1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI (Lanjutan) DAFTAR TABEL

ANALISIS UJI KOMPETENSI BERBASIS SKKNI MANAJEMEN SDM Studi Kasus Uji Kompetensi berbasis SKKNI MSDM pertama di Provinsi Kepri.

TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Sri Suharmini Wahyuningsih 1 Abstrak

LANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC

MENINGKATKAN KUALITAS TENAGA KERJA MELALUI PROGRAM SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA. oleh

Darmawansyah, ST, M.Si /

BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI

BAB II PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

(Lembaga Sertifikasi Profesi Kegiatan Usaha Hulu Migas)

B. MAKNA PERENCANAAN SDM BAGI PERUSAHAAN

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. Peran Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) dalam organisasi tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Visi Menjadi LSP terbaik di Indonesia yang melahirkan profesional handal dan berdaya saing global dalam upaya pemberantasan korupsi

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

PROPOSAL PEMBUATAN SISTEM HUMAN RESOURCES

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

BAB I. HRD (Human Resource Development) atau dalam bahasa Indonesia. disebut sebagai bidang sumber daya manusia, yaitu bagian atau divisi dalam suatu

STUDI EKPLORASI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG BIDANG LAYANAN PRIBADI, SOSIAL, BELAJAR DAN KARIR

SERTIFIKASI PROFESI BIDANG FASILITAS PRODUKSI MIGAS

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah

KUESIONER. Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam Bapak/Ibu Pimpinan Perusahaan/Instansi,

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

Indonesia Kompeten Pengembangan Program Sertifikasi Profesi Berbasis Kompetensi

MANAJER PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Tujuan Pembangunan Negara RI adalah kesejahteraan kesehatan bagi masyarakat Indonesia.

REKOGNISI KUALIFIKASI SDM INDONESIA MENINGKATKAN REKOGNISI dan PENYETARAAN KUALIFIKASI DI DALAM & LUAR NEGERI

KESIAPAN MAHASISWA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI AKPER YKY

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG

Mata Kuliah Manajemen Pelatihan dan Pengembangan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

BAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.

SUPERVISOR PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi Free Trade Area (AFTA) dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. pada ASEAN Economic Community (AEC) yang mana merupakan pedoman

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal,, Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Tinggi, ttd. Patdono Suwignjo NIP

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENAM LEVEL II berbasis

STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KESEHATAN DALAM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kumpulan resources yang tidak berguna. Selain itu, sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. perkembangan dunia bisnis semakin pesat yang didukung oleh kemajuan

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

# Namun peranan PR tidak hanya sebatas menjalin hubungan baik dengan publiknya, baik publik internal maupun publik eksternal. PR juga memiliki tugas u

LEGALISASI SERTIFIKASI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI. Disampaikan Oleh : SULISTYO

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

Analisis Situasional Kompetensi Praktisi Sumber Daya Manusia Indonesia Menghadapi MEA 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

No Indonesia. Selain itu, hasil karya Arsitektur dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam melakukan kegiat

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN

enyatukan dan Memadukan Sumber Daya

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. =================================== Pembentukkan Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi - BKSP PEDOMAN BNSP

BERITA NEGARA. No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan.

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk mampu meningkatkan daya saing dalam rangka menjaga kelangsungan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STRATEGI IMPLEMENTASI KKNI SECARA NASIONAL. Dokumen 003

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015, Indonesia akan memasuki ASEAN Community. Pergerakan bebas dari

dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dimana pimpinan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan- perubahan mendasar, baik yang terjadi secara nasional maupun

KESIAPAN SDM HORTIKULTURA MENYAMBUT ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN ROEDHY POERWANTO DEWAN PEMBINA PERHORTI

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

Analisis Situasional Kompetensi Praktisi Sumber Daya Manusia Indonesia Menghadapi MEA 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dewasa ini perkembangan perekonomian di Indonesia telah

Panduan Pelaksanaan TAHUN 2018

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 31 / PRT / M /2006 TENTANG

BUKU STANDAR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MANAJEMEN RISIKO crmsindonesia.org

PENGAMBANGAN SKKNI DALAM RANGKA MENINGKATKAN KOMPETENSI TENAGA KERJA INDONESIA MENGHADAPI PERSAINGAN GLOBAL

Badan Nasional Sertifikasi Profesi PEDOMAN 604 BNSP 2012

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI.

Persaingan Global Profesi Pustakawan dalam Era MEA

PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 7/25/PBI/2005 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Pembangunan

I. PENDAHULUAN. daya saing yang tinggi untuk dapat bersaing dalam pasar global. Untuk itu perlu

PENDAHULUAN. Latar Belakang

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN EKSPOR IMPOR LEVEL V

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

BAB IV KESIMPULAN. dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tantangan-tantangan yang dapat mengancam

PERLU TIDAKNYA SERTIFIKASI PROFESI KEINFORMATIKAAN DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. manusia yang ada di dalamnya. Apabila sumberdaya manusia tersebut diperhatikan

KOMPETENSI TENAGA KERJA LULUSAN TEKNIK ELEKTRO DI ERA MEA

Transkripsi:

99 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Konsep kompetensi Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) mulai diterapkan di Amerika Serikat sejak didirikannya Institut Sertifikasi Sumber Daya Manusia (Human Resources Certification Institute) pada tahun 1975, suatu program sertifikasi nasional untuk para praktisi MSDM (Sunoo dan Laabs 1999). Pengakuan badan ini oleh Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat pada 1976 semakin meneguhkan pemberian sertifikat kepada praktisi MSDM untuk memberikan pengakuan atas pencapaian dan keahlian di bidang tersebut. Brockbank et al. (1999) menjelaskan bahwa untuk melengkapi perjalanan program sertifikasi praktisi MSDM, maka sejak 1980 beberapa institusi pendidikan dan universitas telah menetapkan 10 program pendidikan di bidang MSDM. Salah satu peluang penting dalam mengembangkan kompetensi MSDM adalah melalui pendidikan resmi di universitas atau kursus individual melalui pembelajaran kurikulum di universitas moderen sehingga dihasilkan lulusan yang kredibel bagi dunia industri. Peluang ini masih perlu disesuaikan dengan tingkat kematangan penyelarasan antara dunia pendidikan dan dunia industri dalam pengembangan kurikulum yang memadukan antara kajian teoritis dengan kebutuhan nyata di dunia industri. Di Indonesia, tantangan ini terus menjadi perhatian pemerintah dan asosiasi industri untuk secara terus menerus diupayakan keterpaduan antara dunia pendidikan formal dan tantangan serta kebutuhan di dunia industri. Di Amerika, sesuai dengan perkembangan MSDM, maka universitas dan sekolah tinggi secara terus menerus menyesuaikan program pendidikan bidang tersebut untuk memenuhi kebutuhan di dunia kerja. Lengnick- Hall dan Aguinis (2012) telah melakukan penelitian dengan menerapkan kerangka multi level terhadap program sertifikasi praktisi MSDM yang melibatkan para praktisi MSDM di Amerika Serikat (San Antonio, Texas, dan Denver Colorado) dan merekomendasikan bahwa sertifikasi MSDM memiliki pengaruh baik di level mikro (dengan mempengaruhi level kinerja dan keluaran individu praktisi MSDM), dan level makro (dengan mempengaruhi reputasi dan efektivitas departemen MSDM). Baik pengaruh level mikro maupun makro tersebut secara jelas mempengaruhi legitimasi dari profesi MSDM. Kompetensi menggambarkan ketrampilan, pengetahuan, perilaku, karakteristik personal, dan motivasi yang berasosiasi dengan kesuksesan dalam menjalankan pekerjaan. Pekerjaan yang berbasis pada kompetensi pada prakteknya dipergunakan untuk mendayagunakan kerangka kompetensi dalam menyelaraskan strategi organisasi dengan program-program kunci MSDM. Suatu organisasi akan mampu membangun potret berjalan atas portofolio ketrampilan dan pengetahuan karyawannya, dengan cara menerapkan kerangka yang sistematis dalam mengevaluasi kompetensi karyawan. Organisasi akan dapat mendayagunakan potret dan informasi ini untuk melakukan evaluasi organisasi guna memperbaiki program-program MSDM secara berkesinambungan, termasuk akuisisi karyawan, manajemen kinerja, alat-alat pelatihan dan pengembangan, praktek-praktek retensi karyawan dan strategi pengembangan organisasi. Profesi MSDM di Indonesia sudah berjalan cukup lama sejak munculnya praktek organisasi baik di bidang ekonomi maupun sosial serta berdirinya

2 perusahaan-perusahaan di negeri ini, termasuk juga badan pemerintah maupun Badan Usaha Milik Negara yang didalam pengoperasian usaha dan pelayanan jasanya memerlukan peran dan kontribusi fungsi MSDM. Profesi ini beragam diterjemahkan dalam penyebutan peran dan tanggung jawabnya tergantung dari kompleksitas organisasi, seperti misalnya ada yang menyebutnya Manajer Personalia, atau Kepala Bagian Personalia, ada juga yang menyebutnya General Manager Human Resources, atau Vice President Human Resources hingga Human Resources Director atau Chief of Human Capital Development. Proses pengembangan kompetensi profesi ini juga beragam dalam jenis programnya maupun cara eksekusinya di setiap perusahaan dan badan usaha pemerintah. Beberapa perusahaan yang sudah memiliki sistem pengembangan kompetensi yang terstruktur, namun ada juga yang belum atau bahkan tidak memiliki program pengembangan karyawan yang memegang peran dan tanggung jawab MSDM ini. Perusahaan-perusahaan multi nasional yang memiliki kantor pusat di Eropa, Amerika, Jepang, Korea atau negara maju lainnya biasanya sudah memiliki program yang cukup komprehensif dalam pengembangan kompetensi MSDM ini melalui pelatihan yang terstruktur dan terukur sehingga mampu menumbuh-kembangkan talenta internalnya pada fungsi MSDM secara baik. Perusahaan-perusahaan menengah hingga kecil, sebagian besar masih belum memiliki program tersebut dan cenderung melaksanakan program pengembangan kompetensi MSDM melalui program-program adhoc seperti misalnya melalui workshop atau pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak eksternal yang bersifat insidental dan terkadang kurang selaras dengan apa yang dibutuhkan oleh organisasi. Hasil pengamatan dan wawancara secara informal kepada beberapa pemangku jabatan MSDM menunjukkan temuan bahwa proses pengembangan kapabilitas dan karirnya secara dominan didapatkan melalui kesempatan yang diberikan Atasan untuk memegang pekerjaan MSDM dan ditunjang dengan proses learning by doing dan belajar mandiri dalam menguasai fungsi-fungsi MSDM. Hal ini semakin menguatkan bahwa proses pengembangan profesi di kalangan praktisi MSDM Indonesia, perlu dikaji secara mendalam sehingga ditemukan proposal untuk perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan sehingga didapatkan program yang lebih terstruktur, komprehensif, memiliki acuan standar yang jelas, secara sistemik bisa diandalkan dan terjamin kesinambungannya. Profesi MSDM didalam perkembangannya mengalami proses evolusi mulai dari peran yang masih berfokus pada penggajian dan administrasi, sebagai pengawas pelaksanaan peraturan perusahaan, memberikan sanksi kepada yang melanggar peraturan, kemudian berkembang pada tuntutan ketika praktisi MSDM harus menguasai fungsi-fungsi spesialisnya seperti misalnya harus menguasai proses perencanaan SDM, perekrutan SDM, pelatihan dan pengembangan, manajemen kinerja, sistem remunerasi, hubungan industrial, hingga sistem manajemen informasi SDM. Fungsi MSDM sudah memasuki era pada saat pemegang posisi MSDM dituntut harus mampu bertindak sebagai mitra strategis bagi pimpinan perusahaan/organisasi, ketika selain harus menguasai pemahaman bisnis juga harus mampu memberikan pilihan-pilihan pendekatan dan solusi MSDM yang terbaik untuk organisasi dan terkadang menjadi penasehat pimpinan dalam hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan SDM. Ulrich et al. (2012) mengatakan bahwa praktisi MSDM harus mampu menjadi aktivis yang kredibel

3 ketika semua rekomendasi yang disampaikan harus dapat dipertanggungjawabkan dan bertindak aktif dalam menguasai aspek pemahaman bisnis perusahaan/organisasi maupun aspek pengelolaan dan pengembangan SDM. Fungsi MSDM ini menjadi semakin strategis dan penting di organisasi bisnis sehingga memerlukan sistem pengembangan praktisi MSDM yang lebih komprehensif, terstruktur, terukur, dan terstandarisasi. PPM Manajemen (2008) melakukan penelitian yang melibatkan 52 responden yang berasal dari perusahaan BUMN, swasta nasional, swasta asing, nirlaba, dan patungan menghasilkan temuan bahwa 69 persen perusahaan dipersepsikan telah menerapkan Manajemen Sumber Daya Manusia berbasis kompetensi, sedangkan sisanya 31 persen belum menerapkan sistem ini. Perusahaan yang menerapkan MSDM berbasis kompetensi merupakan perusahaan besar dengan jumlah karyawan lebih dari 1.300 orang. Sebagian besar penerapan Competency-based Human Resources Management (CBHRM) dilakukan oleh perusahaan Badan Usaha Milik Negara (23.5 persen) dan swasta nasional (21.6 persen). Perusahaan yang telah menerapkan sistem MSDM berbasis kompetensi harus diintegrasikan dengan aktifitas manajemen yang nyata dalam pengembangan SDM di perusahaan, seperti misalnya: perencanaan, perekrutan dan seleksi SDM, pelatihan dan pengembangan, pengembangan karir, remunerasi dan penghargaan, dan pengembangan kinerja. Hasil survei PPM Manajemen tersebut menunjukkan bahwa konsep kompetensi belum diterapkan secara menyeluruh pada sistem MSDM ketika untuk rekrutmen dan seleksi baru 86 persen, sisanya masih belum berbasis kompetensi. Proporsi yang sama terjadi pada manajemen kinerja, sedangkan untuk pelatihan dan pengembangan sedikit lebih rendah yaitu 83 persen. Untuk Manajemen karir sedikit lebih rendah lagi yaitu 82 persen, sedangkan kompensasi dan perencanaan sumber daya manusia berturut-turut menunjukkan 76 persen dan 73 persen saja yang berbasis kompetensi. ASEAN (2008) membeberkan proyeksi kedepan bahwa dalam beberapa tahun mendatang Indonesia dihadapkan pada persoalan yang dinamis, baik di bidang politik, ekonomi, dan perdagangan/usaha. Indonesia akan dihadapkan pada pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016 yang sudah dituangkan dalam kesepakatan-kesepakatan antar pemimpin negara-negara ASEAN. Para pemimpin ASEAN pada pertemuan di Kuala Lumpur bulan Desember 2007 telah memutuskan untuk mentransformasikan ASEAN menjadi kawasan yang stabil, sejahtera dan kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang dapat diandalkan dan mampu mengurangi disparitas sosial dan ekonomi. Para pemimpin ASEAN mendeklarasikan MEA menjadi ambisi integrasi ekonomi regional di tahun 2020 pada pertemuan di Bali pada Oktober 2003. Pertemuan Menteri-menteri ASEAN pada Agustus 2006 di Kuala Lumpur menyetujui untuk mengembangkan blueprint MEA lengkap dengan target yang jelas beserta jadwal waktu implementasinya. Hal ini dikuatkan dengan pertemuan ASEAN di Cebu pada Januari 2007 ketika semua pemimpin ASEAN berkomitmen untuk mempercepat pemberlakuan MEA pada 2015 pada saat kawasan ASEAN akan mengalami pergerakan yang bebas meliputi barang, jasa, investasi, pekerja trampil, dan kapital. MEA akan membuat ASEAN sebagai basis pasar dan produsen tunggal yang akan membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan pengukuran yang baru dalam memperkuat implementasi dari inisiatif ekonomi yang ada

4 sekarang, percepatan integrasi regional pada sektor-sektor prioritas, pemberian fasilitas pergerakan pada orang-orang yang berbisnis, tenaga kerja dan buruh yang trampil (skilled labour and talents) dan penguatan mekanisme institusi ASEAN. Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto dalam seminar Kesiapan Tenaga Kerja Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 di Jakarta pada 25 Juni 2013 menyatakan pentingnya persiapan pihak-pihak terkait sehingga lebih optimis, rasional, dan percaya diri dalam menghadapi MEA. Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Tenaga Kerja Benny Soetrisno menyatakan bahwa pelaksanaan sertifikasi kompetensi dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 perlu diperhatikan, karena salah satu elemen penting dalam MEA nanti adalah adanya arus bebas tenaga kerja terampil/profesional. Kadin Indonesia mendorong dunia usaha melalui asosiasi-asosiasi industri untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan standar kompetensi dan pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), serta percepatan penerapan sistem diklat berbasis kompetensi bagi kesiapan Indonesia menghadapi arus bebas tenaga kerja terampil yang akan berlaku pada MEA 2015 (Kadin 2013). Peluang masuknya tenaga kerja ahli di bidang MSDM dari negara-negara ASEAN ke Indonesia menjadi semakin terbuka, dan Indonesia didesak untuk segera mengintegrasikan standar kompetensi profesi MSDMnya dengan negara-negara lain di ASEAN. Kebutuhan untuk dilakukannya kajian dan penyusunan standar kompetensi MSDM, serta bagaimana sistem pengembangan kompetensi untuk praktisi MSDM, menjadi mendesak dan penting untuk mempertahankan posisi Indonesia yang kompetitif dan mampu bersaing dalam komunitas ASEAN yang semakin terbuka dan tanpa batas antar negara. Indonesia perlu membangun model yang mengaitkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait didalam proses pengembangan kompetensi praktisi MSDM di Indonesia. Model yang dibangun menjelaskan tentang kerangka interaksi, kerangka kebijakan, standar kompetensi yang menjadi acuan, serta pola perilaku antar sesama pemangku kepentingan dalam proses pengembangan kompetensi profesi MSDM. Para pemangku kepentingan yang dimaksud meliputi: Kemenaker sebagai instansi pemerintah yang bertanggung jawab terhadap pengembangan kompetensi SDM secara umum, Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Asosiasi Profesi, Asosiasi Industri, Universitas, Praktisi MSDM, Pakar MSDM, maupun Lembaga Pendidikan dan Latihan (Lemdiklat), serta Konsultan yang bergerak di bidang MSDM. Seluruh pemangku kepentingan tersebut harus bekerjasama dan melakukan interaksi yang efektif guna mengembangkan praktisi MSDM baik di dunia swasta maupun BUMN sehingga berkompeten di bidangnya dan kompetitif di tengah-tengah persaingan regional maupun global. Perumusan Masalah Peran fungsi MSDM menjadi semakin strategis dan penting dalam suatu organisasi bisnis/perusahaan. Hal ini dapat ditunjukkan dalam berbagai seminar tentang pentingnya fungsi dan peran praktisi MSDM yang selalu mengedepankan proses evolusi fungsi MSDM dari sekedar menangani administrasi dan bagian umum, kemudian menjadi ahli di fungsi perannya mulai dari perencanaan SDM

5 hingga pengembangannya, serta tuntutan baru sebagai mitra strategis pimpinan perusahaan/organisasi. Ulrich et al. (2011) bahkan menyatakan bahwa fungsi MSDM sudah memasuki tantangan untuk mampu menterjemahkan situasi dan kondisi persaingan bisnis di eksternal menjadi bahan pertimbangan internal dalam menyusun strategi MSDM bagi perusahaan didalam mempertahankan eksistensinya dan memenangkan persaingan dengan para pesaingnya. Fungsi MSDM pada masa mendatang diperkirakan akan menjadi fungsi spesifik ketika dituntut untuk memberikan pendekatan dan intervensi yang khusus terhadap perihal, kasus, dan pihak tertentu. Kompetensi fungsi MSDM akan selalu mengalami evolusi sesuai dengan perkembangan dunia bisnis dan tuntutan dari para pengguna jasa praktisi MSDM. Indonesia perlu melakukan penyesuaian dan penyelarasan fungsi-fungsi MSDM di tengah-tengah proses evolusi yang terjadi di dunia global tersebut karena memiliki wilayah yang berpotensi tinggi untuk terjadinya proses investasi dan pengembangan bisnis. Perhimpunan profesi MSDM di Indonesia juga telah melakukan kajian-kajian secara terus menerus dalam menyelaraskan dan melakukan penyesuaian-penyesuaian atas perkembangan fungsi MSDM di dunia global. Banyak seminar yang diadakan dan mendatangkan para pembicara internasional serta kajian-kajian strategis untuk memberikan bekal dan pengetahuan kepada pada praktisi MSDM di Indonesia guna mengikuti perkembangan tersebut. Beberapa perusahaan multi nasional lebih diuntungkan dalam hal ini karena dukungan dan program dari kantor pusatnya yang cukup memberikan fasilitas dan pembekalan atas perkembangan evolusi fungsi MSDM dari seluruh dunia. Indonesia mengalami proses perubahan kawasan ketika didalam cetak biru MEA telah disepakati jaminan kebebasan mobilitas bagi tenaga kerja terampil di kawasan ASEAN melalui serangkaian tahapan yang disepakati dalam ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) 1995. Kesepakatan pengakuan tenaga profesional di bidang jasa yang diwujudkan dalam nota saling pengakuan diperlukan untuk memfasilitasi liberalisasi jasa dan mempermudah mobilisasi tenaga kerja profesional lintas negara dalam kawasan ASEAN. Nota saling pengakuan sudah dilakukan untuk jasa arsitektur, jasa akutansi, kualifikasi survei, praktisi medis pada 2008, dan praktisi gigi pada 2009. Mutual Recognition Arrangement (MRA) dapat dilakukan apabila masing-masing negara memiliki standar kompetensi yang dapat diselaraskan untuk mendapatkan saling pengakuan. Perhimpunan Manajemen Sumber Daya Manusia (PMSM) Indonesia telah berinisiatif untuk menghimpun seluruh pemangku kepentingan untuk menyusun standar kompetensi bagi praktisi MSDM di Indonesia mulai akhir 2013 hingga akhir 2014. Kemnakertrans RI (2012) telah memberikan pedoman tentang sistem standardisasi kompetensi nasional, dan tata cara penyusunan standar kompetensi kerja nasional Indonesia. Penyusunan standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI) bidang MSDM berhasil diselesaikan setelah melalui proses yang panjang melalui beberapa kali workshop, pra konvensi, dan konvensi nasional, dan masuk dalam kategori Jasa Profesional, Ilmiah, dan Teknis, Kegiatan Kantor Pusat dan Konsultasi Manajemen sesuai dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBULI). Dokumen tersebut dituangkan dalam bentuk Surat Keputusan Menakertrans RI Nomor 307 Tahun

6 2014 yang berisikan 104 unit kompetensi, yang dikelompokkan dalam 9 klaster keahlian profesi MSDM. Praktisi MSDM Indonesia dapat menjadikan SKKNI MSDM ini sebagai referensi dalam program pengembangan kompetensi baik melalui program pelatihan berbasis kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dan latihan yang kredibel, atau melalui pengalaman kerja di tempat kerja. Peluang praktisi MSDM Indonesia untuk bekerja di negara-negara lain di ASEAN menjadi terbuka apabila standar kompetensi ini sudah lolos dalam proses MRA dengan negara-negara lain di ASEAN. Praktisi MSDM negara-negara lain di ASEAN juga akan memiliki kesempatan yang sama untuk masuk ke Indonesia, sehingga akan terjadi persaingan terbuka di profesi bidang MSDM. Keterlibatan para pemangku kepentingan seperti misalnya: Kemnaker RI, BNSP, praktisi MSDM, pakar MSDM, lembaga sertifikasi profesi, lembaga pendidikan dan latihan, universitas, asosiasi profesi MSDM, asosiasi industri, serta konsultan di bidang MSDM diperlukan didalam proses pengembangan kompetensi praktisi MSDM. Pola interaksi dan sinergi antar lembaga dan pemangku kepentingan ini akan menentukan bagaimana mekanisme pengembangan kompetensi profesi MSDM di Indonesia dijalankan secara berkualitas, berkesinambungan dan mampu menghasilkan praktisi MSDM yang berkompeten dan diterima oleh masyarakat penggunanya. Sistem ini diharapkan mencakup peran dan tanggung jawab dari masing-masing pemangku kepentingan, bagaimana bentuk interaksi dan intervensi kebijakan apa yang diperlukan, serta pendekatan-pendekatan apa yang diperlukan untuk menjamin efektivitas proses pengembangan kompetensi profesi MSDM di Indonesia. Model pengembangan kompetensi profesi MSDM perlu disusun dan dijadikan acuan didalam langkah pengembangan kompetensi praktisi MSDM di Indonesia. Proses evolusi fungsi MSDM di dunia global serta perubahan kawasan dengan diberlakukannya MEA 2015 menjadikan Indonesia menghadapi proses perubahan yang harus diantisipasi untuk menjadikan Indonesia tetap eksis dan mampu memanfaatkan perubahan itu sebagai peluang dan tantangan. Praktisi MSDM di Indonesia berjumlah ribuan dan tersebar mulai dari perusahaan atau instansi pemerintahan yang berukuran kecil, sedang, hingga besar, dan mulai perusahaan yang berkantor pusat di dalam negeri/domestik hingga perusahaan multi nasional yang berafiliasi dengan negara-negara di luar Indonesia. Para praktisi MSDM tersebut memerlukan proses pengembangan yang memadai untuk menjadi praktisi yang kompeten di bidangnya. Acuan standar kompetensi yang baku, program-program pelatihan berdasarkan kaidah pengembangan kompetensi yang efektif, keberadaan modul-modul pelatihan berbasis kompetensi, proses sertifikasi profesi yang dilaksanakan dengan integritas yang tinggi, serta proses serveilan profesi untuk memastikan kualitas kompetensi pemegang sertifikasi profesi dari waktu ke waktu perlu dilakukan untuk mendukung proses pengembangan praktisi MSDM yang berkualitas. Para pemula di bidang MSDM dan juga para lulusan perguruan tinggi yang akan memilih profesi MSDM sebagai tempat berkarir, perlu mendapatkan kerangka pengembangan profesi MSDM yang jelas dan komprehensif. Dengan mengikuti standar kompetensi sejak awal diharapkan akan dapat dicetak praktisi MSDM yang lebih baik. Model pengembangan kompetensi profesi MSDM yang mencakup peran semua pemangku kepentingan dalam mencetak, memperkuat, dan

7 mengembangkan praktisi MSDM di Indonesia perlu dirancang untuk menjadikan para praktisi MSDM di Indonesia tidak tertinggal dengan negara-negara lain baik di ASEAN maupun dunia global. Penyusunan model ini menjadi mendesak karena MEA 2015 akan diberlakukan mulai awal 2016 dan sekaligus untuk meneruskan momentum lahirnya SKKNI bidang MSDM. Keberadaan model pengembangan kompetensi akan mendukung proses pengembangan kompetensi praktisi MSDM yang lebih efektif, dan membuka kesempatan yang merata dalam mendapatkan pengembangan kompetensi di seluruh wilayah tanah air. Rancang bangun model pengembangan kompetensi praktisi MSDM di Indonesia menjadi agenda yang semakin mendesak dan penting untuk menjawab tantangan tersebut. Pertanyaan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menjawab beberapa pertanyaan, yaitu: 1. Bagaimana situasi kompetensi praktisi MSDM di Indonesia saat ini? 2. Bagaimana pengembangan kompetensi praktisi MSDM yang ideal di Indonesia? 3. Bagaimana kompetensi praktisi MSDM di Indonesia dikembangkan untuk menghasilkan praktisi MSDM yang kompeten? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis situasi kompetensi praktisi MSDM di Indonesia saat ini. 2. Merancang model pengembangan kompetensi praktisi MSDM yang ideal di Indonesia. 3. Merancang bangun model pengembangan kompetensi praktisi MSDM di Indonesia untuk menghasilkan praktisi MSDM yang kompeten. Kebaruan Penelitian Penelitian ini akan dapat memberikan kontribusi kebaruan berupa analisis situasional keberadaan kompetensi praktisi MSDM di Indonesia saat ini sebagai basis penelitian lebih lanjut dan bahan masukan proses permodelan. Kebaruan lainnya adalah model ontologi berupa aktivitas manusia yang punya maksud tentang pengelolaan kompetensi praktisi MSDM yang ideal di Indonesia untuk saat ini dan 2-3 tahun mendatang. Berdasarkan hasil analisis situasional dan model ontologi serta kajian analisis keputusan, selanjutnya dapat dirancang bangun model pengembangan kompetensi profesi MSDM di Indonesia yang dapat dijadikan acuan guna percepatan penerapan SKKNI MSDM, pelaksanaan program pelatihan MSDM berbasis kompetensi, dan program sertifikasi profesi MSDM di Indonesia.

8 Manfaat Penelitian Model pengembangan kompetensi profesi MSDM ini dapat bermanfaat bagi pengambil kebijakan seperti misalnya Kemnaker RI/Kemen PAN/Kemendiknas, atau BNSP didalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan kompetensi profesi di Indonesia khususnya profesi MSDM. Model ini akan memberikan wawasan sistemik kepada para praktisi, pakar MSDM, lembaga pelatihan dan konsultan MSDM serta LSP didalam menjalankan mekanisme pengembangan kompetensi praktisi MSDM. Hasil penelitian ini juga akan memberikan kontribusi ilmiah didalam ilmu pengetahuan dan dunia penelitian terkait dengan riset dan kajian ilmiah di bidang kompetensi praktisi MSDM di Indonesia. Dunia akademisi dapat menjadikan hasil penelitian ini didalam pengembangan kurikulum pendidikan untuk menghasilkan lulusan sarjana di bidang MSDM. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk merancang bangun model pengembangan kompetensi profesi MSDM di Indonesia. Model yang akan dibangun ini akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan mulai dari unsur praktisi, pemerintah, hingga lembaga-lembaga lain yang terlibat dalam proses pengembangan kompetensi profesi MSDM. Penelitian akan menggali aspek-aspek yang menyangkut peran dan kontribusi para pemangku kepentingan didalam proses pengembangan profesi MSDM baik yang sudah digariskan oleh regulasi pemerintah dan atau perundang-undangan beserta aturan turunannya, maupun kemungkinan bentuk interaksi atau peran baru yang akan menjadi temuan selama dilakukannya penelitian. Hasil kajian selama proses penelitian akan diramu menjadi suatu model yang dapat menggambarkan pola sistemik antar pemangku kepentingan dalam mencapai tujuan mencetak praktisi MSDM yang kompeten. Penelitian ini lebih fokus membahas bagaimana mekanisme dan pola interaksi antara pemangku kepentingan dalam membangun kompetensi profesi MSDM di Indonesia. Pengkajian aspek yang mencakup definisi dan model kompetensi praktisi MSDM, proses evolusi fungsi MSDM, serta beberapa hasil penelitian terdahulu tentang kompetensi profesi MSDM baik di Indonesia maupun di dunia global dilakukan untuk menunjang pemahaman yang komprehensif terhadap kompetensi praktisi MSDM. Informasi mengenai keberadaan kompetensi profesi MSDM di Indonesia saat ini akan didapatkan dengan melakukan analisa situasional dengan kajian kuisioner yang melibatkan beberapa responden dari praktisi, pakar, dan pengguna layanan MSDM. Penelitian lebih mendalam dilakukan dengan melibatkan para pakar MSDM di Indonesia untuk mendapatkan identifikasi situasi problematik yang dihadapi komunitas MSDM di Indonesia saat ini berkenaan dengan kompetensi praktisi MSDM, melalui proses wawancara yang detail dan mendalam. Situasi problematik yang dihadapi oleh para praktisi MSDM berkenaan dengan kompetensinya divisualisasikan untuk menunjang pemahaman yang komprehensif terhadap kompetensi praktisi MSDM. Peneliti akan merangkai permodelan ontologis untuk mengurai apa saja akar definisi (root definition) yang relevan

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB