BAB VI PENUTUP. Dominasi politik Dinasti Mustohfa di Desa Puput telah dirintis sejak lama

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Runtuhnya rezim Orde Baru membawa dampak yang sangat signifikan. Pendapat tersebut sejalan dengan pandangan Hadiz dan Robinson yang

Bab VI: Kesimpulan. 1 Pemilih idealis mengaktualisasikan suaranya berdasarkan ideologi untuk memperjuangkan nilai-nilai

BAB V PENUTUP. masyarakat yang diberikan pada kandidat-kandidat partai politik.

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB V KESIMPULAN. Dari penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa, kekuatan sumber daya

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada Bab Penutup ini melihat kesimpulan dari data yang diperoleh di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum berbicara mengenai konsep dan pola Patron-Klien, Scott (1989,

8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI

Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang. 1. Untuk mempertahankan pengaruh dan kekuasaan maka elit harus jeli

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN. bagi pengembangan daerah baik pemerintah maupun masyarakat daerah.

KAJIAN TENTANG HUBUNGAN PATRON KLIEN PEMETIK TEH DI PTPN VIII MALABAR DESA BANJARSARI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG

BAB V KESIMPULAN. A. Melihat Pola Relasi Rentenir dan Pedagang Pasar Tradisional dalam. Rentenir pasar merupakan sebuah fenomena yang nyata adanya di

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang

Kekerasan Sipil dan Kekuasaan Negara

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat. Di samping itu, Kampung juga. demokrasi dalam suatu masyarakat negara. (Jurnal Humaniora Volume 14,

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

TUGAS ILMUWAN POLITIK DALAM PENGAWALAN POTENSI RESIKO JELANG PEMILUKADA 2015

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN. kepala eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala eksekutif tidak

Ihwal Budaya Politik Kita

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Bab I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. struktur organisasi negara, termasuk bentuk-bentuk dan fungsi-fungsi lembaga

I. PENDAHULUAN. suatu keputusan politik, pemerintahan atau kenegaraan. sebagai proses atau upaya penciptaan dari (1) lembaga -lembaga yang

BAB V PENUTUP. yang melibatkan birokrat masuk dalam arena pertarungan politik yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung,

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.

BAB V PENUTUP. perusahaan multinasional. Dulu lebih dikenal dengan comunity development.

RELASI RELAWAN DEMOKRASI DAN PEMILIH PADA PEMILU TAHUN Muryanto Amin 2

I. PENDAHULUAN. diperuntukkan untuk rakyat. Pemilihan umum merupakan bagian dari

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

I. PENDAHULUAN. Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan ruang yang lebih luas bagi elit politik

BAB I PENDAHULUAN. Banyak program pembangunan ekonomi yang berlangsung saat ini. difokuskan pada pengembangan industrialisasi. Salah satu di antara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam keikutsertaannya mengambil suatu keputusan terhadap jalannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu

REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA

MENGENAL HUBUNGAN PATRON-KLIEN

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari

PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS

BAB I PENDAHULUAN. otoriter juga dipicu oleh masalah ekonomi dan adanya perubahan sosial dalam

I. PENDAHULUAN. pemerintahannya juga mengalami banyak kemajuan. Salah satunya mengenai. demokrasi yang menjadi idaman dari masyarakat Indonesia.

6 KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

NUR ENDAH APRILIYANI,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dengan sadar memilih bentuk negara dan dirumuskan sesuai dengan jiwa

BAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan

BAB VI. Penutup. pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah

BAB VIII PENUTUP. Penelitian dengan tema kebijakan hutan rakyat dan dinamika sosial

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Elite Lokal untuk

BAB V KESIMPULAN. Ramli melalui tiga cara, yakni: Pertama, Pemakaian simbol dan atribut identitas,

BAB V PENUTUP. Kesimpulan penelitian disusun berdasarkan pengolahan dan analisis data

BAB VI PENUTUP. visi bersama mahasiswa yang menjadi cita-cita atau arah perubahan yang hendak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Berderma dan Sejarah Sosial Politik Islam Indonesia

PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY

BAB V. Penutup. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI

PEMILIHAN KEPALA DAERAH DAN DISHARMONISASI KELUARGA (Studi Kasus Pada Pilkada Kabupaten Muna Barat Tahun 2017) Oleh: Nasaruddin dan Bahtiar

REFORMASI BIROKRASI SEBAGAI SYARAT PENEGAKAN DAN PEMBERANTASAN KKN OLEH:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Politisasi Hubungan Birokrasi dan Demokrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA

PARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA. Dr. H. Kadri, M.Si

Prayudi POSISI BIROKRASI DALAM PERSAINGAN POLITIK PEMILUKADA

4 Alasan Mengapa Buku ini Penting?

BAB VII PENUTUP. sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai penelitian dengan judul

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

BAB V KESIMPULAN. serangan Paris oleh kaum Islamis dengan pandangan-pandangan SYRIZA terhadap

CITA-CITA NEGARA PANCASILA

H. Marzuki Alie, SE.MM. KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

BAB VI PENUTUP A. Simpul-Simpul

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi RUU. tentang Keistimewaan Yogyakarta. Kurang lebih

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

I. PENDAHULUAN. pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. khususnya di Kabupaten Kebumen ketika menjelang Pemilihan Kepala Desa.

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP 1. KESIMPULAN Dominasi politik Dinasti Mustohfa di Desa Puput telah dirintis sejak lama di tahun-tahun awal Orde Baru. Walaupun struktur politik nasional maupun lokal mengalami perubahan yang fundamental, dari rezim yang sentralistik dan otoriter ke rezim yang demokratis, namun perubahan struktur politik tersebut tidak mampu meruntuhkan dominasi sebuah dinasti politik yang berlangsung di tingkat desa. Eksistensi Dinasti Mustohfa pada puncak kekuasaan di Desa Puput karena kemampuannya mereproduksi basis sumber daya patronase yang terkonversikan melalui jaringan klientelistik menjadi dukungan politik yang masif dan berkelanjutan (sustainable). Legitimasi kekuasaannya diperoleh karena kemampuan menjaga soliditas keluarga inti (elit dinasti) dan sumber daya patronase terutama sumber daya ekonomi yang sangat kuat menopang Dinasti Mustohfa. Hal tersebut dibarengi dengan kemampuan memelihara soliditas eksternal (di luar elit dinasti) yang diidentifikasikan sebagai jaringan klientelistik yang tidak pernah melapuk, bahkan cenderung menguat. Dalam setiap Pilkades tidak pernah terjadi fragmentasi di antara elit dinasti, sehingga secara solid mereka mendukung satu orang kandidat dari kalangan internal. Kalaupun pernah terjadi fragmentasi, hal tersebut hanya berlangsung dalam jaringan klientelistik seperti pada kasus Asmadi dan Samson yang mana selalu bisa dikonsolidasikan melalui pendekatan personal dan redistribusi sumber daya patronase. 213

Argumen di atas menegaskan bahwa survivabilitas dinasti politik sangat tegantung pada kemampuan mengelola tiga hal ; pertama, sustainabilitas pengikut inti jaringan klientelistik yang terdiri dari ikatan kekerabatan dan orang-orang dekat dalam struktur pemerintahan desa dan organisasi desa. Kedua, penguasaan terhadap sumber-sumber ekonomi dan akumulasi kekayaan yang dimiliki. Ketiga, kemampuan memelihara soliditas jaringan klientelistik dengan kekuatan-kekuatan di luar struktur pemerintahan desa dan organisasi desa, yang telah difungsikan sebagai mesin mobilisasi massa untuk meraih kekuasaan, sekaligus sebagai tameng dalam rangka melindungi kekuasaan yang telah diraih. Berbagai konsekuensi politik yang dihadirkan oleh masing rezim pemerintahan yang berpotensi menggusurnya dari puncak kekuasaan, berhasil dilewati oleh Dinasti Mustohfa. Artinya, meskipun rezim Orde Baru dan orde Reformasi sekilas terkesan bisa berkompromi dengan kehadiran sebuah dinasti politik di desa, namun sesekali kedua rezim itu menampakkan karakter predatornya yang bisa mengakhiri dominasi dinasti tersebut. Sampai pada titik ini, dapat difahami bahwa Dinasti Mustohfa cukup fleksibel bernegosiasi dengan situasi dan kondisi politik di kedua rezim dalam rangka mempertahankan kekuasaannya. Menarik untuk disimak adalah konversi sumber daya patronase bukan sengaja dirancang (by design) untuk memperoleh dukungan suara pada Pilkades, namun elektabilitas yang tinggi lebih merupakan hubungan kausalitas dari aktifitas spiritual, sifat kedemawanan, aktifitas ekonomi, dan aktifitas pemerintahan. Artinya, elektabilitas tidak diperoleh secara instan melalui 214

pertukaran-pertukaran sumber daya patronase dengan suara para pemilih setiap menjelang Pilkades. Namun merupakan hasil dari sebuah proses yang panjang melalui relasi antara patron dan klien yang mana dalam setiap distribusi sumber daya patronase muncul pula aspek emosional, karena dilakukan secara langsung (face to face) dan berlangsung dalam jaringan klientelistik pedesaan. Pelayanan spiritual merupakan upaya Mustohfa mengambil alih peran keluarga besarnya sebagai ulama di Desa Puput, yang sudah dimulai sejak masa H. Marzuki ayah dari kakeknya. Demikian halnya dengan pendistribusian zakat mal dan bantuan materi lainnya, merupakan tradisi kedermawanan yang sudah melekat pada keluarga tersebut. Bila dicermati kedermawanan Dinasti Mustohfa lebih banyak bermain di ranah kereligiusan, di mana sebagian besar distribusi materi dialokasikan dalam bentuk zakat mal, bantuan ibadah umroh, bantuan pembangunan tempat ibadah, dan bantuan untuk sarana pendidikan agama islam. Hal ini dapat dibaca sebagai upaya Dinasti Mustohfa untuk memelihara kesan (image) mereka sebagai keluarga yang religius. Sektor usaha yang banyak menampung tenaga kerja memang berkontribusi dalam menggerakkan roda perekonomian di Desa Puput. Namun harus disadari bahwa luasnya lapangan kerja yang disediakan oleh Dinasti Mustohfa saat ini bukan semata-mata untuk tujuan-tujuan politik, tetapi merupakan konsekuensi atas gencarnya aktifitas ekonomi mereka dengan melakukan ekspansi dan diversifikasi usaha dalam rangka meningkatkan akumulasi kekayaan yang berbanding lurus dengan meningkatnya alokasi distribusi sumber daya ekonomi. 215

Bila kemudian distribusi sumber daya ekonomi di masa Mustohfa dan Mazlah lebih kecil dari generasi berikutnya, hal tersebut disebabkan oleh sektor usaha yang dikuasai masih terbatas, dan mereka bergerak tunggal dalam melakukan aktifitas ekonomi. Selanjutnya distribusi sumber daya ekonomi mengalami peningkatan yang signifikan di masa Jumrah Toha dan Zulkarnain. Hal tersebut merupakan dampak positif dari gencarnya ekspansi dan diversifikasi usaha yang dilakukan, dan mereka bergerak kolektif dalam melakukan aktifitas ekonomi. Meskipun usaha-usaha tersebut dimiliki secara pribadi oleh masingmasing elit Dinasti Mustohfa. Jumlah perangkat desa dan pengurus organisasi desa yang semakin bertambah menjadi potensi bagi meluasnya jaringan klientelistik melalui rekrutmen jabatan-jabatan formal di desa. Namun, pemekaran struktur pemerintahan desa dan organisasi desa bukan sebuah aktifitas politik maupun pemerintahan yang menjadi inisiatif kepala desa, melainkan ketentuan yang harus dilaksanakan sebagaimana telah diamanatkan oleh peraturan perundangundangan. Transformasi politik Dinasti Mustohfa nampak dalam rekrutmen jabatan-jabatan formal ini, di mana pada masa jabatan Mustohfa dan Mazlah (Orde Baru) struktur pemerintahan desa dan organisasi desa didominasi oleh para klien dari ikatan afektif (nepotisme). Pasca berdirinya rezim Reformasi, Jumrah Toha dan Zulkarnain memberi ruang bagi lawan-lawan politiknya untuk mengabdi sebagai perangkat desa dan pengurus organisasi desa, dalam rangka mendukung kinerja kepala desa. Selanjutnya lawan-lawan politik yang telah menjadi 216

subordinasi kepala desa tersebut, akhirnya menjadi klien sehingga memperluas jaringan klientelistik Dinasti Mustohfa. Sebagai keluarga kaya, religius dan dikenal dermawan, Dinasti Mustohfa melihat distribusi sumber daya patronase sebagai sebuah kewajiban untuk berbagi dengan warga desa lainnya melalui ruang-ruang yang disediakan oleh struktur sosial dan ekonomi setempat. Artinya, distribusi sumber daya patronase tersebut merupakan bentuk kepekaan sosial sebuah dinasti politik terhadap lingkungannya, tanpa disertai dengan motif politik. Sebagaimana orang yang pernah menerima jasa-jasa baik, bantuan materi dan pekerjaan atau jabatan, maka para klien berusaha membalas kebaikankebaikan tersebut dengan tetap setia berada dalam jaringan klientelistik. Mereka berusaha mengidentifikasikan diri sebagai klien yang setia kepada patron dengan memberikan dukungan dan memobilisasi suara (voter) pada saat Pilkades, mendukung kinerja patron di pemerintahan desa dan usaha pribadinya, serta membela patron pada saat berkonflik dengan pihak lain. Dalam studi kasus ini tindakan klien tersebut adalah kesadaran pribadinya sendiri bukan atas permintaan ataupun tekanan dari Dinasti Mustohfa. Tujuannya adalah dalam rangka menjamin sustainabilitas subsistensinya dan aliran berbagai bantuan patron kepada mereka. Selain Pilkades dan membantu kinerja patron, hampir tidak tersedia ruang bagi klien untuk membalas kebaikan patronnya, sementara itu distribusi sumber daya patronase masih rutin mereka terima dalam berbagai bentuk. Akumulasi kebaikan patron itu kemudian akan dianggap sebagai hutang oleh klien. Kondisi 217

ini semakin mempersulit klien keluar dari kekuasaan Dinasti Mustohfa, bahkan mereka semakin tenggelam ke dalam jaringan klientelistik. 2. REFLEKSI TEORITIK Eksistensi dinasti Mustohfa seperti yang telah dijelaskan dalam tesis ini, telah memberikan gambaran lain tentang pola relasi antara patron-klien dan merevisi pendapat Scott terkait prilaku pengikut inti (core) dan pengikut pinggiran (periphery) dari sebuah jaringan kleintelisme. Menurut Scott (1972a : 99) para pengikut inti yang berasal dari ikatan afektif tidak terlalu tergantung pada kelanjutan keuntungan materi, hanya karena kesetiaan mereka sebagian didasarkan pada pertukaran nonmaterial. Sedangkan pengikut pinggiran terdiri dari pengikut yang terikat oleh hadiah (reward) instrumental (materi). Para pengikut afektif yang terdiri dari kerabat, teman dekat, teman sekolah, dan buruh lebih mengutamakan kedekatan personal dari pada keuntungan materi untuk terikat kepada seorang patron. Sementara itu, loyalitas pengikut pinggiran yang berasal dari ikatan instrumental sangat tergantung kepada kelanjutan distribusi materi dari patronnya. Hasil studi penulis di Desa Puput menunjukkan bahwa pengikut inti dari ikatan afektif ini memiliki perilaku yang sama dengan para pengikut pinggiran, sehingga bila tidak melihat hubungan mereka sebelumnya dengan patron sulit membedakan mereka dengan pengikut pinggiran. Loyalitas para pendukung inti jaringan klientelisme dari ikatan afektif, kenyataannya sangat bergantung pada kelanjutan keuntungan materi, yang mana patron harus selalu mendistribusikan 218

sumber daya ekonomi kepada mereka dalam berbagai bentuk secara rutin maupun insidentil, meskipun di antara mereka ada yang sudah direkrut menduduki jabatanjabatan formal di Desa Puput. Potret demokrasi di tingkat desa sebagaimana telah ditampilkan dalam studi ini, berseberangan dengan argumen Gaffar tentang rekrutmen politik yang terbuka untuk memungkinkan terjadinya rotasi kekuasaan, di mana setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi suatu jabatan politik yang dipilih oleh rakyat memiliki peluang yang sama dalam melakukan kompetisi untuk mengisi jabatan tersebut (2006 : 8). Meskipun berada dalam rezim Reformasi yang demokratis, namun rekrutmen politik melalui Pilkades di Desa Puput tetap didominasi oleh Dinasti Mustohfa. Elit desa lainnya yang menjadi kandidat kepala desa gagal memanfaatkan peluang yang disediakan oleh rezim Reformasi untuk menggusur Dinasti Mustohfa dari puncak kekuasaan di Desa Puput. Akibatnya jabatan Kepala Desa Puput hanya berotasi diantara elit Dinasti. Kalaupun ada rotasi kekuasaan hanya terbatas pada beberapa jabatan perangkat desa dan organisasi desa, yang mana oleh kepala desa jabatan-jabatan tersebut diberikan kepada orang-orang dari luar jaringan klientelismenya. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa demokratisasi di Desa Puput baru sebatas tahap prosedural dan belum menyentuh tataran substansial. Bagaimanapun, demokrasi tidak berdiri sendiri tetapi sangat dipengaruhi oleh ruang-ruang yang menyertainya. Ruang-ruang tersebut bisa saja mendukung pelaksanaan demokrasi atau bahkan sebaliknya menghalangi pelaksanaan nilainilai demokrasi secara komprehensif. 219

Dalam struktur sosial dan ekonomi seperti di Desa Puput, di mana sistem kekerabatan yang masih kuat dan luas, pendidikan masyarakat yang rendah, dan sumber-sumber ekonomi yang sebagian besar masih terkonsentrasi ditangan sekelompok kecil masyarakat, jaringan klientelisme akan tetap tumbuh subur dan semakin meluas. Dalam kondisi seperti ini sulit untuk menerapkan nilai-nilai demokrasi secara ideal. Dipaksa ataupun tidak, ketergantungan yang tinggi kepada patron menyebabkannya klien tidak bisa menentukan pilihan politiknya secara objektif, apabila sang patron mendukung atau menjadi salah satu kandidat dalam Pilkades. Klien berada pada posisi inferior, yang harus selalu mendukung setiap langkah-langkah politik patronnya. 220