BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ditularkan kepada manusia melalui makanan (Suardana dan Swacita, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang

BAB I PENDAHULUAN. Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli

BAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli O157:H7 merupakan salah satu enterohaemorrhagic

BAB I PENDAHULUAN. Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencernaan pada manusia. Bakteri Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh Theodor

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu kecamatan yang berada di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi adalah hewan ternak yang merupakan famili Bovidae dari subfamili

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh Theodor Escherich pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. daging bagi masyarakat (BSN, 2008). Daging sapi sebagai protein hewani adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dan juga hewan. Bakteri Coliform adalah bakteri indikator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Abiansemal adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Badung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki klorofil dengan ukuran rata-rata selnya 0,5-1 x 2-5 μm, memiliki bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tergolong dalam filum Proteobacteria, kelas Gammaproteobacteria, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Coliform adalah bakteri yang termasuk dalam famili Enterobactericeae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok

BAB I PENDAHULUAN. kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain

Morfologi dan Taksonomi Escherichia coli

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Data-data cemaran mikrobia pada produk susu mentah sudah ada dari

TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam

TINJAUAN PUSTAKA Campylobacter jejuni

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

COXIELLA BURNETII OLEH : YUNITA DWI WULANSARI ( )

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ternak ruminansia khususnya sapi pada umumnya adalah bakteri yang berasal dari

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh

TINJAUAN PUSTAKA Foodborne Disease

I. PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)

TINJAUAN PUSTAKA. xvii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agustine(2008) kerang hijau (green mussels) diklasifikasikan

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella sp merupakan salah satu bakteri patogen yang dapat menimbulkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undang yang berlaku dan dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kelebihan berat badan, anemia, dan sebagainya (Rahal et al., 2014). Sayuran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

: Clostridium perfringens

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Escherich 1885) dengan seluruh patogenitasnya di infeksi saluran pencernaan.

RABBIT FEVER?? Francisella tularensis

Jurnal Kajian Veteriner, Edisi Desember 2016 Volume 4, No 2 : 21-27

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Air dan Standar Air Pengertian air Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terdapat di alam yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Peningkatan kebutuhan

BAKTERI YANG MENCEMARI SUSU SEGAR, SUSU PASTEURISASI DAN CARA PENGENDALIANNYA Oleh: Dewi Hernawati ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae

UJI BAKTERIOLOGI AIR ES BATU BALOK DI DAERAH PABELAN. SUKOHARJO DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat

Prevalensi Infeksi Escherichia coli O157:H7 pada Sapi Bali di Kecamatan Mengwi dan Kuta Selatan, Badung, Bali

DETEKSI GEN STX-2 DARI Escherichia coli O157:H7 HASIL ISOLASI FESES SAPI BALI DI KECAMATAN KUTA SELATAN KABUPATEN BADUNG SKRIPSI

Bacillius cereus siap meracuni nasi anda

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Hasil

I. PENDAHULUAN. Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat mutu susu segar menurut SNI tentang Susu Segar

TINJAUAN PUSTAKA UNIVERSITAS MEDAN AREA

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. feses lebih banyak dari biasanya yaitu biasanya lebih dari 200 g atau setara

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia.

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii

TINJAUAN PUSTAKA Kepentingan Higiene dan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disantap mentah. Lalap biasanya terdiri dari kol, ketimun, daun kemangi,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Klebsiella pneumoniae. Gamma Proteobacteria Enterobacteriaceae. Klebsiella K. pneumoniae. Binomial name Klebsiella pneumoniae

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terkait meningkatnya konsumsi masyarakat akan daging babi. Khusus di Bali, ternak

I. PENDAHULUAN. Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati

MIKROORGANISME PATOGEN. Prepare by Siti Aminah Kuliah 2. Prinsip Sanitasi Makanan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kebutuhan air kita menyangkut dua hal. Pertama, air untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri ini merupakan indikator kualitas air karena keberadaannya menunjukan bahwa

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL

I. PENDAHULUAN. hewan adalah bakteri. Mikroorganisme tersebut memiliki peranan yang positif

= Campylobacter jejuni

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Bakteri juga banyak terdapat pada saluran pencernaan ternak

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Geografis Kecamatan Kuta Selatan Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º46 58.7 LS dan 115º05 00-115º10 41.3 BT, berada pada ketinggian 0-200 meter di atas permukaan laut (Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung, 2012). Kecamatan Kuta Selatan secara administratif terdiri dari Desa Pecatu, Desa Ungasan, Desa Kutuh, Kelurahan Benoa, Kelurahan Tanjung Benoa dan Kelurahan Jimbaran. Desa dan kelurahan yang ada dibagi lagi menjadi 62 banjar atau lingkungan (Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung, 2012). Kecamatan Kuta Selatan selain memiliki lembaga desa secara administratif, juga memiliki lembaga desa adat. Lembaga desa adat mempunyai peranan tidak kalah penting dari desa secara administratif dalam pembangunan desa. Desa adat dipimpin oleh seorang bendesa adat. Kecamatan Kuta Selatan saat ini memiliki 9 desa adat (Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung, 2012). Berdasarkan data hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di Kecamatan Kuta Selatan mencapai 115.918 jiwa yang teridiri dari 59.620 laki-laki dan 56.298 perempuan, dengan penduduk usia produktif (15-64 tahun) mencapai 68,87% dari total penduduk (Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung, 2012). Menurut data yang diperoleh dari unit pelaksana teknis Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kecamatan Kuta Selatan pada tahun 2012, jumlah ternak sapi di wilayah ini sebanyak 10.958 ekor yang tersebar di tiga desa dan tiga kelurahan yaitu Desa Pecatu berjumlah 4.139 8

9 ekor, Desa Ungasan berjumlah 2.122 ekor, Desa Kutuh berjumlah 1.546 ekor, Kelurahan Benoa berjumlah 1.734, Kelurahan Jimbaran berjumlah 1.382 ekor dan Kelurahan Tanjung Benoa berjumlah 35 ekor (Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung, 2012). Menurut data yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG Stasiun Ngurah Rai-Kuta, 2014) secara geografis suhu udara, kelembaban udara dan curah hujan di Kecamatan Kuta Selatan pada tahun 2009 sampai 2013 disajikan dalam Tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1. Data Suhu, Kelembaban dan Curah Hujan di Kecamatan Kuta Selatan Tahun Suhu Udara ( o C) Kelembaban Udara (%) Curah Hujan (millimeter) 2009 27,05 82,81 115,16 2010 27,60 83,86 208,55 2011 26,80 82,49 142,75 2012 26,86 80,60 247,66 2013 27,36 80,37 115,35 Rata-rata 27,14 82,03 165,89 Sumber : BMKG Wilayah III Denpasar (2014). 2.2 Escherichia coli Coliform digolongkan dalam 2 kelompok yaitu coli fecal dan coli non fecal. Coli fecal (Escherichia coli) biasanya berasal dari saluran pencernaan manusia dan hewan sedangkan coli non fecal bukan berasal dari saluran pencernaan manusia dan hewan. Escherichia coli merupakan flora normal yang hidup di dalam saluran pencernaan manusia dan hewan. Escherichia coli berperan dalam mensintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu, asamasam empedu, dan penyerapan zat-zat makanan serta pada lingkungan, bakteri E.coli berperan sebagai pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan (Ganiswarna, 1995).

10 Klasifikasi Escherichia coli menurut Todar (2008) adalah : Domain Phylum Class Ordo Family Genus Species : Bacteria : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriales : Enterobacteriaceae : Escherichia : E. coli Bakteri Escherichia coli berbentuk batang dengan panjang 1 sampai 3 μm dan lebar 0,4 sampai 0,7 μm. Escherichia coli bersifat Gram negatif, tidak berkapsul, dapat bergerak dengan aktif karena memiliki flagella peritrik, bersifat aerob maupun anaerob fakultatif dan terdapat dalam saluran pencernaan manusia maupun hewan. Escherichia coli dapat tumbuh pada suhu antara 4 sampai 46 0 C dengan suhu optimum 37 0 C sedangkan ph untuk pertumbuhan antara 4 sampai 8,5 dengan ph optimum 7 sampai 7,5 dan E.coli relatif peka terhadap suhu dan pemanasan (Suryawiria, 1996). Escherichia coli merupakan salah satu agen yang akan bersifat patogen jika jumlahnya dalam saluran pencernaan meningkat atau berada di luar habitat aslinya (usus). Escherichia coli menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan beberapa kasus diare. Manifestasi klinik infeksi oleh E.coli bergantung pada tempat infeksi dan tidak dapat dibedakan dengan gejala infeksi yang disebabkan oleh bakteri lain (Jawetz et al.,1996 dalam Mahayani, 2004).

11 Berdasarkan patogenisitas, bakteri digolongkan menjadi bakteri patogen oportunistik dan non patogen. Faktor yang mempengaruhi virulensi bakteri dan kemampuan untuk menyebabkan penyakit atau infeksi adalah kemampuan invasi sel inang dan jaringan serta toksin yang dihasilkan, seperti eksotoksin lipo-polisakarida, peptidoglikan, enzim dan faktor antifagosit. Escherichia coli tergolong patogen yang tumbuh secara aerob maupun anaerob (Carter et al.,1997 dalam Mahayani, 2004). Infeksi E.coli pada manusia dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi asal hewan yang kurang matang dan bahan lain yang terkontaminasi. Makanan yang terkontaminasi E.coli jika dikonsumsi akan menghuni saluran cerna. Selanjutnya E.coli membentuk koloni pada sel-sel epitel dari selaput mukosa usus dan menimbulkan kerusakan usus kemudian akan diekskresikan bersama feses. Feses yang mengandung E.coli akan mencemari air atau bahan lainya sehingga memungkinkan terjadi infeksi pada inang yang peka. Bakteri E.coli di dalam saluran cerna akan dipengaruhi oleh pertahanan tubuh non spesifik dari inang seperti ph lambung, gerakan peristaltik usus, lendir usus, lisosim dari usus, laktoferin, dan flora normal (Gyles et al., 1981 dalam Suwito, 2009). 2.3 Escherichia coli O157:H7 Escherichia coli O157:H7 merupakan salah satu E.coli yang patogen bagi manusia dan hewan. Escherichia coli O157:H7 mampu menghasilkan toksin yang disebut dengan shiga like toxin. Shiga like toxin (Stx) terdiri dari shiga like toxin 1 (Stx1) dan shiga like toxin 2 (Stx2). Shiga like toxin 1 (Stx1) sama dengan shigella dysenteriae tipe 1 dengan sifat antigenik dan daya toksisitas lebih kecil bila dibandingkan dengan shiga like toxin 2 (Stx2). Shiga like toxin 2 (Stx2) lebih bersifat antigenik serta toksisitasnya lebih tinggi (Suwito, 2009).

12 Kajian terhadap keberadaan Escherichia coli O157:H7 pada feses domba sebesar 13,2% dan daging domba sebesar 2,6% di Yogyakarta (Sumiarto et al., 2004) dan Suardana et al. (2007) serta Suardana et al. (2008) E.coli O157:H7 pada feses sapi di Bali sebesar 7,61%, pada daging sapi sebesar 5,62% dan pada feses manusia sebesar 1,30%. Escherichia coli O157:H7 juga ditemukan pada daging sapi (2,6%), feses sapi sebesar (5%), feses ayam sebesar (2,6%), manusia nonklinis sebesar (6,7%), dan manusia klinis (15%) (Suardana et al., 2012). Dijelaskan juga bahwa E.coli O157:H7 asal feses manusia klinis dengan isolat asal feses sapi di ketahui memiliki kemiripan yang tinggi sebesar 96,6%, demikian halnya antara isolat asal manusia klinis dengan isolat asal feses ayam, sehingga bisa dikatakan bahwa hewan sapi ataupun ayam berpotensi sebagai sumber penularan sebagai agen zoonosis E.coli O157:H7 (Suardana et al., 2011). Escherichia coli O157:H7 pada manusia memiliki peran penting dalam menimbulkan haemorrhagic colitis (HC). Haemorrhagic colitis (HC) pada manusia dengan gejala spesifik yang ditimbulkan berupa diare berdarah (Riley et al., 1983). Beberapa pasien dilaporkan juga mengalami hemolytic uremic syndrome (HUS) dengan gejala terjadinya kegagalan ginjal akut, hemolitica anemia microangiopatic, dan trombositopenia (Jawetz et a.l,1996; Todar, 1997; Carter and Wise, 2004). Kematian akibat hemolytic uremic syndrome (HUS) berkisar 5 sampai 10% yang disebabkan oleh E.coli O157:H7 (McCarthy et al.,1998). Serotipe lain yang juga ikut berperan dalam munculnya kasus hemolytic uremic syndrome (HUS) antara lain O26:H11, O103:H2 dan O111:H- dengan presentasi sebesar 20 sampai 25% (Johnson et al., 1996). Escherichia coli serotipe O26:H11, O103:H2, O111:H-, O145:H7, dan O157:H- merupakan serotipe lain yang

13 juga berperan untuk menimbulkan hemolytic uremic syndrome (HUS), haemorrhagic colitis (HC) dan thrombocytopenia purpura (TPP) (Carter and Wise, 2004 dalam Suwito, 2009). Jalur infeksi Escherichia coli O157:H7 pada manusia melalui dua cara yaitu infeksi secara langsung dan tidak langsung. Jalur infeksi secara langsung diperoleh dari daging asal ternak ruminansia yang tidak di masak dengan sempurna dan susu yang tidak dipasteurisasi serta makanan olahan lainya yang dalam penyajianya menggunakan bahan asal hewan seperti roti tawar isi daging sapi, buah, dan sayur yang terkontaminasi feses (Mainil dan Daube, 2005) sedangkan untuk jalur infeksi secara tidak langsung dapat melalui air dalam kolam renang yang terkontaminasi Escherichia coli O157:H7 dan kontak antar manusia (Blanco et al., 2004). 2.4 Faktor Resiko Kejadian Escherichia coli O157:H7 Menurut Sumiarto (2004) bahwa fakor resiko infeksi Escherichia coli O157:H7 pada sapi dengan kondisi fisik yang kotor berpeluang 3,22 kali lebih besar untuk terinfeksi VTEC dibandingkan dengan ternak dengan kondisi fisik yang bersih. Selanjutnya Sumiarto et al. (2003) menemukan bahwa peternak yang memiliki tempat penampungan limbah yang terbuat dari tanah kemungkinan terjadi infeksi 5,96 kali lebih besar dibandingkan dengan kandang ternak yang mempunyai tempat limbah dari semen. Faktor resiko yang berhubungan dengan peningkatan pelepasan E.coli O157:H7 pada feses hewan meliputi umur hewan, perubahan pakan, transportasi, dan keadaan panas (Dargatz et al., 1997). Menurut Carter et al. (1997) manusia dan hewan yang peka dengan E.coli patogen pada umumnya karena ada faktor predisposisi seperti stres, kelelahan fisik, dan defisiensi nutrisi. Faktor lain yang mempengaruhi tingginya infeksi Escherichia coli O157:H7 antara lain pakan, stres, kepadatan ternak, kondisi geografis, dan musim (Kudva et al.,1996).