BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan Sektor Properti

dokumen-dokumen yang mirip
TOWN HOUSE DI JAKARTA SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dibandingkan kawasan lain di Jabotabek seperti Bekasi, Tangerang, Depok,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil

BAB I. Pendahuluan. rutin jika disewakan atau sering disebut sebagai passive income. Selain itu pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PROPERTY DAN REAL ESTATE DI INDONESIA Sejarah Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate

BAB I PENDAHULUAN. terutama dari golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat tetap hidup setiap hari. Setiap manusia butuh makan dan minum.

BAB I PENDAHULUAN. dalam peranannya sebagai pusat pendidikan keluarga, persemian budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi

BAB I PENDAHULUAN. selama tahun tersebut. Menurunnya daya beli masyarakat yang dipicu dari

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

Tim Statistik Sektor Riil BERITA PROPERTI. Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter. Edisi Perdana

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (AS), secara tak langsung berdampak pada kinerja sektor

TOWNHOUSE DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota di Provinsi Banten yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan rumah adalah kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan

TA 91. golf side town house. di Semarang. s a n t y l u s i a n i l2b BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pilar penting dalam suatu perekonomian di

TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dari penelitian yang akan dilakukan yang berhubungan dengan pengaruh. manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Seorang investor bersedia menanamkan dananya di suatu investasi jika

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan harganya yang cenderung selalu naik. Kenaikan harga properti

KANTOR SEWA DAN APARTEMEN DI JAKARTA SELATAN Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern

KONDOMINIUM BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah merupakan kebutuhan pokok (primer) yang dibutuhkan. oleh manusia, selain makanan dan pakaian. Dalam perkembangannya, rumah

Bab 6. Kesimpulan dan Saran

PERKEMBANGAN PROPERTI KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis properti di Indonesia saat ini sedang berkembang karena. ditandai dengan semakin gencarnya ekspansi pembangunan properti dan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kegiatan, yang kemudian sistem ini disebut sebagai sentraliasasi, kegiatan untuk

STUDI MANAJEMEN ESTAT PADA KAWASAN SUPERBLOK MEGA KUNINGAN, JAKARTA (Studi Kasus: Menara Anugrah dan Bellagio Residences) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 komposisi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. dan juga mempengaruhi minat investor untuk menanam atau menarik investasinya

BAB I PENGANTAR. Kota Tangerang terletak antara Lintang Selatan dan

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. perumahan sebagai kebutuhan dasar. Rumah merupakan kebutuhan dasar. manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian Indonesia terlihat sangat membaik. Menteri Keuangan Sri

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia jasa konstruksinya. Di Indonesia, jasa konstruksi yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2025 diperkirakan mencapai 273,7 juta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. perkantoran di Jakarta. PT XYZ saat ini dimiliki oleh PT BCD sebesar 72,25%

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai kota yang menyandang predikat kota pelajar dan juga yang sekarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI PROPERTI KOMERSIAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. memutarkan kelebihan dana yang dimilikinya. Menurut Ulfah Khaerani

KANTOR SEWA DENGAN TEMA PERKANTORAN TAMAN DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini tingkat persaingan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan

I. PENDAHULUAN. berlalunya kerusuhan yang pernah terjadi pada sekitar tahun merupakan fenomena tersendiri. Pusat perbelanjaan yang dapat berupa

Indonesia Property Market Overview 4 th Quarter 2015

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

I. PENDAHULUAN. Di tengah kancah persaingan bisnis saat ini, para pelaku bisnis harus selalu

Komposisi Penduduk DKI Jakarta 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi politik dan keamanan yang semakin membaik merupakan kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perputaran roda perekonomian, sumber-sumber pembiayaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI HOTEL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. setiap perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif dibandingkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan lain. Perusahaan yang mampu bersaing akan bertahan hidup,

BAB I PENGANTAR. Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi,

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan pasti melakukan kegiatan konsumsi. Kegiatan konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan sektor properti dan real estate juga mengalami kenaikan sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Tarif Sewa Hotel dan Ritel. Gambar 2 Sewa Apartemen, Kantor dan industri. Sumber : BI (2013)

BAB I PENDAHULUAN. dapat terus tumbuh, namundengan tetap memperhatikan prinsip kehatian-hatian

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan dan keinginan manusia terus berkembang dan tidak terbatas

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan investasinya. Selama ini kebijakan BI rate selalu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. PT. Gowa Makassar Tourism Development, Tbk merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia untuk ruang akan selalu bertambah, di sisi lain pasokan ruang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alternatif masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sektor bisnis yang berkembang pesat.bisnis property dan real

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Tantangan Sektor Properti Tempat tinggal yang layak merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Demikian pula di kota-kota besar, perumahan dan permukiman memiliki fungsi penting bagi kehidupan kota. Bagi Indonesia, pembangunan di bidang perumahan dan pemukiman menghadapi tantangan yang semakin hari semakin besar dan kompleks. Salah satu tantangan yang paling mendasar dalam pembangunan perumahan dan permukiman di Indonesia adalah masih tingginya pertumbuhan penduduk nasional, khususnya di perkotaan. Mengacu pada data Biro Pusat Statistik (BPS), pertambahan jumlah penduduk di Kawasan Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabotabek) pada tahun 2006 hingga 2020 mencapai 8,1 juta jiwa, atau meningkat dari 24,5 juta jiwa menjadi 32,6 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, penduduk Jakarta diprediksi bertambah sebesar 400 ribu jiwa, yaitu dari 8,8 juta menjadi 9,2 juta jiwa. Sedangkan penduduk di Kawasan Botabek bertambah sebesar 7,7 juta jiwa, dari 15,7 juta menjadi 23,4 juta jiwa. Dengan pertumbuhan penduduk yang demikian, diperkirakan kebutuhan terhadap rumah setiap tahunnya akan terus bertambah. Tantangan lainnya adalah relatif sangat sensitifnya sektor properti terhadap perubahan suku bunga dan inflasi, terutama untuk kelas menengah ke bawah. Menurut hasil riset Indonesia Property Watch, setiap kenaikan bunga KPR sebesar 1% akan menurunkan pangsa pasar perumahan kelas menengah ke bawah sebesar 4 hingga 5% akibat menurunnya daya beli. Oleh karena itu, risiko industri properti akan meningkat apabila terdapat kenaikan tingkat inflasi dan bunga pinjaman. Harga minyak yang cenderung naik juga dapat mempengaruhi permintaan pada pasar properti, terutama bila kenaikan tersebut signifikan sehingga menimbulkan inflasi yang mengakibatkan kenaikan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan mempengaruhi daya beli konsumen. Bahkan hal tersebut juga akan berefek pada debitur yang ada sehingga terjadi kenaikan Non Performance Loan (NPL).

Pengaruh resesi global juga merupakan suatu ancaman tersendiri bagi pasar properti. Di era globalisasi, kejatuhan ekonomi suatu negara (terutama negara maju seperti Amerika Serikat) akan mempengaruhi sektor makro negara-negara lainnya, terutama negara-negara berkembang. Sebagai contoh, akibat kejatuhan resesi global pada tahun 2008 terjadi penurunan permintaan hingga 30% di sektor properti di Indonesia. 1.1.2 Prospek Properti Tahun 2010 Prospek properti diperkirakan akan semakin membaik pada tahun 2010. Akumulasi penundaan pembelian konsumen diperkirakan akan mencair pada tahun tersebut. Bahkan pengamat properti Panangian memperkirakan pasar properti akan naik sebesar 15% pada 2010 dengan nilai kapitalisasi penjualan mencapai Rp 103 triliun. Hal tersebut berbeda dengan kondisi tahun 2009, dimana nilai penjualan properti diperkirakan hanya mencapai Rp 85 triliun. (sumber www.kompas.com ) Dari kapitalisasi sebesar Rp 103 triliun tersebut, Rusunawa (rumah susun sewa) diperkirakan akan menjadi penyumbang terbesar dengan sasaran wilayah yang tersebar di Pulau Jawa, Surabaya, Balikpapan, Samarinda, Bali, Makassar, Batam, dan Pekanbaru. Porsi terbesar masih dipusatkan di Pulau Jawa yang mencapai 60% dari total transaksi. Selain itu, menurut Panangian, gempa bumi di Padang juga membuka peluang pasar properti sekitar 66.000 ribu unit. Penurunan suku bunga SBI yang cukup signifikan selama tahun 2009 telah diikuti dengan penurunan bunga pinjaman oleh perbankan dan penurunan suku bunga untuk KPR. Pada saat ini, suku bunga KPR bisa mencapai 8%, atau menurun sekitar 4% dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 12%. Berdasarkan hasil riset, setiap penurunan bunga pinjaman sebesar 1%, akan meningkatkan permintaan rumah/apartemen sebesar 4 s.d 5 persen. (sumber www.kompas.com ) Semakin pulihnya kondisi ekonomi global diharapkan dapat mendorong perbaikan ekonomi domestik. Untuk perekonomian Indonesia, diperkirakan dalam 1 s.d 2 tahun mendatang akan mengalami pertumbuhan yang pesat. Hal tersebut dapat mendorong perdagangan properti, terutama apartemen yang memiliki akses di dalam kota.

Setelah mengalami stagnasi pada kuartal akhir tahun 2008 dan paruh pertama tahun 2009, pembangunan apartemen dan properti lainnya terlihat mulai marak kembali sejak semester II tahun 2009. Maraknya kembali pembangunan proyek properti juga diikuti dengan relatif tingginya tingkat penjualan terhadap apartemen yang tengah dibangun hingga selesai dibangun pada pertengahan tahun ini. Salah satu contohnya adalah Apartemen Taman Rasuna di Rasuna Epicentrum yang sudah terbangun dengan penjualan mencapai 100%. Contoh lainnya adalah Apartemen The Wave dan Apartemen Sentra Timur di Pulogebang yang tengah dibangun, namun penjualannya sudah mencapai 60%. Siklus bisnis properti biasa terjadi dalam 5 s.d. 6 tahun sekali. Tahun 2009 merupakan tahun yang di bawah dalam siklus bisnis properti. Sebaliknya pada tahun 2010, siklus bisnis properti diprediksikan akan kembali bulish. Bahkan kondisinya diperkirakan akan menjadi lebih baik pada tahun 2011. Oleh karena itu, banyak pengamat yang mengatakan bahwa tahun ini adalah saatnya untuk membeli properti. Hasil analisis BNI mengenai properti menunjukkan bahwa dalam 5 (lima) tahun ke depan, investasi di Sektor Properti masih menjadi instrumen yang menarik karena: (i) masih relatif murahnya harga properti di Indonesia dibandingkan negara-negara tetangga; (ii) relatif tingginya return yang dihasilkan, baik dari tanah, bangunan, dan imbal hasil sewa rata-rata dibandingkan dengan negara-negara lainnya di Kawasan ASEAN; (iii) terdapat 155 ribu rusunami yang dijadwalkan dibangun dalam 5 tahun ke depan dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp 27,2 triliun; (iv) adanya pembangunan 10 superblok dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp 77,6 triliun yang dijadwalkan selesai dalam 5 tahun ke depan; serta (v) terbukanya pasar properti untuk ekspatriat (WNA) dengan potensi pasar sekitar Rp 110 triliun per tahun. 1.1.3 Properti di Jakarta Jakarta sebagai kota yang berkembang sangat pesat sekaligus sebagai pusat bisnis dan segala kegiatan yang berlangsung di negeri ini tentunya tidak terlepas dari kebutuhan akan perumahan. Untuk mendapatkan rumah di pusat Kota Jakarta saat ini sudah semakin sulit karena harga tanahnya sudah sangat tinggi dan lahan yang tersedia juga sangat terbatas. Oleh karena itu, daerah pinggiran kemudian menjadi alternatif bagi pembangunan perumahan di Kota Jakarta. Perumahan di pinggir kota membawa konsekuensi jarak antara tempat tinggal dengan tempat kerja menjadi jauh dan membutuhkan waktu tempuh lama. Kondisi tersebut tentunya

tidak menguntungkan bagi mereka yang bekerja di pusat kota dengan tingkat kesibukan tinggi dan perhitungan waktu yang matang. Masyarakat yang ingin menghindari masalah tersebut tentunya harus memiliki rumah yang berlokasi di pusat kota atau paling tidak berlokasi di tempat dengan aksesibilitas yang mendukung. Bertolak dari kondisi tersebut, maka salah satu alternatif pemecahannya adalah dengan membangun perumahan di dekat pusat kota dengan memanfaatkan lahan seoptimal mungkin. Hal tersebut juga telah sesuai dengan rencana Pemerintah yang menetapkan lahanlahan untuk perumahan di pusat kota dengan tujuan memfasilitasi pusat-pusat bisnis kota. Berbagai bentuk rumah di pusat kota kemudian tumbuh seiring dengan perkembangan berbagai sudut kota sebagai Central Business District (CBD). Apabila sebuah kota memiliki satu atau beberapa CBD, maka akan diikuti oleh pembangunan pemukiman di sekitarnya. Bentuk permukiman di sekitar CBD secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (i) landed house, seperti town house; dan (ii) building, seperti apartemen atau kondominium. Bentuk perumahan dengan konsep town house akhir-akhir ini semakin meningkat jumlahnya. Bahkan town house selalu habis terjual sebelum rumah dibangun. Selain itu, seiring dengan menyempitnya lahan kosong di tengah kota, maka town house yang berisikan puluhan rumah indah, diprediksi akan menjadi trend hunian masa depan. Faktor-faktor yang mendorong masyarakat menggemari hunian dengan model town house antara lain karena kedekatannya dengan pusat kota Jakarta. Dengan demikian, penghuni akan lebih mudah bepergian ke berbagai fasilitas kota, seperti mall, kantor, sekolah, dan lainlain. Town house juga disukai karena berada di lingkungan ekslusif yang nyaman dan tidak terlalu luas, dengan batas komplek yang jelas berupa dinding. Batas ekslusif ini menambah poin pada faktor keamanan komplek sebagai salah satu pertimbangan utama orang pada saat memilih hunian. Oleh karena itu, banyak orang yang jatuh hati pada town house atau rumah bandar yang menawarkan konsep satu pintu gerbang plus petugas jaga 24 jam (www.kompas.com), meskipun harganya cenderung tinggi karena keeksklusifan dan posisinya yang berada di tengah kota tersebut. Jika dilihat secara umum, town house dan real estate memang serupa, yaitu sama-sama merupakan komplek perumahan, tetapi ada beberapa hal yang membedakannya. Perbedaan yang utama dan mudah dilihat terletak pada jumlah unit rumah yang ada di komplek tersebut. Pada

umumnya, town house mempunyai jumlah unit rumah yang terbatas dibandingkan dengan real estate. Disamping bentuk town house, apartemen ataupun kondomonium merupakan salah bentuk alternatif lainnya yang ditawarkan sebagai solusi untuk mengatasi kebutuhan hunian di Jakarta. Dengan harga tanah di Jakarta yang semakin mahal, maka daya beli penduduk Jakarta terhadap hunian tipe landed house semakin berkurang. Akibatnya, muncul alternatif lain berupa apartemen-apartemen di Jakarta yang dijual seharga Rp 150 s.d. 300 juta sehingga mampu dijangkau, terutama oleh karyawan yang memiliki penghasilan antara Rp 3 s.d. 6 juta per bulan. Selain itu, tingkat kemacetan Jakarta yang semakin tinggi dan semakin menjauhnya lokasi proyek-proyek perumahan yang harganya di bawah Rp 500 juta mengakibatkan timbulnya peningkatan permintaan terhadap hunian bertingkat yang murah di pusat kota. Menurut data Real Estate Indonesia (REI), dalam 5 (lima) tahun ke depan telah dijadwalkan akan ada pembangunan sebanyak 155 ribu rusunami untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Apartemen-apartemen yang ditawarkan kepada konsumen tersebut memiliki konsep lingkungan yang terintegrasi dengan fasilitas yang lengkap, seperti kolam renang, fitness center, dan jogging track layaknya hotel berbintang. Dengan harga penawaran yang terjangkau, penjualannya pun bak kacang goreng. Namun demikian, banyak juga apartemen-apartemen yang mengalami kesulitan dalam penjualannya. Oleh karena itu, apartemen yang memiliki tingkat penjualan tinggi biasanya memenuhi kriteria sebagai berikut: (i) berada di lokasi yang harga tanahnya tinggi dan tidak dimungkinkan lagi pembangunan landed house; (ii) dikembangkan berdasarkan income basis, contohnya Apartemen Margonda yang berada di kawasan mahasiswa sehingga harga yang ditawarkan menjadi murah; (iii) apartemen sekelas yang ditawarkan di kawasan tersebut tidak banyak. 1.1.4 Peluang Tanah di Fatmawati Jakarta Selatan merupakan salah satu daerah hunian favorit bagi masyarakat/penduduk Jakarta. Daerah yang terkenal dengan keasrian dan lingkungannya yang tertata dengan baik tersebut menjadi salah satu alternatif hunian bagi masyarakat yang ingin mendapatkan rumah berkualitas dengan harga terjangkau. Keluarga muda, para profesional dan pebisnis yang

memiliki aktivitas di Jakarta dapat memilih rumah atau apartemen di daerah tersebut yang didukung oleh akses moda transportasi yang memadai. Saat ini, terdapat sebuah peluang berupa sebidang tanah dengan luas ±9500 m, berlokasi di Jalan Pinang, Fatmawati, Jakarta Selatan yang ditawarkan untuk kerja sama pengembangan properti. Lokasinya yang hanya berjarak ±10 menit dari Pintu Tol Fatmawati, menjadikannya sebagai sebuah lokasi strategis yang diharapkan dapat menjadi pilihan investasi. Fasilitas yang memadai dan lingkungan yang asri dengan udara dan air yang segar menjanjikan kesehatan hidup. Koneksi dan jaringan internet pada setiap rumah menjadikan lingkungan dan rumah sebagai bagian dari Kampung Dunia yang terintegrasi. Selain itu, lokasinya yang berada di Daerah Jakarta Selatan juga menjanjikan kehidupan kota yang dinamis dan penuh aktivitas, ditambah dengan kehadiran fasilitas-fasilitas pendukung yang telah ada sejak dahulu, seperti mall, rumah sakit, dan lain-lain. Gambar di bawah ini mengindikasikan bahwa pilihan masyarakat terhadap tempat tinggal, baik sebagai hunian atau investasi kini semakin selektif. Lingkungan menjadi isu sentral dalam pemilihan lokasi tempat tinggal, dan Jakarta Selatan masih menjadi salah satu pilihan lokasi favorit, yaitu menempati urutan kedua setelah Depok dan Bogor. Hal tersebut terkait dengan kondisi daerahnya yang relatif asri dan jauh dari pusat kota. Sementara itu, Tangerang dan Bekasi mulai ditinggalkan karena industrinya yang menyebar sehingga mengurangi kualitas lingkungan di kedua kota tersebut. Selain faktor lingkungan, akses ke pusat kota juga menjadi pertimbangan utama. Dengan mengingat bahwa tingkat permintaan terhadap properti di Jakarta tetap tinggi, sementara lahan di Jakarta semakin kecil, maka konsep town house ataupun apartemen merupakan alternatif solusi dari pemenuhan kebutuhan permintaan tersebut.

Gambar 1.1 Preferensi Masyarakat Terhadap Lokasi Tempat Tinggal Sumber Poll:www.propertybank.com (6 Juli 2007) Selain properti, tanah di Daerah Fatmawati dapat juga digunakan untuk konsep bisnis lainnya, seperti pembangunan taman bermain, go kart race, dan lain-lain. Namun demikian, pihak pemilik tanah menginginkan agar nilai tanah tersebut dapat dijual dalam waktu maksimal 3 tahun sehingga properti menjadi salah satu solusi untuk mencapai keinginan pemilik tanah. Disamping itu, pada saat ini lebih banyak pengembang yang tertarik pada bisnis properti mengingat perputaran modal dan tingkat resiko yang ditanggung relatif lebih rendah dibanding bisnis lainnya, seperti go kart atau taman bermain. 1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah untuk tesis ini adalah: Jenis properti hunian apa yang marketable dan menguntungkan untuk tanah tersebut bagi investor dan pemilik tanah. 1.3 Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenis-jenis properti hunian yang bisa dibangun pada lokasi penelitian dan memilih salah satu yang paling menguntungkan bagi pengembang.

1.4 Manfaat Penelitan Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan rencana maupun rencana tindak (action plan) sehingga ketika dijalankan mampu menghasilkan keuntungan maksimal bagi pengembang. 1.5 Pembatasan Masalah Tesis yang akan dibuat tidak akan membahas : a. Segala yang menyangkut variasi penggunaan material, bahan baku dalam pembangunan. b. Aspek perizinan yang dianalisis adalah Peruntukkan dan Intensitas Bangunan tidak termasuk denda bila terjadi pelanggaran. c. Jenis Properti yang dibahas dalam kasus ini adalah jenis properti hunian. 1.6 Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan menggunakan metode: (i) studi kepustakaan (library research), yaitu dengan cara menelusuri buku-buku yang terkait dengan bisnis properti dan literatur maupun riset yang telah dilakukan, terutama mengenai pengembangan apartemen dan town house di Jakarta; (ii) studi lapangan, yaitu dengan cara melakukan survey dan wawancara dengan narasumber terkait untuk memperoleh data yang dibutuhkan. 1.7 Sistematika Penulisan Tesis ini disusun menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang perusahaan, tujuan dan manfaat penulisan, ruang lingkup penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2 Landasan Teori Bab ini berisi mengenai rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian Bab 3 Gambaran Umum Aset Lahan Bab ini berisi mengenai review secara umum dari aset lahan. Bab 4 Analisis dan Pembahasan Bab ini berisi analisis dan pembahasan mengenai simulasi proyek apartemen dan town house. Bab 5 Kesimpulan dan Saran

Bab ini menyimpulkan dan memberikan saran layak tidaknya usaha ini dijalankan terkait dengan analisis yang telah dipaparkan