PENATAAN ARSITEKTUR DAN INFORMASI KINERJA DALAM RKA-K/L



dokumen-dokumen yang mirip
PENATAAN ARSITEKTUR DAN INFORMASI KINERJA DALAM RKA-K/L

PENATAAN ARSITEKTUR DAN INFORMASI KINERJA DALAM RKA K/L 2016

MONITORING DAN EVALUASI KINERJA ATAS PELAKSANAAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM KEMENTERIAN DALAM NEGERI

BAGIAN III : PENGUATAN MONITORING KINERJA PENGANGGARAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

21 Universitas Indonesia

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK


PMK No. 249 Tahun 2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara /Lembaga

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PENGANGGARAN (ISU-ISU ACTUAL DALAM PERAN SATKER) Mataram, 6 Oktober 2017

Penyusunan. Gambaran Implementasi ADIK. Konsep Dasar Penataan ADIK. Implementasi ADIK. Penyusunan Informasi Kinerja

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

Revisi ke 05 Tanggal : 27 Agustus 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal.

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

BAB III DESKRIPSI PROFIL APLIKASI SMART. Direktorat Jenderal Anggaran mempunyai misi sebagai berikut: meningkatkan kualitas perencanaan;

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun anggaran 2013, kewenangan atas pengesahan Daftar Isian

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KINERJA TERPADU (SMART) ATAS PELAKSANAAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA (RKA-K/L)

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

PMK Nomor 214 Tahun 2017 RKA-K/L. Sosialisasi: tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan DIREKTORAT SISTEM PENGANGGARAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2013 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEUANGAN I. VISI. Uraian Misi II.

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA ATAS PELAKSANAAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

SPENDING REVIEW 2013 Metodologi

2016, No Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Menteri Keuangan dapat menetapkan pola pengelolaan k

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2018 NOMOR : SP DIPA /2018

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2015 Sekretaris Direktorat Jenderal, Abdul Madjid

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

BAB I PENDAHULUAN. penganut NPM karena sesuai dengan semangat NPM untuk meningkatkan

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN

RINGKASAN EKSEKUTIF menjadi unit kerja yang mampu mewujudkan pelayanan administrasi dan manajemen yang tertib, cepat, transparan dan akuntabel.

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. Keseimbangan Keuangan Pusat-Daerah dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Outline

Bab IV Studi Kasus IV.1 Profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Langgeng Suwito. Pemaparan Materi:PMK 214 tahun 2017 tentang Pengukuran

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

Ekonomi Bisnis dan Financial

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

LAPORAN KINERJA DJA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. NAMA JABATAN: Direktur Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan Daerah.

KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN RENCANA PENARIKAN DANA BULANAN DAN RENCANA PENERIMAAN DANA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA ATAS PELAKSANAAN RKA K/L

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2011

2.1 Rencana Strategis

1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat Jenderal.

SEKILAS TENTANG ANALISIS KEBIJAKAN BELANJA PUBLIK/NEGARA

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

Revisi ke : 07 Tanggal : 8 Desember 2014

L A P O R A N K I N E R J A

KEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN

OVERVIEW IMPLEMENTASI DAN EVALUASI RBA BLU. Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Perbendaharaan

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2009

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENELITIAN RKA-K/L

Revisi ke : 08 Tanggal : 19 Nopember 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrumen

1. NAMA JABATAN: Direktur Pendapatan dan Kapasitas Keuangan Daerah.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.


Transkripsi:

PENATAAN ARSITEKTUR DAN INFORMASI KINERJA DALAM RKA-K/L Ditjen Anggaran, September 2014 Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 1

Outline 1. Kondisi Umum Bagian ini memperlihatkan perkembangan belanja negara dari tahun ke tahun sejak reformasi keuangan negara diterapkan tahun 2005. Disajikan pula bagaimana pandangan berbagai kalangan terhadap belanja negara dimaksud. 2. Dalam bagian ini dikupas secara singkat permasalahan fundamental terkait pengelolaan anggaran yang diperoleh berdasarkan hasil evaluasi yang mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan No 249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan RKA-K/L. 3. Pada bagian terakhir disampaikan strategi dalam rangka peningkatan kualitas belanja dimana strategi tersebut disusun berdasarkan permasalahan yang ditemui. Strategi mencakup apa yang ingin dicapai, langkah-langkah dan tahapan untuk mencapainya, dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk mendukung pencapaian dimaksud. Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 2

BAGIAN PERTAMA: KONDISI UMUM Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 3

Komponen Belanja dalam APBN Belanja KL per Fungsi Isu yang Berkembang di Masyarakat Komponen Belanja dalam APBN Grafik di atas menunjukkan bahwa porsi Belanja KL cenderung meningkat dan oleh karena itu menjadi tantangan para pengelola anggaran Belanja KL untuk semakin meningkatkan profesionalitasnya dalam mengelola belanja tersebut. Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 4

Komponen Belanja dalam APBN Belanja KL per Fungsi Isu yang Berkembang di Masyarakat Belanja K/L untuk Mendanai Seluruh Program Pemerintah 600 Data Belanja K/L (Triliun Rupiah) 500 400 Sumber dana: HLN PLN PNBP RM 300 200 100 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah BA K/L 68 72 73 74 73 76 79 86 Jumlah program 1030 672 645 628 626 639 422 426 Belanja KL yang dikelola Kementerian/Lembaga tertuang dalam RKA-K/L yang digunakan untuk mendanai seluruh program pemerintah sesuai fungsinya yang meliputi pelayanan umum, pertahanan, ketertiban & keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan & fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan sosial (Ps 11 UU 17/2003). Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 5

Triliun Rupiah Kondisi Umum Komponen Belanja dalam APBN Belanja KL per Fungsi Isu yang Berkembang di Masyarakat Perkembangan Belanja K/L Menurut Fungsi Perkembangan Belanja KL menurut fungsi Pemerintah dapat dilihat pada grafik dibawah ini. 140 120 Pelayanan Umum Ekonomi Pendidikan 100 80 Pertahanan 60 40 20 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Ketertiban & Keamanan Perumahan & Fasum Kesehatan Lingkungan Hidup Perlindungan Sosial Agama Pariwisata & Budaya Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa alokasi Belanja KL terbesar digunakan untuk fungsi pelayanan umum, pendidikan, ekonomi, dan pertahanan. Dan apabila dicermati, alokasi untuk pelayanan umum cenderung meningkat secara signifikan. Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 6

Komponen Belanja dalam APBN Belanja KL per Fungsi Isu yang Berkembang di Masyarakat Perkembangan Belanja K/L Menurut Fungsi Apabila dilihat lebih rinci alokasi dalam fungsi Pelayanan Umum adalah seperti tampak dalam grafik di bawah ini. 120 100 Data Belanja KL Menurut Fungsi Pelayanan Umum (Triliun Rupiah) Lembaga Eksekutif & Legislatif, Masalah Keuangan & Fiskal, serta Urusan Luar Negeri 80 60 40 20 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Litbang Pelayanan Umum Pelayanan Umum Lainnya Pelayanan Umum Pinjaman Pemerintah Pembangunan Daerah Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 7

Komponen Belanja dalam APBN Belanja KL per Fungsi Isu yang Berkembang di Masyarakat Isu yang Berkembang di Masyarakat Sementara itu, berdasarkan data kualitatif dari berbagai sumber yang sangat mempengaruhi opini publik umumnya menyatakan bahwa pengelolaan belanja kita belum optimal. http://jaringnews.com/politik-peristiwa/umum/14587/belanjabirokrasi-sudah-sampai-pada-tingkat-mengkhawatirkan. 3 Mei 2012 http://www.investor.co.id/home/daya-dorong-belanja-pemerintah-belum-optimal/26606. Tanggal 19-12-2011 http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/05/22/07504230/bbm.naik..ang garan.negara.tetap.boros. Tanggal 22-5-2013 http://www.entitashukum.com/rp-66-triliun-anggaran-apbn-mengalir-boros/. Tanggal 23-4-2013 Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 8

Komponen Belanja dalam APBN Belanja KL per Fungsi Isu yang Berkembang di Masyarakat Arahan Wakil Presiden Kondisi umum inilah yang membuat Wapres mengingatkan kepada seluruh pengelola anggaran untuk dapat bekerja lebih keras. ECONOMY» Fiskal & Moneter Boediono : Belum Ada Monitoring & Evaluasi Anggaran Taufik Hidayat - Okezone Selasa, 29 Maret 2011 13:09 wib Apa yang kita keluarkan, selesai anggarannya bersih secara administratif tetapi outcome-nya, maksud saya output atau outcome-nya, atau dampak setelah itu belum kita ukur. "Saya tidak ke detilnya, tetapi intinya jika ingin outcome oriented, tentunya harus ada definsi dari outcome yang jelas, terukur dan harus jelas itu apa. Ini merupakan setiap perencanaan. Oleh karena itu saya anjurkan sekali (Wapres Boediono, 29 Maret 2011) Wapres Boediono. Foto: Heru Haryono/Okezone JAKARTA - Pemerintah belum memiliki sistem monitoring dan evaluasi yang terpadu terkait dengan anggaran dan outcome-nya. Aktifitas anggaran yang dimaksud bukan semata-mata berupa anggaran saja, akan tetapi merupakan kesatuan antara budget dan policy action. Sumber: http://economy.okezone.com/read/2011/03/29/20/440034/20/boedionobelum-ada-monitoring-evaluasi-anggaran Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 9

Memenuhi amanat PP 90 Tahun 2010 serta menindaklanjuti arahan Wapres tersebut di atas, maka pada tgl 28 Desember 2011 Menkeu menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan No 249 /PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan RKA-K/L yang mengatur sistem evaluasi program di seluruh K/L. 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Arahan Wapres (29-3-2011) PMK Evaluasi (28-12-2011) Today Dalam beberapa paparan berikut, akan disajikan temuan penting dari implementasi tahun pertama PMK 249 berdasarkan rangkuman hasil evaluasi pelaksanaan program tahun 2012 yang dilakukan oleh seluruh KL dimana keterangan lebih detail dapat dilihat dengan mengakses web monev.anggaran.depkeu.go.id. Meskipun evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan program tahun 2012, namun setelah dianalisis antar tahun, kondisi di tahun 2012 mempunyai kesamaan kondisi sampai dengan tahun ini, sehingga kesimpulan yang diperoleh kiranya sudah bisa menggambarkan permasalahan umum Belanja KL. Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 10

BAGIAN KEDUA: HASIL EVALUASI Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 11

Sistem Evaluasi yang Digunakan Pengukuran Kinerja & Analisis Permasalahan Fundamental Sekilas Pokok-Pokok PMK 249 sebagai Instrumen Evaluasi Anggaran Sistem evaluasi yang diatur dalam PMK 249 adalah evaluasi program dengan tiga aspek evaluasi, yaitu aspek implementasi, aspek manfaat, dan aspek konteks serta dilakukan KL dengan pendekatan self-evaluation. PROGRAM Bagaimana mencapai kondisi yang diinginkan Apa kondisi yang diinginkan Mengapa program ada Input Aktivitas Output Oucome Situasi Aspek Implementasi (Bagaimana suatu program dijalankan) Aspek Manfaat (Seberapa besar target outcome yang telah dicapai) Aspek Konteks (Relevansi program dengan dinamika perubahan sosial, ekonomi, lingkungan) ASPEK YANG DIEVALUASI Dalam beberapa slide berikutnya akan disampaikan rangkuman atas hasil evaluasi Aspek Implementasi tahun 2012, sementara untuk kedua aspek lainnya baru dimulai th 2015 sesuai masa transisi yg diatur dalam PMK 249. Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 12

Sistem Evaluasi yang Digunakan Pengukuran Kinerja & Analisis Permasalahan Fundamental Sekilas Pokok-Pokok PMK 249 sebagai Instrumen Evaluasi Anggaran Gambaran pelaksanaan teknis evaluasi program oleh KL sebagaimana diatur dalam PMK 249 sbb: Telah diatur apa dan bagaimana pelaksanaan di setiap tahapan Persiapan Persiapan sudah bisa dimulai sejak RKA-K/L disahkan Menkeu Pengumpulan Data Pengukuran Penilaian Analisis Pelaporan Selesai paling lambat akhir Maret setelah thn anggaran berakhir Dibantu sistem IT berbasis web dengan alamat monev.anggaran.depkeu.go.id: Dukungan data yang lengkap & realtime (update harian) Data bisa diekstrak kedalam berbagai format sesuai kebutuhan user (on-demand) Mudah dalam pengoperasiannya Tidak ada laporan berbentuk fisik dokumen sehingga meringankan beban user Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 13

Sistem Evaluasi yang Digunakan Pengukuran Kinerja & Analisis Permasalahan Fundamental Hasil Pengukuran Kinerja Tahun 2012 Berdasarkan PMK 249 Hasil pengukuran kinerja seluruh program tahun 2012 untuk Aspek Implementasi adalah sbb: Kinerja Tahun 2012 180% 160% 163.94% 140% 120% 100% 80% 88.86% 79.37% 60% 40% 35.97% 20% 0% Penyerapan Anggaran Konsistensi (ketepatan waktu) Pencapaian Keluaran Efisiensi Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 14

Sistem Evaluasi yang Digunakan Pengukuran Kinerja & Analisis Permasalahan Fundamental Analisis Indikator Penyerapan Anggaran & Konsistensi Permasalahan penyerapan anggaran masih berulang setiap tahun. Berbagai upaya yang dilakukan untuk memperbaiki indikator kinerja penyerapan, termasuk melalui reward and punishment system yang diterapkan sejak tahun 2010, masih belum menunjukkan hasil (ditunjukkan dalam grafik di bawah ini). Jumlah KL yang mendapatkan sanksi terus bertambah, bahkan sebagian mendapatkan sanksi berulang setiap tahun (lihat slide 16). Tingkat Penyerapan Anggaran Tren Penyerapan Anggaran 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 15

Sistem Evaluasi yang Digunakan Pengukuran Kinerja & Analisis Permasalahan Fundamental Analisis Indikator Penyerapan Anggaran & Konsistensi Implementasi reward and punishment system: Uraian 2010 2011 2012 Penghargaan 61 K/L 66 K/L 65 K/L Sanksi 3 K/L 7 K/L 8 K/L Netral 12 K/L 6 K/L 13 K/L Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 16

Sistem Evaluasi yang Digunakan Pengukuran Kinerja & Analisis Permasalahan Fundamental Analisis Indikator Pencapaian Output & Efisiensi 180% 160% 140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% Kinerja Tahun 2012 163.94% 88.86% 79.37% 35.97% Analisis berikutnya dilakukan atas pencapaian output dan efisiensi sebagai berikut: Sekilas capaian output terlihat sangat bagus mencapai 164% dengan biaya sebesar 88.9% sehingga diperoleh efisiensi sebesar 36%. Namun capaian output yang terlalu tinggi dimaksud justru mengindikasikan ada hal yang tidak wajar sehingga diperlukan telaahan lebih mendalam untuk mengetahui jenis dan karakteristik seluruh output dalam RKA-K/L. 0% Penyerapan Anggaran Konsistensi (ketepatan waktu) Pencapaian Keluaran Efisiensi Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 17

Sistem Evaluasi yang Digunakan Pengukuran Kinerja & Analisis Permasalahan Fundamental Analisis Indikator Pencapaian Output & Efisiensi 180% 160% 140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% Kinerja Tahun 2012 88.86% Penyerapan Anggaran 79.37% Konsistensi (ketepatan waktu) 163.94% Pencapaian Keluaran 35.97% Efisiensi Analisis atas seluruh output dalam RKA-K/L menghasilkan temuan penting sebagai berikut: 1. Jumlah output terlalu banyak (output tahun 2012 berjumlah 11.702) 2. Banyak output bersifat administratif, bukan substantif mis: laporan dan dokumen (jenis ini teridentifikasi sekitar 3.879 output dengan pagu sebesar Rp45,1 triliun) 3. Banyak output yang berkarakteristik input, misalnya kendaraan, komputer, gedung (teridentifikasi sekitar 360 jenis output dengan pagu sebesar Rp168,3 triliun) 4. Target output tidak jelas baik bagi yang menyusun maupun bagi yang mengevaluasi (lihat tabel data anomali sejumlah 2.141 kasus) Temuan di atas mengindikasikan bahwa ternyata capaian kinerja bagus dimaksud belum sepenuhnya mencerminkan bagusnya kualitas belanja KL. Kondisi output di atas juga berpotensi disalahtafsirkan oleh masyarakat bahwa Belanja KL banyak untuk keperluan birokrasi sehingga seolah menjadi justifikasi pemborosan anggaran. Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 18

Sistem Evaluasi yang Digunakan Pengukuran Kinerja & Analisis Permasalahan Fundamental Analisis Atas Informasi Permasalahan yang Disampaikan KL 180% 160% 140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% Kinerja Tahun 2012 88.86% Penyerapan Anggaran 79.37% Konsistensi (ketepatan waktu) 163.94% Pencapaian Keluaran 35.97% Efisiensi Selain analisis data kuantitatif, dilakukan pula analisis data kualitatif berupa permasalahan KL yang disampaikan ke DJA yang dikelompokkan sbb: Pengadaan Revisi Pemotongan anggaran Pembebasan lahan blokir Keterbatasan SDM Keterbatasan sarana dan prasarana 7 K/L 14 K/L 14 K/L 6 K/L 10 K/L 37 K/L 10 K/L Permasalahan tersebut umumnya berulang setiap tahun dan berbagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan atas bidang tersebut sudah banyak dilakukan, antara lain penyempurnaan regulasi pengadaan barang/jasa, penyempurnaan proses revisi, penyempurnaan regulasi pertanahan, peningkatan SDM, dll. Namun demikian, bidang tersebut tetap saja menjadi titik permasalahan (yang dilaporkan oleh) KL. Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 19

Sistem Evaluasi yang Digunakan Pengukuran Kinerja & Analisis Permasalahan Fundamental Analisis Atas Informasi Permasalahan yang Disampaikan KL Setelah dilakukan analisis atas permasalahan yang disampaikan KL dengan menggunakan metode analisis Chi-Square Automatic Interaction Detector (CHAID), diperoleh kesimpulan bahwa permasalahan yang disampaikan tersebut sebenarnya tidak signifikan mempengaruhi pencapaian kinerja. Analisis Chi-Square Automatic Interaction Detector (CHAID) Tujuan : melihat pengaruh masalah terhadap pencapaian kinerja, mengetahui masalah yang paling utama dalam pencapaian kinerja, serta interaksi antar masalah. Hipotesis nol (H 0 ) : Tidak ada pengaruh masalah terhadap pencapaian kinerja Hipotesis alternatif (H 1 ) : Ada pengaruh masalah terhadap pencapaian kinerja CHAID Penyerapan vs Masalah CHAID Output vs Masalah CHAID Efisiensi vs Masalah CHAID Konsistensi Vs masalah p-value (Adj.Prob) untuk semua variabel masalah lebih besar dari 0.05 sehingga data mendukung untuk menerima H 0. Artinya, permasalahan yang disampaikan K/L tidak mempengaruhi pencapaian kinerja K/L. Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 20

Sistem Evaluasi yang Digunakan Pengukuran Kinerja & Analisis Permasalahan Fundamental Analisis Struktur dan Muatan Program Keseluruhan Berdasarkan temuan pada analisa output tersebut, kajian dan analisis kemudian dikembangkan untuk melihat isi program secara keseluruhan dengan hasil sebagai berikut: 1. Tidak jelas mana input, output, dan outcome 2. Outcome kurang jelas dan terlalu normatif 3. Sulit melihat relevansi antara input-output-outcome 4. Relevansi outcome terhadap need or problem tidak terlihat krn informasi tersebut di RKA- K/L tidak ada. Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 21

Sistem Evaluasi yang Digunakan Pengukuran Kinerja & Analisis Permasalahan Fundamental Akar Permasalahan yang Bersifat Fundamental Banyak temuan lain yang diperoleh dari hasil evaluasi program pada tahun pertama penerapan PMK 249, namun temuan dan permasalahan yang telah dipaparkan dalam slide sebelumnya kiranya sudah dapat menjadi warning bahwa permasalahan fundamental yang dihadapi adalah: LEMAHNYA ARSITEKTUR DAN INFORMASI KINERJA DALAM RKA-K/L Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 22

Sistem Evaluasi yang Digunakan Pengukuran Kinerja & Analisis Permasalahan Fundamental Pengaruh & Dampak Atas Permasalahan yang Terjadi Pengaruh utama atas lemahnya arsitektur dan informasi kinerja dalam RKA-K/L: Sulit dijadikan alat manajerial dan kontrol, baik bagi para penanggung jawab program maupun pihak-pihak lain yang terkait dengan program berkenaan Sulit dan lambat dalam pengambilan kebijakan yang tepat karena sulit menemukan fokus strategis Sulit mengkomunikasikan suatu program kepada DPR, masyarakat, pengamat sehingga masing-masing mempunyai intrepretasi sendiri-sendiri Akhirnya, perencanaan dan evaluasi yang dilakukan cenderung business as usual; bahkan tidak jarang menjadi sekedar seremoni copy and paste dari tahun sebelumnya. Dampak serius apabila permasalahan ini tidak segera diatasi: Sesuatu yang semakin tidak jelas, cenderung mempunyai potensi besar untuk disalahgunakan, atau paling tidak akan sangat sulit bagi Pemerintah untuk menunjukkan performance yang jelas Dinamika kehidupan sosial, ekonomi, dan lingkungan semakin cepat sehingga apabila masyarakat tidak bisa menangkap dengan jelas program-program Pemerintah, mereka akan mengintepretasikan sendiri yang seringkali bersifat negatif >>> dukungan dan kepercayaan pada birokrasi semakin menurun. Efektif dan efisiens semakin menjadi sekedar slogan. Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 23

BAGIAN KETIGA: STRATEGI PERBAIKAN Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 24

1. Berdasarkan kajian dan analisis yang telah dilakukan, perlu segera dilakukan upaya perbaikan dengan strategi dan tahapan yang terstruktur dan bertahap. 2. Strategi tersebut memuat upaya perbaikan dari sisi obyek (RKA-K/L), metode & proses bisnis, serta subyek (orangnya), dengan pertimbangan bahwa: Objek Metode & Proses Bisnis Arsitektur dan informasi kinerja dalam RKA-K/L saat ini masih lemah. Rumusan input, kegiatan, output, dan outcome baru berfungsi sebagai pin untuk mendapatkan anggaran. Penguatan arsitektur & informasi program tersebut harus diikuti perbaikan metode dan proses bisnis penyusunan dan evaluasinya, sehingga proses penyusunan dan evaluasi anggaran tidak sekedar menjalankan rutinitas tahunan. Subjek Kendala utama pada sisi subjek adalah mindset, dimana penyusunan anggaran dan evaluasi masih dilakukan berdasarkan business as usual. 3. Gambaran utuh design strategi perbaikan adalah seperti slide selanjutnya. Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 25

Grand Design Strategi Penguatan Penyusunan Anggaran Grand design penguatan strategi penyusunan anggaran adalah sebagai berikut: INPUT AKTIVITAS OUTPUT OUTCOME Tim (Champion) Komitmen Panduan IT System Anggaran We are here Penataan arsitektur & informasi kinerja RKA-K/L (mikro teknis) Penataan arsitektur & informasi makro strategis Penguatan data Penguatan metode dan proses bisnis evaluasi Penguatan metode dan proses bisnis perencanaan Mengubah mindset Arsitektur & informasi kinerja nasional yang jelas & relevan Metode dan proses bisnis yang reliable SDM berkualitas Jelas dalam melihat keseluruhan belanja Tepat dalam pengambilan kebijakan anggaran Kebijakan yang didukung oleh publik Meningkatkan kompetensi Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 26

Penataan Arsitektur dan Informasi Kinerja dalam RKA-K/L EXISTING EXPECTED Kuantitas: sangat banyak: Outcome = 870 IKU = 3.101 Output = 11.831 jenis Kualitas lemah: Kurang jelas Kurang relevan Kurang terukur 1. Menyempurnakan arsitektur RKA-K/L (struktur informasi kinerja) yang sesuai dengan pendekatan fungsi 2. Memperkuat dan mempertajam informasi kinerja Kuantitas: Selektif, fokus, dan strategis Kualitas bagus dan valid: Lebih jelas Lebih relevan Lebih terukur Penataan ADIK dalam RKA-K/L Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 27

Pendekatan Penataan Arsitektur Kinerja Berdasarkan Struktur Organisasi Berdasarkan Fungsi *) *) Mengacu pada fungsi pemerintahan yang diatur dalam UU 17/2003 tentang Keuangan Negara Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 28

Pendekatan Penataan Arsitektur Kinerja BERDASARKAN STRUKTUR ORGANISASI BERDASARKAN FUNGSI DENGAN BASIS PADA OUTCOME Nasional ORGANISASI K/L Input Aktivitas Output Indikator Target Outcome Indikator Target Eselon I Program IKU Program Outcome Eselon II Kegiatan IKK NASIONAL K/L Output Komponen Eselon II Eselon I Substansi pendekatan berdasarkan fungsi adalah: 1. Informasi kinerja harus disusun sesuai kerangka logika berpikir (logic model) 2. Informasi kinerja terdapat pada setiap level organisasi Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 29

Pendekatan Penataan Arsitektur Kinerja BERDASARKAN STRUKTUR ORGANISASI BERDASARKAN FUNGSI DENGAN BASIS PADA OUTCOME LM Informasi Kinerja Struktur Organisasi Logic model (LM) Informasi Kinerja Struktur Organisasi LM Informasi Kinerja LM Informasi Kinerja LM Informasi Kinerja Hierarki organisasi segaris dengan hierarki informasi kinerja. Konsekuensinya, tidak ada hierarki yang jelas outcome dan output di setiap tingkatan organisasi mulai level nasional sampai organisasi terbawah. Outcome dan output semata didasarkan pada pola dan mekanisme agregasi; misalnya: output suatu eselon II pasti akan tercatat sebagai output nasional. Pendekatan ini tidak menjadi masalah seandainya struktur organisasi di setiap tingkatan seluruhnya berdasarkan produk (lini produk). Sementara dalam kenyataannya, karakteristik struktur organisasi sangat bervariasi dan umumnya berdasarkan proses. Di setiap level organisasi terdapat struktur informasi kinerja yang bersifat baku, yaitu Input-Aktivitas-Output-Outcome, Outcome/output suatu organisasi bisa saja merupakan outcome/output organisasi level di atasnya sekiranya struktur organisasi didasarkan pada system lini produk. Namun, bisa juga outcome/output suatu organisasi akan tercatat sebagai input/aktivitas bagi organisasi di level atasnya sekiranya pembagian organisasi didasarkan pada input/proses. Diperoleh kejelasan atas dua hal sekaligus, yaitu hierarki informasi kinerja dari level makro strategis sampai dengan level mikro teknis dan aspek akuntabilitas organisasi di masing-masing level. Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 30

Landasan Berpikir Penyempurnaan Arsitektur Kinerja PRINSIP 1: Setiap organisasi pasti mempunyai fungsi Pertanyaannya, mana yang lebih dahulu. Apakah organisasi menimbulkan fungsi atau fungsi yang melahirkan organisasi?. NEED / PROBLEM Jawabannya adalah suatu organisasi lahir karena ada fungsi yang harus dijalankan. Fungsi ada karena ada suatu kebutuhan atau permasalahan yang harus diselesaikan. Dengan demikian urutan hubungan sebab-akibat adalah sebagai berikut: 1. Kebutuhan atau permasalahan 2. Fungsi 3. Organisasi Fungsi adalah alasan mengapa organisasi itu ada. ORGANISASI FUNGSI Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 31

Landasan Berpikir Penyempurnaan Arsitektur Kinerja PRINSIP 2: Dalam menjalankan fungsinya, organisasi mengikuti kaedah manajemen (dikenal sebagai fungsi manajemen ) Secara akademis dan best-practices, fungsi manajemen meliputi: 1. Planning 2. Organizing 3. Staffing 4. Directing 5. Controlling Langkah awal yang harus dilakukan suatu organisasi bukan menyusun struktur organisasi, tetapi menyusun rencana strategis. ORGANISASI NEED / PROBLEM FUNGSI Planning Organizing Staffing Directing Controlling *) www.managementstudyguide.com Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 32

Landasan Berpikir Penyempurnaan Arsitektur Kinerja PRINSIP 3: Penyusunan rencana strategis berdasarkan konsep logic model Perencanaan strategis adalah menentukan kondisi apa yang ingin dicapai dan bagaimana organisasi tersebut mencapainya. INPUT AKTIVITAS OUTPUT OUTCOME NEED / PROBLEM Dalam konteks ini, diterapkan konsep kerangka logic model atas suatu informasi kinerja yang meliputi: 1. Outcome 2. Output 3. Aktivitas 4. Input Kerangka logic model tersebut bersifat universal dan berlaku untuk berbagai jenis dan tipe organisasi. ORGANISASI FUNGSI Planning Organizing Staffing Directing Controlling *) www.managementstudyguide.com Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 33

Landasan Berpikir Penyempurnaan Arsitektur Kinerja PRINSIP 4: Setelah rencana strategis tersusun, kemudian diikuti pengorganisasi (organizing) dan staffing, dst Dalam kegiatan pengorganisasi, termasuk pendelegasian wewenang kepada organisasi level dibawahnya. Pada tahap inilah struktur organisasi dibentuk. Dalam konteks pemerintahan, tahap pengorgansasian ini dapat ditempuh dengan berbagai alternatif: 1. Menggunakan organisasi yang telah ada, atau 2. Menyusun organisasi yang benarbenar baru seluruhnya, atau 3. Kombinasi keduanya. INPUT AKTIVITAS OUTPUT OUTCOME ORGANISASI NEED / PROBLEM FUNGSI Tentu pengorganisasi tersebut lebih ditentukan berdasarkan cara yang dipandang paling efektif untuk mendukung pencapaian kondisi yang diinginkan. Planning Organizing Staffing Directing Controlling *) www.managementstudyguide.com Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 34

Lingkup Informasi Kinerja Informasi Kinerja Input Aktivitas Output Outcome Berbagai jenis dokumen yang memuat informasi kinerja Renstra Renja RKA-K/L RKT DLL Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 35

Konsep Dasar Logic Model Segala sesuatu pasti mempunyai fungsi Yang mempunyai fungsi pasti mempunyai pasangan Hubungan pasangan tersebut membentuk pola standar (universal) sebagai hubungan sebab-akibat YOU/WE INPUT AKTIVITAS OUTPUT COSTUMER OUTCOME What we have What we have What we produce/ deliver Mengubah kesadaran Bisa Sadar Paham Tahu Mengubah kebiasaan Status Biasa Mau Mengubah kondisi Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 36

Pengertian dan Kriteria Outcome Outcome merupakan keadaan yang ingin dicapai atau dipertahankan pada penerima manfaat dalam periode waktu tertentu (jangka panjang, menengah, dan pendek) KOMPONEN KRITERIA CEK PERNYATAAN INDIKATOR TARGET Jelas siapa customer Rumusan perspektif eksternal (customer oriented dan bukan internal oriented) Spesifik (urusan dan/atau customer berbeda dari pihak lain) Jelas bentuk perubahan yang diharapkan (kondisi yang dituju) Relevan dengan kebutuhan dan/atau permasalahan Sebaiknya dalam kalimat positif (optional) Relevan dalam pengukuran outcome yang telah ditetapkan Jelas dan tidak bermakna ganda Sesuai dengan upaya peningkata kinerja Terukur (ada ukuran) dan formula pengukurannya Didukung data yang tersedia secara rutin/periodik Sumber data kredibel Menunjukkan seberapa besar perubahan yang diharapkan Menunjukkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menuju kondisi yang diharapkan tsb Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 37

Pengertian dan Kriteria Output Output adalah suatu produk akhir yang dihasilkan dari serangkaian aktivitas yang diperuntukkan bagi customer atau target group agar outcome dapat terwujud. KOMPONEN KRITERIA CEK PERNYATAAN INDIKATOR TARGET Merupakan produk akhir (bukan input, bukan aktivitas/proses/bagian tahapan dalam menghasilkan output, dan bukan outcome atau rincian dari outcome berkenaan) Rumusan perspektif eksternal (customer oriented dan bukan internal oriented) Sesuai kebutuhan atau mencerminkan kepentingan customer atau target group Relevan dalam pengukuran output yang telah ditetapkan Jelas dan tidak bermakna ganda Sesuai dengan upaya peningkata kinerja Terukur (ada ukuran) Didukung data yang tersedia secara rutin/periodik Sumber data kredibel Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 38

Pengertian Aktivitas dan Input Aktivitas merupakan berbagai proses yang diperlukan untuk menghasilkan dan men-deliver output sampai kepada customer. Dalam banyak referensi dinyatakan pula bahwa aktivitas merupakan mekanisme mengkonversi input menjadi output. Input merupakan sumberdaya atau prasyarat yang dibutuhkan selama aktivitas berlangsung guna menghasilkan dan men-deliver output. Jenis input: Sumberdaya manusia Peralatan dan mesin Tanah dan bangunan Data dan informasi Norma/system/prosedur/ketentuan Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 39

Penarapan Prinsip Tersebut Di Atas Dalam Arsitektur RKA-K/L 1. Siapkan tim untuk menyusun RKA-K/L level Menteri/Pimpinan Lembaga (bukan level eselon I dan bukan pula level eselon II, meskipun tim penyusun beranggotakan dari berbagai unit organisasi dibawah kementerian/lembaga dimaksud). 2. Lakukan perencanaan (Planning) untuk menerjemahkan fungsi pada K/L bersangkutan. Susun informasi kinerja lingkup K/L sesuai kerangka logika berpikir (logic model). 3. Setelah seluruh proses penyusunan informasi kinerja selesai, dilanjutkan dengan tahapan pengorganisasian (Organizing) yang didalamnya termasuk pendelegasian wewenang ke level eselon I. UIC FUNGSI ASUMSI Catatan: Mekanisme lebih detil penyusunan outcome, output, aktivitas, dan input akan dijelaskan lebih lanjut dalam slide-slide di bawah ini. FAKTOR EKSTERNAL 4. Setiap Eselon I selanjutnya menyusun informasi kinerja dengan format yang sama dengan level K/L (logic model), namun dengan lingkup fungsi yang lebih spesifik sesuai dengan pendelegasian wewenang dari Menteri/Pimpinan Lembaga. 5. Mekanisme no 2-4 berlaku pula untuk unit organisasi Eselon II. Bahkan apabila diperlukan mekanisme/pola yang sama bisa diberlakukan sampai level individu. Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 40

Seperti Apa Bentuknya Nanti KL Pendelegasian wewenang dari suatu tingkatan organisasi ke tingkatan organisasi dibawahnya bisa didasarkan pada distribusi outcome, customer, output, aktivitas, input, atau kombinasi. Pendelegasian wewenang Eselon I - X Eselon I - Y Eselon I - Z Eselon II - A Oleh karena itu, output dari suatu eselon II (misalnya) akan tercatat sebagai output pula pada level eselon I apabila pembagian wewenangnya didasarkan pada output. Pada kasus lain, bisa jadi output eselon II akan tercatat sebagai input bagi eselon I apabila pendelegasian wewenang didasarkan pada input. Eselon II - B Eselon II - C Contoh: DJA membuat struktur organisasi tingkat eselon II berdasarkan kombinasi, yaitu Aktivitas (A123 dan PAPBN), Input (Setditjen, DSP, HPP), dan Outcome (PNBP). Dengan demikian, output Setditjen tidak bisa dikatakan sebagai output DJA, namun Input bagi DJA. Di lain pihak, outcome PNBP akan menjadi outcome pula bagi DJA. Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 41

Fungsi Input Aktivitas Output Customer Outcome Kondisi 1. Tentukan Fungsi/Sub Fungsi yang merupakan urusan Menteri berkenaan (sesuai pendelegasian dari Presiden) Contoh: Kementerian Keuangan > Fungsi Pelayanan Umum, Sub Fungs Fiskal Kemenerian Pendidikan > Fungsi Pendidikan Kementerian Perdagangan > Funsi Ekonomi, Sub Fungsi Perdagangan 11. Susun Input yang diperlukan untuk menjalankan berbagai aktivitas yang telah ditentukan. 10. Susun aktivitas untuk memproduksi dan mendeliver output tersebut sampai pada customer. 9. Susun output yang tepat bagi customer agar kondisi yang diinginkan tercapai. 6. Identifikasi customer / target group Tentukan customer yang perlu diintervensi Identifikasi sumberdaya yang ada di komunitas berkenaan yang bisa menyelesaikan/ berpartisipasi pemecahan (sebagian) permasalahan tersebut 7. Tentukan perubahan konkrit yang diinginkan (tahapan ini akan menghasilkan rumusan outcome, indicator, dan targetnya) Tentukan perubahan konkrit Pernyataan jelas (outcome) Tentukan indicator dan target yang jelas dan terukur Rinci berdasarkan periode waktu 2. Identifikasi kondisi yang diharapkan dalam fungsi/sub fungsi berkenaan Lihat visi pimpinan yang lebih tinggi Lihat visi organisasi anda Bisa menggunakan standar internasional sebagai referensi kondisi yang diinginkan *) Visi harus outcome/customer oriented 3. Identifikasi kondisi existing Didukung data 4. Identifikasi gap (permasalahan) Need/problem adalah gap antara kondisi yang diinginkan dan kondisi existing 5. Analisis permasalahan (penyebab gap) Cari akar masalah (apakah kekurangan dipihak customer atau factor eksternal atau efektivitas output kita) ASUMSI/PARAMETER 8. Susun asumsi/factor eksternal yang berpotensi mempengaruhi target kinerja yang telah ditentukan. FAKTOR EKSTERNAL Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 42

Contoh Informasi Kinerja Disclaimer: Contoh berikut adalah gambaran arsitektur informasi kinerja lingkup Kementerian Keuangan yang mempunyai fungsi dibidang fiskal. Informasi yang terdapat dalam contoh dimaksud belum menggambarkan keseluruhan informasi kinerja dibidang fiskal. Maksud contoh ini lebih kepada menunjukkan bagaimana struktur informasi kinerja sesuai fungsi diturunkan (cascading) ke organisasi dibawahnya. Asumsi yang digunakan dalam menurunkan informasi ke level dibawahnya adalah menggunakan struktur organisasi yang existing, meskipun dalam perkembangannya dapat disusun struktur organisasi baru dengan tetap mempertahankan informasi kinerja yang sudah ada. Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 43

Contoh Informasi Kinerja Fungsi KL Input KL Aktivitas KL Output KL Outcome KL 01 Pelayanan Umum 01.01 Lembaga Eksekutif dan Legislatif, Masalah Keuangan dan Fiskal, serta Urusan Luar Negeri SDM Gedung dan bangunan Peralatan dan mesin Bahan perkantoran NSPK Anggaran Penyusunan target penerimaan dan pengeluaran Pengalokasian anggaran Menghimpun penerimaan Mengelola pembiayaan Pengelolaan kas negara Pemanfaatan idlemoney Pendanaan yang efektif dan efisien bagi Pengguna Anggaran Indikator: Jumlah alokasi anggaran untuk program dengan kriteria informasi kinerja yang baik (%) Realisasi penerimaan negara (% thp target) Ketepatan waktu pemenuhan penerimaan Ketepatan jumlah anggaran yang disalurkan kepada PA Ketepatan waktu penyaluran anggaran kepada PA Terwujudnya kondisi fiskal yang berkelanjutan bagi penyelenggaraan pemerintahan Indikator: Tax-GDP Ratio (%) Jumlah PNBP (Rp) Debt-GDP Ratio (Khusus Utang Pemerintah) (%) Defisit APBN (%) Proporsi APBN atas tren PDB (%) Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 44

Contoh Informasi Kinerja SDM Input KL PIC Aktivitas KL PIC Output KL Outcome KL Gedung dan bangunan Peralatan dan mesin NSPK Anggaran Setjen (penerimaan dan pembinaan pegawai) BPPK (peningkatan kapasitas pegawai) Setjen Setjen Setjen (Penyusunan) Itjen (Pengawasan) BKF (Litbang) Setjen Penyusunan target penerimaan dan pengeluaran Pengalokasian anggaran Menghimpun penerimaan Mengelola pembiayaan Pengelolaan kas negara Pemanfaatan idle money BKF DJA DJP (Perpajakan) DJBC (Bea dan cukai) DJA (Penatausahaan PNBP) DJKN (Lelang) DJPU DJPB DJPB Setjen Pendanaan yang efektif dan efisien bagi Pengguna Anggaran Indikator: Jumlah alokasi anggaran untuk program dengan kriteria informasi kinerja yang baik (%) Realisasi penerimaan negara (% thp target) Ketepatan waktu pemenuhan penerimaan Ketepatan jumlah anggaran yang disalurkan kepada PA Ketepatan waktu penyaluran anggaran kepada PA Terwujudnya kondisi fiskal yang berkelanjutan bagi penyelenggaraan pemerintahan Indikator: Tax-GDP Ratio (%) Jumlah PNBP (%) Debt-GDP Ratio (Khusus Utang Pemerintah) (%) Proporsi APBN atas tren PDB (%) Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 45

Contoh Informasi Kinerja Input Eselon I Aktivitas Eselon I Output Eselon I Outcome Eselon I SDM Gedung dan bangunan Peralatan dan mesin Data dan informasi NSPK Anggaran Evaluasi kinerja tahun sebelumnya Penyusunan alokasi anggaran Pembahasan alokasi anggaran bersama DPR Alokasi anggaran yang akurat bagi pendanaan program Pemerintah Indikator: Jumlah alokasi anggaran untuk program dengan kriteria informasi kinerja yang baik (%) Deviasi antara target dan realisasi capaian output (%) Terwujudnya stabilitas anggaran bagi Pengguna Anggaran dalam mewujudkan target Pemerintah Indikator: Jumlah perubahan anggaran (kali) Evaluasi atas jenis dan tariff PNBP Monitorig dan bimtek pengelolaan PNBP Penyesuaian tariff PNBP dan penyelesaian aspek legalnya Inventarisasi dan pemetaan jasa dan layanan Pemerintah Penyusunan jenis dan target PNBP baru Penyelesaian aspek legal Monitoring Regulasi PNBP yang efektif Indikator: Jumlah regulasi PNBP yang diterbitkan Akurasi target penerimaan Penerimaan PNBP yang optimal Indikator: Jumlah PNBP (Rp) Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 46

Contoh Informasi Kinerja Input Eselon I SDM Gedung dan bangunan Peralatan dan mesin Data dan informasi NSPK Anggaran Set DJA Set DJA Set DJA PIC Aktivitas Eselon I PIC Output Eselon I Outcome Eselon I PIC Set DJA (internal) DSP (eksternal) HPP Dit PNBP Set DJA Evaluasi kinerja tahun sebelumnya Penyusunan anggaran Pembahasan anggaran bersama DPR Evaluasi atas jenis dan tariff PNBP Monitorig dan bimtek pengelolaan PNBP Penyesuaian tariff PNBP dan penyelesaian aspek legalnya Inventarisasi dan pemetaan jasa dan layanan Pemerintah Penyusunan jenis dan target PNBP baru Penyelesaian aspek legal Monitoring DSP A1 A2 A3 PAPBN Alokasi anggaran yang efektif efisien Indikator: Jumlah alokasi anggaran untuk program dengan kriteria informasi kinerja yang baik (%) Regulasi PNBP yang efektif Indikator: Jumlah regulasi PNBP yang diterbitkan Akurasi target penerimaan Distribusi alokasi anggaran yang tepat sasaran Indikator: Rasio APBN atas tren PDB (%) Penerimaan PNBP yang optimal Indikator: Jumlah PNBP (Rp) Dit.PAPBN, A1, A2, A3, DSP Dit PNBP Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 47

Contoh Informasi Kinerja Anggaran Input Eselon II Aktivitas Eselon II Output Eselon II Persiapan evaluasi Pengumpulan data Analisis Penyusunan rekomendasi Reporting Informasi capaian target kinerja nasional Indikator Ketepatan waktu penyampaian informasi Kajian Perumusan naskah Finalisasi Sosialisasi Pemetaan kebutuhan Penyusunan desain Pemograman Pemeliharaan Norma penganggaran Indikator: Jumlah norma yang diterbitkan Ketepatan waktu penerbitan norma Sistem informasi Indikator Jumlah system informasi yang dibangun Jumlah system informasi yang dipelihara Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 48

Contoh Informasi Kinerja Input Eselon II PIC Aktivitas Eselon II Output Eselon II PIC Outcome Anggaran EKP selaku Daduktek Persiapan evaluasi Pengumpulan data Analisis Penyusunan rekomendasi Reporting Informasi capaian target kinerja nasional Indikator Ketepatan waktu penyampaian informasi EKP Kajian Perumusan naskah Finalisasi Sosialisasi Norma penganggaran Indikator: Jumlah norma yang diterbitkan Ketepatan waktu penerbitan norma TSP SB EKP Pemetaan kebutuhan Penyusunan desain Pemograman Pemeliharaan Sistem informasi Indikator Jumlah sistem informasi yang dibangun/ dikembangkan Jumlah sistem informasi yang dipelihara TIP Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 49

Contoh Informasi Kinerja Anggaran Input Eselon III Aktivitas Eselon III Output Eselon III Outcome Kajian Perumusan naskah Finalisasi Sosialisasi Norma penganggaran Indikator: Jumlah norma yang diterbitkan Ketepatan waktu penerbitan norma Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 50

Informasi Kinerja Existing Data informasi kinerja existing berikut ini diambil dari RKA-K/L 2015 yang kiranya dapat dijadikan bahan perbandingan untuk lebih mempermudah dalam memahami perbedaan antara struktur informasi kinerja yang sekarang dan struktur informasi kinerja sesuai arsitektur yang baru. Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 51

Informasi Kinerja Existing UNIT PROGRAM OUTCOME 015.01 SEKRETARIAT JENDERAL 015.01.01 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Keuangan 015.02 INSPEKTORAT JENDERAL 015.02.03 Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Keuangan 01 Terwujudnya Tata Kelola yang Baik dan Kualitas Layanan dan Dukungan yang Tinggi Pada Semua Eselon I di Kementerian Keuangan 01 Terwujudnya Pengawasan yang Memberi Nilai Tambah Melalui Peningkatan Efektivitas Proses Manajemen Risiko, Pengendalian, dan Tata Kelola Serta Peningkatan Akuntabilitas Aparatur di Lingkungan Kementerian Keuangan 015.03 DITJEN ANGGARAN 015.03.07 Program Pengelolaan Anggaran Negara 01 Terlaksananya fungsi penganggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kebijakan Pemerintah 015.04 DITJEN PAJAK 015.04.12 Program Peningkatan dan Pengamanan Penerimaan Pajak 015.05 DITJEN BEA DAN CUKAI 015.05.13 Program Pengawasan, Pelayanan, dan Penerimaan di Bidang Kepabeanan dan Cukai 01 Peningkatan Penerimaan Pajak Negara yang Optimal 01 Terciptanya Administrator Kepabeanan dan Cukai yang Memberikan Fasilitasi Kepada Industri, Perdagangan, dan Masyarakat Serta Optimalisasi Penerimaan 015.06 DITJEN PERIMBANGAN KEUANGAN 015.06.08 Program Peningkatan Pengelolaan Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah 01 Peningkatan Efektifitas dan Efisiensi Pengelolaan Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah 015.07 DITJEN PENGELOLAAN UTANG 015.07.14 Program Pengelolaaan dan Pembiayaan Utang 015.08 DITJEN PERBENDAHARAAN 015.08.09 Program Pengelolaan Perbendaharaan Negara 015.09 DITJEN KEKAYAAN NEGARA 015.09.10 Program Pengelolaan Kekayaan Negara, Penyelesaian Pengurusan Piutang Negara dan Pelayanan Lelang 01 Mengoptimalkan Pengelolaan Surat Berharga Negara (SBN) Maupun Pinjaman Untuk Mengamankan Pembiayaan APBN; 01 Meningkatkan Pengelolaan Perbendaharaan Negara Secara Profesional, Transparan, dan Akuntabel Sesuai Dengan Ketentuan 01 Terselenggaranya Pengelolaan Kekayaan Negara, Penyelesaian Pengurusan Piutang Negara dan Pelayanan Lelang yang Profesional, Tertib, Tepat Guna, dan Optimal Serta Mampu Membangun Citra Baik Bagi Stakeholder. 015.11 BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN 015.11.04 Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur di Bidang Keuangan Negara 01 Mengembangkan SDM yang Berintegritas dan Berkompetensi Tinggi 015.12 BADAN KEBIJAKAN FISKAL 015.12.11 Program Perumusan Kebijakan Fiskal 01 Terwujudnya Kebijakan Fiskal yang Sustainable Dengan Beban Risiko Fiskal yang Terukur Dalam Rangka Stabilisasi dan Mendorong Pertumbuhan Perekonomian Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 52

Informasi Kinerja Existing 015.03.07 Program Pengelolaan Anggaran Negara 01 Terlaksananya fungsi penganggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kebijakan Pemerintah KEGIATAN: OUTPUT: 1649 Pengelolaan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (ABPP) 1649.001 Peraturan Pelaksanaan di bidang Penganggaran 1649.002 Laporan/Monev Kegiatan 1650 Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-Lain (BSBL) 1650.001 Laporan Keuangan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain 1651 Penyusunan Rancangan APBN 1651.002 Laporan analisis, kegiatan dan proyeksi kebijakan APBN 1652 Pengelolaan PNBP dan Subsidi 1652.001 Peraturan di bidang PNBP dan Subsidi Energi 1652.002 Laporan Monev/Kegiatan 1653 Pengembangan Sistem Penganggaran 1653.001 Peraturan bidang Penganggaran 1653.003 Sistem Aplikasi Bidang Penganggaran 1653.004 Laporan Kajian/Monev/Kegiatan 1654 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Anggaran 1654.001 Dokumen Perencanaan dan Keuangan 1654.002 Dokumen Organisasi dan Ketatalaksanaan 1654.003 Dokumen Kepegawaian 1654.005 Layanan Peningkatan Kompetensi Pegawai 1654.008 Dokumen Kepatuhan dan Bantuan Hukum 1654.009 Laporan Pelaksanaan Tugas Dukungan Teknis Lainnya DJA 1654.012 Dokumen DIPA 1654.994 Layanan Perkantoran 1654.996 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 1654.997 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 1654.998 Gedung/Bangunan Berlaku sebagai output K/L (Kemenkeu) dan bahkan menjadi output nasional 5095 Harmonisasi Peraturan Penganggaran 5095.001 Rekomendasi Kebijakan Penganggaran Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 53