GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

Eko Winarti, SST.,M.Kes

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

Bagaimana Memberikan Makan Bayi Setelah Usia 6 Bulan

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

IBU HAMIL Resep jus buah & sayur pilihan untuk kesehatan bumil dan janin.

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

Obat Herbal Diabetes dan Diet Makanan, Pasangan Serasi Untuk Diabetesi

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Written by Dr. Brotosari Saturday, 19 September :24 - Last Updated Sunday, 06 August :16

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG KONSUMSI KALSIUM SELAMA KEHAMILAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN BANTAR GERBANG BEKASI TAHUN 2011 JURNAL

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id

NURJANNAH NIM

7 Manfaat Daun Singkong

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1

AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET. Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

METODOLOGI PENELITIAN

Informed Consent Persetujuan menjadi Responden

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 KUESIONER

Seberapa banyak zat besi yang dibutuhkan anak?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

MAKALAH GIZI ZAT BESI

Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan Kalori di sini adalah perkiraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN

Lupakan Pemahaman Yang Tidak Benar

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

NUTRISI Rekomendasi Nutrisi Yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Kemoterapi (Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).

Transkripsi:

GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Kebidanan STIKes U`budiyah Banda Aceh Oleh FITRI WAHYUNA NIM: 10010130 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U`BUDIYAH BANDA ACEH DIPLOMA III KEBIDANAN TAHUN 2013

PERNYATAAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah ini Telah Disetujui untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma III Kebidanan STIKes U`Budiyah Banda Aceh Banda Aceh, September 2013 Pembimbing (ZAINAL ABIDIN, M. Kes) MENGETAHUI: KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES U`BUDIYAH BANDA ACEH (NUZULUL RAHMI, S.ST)

PENGESAHAN PENGUJI Karya Tulis Ilmiah ini Telah Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma III Kebidanan STIKes U`Budiyah Banda Aceh Banda Aceh, September 2013 Tanda Tangan Pembimbing : ZAINAL ABIDIN, M. Kes ( ) Penguji I : AGUSSALIM, SKM. M. Kes ( ) Penguji II : CUT ROSMAWAR, SST ( ) MENYETUJUI KETUA STIKES U`BUDIYAH BANDA ACEH MENGETAHUI KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN (MARNIATI, M. Kes) (NUZULUL RAHMI, SST)

ABSTRAK GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013 Fitri Wahyuna 1, Zainal Abidin 2 vi + 40 halaman : 6 tabel + 1 gambar + 9 lampiran Latar Belakang: Berdasarkan observasi pada ibu menyusui di Kemukiman Jangka Buya dengan menjumpai sebanyak 15 orang ibu menyusui untuk diwawancarai tentang pengetahuan pola makan ibu menyusui, yang merupakan asupan kebutuhan gizi ibu menyusui, peneliti mendapatkan informasi bahwa sebanyak 24 responden mengatakan bahwa pola makan masih belum teratur dan asupan gizi mengikuti pola makan biasa dengan mengkonsumsi makanan yang seadanya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dan pola makan ibu menyusui secara baik menurut kesehatan masih kurang. Hal ini disebabkan ibu menyusui dijumpai masih terlalu banyak pantangan makanan yang disebabkan oleh pengaruh faktor sosial budaya masyarakat setempat yang sangat ketat dalam hal pantangan makanan ketika sedang menyusui Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui gambaran sosial budaya terhadap pola makan ibu menyusui ditinjau berdasarkan pengetahuan, sosial budaya dan status gizi. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan crossectional, yaitu untuk mengetahui gambaran sosial budaya dengan pola makan ibu menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 55 orang, dan yang menjadi sampel adalah total sampling. Cara pengumpulan data dengan cara membagikan kuesioner. Hasil Penelitian : Hasil penelitian pada tanggal 24 sampai 27 Agustus 2013 menunjukkan bahwa mayoritas pola makan ibu menyusui berada pada kategori kurang, yaitu sebanyak 31 responden (56,4%), berdasarkan pengetahuan berada pada kategori rendah, yaitu sebanyak 36 responden (65,5%). Berdasarkan sosial budaya mayoritas pada kategori negative, yaitu sebanyak 34 responden (61,8%), berdasarkan status gizi mayoritas pada kategori gizi kurang, yaitu sebanyak 28 responden (50,9%). Kesimpulan: Dari 55 responden diperoleh hasil bahwa pola makan ibu menyusui berada pada kategori kurang. Diharapkan kepada ibu menyusui untuk dapat memenuhi pola makannya, sehingga nutrisinya terpenuhi, dan turut mempertimbangkan unsur budaya yang berkembang di masyarakat, bahwa ibu menyusui harus banyak pantangan, terutama makanan-makanan yang mempengaruhi kualitas ASInya dan pada akhirnya turut memberikan pengaruh kepada fisik bayinya. Kata kunci : pengetahuan, budaya dan gizi ibu. Sumber buku : 14 buku (2000 2010) + 10 situs internet (2012-2013) 1. 2. Mahasiswi Prodi D-III Kebidanan STIKes U`Budiyah Dosen Pembimbing Prodi D-III Kebidanan STIKes U`Budiyah

KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini peneliti banyak menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terimakasih kepada: 1. Bapak Dedy Zefrizal, ST selaku Ketua Yayasan STIKes U`Budiyah Indonesia. 2. Ibu Marniati, M. Kes selaku ketua STIKes U`budiyah Banda Aceh. 3. Nuzulul Rahmi, S.ST selaku ketua prodi Diploma III kebidanan STIKes U`budiyah Banda Aceh. 4. Bapak H. Muslem, S. Sos selaku Ketua Pengelola Kampus STIKes U`budiyah Sigli. 5. Bapak Zainal Abidin. M. Kes selaku pembimbing yang telah begitu banyak memberikan masukan yang sangat berarti bagi karya tulis ilmiah ini. 6. Seluruh staf Pengajar Akademi Kebidanan STIKes U`budiyah Banda Aceh yang mendidik dan mengajari peneliti menjadi orang yang berguna bagi Agama dan Bangsa.

7. Ayahanda dan Ibunda serta seluruh keluarga tersayang yang telah banyak menyumbangkan segala bantuan dan semangat sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan. Selanjutnya dengan lapang dada dan tangan terbuka peneliti menerima saran dan kritikan yang bersifat membangun sehingga karya tulis ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. Amien Ya Rabbal `Alamin Sigli, Agustus 2013 Peneliti

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBARAN PERSETUJUAN... LEMBARAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv vi viii ix x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 7 C. Tujuan Penelitian... 7 D. Manfaat Penelitian... 7 BAB BAB BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sosial Budaya... 9 B. Pengetahuan... 10 C. Konsep Ibu Menyusui... 12 D. Kebutuhan Gizi... 12 E. Pola Makan Ibu Menyusui... 14 F. Kerangka Teoritis... 29 III KERANGKA KONSEP PENELITIAN A. Kerangka Konsep... 30 B. Definisi Operasional... 30 IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 33 B. Tempat dan Waktu Penelitian... 33 C. Populasi dan Sampel... 33 D. Cara Pengumpulan Data... 34 E. Pengolahan dan Analisa Data... 34 DAFTAR PUSTAKA KUESIONER

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional... 31 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pola Makan Ibu Menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013... 33 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013... 33 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sosial Budaya Ibu Menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013... 34 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sosial Budaya Ibu Menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013... 34 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pola Makan Ibu Menyusui dengan Pengetahuan di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Tahun 2013... 35 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pola Makan Ibu Menyusui dengan Sosial Budaya di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Tahun 2013... 35 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pola Makan Ibu Menyusui dengan Sosial Budaya di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Tahun 2013... 36

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teoritis... 30 Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 31

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembaran Kuesioner Lampiran 2 Lembaran Hasil Pengolahan Data Lampiran 3 Lembaran Permohonan Menjadi Responden Lampiran 4 Lembaran Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari D-III Kebidanan STIKes U`budiyah Banda Aceh Lampiran 6 Surat Izin Selesai Penelitian Lampiran 7 Lembaran Jadwal Kegiatan Lampiran 8 Lembaran Konsultasi Lampiran 9 Biodata Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan merata diseluruh wilayah Republik Indonesia dan dapat mewujudkan bangsa yang mandiri maju dan sejahtera (Burhan, 2012). Kesehatan merupakan hasil interaksi dari berbagai macam faktor, baik faktor internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (dari luar diri manusia). Faktor internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terbagi dari berbagai faktor, antara lain sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Secara garis besar faktorfaktor yang mempengaruhi kesehatan baik individu, kelompok maupun masyarakat, dikelompokkan menjadi empat, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan hereditas (keturunan) (Notoatmodjo, 2007). Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-Undang Nomor 36 Pasal (1) Tahun 2009).

Pola makan (diet) ibu menyusui biasanya membutuhkan diet kalori tinggi, bergizi tinggi dan seimbang, yang harus sudah mulai disiapkan ibu sejak masa sebelum dan selama kehamilannya. Ibu menyusui perlu makan lebih banyak dibandingkan pada saat hamil. Dalam sehari, umumnya ibu menyusui akan memproduksi 800 ml ASI dan membakar 1000 kalori. Untuk menjamin produksi ASI, ibu memerlukan makanan tinggi kalori dengan tambahan 500 800 kalori perharinya. Pada kondisi dimana seorang ibu memiliki bayi kembar, maka tambahan kalori tambahan kalori yang diperlukan akan jauh lebih banyak lagi (Informasitips.com, 2012). Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan utama bayi. Oleh sebab itu, untuk menjamin kecukupan ASI bagi bayi, makanan ibu yang sedang menyusui harus diperhatikan. Sekresi ASI rata-rata 800 850 mililiter perhari dan mengandung kalori 60 65 kalori, 1,0 1,2 gram, dan lemak 2,5 3,5 gram setiap 100 mililiter. Zat-zat ini diambil dari tubuh ibu, dan harus digantikannya dengan suplai makanan ibu sehari-hari. Untuk itu maka ibu yang sedang menyusui memerlukan tambahan 800 kalori sehari dan tambahan protein 25 gram sehari, di atas kebutuhan bila ibu tidak menyusui (Notoatmodjo, 2003). Dalam batas-batas tertentu kebutuhan bayi akan zat-zat gizi ini diambil dari tubuh ibunya, tanpa menghiraukan apakah ibunya mempunyai persediaan cukup atau tidak. Apabila konsumsi makanan ibu tidak mencukupi, zat-zat di dalam ASI akan terpengaruh (Notoatmodjo, 2003). Makanan ibu menyusui tentunya sudah menjadi salah satu perhatian khusus bagi seorang ibu pasca kelahiran. Seorang ibu bisanya memiliki

peningkatan nafsu makan berlebihan setelah melahirkan, bahkan lebih dari nafsu makan seorang ibu hamil. Biasanya bila sehari seorang ibu menyusui bayi selama 6 kali, maka sebanyak itu pula seorang ibu akan merasa mudah lapar. Oleh karena itu pola makan serta kebutuhan gizi seorang ibu menyusui harus di atur sebijak mungkin. Pada masa 0 sampai 6 bulan menyusui, seorang ibu dengan berat badan sekitar 54 kg dan tinggi 156 cm serta memiliki kegiatan yang sedang akan memerlukan energi sebanyak 2.350 kalori dan 64 gram zat protein, kemudian ketika masa menyusui memasuki 7 hingga 12 bulan kebutuhan tersebut akan berkurang menjadi 2.750 kalori dan kebutuhan akan protein menjadi 60 gram. Selain kebutuhan akan kalori serta protein, zat-zat lain juga sangat dibutuhkan bagi seorang ibu yang masih menyusui, zat-zat seperti vitamin A, B, B-12, kalsium, zat besi dan kebutuhan gizi lainnya hendaknya dipenuhi dalam makanan ibu menyusui (Syakur, 2012). Menu makanan untuk ibu menyusui merupakan salah satu faktor yang sebaiknya diperhatikan terutama untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas ASI. Hal pertama yang perlu dilakukan oleh ibu yang sedang menyusui adalah mencari bahan pangan yang dapat membantu kualitas dan kuantitas ASI (Muaris, 2004). Selain pola makan yang seimbang ibu menyusui juga harus cermat dalam memilih bahan makanan yang dapat memperlancar produksi ASI. Ibu menyusui sebaiknya memperbanyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan. Sayuran tertentu seperti daun katuk dapat memperlancar produksi ASI karena mengandung lactagogum. Daun katuk juga kaya betakarotein (provitamin A), vitamin C, zat

besi, fosfor dan kalsium yang penting bagi ibu menyusui. Penguasaan tentang menu-menu sehat tentu akan sangat berguna bagi ibu menyusui (Demedia, 2007). ASI diproduksi dengan cukup untuk pertumbuhan bayi, ibu harus makanan lebih banyak daripada yang dimakan secara rutin. Hal ini penting untuk menjaga kesehatan ibu juga (Gupte, 2007). Untuk ibu-ibu yang menyusui bayinya, makanan yang dianjurkan atau di larang selama masa pemulihan juga berkaitan dengan bayinya. Makanan dingin atau beberapa jenis buah dan sayuran) di larang untuk dikonsumsi karena dipercaya dapat menyebabkan rasa mual, perut kejang hingga kolik pada bayi. Sedangkan jamu (obat-obatan herbal tradisional) yang disarankan untuk wanita yang baru melahirkan juga dapat terlalu panas untuk bayi (Syah, 2012). Untuk dapat hidup sehat, manusia perlu makan, tetapi tidak setiap jenis makanan yang tersedia tidak dengan sendirinya dipilih atau diperoleh untuk di makan, terutama untuk pola makan ibu hamil dan menyusui. Pemenuhan naturiahnya seperti rasa lapar, tetapi juga didalamnya dilekati oleh pengetahuan sosial budaya. Lewat pengetahuan sosial itu, masyarakat mengkategorikan makanan ke dalam dua istilah, yaitu nutrient dan makanan (Syah, 2012). Berdasarkan data dari WHO tahun 2009 dikemukakan bahwa kebanyakan kasus di belahan dunia barat, khususnya Amerika Serikat, dari 1.000 ibu yang menyusui bayi usia 0 10 bulan pertama, 783 orang diantaranya sangat menjaga asupan nutrisi dari makanan yang dikonsumsinya. Hal ini menunjukkan bahwa

kesadaran mereka terhadap pola makan yang benar dapat memberikan dampak yang besar bagi bayinya (WHO, 2009). Sementera itu Depkes RI tahun 2010 merilis data terbarunya bahwa ibu menyusui bayi usia 0 10 bulan pertama di Indonesia kurang menjaga pola makan, sebanyak 818 orang diantaranya dari 1.000 ibu menyusui bahkan mempunyai pola makan yang buruk. Para ibu-ibu sangat menjaga pantangannya, bahkan ada diantara mereka yang mengkonsumsi makanan seperti biasanya, tidak seperti wanita menyusui yang harus makan ekstra (Depkes RI, 2010). Data yang peneliti dapat dari Dinas Kesehatan Pidie Jaya dari Bulan Agustus 2012 sampai dengan Bulan Januari tahun 2013, jumlah ibu menyusui yang ada di Kabupaten Pidie Jaya sebanyak 1.936 orang (Dinkes Pidie Jaya, 2013). Berdasarkan Buku Registrasi kunjungan berobat terdapat ibu menyusui di Puskesmas Jangka Buya dari Bulan Agustus 2012 sampai Januari 2013, didapatkan data sebanyak 105 orang ibu menyusui yang rutin berobat dan memeriksa kesehatannya. Pada umumnya ibu-ibu yang berobat tersebut masih menyusui, bahwa sebagian besar dari ibu menyusui yang berobat belum mengikuti secara benar tentang asupan gizi dan pola makan ibu menyusui. Hal ini disebabkan oleh faktor sosial budaya yang masih banyak terdapat pantangan makanan ketika ibu dalam masa menyusui (Puskesmas Jangka Buya, 2013). Kemudian dari hasil observasi awal di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya didapatkan dari Buku Register Penduduk Desa dengan

data penduduk sebanyak 1889 jiwa yang terdiri dari 906 laki-laki dan perempuan 983 jiwa, diantaranya sebanyak 55 orang ibu yang menyusui. Berdasarkan observasi pada ibu menyusui di Kemukiman Jangka Buya dengan menjumpai sebanyak 15 orang ibu menyusui untuk diwawancarai tentang pengetahuan pola makan ibu menyusui, yang merupakan asupan kebutuhan gizi ibu menyusui, peneliti mendapatkan informasi bahwa sebanyak 24 responden mengatakan bahwa pola makan masih belum teratur dan asupan gizi mengikuti pola makan biasa dengan mengkonsumsi makanan yang seadanya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dan pola makan ibu menyusui secara baik menurut kesehatan masih kurang. Hal ini disebabkan ibu menyusui dijumpai masih terlalu banyak pantangan makanan yang disebabkan oleh pengaruh faktor sosial budaya masyarakat setempat yang sangat ketat dalam hal pantangan makanan ketika sedang menyusui (Rully, 2011). Dari permasalahannya yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Gambaran Sosial Budaya dengan Pola Makan Ibu Menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013. B. Rumusan Masalah Berdasakan uraian di atas, peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut Bagaimanakah gambaran sosial budaya dengan pola makan ibu

menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran sosial budaya dengan pola makan ibu menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran sosial budaya terhadap pola makan ibu menyusui ditinjau berdasarkan pengetahuan. b. Untuk mengetahui gambaran sosial budaya terhadap pola makan ibu menyusui ditinjau berdasarkan sosial budaya. c. Untuk mengetahui gambaran sosial budaya terhadap pola makan ibu menyusui ditinjau berdasarkan status gizi. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan Dinas kesehatan dapat memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada masyarakat, khususnya kepada ibu menyusui tentang bagaimana cara mengelola pola makan selama menyusui. 2. Bagi Ibu Menyusui

Memberikan masukan kepada ibu menyusui untuk dapat memenuhi pola makannya, sehingga nutrisinya terpenuhi, dan turut mempertimbangkan unsur budaya yang berkembang di masyarakat, bahwa ibu menyusui harus banyak pantangan, terutama makanan-makanan yang mempengaruhi kualitas ASInya dan pada akhirnya turut memberikan pengaruh kepada fisik bayinya. 3. Bagi Peneliti Dapat memberikan pengalaman dalam penulisan karya tulis ilmiah dan dapat menambah wawasan keilmuan penulis tentang gambaran sosial budaya dengan pola makan ibu menyusui di pemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya. 4. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan bacaan dan referensi yang dapat dimanfaatkan bagi peneliti lain mengenai hal tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Makan Ibu Menyusui 1. Pengertian Pola Makan Ibu Menyusui Pola makan ibu menyusui merupakan suatu keteraturan jadual makan dan juga kualitas makanan dan porsinya. Dalam makanan yang berkualitas, tentu saja sangat dianjurkan mengandung suplemen bagi tubuh kita untuk bisa menjalankan tugas semua organ tanpa terkecuali. Jadi, tidak salah bila semenjak kecil kita sudah sering diingatkan akan pentingnya 4 sehat 5 sempurna (Syah, 2012). Pada masa menyusui, ibu harus tetap memperhatikan kondisi kesehatan dan kecukupan gizinya. Bayi usia 0 6 (masa ASI ekslusif) hanya akan mengandalkan ASI ibu sebagai makanan utamanya, sehingga ibu sangat perlu mempertahankan diet sehat dan menjamin pasukan nutrisi yang terbaik bagi bayinya. Ibu perlu selektif dan benar-benar memperhatikan pola makan yang dikonsumsi karena ibu tidak hanya makan untuk diri sendiri, melainkan juga untuk bayinya (Hartati, 2003). Pola makan (diet) ibu menyusui bayinya membutuhkan diet kalori tinggi, bergizi tinggi dan seimbang yang harus sudah dipersiapkan ibu sejak masa sebelum dan selama kehamilannya. Ibu menyusui perlu makan lebih banyak dibandingkan saat hamil. Dalam sehari, umumnya ibu menyusui akan memproduksi 800 ml ASI dan membakar 1000 kalori. Untuk menjamin

produksi ASI, ibu memerlukan makanan tinggi kalori dengan tambahan 500 800 kalori perhari. Pada kondisi dimana ibu memiliki bayi kembar, maka tambahan kalori yang diperlukan akan lebih banyak lagi (Hartati, 2003). Asupan protein yang dibutuhkan selama menyusui yaitu kurang lebih 64 gram perhari yang bisa diperoleh dari ikan, daging, telur, tempe dan tahu. Selain itu, pada masa menyusui ibu perlu juga mengkonsumsi kalsium yang paling tidak 1200 1500 mg, jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan saat ibu tidak menyusui. Kebutuhan kalsium yang meningkat amat penting mengingat selama proses menyusui simpanan kalsium dalam tubuh akan berkurang 300 mg perhari (Hartati, 2003). Pengukuran status gizi ibu menyusui dapat diukur dengan menggunakan skala ukur (Hartati, 2003): a. Cukup : Bila ibu cukup mengkonsumsi makanan bergizi selama masa menyusui. b. Kurang : Bila ibu kurang mengkonsumsi makanan bergizi selama menyusui. 2. Makanan Dibutuhkan oleh Ibu Menyusui Kebutuhan gizi pada ibu yang sedang mengandung dan menyusui sangatlah harus dipertimbangkan karena menyangkut gizi anak sebelum kahir dan semasa bayi. Selain itu, ibu yang memiliki gizi yang cukup juga dapat membantu pemulihan yang lebih cepat pasca persalinan. Selain itu, produksi ASI juga dapat bertambah. Apabila gizi ibu tidak di penuhi dengan baik

semasa hamil dan menyusui tentu akan menimbulkan dampak negative terhadap status gizi ibu, kesehatan ibu dan anak karena ASI yang akan dihasilkan akan berkualitas rendah (Winardo, 2012). Jenis-jenis makanan yang harus dipenuhi oleh ibu menyusui tentunya harus mengandung beberapa zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh ibu menyusui antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003): a. Energi Karena kondisi ibu yang sedang hamil, maka membutuhkan tambahan masukan energy untuk mencukupi kebutuhan untuk ibu dan janin. Untuk itu dibutuhkan sebesar 1,13 x BMR bayi atau kira- kira sekitar 700 kkal/hari (6 bulan pertama menyusui). Untuk 6 bulan kedua dibutuhkan sekitar rata-rata 500 kkal/ hari dan pada tahun kedua dianjurkan tambahan sebanyak 400 kkal/hari. b. Protein Protein diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (protein nabati), dan makanan dari hewan (protein hewani). Fungsi protein bagi tubuh antara lain: 1. Membangun sel-sel rusak 2. Membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon 3. Membentuk zat inti energi Tambahan protein dibutukan sebesar 16 g/hari untuk 6 bulan pertama. Pada 6 bulan kedua dibutuhkan protein sekitar 12 g/hari dan untuk tahun kedua dibutuhkan sebesar 11g/hari.

c. Zat besi Zat besi: terdapat sebanyak 0,3 mg/ hari dikeluarkan dalam bentuk ASI. Oleh karna itu perlu ditambahkan dengan basal loss sehari-hari. Rata-rata kebutuhan zat besi untuk 6 bulan pertama menyusui adalah 1,1 mg/hari. Sehingga memerlukan tambahan zat besi sebesar 5 mg/ hari. d. Lemak Lemak berasal dari minyak goreng, daging, margarin dan sebagainya. Fungsi pokok lemak bagi tubuh ialah: 1. Menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia (1 gram lemak menghasilkan sekitar 9,3 kalori) 2. Sebagai pelarut vitamin: A, D, E, K 3. Sebagai pelindung terhadap bagian-bagian tubuh tertentu dan pelindung bagian tubuh pada temperatur rendah. e. Karbohidrat Berdasarkan gugus penyusun gulanya dapat dibedakan menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Fungsi karbohidrat adalah juga salah satu pembentuk energi yang paling murah, karena pada umumnya sumber karbohidrat ini berasal dari tumbuh-tumbuhan (beras, jagung, singkong dan sebagainya) yang merupakan makanan yang pokok. f. Vitamin

Vitamin-vitamin yang dibedakan menjadi dua, yaitu vitamin yang larut dalam air (Vitamin C dan B), dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K). g. Mineral Mineral terdiri dari zat kapur (Ca), zat besi (Fe), zat flour (F), natrium (Na), dan Chlor (Cl), kalium (K) dan Iodium (I). Secara umum fungsi mineral adalah sebagai bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian penting dari struktur sel dan jaringan. Untuk lebih jelasnya mengetahui kebutuhan gizi ibu menyusui dapat dilihat pada tabel berikut ini (Winardo, 2012): Tabel 2.1 Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui Zat gizi 0-6 bulan 7-12 bulan Energi (kkal) + 700 + 500 Protein (g) + 16 + 12 Vitamin A (RE) + 350 + 300 Tiamin (mg) + 0,3 + 0,3 Riboflavin (mg) + 0,4 + 0,3 Niasin (mg) + 3 + 3 Vitamin B-12 (µg) + 0,3 + 0,3

Zat gizi 0-6 bulan 7-12 bulan Asam folat (µg) + 50 + 40 Vitamin C (mg) + 25 + 10 Kalsium (mg) + 400 + 400 Fosfor (mg) + 300 + 200 Magnesium (mg) + 40 + 30 Besi (mg) + 2 + 2 Seng (mg) + 10 +10 Iodium (µg) + 50 + 50 Selenium (µg) + 25 + 20 Sumber : LIPI Untuk mengetahui berat badan, dapat ditentukan dengan IMT. Dengan indeks ini akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan (Winardo, 2012): Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut: Berat Badan (Kg) IMT = ------------------------------------------------------- Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m) Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang normal untuk laki-laki adalah: 20,1 25,0; dan untuk

perempuan adalah : 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategorigemuk tingkat berat. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalam klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang (Winardo, 2012). Pada masa pertumbuhan bayi dan balita, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan intraseluler pada tubuh bayi dan balita. dengan kata lain ukuran-ukuran tubuhnya akan membesar, misalnya ditandai dengan meningkatnya berat dan tinggi badan, ukuran lingkar kepala, lingkar lengan atas, menguatnya tulang dan membesarnya otot, dan bertambahnya organ tubuh lain seperti rambut, kuku, gigi, dan sebagainya. Salah satu cara untuk mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan anak, adalah dengan menukur lingkar lengan atasnya. Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Berdasarkan standar Walanski, perkembangan ukuran lingkar lengan atas bayi dan balita berdasarkan umur terbilang normal pada ukuran berikut (Surangga, 2013): a. Kurus : < 17

b. Normal : 18,5 25,0 c. Gemuk : 25,1 27,0 3. Makanan yang Sebaiknya Dikonsumsi oleh Ibu Menyusui Untuk mempertahankan pasokan air susu ibu yang cukup dan membantu bayi tumbuh dengan baik, Anda perlu mengonsumsi variasi makanan. Buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan ikan adalah makanan sehat yang mengandung vitamin dan mineral penting bagi pertumbuhan bayi (Astuti, 2010). Menyantap makanan sehat saat menyusui juga meningkatkan energi dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh tak hanya untuk sang ibu, tapi juga bayi. Berikut makanan sehat yang bisa meningkatkan pasokan ASI (Astuti, 2010): a. Sayur-sayuran Sayuran adalah sumber besar vitamin dan mineral. Sayuran adalah sumber utama dari besi, serat, folat, beta-karoten, vitamin C, likopen, flavonoid dan beta-glukan. Mengonsumsi makanan kaya zat besi membantu mempertahankan tingkat energi Anda dan dapat mencegah anemia. b. Buah-buahan Buah bisa menjadi cemilan sehat untuk ibu menyusui. Buah yang sehat adalah buah segar yang bisa dikonsumsi sebagai makanan ringan atau selingan sebelum dan sesudah makan berat. Banyak buah mengandung vitamin A, B, K dan C.

Vitamin C diperlukan untuk membangun sistem kekebalan tubuh untuk Anda dan bayi. Hal ini juga membantu tubuh menyerap zat besi. Blackberry, blueberry, boysenberries dan stroberi mengandung antioksidan dan serat dalam jumlah tinggi. Buah dapat dimakan dalam keadaan alami, beku atau dijus. Anda perlu makan 3-5 porsi buah setiap hari. Salah satu buah-buahan yang baik dikonsumsi oleh ibu menyusui adalah jeruk, buah ini makanan tepat untuk meningkatkan energi bagi ibu baru. Ibu menyusui membutuhkan lebih banyak vitamin C daripada wanita hamil, jeruk dan buah jeruk lainnya adalah makanan yang sangat baik untuki dikonsumsi. Tidak ada waktu untuk sekadap makan camilan? Pilih saja jeruk atau jus jeruk yang kaya manfaat vitamin C. Anda bahkan dapat memilih varietas yang diperkaya kalsium untuk mendapatkan bahkan lebih banyak manfaat dari minuman Anda. c. Gandum Seluruh butir gandum utuh mengandung gizi berlimpah. Seluruh butir gandum sehat adalah sumber vitamin B dan E, selenium, kalium, folat, protein dan zat besi. Seluruh butir utuh gandum lebih sehat daripada butiran halus karena mengandung nutrisi paling banyak dan serat alami, sementara butiran halus gizinya bisa hilang saat proses penggilingan. Gamdum utuh bisa diperoleh dari oatmeal, roti gandum, quinoa, bulgar, beras merah, dan barley. d. Kacang-kacangan

Kacang mengandung protein yang baik. Kacang mengandung banyak protein dan merupakan sumber lemak yang baik dan sehat untuk diet. Protein penting karena menghasilkan dan memperbaiki sel-sel penting dalam tubuh. Kacang-kacangan juga mengandung vitamin B, E, C, folat, kalium, kalsium, magnesium dan fosfor. Kalsium yang cukup diperlukan untuk membangun tulang yang sehat dan gigi yang kuat. Kacang Sehat untuk camilan termasuk kenari, kacang pinus, kemiri, hazelnut, kacang Brasil dan pistachio. e. Ikan Ikan merupakan sumber protein hewani yang baik, ikan mengandung asam lemak omega-3 yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Namun, menurut Environmental Protection Agency (EPA), AS, ibu menyusui tidak disarankan mengonsumsi ikan hiu, ikan todak, makarel Raja, atau ikan ubin karena tingkat tinggi merkuri. Ikan lain umumnya aman dikonsumsi sampai 12 ons seminggu. Ikan yang mengandung rendah-merkuri termasuk, salmon dan ikan patin. f. Susu Produk susu adalah bagian penting dari kebanyakan makanan ibu menyusui. Selain menyediakan protein, vitamin B, dan vitamin D, produk susu adalah salah satu sumber terbaik kalsium. Jika Anda menyusui, ASI akan cukup mengandung kalsium bagi bayi untuk mengembangkan tulang, sehingga penting bagi Anda untuk makan cukup kalsium untuk

memenuhi kebutuhan Anda sendiri. Salah satu cara untuk melakukannya adalah untuk menyertakan setidaknya tiga porsi susu setiap hari sebagai bagian dari rencana makanan ibu menyusui. g. Daging sapi Bila mencari makanan untuk meningkatkan energi sebagai ibu baru, carilah makanan yang kaya zat besi seperti daging sapi rendah lemak. Kekurangan zat besi dapat menghabiskan tingkat energi, sehingga sulit bagi Anda untuk mengikuti tuntutan bayi yang baru lahir. Juga, ketika sedang menyusui, perlu untuk makan tambahan protein dan vitamin B-12. Daging sapi rendah lemak merupakan sumber yang sangat baik bagi kedua nutrisi tersebut. h. Kacang-kacangan Kacang-kacangan, terutama yang berwarna gelap seperti kacang hitam dan kacang polong, adalah makanan yang sangat dianjurkan bagi ibu menyusui, terutama untuk vegetarian. Tidak hanya mereka kaya zat besi, makanan itu juga terjangkau, berkualitas tinggi, mengandung protein nabati. i. Beras merah Jika Anda mencoba untuk menurunkan berat badan, Anda mungkin akan tergoda untuk secara drastis mengurangi asupan karbohidrat. Tetapi kehilangan berat badan terlalu cepat dapat menyebabkan Anda untuk menghasilkan lebih sedikit susu untuk bayi dan

membuat Anda merasa lesu dan lamban. Lebih baik untuk menggabungkan sehat, karbohidrat dari biji-bijian utuh seperti beras merah dalam daftar makanan untuk menjaga tingkat energi Anda tetap tinggi. Makanan seperti beras merah memberikan tubuh kalori yang dibutuhkan untuk menghasilkan susu kualitas terbaik untuk bayi. j. Telur Kuning telur adalah salah satu dari beberapa sumber-sumber alami vitamin D, gizi yang penting untuk menjaga tulang kuat dan membantu tulang bayi Anda tumbuh. Selain itu, telur merupakan cara yang fleksibel untuk memenuhi kebutuhan protein harian Anda. Cobalah konsumsi telur untuk sarapan, telur rebus pada saat makan siang bersama salad. Sebagai bagian dari rencana makanan ibu menyusui, Anda mungkin memilih telur yang diperkaya DHA untuk meningkatkan tingkat asam lemak esensial ini dalam ASI. k. Air Air merupakan unsur yang penting dalam sistem metabolisme tubuh, kekurangan mengkonsumsi air akan mengakibatkan dehidrasi. Bagi ibu yang baru menyusui ini hal ini sangat berisiko. Untuk menjaga tingkat energi dan produksi ASI meningkat, pastikan minum setidaknya delapan gelas cairan setiap hari. Anda dapat memvariasikan pilihan dan memenuhi beberapa persyaratan cairan Anda dengan minum jus dan susu, tapi hati-hati ketika ingin minuman berkafein seperti kopi dan teh. Jaga asupan kafein tetap rendah, atau beralih ke jenis tanpa kafein. Mengapa?

Kafein memasuki ASI dan dapat menjadi terkonsentrasi di tubuh bayi saat dia minum ASI. (berbagai sumber). 4. Makanan yang Harus Dihindari Oleh Ibu Menyusui Beberapa makanan tertentu akan dapat membuat produksi ASI ibu menjadi tidak optimal (jumlah berkurang), atau gizinya menjadi tidak optimal (kualitas berkurang) dan bahkan menjadi berbahaya bagi bayi. Perlu diketahui bahwa pada bayi, makanan yang dikonsumsi oleh Ibu akan terkonsumsi juga oleh bayi melalui ASI, karenanya apa yang dimakan ibu maka itulah yang bayi makan. Jadi jika ada makanan yang berbahaya untuk bayi terkonsumsi oleh Ibu, maka dapat buruk akibatnya. Berikut ini beberapa contoh makanan yang berbahaya dan harus dihindari oleh ibu menyusui (Yuliarti, 2010); a. Kopi dan Teh Makanan yang cukup berbahaya dan perlu untuk dihindari selama Ibu dalam masa menyusui adalah makanan dan minuman yang mengandung Kafein. Hal ini dikarenakan kafein pada ibu menyusui tidak akan terbuang secara sempurna, melainkan sebagiannya akan tersisa pada ASI yang dihasilkan. Pada akhirnya, ASI yang dihasilkan akan mengandung kafein dan tertelan oleh bayi. Akibatnya bayi dapat menjadi rewel dan sulit tidur, dikarenakan mereka belum dapat mengeluarkan kafein dari dalam tubuh sebaik orang dewasa. b. Coklat

Coklat merupakan makanan yang disukai oleh kebanyakan ibu menyusui, tetapi yang perlu diketahui bahwa coklat dapat berbahaya bagi bayi yang sedang dalam masa menyusui. Hal ini diakibatkan karena coklat mengandung kafein yang cukup tinggi, yaitu antara 5-35 mg dalam setiap 30gram coklat. Hal ini seperti telah dijelaskan sebelumnya, akan dapat membuat bayi sulit tidur. c. Makanan Yang Pedas Makanan yang pedas merupakan salah satu makanan lainnya yang perlu untuk dihindari oleh Ibu yang sedang menyusui. Hal ini dikarenakan kandungan rasa pedas yang ada di dalam makanan tersebut, sedikit banyak akan terkonsumsi oleh bayi melalui ASI, dan akan membuat perut anak menjadi panas (iritasi) dan bahkan dapat mengakibatkan diare. d. Overdosis Vitamin C Kita semua tahu bahwa vitamin C akan dapat membantu untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan juga membantu untuk mempercepat penyembuhan penyakit. Vitamin C jelas sangat baik untuk tubuh, tidak perlu diragukan lagi. Tapi jangan sampai memakan vitamin C terlalu banyak, karena vitamin C cenderung bersifat asam. Vitamin C yang terbawa terlalu banyak di dalam ASI pada akhirnya akan dapat membuat perut bayi menjadi perih dan juga membuat sistem pencernaan bayi terkena iritasi. Pada umumnya, jika tubuh kita kelebihan vitamin C, maka akan dibuang melalui sistem ekskresi (urin) sehingga secara umum tidak akan berbahaya.

Akan tetapi pada bayi yang masih kecil, sistem pencernaan mereka belum bekerja dengan baik sehingga kelebihan vitamin C akan tersimpan lama di dalam tubuh dan menimbulkan efek negatif. Konsumsi vitamin C sewajarnya saja, sekitar 60 mg / hari, sesuai kebutuhan harian normal. Tidak perlu konsumsi terlalu banyak, khawatir berefek negatif untuk bayi. e. Lemak Jenuh & Lemak Trans Makanan yang mengandung lemak jenuh dan lemak trans akan dapat berbahaya bagi perkembangan otak bayi. Hal itu dikarenakan lemak jenuh dan lemak trans (trans fat) terbukti menghambat produksi omega 3, yang sangat dibutuhkan oleh perkembangan otak bayi. Hindari makanan gorengan yang memakai minyak bekas karena mengandung lemak jenuh yang tinggi. Selain itu, hindari makanan fast food seperti hamburger dan hot dog karena mengandung lemak trans (trans fat) yang berbahaya. f. Alkohol & Nikotin Makananyang perlu untuk Anda hindari adalah makanan yang mengandung alkohol/memabukkan dan juga nikotin. Mengapa demikian? Sebab, seperti dijelaskan pada beberapa poin sebelumnya, alkohol dan nikotin akan terbawa dalam ASI dan terkonsumsi oleh bayi. Pada bayi, efek negatif alkohol (minuman keras) dan nikotin (rokok) akan sangat terasa, di antaranya kecanduan terhadap kedua hal tersebut. Hal ini akan membuat

bayi pusing, lemah, sulit bangun dan juga produksi ASI pun akan berkurang. Demikian beberapa jenis makanan yang perlu untuk Anda hindari selama masa menyusui. Sayangi bayi kita, hindarkan mereka dari berbagai zat yang berbahaya untuk tubuh mereka. 5. Makanan-makanan yang Mempengaruhi ASI Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi, jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI (Sumarah, 2009). Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur (Oetami, 2009). Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika

pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan. Bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI (Oetami, 2009). B. Sosial Budaya 1. Pengertian Sosial Budaya Sosial budaya adalah suatu system pengetahuan yang memiliki ide dan gagasan yang terdapat dalam fikiran manusia sehingga dalam kehidupan seharihari itu bersifat abstrak. Perwujudan sosial budaya yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya berupa prilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola fikir, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat (Wikipedia, net). Sosial budaya adalah suatu sistem yang memungkinkan manusia mengungkapkan segala hasil karya yang diciptakan sebagai keseluruhan hasil dan tanggapan pancainderanya (budaya) yang diperoleh dan diwujudkan sebagai hasil dari hubungan antara manusia dalam kehidupan masyarakat (sosial) (Salim, 2000). Pengukuran sosial budaya dalam sebuah penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut (Qahar, 2012):

a. Positif bila jawaban responden benar 50% b. Negatif bila jawaban responden benar < 50%. C. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan domain kognitif menurut Notoatmodjo (2003) mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu: 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau di baca sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan. Tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau di baca, termasuk rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat yang paling rendah. 2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar suatu objek yang telah di ketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang-orang yang telah paham objek atau materi harus

dapat menjelaskan atau menyebutkan contoh, menyempurnakan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang telah dipelajari. 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya. Aplikasi yang dapat diartikan sebagai kemampuan menggunakan suatu hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi lain. 4. Analisa (Analysis) Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Syntesis ) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan menyusun formulasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Menurut Notoatmodjo (2003) pengukuran pengetahuan dibagi atas tiga kategori, yaitu: a. Tinggi : Jika responden menjawab benar 76 % - 100%.

b. Sedang : Jika responden menjawab benar 56% - 75%. c. Rendah : Jika responden menjawab benar < 56%. D. Konsep Ibu Menyusui 1. Pengertian Ibu Menyusui Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, panggilan yang lazim pada wanita baik yang sudah bersuami maupun belum, menyusui adalah memberikan air susu untuk diminum kepada bayi, dan sebagainya dari buah dada (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Menyusui adalah cara yang alami dan normal untuk memberikan nutrisi pada bayi dan batita, dan ASI adalah susu yang dibuat khusus untuk bayi manusia. Mengawali dengan benar membantu untuk memastikan bahwa menyusui merupakan pengalaman yang menyenangkan untuk ibu dan bayi. Menyusui seharusnya mudah dan tidak sulit bagi kebanyakan ibu (Qahar, 2012). Menyusui adalah suatu proses alamiah, berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui banyinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Bahkan ibu yang buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Oetami, 2009).

E. Kebutuhan Gizi Agar manusia dapat tetap hidup dan bekerja seperti biasanya, maka memerlukan energi yang bisa di ukur dengan satuan kalori. Meskipun kita tidur dan tidak bekerja, energi tetap dibutuhkan untuk denyut jantung dan fungsi tubuh lainnya. Energi diibaratkan sebagai bensin yang diperlukan oleh kenderaan agar dapt tetap berjalan (Gupte, 2007). Jumlah kebutuhan energi seseorang pada dasarnya berbeda tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, dan aktivitas seseorang. Sebagai contoh, laki-laki dewasa (20 59) tahun dengan berat badan 62 Kg, tinggi 165 cm dan aktivitas sedang membutuhkan energi kurang lebih 3000 kilo kalori, sedangkan bila wanita dewasa berat 54 kg tinggi 156 cm dengan aktivitas sedang membutuhkan energi 2250 kilo kalori. Apabila orang yang sama dengan aktivitas lebih berat, maka kebutuhan bagi laki-laki sebesar 3600 kilo kalori dan wanita 2600 kilo kalori (Gupte, 2007). Berikut ini contoh menu dengan energi 2500 kilo kalori, 2000 kilo kalori dan 1700 kilo kalori: Tabel 2.2 Menu dengan energi 2500 kilo kalori, 2000 kilo kalori dan 1700 kilo kalori Ukuran Rumah Tangga Untuk Waktu Jenis Hidangan 2500 kilokalori 2000 kilokalori 1700 kilokalori Pagi Nasi 2 sendok nasi 2 sendok nasi 1 sendok nasi Daging bumbu semur 1 potong 1 potong ½ potong Tumis kacang panjang + ½ mangkok ½ mangkok ½ mangkok tauge Teh manis 1 gelas 1 gelas 1 gelas 10.00 Bubur kacang hijau 1 gelas 1 gelas 1 gelas

Ukuran Rumah Tangga Untuk Waktu Jenis Hidangan 2500 kilokalori 2000 kilokalori 1700 kilokalori Siang Nasi 3 sendok nasi 2 sendok nasi 1½ sendok nasi Ikan goreng 1 potong 1 potong 1 potong Tempe bacem 2 potong 1 potong 1 potong Lalap ½ mangkok ½ mangkok ½ mangkok Sayur asem 1 mangkok 1 mangkok 1 mangkok Sambal tomat 1 sendok makan 1 sendok makan 1 sendok makan Nenas 1 potong 1 potong 1 potong 16.00 Buah - - 1 potong Malam Nasi 3 sendok makan 2 sendok makan 1½ sendok makan Pepes ayam 1 potong 1 potong 1 potong Tahu balado 1 potong 1 potong 1 potong Sayur bening bayam + 1 mangkok 1 mangkok 1 angkok jagung muda Pepaya 1 potong 1 potong 1 potong Keterangan : untuk ukuran rumah tangga nasi digunakan sendok nasi (centong), F. Kerangka Teoritis bukan sendok makan Pengetahuan - (Notoatmodjo, 2003 - Wikipedia, 2003 Sosial Budaya - Qahar, 2012 - Salim, 2000 - Wikipedia, 2012 Pola makan ibu menyusui Status Gizi - Surangga, 2013 - Hartati, 2003

A. Kerangka Konsep BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN Kerangka konsep dalam penelitian ini meliputi pengetahuan (Notoatmodjo, 2003, Wikipedia, 2013), sosial budaya (Qahar, 2012, Salim, 2000, dan Wikipedia, 2012) dan Status Gizi (Surangga, 2013, dan Hartati, 2003). Kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat pada skema di bawah ini: Independent Dependent Pengetahuan Sosial Budaya Status Gizi Pola makan ibu menyusui Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

B. Definisi Operasional Tabel 3. 1 Definisi Operasional No Variabel Definisi Alat Penelitian Operasional ukur Cara Ukur Variabel Dependent 1. Pola Kuesioner makan ibu menyusui Segala sesuatu yang berhubungan dengan faktor sosial budaya serta tingkah laku ibu menyusui dalam memenuhi kebutuhan akan makanan. Menyebarka n kuesioner dengan kriteria, -Cukup:bila ibu makan 3 kali. -Kurang:Bila ibu makan < 3 kali. Hasil Ukur -Cukup -Kurang Skala Ukur 0rdinal Variabel Independent 2. Pengetahu -an Pemahaman ibu menyusui tentang pola makan ibu menyusui. Kuesioner Menyebarka n kuesioner dengan kriteria, -Tinggi : Jika responden menjawab benar 76% - 100% - Sedang: Jika responden menjawab benar 56% - 75% - Rendah: jika responden menjawab benar <56%. - Tinggi - Sedang - Rendah Ordinal

Variabel No Penelitian 3 Sosial budaya Definisi Operasional Kebiasaan ibu menyusui dalam pemenuhan konsumsi makanan. 4 Status gizi Asupan makanan yang dikunsomsi ibu menyusui selama masa menyusuinya. Alat ukur Kuesioner Meteran Cara Ukur Menyebarka n kuesioner dengan kriteria: - Positif:bila jawaban benar 50% - Negatif: Bila jawaban benar 50% Mengukur lingkar lengan atas (LILA), Dengan kriteria hasil: - Kurus : < 17 - Normal : 18,5 25,0 - Gemuk : 25,1 27,0 Hasil Ukur -Positif -Negatif - Kurus - Normal - Gemuk Skala Ukur Ordinal Ordinal C. Cara Pengukuran Variabel Untuk mempermudah melakukan penelitian, maka diperlukan suatu cara pengukuran variabel, yaitu sebagai berikut: 1. Sosial budaya dibagi dalam dua kategori, yaitu (Qahar, 2012) a. Cukup :bila ibu makan 3 kali. b. Kurang :bila ibu makan < 3 kali. 2. Pengetahuan di bagi dalam tiga kategori, yaitu (Notoatmodjo, 2003) a. Tinggi : Jika responden menjawab benar 76 % - 100%. b. Sedang : Jika responden menjawab benar 56% - 75%. c. Rendah : Jika responden menjawab benar < 56%.

3. Status gizi di bagi dalam dua kategori, yaitu (Surangga, 2013) normal: a. Kurus : < 17 b. Normal : 18,5 25,0 c. Gemuk : 25,1 27,0

BAB IV METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan crossectional, yaitu penelitian mempelajari hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen dengan cara mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2005). Untuk mengetahui gambaran sosial budaya dengan pola makan ibu menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Tempat penelitian ini dilakukan di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya. 2. Waktu Waktu penelitian ini dilaksanakan pada Agustus 2013. C. PopulasidanSampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu menyusui (0 24 bulan) di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya yang berjumlah 55 orang.

2. Sampel Sampel penelitian ini adalah semua ibu menyusui yang mempunyai anak berumur 0 24 bulan di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya, metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling, sehingga didapatkan sampel 55 ibu menyusui. D. Cara Pengumpulan Data 1. TeknikPengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data Primer dan data sekunder.data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari responden dengan menyediakan kuesioner, setelah di isi dan dikumpulkan kembali untuk kemudian di koreksi. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari puskesmas. 2. InstrumenPenelitian Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan angket yang di isi oleh responden yang berisi 20 pertanyaan, yang terdiri dari 10 pertanyaan tentang pola makan ibu menyusui dalam bentuk angket, 5 pertanyaan tentang pengetahuan dalam bentuk pilihan ganda, dan 5 tentang sosial budaya dalam bentuk angket. Bila menjawab pertanyaan dengan benar diberi score 1 dan bila menjawab salah diberi score 0.

E. Pengolahan Data dananalisa Data 1. Pengolahan Data Data yang sudah dikumpulkan kemudian di olah melalui tahap sebagai berikut: a. Editing Adalah mengoreksi kesalahan kesalahan dalam pengisian atau pengambilan data, langkah ini bertujuan agar data yang di peroleh dapat diolah dengan baik untuk mendapatkan informasi yang cepat. b. Coding Adalah mengklasifikasikan jawaban jawaban yang ada menurut macamnya. Klasifikasi di lakukan dengan cara menandai masing-masing jawaban dengan kode-kode tertentu. c. Tabulating Adalah mentabulasi data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi atau memindahkan data dari kartu kode sesuai dengan kelompok data dalam satu tabel. Pada akhirnya dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang (Budiarto, 2002). 2. Analisa Data Analisa data dilakukan untuk masing-masing variabel yaitu dengan melihat persentase dari setiap tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus Budiarto (2002).

Keterangan : P = Persentase f = Frekuensi teramati n = Jumlah responden yang menjadi sampel

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografis Kemukiman Jangka Buya merupakan salah satu kemukiman yang terletak di Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya dengan luas wilayah 13.242 m 2. Kemukiman Jangka Buya terdiri enam desa yaitu; Kiran Dayah, Megit, Kiran Baroh, Kiran Krueng, Mns. Raya, Mns. Lueng. Adapun wilayah Kemukiman Jangka Buya adalah sebagai berikut : a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Mns. Raya dan Mns. Lueng b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kiran Dayah dan Meugit c. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kiran Baroh d. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kiran Krueng. B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 24 sampai dengan 27 Agustus 2013 dengan cara membagikan kuesioner kepada responden yang telah menjadi target penelitian yang berjumlah 55 responden, maka dapat dilihat hasilnya pada tabel berikut ini:

1. Analisa Univariat a. Pola Makan Ibu Menyusui Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pola Makan Ibu Menyusui di kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 No Pola Makan Frekuensi Persentase 1 Cukup 49 89.1 2 Kurang 6 10.9 Jumlah 55 100 Sumber:Data Primer (diolah)2013 Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa mayoritas ibu menyusui berada pada kategori cukup, yaitu sebanyak 49 responden (89,1%) b. Pengetahuan Ibu Menyusui Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Menyusui di kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 No Pengetahuan Frekuensi Persentase 1 Tinggi 12 21.8 2 Sedang 10 18.2 3 Rendah 33 60.0 Jumlah 55 100 Sumber:Data Primer (diolah)2013 Berdasarkan tabel 5.2 diatas terlihat bahwa pengetahuan ibu menyusui berada pada kategori rendah, yaitu sebanyak 33 responden (60%). c. Sosial Budaya

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sosial Budaya Ibu Menyusui di kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 No Sosial Budaya Frekuensi Persentase 1 Positif 22 40 2 Negatif 33 60 Jumlah 55 100 Sumber:Data Primer (diolah)2013 Berdasarkan tabel 5.3 diatas terlihat bahwa mayoritas sosial budaya ibu menyusui mayoritas berada pada kategori negatif, yaitu sebanyak 33 responden (60%). d. Status Gizi Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Gizi Ibu Menyusui di kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 No Status Gizi Frekuensi Persentase 1 Kurus 31 56.4 2 Normal 15 27,2 3 Gemuk 9 16.4 Jumlah 55 100 Sumber:Data Primer (diolah)2013 Berdasarkan tabel 5.4 diatas terlihat bahwa mayoritas status gizi ibu menyusui berada pada kategori status gizi kurus, yaitu sebanyak 31 responden (56,4%). 2. Analisa Bivariat

a. Pola makan Berdasarkan pengetahuan Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pola Makan Ibu Menyusui dengan Pengetahuan di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 No Pengetahuan Pola Makan Jumlah Cukup Kurang f % f % f % 1 Tinggi 11 91.7 1 8.3 12 100 2 Sedang 9 90.0 1 10.0 10 100 3 Rendah 29 87.9 4 12.1 33 100 Total 49 6 55 Sumber:Data Primer (diolah) 2013 Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa responden yang pola makan cukup mayoritas berpengetahuan tinggi, yaitu sebanyak 11 responden (91,7%), dan responden yang berpola makan kurang mayoritas berpengetahuan rendah, yaitu sebanyak 4 responden (12,1%). b. Pola makan Berdasarkan Sosial Budaya Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pola Makan Ibu Menyusui dengan Sosial Budaya di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Tahun 2013 No Sosial Budaya Pola Makan Jumlah Cukup Kurang f % f % f % 1 Positif 18 81.8 4 18.2 22 100 2 Negatif 31 93.9 2 6.1 33 100 Jumlah 49 6 55 Sumber:Data Primer (diolah) 2013 Berdasarkan tabel 5.5 terlihat bahwa responden yang berpola makan cukup mayoritas bersosial budaya negatif, yaitu sebanyak 18 responden

(81,8%), dan responden yang berpola makan kurang, mayoritas berada pada kategori sosial budaya positif, yaitu sebanyak 4 responden (18,2%). 3. Pola makan Berdasarkan Status Gizi Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pola Makan Ibu Menyusui dengan Sosial Budaya di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Tahun 2013 Pola Makan Status Gizi Cukup Kurang F % No F % F % 1 Kurus 28 90.3 3 9.7 31 100 2 Normal 12 80.0 3 20.0 15 100 3 Gemuk 9 100 0 0.0 9 100 Jumlah 49 0 55 Sumber:Data Primer (diolah) 2013 Berdasarkan tabel 5.6 terlihat bahwa responden yang berpola makan cukup semuanya berstatus gizi gemuk, yaitu sebanyak 9 responden (100%) dan responden yang berpola makan kurang mayoritas berkategori gizi normal, yaitu sebanyak 3 responden (20%). D. Pembahasan 1. Pola makan Berdasarkan pengetahuan Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa responden yang pola makan cukup mayoritas berpengetahuan tinggi, yaitu sebanyak 11 responden (91,7%), dan responden yang berpola makan kurang mayoritas berpengetahuan rendah, yaitu sebanyak 4 responden (12,1%).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Nurhafni (2012) tentang gambaran pola makan ibu menyusui di Desa Peulakan Cibrek Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya diperoleh hasil bahwa pengetahuan tentang pola makan ibu menyusui di Desa Plakan Cibrek dominan berada pada tingkat pengetahuan rendah yaitu sebanyak 5 responden (41,67%). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa pola makan responden dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimilikinya, responden yang berpengetahuan tinggi, secara otomatis akan mempunyai kesadaran untuk mengkonsumsi makanan dalam porsi yang lebih, sehingga pola makannya cukup. 2. Pola makan Berdasarkan Sosial Budaya Berdasarkan tabel 5.5 terlihat bahwa responden yang berpola makan cukup mayoritas bersosial budaya negatif, yaitu sebanyak 18 responden (81,8%), dan responden yang berpola makan kurang, mayoritas berada pada kategori sosial budaya positif, yaitu sebanyak 4 responden (18,2%).

Sosial budaya adalah suatu system pengetahuan yang memiliki ide dan gagasan yang terdapat dalam fikiran manusia sehingga dalam kehidupan seharihari itu bersifat abstrak. Perwujudan sosial budaya yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya berupa prilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola fikir, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat (Wikipedia, net). Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Nurhafni (2012) tentang gambaran pola makan ibu menyusui di Desa Peulakan Cibrek Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya diperoleh hasil bahwa mayoritas pola makan ibu menyusui berdasarkan sosial budaya berada pada kategori mendukung, yaitu sebanyak 13 responden (56%) Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa pola makan responden dipengaruhi oleh sosial budaya yang dimiliki, responden yang memiliki sosial budaya yang positif, tentunya memiliki pola makan yang cukup. 3. Pola makan Berdasarkan Status Gizi Berdasarkan tabel 5.6 terlihat bahwa responden yang berpola makan cukup semuanya berstatus gizi gemuk, yaitu sebanyak 9 responden (100%) dan responden yang berpola makan kurang mayoritas berkategori gizi normal, yaitu sebanyak 3 responden (20%).

Gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan (Wikipedia, 2013). Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Nurhafni (2012) tentang gambaran pola makan ibu menyusui di Desa Peulakan Cibrek Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya diperoleh hasil bahwa responden yang berpengetahuan tinggi berada pada kategori pendidikan pola makan cukup, yaitu sebanyak 2 responden (40,0%) dan yang berpengetahuan rendah juga mayoritas pada pola makan cukup, yaitu sebanyak 3 responden (75,00%). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa pola makan ibu tidak serta merta mempengaruhi status gizi ibu, ini tentunya disebabkan oleh banyak faktor yang mengakibatkan status gizi ibu menjadi terganggu, misalnya faktor ibu mengidap suatu penyakit tertentu.

BAB VI PENUTUP Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran terhadap penelitian yang sudah dilakukan, sehingga dapat diberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. Kesimpulan 1. Berdasarkan pola makan dapat dilihat bahwa responden yang pola makan cukup mayoritas berpengetahuan tinggi, yaitu sebanyak 11 responden (91,7%), dan responden yang berpola makan kurang mayoritas berpengetahuan rendah, yaitu sebanyak 4 responden (12,1%). 2. Berdasarkan sosial budaya dapat dilihat bahwa responden yang berpola makan cukup mayoritas bersosial budaya negatif, yaitu sebanyak 18 responden (81,8%), dan responden yang berpola makan kurang, mayoritas berada pada kategori sosial budaya positif, yaitu sebanyak 4 responden (18,2%). 3. Berdasarkan status gizi dapat di lihat bahwa responden yang berpola makan cukup semuanya berstatus gizi gemuk, yaitu sebanyak 9 responden (100%) dan responden yang berpola makan kurang mayoritas berkategori gizi normal, yaitu sebanyak 3 responden (20%).

B. Saran-saran 1. Bagi Dinas Kesehatan Dinas kesehatan dapat memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada masyarakat, khususnya kepada ibu menyusui tentang bagaimana cara mengelola pola makan selama menyusui. 2. Bagi Ibu Menyusui Memberikan masukan kepada ibu menyusui untuk dapat memenuhi pola makannya, sehingga nutrisinya terpenuhi, dan turut mempertimbangkan unsur budaya yang berkembang di masyarakat, bahwa ibu menyusui harus banyak pantangan, terutama makanan-makanan yang mempengaruhi kualitas ASInya dan pada akhirnya turut memberikan pengaruh kepada fisik bayinya. 3. Bagi Peneliti Dapat memberikan pengalaman dalam penulisan karya tulis ilmiah dan dapat menambah wawasan keilmuan penulis tentang gambaran sosial budaya dengan pola makan ibu menyusui di pemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya. 4. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan bacaan dan referensi yang dapat dimanfaatkan bagi peneliti lain mengenai hal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Astuti, Luthfi Dwi Puji. 2010. Makanan Sehat untuk Ibu Menyusui. [Online] dari: http:beta.wap.vivanews.com/news/read/192346-makanan-sehat-untuk-ibumenyusui (Diakses 5 Februari 2013) Budiarto, 2002, Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, EGC: Jakarta. Burhan, Hariati. 2012. Tujuan Indonesia Sehat. [Online] dari: http:hariatiburhan.blogspot.com/2012/04/tujuan-indonesia-sehat (Diakses 5 Februari 2013). Demedia. 2007. Menu Sehat untuk Ibu Menyusui. Graha Medika: Jakarta Gupte, Juan. 2007. Kebutuhan Ibu dalam Masa Menyusui. Gramedia: Jakarta Hartati, 2003, Psikologi Perkembangan, Arca Medica: Jakarta Informasitips.com. 2012. Nutrisi dan Pola Makan yang Benar saat Menyusui. [Online] dari: http://informasitips.com/nutrisi-dan-pola-makan-yang-benarsaat-menyusui (Diakses 5 Februari 2013). Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: Jakarta Muaris, Hindah. 2004. Untuk Ibu Menyusui. Gramedia: Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta Oetami, Roesli. 2009. Mengenal Asi Eksklusif. Jhonson-Jhonson: Jakarta Puskesmas Jangka Buya, 2013, Data Pola Makan ibu Menyusui Qahar, 2012. Kajian Budaya. [Online] dari: http://bloggercompecintabahasa.blogspot (Diakses 4 Februari 2013). Suparyanto. 2010. Konsep Ibu Menyusui. [Online] dari: http:www.carantrik.com/2010/07/konsep-ibu-menyusui.html (Diaskes 5 Februari 2013) Salim, Emil. 2000. Kembali Ke Jalan Lurus. Alvabeth: Jakarta

Sumarah. 2009. Makanan yang baik di Konsumsi Ibu Menyusui. Gramedia: Jakarta Syah, 2012. Pola Makan Ibu Menyusui Usia 0 1 Tahun. [Online] dari: http://bloggercompecintabahasa.blogspot (Diakses 4 Februari 2013). Syakur. 2012. Kebutuhan Makanan Ibu Menyusui. [Online] dari: http.www.kesehatan123.com/3247/kebutuhan-makanan-ibu-menyusui (Diakses 2 Februari 2013). Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan WHO, 2019, Pola Makan Ibu Menyusui; dari:http:www.who.org (diakses pada tanggal 12 Juli 2012) Wikipedia. 2012. Budaya. [Online] dari: http://id.wikipedia.org/wiki/budaya (Diakses 5 Februari 2013). Winardo, 2012. IMT. Dari: http.winardo@wordpress.html (Diakses 5 Februari 2013) Yuliarti, Nurheti. 2010. Keajaiban ASI Makanan Terbaik untuk Kesehatan Kecerdasan dan Kelincahan Si Kecil. Andi Offset: Jakarta

YAYASAN PENDIDIKAN U`BUDIYAH SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) U`BUDIYAH BANDA ACEH JalanALue Naga Tibang Banda Aceh Telp. (0653) 755566 BANDA ACEH ANGKET RESPONDEN GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013 1. Data Responden Nomor Responden : Tanggal Penelitian : I. Status gizi bayi a. Umur bayi : bulan b. Berat badan bayi : kg c. Tinggi badan bayi : cm d. Status gizi : (Di isi oleh peneliti) Petunjuk pengisian Buatlah tanda checklist ( ) pada kolom sebelah kanan yang tersedia menurut apa yang ibu alami dan rasakan dengan sebenarnya. 2. PolaMakanIbuMenyusui No Pernyataan Ya Tidak 1 Porsi makan ibu selama menyusui lebih banyak dari sebelum menyusui. 2 Selama menyusui ibu mengkonsumsi susu, kacangkacangan, dan telur. 3 Selama menyusui ibu makan tempe, tahu, daging dan ikan sebagai sumber protein. 4 Sebagai pengganti nasi, ibu mengkonsumsi jagung, ubi jalar, dan ubi rebus.