PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

Transkripsi

1 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan Dunia surplus sebesar US$ 280,81 juta, atau turun sebesar 101,44% dibanding defisit pada periode yang sama tahun 2013, sebesar US$ 19,48 miliar. Total perdagangan Thailand periode ini tercatat US$ 300,81 miliar, turun sebesar 7,37% dibanding periode yang sama tahun Total perdagangan tersebut terdiri dari ekspor sebesar US$ 150,54 miliar, turun 1,36% dibanding periode yang sama tahun 2013, dan impor sebesar US$ 150,26 miliar, juga turun 12,69% dibanding periode yang sama tahun Peningkatan impor didukung impor produk elektronik dan juga impor emas dan perhiasan serta suku-cadang & aksesoris kendaraan yang cukup signifikan pada periode ini. 2. Sepuluh negara tujuan ekspor utama Thailand yang merupakan 60,41% dari total ekspor Thailand periode Januari-Agustus 2014 ke Dunia adalah : RR China, Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Hongkong, Singapura, Indonesia, Australia, Vietnam, dan India. Ekspor ke kawasan Uni Eropa (27 Negara) mencapai US$ 15,61 miliar, atau 10,37% dari total ekspor Thailand pada periode Januari-Agustus 2014, dan mencatat pertumbuhan sebesar 5,61% dibandingkan periode yang sama tahun Sementara, ekspor ke kawasan ASEAN (9 Negara) pada periode Januari-Agustus 2014 sebesar US$ 39,04 miliar atau 25,93% dari total ekspor Thailand dan turun sebesar 2,53% dibanding periode yang sama tahun Indonesia merupakan negara tujuan ekspor terbesar ke-7 bagi Thailand dan pangsa pasarnya 4,34% pada periode ini. 3. Adapun produk ekspor Utama Thailand pada periode Januari-Agustus 2014 antara lain adalah : Elektronik & produk2nya sebesar US$ 16,71 miliar atau 11,10% dari total ekspor Thailand; Otomotif & suku-cadangnya sebesar US$ 16,28 miliar atau 10,81% ; Kimia & Produk2nya sebesar US$ 12,31 miliar atau 8,18%; Karet & Produk2nya sebesar US$ 9,57 miliar atau 6,36%; Produk Olahan Minyak sebesar US$ 7,38 miliar atau 4,90%; Batu Berharga dan Perhiasan sebesar US$ 6,71 miliar atau 4,45%, dan juga Mesin dan komponen2nya sebesar US$ 4,77 miliar atau 3,17% dari total ekspor Thailand ke Dunia pada periode Januari-Agustus 2014 ini.

2 4. Sepuluh negara asal impor Thailand pada periode Januari-Agustus 2014 antara lain Jepang, RR China, Jepang, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Malaysia, Korea Selatan, Saudi Arabia, Singapura, Taiwan dan Indonesia. Impor dari sepuluh negara asal terbesar mencatat 66,95% dari total impor Thailand pada periode Januari-Agustus Produk impor utama Thailand dengan nilai terbesar periode Januari-Agustus 2014 antara lain adalah : Electronic Integrated Circuits & Microassemblies (HS 8542) sebesar US$ 6.212,20 juta, turun 0,19% dibanding periode yang sama tahun 2013; Gold (incl Gold Plated With Platinum) Unwr (HS 7108) sebesar US$ 3.654,64 juta (-68,39%); Parts & Acces Of The Motor Vehicles Of Headings No to (HS 8708) sebesar US$ 3.502,05 juta (-38,40%); Electrical Apparatus For Line Telephony Or Line Telegraphy (HS 8517) sebesar US$ 3.273,73 juta (+10,30%); dan Automatic Data Processing Machines and Units Thereof (HS 8471) sebesar US$ 2.300,08 juta (-14,90%). B. Perkembangan perdagangan bilateral Indonesia dengan Thailand 1. Total perdagangan Indonesia dengan Thailand periode Januari-Agustus 2014 tercatat US$ ,81 juta, turun 16,61% dibanding periode yang sama tahun 2013, yang nilainya mencapai US$ ,03 juta. Total perdagangan tersebut, terdiri dari ekspor Indonesia ke Thailand sebesar US$ 4.840,49 juta, turun 15,17 % dibanding periode yang sama tahun 2013 yang mencapai US$ 5.706,29 juta, dan impor Indonesia dari Thailand sebesar US$ 6.529,33 juta, turun 17,65% dibanding periode yang sama tahun 2013, yang tercatat sebesar US$ 7.928,73 juta. Neraca perdagangan Indonesia dengan Thailand defisit bagi Indonesia sebesar US$ 1.688,84 juta, turun sebesar 24,01% dibanding periode yang sama tahun 2013, yang tercatat sebesar US$ 2.222,44 juta. 2. Selama periode Januari-Agustus 2014, Indonesia menjadi negara ke-10 terbesar asal impor Thailand dengan pangsa sebesar 3,22%, menunjukkan penurunan dari pangsa impor : 3,32% (Jan-Agst 2013). 3. Komposisi impor utama Thailand dari Indonesia pada periode Januari-Agustus 2014 antara lain:

3 Fuel Lubricans, dengan total nilai impor US$ 1,62 miliar, turun 16,69% dibanding periode yang sama tahun 2013, pangsanya terhadap total impor Thailand dari Indonesia adalah sebesar 33,44%; Barang mentah dan setengah jadi, dengan total nilai impor US$ 1,44 miliar, dengan pangsa sebesar 29,83%, dan turun 14,62%; Barang modal, sebesar US$ 762,44 juta, dengan pangsa 15,75%, dan turun 17,94%; Kendaran dan Alat Transportasi, sebesar US$ 579,16 jutar, dengan pangsa 11,96%, dan turun sebesar 21,55% dibanding periode yang sama tahun 2013; Barang konsumsi, sebesar US$ 435,99 juta, dengan pangsa 9,01%, dan turun 14,62%. Sedangkan, ekspor Thailand ke Indonesia berdasarkan kelompok dapat dibagi sebagai berikut : Produk manufaktur, dengan total nilai ekspor US$ 5,48 miliar, turun 18,0% dibanding periode yang sama tahun 2013, pangsanya terhadap total ekspor Thailand ke Indonesia sebesar 83,89%; Produk agro-industri, sebesar US$ 620,05 juta, dengan pangsa sebesar 9,5%, juga mengalami penurunan sebesar 16,39%; Produk pertanian, sebesar US$ 273,57 juta, dengan pangsa sebesar 4,19%, dan naik sebesar 12,29%; Produk pertambangan dan bahan bakar, sebesar US$ 158,23 juta, dengan pangsa sebesar 2,42%, dan turun 40,06%. C. Informasi lainnya 1. MPC memperkirakan pertumbuhan ekspor Thailand pada 2014 akan Datar Komite Kebijakan Moneter Thailand (MPC), Bank of Thailand menurunkan proyeksi pertumbuhan ekspor untuk tahun 2014 ke nol, dari perkiraan sebelumnya sebesar 3%, karena masalah sektor struktural, harga pertanian yang lebih rendah, dan perlambatan permintaan dari mitra dagang utama. MPC juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekspor 2015 dari 6% menjadi 4%. MPC juga menurunkan proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto pada 2015 dari 5,5% menjadi 4,8%. Dikatakan pemulihan lambat dari sektor ekspor dan pariwisata diproyeksikan berlanjut ke 2015 karena sektor ekspor dipengaruhi kendala pasokan,

4 sedangkan perpanjangan status darurat militer telah menghalangi wisatawan untuk mengunjungi Thailand. Namun, MPC mempertahankan proyeksi pertumbuhan PDB tahun 2014 sebesar 1,5%, didukung pertumbuhan lebih kuat dari permintaan domestik yang membantu mengimbangi kinerja ekspor yang lemah. Sementara itu, peningkatan belanja pemerintah kuartal terakhir 2014, dan rencana investasi infrastruktur mendorong investasi swasta dan mendorong perekonomian tahun Mathee Supapongse, asisten gubernur BOT dan sekretaris MPC, mengatakan proyeksi PDB diturunkan pada tahun 2015 akibat pemulihan ekspor yang lebih lambat dari perkiraan tahun 2014, dan kemungkinan berlanjut ke tahun 2015, karena sektor ini mengalami masalah struktural dalam beberapa waktu dan tidak bisa mendapatkan manfaat yang sama dari pemulihan ekonomi global seperti sebelumnya. Sementara industri pariwisata, terus dipengaruhi oleh kekhawatiran atas situasi politik domestik dan internasional, yang bisa berlanjut ke tahun MPC merubah proyeksi pertumbuhan konsumsi swasta untuk tahun 2014 dari 0,2% menjadi 1,1%; investasi swasta dari - 2,6% menjadi - 2,8%; konsumsi & pengeluaran publik dari 2,8% menjadi 4,1%; dan ekspor barang dan jasa dari plus 2,5% menjadi minus -0,4%. Sedangkan proyeksi tahun depan diubah dari 4,7%, 11,2%, 4,9% dan 7,6% masing-masing menjadi 4,0%, 10,2%, 5,1%, dan 5,7%. 2. Ikan Hias asal Manado diekspor ke Thailand Indahnya ikan hias asal Manado membuat ikan hias asal Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) tersebut laris di pasar Thailand, sehingga permintaan komoditi tersebut dari Thailand cukup tinggi. Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut, ekspor ikan hias ke Thailand akhir Agustus 2014 sebanyak 60 kilogram dengan nilai US$ 1,600. Thailand menjadi negara tujuan potensial ekspor ikan hias Sulawesi Utara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN), yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Ikan hias dari Sulut mulai dilirik pasar luar negeri yang menunjukan peningkatan signifikan baik volume maupun nilainya karena harganya cukup baik. Peningkatan perolehan devisa diantaranya karena harga yang dinikmati eksportir sangat bagus di pasaran ekspor, berkat kualitas yang terjamin sampai ke tempat konsumen di mancanegara.

5 Faktor penyebab harga komoditas hasil laut tersebut dihargai cukup baik di Thailand, karena bentuk dan warnanya bagus serta kualitas hidup ikan terjamin sejak penangkapan hingga pengiriman lewat udara sampai di tangan konsumen. 3. Baja Otomotif Indonesia Ditantang Masuk Thailand Industri otomotif Thailand membuka peluang bagi ekspor produk baja otomotif asal Indonesia. Menurut Presiden Supporting Industries Association Thailand, Viroj Sirithanasart, pabrik baja di Thailand hanya ada satu, sehingga tidak sanggup memenuhi kebutuhan industri otomotif yang ada. Menurut Viroj, kebutuhan baja untuk industri otomotif Thailand dipasok dari China, Korea Selatan, India, dan Jepang. Menurutnya, Indonesia memiliki peluang bersaing karena biaya pengirimannya lebih murah dibanding negara-negara tersebut, asalkan produk bajanya memenuhi standar yang ditentukan pemegang merek otomotif di Jepang. Tahun 2013, Thailand mengekspor 8 juta sepeda motor dan 2,5 juta mobil ke sejumlah negara di Asia. Sementara, serapan produk otomotif di Thailand hanya satu juta unit mobil. Viroj memperkirakan ekspor mobil dari Thailand meningkat menjadi 2,6 juta unit pada Namun, Eksekutif Komite Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia, mengatakan kapasitas produksi baja di Indonesia mencapai 12 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, sebagian besar disalurkan untuk kepentingan konstruksi, bukan otomotif. Sebab, membuat baja otomotif tidak mudah dan baru ada satu pabrik yang sudah bisa, yakni Krakatau Posco. Sementara itu, Direktur Pemasaran PT Krakatau Steel, menyatakan perseroan masih harus bekerja sama dengan pabrikan lain, untuk membuat baja otomotif. Sebab, industri otomotif membutuhkan baja pelat, sedangkan produksi Krakatau masih berupa gulungan. Sumber : Laporan Atdag Bangkok, Thailand, Agustus 2014