BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PERANCANGAN KEBIJAKAN DAN ANALISIS PERILAKU MODEL. V.1 Arah Kebijakan Direktorat Industri Alat Transportasi Darat dan Kedirgantaraan (IATDK)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-Langkah Penelitian

BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PERANCANGAN KEBIJAKAN. 6.1 Arah Kebijakan dan Proses Perancangan Kebijakan

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB VI PERANCANGAN KEBIJAKAN

S U T A R T O NIM : Program Studi Teknik dan Manajemen industri

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN MODEL KEBIJAKAN INDUSTRI KOMPONEN OTOMOTIF TESIS. M U R S I T I NIM : Program Studi Teknik dan Manajemen Industri

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan kapabilitas yang akan berujung pada kompetensi inti yang akan

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Proses

1.1 Latar Belakang Hasalah

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Seiring perkembangan negara Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi yang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Pengembangan Agribisnis Kakao di Indonesia

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa

8. KESlMPUlAN DAN SARAN

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB VI PERANCANGAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dalam periode September Oktober 2009 terbukti telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB IV PENUTUP. IV.1 Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. 2.1 Sejarah Industri Otomotif dan Komponen di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang tentunya tidak akan dan tidak dapat mengasingkan diri

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan nasional akan mengalami kesulitan untuk bermain dalam pasar

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan hukum yang sama bagi warga masyarakat. Untuk mencapai tujuan

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Perkembangan otomotif di Indonesia tahun Produksi (juta. Penjualan Jenis.

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis pengukuran..., Frasisca Dwipujiningsih, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tidak sekedar di tunjukan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi. perekonomian kearah yang lebih baik. (Mudrajad,2006:45)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN MODEL ANALISIS KEBIJAKAN INDUSTRI PENGOLAHAN BUAH MENGGUNAKAN METODOLOGI DINAMIKA SISTEM

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

VI. SIMPULAN DAN SARAN

Analisis Perkembangan Industri

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

PENINGKATAN SDM IKM KAROSERI KE JAWA TIMUR

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

Poppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO

DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN USAHA TERHADAP STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan komponen otomotif baik untuk kendaraan baru (original equipment manufacture) dan spare parts (after market) cukup besar. Menurut data statistik jumlah populasi kendaraan bermotor roda empat di tanah air adalah 9.461.984 unit sedangkan untuk kendaraan bermotor roda dua adalah 23.312.945 unit yang kemudian diperkirakan akan meningkat sebesar sepuluh persen per tahun (BPPT, 2004). Peningkatan jumlah industri kendaraan bermotor diharapkan dapat meningkatkan permintaan bagi industri komponen kendaraan bermotor. Besarnya potensi pasar komponen otomotif juga ditunjukkan dengan masuknya China, Korea dan Taiwan sebagai negara pengekspor komponen otomotif purna jual terbesar yang masuk ke Indonesia (Disperindag Jabar, 2006). Gambaran ini menunjukkan bahwa dari sisi permintaan pasar, kebutuhan akan komponen otomotif sangat tinggi. Industri otomotif dan industri komponen otomotif merupakan industri yang diprioritaskan pegembangannya di dalam kebijakan industri nasional (Depperin, 2007). Industri komponen otomotif di dalam pelaksanaannya menghadapi kendala dalam pengembangannya, diantaranya ketergantungan terhadap bahan baku impor, kurang tersedianya tenaga kerja terampil dan kurang efisiennya kegiatan industri (Disperindag Jabar, 2006). Pengembangan industri komponen otomotif dimaksudkan untuk mensinergikan semua potensi dan sumber daya sehingga pada akhirnya akan dapat meningkatkan daya saing. Peningkatan daya saing perlu dilakukan mengingat kebutuhan akan komponen otomotif semakin seiring dengan permintaan akan kendaraan bermotor yang diprediksikan akan meningkat. Selain itu, adanya desakan liberalisasi yang I-1

ditandai dengan kesepakatan terbentuknya pasar bebas juga ikut mendorong perlu dilakukannya peningkatan daya saing. Peran pemerintah juga ikut menentukan dalam upaya mendorong industri untuk lebih berdaya saing. Salah satu bentuk upaya pemerintah adalah diberlakukannya penurunan tarif impor. Pemberlakuan penurunan tarif impor akan mendorong industri komponen otomotif domestik untuk lebih meningkatkan kinerjanya seperti produktifitas dan efisiensi. Kebijakan otomotif yang digunakan saat ini adalah kebijakan otomotif tahun 1999. Kebijakan baru ini dimaksudkan guna mengantisipasi perkembangan masa mendatang. Menurut Sargo (2004), hal-hal yang penting dari kebijakan otomotif 1999 adalah: Dihapuskannya sistem insentif yang dikaitkan dengan ketentuan pencapaian kandungan lokal. Industri bebas memilih tingkat kegiatan yang akan dilakukan apakah manufaktur, perakitan atau impor utuh. Diutamakan produksi jenis sedan dan kendaraan niaga kecil (dibawah 1.500 cc) dengan mengandalkan pasar dan kemampuan produksi yang telah ada, sekaligus mendorong industri komponen. Tarif bea masuk (BM) dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) disesuaikan dengan ketentuan harmonized system (HS), dan tidak ada lagi perlakuan khusus terkait dengan investasi. Mempersiapkan industri agar lebih berdaya saing, memasuki era perdagangan bebas (AFTA tahun 2002 dan APEC). Impor kendaraan dalam keadaan utuh (CBU) dipermudah, dengan tarif diturunkan. Diperlukan suatu perangkat kebijakan industri yang dapat meningkatkan performansi dalam rangka mencapai perkembangan industri komponen otomotif. Jan dan Hsiao (2004) menunjukkan bahwa industri otomotif merupakan proses yang kompleks dan dinamis. Berkaitan dengan hal ini Jan dan Hsiao (2004) telah mengembangkan model dinamika sistem untuk industri otomotif di Taiwan. Penelitian ini juga mengaplikasikan metode dinamika sistem dalam perancangan kebijakan industri komponen otomotif. Selanjutnya, penelitian di industri lainnya yang berhubungan dengan penyusunan kebijakan industri adalah penelitian I-2

Cakravastia (1997) yang menganalisis dampak kebijakan menjelang diberlakukannya pasar bebas ASEAN 2003 pada industri produk dari plastik dengan menggunakan metode dinamika sistem. Romahurmuziy (2002) menganalisis dampak kebijakan otomotif tahun 1993 dan 1999 dengan menggunakan metode dinamika sistem. Jan dan Hsiao (2004) menganalisis proses perkembangan industri otomotif di Taiwan dengan menggunakan metode dinamika sistem. Giyanti (2004) menganalisis dampak kebijakan industri karet dan barang dari karet terhadap pertumbuhan industri dengan menggunakan metode dinamika sistem. Penelitian-penelitian di atas menunjukkan bahwa metode dinamika sistem dapat digunakan untuk merancang kebijakan. Pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan dan merancang model kebijakan industri komponen otomotif adalah pendekatan model dinamika sistem karena metode ini mampu menunjukkan pemahaman perilaku sistem dinamis dengan lebih baik dibandingkan metode yang lain. Melalui pendekatan ini diharapkan menghasilkan alternatif kebijakan peningkatan performansi industri komponen otomotif dengan melakukan berbagai macam skenario yang mungkin dilakukan pemerintah yang secara umum oleh Departemen Perindustrian dan Direktorat Jenderal Industri Alat Transportasi Darat dan Kedirgantaraan khususnya. I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut: Bagaimana model kebijakan industri komponen otomotif? Bagaimana kebijakan industri yang sesuai untuk meningkatkan performansi industri komponen otomotif? I-3

I.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Mengembangkan model kebijakan industri komponen otomotif dengan pendekatan model dinamika sistem. Merancang kebijakan industri yang dapat meningkatkan performansi industri komponen otomotif. I.4 Batasan Penelitian Agar penelitian tidak meluas maka penelitian yang dilakukan akan dibatasi ruang lingkupnya sebagai berikut: Penelitian dibatasi pada sektor komponen otomotif yaitu industri karoseri (ISIC 34200), industri komponen mobil (ISIC 34300) dan industri komponen sepeda motor (ISIC 35912) yang disebut industri komponen otomotif. Periode simulasi yang dilakukan yaitu tahun 2000 2025. Analisis mengenai pengaruh perjanjian kerjasama perdagangan internasional ditinjau dari skenario penurunan tarif dan penurunan harga produk impor untuk menggambarkan persaingan di pasar internasional sedangkan kualitas pada penelitian di sini tidak dilakukan. Analisis terhadap hasil rancangan kebijakan hanya ditinjau berdasarkan ukuran performansi dari sisi ekonomi yang sifatnya kuantitatif. Analisis terhadap faktor-faktor kualitatif seperti keadaan politik, sosial dan budaya tidak dicakup dalam penelitian ini. I.5 Asumsi Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: Data, konstanta dan model yang dibangun diasumsikan dapat merepresentasikan sistem nyata. I-4

Produk industri komponen dan karoseri diasumsikan homogen dalam satuan rupiah. I.6 Posisi Penelitian Beberapa penelitian sektor industri yang menggunakan pendekatan model dinamika sistem seperti industri otomotif, industri plastik dan industri karet. Model konseptual yang digunakan adalah model industri nasional oleh Forrester (1991) dan Generic commodity oleh Sterman (2000), kemudian dilakukan pengembangan dengan melakukan penyesuaian terhadap sistem nyata. Selanjutnya, beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: Cakravastia (1997) Penelitian ini menganalisis dampak kebijakan industri produk dari plastik sebelum tahun 2003 yaitu sebelum pasar ASEAN diberlakukan serta melakukan perancangan kebijakan menghadapi diberlakukannya pasar ASEAN baik kebijakan penawaran tahun 2003 dan kebijakan penawaran & permintaan 2003. Sistem industri produk dari plastik memiliki karakteristik dinamis yang ditunjukkan oleh interaksi antar sub sistem. Terdapat delapan buah sub sistem, yaitu: produksi, bahan baku, barang kapital, tenaga kerja, rumah tangga, pemerintah dan perdagangan internasional. Dimana secara keseluruhan skenario yang dilakukan menghasilkan perilaku penurunan performansi industri dibandingkan dengan model dasar. Penjelasan lebih rinci mengenai penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.1. Romahurmuziy (2002) Penelitian ini menganalisis industri otomotif nasionail. Industri otomotif memiliki karakteristik dinamis yang dibangun oleh delapan buah sub sistem, yaitu: produksi (perakitan+komponen), bahan baku, barang kapital, tenaga kerja, rumah tangga, perdagangan internasional, pemerintah dan keuangan. Model yang dibangun menunjukkan bahwa pengenaan kebijakan-kebijakan mampu membawa tingkat produksi domestik ke tingkat produksi ke tingkat yang lebih I-5

berkesinambungan. Penjelasan lebih rinci mengenai penelitian ini dapat dilihat pada Tabel I.1. Jan & Hsiao (2004) Penelitian ini menganalisis karakteristik industri otomotif dan struktur sistem industri otomotif untuk mengeksplorasi perilaku sistem dengan pendekatan sistem dinamis. Kebijakan yang digunakan dalam model adalah kebijakan kandungan lokal dan kebijakan tarif. Ada empat peran yang digunakan dalam modelnya dimana peran konsumen merupakan peran penting yang digunakan sebagai skenario. Penjelasan lebih rinci mengenai penelitian ini dapat dilihat pada Tabel I.1. Giyanti (2004) Penelitian ini menganalisis dampak perjanjian kerjasama perdagangan dunia serta melakukan perancangan kebijakan makroekonomi yang mampu mendorong pertumbuhan industri industri karet dan barang dari karet. Sistem industri karet dan barang dari karet memiliki karakteristik dinamis yang ditunjukkan oleh interaksi antar komponen yang membentuk sistem. Terdapat tujuh sub sistem, yaitu: produksi, bahan baku, barang kapital, tenaga kerja, rumah tangga, pasar luar negeri dan pemerintah. Penelitian ini menganalisis perjanjian kerjasama perdagangan yang memberi dampak penurunan pada performansi industri. Kebijakan dari sisi penawaran memberikan perilaku performansi industri yang lebih baik daripada dari sisi permintaan. Penjelasan lebih rinci mengenai penelitian ini dapat dilihat pada Tabel I.1. Posisi dan state of the art penelitian ini menganalisis dampak perjanjian kerjasama perdagangan dunia serta melakukan perancangan kebijakan industri yang mampu meningkatkan performansi industri komponen otomotif. Sistem industri komponen otomotif memiliki karakteristik dinamis yang ditunjukkan oleh interaksi antar komponen yang membentuk sistem. Terdapat tujuh sub sistem yang digunakan, yaitu: industri komponen otomotif, bahan baku, tenaga kerja, permintaan pasar domestik, permintaan pasar ekspor, pemerintah dan impor. I-6

Dampak perjanjian kerjasama perdagangan internasional adalah berupa penurunan performansi industri. Kebijakan gabungan yang meliputi penyediaan bahan baku, peningkatan efisiensi kegiatan industri, penyediaan tenaga kerja terampil, akses pasar mampu meningkatkan performansi industri. Penjelasan lebih rinci mengenai penelitian ini dapat dilihat pada Tabel I.1. I-7

Tabel I.1. Posisi penelitian Nama, tahun Cakravastia, 1997 Romahurmuziy, 2002 Jan & Hsiao, 2004 Giyanti, 2004 Tesis, 2008 Sektor industri Industri produk dari Plastik (1 Industri otomotif Industri otomotif Industri Karet dan Industri komponen otomotif KBLI) (1 KBLI) Taiwan (1 KBLI) Barang dari karet (1 KBLI) (3 KBLI) Pendekatan Dinamika sistem Dinamika sistem Dinamika sistem Dinamika sistem Dinamika sistem Sub sistem 8 sub sistem : produksi, bahan baku, barang kapital, tenaga kerja, rumah tangga, pemerintah, perdagangan internasional 8 sub sistem : produksi, bahan baku, barang kapital, tenaga kerja, rumah tangga, pemerintah, perdagangan internasional 4 sub sistem : industri domestik, kemitraan asing, konsumen, dan pemerintah 7 sub sistem : produksi, bahan baku, barang kapital, tenaga kerja, rumah tangga, pemerintah, pasar luar negeri 7 sub sistem : industri komponen otomotif, bahan baku, tenaga kerja, permintaan pasar domestik, permintaan pasar ekspor, pemerintah, Ukuran performansi Skenario Implikasi Kebijakan Pangsa pasar, tingkat produksi, neraca perdagangan Model dasar, kebijakan tahun 2003, kebijakan penawaran 2003, kebijakan penawaran dan permintaan 2003 Pengenaan tarif dan kuota yang diterapkan harus berhasil dalam waktu singkat sebelum diberlakukannya pasar bebas ASEAN Mempercepat proses tersedianya tenaga kerja terampil dengan cara memperbaiki sistem pendidikan nasional Kebijakan penyediaan bahan baku dan barang kapital membutuhkan suatu sistem distribusi nasional yang baik Tingkat pertumbuhan industri, perkembangan ekspor dan impor, tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi Model dasar, kebijakan 1999, kuota I, kuota II, kuota dan promosi ekspor Bahwa kebijakan penurunan pajak berarti meningkatkan daya beli masyarakat. Sehingga dibutuhkan infrastruktur Implikasi kebijakan liberalisasi tarif dapat meningkatkan daya beli konsumen, sama halnya dengan penurunan PPnBM Implikasi kuota menghendaki agar pemerintah memperkuat diplomasi dan melakukan pendekatan pada prinsipal Rata-rata kemampuan industri, kemampuan mendesain mobil, pangsa Pasar Peran konsumen terhadap ukuran performansi Pemerintah diharapkan dapat membuat kebijakan yang mendorong pada kerja sama antara industri domestik dan industri asing Industri domestik diharapkan mampu membuat strategi bersaing dengan berinteraksi dengan tiga sub sistem lainnya Peran konsumen mampu meningkatkan performansi industri di Taiwan I-8 Output industri, total permintaan pasar, neraca perdagangan Model dasar, skenario kebijakan permintaan, skenario kebijakan penawaran, dan skenario kebijakan permintaan dan penawaran Penerapan kebijakan devaluasi rupiah dan pengendalian inflasi membawa implikasi agar pemerintah menjaga iklim politik dan keamanan dalam negeri Penerapan kebijakan penyediaan tenaga kerja terampil membutuhkan kerja sama yang erat antara pemerintah dengan lembaga pendidikan Penerpan kebijakan akses pasar membutuhkan sistem distribusi nasional yang mendukung impor Output industri, total permintaan pasar, pasar domestik, pasar ekspor, neraca perdagangan Penurunan tarif, penurunan harga, penyediaan bahan baku substitusi impor, peningkatan efisiensi kegiatan industri, penyediaan tenaga kerja terampil, dan gabungan skenario Kebijakan gabungan mampu meningkatkan performansi industri paling baik dibandingkan dengan skenario lainnya Kebijakan efisiensi produksi dilakukan dengan mempelajari teknologi manufaktur dan produk dengan menerapkan QMS Kebijakan penyediaan tenaga kerja terampil berimplikasi pada perlunya kegiatan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, produktivitas dan daya saing Kebijaka penyediaan bahan baku substitusi impor berimplikasi bahwa perlu adanya kerja sama antara pemerintah, prinsipal dan lembaga pendidikan untuk memperkuat struktur industri dalam hal ketersediaan bahan baku

Gambar I.1. Skema state of the art penelitian I-9

I.7 Sistematika Penulisan Laporan Tesis ini disusun dengan sistematika pembahasan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab pertama berisi mengenai gambaran umum mengenai keseluruhan isi laporan penelitian yang terdiri dari : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Batasan Penelitian, Asumsi, Posisi Penelitian serta Sistematika Penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab kedua berisi mengenai teori dasar yang digunakan dalam pengembangan model dan perancangan kebijakan. Pembahasan dalam tinjauan pustaka ini meliputi : Kebijakan, Teori Ekonomi Makro, Sistem, Model dan Simulasi, Sistem Dinamik serta Tools Powersim. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ketiga berisi mengenai uraian metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian. Metodologi penelitian menggambarkan alur pemikiran atau diagram alir yang dilakukan peneliti dalam menganalisis permasalahan sampai dengan solusi dari permasalahan yang dibahas. BAB IV : PENGEMBANGAN MODEL Pada bab keempat berisi mengenai uraian pengembangan model sistem dinamik yang digunakan dalam membahas permasalahan. Uraian model meliputi model kualitatif dan model kuantitatif, dimulai dari deskripsi umum sistem tinjauan dan konseptualisasi sistem, representasi permasalahan ke dalam berbagai bentuk influence diagram hingga formulasi model ke dalam persamaan matematik dan konstruksi struktur model kebijakan. Selain itu, bab ini juga berisi mengenai validasi model untuk menguji kesahihan model yang telah dikembangkan. I-10

BAB V : PERANCANGAN KEBIJAKAN DAN ANALISIS PERILAKU MODEL Pada bab kelima berisi mengenai perilaku setiap skenario kebijakan yang mungkin dilakukan oleh Departemen Perindustrian pada model yang dikembangkan. Dimana skenario yang diterapkan merupakan perancangan kebijakan yang dianggap dapat memperbaiki kinerja sistem yang dimodelkan. Setiap alternatif kebijakan akan disimulasikan kemudian dipilih kebijakan yang hasilnya mendekati tujuan penelitian. Kemudian dilakukan analisis perilaku model yang dihasilkan dengan berbagai kriteria. Dimana dijelaskan mengenai pengembangan skenario dan pembahasan perilaku model hasil dari penerapan skenario. BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab keenam berisi mengenai kesimpulan dan saran dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. I-11