BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
|
|
- Indra Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi tinggi merupakan salah satu kunci untuk memenangkan persaingan di pasar internasional. Keunggulan SDM juga penting dalam mencapai keberhasilan pembangunan. Dinamika globalisasi menuntut kesiapan dalam mengantisipasi dampak persaingan industri dan bisnis konstruksi. Peningkatan kemampuan SDM konstruksi memerlukan upaya pembinaan yang berkelanjutan agar menghasilkan tenaga-tenaga yang produktif dan kompeten. Upaya tersebut dilakukan dengan peningkatan keterampilan dan keahlian melalui pelatihan dan pengujian yang berbasis pada kompetensi (Competency Based Training/CBT). Langkah yang perlu dilakukan yaitu menetapkan standar kompetensi kerja keterampilan/keahlian tenaga kerja konstruksi menurut bidangnya masing-masing. Implementasi standar kompetensi yang tepat dan terukur akan memantapkan potensi tenaga kerja konstruksi yang profesional pada bidang pekerjaan terkait dan mendorong untuk meningkatkan daya saing di pasar kerja. Strategi untuk mempercepat pencetakan tenaga terampil dan tenaga ahli konstruksi memerlukan penyamaan persepsi antara unit pembina di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Hal tersebut guna mengatasi berbagai keterbatasan dan melalui permasalahan yang dihadapi dalam era globalisasi (Subarkah, 2007). Tahun 2015 merupakan tahun kesepakatan berbagai negara bahwasanya semua bidang usaha maupun tenaga kerja menjadi terbuka. Indonesia pada tahun di mulainya kesepakatan keterbukaan tentu akan menjadi sasaran para pengusaha asing dan juga para tenaga kerjanya, salah satunya adalah dalam dunia jasa konstruksi (Jakon, 2013). Kesai (2013) menjelaskan betapa pentingnya pembangunan insfrastruktur Pekerjaan Umum (PU). Tenaga kerja konstruksi Indonesia belum memiliki kompetensi yang bagus untuk bersaing dengan negara lain dalam melakukan pembangunan infrastruktur. Kesai (2013) juga memberikan gambaran SDM merupakan modalitas utama sektor konstruksi disamping teknologi, kapital 1
2 2 material dan peralatan merupakan faktor sangat menentukan. Efisiensi, kualitas infrastruktur dan bangunan fisik lainnya sangat tergantung dari kompetensi SDM konstruksi. Data BPS dan LPJK mencatat bahwasanya jumlah tenaga kerja konstruksi tahun 2012 sebesar 6,79 juta orang dan tahun 2013 diperkirakan kebutuhan akan meningkat menjadi tidak kurang dari 7 juta orang. Kebutuhan tenaga kerja konstruksi yang terus meningkat tetapi tidak diikuti dengan meningkatnya kualitas SDM konstruksi. Jumlah tenaga kerja yang bersertifikat kompetensi berjumlah sekitar 467 ribu orang atau sekitar 6,9 persen dari total tenaga kerja konstruksi. Kesai (2013) menjelaskan lebih dari 66 persen tenaga kerja konstruksi belum terlatih dan dari tingkat pendidikan juga masih rendah. Indikasi ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan BPS tahun 2014, di mana presentasi tenaga kerja konstruksi dengan tingkat pendidikan SD kebawah mencapai 52 persen. Tingkat Diploma/Universitas jumlah tenaga kerja konstruksi hanya sebesar 4 persen. Sertifikat keahlian dan sertifikat keterampilan merupakan keharusan bagi mereka yang bekerja di bidang jasa konstruksi tertuang dalam ketentuan Pasal 9 UU No. 18/1999 tentang jasa konstruksi yang menyatakan bahwa perencana konstruksi dan pengawas konstruksi orang perseorangan harus memiliki sertifikat keahlian, pelaksana konstruksi orang perseorangan harus memiliki sertifikat keterampilan kerja dan sertifikat keahlian kerja, orang perseorangan yang dipekerjakan oleh badan usaha sebagai perencana konstruksi, pengawas konstruksi atau tenaga tertentu dalam badan usaha pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keahlian, tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian kerja. Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2000 pasal 1 tentang usaha dan peran masyarakat jasa konstruksi yang merupakan peraturan pelaksanaan dari UU No. 18/1999 tersebut menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sertifikat adalah tanda bukti pengakuan atas kompetensi dan kemampuan profesi keterampilan kerja dan keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa
3 3 konstruksi menurut disiplin keilmuan dan atau keterampilan tertentu dan atau kefungsian dan atau keahlian tertentu (HPJI, 2014). Modul HPJI (2008) menyatakan seorang ahli pelaksana atau ahli pengawas jalan/jembatan yang diposisikan dalam jabatan construction manager atau supervision engineer harus dapat memahami prinsip-prinsip manajemen proyek yang secara umum mengandung aspek-aspek teknis maupun aspek administratif. Tenaga ahli juga perlu dibekali dengan pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja serta pengendalian lingkungan. Penerapan tugas Asosiasi profesi merupakan implementasi materi modul yang sudah diberikan pada saat sertifikasi. Kegiatan yang dilakukan di lapangan dapat dinyatakan baik apabila sesuai dengan prosedur yang diajarkan pada sertifikasi ahli jalan. Asosiasi profesi berkewajiban untuk membuat dan mengajarkan tata cara dan tahapan dalam pelaksanaan setiap jenis kegiatan konstruksi. Tugas Asosiasi profesi yang tercakup dalam Sidlacom sebagian besar sudah diajarkan pada modul sertifikasi tetapi perlu adanya penambahan beberapa materi yang dianggap perlu untuk keselamatan jalan dan peningkatan penggunaan software dalam database pelaksanaan jalan. Pemilihan Asosiasi profesi HPJI disebabkan oleh tidak tersedia nya modul dari Asosiasi profesi lainnya seperti Inkindo (Ikatan Nasional Konsultan Indonesia) dan AKI (Asosiasi Kontraktor Indonesia) sehingga tidak bisa dibandingkan dengan atribut indikator Sidlacom. Jumlah tenaga kerja yang terlibat pada bidang konstruksi di Provinsi D.I. Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel tersebut menjelaskan bahwa jumlah tenaga konstruksi pada provinsi ini sangat rendah. Data terakhir pada Februari 2014 jumlah tenaga konstruksi menurun sebesar 0,70 % dari bulan Agustus Perbandingan jumlah tenaga kerja konstruksi secara nasional yang bersertifikasi sebesar 6,9% maka Provinsi D.I. Yogyakarta yang berada 2,06% dibawah jumlah tenaga konstruksi nasional dan belum tentu bersertifikasi maka dianggap perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
4 4 Tabel 1.1. Persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama Februari 2012 Februari 2014 Provinsi DI Yogyakarta Lapangan Kerja Utama Feb 2012 Agus 2012 Feb 2013 Agus 2013 Feb 2014 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Pertanian 25,43 27,82 24,38 28,18 25,42 Industri Pengolahan 15,65 14,97 12,96 13,36 14,91 Konstruksi 5,68 6,92 6,39 5,54 4,84 Perdagangan, Hotel dan Restoran 26,37 24,52 26,38 25,87 26,64 Pengangkutan dan Komunikasi 3,72 3,27 3,87 3,48 3,78 Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 2,68 3,06 3,34 2,87 3,37 Jasa-jasa 20,25 18,58 21,46 19,93 20,75 Lainnya (Pertambangan, Penggalian, Listrik, Gas dan Air Minum 0,22 0,86 1,22 0,77 0,29 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Provinsi DI Yogyakarta (2014) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskan masalah yang terkait dengan penerapan tugas asosiasi profesi terhadap peningkatan kualitas SDM penyedia jasa bidang jalan: (1) Bagaimana pengaruh atribut indikator survei data dan informasi terhadap penilaian penerapan tugas Asosiasi profesi bidang jalan (Survey)? (2) Bagaimana pengaruh atribut indikator investigasi permasalahan lapangan terhadap penilaian penerapan tugas Asosiasi profesi bidang jalan (Investigation)? (3) Bagaimana pengaruh atribut indikator DED jalan terhadap penilaian penerapan tugas Asosiasi profesi bidang jalan (Design)? (4) Bagaimana pengaruh atribut indikator pembebabasan lahan untuk perencanaan konstruksi jalan terhadap penilaian penerapan tugas Asosiasi profesi bidang jalan (Land Acquisition)? (5) Bagaimana pengaruh atribut indikator penyusunan sasaran program untuk pengembangan jaringan jalan terhadap penilaian penerapan tugas Asosiasi profesi bidang jalan (Action Program)?
5 5 (6) Bagaimana pengaruh atribut indikator problem pekerjaan konstruksi jalan terhadap penilaian penerapan tugas Asosiasi profesi bidang jalan (Construction)? (7) Bagaimana pengaruh atribut indikator problem kondisi jalan pasca konstruksi terhadap penilaian penerapan tugas Asosiasi profesi bidang jalan (Operation)? (8) Bagaimana pengaruh atribut indikator problem pemeliharaan jalan terhadap penilaian penerapan tugas Asosiasi profesi bidang jalan (Maintenance)? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian analisis penerapan tugas Asosiasi profesi terhadap peningkatan kualitas SDM penyedia jasa bidang jalan adalah untuk mendapatkan: (1) Atribut indikator survei data dan informasi terhadap penilaian penerapan tugas Asosiasi profesi bidang jalan (Survey)? (2) Atribut indikator investigasi permasalahan lapangan terhadap penilaian penerapan tugas Asosiasi profesi bidang jalan (Investigation)? (3) Atribut indikator DED jalan terhadap penilaian penerapan tugas Asosiasi profesi bidang jalan (Design)? (4) Atribut indikator pemahaman pembebasan lahan untuk perencanaan konstruksi jalan terhadap penilaian penerapan tugas Asosiasi profesi bidang jalan (Land Acquisition)? (5) Atribut indikator penyusunan sasaran untuk pengembangan jaringan jalan terhadap penilaian penerapan tugas Asosiasi profesi bidang jalan (Action Program)? (6) Atribut indikator problem pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan terhadap penilaian penerapan tugas Asosiasi profesi bidang jalan (Construction)? (7) Atribut indikator problem kondisi jalan pasca konstruksi terhadap penilaian penerapan tugas Asosiasi profesi bidang jalan (Operation)? (8) Atribut indikator problem pemeliharaan jalan terhadap penilaian penerapan tugas Asosiasi profesi bidang jalan (Maintenance)?
6 6 D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat dibagi menjadi dua manfaat, yakni manfaat teoritis dan manfaat teknis. Manfaat teoritis yang diperoleh tentang masalah asosiasi profesi yang berkaitan dengan penanganan jalan nasional pada Provinsi D.I. Yogyakarta, antara lain: (1) Memahami dan mengembangkan metode analisis pemetaan problem penyelenggaraan jalan nasional yang berdasarkan integrasi SIDLACOM (2) Memahami dan mengembangkan teori pengambilan keputusan Importance- Performance Analysis (IPA) sehingga dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan (3) Memahami dan mengembangkan teori perpaduan antara IPA, CSI, analisis faktor dan faktor regresi untuk menentukan fokus masalah utama Manfaat praktis yang diperoleh diperoleh tentang fokus masalah asosiasi profesi yang berkaitan dengan penanganan jalan nasional pada Provinsi D.I. Yogyakarta, antara lain: (1) Memberikan masukan kepada Asosiasi profesi yang terlibat Provinsi D.I. Yogyakarta dalam mengetahui fokus masalah dari sisi Asosiasi profesi serta solusi penanganannya (2) Memberikan masukan dalam penilaian penerapan tugas asosiasi profesi guna perbaikan SDM di masa yang akan datang E. Batasan Penelitian Batasan penelitian dalam menganalisis permasalahan yang terjadi supaya tidak meluas dan menyimpang dari tema yang ditentukan, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut: (1) Penelitian dilakukan di Provinsi D.I. Yogyakarta (2) Status pekerjaan penanganan jalan yang ditinjau adalah jalan nasional di Provinsi D.I. Yogyakarta (3) Objek penelitian merupakan pihak atau pelaku yang terlibat/terkait langsung dengan asosiasi profesi yaitu kontraktor, konsultan dan owner yang pernah
7 7 atau sedang menangani pekerjaan pada jalan nasional di Provinsi D.I. Yogyakarta (4) Asosiasi profesi penyedia jasa bidang jalan yang teliti adalah Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI) Provinsi D.I. Yogyakarta (5) Penelitian ini tidak memperhitungkan hari atau waktu pelaksanaan survei F. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan adalah: (1) Hadi (2009) melakukan penelitian eksplorasi peran lembaga asosiasi kontraktor terhadap anggota asosiasi. Penelitian ini dilakukan pada asosiasi Gapeknas dan Gapeksindo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran asosiasi kontraktor dalam peningkatan kemampuan sumber daya konstruksi anggotanya. Teknik analisis yang digunakan adalah frekuensi dan crosstabulation. (2) Ardiyansyah, dkk (2013) melakukan penelitian tentang kontribusi sertifikasi SDM konstruksi terhadap kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan. Salah satu faktor utama penyebab kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan itu adalah faktor SDM. Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui besar kontribusi pekerja konstruksi tersertifikasi terhadap kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan. Data pekerja konstruksi tersertifikasi didapatkan dari LPJKD Provinsi Jawa Tengah, sedangkan data jumlah seluruh pekerja konstruksi di Jawa Tengah didapatkan dari BPS. (3) Mustazir (2002) melakukan analisis tentang pengaruh sertifikasi tenaga ahli jembatan terhadap mutu jembatan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh sertifikasi tenaga ahli jembatan yang terhadap mutu jembatan. Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah Korelasi Pearson, uji t, dan analisis regresi berganda. Perbedaan yang mendasar dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah tujuan dari penelitiannya. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hadi (2009) bertujuan untuk mengetahui peran asosiasi profesi kontraktor dalam
8 8 peningkatan kemampuan sumber daya konstruksi anggotanya, Ardiyansyah, dkk (2013) bertujuan untuk mengetahui besar kontribusi pekerja konstruksi tersertifikasi terhadap kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan dan Mustazir (2002) melakukan penelitian bertujuan untuk meneliti pengaruh sertifikasi tenaga ahli jembatan yang terhadap mutu jembatan. Perbedaan lainnya dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah metode yang digunakan dalam pengolahan datanya. Penelitian terdahulu oleh Hadi (2009) menggunakan metode frekuensi dan crosstabulation, Ardiyansyah dkk (2013) dengan menggunakan data dari BPS dan Mustazir (2002) mengolah datanya analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah Korelasi Pearson, uji t, dan analisis regresi berganda. Penelitian ini menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA), Customer Satisfaction Index (CSI), analisis faktor dan faktor regresi dengan menggunakan software SPSS. Hasil dari empat metode tersebut dikombinasikan untuk mendapatkan atribut indikator utama yang penting dan perlu ditangani secara serius. Setiap atribut tersebut juga akan ditentukan solusi penanganan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam mengatasi permasalahan Asosiasi profesi.
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini diamanatkan di dalam Undang Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan yang
Lebih terperinci2. Pra-studi kelayakan Studi kelayakan Rencana induk DED (Detail Engineering Design) Studi AMDAL...
DAFTAR ISI 6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xxx DAFTAR
Lebih terperinciperencanaan jalan... 86
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xviii INTISARI...
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN
1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur transportasi darat yang berperan sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Jalan berfungsi untuk mendukung kegiatan
Lebih terperinciPENGARUH ATRIBUT SIDLACOM TERHADAP PENILAIAN KINERJA JASA KONSULTANSI CORE TEAM JALAN NASIONAL PADA SNVT-P2JN PROVINSI GORONTALO
PENGARUH ATRIBUT SIDLACOM TERHADAP PENILAIAN KINERJA JASA KONSULTANSI CORE TEAM JALAN NASIONAL PADA SNVT-PJN PROVINSI GORONTALO Rahmat MSTT-JTSL Fakultas Teknik Uiversitas Gadjah Mada, Yogyakarta Telp:
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
163 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil analisis terhadap penilaian kinerja konsultan perencana dalam pembangunan jalan nasional menuju pelaksanaan kontrak berbasis kinerja di wilayah kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan sebagai salah satu bagian prasarana transportasi darat memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN JALAN NASIONAL BERBASIS INDIKATOR SIDLACOM
IDENTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN JALAN NASIONAL BERBASIS INDIKATOR SIDLACOM Anggoro Ary Sutio MSTT-JTSL Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Tlp. (0274) 524712 anggoro_ary_sutio@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan jalan di Indonesia merupakan prasarana transportasi yang paling dominan (90% angkutan barang menggunakan moda jalan dan 95% angkutan penumpang menggunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur jalan nasional merupakan poros pertumbuhan perekonomian masyarakat yang mendukung peningkatkan kemakmuran dari segala aspek kehidupan. Selain itu, infrastruktur
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KINERJA SATUAN KERJA (SATKER) PROYEK PENANGANAN JALAN NASIONAL
IDENTIFIKASI KINERJA SATUAN KERJA (SATKER) PROYEK PENANGANAN JALAN NASIONAL (Studi Kasus: Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Bangka Belitung, di Wilayah Kerja BBPJN-III) Syahputra Amaldani Ginting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan, dikemukakan bahwa jalan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang memegang peranan penting
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 603/PRT/M/2005 TENTANG
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 603/PRT/M/2005 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA BIDANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era modern ini semakin banyak pembangunan yang terus-menerus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini semakin banyak pembangunan yang terus-menerus dilakukan. Kebutuhan yang selalu meningkat membuat banyak orang yang ingin terus melakukan pembangunan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Skema bagan alir dalam tahapan penelitian kajian tentang manajemen kualitas dengan kegagalan kosntruksi dapat dilihat pada gambar skema di bawah ini :
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *)
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.32/05/64/Th.XVIII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *) Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada 2015 mencapai 1,65 juta orang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri konstruksi merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian bangsa, dimana konstribusi industri konstruksi akan meningkat sejalan dengan kemajuan perekonomian
Lebih terperinciTabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)
3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1
Lebih terperinciPemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul
Sumber: BPS Kabupaten Bantul. 5,93% 6,67% 18,53% 13,28% PDRB Tahun 2003 Kabupaten Bantul 8,16% 0,77% 25,15% 20,33% 1,18% 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 96/11/64/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Agustus 2016 tercatat sebanyak 1.717.892
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN Jumlah penduduk yang bekerja
Lebih terperinciRENCANA KERJA PROYEK / SATUAN KERJA (TOR) BAGIAN/BIDANG :.., UNIT KERJA : Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
Pemberdayaan dan TOT PJT Badan Usaha 1.492.988.000 Kinerja Proyek 691.774.000 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT P DES manajemen usaha Meningkatnya jumlah penanggung jawab teknik badan usaha jasa
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 80/11/64/Th. XVIII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Agustus 2015 tercatat sebanyak
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosialbudaya, dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan
Lebih terperinciRILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO
RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO 2 Penjelasan Umum Sensus Ekonomi 2016 Sensus Ekonomi merupakan kegiatan pendataan lengkap atas seluruh unit usaha/perusahaan (kecuali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri jasa konstruksi telah mengalami kemajuan yang sangat cepat, dan pasar konstruksi sudah terjadi lintas negara. Kita tidak dapat mengelak ataupun menghambat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang bekerja di sektor
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2015*)
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.33/05/64/Th.XVIII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2015*) Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Utara pada 2015 mencapai 287 ribu orang yang
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 28/05/34/Th.XVIII, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN Jumlah penduduk yang bekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari tahun 2013 mencapai 114,1 juta orang dengan jumlah pekerja di sektor konstruksi sebesar
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No 81/11/64/Th. XVIII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Utara pada Agustus 2015 tercatat sebanyak
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 31/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN Jumlah penduduk yang bekerja
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 31/05/21/Th. VI, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2011 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEBESAR 7,04 PERSEN Jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen RI No. 34 Tahun 2006 menyatakan bahwa jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM Penanaman modal asing (PMA) merupakan pemindahan modal dari suatu negara ke negara lain. Modal yang dialirkan dari negara satu ke negara lainnya dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 67/11/34/Th.XVII, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN Hasil Survei Angkatan Kerja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Jasa Konstruksi di Indonesia Menurut Hillebrandt (1985), industri jasa konstruksi merupakan industri yang mencakup semua pihak yang terkait dengan proses konstruksi,
Lebih terperinciJumlah Penduduk Kabupaten/Kota di DIY (Jiwa)
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi saat ini sedang dibangun oleh pemerintah, karena pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi merupakan upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pekerjaan konstruksi merupakan suatu proses yang besar, yang melibatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pekerjaan konstruksi merupakan suatu proses yang besar, yang melibatkan berbagai disiplin ilmu, sumber daya dan memiliki keunikan tersendiri. Definisi pekerjaan (proyek)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri jasa konstruksi memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan nasional mengingat industri jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan
Lebih terperinciPerkembangan Ekonomi Propinsi Nusa Tenggara Barat...Ida Bgs, Eka Artika 101
ABSTRAK GaneÇ Swara Vol. No., September 010 PERKEMBANGAN EKONOMI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT DITINJAU DARI LAPANGAN USAHA ( KAJIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TAHUN 00 00) IDA BGS. EKA ARTIKA Fak.
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.37/05/64/Th.XIX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2016 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Februari 2016 mencapai 1.650.377 orang,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014
No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila
Lebih terperinciO H T UUJK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA
O H T UUJK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Jl. Sapta Taruna Raya Kompleks
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012
BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 No. 01/07/1221/Th. V, 8 Juli 2013 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan Produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lokal maupun asing, Bali tentu saja harus memiliki berbagai infrastruktur dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang digemari oleh wisatawan lokal maupun asing, Bali tentu saja harus memiliki berbagai infrastruktur dalam menunjang akomodasi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen
No. 26/05/75/Th. VI, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen PDRB Gorontalo pada triwulan I tahun 2012 naik sebesar 3,84 persen dibandingkan triwulan
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.43/05/64/Th.XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Februari 2017 mencapai 1.678.913 orang,
Lebih terperinciMODUL 1 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK
MODUL 1 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK (UU 2/2017 & PP 29/2000 Jo PP 54/2016) admikon2@gmail.com MODUL BIMBINGAN TEKNIS ADMINISTRASI KONTRAK KONSTRUKSI Modul 1 : Kebijakan Penyusunan Dok. Kontrak
Lebih terperinciJurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Makalah Seminar Tugas Akhir Kontribusi Sertifikasi SDM Konstruksi Terhadap Kegagalan Konstruksi Dan Kegagalan Bangunan Studi Kasus Provinsi Jawa Tengah Dedy Ardiansyah 1) Hasmi Nailul Jati Utomo DH Frida
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang sangat esensial dalam usaha memajukan perekonomian bangsa. Usaha yang dimaksud dalam bidang ini adalah penyediaan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN
BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini akan menganalisis dampak dari injeksi pengeluaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada sektor komunikasi terhadap perekonomian secara agregat melalui sektor-sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wayu Hidayat. Faktor-faktor risiko,... FT UI., 2007.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemahaman tentang konstruksi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: teknologi konstruksi (construction technology) dan manajemen konstruksi (construction
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dunia konstruksi di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.44/05/64/Th.XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Utara pada Februari 2017 mencapai 324.586 orang, bertambah
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang
9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator untuk menentukan atau menilai apakah suatu negara pembangunannya berhasil atau tidak. Produk Domestik Regional Bruto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017 No. 65/11/34/Thn.XIX, 6 Nopember 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI D.I YOGYAKARTA Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN
q BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.29/05/34/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN Pada Februari 2017, Penduduk
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 29/05/12/Th. XIX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,49 PERSEN angkatan kerja di Sumatera
Lebih terperinciAnalisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /
BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 65/11/61/Th. XIX, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,23 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Kalimantan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. III.1. Program Rencana Penelitian Program rencana penelitian ini disusun seperti tampak pada gambar berikut:
42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Program Rencana Penelitian Program rencana penelitian ini disusun seperti tampak pada gambar berikut: Undang-Undang No 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada akhir tahun 2015 ini, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, akan memasuki era baru penerapan perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara, yaitu ASEAN Free Trade
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu globalisasi ekonomi dunia yang terkait dengan sektor industri telah berkembangan dengan sangat cepat. Dalam upaya menangani isu-isu globalisasi dan dampak yang
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017
No.08/05/62/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017 Februari 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,13 persen angkatan kerja
Lebih terperinciPROGRAM STUDI MAGISTER REKAYASA PERTAMBANGAN PERIODE JANUARI DESEMBER 2016
PROGRAM STUDI MAGISTER REKAYASA PERTAMBANGAN PERIODE JANUARI DESEMBER 2016 FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2016 Visi Misi Pendidikan Pasca Sarjana Magister Rekayasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pembangunan ekonomi tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dengan cara mencapai pertumbuhan ekonomi yang
Lebih terperinciBUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,
BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran
Lebih terperinci-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Timur Agustus 2017 No.92/11/64/Th.XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Timur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses mutlak yang harus dilakukan oleh suatu bangsa dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh bangsa tersebut.
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 29/05/61/Th. XIX, 04 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,58 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Kalimantan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016
No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2012
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No 41/11/64/Th. XV, 5 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2012 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Agustus 2012 tercatat sebanyak 1.777.381
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal semakin tinggi. Menurut Susanti
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia yang sangat cepat berimplikasi terhadap kepadatan suatu kota. Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat tersebut mengakibatkan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. 1. perkembangan ekonomi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses perubahan pada masyarakat yang diikuti penyesuaian sistem sosial untuk mencapai kesejahterahan masyarakat. Pembangunan ekonomi
Lebih terperinciSLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)
SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) Judul Pelatihan : AHLI DESAIN HIDRO MEKANIK (HYDRO MECHANICAL DESIGN ENGINEER) Kode Jabatan Kerja : INA. 5220.112.09 Kode Pelatihan :... DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang berlimpah. Sumber daya alam yang telah tersedia harus diolah oleh
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011
BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 No. 01/06/1221/Th. IV, 30 Juli 2012 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2011 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016
No. 056/11/14/Th. XVII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,43 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2016
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.37/05/33/Th.IX, 05 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2015 yang sebesar 18,29 juta
Lebih terperinciKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Jakarta, 18 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI 2 Rencana Pembangunan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 220/12/21/Th. V, 1 Desember 20 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 20 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEMAKIN TURUN Jumlah angkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita dengan cara mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan implementasi serta bagian integral dari pembangunan nasional. Dengan kata lain, pembangunan nasional tidak akan lepas dari peran
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk
Lebih terperinci