,E+12 1,E+13 3,E+13 SRB(MPN/100ml) Gambar IV.14. Pengaruh Populasi SRB terhadap Laju Korosi 49

INHIBISI KOROSI KUNINGAN AKIBAT AKTIVITAS BAKTERI PEREDUKSI SULFAT MENGGUNAKAN KALIUM VANADAT, NATRIUM BENZOAT DAN GLUTARALDEHID TESIS

INHIBISI KOROSI KUNINGAN AKIBAT AKTIVITAS BAKTERI PEREDUKSI SULFAT MENGGUNAKAN KALIUM VANADAT, NATRIUM BENZOAT DAN GLUTARALDEHID TESIS INHIBISI KOROSI KUNINGAN AKIBAT AKTIVITAS BAKTERI PEREDUKSI SULFAT MENGGUNAKAN KALIUM VANADAT, NATRIUM BENZOAT DAN GLUTARALDEHID TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Lebih terperinci

PENGARUH HARDNES PADA BAJA YANG TERENDAM DALAM AIR LAUT YANG MENGANDUNG BAKTERI PEREDUKSI SULFAT (SRB)

PENGARUH HARDNES PADA BAJA YANG TERENDAM DALAM AIR LAUT YANG MENGANDUNG BAKTERI PEREDUKSI SULFAT (SRB) Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 20 PENGARUH HARDNES PADA BAJA YANG TERENDAM DALAM AIR LAUT YANG MENGANDUNG BAKTERI PEREDUKSI SULFAT (SRB) Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kajian mengenai korosi dan inhibisi korosi pada logam Cu-37Zn dalam larutan Ca(NO 3 ) 2 dan NaCl (komposisi larutan uji, tiruan larutan uji di lapangan) melalui penentuan laju

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5 BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini, hasil pengolahan data untuk analisis jaringan pipa bawah laut yang terkena korosi internal akan dibahas lebih lanjut. Pengaruh operasional pipa terhadap laju korosi dari

Lebih terperinci

Handout. Bahan Ajar Korosi

Handout. Bahan Ajar Korosi Handout Bahan Ajar Korosi PENDAHULUAN Aplikasi lain dari prinsip elektrokimia adalah pemahaman terhadap gejala korosi pada logam dan pengendaliannya. Berdasarkan data potensial reduksi standar, diketahui

Lebih terperinci

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai Muhammad Nanang Muhsinin 2708100060 Dosen Pembimbing Budi Agung Kurniawan, ST,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara Untuk mengetahui laju korosi baja karbon dalam lingkungan elektrolit jenuh udara, maka dilakukan uji korosi dengan

Lebih terperinci

1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn

1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn 1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A D. Cu E. Zn 2. Nomor atom belerang adalah 16. Dalam anion sulfida, S 2-, konfigurasi elektronnya adalah...

Lebih terperinci

PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA

PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA Nama : M.Isa Ansyori Fajri NIM : 03121003003 Shift : Selasa Pagi Kelompok : 3 PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA Korosi

Lebih terperinci

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP Pengaruh Variasi Bentuk dan Ukuran Scratch Polyethylene Wrap Terhadap Proteksi Katodik Anoda Tumbal Al-Alloy pada Baja AISI 1045 di Lingkungan Air Laut Moch. Novian Dermantoro NRP. 2708100080 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN 4.1.HASIL PENGUJIAN OPTICAL SPECTROSCOPY BAJA DARI SPONGE BIJIH BESI LATERITE T1 22320 QUALITY CQ1 SRK DAN BAJA KARBON Dari pengujian Optical spectroscopy baja dari sponge

Lebih terperinci

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Korosi Dosen pengampu: Drs. Drs. Ranto.H.S., MT. Disusun oleh : Deny Prabowo K2513016 PROGRAM

Lebih terperinci

Oleh : Didi Masda Riandri Pembimbing : Dr. Ir. H. C. Kis Agustin, DEA.

Oleh : Didi Masda Riandri Pembimbing : Dr. Ir. H. C. Kis Agustin, DEA. SIDANG TUGAS AKHIR STUDI AWAL KOROSI BAJA KARBON RENDAH JIS G3101 GRADE SS400 PADA LINGKUNGAN AEROB DAN ANAEROB DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN BAKTERI PEREDUKSI SULFAT (SRB) Oleh : Didi Masda Riandri 2106

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Uji Korosi Dari pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil berupa data hasil perhitungan weight loss, laju korosi dan efisiensi inhibitor dalam Tabel

Lebih terperinci

VOLTAMETRI. Disampaikan pada Kuliah Metode Pemisahan dan Analisis Kimia Pertemuan Ke 7.

VOLTAMETRI. Disampaikan pada Kuliah Metode Pemisahan dan Analisis Kimia Pertemuan Ke 7. VOLTAMETRI Disampaikan pada Kuliah Metode Pemisahan dan Analisis Kimia Pertemuan Ke 7 siti_marwati@uny.ac.id Definisi Pengembangan metode Polarografi Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran arus sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Laju Korosi Baja Karbon Pengujian analisis dilakukan untuk mengetahui prilaku korosi dan laju korosi baja karbon dalam suatu larutan. Pengujian ini dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 34 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 PENDAHULUAN Dalam BAB ini akan dibahas tentang analisa data penelitian dari studi karakterisasi laju korosi dan percobaan inhibisi pada logam Aluminium.

Lebih terperinci

INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2

INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegagalan yang terjadi pada suatu material bisa disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu penyebabnya adalah korosi. Korosi adalah suatu kerusakan yang terjadi pada

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra 3.3 KOROSI Korosi dapat didefinisikan sebagai perusakan secara bertahap atau kehancuran atau memburuknya suatu logam yang disebabkan oleh reaksi kimia

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV. 1 Analisis Hasil Pengujian Metalografi dan Spektrometri Sampel Baja Karbon Dari hasil uji material pipa pengalir hard water (Lampiran A.1), pipa tersebut terbuat dari baja

Lebih terperinci

PENGARUH PENGERJAAN DINGIN TERHADAP KETAHANAN KOROSI AISI 1020 HASIL ELEKTROPLATING Zn DI MEDIA NaCl. Oleh : Shinta Risma Ingriany ( )

PENGARUH PENGERJAAN DINGIN TERHADAP KETAHANAN KOROSI AISI 1020 HASIL ELEKTROPLATING Zn DI MEDIA NaCl. Oleh : Shinta Risma Ingriany ( ) SIDANG TUGAS AKHIR PENGARUH PENGERJAAN DINGIN TERHADAP KETAHANAN KOROSI AISI 1020 HASIL ELEKTROPLATING Zn DI MEDIA NaCl Oleh : Shinta Risma Ingriany (2706100025) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Sulistijono,

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl Abdur Rozak 2709100004 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan ST, M.sc. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe Estuari dan Debit Sungai. Tipe estuari biasanya dipengaruhi oleh kondisi pasang surut. Pada saat pasang, salinitas perairan akan didominasi oleh salinitas air laut karena

Lebih terperinci

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl Pandhit Adiguna Perdana 2709100053 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan, S.T.,M.Sc.

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION By Djadjat Tisnadjaja 1 Jenis analisis Analisis makro Kuantitas zat 0,5 1 g Volume yang dipakai sekitar 20 ml Analisis semimikro Kuatitas zat sekitar 0,05 g Volume

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA 30 BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian Polarisasi Potensiodinamik 4.1.1 Data Laju Korosi (Corrosion Rate) Pengujian polarisasi potensiodinamik dilakukan berdasarkan analisa tafel dan memperlihatkan

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Korosi Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan logam atau berkarat. Korosi adalah terjadinya perusakan material (khususnya logam)

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Pengukuran laju korosi logam tembaga dilakukan dengan menggunakan tiga metode pengukuran dalam larutan aqua regia pada ph yaitu 1,79; 2,89; 4,72 dan 6,80. Pengukuran pada berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya. Salah satu bahan tambang yang banyak fungsinya yaitu batu bara, misalnya untuk produksi besi

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengertian Korosi Korosi berasal dari bahasa Latin corrous yang berarti menggerogoti. Korosi didefinisikan sebagai berkurangnya kualitas suatu material (biasanya berupa logam

Lebih terperinci

Elektrokimia. Sel Volta

Elektrokimia. Sel Volta TI222 Kimia lanjut 09 / 01 47 Sel Volta Elektrokimia Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik sebagai akibat terjadinya reaksi pada kedua elektroda secara spontan Misalnya : sebatang

Lebih terperinci

Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina

Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina Jurnal Gradien Vol.3 No.1 Januari 2007 : 231-236 Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina Samsul Bahri Program Studi Teknik

Lebih terperinci

KIMIA ELEKTROLISIS

KIMIA ELEKTROLISIS KIMIA ELEKTROLISIS A. Tujuan Pembelajaran Mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada reaksi elektrolisis larutan garam tembaga sulfat dan kalium iodida. Menuliskan reaksi reduksi yang terjadi di

Lebih terperinci

Review I. 1. Berikut ini adalah data titik didih beberapa larutan:

Review I. 1. Berikut ini adalah data titik didih beberapa larutan: KIMIA KELAS XII IPA KURIKULUM GABUNGAN 06 Sesi NGAN Review I Kita telah mempelajari sifat koligatif, reaksi redoks, dan sel volta pada sesi 5. Pada sesi keenam ini, kita akan mereview kelima sesi yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. NaOH dalam metanol dengan waktu refluks 1 jam pada suhu 60 C, diperoleh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. NaOH dalam metanol dengan waktu refluks 1 jam pada suhu 60 C, diperoleh 37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sintesis Senyawa Difeniltimah(IV) oksida Hasil sintesis senyawa difeniltimah(iv) oksida [(C 6 H 5 ) 2 SnO] menggunakan senyawa awal difeniltimah(iv) diklorida [(C 6 H 5 )

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif TUGAS 1 ELEKTROKIMIA Di kelas X, anda telah mempelajari bilangan oksidasi dan reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan AIR Sumber Air 1. Air laut 2. Air tawar a. Air hujan b. Air permukaan Impurities (Pengotor) air permukaan akan sangat tergantung kepada lingkungannya, seperti - Peptisida - Herbisida - Limbah industry

Lebih terperinci

Asam + Oksida Basa Garam + air

Asam + Oksida Basa Garam + air MODUL JENIS - JENIS REAKSI dalam LARUTAN Jenis-Jenis reaksi antara lain : Reaksi Asam dan Basa Reaksi pendesakan logam Reaksi Metatesis ( Dekomposisi ) A. PENGGARAMAN Jenis-jenis Reaksi penggaraman : 1.

Lebih terperinci

MODEL LAJU KOROSI BAJA KARBON ST-37 DALAM LINGKUNGAN HIDROGEN SULFIDA

MODEL LAJU KOROSI BAJA KARBON ST-37 DALAM LINGKUNGAN HIDROGEN SULFIDA MODEL LAJU KOROSI BAJA KARBON ST-37 DALAM LINGKUNGAN HIDROGEN SULFIDA Oleh : Agus Solehudin 1), Ratnaningsih E. Sardjono 2), Isdiriayani Nurdin 3) dan Djoko H.Prajitno 4) (1) Jurusan Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan

Lebih terperinci

Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 3 No.5, Juni 2005 ISSN X

Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 3 No.5, Juni 2005 ISSN X 5 Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 3 No.5, Juni 2005 ISSN 1693-2X Irwan, Pemanfaatan Ekstrak Daun Tanjung Sebagai Inhibitor Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Garam

Lebih terperinci

ANALISIS LAJU KOROSI MATERIAL PENUKAR PANAS MESIN KAPAL DALAM LINGKUNGAN AIR LAUT SINTETIK DAN AIR TAWAR

ANALISIS LAJU KOROSI MATERIAL PENUKAR PANAS MESIN KAPAL DALAM LINGKUNGAN AIR LAUT SINTETIK DAN AIR TAWAR PROS ID I NG 2 0 1 2 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK ANALISIS LAJU KOROSI MATERIAL PENUKAR PANAS MESIN KAPAL DALAM LINGKUNGAN AIR LAUT SINTETIK DAN AIR TAWAR Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0

Lebih terperinci

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

REDOKS dan ELEKTROKIMIA REDOKS dan ELEKTROKIMIA Overview Konsep termodinamika tidak hanya berhubungan dengan mesin uap, atau transfer energi berupa kalor dan kerja Dalam konteks kehidupan sehari-hari aplikasinya sangat luas mulai

Lebih terperinci

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN BAB II : MEKANISME KOROSI dan MICHAELIS MENTEN 4 BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN Di alam bebas, kebanyakan logam ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia dan disebut bijih. Oleh karena keberadaan

Lebih terperinci

Studi Perilaku Korosi Tembaga dengan Variasi Konsentrasi Asam Askorbat (Vitamin C) dalam Lingkungan Air yang Mengandung Klorida dan Sulfat

Studi Perilaku Korosi Tembaga dengan Variasi Konsentrasi Asam Askorbat (Vitamin C) dalam Lingkungan Air yang Mengandung Klorida dan Sulfat JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 1, April 0 : 62-67 Studi Perilaku Korosi Tembaga dengan Variasi Konsentrasi Asam Askorbat (Vitamin C) dalam Lingkungan Air yang Mengandung Klorida dan Sulfat Soejono Tjitro,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia telah banyak memanfaatkan logam untuk berbagai keperluan di dalam hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa digunakan sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI ph DAN ASAM ASETAT TERHADAP KARAKTERISTIK KOROSI CO 2 BAJA BS 970

PENGARUH VARIASI ph DAN ASAM ASETAT TERHADAP KARAKTERISTIK KOROSI CO 2 BAJA BS 970 TUGAS AKHIR MM091381 PENGARUH VARIASI ph DAN ASAM ASETAT TERHADAP KARAKTERISTIK KOROSI CO 2 BAJA BS 970 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan, ST., M.Sc Oleh : Inti Sari Puspita Dewi (2707 100 052) Latar

Lebih terperinci

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida Diah Riski Gusti, S.Si, M.Si, jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi Abstrak Telah dilakukan penelitian laju korosi baja dalam

Lebih terperinci

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh TINJAUAN PUSTAKA Penggenangan Tanah Penggenangan lahan kering dalam rangka pengembangan tanah sawah akan menyebabkan serangkaian perubahan kimia dan elektrokimia yang mempengaruhi kapasitas tanah dalam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Klasifikasi Baja [7]

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Klasifikasi Baja [7] BAB II DASAR TEORI 2.1 BAJA Baja merupakan material yang paling banyak digunakan karena relatif murah dan mudah dibentuk. Pada penelitian ini material yang digunakan adalah baja dengan jenis baja karbon

Lebih terperinci

RANGKUMAN STUDI PENINGKATAN MUTU GARAM DENGAN PENCUCIAN

RANGKUMAN STUDI PENINGKATAN MUTU GARAM DENGAN PENCUCIAN Oleh: RANGKUMAN STUDI PENINGKATAN MUTU GARAM DENGAN PENCUCIAN. Vita Ageng Mayasari (347). Riansyah Lukman (348) I.. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 8. km merupakan

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION 1 LOGO Analisis Kation 2 Klasifikasi Kation Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan kelarutan dari: Klorida (asam klorida) Sulfida, (H 2

Lebih terperinci

Pengaruh partikel zeolit terhadap laju korosi pada baja karbon dalam lingkungan asam

Pengaruh partikel zeolit terhadap laju korosi pada baja karbon dalam lingkungan asam J. Sains Dasar 2014 3 (2) 124-131 Pengaruh partikel zeolit terhadap laju korosi pada baja karbon dalam lingkungan asam (Effect of zeolite particles towards corrosion rate on carbon steel in acid environment)

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) LEMBARAN SOAL 4 Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Desinfeksi merupakan salah satu proses dalam pengolahan air minum ataupun air limbah. Pada penelitian ini proses desinfeksi menggunakan metode elektrokimia yang dimodifikasi

Lebih terperinci

Sulistyani, M.Si.

Sulistyani, M.Si. Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Reaksi oksidasi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur, molekul) melepaskan elektron. Cu Cu 2+ + 2e Reaksi reduksi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolat Actinomycetes Amilolitik Terpilih 1. Isolat Actinomycetes Terpilih Peremajaan isolat actinomycetes dilakukan dengan tujuan sebagai pemeliharaan isolat actinomycetes agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Lingkungan dapat dikatakan baik jika unsur yang menyusun

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Lingkungan dapat dikatakan baik jika unsur yang menyusun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah salah satu unsur yang sangat penting bagi lingkungan hidup. Lingkungan dapat dikatakan baik jika unsur yang menyusun lingkungan tetap terpelihara.

Lebih terperinci

EKSTRAK DAUN GAMBIR SEBAGAI INHIBITOR KOROSI Oleh: Dr. Ahmad Fadli, Ir.Rozanna Sri Irianty, M.Si, Komalasari, ST., MT. Abstralc

EKSTRAK DAUN GAMBIR SEBAGAI INHIBITOR KOROSI Oleh: Dr. Ahmad Fadli, Ir.Rozanna Sri Irianty, M.Si, Komalasari, ST., MT. Abstralc EKSTRAK DAUN GAMBIR SEBAGAI INHIBITOR KOROSI Oleh: Dr. Ahmad Fadli, Ir.Rozanna Sri Irianty, M.Si, Komalasari, ST., MT Abstralc Secara awam icorosi ditcenai sebagai penglcaratan, merupakan suatu peristiwa

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan terukur yang melebihi 0,1 mg/l tersebut dikarenakan sifat ortofosfat yang cenderung mengendap dan membentuk sedimen, sehingga pada saat pengambilan sampel air di bagian dasar ada kemungkinan sebagian material

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 Soal 1 ( 13 poin ) KOEFISIEN REAKSI DAN LARUTAN ELEKTROLIT Koefisien reaksi merupakan langkah penting untuk mengamati proses berlangsungnya reaksi. Lengkapi koefisien reaksi-reaksi

Lebih terperinci

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia Apakah yang dimaksud dengan reaksi kimia? Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi (reaktan) menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Pada reaksi kimia selalu dihasilkan zat-zat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. H 2 + 2OH - evolusi hidrogen dalam basa M e - M deposisi logam M 3+ + e - M 2+ reduksi ion logam

BAB II DASAR TEORI. H 2 + 2OH - evolusi hidrogen dalam basa M e - M deposisi logam M 3+ + e - M 2+ reduksi ion logam BAB II DASAR TEORI 2.1. KOROSI AQUEOUS BAJA Korosi merupakan proses yang dihasilkan dari reaksi antara material (logam atau paduan) dengan lingkungannya dimana menghasilkan degradasi pada material, baik

Lebih terperinci

Pemisahan dengan Pengendapan

Pemisahan dengan Pengendapan Pemisahan dengan Pengendapan Reaksi Pengendapan Pemisahan dengan teknik pengendapan membutuhkan perbedaan kelarutan yang besar antara analit dan material pengganggunya. Pemisahan dengan pengendapan bisa

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION 1 Golongan II Kation-kation golongan II tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 disintesis dengan metode kopresipitasi dengan rasio fasa aktif Cu, promotor ZnO, penyangga dan Al 2 O 3 yaitu

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

LATIHAN-1 SEL ELEKTROLISIS

LATIHAN-1 SEL ELEKTROLISIS LATIHAN-1 SEL ELEKTROLISIS A. Pililah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Reduksi 1 mol ion MnO 4 - menjadi ion Mn 2+, memerlukan muatan listrik sebanyak. A. 1 F D. 2 F B. 3 F E. 4 F C. 5 F 2. Reaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Korosi II.1.1 Pengertian Korosi Korosi diidentifikasikan sebagai kerusakan logam akibat reaksi kimia atau elektrokimia antara logam dengan lingkungannya. Lingkungan korosif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

Pengendapan. Sophi Damayanti

Pengendapan. Sophi Damayanti Titrasi Pengendapan 1 Sophi Damayanti 1. Proses Pelarutan Senyawa ionik dan ionik Dalam keadaan padat: kristal Struktur kristal: Gaya tarik menarik, gaya elektrostatik, ikatan hidrogen dan antaraksi dipol-dipol

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF Disusun Oleh : Prima W. Subagja 41204720109035 UNIVERSITAS NUSA BANGSA MIPA KIMIA 2010 ANALISIS KATION A. TUJUAN Mengidentifikasi suatu unsur kimia dalam cuplikan

Lebih terperinci

PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU

PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti Vol. 3, No. 1, Januari 2018, ISSN (p): 0853-7720, ISSN (e): 2541-4275 PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG

Lebih terperinci

UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE KE EMPAT : TEMBAGA

UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE KE EMPAT : TEMBAGA Nama : Laurensius E. Seran NIM : 607332411998 UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE KE EMPAT : TEMBAGA lah soal-soal berikut dengan cara menjodohkan dengan jawaban-jawaban yang telah disiapkan dikolom pilihan.

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA MEDIA NaCl DENGAN VARIASI KONSENTRASI RANDI AGUNG PRATAMA

Lebih terperinci

LOGO. Analisis Kation. By Djadjat Tisnadjaja. Golongan V Gol. Sisa

LOGO. Analisis Kation. By Djadjat Tisnadjaja. Golongan V Gol. Sisa LOGO Analisis Kation Golongan V Gol. Sisa By Djadjat Tisnadjaja 1 Golongan kelima Magnesium, natrium, kalium dan amonium Tidak ada reagensia umum untuk kation-kation golongan ini Kation-kation gol kelima

Lebih terperinci

Reaksi dan Stoikiometri Larutan

Reaksi dan Stoikiometri Larutan Reaksi dan Stoikiometri Larutan A. PERSAMAAN REAKSI ION Persamaan reaksi ion adalah persamaan reaksi yang menjelaskan bagaimana reaksi antar-ion terjadi pada larutan elektrolit. Persamaan reaksi ion terdiri

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis 1 Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada sel elektrolisis Subcapaian pembelajaran: 1. Mengamati reaksi yang

Lebih terperinci

Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga

Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 2, Oktober 1999 : 100-107 Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga Soejono Tjitro, Juliana Anggono Dosen Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam proses pembuatan komponen-komponen atau peralatan-peralatan permesinan dan industri, dibutuhkan material dengan sifat yang tinggi maupun ketahanan korosi yang

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesa Garam Magnesium Klorida Garam magnesium klorida dipersiapkan melalui dua bahan awal berbeda yaitu bubuk magnesium oksida (MgO) puritas tinggi dan bubuk

Lebih terperinci

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Limbah Laboratorium Limbah laboratorium yang digunakan pada penelitian ini adalah limbah sisa analisis COD ( Chemical Oxygen Demand). Limbah sisa analisis COD

Lebih terperinci

Fe Fe e - (5.1) 2H + + 2e - H 2 (5.2) BAB V PEMBAHASAN

Fe Fe e - (5.1) 2H + + 2e - H 2 (5.2) BAB V PEMBAHASAN 63 BAB V PEMBAHASAN 5. 1. KETAHANAN KOROSI SUS 316L 5.1.1 Uji Celup SUS 316L Baja tahan karat mendapatkan ketahanan korosi hasil dari terbentuknya lapisan pasif pada permukaan logam. Lapisan pasif adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber-Sumber Air Sumber-sumber air bisa dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu: 1. Air atmosfer Air atmesfer adalah air hujan. Dalam keadaan murni, sangat bersih namun keadaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Sintesis Cairan Ionik Turunan Imidazolin. Dalam penelitian ini, cairan ionik turunan imidazolin yang digunakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Sintesis Cairan Ionik Turunan Imidazolin. Dalam penelitian ini, cairan ionik turunan imidazolin yang digunakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Cairan Ionik Turunan Imidazolin Dalam penelitian ini, cairan ionik turunan imidazolin yang digunakan sebagai inhibitor korosi baja karbon pada kondisi pertambangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

Oksidasi dan Reduksi

Oksidasi dan Reduksi Oksidasi dan Reduksi Reaksi kimia dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara antara lain reduksi-oksidasi (redoks) Reaksi : selalu terjadi bersama-sama. Zat yang teroksidasi = reduktor Zat yang tereduksi

Lebih terperinci

Gambar Rangkaian Alat pengujian larutan

Gambar Rangkaian Alat pengujian larutan LARUTAN ELEKTROLIT DAN BUKAN ELEKTROLIT Selain dari ikatannya, terdapat cara lain untuk mengelompokan senyawa yakni didasarkan pada daya hantar listrik. Jika suatu senyawa dilarutkan dalam air dapat menghantarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Korosi yang terjadi pada industri minyak dan gas umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu: Suhu dan tekanan yang tinggi. Adanya gas korosif (CO 2 dan H 2 S). Air yang

Lebih terperinci

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga Bab 7 Soal-Soal Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Larutan Penyangga 1. Berikut ini yang merupakan pasangan asam basa terkonjugasi (A) H 3 O + dan OH

Lebih terperinci

Jurnal Foundry Vol. 3 No. 1 April 2013 ISSN :

Jurnal Foundry Vol. 3 No. 1 April 2013 ISSN : ANALISA KOROSI DAN PENGENDALIANNYA M. Fajar Sidiq Akademi Perikanan Baruna Slawi E-mail : mr_paimin@yahoo.com Abstrak Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dengan tingkat curah hujan dan kelembaban

Lebih terperinci